Analisis Tataniaga Ikan Asin Di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan

(1)

ANALISIS TATANIAGA IKAN ASIN DI KELURAHAN BELAWAN

BAHARI, KECAMATAN MEDAN BELAWAN, KOTAMADYA

MEDAN

SKRIPSI

OLEH

AGNES ARTHA SARI TOGATOROP 050304033

SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

JUDU : ANALISIS TATANIAGA IKAN ASIN DI KELURAHAN BELAWAN BAHARI, KECAMATAN MEDAN BELAWAN, KOTAMADYA MEDAN

NAMA : AGNES ARTHA SARI TOGATOROP

NIM : 050304033

DEPARTEMEN : SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ir. Luhut Sihombing, MP DR. Ir. Salmiah , Ms

NIP . 132 005 055 NIP . 131 639

813

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

RINGKASAN

Agnes Artha Sari Togatorop (050304033) dengan judul skrispsi ”Analisis tataniaga ikan asin dikelurahan belawan bahari, kecamatan medan belawan kotamadya medan”. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei 2009 dan dibimbing oleh bapak Ir.Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan ibu Dr.Ir.Salmiah, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui proses pengolahan ikan asin di daerah penelitian, untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin, untuk mengetahui saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin, untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin , untuk mengetahui share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin, untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga ikan asin di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu di kecamatan kelurahan belawan bahari, kecamatan medan belawan. Metode penentuan sample untuk sample produsen adalah metode simple random sampling dengan jumlah produsen sebanyak 36 sampel sedangkan untuk pedagang perantara adalah metode insidental dengan jumlah pedagang perantara sebanyak 11 sampel.


(4)

Hasil penelitian menunjukan terdapat 2 (dua) jenis pengolahan ikan asin yang terdapat di daerah penelitian yaitu pengolahan ikan asin yang dibelah dan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak dibelah), biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen yang sangat besar yaitu terdapat pada pengolahan ikan asin yang dibelah bila dibandingkan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak dibelah), terdapat 2 jenis saluran tataniaga ikan asin yang terdapat di daerah penelitian , Setiap lembaga tataniaga melaksanakan 8 fungsi tataniaga dalam melakukan tataniaga ikan asin antara lain fungsi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, pengepakan, marketing loss, pembiayaan dan informasi pasar dimana setiap lembaga yang dilakukan mengeluarkan biaya tataniaga, Profit margin tertinggi terdapat pada saluran tataniaga II Rp 2.526 /kg (15,56%) sedangkan margin pemasaran terendah diperoleh dari saluran tataniaga I sebesar Rp 3.175,5/ kg (18,23%), saluran tataniaga yang paling efisien adalah tataniaga ikan asin melalui saluran I karena pada saluran ini terjadi biaya pemasaran lebih kecil, dan merupakan saluran terpendek diantara kedua saluran tataniaga yang ada. Hal ini dikarenakan konsumen membeli hanya melalui pedagang pengecer.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Agnes Artha Sari Togatorop, lahir tanggal 23 agustus 1987 di Dili, Timor Lorosae, sebagai anak kedua dari tida bersaudara dari bapak DRS. M.Togatorop, BcKH dan ibu Barita L.F. Siagian.

Pendidikan formal yag pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1993 masuk sekolah dasar di SD negeri 07 Dili tamat tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk sekolah lanjutan Tingkat pertama di SLTPK St. Theresia Kupang tamat tahun 2002.

3. Tahun 2002 masuk sekolah menengah umum di SMUK Budi Murni Medan tamat tahun 2005

4. Tahun 2005 diterima di Departemen Sosial ekonomi pertanian fakultas pertanian universitas sumatera utara.

5. Bulan Juni 2009 melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di desa Sarintonu, kecamatan Tigalingga, kabupaten Dairi.

6. Bulan mei 2009 melaksanakan penelitian skripsi di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan, kotamadya Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat kasih dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Tataniaga Ikan Asin dikelurahan Belawan Bahari kecamatan Medan Belawan kotamadya Medan”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di fakultas pertanian universitas sumatera utara, medan.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis denan hati ikhlas menyampaikan rasa terimakasih yang sebesarnya kepada:

1. Bapak Ir. Luhut sihombing, Mp sebagai ketua komisi pembimbing dan sebagai ketua departemen social ekonomi pertanian.

2. Ibu Dr.Ir.Salmiah , MS sebagai anggota komisi pembimbing dan sebagai sekretaris departemen social ekonomi pertanian.

3. Seluruh staf pengajar dan pegawai departemen social ekonomi pertanian.

4. Dengan rasa hormat dan kasih sayang kepada orangtua saya, bapak DRS.M.Togatorop, BcHK, ibu Barita L.F. siagian, serta kakak / adik saya fransiska togatorop dan joannes


(7)

simatupang. Terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan kasih sayang yang mendalam sehingga penulisan ini dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

5. Buat sahabat-sahabat saya varej girl (vina, kepang, leha n ria). Terima kasih telah menjadi sahabat saya hampir 7 tahun dan terimakasih kalian ada dalam suka dan duka ku.

6. Buat badak Q, Hebert Mario Sinaga yang selalu memberi support, doa dan selalu sabar dalam menasehati ku..SHMILY…

7. Buat teman-teman stambuk 2005 yang telah membantu dalam penulisan ini: ana, ega, rosa, eva, ifenk, weny, ulima, hafiz, orcid, laura, ricky, bg pollen, k ria (2001) dan the soulmate gank (ira, etha, k vi2, egi, henry, tomy, Wilson, bg opa. Bg jo, binsar…)

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati penulsi sangat terbuka serta mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca agar skripsi ini dapat lebih baik. Akhr kata, penulis berharap kiranya tulisan ini dapat berguna untuk kita semua.

Medan, oktober 2009


(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Kegunaan Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka... 7

2.2. Landasan Teori... 11

2.3. Kerangka Pemikiran... 13


(9)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian... 16

3.2. Metode Penentuan Sample... 16

3.3. Metode Pengumpulan Data... 18

3.4. Metode Analisis Data... 19

3.5. Defenisi Dan Batasan Operasional... 20

3.5.1. Defenisi 3.5.2. Batasan Operasional IV. DEKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... 22

4.1.1. Luas Dan Letak Geografis Daerah Penelitian... 22

4.1.2. Keadaan Penduduk... 23

4.1.3. Social Ekonomi... 24

4.1.4. Pendidikan... 25

4.1.5. Sarana Dan Prasarana... 26

4.2. Karakteristik Sample... 27

4.2.1. Produsen Sample (Pengolah Ikan Asin... 27

4.2.2. Pedagang Sample... 28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Proses Pengolahan Ikan Asin Di Daerah Penelitian

5.1.1. Proses Pengolahan Ikan Asin Yang Bulat Di Daerah Penelitian 5.1.2. Proses Pengolahan Ikan Asin Yang Dibelah Didaerah Penelitian 5.2. Biaya Produksi Pengolahan Ikan Asin Didaerah Penelitian

5.2.1. Biaya Produksi Pengolahan Ikan Asin Yang Dibelah Didaerah Penelitian 5.2.2. Biaya Produksi Pengolahan Ikan Asin Yang Bulat Didaerah Penelitian 5.3. Saluran Tataniaga (Chanel Of Marketing) Ikan Asin Diderah Penelitian 5.4. Fungsi-Fungsi Tataniaga Ikan Asin Di Daerah Penelitian.


(10)

5.6. Tingkat Efisiensi Tataniaga Ikan Asin Di Daerah Penelitian.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Potensi sumber daya manusia menurut kelompok umur tahun 2008 ... 33

Mata pencaharian pokok... 34

Potensi sumber daya manusia menurut kelompok pendidikan tahun... 35

Sarana dan prasarana dikelurahan belawan bahari tahun 2008... 36

Karakteristik produsen sampel... 37

Karakteristik pedagang besar ... 38

Karakteristik pedagang pengecer... ... 39

Biaya bahan baku dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang dibelah... 47

Biaya bahan penunjang dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang dibelah ... 48

Biaya tenaga kerja pengolahan ikan asin yang dibelah... ... 49

Biaya transportasi pengolahan ikan asin yang dibelah... 50

Total biaya produksi pengolahan ikan asin... 51

Biaya bahan baku dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang bulat ... 52


(12)

Biaya tenaga kerja pengolahan ikan asin yang bulat ... 54

Biaya transportasi pengolahan ikan asin yang bulat ... 55

Total biaya produksi pengolahan ikan asin... 56

Fungsi-fungsi tataniaga yang terjadi pada saluran I... 62

Fungsi-fungsi tataniaga yang terjadi pada saluran II ... 64

Share margin dan price spread tataniaga ikan asin melalui saluran I ... 67

Share margin dan price spread tataniaga ikan asin melalui saluran I... 68

Rekapitulasi margin pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran tataniaga... 70

Rekapitulasi margin pemasaran, price spread, nisbah margin pemasaran dan share margin pada setiap saluran tataniaga... 72


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Karakteristik Produsen

2. Karakteristik Pedagang Besar

3. Karakteristik Pedagang Pengecer

4. Total Pembelian Bahan Baku Usaha Pengolahan Ikan Asin

5. Total Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Ikan Asin per kg per hari

6. Total Tenaga Kerja (HKP) Dalam Usaha Pengolahan Ikan Asin Per kg per hari

7. Total Biaya Tenaga Kerja (Rp) Dalam Usaha Pengolahan Ikan Asin

8. Total Pembelian Bahan Baku Usaha Pengolahan Ikan Asin

9. Harga Jual dan Volume Penjualan Produsen

10.Fungsi-fungsi Tataniaga yang Dilakukan Oleh Produsen dan Lembaga Tataniaga Ikan Asin, Tahun 2009

11. Harga beli dan harga Jual Pedagang Besar

12. Harga beli dan harga Jual Pedagang pengecer

13. analisis biaya pemasaran pedagang besar


(14)

DAFTAR GAMBAR

Skema kerangka pemikiran... 23

Ikan asin yang dibelah... 41

Ikan asin yang bulat... 41

Skema saluran tataniaga ikan asin secara keseluruhan... 58

Skema saluran I pemasaran ikan asin... 58


(15)

RINGKASAN

Agnes Artha Sari Togatorop (050304033) dengan judul skrispsi ”Analisis tataniaga ikan asin dikelurahan belawan bahari, kecamatan medan belawan kotamadya medan”. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei 2009 dan dibimbing oleh bapak Ir.Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan ibu Dr.Ir.Salmiah, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui proses pengolahan ikan asin di daerah penelitian, untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin, untuk mengetahui saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin, untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin , untuk mengetahui share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin, untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga ikan asin di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu di kecamatan kelurahan belawan bahari, kecamatan medan belawan. Metode penentuan sample untuk sample produsen adalah metode simple random sampling dengan jumlah produsen sebanyak 36 sampel sedangkan untuk pedagang perantara adalah metode insidental dengan jumlah pedagang perantara sebanyak 11 sampel.


(16)

Hasil penelitian menunjukan terdapat 2 (dua) jenis pengolahan ikan asin yang terdapat di daerah penelitian yaitu pengolahan ikan asin yang dibelah dan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak dibelah), biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen yang sangat besar yaitu terdapat pada pengolahan ikan asin yang dibelah bila dibandingkan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak dibelah), terdapat 2 jenis saluran tataniaga ikan asin yang terdapat di daerah penelitian , Setiap lembaga tataniaga melaksanakan 8 fungsi tataniaga dalam melakukan tataniaga ikan asin antara lain fungsi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, pengepakan, marketing loss, pembiayaan dan informasi pasar dimana setiap lembaga yang dilakukan mengeluarkan biaya tataniaga, Profit margin tertinggi terdapat pada saluran tataniaga II Rp 2.526 /kg (15,56%) sedangkan margin pemasaran terendah diperoleh dari saluran tataniaga I sebesar Rp 3.175,5/ kg (18,23%), saluran tataniaga yang paling efisien adalah tataniaga ikan asin melalui saluran I karena pada saluran ini terjadi biaya pemasaran lebih kecil, dan merupakan saluran terpendek diantara kedua saluran tataniaga yang ada. Hal ini dikarenakan konsumen membeli hanya melalui pedagang pengecer.


(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nusantara merupakan negara agraris, daerah pertanian. Namun demikian ternyata lautannya lebih luas dari daratan. Luas lautan 2/3 dari luas Indonesia. Daratannya subur, didukung iklim yang menguntungkan. Usaha tani dan budidaya ternak (perikanan) menjadi kebudayaaan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Rempah-rempah dan hasil perikanan yang dihasikan mengantar daerah ini menjadi ajang perebutan Bangsa lain (Hernanto, 1988 : 3).

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Asia, selain sebagai produsen ikan terbesar, diperkirakan juga menjadi konsumen terbesar dari hasil perikanan dunia. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensi untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akultur (Widodo dan Suadi, 2006 : 1).

Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, ikan mengandung gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral. Protein ikan menyediakan 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh


(18)

manusia. kandungan protein ikan relatif besar yaitu 15-25 % / 100 g daging ikan. Selain itu, protein ikan terdiri dari asam-asam amino yang hampir semuanya diperlukan oleh tubuh manusia (Junianto,2003:1).

Ikan merupakan sumber protein yang cepat mengalami proses pembusukan, oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Pengawetan ikan dengan cara penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan utama dari penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya, yaitu untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan (Afrianto dan Liviawaty, 1989 : 50).

Proses penggaraman ikan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :

a. Penggaraman kering (Dry Salting)

Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang berukuran besar maupun kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk Kristal. Ikan yang akan diolah ditaburi garam lalu disusun secara belapis-lapis. Setiap lapisan ikan diselingi lapisan garam. Selanjutnya lapisan garam akan menyerap keluar cairan di dalam tubuh ikan,


(19)

sehingga Kristal garam berubah menjadi larutan garam yang dapat merendam seluruh lapisan ikan.

b. Penggaraman Basah (Wet Salting)

Proses penggaraman dengan sistem ini menggunakan larutan garam sebagai media untuk merendam ikan. Larutan garam akan mengisap cairan tubuh ikan (sehingga konsentrasi menurun) dan ion-ion garam akan segera masuk ke dalam tubuh ikan.

c. Kench salting

Penggaraman ikan dengan cara ini hampir serupa dengan penggaraman kering. Bedanya metode ini tidak menggunakan bak kedap air. Ikan hanya menumpuk dengan menggunakan keranjang. Untuk mencegah supaya ikan tidak dikerumuni oleh lalat, hendaknya seluruh permukaan ikan ditutup dengan lapisan garam.

d. Penggaraman diikuti proses perebusan

Ikan pindang merupakan salah satu contoh ikan yang mengalami proses penggaraman yang diikuti dengan perebusan. Dalam hal ini, proses pembusukan ikan dicegah dengan cara merebus dalam larutan garam jenuh

(Afrianto dan Liviawaty,1989:54).

Tataniaga merupakan pemasaran atau distribusi, yaitu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.Biaya tataniaga terbentuk


(20)

sebagai konsekuensi logis dari pelaksaan fungsi-fungsi tataniaga. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikeluarkan oleh setiap middleman/ lembaga tataniaga atas jasa modalnya dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktivitas pemasaran tersebut. Biaya-biaya menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga maka disebut juga price spread. Bila angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka diperolah share margin. Biaya tataniaga yang tinggi akan membuat sistem tataniaga kurang/ tidak efisensi (Uhl and Kohl,1980: 23)

Saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin akan melibatkan lembaga-lembaga tataniaga dimana tiap-tiap lembaga berperan dalam penjualan ikan asin hingga ke konsumen dan atas jasa lembaga-lembaga tataniaga dalam pemasaran ikan asin, mereka akan mengambil profit atas jasa mereka. Ini berarti semakin banyak lembaga tataniaga yang berperan dalam pemasaran ikan asin, sehingga sistem tataniaga ikan asin semakin tidak efisien (Afrianto dan Liviawaty,1989: 63).

Pemasaran hasil perikanan mengadopsi pengertian pemasaran yang dijelaskan oleh swasta (1981), dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dari perikanan agar dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun potensial. Dengan demikian, pemasaran hasil perikanan laut dapat dipahami sebagai kegiatan ekonomi yang membawa atau menyampaikan barang dari produsen, dalam hal ini nelayan, sampai ke konsumen baik industri pengolahan ikan maupun rumah tangga , aliran akhir dari kegiatan ini


(21)

adalah win-win solution yaitu barang terbeli oleh konsumen, sedangkan perusahaan memperoleh keuntungan dari produk-produk yang dihasilkan (Widodo dan Suadi, 2006:34).

Dalam banyak kenyataan, kelemahan dalam sistem perikanan di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah kurang perhatiannya dalam bidang tataniaga. Fungsi-fungsi tataniaga seperti pembelian, sorting (grading), penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sering tidak berjalan sperti yang diharapkan, sehinga efisiensi tataniaga menjadi lemah. Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi tataniaga memang terbatas, sementara keterampilan mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian. Belum lagi kalau dari segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga kesempatan ekonomi menjadi lebih sulit (Soekartawi, 1988 : 2).

Berdasarkan survey ke lapangan di dapat bahwa pengolah ikan asin menjual hasil produksi ikan asin langsung ke pedagang besar Medan dan pedagang pengecer di kecamatan Belawan. Pedagang besar Medan menjual ikan asin yaitu di pasar sambu, sedangkan pedagang pengecer belawan langsung ke konsumen akhir di daerah Belawan. Penjualan ikan asin dilakukan setiap hari tergantung permintaan dari pedagang.


(22)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka berikut ini akan diidentifikasikan beberapa permasalahan yang akan ditelit sebagai berikut:

1) Bagaimana proses pengolahan ikan asin yang dilakukan di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?

2) Berapa biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?

3) Bagaimana saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?

4) Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?

5) Berapa share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?

6) Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan?


(23)

1.3. Tujuan Penelitian:

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui proses pengolahan ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.

2) Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.

3) Untuk mengetahui saluran tataniaga (channel of marketing) ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.

4) Untuk mengetahui Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.

5) Untuk mengetahui share margin masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.

6) Untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan.


(24)

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitan yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkaitan dengan ikan asin serta persoalan-persoalan yang dihadapi dalam tataniaga ikan asin dan usaha-usaha memecahkannya.

2) Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan kepada orang-orang yang melakukan usaha penjualan ikan asin.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan ikhtiologi

Ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting, nilai-nilai kepentingan yang lain dari ikan antara lain dapat memberikan manfaat untuk rekreasi, nilai ekonomi atau bernilai komersial, dan ilmu pengetahuan untuk masyarakat. Ikhtiologi atau “Ichthyology“ merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari ikan secara ilmiah dengan penekanan pada taksonomi dan aspek-aspek lainnya. Kata ikhtiologi berasal dari pengertian

ichtio = ikan dan logos = ilmu, jadi di dalam ikhtiologi ini dicakup beberapa aspek baik

mengenai aspek biologi maupun ekologi ikan. Dalam mempelajari ihktiologi ini tidak terlepas dari ilmu-ilmu yang lain karena saling berkaitan.

(http://e-course.usu.ac.id/content/biologi/ikhtiologi/textbook).

Dari survey yang telah dilakukan di daerah penelitian yaitu di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan, Kotamadya Medan, jenis-jenis ikan yang sering diolah menjadi ikan asin adalah ikan gulama, ikan caru, dan ikan kresek.

1) Ikan Gulama

Ikan gulama sering dikatakan ikan kepala batu. Ikan kepala batu terdiri dari beberapa jenis, yang sering dikenal masyarakat kita adalah gulama sisik, gulama bongkol, gulama batu, gulama hitam, gulama pisang. Ikan gulama merupakan family dari scieanideae dengan


(26)

spesies otolithoides, sp. Ciri-ciri memiliki tubuh yang memanjang dan jika ditekan terasa lunak. Hal inilah yang cocok dijadikan ikan asin. Pada beberapa spesies ada terdapat rongga dikepala, matanya berukuran keil sampai berukuran sedang. Hidung dari ikan gulama umumnya agak tumpul, mulut berada diujung dan rahang terletak agak kebawah. Pada beberapa spesies lainnya ada yang lebih rendah

2) Ikan Caru

Ikan caru lebih dikenal dengan nama ikan Kuwe (Caranx Sexfasciatus) atau yang lebih dikenal dengan nama blue fin treavllyu, termasuk ikan dasar dari golongan predator. Sejatinya si Kuwe adalah ikan perairan berkarang dangkal dan berbatasan dengan laut terbuka.Habitat ikan kuwe kecil lebih senang berada di dekat karang.. Tubuh kuwe berbentuk oval dan pipih. Warna tubuhnya bervariasi, yaitu biru bagian atas dan perak hingga keputih-putihan di bagian bawah. Tubuh ditutupi sisik halus berbentuk cycloid. Kuwe dapat berenang cepat dan memiliki laju pertumbuban yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan laut lainnya. Ikan ini bersifat karnivora. Adapun pakan utamanya, yaitu ikan dan crustasea berukuran kecil. Ikan ini juga efisien memanfaatkan pakan serta mampu hidup dalam kondisi yang cukup padat.

3) Ikan kresek

Ikan ini mempunyai kepala agak besar dan agak gepeng mirip kepala ular. Tubuh bulat memanjang,dan kecil. atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata,


(27)

bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam. Penggaraman yang biasa digunakan ikan ini adalah penggaraman kering

Berdasarkan survey dilapangan dapat diketahui bahwa penggaraman yang biasa digunakan ikan gulama adalah penggaraman basah dan kering. Pada penggaraman basah digunakan ikan gulama belah sedangkan penggaraman kering digunakan ikan gulama bulat. ikan caru menggunakan penggaraman kering dan ikan kresek menggunakan penggaraman basah. Ikan berbentuk bulat (tidak dibelah) tidak sering dilakukan karena pengolahan masih menggunakan bahan penunjang seperti tawas yang sulit didapatkan dipasaran serta proses pengeringannya membutuhkan waktu 2-3 hari.

2.1.2. Tinjauan Ekonomi

Prospek pemasaran ikan asin cukup menggembirakan, baik didalam maupun diluar negeri. Saat ini arab Saudi dan belanda telah berusaha mengimpor ikan asin dari Indonesia. Namun kesempatan ini belum dapat dipenuhi seluruhnya, karena produksi ikan asin di negara kita masih rendah. Permintaan Arab Saudi akan ikan asin sebesar 4.200 ton/ tahun telah berhasil dipenuhi, tetapi permintaan Belanda belum dipenuhi. Oleh karena itu kita perlu

meningkatkan kuantitas dan kualitas produk penggaraman (Afrianto dan Liviawaty,1989 :51).


(28)

Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi Negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akultur. Namun demikian, tuntutan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumber daya ikan yang juga semakin intensif. Jika tidak dikelola secara bijaksana maka sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya secara intensif akan mendorong usaha perikanan ke jurang kehancuran (Widodo dan Suadi,2006 :2)

Hasil olahan ikan tradisional berpotensi untuk diekspor. Namun, hingga saat ini belum banyak yang berminat mengembangkan pengolahan ikan secara tradisional tersebut untuk diekspor. Pengolahan yang ada saat ini masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga potensi pasar ekspor hasil olahan ikan tradisional belum dimanfaatkan secara maksimal. Kalaupun sekarang ini ada yang mengekspor hasil olahan ikan tradisional, itu dilakukan oleh pengepul, bukan pemilik usaha pengolahan ikan tradisional. Tidak berkembangnya usaha pengolahan ikan tradisional, antara lain disebabkan budaya masyarakat Indonesia yang selama ini kurang menghargai hasil olahan ikan tradisional (http://www.trobos.com/show_article)

Pengolah ikan tradisional umumnya tidak mempunyai akses pasar yang bagus. Oleh karena itu, mereka sangat tergantung kepada pedagang perantara yang memang lebih menguasai akses pasar. Tidak jarang harga hasil olahan dipermainkan pedagang perantara, sehingga


(29)

marjin keuntungan pengusaha pengolahan ikan tradisional semakin sedikit, kalau permasalahan tersebut diperbaiki, pihaknya yakin hasil olahan ikan tradisional dari Indonesia sebenarnya mudah menembus pasar ekspor. Negara yang komunitas Asianya tinggi merupakan pasar potensial untuk ekspor olahan ikan tradisional, terutama ikan asin. Timur Tengah selama ini mendatangkan ikan asin dari Filipina dan Thailand (http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/ikan_asin_basah.).

2.1.3. Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan hasil penelitian Dumora Agustina (2004) mengenai Analisis Ekonomi Usaha Pengolahan Ikan Asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan, kotamadya Medan, propinsi Sumatera Utara bahwa bahan baku yang digunakan dalam penolahan ikan asin adalah ikan segar yang dapat diperoleh dari tempat pelelangan ikan (gabion). Biaya bahan baku berdasarkan jenis ikan, untuk biaya terbesar terdapat pada ikan lidah Rp 4.250.000 / 1000kg dan diikuti oleh ikan gulama Rp 1.886.111,11. Bahan pembantu yang digunakan dalam usaha pengolahan ikan asin adalah garam dan tawas. Penggunaan garam yang dianjurkan untuk digunakan adalah 20-35 % dari jumlah bahan baku yang akan diolah. Berdasarkan jenis ikan untuk pemakaian garam tertinggi terdapat pada ikan lidah yaitu Rp 129.166,67 diikuti ikan gulama Rp 82.297,98 sedangkan untuk pemakaian tawas tertinggi adalah ikan gulama Rp 8.181,82.


(30)

Menurut Dumora, didaerah penelitian usaha pengolahan ikan asin, harga ditentukan oleh pengusaha ikan asin (penjual) sehingga kedudukan penjual dalam tawar-menawar adalah penentu harga (price maker) namun untuk ikan asin yang dijual ke pusat pasar maka harga ditentukan oleh pembeli (agen) sehingga kedudukan penjual adalah penerima harga (price

taker). Kisaran harga ikan gulama Rp 5.000,00 – Rp 8.500,00/ kg ikan asin, untuk ikan lidah

Rp 8.000,00 – Rp 12.000/kg dan ikan gabus Rp 10.000 – 12.000/kg.

Berdasarkan hasil penelitian Aristo Edward (2004) mengenai Sistem Pemasaran Ikan Asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan, kotamadya Medan bahwa pengolah langsung menjual produksinya ke pedagang besar di Medan dan pedagang pengecer di Belawan. Rata-rata pembelian ikan asin oleh pedagang besar medan dalam satu bulan adalah 7.353,1 kg, sedangkan pedagang pengecer di Belawan rata-rata sebesar 1.548 kg. baik pedagang besar Medan dan pedagang pengecer Belawan melakukan fungsi-fungsi pemasaran yaitu pembelian, penjualan, packing, pembiayaan, grading, sortasi serta marketing loss. Kemudian ikan asin yang sudah dikemas siap dijual ke pedagang pengecer yang ada dipasaran.

Menurut Aristo Edward (2004) struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran pemasaran di daerah penelitian berdasarkan jumlah pedagang maupun pembelinya saat terjadi proses jual beli ikan asin tersebut. Ada beberapa struktur pasar yang terjadi untuk masing-masing saluran pemasaran yaitu pasar oligopoly adalah struktur pasar dimana terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli dan harga jual ditentukan oleh penjual. Pada pasar oligopsoni adalah bentuk pasar dimana terdapat banyak penjual dan beberapa pembeli, harga


(31)

jual senantiasa ditentukan oleh pembeli, sedangkan pasar monopsoni adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan hanya satu pembeli, haga jual senantiasa ditentukan secara sepihak. Berdasarkan penelitian di dapat bahwa pasar yang terjadi adalah paar ologopsoni, sedangkan dari pedagang besar ke pedagang pengecer terdapat cukup banyak pembeli, sehingga struktur pasal terjadi adalah oligopoli.

2.2. Landasan Teori

Tataniaga disebut juga pemasaran. kata pemasaran mungkin diterjemahkan dari marketing. Namun arti luas tataniaga tidak sama dengan pemasaran. Tataniaga mempunyai arti yang lebih luas dibandingkan dengan pemasaran. kata pemasaran terkesan hanya jual-beli, sedangkan tataniaga terlibat bagaimana menata, mengatur, melaksanakan niaga (bisnis). Kata niaga berarti jual-beli dengan seluk beluk aturan mainnya. Didalam kata menata termasuk pula aspek pengelolaanya, sehingga dalam tataniaga sudah tercakup proses, pengorganisasian dan lain-lain (Gultom, 1996 :1)

Salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam usaha tani adalah memilih secara tepat saluran tataniaga (channel of marketing) yang akan digunakan dalam rangka penyaluran barang/ jasa dari produsen ke konsumen. Fungsi dan peranan saluran tataniaga sebagai salah satu kegiatan pemasaran dalam menyalurkan barang dan jasa merupakan kegiatan yang sangat penting. Kegiatan-kegiatan pemasaran yang berkaitan dengan produk, penetapan harga


(32)

dan promosi,yang dilakukan belum dapat dikatakan sebagai usaha terpadu kalau tidak dilengkapi dengan kegiatan distribusi. Produk dapat bermanfaat dan pada suatu saat pembeli akan setia pada produk tersebut adalah bilamana setiap produk yang dibutuhkan, pembeli dapat memperolehnya dengan mudah di tempat yang diinginkan atau yang terdekat. Oleh karena itu, diperlukan saluran tataniaga sehingga apabila konsumen membutuhkan produk sehingga dapat terjangkau oleh konsumen (Angipora,1999 : 191-193).

Proses penyaluran produk dari produsen ke konsumen akhir dapat menggunakan saluran yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijaksanaan saluran tataniaga (channel of

marketing) yang diinginkan.

Ada beberapa bentuk saluran tataniaga yang ada dan digunakan yaitu: 1) Produsen Konsumen

Bentuk saluran ini adalah bentuk yang paling pendek dan sederhana sebab tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkan melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen. Saluran ini disebut sebagai saluran tataniaga lansung. Bentuk penjualan seperti ini tidak memerlukan tambahan dana yang akan dipergunakan untuk biaya pengangkutan atau perantara. Bentuk penjualan seperti ini sangat disenangi konsumen, karena harganya biasanya lebih murah dan kualitas bisa dipertanggungjawabkan.


(33)

Dalam saluran ini, produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini adalah pengecer yang menyampaikan produknya ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjualnya kepada konsumen.

3) Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen

Jenis saluran tataniaga ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin menjual secara langsung tatapi menginginkan suatu lembaga guna menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada pedagang besar saja, kemudian para pedagang besarlah yang menjual kembali kepada pengecer dan menerusnya ke tanggan konsumen.

4) Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen Jenis saluran ini yang sering dipakai para produsen dengan melibatkan agen di dalamnya. Disini agen funsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya sistem penjualannya kepada saluran pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran tataniaga ini sering dipergunakan untuk produk yang tahan lama.

5) Produsen Agen Pengecer Konsumen

Dalam saluran ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjual kepada konsumen.


(34)

(Angipora,1999:199-200).

Pasar adalah perangkat pembeli yang aktual dan potensial dari sebuah produk. Para pembeli ini mempunyai kebutuhan atau keinginan yang sama yang dapat dipuaskan lewat pertukaran. Semula istilah pasar berarti tempat pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang mereka. Pakar ekonomi menggunakan istilah pasar untuk merujuk pada kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dalam kelas produk tertentu seperti dalam pasar perumahan atau pasar bahan makanan pangan (Kotler dan Amstrong,1997:12).

Lemahnya manajemen pemasaran disebabkan karena tidak mempunyai pelaku-pelaku pasar dalam menekan biaya pemasaran. Dalam banyak kejadian, besar kecilnya pemasaran disebabkan oleh :

a. Macam komoditi pertanian

Seperti diketahui sifat barang pertanian adalah “bulky” (volume besar tetapi nilai kecil) sehingga lebih banyak biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran.

b. Lokasi pengusahaan

Lokasi pengusahaan tanaman pertanian yang terpencil iakan mengundang tambahan biaya tranportasi dan akan berakibat semakin besarnya biaya pemasaran.


(35)

Lembaga pemasaran yang terlalu banyak terlibat dalam mekanisme pemasaran juga akan menambah biaya pemasaran. Apalagi kalau cara kerja system pasar tersebut belum sempurna.

d. Efektivitas pemasaran.

Efektivitas pemasaran menyangkut efisiensi pemasaran. (Soekatawi,1988:2)

Lembaga tataniaga / pemasaran melakukan fungsi tataniaga yang meliputi: A. Fungsi Pertukaran

1. Pembelian (buying) adalah memilih barang-barng yang dibeli untuk dijual dengan harga dan kualitas produk tertentu.

2. Penjualan (selling) adalah sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutupi ongkos-ongkos dengan harapan mendapatkan laba.

B. Fungsi fisik

1. Penyimpanan (storage) adalah fungsi penyimpanan barang-barang pada saat barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi.

2. Pengangkutan (transportasi) adalah fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ketempat barang dikonsumsi.

3. Pengolahan (processing) adalah fungsi pengolahan barang dari yang belum diolah (bahan baku) menjadi barang yang talah jadi atau bahkan siap dikonsumsi.


(36)

1. Pengepakan (packing) adalah fungsi pengemasan atau pengepakan barang-barang pada saat selesai diproduksi sampai pada saat barang-barang dikonsumsi . 2. Pembiayaan (financing) adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber

ekstern guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran

3. Grading adalah penentuan batas-batas dasar dalam pembentukan spesifikasi barang-barang hasil manufaktur.

4. Marketing Loss adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang

berkaitan dengan pemasaran.

5. Informasi (market information) adalah fungsi untuk mengumpulkan dan penafsiran keterangan-keterangan tentang macam yang dibutuhkan konsumen, harga dan sebagainya.

(Mubyarto, 1977:141).

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsug dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang dan keuntungan (profit margin) yang diambil oleh middleman atas jasa modalnya (Gultom, 1996 : 64).

Harga suatu barang / jasa tertentu adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya. Itulah sebenarnya apa yang dimaksud dengan harga itu. Hubungan yang ada antara harga dan


(37)

permintaan / penawaran menunjukan hubungan yang erat antara harga dengan barang yang diminta/ditawarkan. Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan akan suatu jenis barang ialah jumlah-jumlah barang itu yang pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu yang tertentu pula. Sedangkan penawaran akan sesuatu jenis barang adalah jumlah-jumlah barang itu yang penjual bersedia menawarkannya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar (Rosyidi,1995: 237-289).

Penyebaran harga (price spread) adalah sebuah ukuran lain dari pada marjin pemasaran. Penyebaran harga (price spread) pertanian tidak secara sederhana perbedaan di antara pertanian dan harga makanan eceran. Akan tetapi, penyebaran harga adalah sebuah perbedaan diantara harga pengeceran per unit dan nilai pertanian daripada sebuah jumlah yang ekuivalen dari makanan yang diperjualkan oleh petani. Share petani dihitung dari penyebaran harga pertanian adalah nilai pertanian yang diekspressikan sebagai sebuah persentase dari harga pengeceran makanan. Share margin dianggap secara lebar sebagai sebuah ukuran dari kelayakan harga pertanian dan efisiensi pemasaran (Uhl and Kohl,1980: 230-233).

Dikatakan pasar yang tidak efisien akan terjadi kalau : a. Biaya pemasaran semakin besar.

b. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, efisiensi tataniaga akan terjadi kalau :


(38)

2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran. 4. Adanya kompetisi pasar yang sehat. (Soekartawi, 1988 : 3)


(39)

Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging menambahkan banyak membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Pengolahan hasil yang baik yang dilakukan produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil perikanan yanag diproses. Pengusaha yang mempunyai fasilitas pengolahan hasil dan mempunyai kemampuan memanfaatkan bisnis bidang perikanan dapat memperoleh nilai tambah karena ikan asin ini mampu menembus pasar baik domestik maupun luar negeri.

Dalam proses produksi, pengolahan ikan asin membutuhkan biaya produksi. Adapun biaya produksi yang dikorbankan oleh nelayan pengolah adalah biaya bahan baku yaitu ikan segar, biaya tenaga kerja, dan biaya pengolahan seperti tawas dan garam. Biaya-biaya tersebut akan mempengaruhi harga jual ikan asin. Harga ikan asin olahan berfluktuasi mengikuti harga ikan segar yang digunakan sebagai bahan baku. Dengan kondisi seperti ini tingkat keuntungan yang didapat pengolah sangat tergantung dari harga ikan segar. Pada musim ikan, jumlah ikan sangat banyak dan menyebabkan harga ikan segar turun hal ini mendorong ikan asin kering meperbesar skala usahanya.

Tataniaga termasuk ke dalam aktivitas ekonomi yang sangat penting. Sebagai bagian dari aktivitas ekonomi distribusi. Tataniaga merupakan urat nadi penghubung yang interaktif dari produsen ke konsumen. Semakin panjang saluran tataniaga maka akan menghasilkan nilai tambah (value added) atas barang/jasa. Nilai tambah pada umumnya memberi nilai guna pada


(40)

barang yaitu nilai guna tempat, nilai guna waktu, nilai guna bentuk dan nilai guna kepemilikan.

Pada umumnya nelayan tidak menjual sendiri hasil produksinya ke pasar kota besar ataupun ke luar negeri. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan yang dimiliki oleh petani seperti : alat transportasi, fasilitas penyimpanan, pengepakan, pengolahan, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pemasaran komoditas tersebut. Adanya keterbatasan tersebut mendorong para petani produesn untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Kadang-kadang petani juga menjual langsung kepada konsumen pemakai melalui pasar-pasar di tingkat desa atau pasar di tingkat kecamatan. Tiap-tiap lembaga melakukan fungsi–fungsi tataniaga yang berbeda-beda yang meliputi: Pembelian, Penjualan, Pengangkutan, Pengolahan, Penyimpanan, pengepakan ,pemodalan, marketing loss dan informasi.

Nelayan/ pengolah menjual ikan kepada pedagang besar dan pedagang pengecer. Masing-masing lembaga tataniaga melakukan fungsi yang mengakibatkan timbulnya biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini dapat mempengaruhi profit serta efisiensi tataniaga dan akan mempengaruhi harga jual ikan asin pada tiap tataniaga yang terlibat. Hal ini akhirnya akan berpengaruh pada harga beli pada konsumen akhir. Salah satu kegunaan dai perhitungan

marketing margin (price spread) dan share margin ialah untuk menghitung tingkat efisiensi


(41)

Skema Kerangka Pemikiran:

Produsen (Pengolah)

Biaya Produksi

Pengolahan Ikan asin

Fungsi Tataniaga • Pembelian • Penjualan • Pengangkutan • pengolahan • Penyimpanan • pengepakan • pembiayaan • Grading • Marketing loss • Informasi pasar

Pedagang Besar

Pedagang Pengecer

Konsumen Akhir

Share Margin

Efisiensi Pemasaran Produk


(42)

Keterangan : : Mempengaruhi / Hubungan

: pelaku Tataniaga

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka diajukan beberapa hipotesis berikut :

1) Biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin tinggi di daerah penelitian.

2) Terdapat beberapa saluran (channel of marketing) tataniaga ikan asin mulai dari produsen dalam artian nelayan/ pengolah sampai kepada konsumen akhir.

3) Terdapat lebih dari satu fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di daerah penelitian.

4) Ada perbedaan share margin pada masing-masing lembaga tataniaga ikan asin di daerah penelitian.

5) Penyampaian ikan asin mulai dari tingkat produsen sampai kepada konsumen akhir


(43)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara Purposive Sampling yaitu di kecamatan Medan Belawan kelurahan Belawan Bahari dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan salah satu daerah penghasil ikan asin terbesar dan dekat dengan laut sehingga mudah mendapatkan ikan segar yang akan diolah menjadi ikan asin. Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi dengan demikian diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang essensial dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatife (Sugiyono,2008).

3.2. Metode Penentuan Sampel

Sampel dimulai dengan cara menelusuri saluran tataniaga mulai dari pangkal rantai tataniaga yaitu pengolah yang terdapat di kelurahan Belawan Bahari sampai pada konsumen akhir.

1) Produsen

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Simple Random

Sampling (Sampling Acak Sederhana) dimana jumlah sampel ditetapkan dengan metode


(44)

n = N

1+N (e)²

Keterangan

n = Ukuran sampel penelitian (jiwa) N = Ukuran populasi (Jiwa)

e = persen kelonggaran ketidaktelitian pengambilan sampel (%) dimana e = 10% (Sevilla,C.G. 1993).

Sampel dalam penelitian ini yaitu pengolah ikan asin dimana jumlah populasi pengolah ikan asin yang terdapat di kelurahan Belawan Bahari sebanyak 57 kk dan untuk sampel penelitian hanya akan diambil sebanyak 36 kk yang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

n = 57 kk

1+ 57 kk(0,1)²

= 36,30 kk

= 36 kepala keluarga (kk)

2) Pedagang

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pedagang adalah metode Insidental. Di daerah penelitian lembaga tataniaga terdapat dua kategori yang terlibat langsung


(45)

dalam tataniaga ikan asin adalah : pedagang besar dan pedagang pengecer. Metode

Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang

secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono,2008).

Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam penyaluran ikan asin dari nelayan pengolah hingga ke konsumen akhir. Pedagang perantara ditentukan dengan menggunakan pendekatan “apa saja yang terjadi (what happen the school)” dengan menelusuri komoditas mulai dari nelayan pengolah ikan asin (produsen) hingga ke konsumen akhir di daerah penelitian (Cramel and Jensen, 1985).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer melalui wawancara langsung dengan responden dan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti dinas perikanan dan kelautan propinsi Sumatera Utara, dinas perikanan dan kelautan kota medan, kantor kelurahan Belawan Bahari, serta buku-buku yang mendukung penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi dan selanjutnya dianalisis. Adapun analisis datanya adalah sebagai berikut :


(46)

Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengamati biaya produksi yang dikeluarkan untuk proses pengolahan ikan asin di kelurahan Belawan Bahari, kecamatan Medan Belawan

Hipotesis 2 akan di uji dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengamati saluran tataniaga yang dilalui dari produsen ke konsumen akhir dalam tataniaga.

Hipotesis 3 akan diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mengamati fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga ikan asin dikelurahan Belawan Bahari .

Hipotesis 4 akan diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan tabulasi sederhana yaitu dengan menganalisis hubungan antara harga yang diterima petani/pedagang dengan harga yang dibayar oleh konsumen yang disebut dengan share

margin.

Adapun formula untuk menghitung Share Margin adalah sebagai berikut: S = Pp x100%

Pk

Keterangan :

S = Share margin dihitung dalam persen Pp = Harga yang diterima petani dan pedagang Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Gultom, 1996)


(47)

Hipotesis 5 akan diuji dengan metode analisis deskriptif tabulasi sederhana yaitu dengan menganalisis Efisiensi Tataniaga ikan asin di kelurahan Belawan Bahari.

Adapun formula untuk menghitung Price Spread adalah sebagai berikut :

mji = Psi – Pbi

mji = bti + μi μi = mji –bti

Total margin pemasaran adalah Mj = Σ mji

Keterangan :

mji = Margin pada lembaga pemasaran tingkat ke-i Psi = Harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = Harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i

μi = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat i

Mji = Total margin pemasaran

Nisbah margin keuntungan = I bti Keterangan :

bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i I = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat i


(48)

Kriteria yang mengatakan bahwa pemasaran tersebut efisien yaitu :

1. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya.

2. Pemasaran akan semakin efisien jika mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan tataniaga.


(49)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1. Defenisi

1. Nelayan/ pengolah adalah orang yang menangkap ikan sebagai mata pencaharian dan mengolahnya menjadi ikan asin.

2. Tataniaga adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.

3. Lembaga tataniaga adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam proses tataniaga ikan asin.

4. Saluran tataniaga adalah saluruh chanel bagian tataniaga yang terdiri dari lembaga-lembaga yang berperan dalam penyampaian barang atau jasa.

5. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli ikan asin langsung dari nelayan/pengolah dan menjualnya kepada pedagang menengah dan pedagang kecil. 6. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ikan asin dari pedagang

menengah maupun dari pedagang besar dan menjual langsung ke konsumen.

7. Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan ikan asin dari produsen ke konsumen.

8. Share Margin adalah bagian yang diterima nelayan/pengolah yaitu ratio antara harga

jual akhir pada tingkat nelayan/pengolah dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir.

9. Price Spread adalah sebaran harga atau totalitas harga pada setiap komponen biaya


(50)

10.Efisiensi Pemasaran adalah nisbah antara biaya pemasaran dengan nilai produk ikan

asin yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen. 3.5.2. Batasan Operasional

1. Sistem pengolah ikan asin di daerah penelitian yaitu pengolahan ikan asin harian dimana pengolah/produsen mengolah ikan asin pada pagi hari dan menjual ikan asin pada siang hari.

2. Ikan yang diolah adalah ikan gulama pisang, Ikan gulama sisik, ikan caru dan ikan kresek.

3. Pengolah ikan asin di daerah belawan bahari menjual ikan yang telah diolah,langsung kepada pedagang besar di Medan tepatnya di Sambu dan kepada pedagang pengecer yang terdapat di kelurahan Belawan Bahari.

4. Penelitian dilakukan di kotamadya Medan kelurahan Belawan Bahari. 5. Penelitian dilakukan pada tahun 2009.


(51)

(52)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Luas Dan Letak Geografis Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan. Kelurahan ini memiliki luas 1,69 km2 yang terdiri dari luas pemukiman 1,45 km2, luas pekarangan 0,15 km2, perkantoran 0,15 km2, luas prasarana umum 0,07 km2 dan 0,1 km2 untuk luas yang lain-lain. Kelurahan ini terdiri dari 12 lingkungan tetapi penelitian hanya dilakukan di 4 lingkungan yaitu lingkungan II .lingkungan VI, lingkungan VIII,dan lingkungan X. Penelitian dilakukan di Jarak dari kelurahan ke pusat pemerintah adalah 1 km dengan jarak tempuh 5 menit. Jarak dari kelurahan ke ibukota adalah 26 km dengan waktu tempuh 20 menit menggunakan kendaraan bermotor. Penduduk di daerah penelitian mayoritas suku jawa / sunda dengan jumlah 40.470 orang dan mata pencaharian pokok mayoritas nelayan (nelayan dan pengolah). Adapun batasan Wilayah Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Belawan II - Sebelah Timur berbatasan dengan Bagan Deli

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Deli Kelurahan Pakan Labuhan


(53)

4.1.2. Keadaan Penduduk

Penduduk yang ada didaerah penelitian tergolong heterogen karena di daerah ini terdapat beberapa suku yaitu suku Melayu, suku Jawa / Sunda, suku Aceh, suku Batak, Dan suku Minang, akan tetapi di daerah ini didominasi suku Jawa / Sunda. Jumlah penduduk di Kelurahan Belawan Bahari berjumlah 12.907 orang atau 2.618 KK, yang terdiri dari 6.873 orang pria dan 6.034 orang wanita. Sebaran penduduk Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan adalah sebagai berikut:

Table 4. 1. Potensi sumber daya manusia menurut kelompok umur tahun 2008

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang)

1. < 10 3.008

2. 10-19 2.547

3. 20-29 2.270

4. 30-39 2.338

5. 40-49 1.655

6. 50-58 965

7. > 59 180

Total 12.907

Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan kelompok umur <10 tahun merupakan jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 3.008 jiwa. Sedangkan kelompok umur > 59 tahun memiliki jumlah penduduk yang terkecil yaitu 180 jiwa.


(54)

4.1.3. Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk di daerah penelitian adalah nelayan, selain itu ada juga yang bekerja sebagai wiraswasta dan Pegawai negeri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2. Mata pencaharian pokok Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Nelayan 1.015

2 Buruh/ swasta 285

3 Pengrajin 8

4 Pedagang 302

5 Pegawai negeri 52

6 Peternak 65

7 Montir 25

8 Supir 45

9 TNI/ polri 12

10 Pengusaha 15

11 Penjahit 7

Total 1.831

Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan mempunyai mata pencaharian dari sektor


(55)

peikanan / nelayan sebanyak 1.015 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian kelurahan didominasi oleh sektor perikanan.

4.1.4. Pendidikan

Penduduk di kelurahan belawan bahari mayoritas tidak mengutamakan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah yang hanya tamat SD/ sederajat dan jumlah yang tidak tamat sekolah baik yang pernah sekolah ataupun yang tidak pernah sekolah sama sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3. Potensi sumber daya manusia menurut kelompok pendidikan tahun 2008

No Pendidikan Jumlah (orang)

1 Belum sekolah 1.817

2 Usia 7-45 Tahun Tidak Pernah Sekolah 39 3 Pernah Sekolah SD Tapi Tidak Tamat 1630

4 Tamat SD 2.237

5 Tamat SLTP 1.901

6 Tamat SLTA 1112

7 D1 100

8 D2 110

9 D3 125

10 S1 48

11 S2 2

Total 9.121

Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebahagian besar penduduk di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Kotamadya Medan sudah hanya tamat SD yaitu terdapat hanya 2.237 jiwa, tamat SLTP yaitu 1.901 dan belum sekolah yaitu 1.817.


(56)

4.1.5. Sarana dan prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Belawan Bahari dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4. Sarana dan prasarana di kelurahan Belawan Bahari

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Fasilitas kesehatan

- Puskesmas pembantu

- Poliklinik / balai pengobatan - Posyandu

- Toko obat

1 5 12

1 2. Fasilitas pendidikan

- SLTA - SLTP - SD - TK - TPA 1 1 1 1 3 3. Tempat ibadah

- Mesjid - Mushola - Gereja kristen - Wihara

3 5 9 1


(57)

4. Transportasi

- Angkot (bus umum) - Sepeda Motor (ojek) - Becak

- Perahu

20 45 10 3

Sumber : Kantor Lurah Belawan Bahari Tahun 2008

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana sudah cukup lengkap dikelurahan belawan bahari sebab sudah terdapat sarana pendidikan mulai dari tingkat TK s/d SLTA. Sarana kesehatan juga sudah lengkap walaupun masih puskesmas pembantu. Begitu juga sarana transportasi, bus umum (angkot) sudah tersedia. Tempat ibadah juga sudah tersedia untuk beribadah.

4.2. Karakteristik Sampel

4.2.1. Produsen Sampel (Pengolah Ikan Asin)

Pengolah ikan asin merupakan pengolah yang melakukan usaha secara perorangan. Pengolahan, penjemuran dan bak penampungan ikan segar dilakukan di pekarangan masing-masing. Pengolah ikan asin dikelurahan Belawan Bahari menjual produksinya ke pedagang besar di medan dan pedagang pengecer di Belawan. Adapun karakteristik produsen dalam penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman berusaha dan volume pengolahan. Karakteristik produsen sampel dapat dilihat pada tabel 4.5 :


(58)

No. Uraian Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 22-64 42

2. Pengalaman Tahun 2-18 6

3. Pendidikan Tahun 6-16 9

4. Jumlah tanggungan Jiwa 0-9 3

5 Volume pengolahan Kilogram 57,2-94,76 73,68

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 1)

Dari tabel dapat diketahui, rata-rata umur produsen sampel di Kelurahan Belawan Bahari adalah 42 tahun menunjukkan bahwa produsen sampel masih tergolong dalam usia yang produktif. Rata-rata lama pendidikan produsen sampel di Kelurahan Belawan Bahari adalah 9 tahun atau lulus SLTP hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan produsen sampel sudah tinggi sehingga mempengaruhi cara mereka berpikir dalam berusaha. Setiap kepala keluarga produsen sampel memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3 jiwa jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan usahanya. Volume pengolahan ikan asin yang akan dijual adalah 76,68 kg dengan nterval 57,2-94,76 kg.

4.2.2. Pedagang Sampel

a. Pedagang Besar

Pedagang Besar adalah pedagang yang membeli ikan asin dari produsen yang berada di Belawan Bahari dan menjualnya kepada pedagang pengecer yang berada di Medan (Sambu).


(59)

Karakteristik pedagang Besar meliputi umur, lama pendidikan, pengalaman,dan volume penjualan. Dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4. 6. Karakteristik pedagang besar

No. Uraian Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 28-50 40

2. Lama Pendidikan Tahun 6-12 10

3. Pengalaman Tahun 15-22 17,5

4. Volume penjualan Kilogram 1050-1450 1231,25

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 2)

Dari table 4.6 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang grosir adalah 40 tahun dengan interval 28-50 tahun. Rata-rata lama pendidikan adalah 10 tahun atau lulus SMP. Rata-rata pengalaman sebagai pedagang grosir adalah 17,5 tahun dengan interval 15-22 tahun dan volume penjualan pedagang besar adalah 1231,25 kg dengan interval 1050-1450 kg.

b. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer pada penelitian ini adalah pedagang yang membeli ikan asin dari baik langsung dari pengolah ikan asin ataupun dari pedagang besar lalu menjualnya kembali kepada konsumen. Penjualan pedagang pengecer yaitu dalam bentuk kiloan atau ons tergantung dari permintaan konsumen. Karakteristik pedagang pengecer meliputi umur, lama pendidikan, pengalaman berusaha, dan volume penjualan dapat dilihat pada tabel 4.7 :


(60)

No. Uraian Satuan Range Rataan

1. Umur Tahun 30-48 38

2. Lama Pendidikan Tahun 6-12 10

3. Pengalaman Tahun 10-27 17,2

4. Volume penjualan Kilogram 50-180 110,71

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 3)

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang pengecer adalah 38 tahun dengan interval 30-48 tahun. Rata-rata lama pendidikan adalah 10 tahun dengan interval 6-12 tahun. Rata-rata pengalaman sebagai pedagang pengecer adalah 17,2 tahun dengan interval 10-27 tahun dan volume penjualan pedagang pengecer adalah 110,71 kg dengan interval 50-180 kg.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Proses pengolahan ikan asin di daerah penelitian

Berdasarkan bentuknya, ikan asin di daerah penelitian terbagi atas dua yaitu ikan asin yang bulat dan ikan asin yang dibelah. Ikan asin bulat adalah ikan asin yang utuh (tanpa dibelah) sedangkan ikan asin belah adalah ikan asin yang dibelah atau tubuhnya dibagi dua. Perbedaan pada kedua jenis ikan asin tersebut tidak hanya pada bentuk ikan asinnya tetapi juga pada proses pengolahan khususnya pada penggunaan bahan penunjang. Dimana ikan asin yang bulat menggunakan tawas dan garam sedangkan ikan asin yang belah hanya menggunakan garam untuk proses pengolahan. Dengan demikian untuk pertama sekali akan dijelaskan proses pembuatan ikan asin yang ada di daerah penelitian.


(61)

Gambar 1. Ikan asin yang dibelah Gambar 2. Ikan Asin Bulat

5.1.1. Proses pengolahan ikan asin yang bulat di daerah penelitian

Tahapan pengolahan ikan asin yang bulat yaitu terdiri dari :

1) Penyediaan bahan baku dan bahan penunjang.

Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan asin bulat adalah ikan gulama pisang dan ikan kresek. Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis, tingkat kesegaran dan ukuran ikannya. Hal ini dilakukan agar penetrasi garam pada saat penggaraman berlangsung. Ikan asin bulat lebih sering dilakukan oleh pengolah di dareah penelitian yang bertujuan untuk menghemat biaya produksi khususnya biaya tenaga kerja untuk membelah.


(62)

Bahan penunjang pada pengolahan ikan asin yang bulat adalah garam dan tawas. Garam yang digunakan sebanyak 10 – 25 % dari berat total ikan yang akan diproses, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Sebaiknya, gunakan garam murni (NaCl 99%) agar ikan asin berkualitas baik. Sedangkan tawas yang digunakan yaitu lebih sedikit bila dibandingkan dengan garam kira-kira 3% dari bahan baku dari banyaknya garam. Tawas digunakan pada jenis ikan asin bulat yaitu agar ikan tidak busuk dan dapat mempercepat proses pengeringan khususnya pada bagian dalam ikan.

2) penyiangan, pembersihan dan penimbangan.

Setelah ikan dipisahkan berdasarkan kesegaran dan ukuran, maka ikan perlu dilakukan penyiangan dengan membuang isi perut, insang dan sisik setelah itu bagian tubuh ikan tidak dibelah atau dibiarkan bulat. Proses pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir, agar ikan benar-benar bersih setelah itu ikan ditiriskan dalam wadah keranjang plastik atau bambu yang telah disediakan. Pada proses penirisan ini, ikan disusun rapi dengan perut menghadap ke bawah agar tidak ada air yang menggenang dirongga perutnya –Setelah ikan agak kering, timbanglah ikan agar dapat mengetahui jumlah garam yang diperlukan dalam proses penggaraman.


(63)

Sebagai media penggaraman gunakan larutan garam dengan konsentrasi tertetu, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Bila proses perendaman akan menghabiskan waktu lebih dari 24 jam, gunakan larutan garam yang lewat jenuh agar kemampuan menarik cairan dalam tubuh ikan menjadi lebih besar dan cepat. Dengan menggunakan larutan lewat jenuh, maka tidak diperlukan lagi penambahan garam pada saat penggaraman sedang berlangsung. Susunlah ikan dengan rapi secara berlapis didalam wadah yang telah disediakan. Tambahkan larutan garam yang sudah dibuat sampai semua yang terendam . Tutup bak dengan papan dan diberi pemberat supaya semua ikan tetap terendam dalam larutan garam. Bila konsentrasi cairan didalam dan di luar tubuh ikan sudah sama, Maka proses penggaraman dianggap selesai.

4) Penjemuran.

Ikan yang telah siap proses penggaraman kemudian dicuci sampai bersih. Setelah di cuci, ikan disusun ditempat pengeringan dengan rapi supaya panas bisa diterima seluruh tubuh ikan secara merata dalam periode waktu tertentu khususnya bagian dalam ikan sehingga tidak busuk. Proses penjemuran bisa berlangsung 1 – 3 hari tergantung intensitas cahaya matahari.

5) Pengemasan.

Ikan yang telah kering kemudian disortir berdasarkan kualitas dan jenis ikannya kemudian simpan ditempat yang aman dan sejuk untuk menghindari proses pengurangan mutu selama penyimpanan. ikan yang telah kering dikemas rapi dan disimpan ditempat yang sejuk (tidak


(64)

lembab dan tidak panas). Ikan asin dikemas dalam goni yang berukuran yaitu goni bermuatan 30 kg, 50 kg dan 120 kg. Setelah ikan asin dimasukkan ke dalam goni lalu goni tersebut dijahit dengan tali plastik hitam dan siap untuk dipasarkan.

5.1.2. Proses pengolahan ikan asin yang belah di daerah penelitian

Adapun tahapan pengolahan ikan asin yang belah yaitu terdiri dari :

1) penyediaan bahan baku dan bahan penunjang.

Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan ikan asin belah adalah jenis ikan gulama pisang, gulama sisik dan ikan caru. Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis, tingkat kesegaran dan ukuran ikannya. Hal ini dilakukan untuk penetrasi garam pada saat penggaraman berlangsung. Biasanya ikan yang digunakan dalam pengolahan ikan asin yang dibelah yaitu ikan yang berukuran besar. Hal ini dikarenakan jika ikan tersebut dibelah maka ikan tidak akan hancur dan jika ikan yang berukuran besar tidak dibelah, maka proses penjemuran tidak akan sempurna (bagian dalam ikan tidak kering).

Bahan penunjang pada pengolahan ikan asin yang bulat adalah garam. Garam yang agak lebih banyak bila dibandingkan dengan ikan asin bulat yaitu sebanyak 20 – 35 % dari berat total ikan yang akan diproses, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Sebaiknya, gunakan garam murni (NaCl 99%) agar ikan asin berkualitas baik.bahan penunjang lain seperti tawas, tidak dibutuhkan pada pengolahan ikan asin belah.


(65)

2) pembelahan, penyiangan, pembersihan dan penimbangan.

Setelah ikan dipisahkan berdasarkan kesegaran dan ukuran, maka ikan perlu dilakukan penyiangan dengan membuang isi perut, insang dan sisik setelah itu bagian tubuh ikan dibelah. Ikan dibelah dua mulai dari arah punggung bergerak kearah perut, insang dan isi perut dibuang. Proses pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir, agar ikan benar-benar bersih setelah itu ikan ditiriskan dalam wadah keranjang plastik atau bambu yang telah disediakan. Pada proses penirisan ini, ikan disusun rapi dengan perut menghadap ke bawah agar tidak ada air yang menggenang dirongga perutnya –Setelah ikan agak kering, timbanglah ikan agar dapat mengetahui jumlah garam yang diperlukan dalam proses penggaraman.

3) Penggaraman.

Sebagai media penggaraman gunakan larutan garam dengan konsentrasi tertetu, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Bila proses perendaman akan menghabiskan waktu lebih dari 24 jam, gunakan larutan garam yang lewat jenuh agar kemapuan menarik cairan dalam tubuh ikan menjadi lebih besar dan cepat. Dengan menggunakan larutan lewat jenuh, maka tidak diperlukan lagi penambahan garam pada saat penggaraman sedang berlangsung. Susunlah ikan dengan rapi secara berlapis didalam wadah yang telah disediakan. Tambahkan larutan garam yang sudah dibuat sampai semua yang terendam . Tutup bak dengan papan dan diberi pemberat supaya semua ikan tetap terendam dalam larutan garam. Bila konsentrasi cairan didalam dan di luar tubuh ikan sudah sama, Maka proses penggaraman dianggap selesai.


(66)

4) Penjemuran.

Ikan yang telah siap proses penggaraman kemudian dicuci sampai bersih. Setelah di cuci, ikan disusun ditempat pengeringan dengan rapi supaya panas bisa diterima seluruh tubuh ikan secara merata dalam periode waktu tertentu, posisi ikan dibalik terutama untuk ikan berukuran besar sehingga proses pengeringan berlangsung secara merata khususnya bagian dalam ikan sehingga tidak busuk. Proses penjemuran bisa berlangsung 1 – 3 hari tergantung intensitas cahaya matahari.

5) Pengemasan.

Ikan yang telah kering kemudian disortir berdasarkan kualitas dan jenis ikannya kemudian simpan ditempat yang aman dan sejuk untuk menghindari proses pengurangan mutu selama penyimpanan. ikan yang telah kering dikemas rapi dan disimpan ditempat yang sejuk (tidak lembab dan tidak panas). Ikan asin dikemas dalam goni yang berukuran yaitu goni bermuatan 30 kg, 50 kg dan 120 kg. Setelah ikan asin dimasukkan ke dalam goni lalu goni tersebut dijahit dengan tali plastik hitam dan siap untuk dipasarkan. Berdasarkan uraian di atas maka identifikasi masalah 1 terjawab.

5.2. Biaya produksi pengolahan ikan asin di daerah penelitian

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk , termasuk didalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayarkan di dalam usahatani.


(67)

5.2.1. Biaya produksi pengolahan ikan asin yang dibelah

Komponen biaya dalam pengolahan ikan asin adalah biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja, dan biaya kemasan.

Bahan baku utama dan bahan penunjang

Bahan baku merupakan bahan pokok yang sangat penting untuk usaha pengolahan. Bila suatu usaha pengolahan kekurangan bahan baku maka usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Pada pengolahan ikan asin, bahan baku utama yang digunakan adalah ikan gulama sisik belah, ikan gulama pisang belah dan ikan caru belah. Dimana ikan segar ini harus ada setiap kali ingin melakukan kegiatan produksi. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Biaya bahan baku dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang dibelah


(68)

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 4)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya pembelian bahan baku per kg yaitu gulama sisik belah sebesar Rp 928.147,2, gulama pisang belah sebesar Rp 706.963,8 dan caru belah sebesar Rp 532.422,2. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pembelian bahan baku terbesar terdapat pada pembelian ikan gulama Sisik Belah diikuti oleh gulama pisang belah dan terakhir adalah ikan caru belah.

Bahan penunjang pada pengolahan ikan asin yang dibelah yaitu hanya menggunakan garam murni. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai biaya bahan penunjang yang dikeluarkan dalam pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut:

baku (Kg) (Rp) Baku (Rp)

1. Gulama sisik 247,5 3.752,7 928.147,2

2. Gulama pisang 194,2 3.633,3 706.963,8


(69)

Tabel 5.2. Biaya bahan penunjang dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang dibelah

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 5)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya penggunaan bahan penunjang per kg yaitu gulama sisik belah sebesar Rp 47.616,5, gulama pisang belah sebesar Rp 36.417,9 dan caru belah sebesar Rp 23.916,3 dimana harga garam yaitu seharga Rp. 900 s/d 1000. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ikan gulama Sisik Belah lebih banyak membutuhkan bahan penunjang (garam) dari pada gulama pisang belah dan ikan caru belah.

Biaya Tenaga Kerja

Kegiatan tenaga kerja dalam pengolahan ikan asin khususnya ikan asin yang dibelah yaitu kegiatan pembelahan, penggaraman, pencucian, pengangkatan dan penjemuran. Khusus untuk ikan asin yang dibelah, tenaga kerja untuk membelah dan menjemur ikan dibayar perhari. Dimana rata-rata tenaga kerja yang membelah dan menjemur berjenis kelamin

No Jenis Ikan

Penggunaan bahan baku (Kg) Penggunaan garam (Kg) Total Bahan Penunjang (Rp)

1 Gulama Sisik 247,5 50,7 47.616,5

2 Gulama Pisang

194,2 39,0 36.417,9

3 Caru


(70)

wanita. Selain itu ada juga Tenaga kerja tetap biasanya sebanyak 2-3 orang dan mereka hanya mencuci, mengangkat dan menimbang. Semua tenaga kerja tetap berjenis kelamin laki-laki. Para tenaga kerja tetap diberi upah Rp 40.000, s/d 50.00- per hari dengan mulai bekerja sampai siap pekerjaan (semua bahan baku) sedangkan tenaga kerja harian terbagi atas dua pekerjaan atau kegiatan yaitu pekerjaan membelah diberi upah Rp 250 s/d 300 / kg sedangkan pekerjaan menjemur diberi upah Rp 2000 s/d 3000 / pin. Waktu kerja untuk membelah dan menjemur tidak dapat ditentukan. Pekerjaan membelah dimulai dari adanya ikan segar yang datang dari gabion sampai semua ikan segar habis dibelah, biasanya dimulai pada pagi hari. Pekerjaan menjemur dimulai dari ikan yang telah diasinkan / digaramkan sampai siap dijemur. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3. Biaya tenaga kerja pengolahan ikan asin yang dibelah

No Jenis Ikan Penggunaan bahan baku (Kg)

Total Biaya Tenaga Kerja (Rp)

1 Gulama Sisik 247,5 65.575,8

2 Gulama Pisang 194,2 58.510,5

3 Caru 126,9 47.258,5

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 7)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya penggunaan tenaga kerja per kg yaitu gulama sisik belah sebesar 65.575,8, gulama pisang belah sebesar Rp 58.510,5 dan caru belah sebesar Rp 47.258,5. Dari tabel dapat dilihat bahwa ikan gulama Sisik Belah lebih banyak


(71)

membutuhkan tenaga kerja yaitu dalam kegiatan pembelahan, penggaraman, pencucian, pengangkatan dan penjemuran bila dibandingkan dengan gulama pisang belah dan ikan caru belah.

Biaya Transportasi

Transportasi yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk menggambil ikan basah (bahan baku) dari Gabion di Belawan sampai ke tempat pengolahan yaitu di kelurahan Belawan Bahari dengan menggunakan alat transportasi sejenis becak bermotor yang di daerah Belawan lebih dikenal dengan nama KBT. Dimana biaya yang dibutuhkan untuk transportasi adalah Rp. 60,- / Kg. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya kemasan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4. Biaya transportasi pengolahan ikan asin yang dibelah.

No Jenis Ikan Total Biaya Transportasi (Rp)

1 Gulama Sisik 14.853,3

2 Gulama Pisang 11.656,67

3 Caru 7.615

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 8 )

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya Transportasi per kg untuk ikan gulama sisik belah sebesar Rp 14853,33333, gulama pisang belah sebesar Rp 11656,66667 dan ikan caru sebesar Rp 7.615.


(72)

Total biaya produksi pengolahan ikan asin

Total biaya produksi merupakan penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi. Untuk lebih jelas lagi mengenai total biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengolah ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5. Total biaya produksi pengolahan ikan asin.

No Jenis ikan Total Biaya Produksi (Rp)

1 Gulama Sisik Belah 1.055.903,6

2 Gulama pisang Belah 813.548,9

3. Caru belah 611.212,1

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 8)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan oleh gulama sisik belah lebih besar dari pada gulama pisang belah dan ikan caru belah. Dimana total biaya produksi untuk ikan gulama sisik belah adalah sebesar Rp 1.055.903,6. Biaya produksi untuk ikan gulama pisang belah adalah sebesar Rp 813.548,9 dan ikan caru belah adalah sebesar Rp 611.212,1.


(73)

Biaya produksi pengolahan ikan asin yang tidak dibelah (bulat)

Bahan baku utama dan bahan penunjang

Bahan baku merupakan suatu bahan pokok yang sangat penting untuk usaha pengolahan. Bila suatu usaha pengolahan kekurangan bahan baku maka usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar. Pada pengolahan ikan asin, bahan baku utama yang digunakan adalah ikan gulama pisang bulat dan ikan kresek bulat. Dimana ikan segar ini harus ada setiap kali ingin melakukan kegiatan produksi. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.6. Biaya bahan baku dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang bulat.

No Jenis Ikan Pembelian bahan baku

(Kg)

Harga (Rp)

Total Bahan Baku (Rp)


(74)

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 4)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya pembelian bahan baku per kg yaitu gulama pisang bulat sebesar Rp 933.752,7 dan kresek Bulat sebesar Rp 217.797,2. Dari tabel dapat di lihat bahwa pembelian bahan baku terbesar terdapat pada pembelian ikan gulama pisang bulat di ikuti oleh kresek bulat.

Bahan penunjang pada pengolahan ikan asin yang dibelah yaitu menggunakan garam murni dan tawas. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai biaya bahan penunjang yang dikeluarkan dalam pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7. Biaya bahan penunjang dalam kegiatan pengolahan ikan asin yang bulat

No Jenis Ikan Garam (Kg) Tawas(Kg)

Total Bahan Penunjang

(Rp)

1 Gulama Pisang 176,4 42,2 307.796,8

2 Kresek Bulat 92,5 21,2 157.796,71

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 5)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya penggunaan bahan penunjang per kg yaitu gulama pisang bulat sebesar Rp 307.796,8 dan Kresek bulat sebesar Rp 157.796,71. Dari table dapat di lihat bahwa ikan gulama pisang bulat lebih banyak membutuhkan bahan penunjang (garam dan tawas) dari pada kresek bulat.


(75)

Biaya Tenaga Kerja

Kegiatan tenaga kerja dalam pengolahan ikan asin khususnya ikan asin yang bulat yaitu kegiatan penggaraman, pencucian, pengangkatan dan penjemuran. Khusus untuk ikan asin yang bulat, tenaga kerja untuk membelah tidak digunakan tapi menggunakan tanaga kerja untuk memberikan tawas. Dimana rata-rata tenaga kerja yang menjemur berjenis kelamin wanita. Selain itu ada juga Tenaga kerja tetap biasanya yaitu sebanyak 2-3 orang dan mereka hanya mencuci, mengangkat dan menimbang. Semua tenaga kerja tetap berjenis kelamin laki-laki. Para tenaga kerja tetap diberi upah Rp 40.000, s/d 50.00- per hari dengan mulai bekerja sampai siap pekerjaan (semua bahan baku) sedangkan tenaga kerja harian yaitu menjemur diberi upah Rp 2000 s/d 3000 / pin. Waktu kerja untuk menjemur tidak dapat ditentukan. Pekerjaan menjemr dimulai dari ikan yang telah diasinkan / digaramkan sampai siap dijemur.Untuk lebih jelasnya lagi mengenai biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam pengolahan ikan asin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.8. Biaya tenaga kerja pengolahan ikan asin yang bulat

No Jenis Ikan

Penggunaan bahan baku

(Kg)

Total Biaya Tenaga Kerja (Rp)

1 Ikan gulama Pisang 247,5 52.766,6

2 Ikan kresek 194,2 35.593,06

Sumber : Analisis Data Primer 2009 (Lampiran 7)

Dari tabel dapat dilihat bahwa total biaya penggunaan tenaga kerja per kg yaitu gulama pisang bulat sebesar Rp 52.766,7 dan Kresek Bulat sebesar Rp 35.593,06. Dari tabel dapat di


(1)

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui efisiensi saluran tataniaga, maka berikut ini dibuat rekapitulasi price spread, share margin dan nisbah margin keuntungan pemasaran ikan asin sebagai berikut:

Tabel 5.15. Rekapitulasi margin pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran tataniaga.

Uraian Pedagang pengecer (saluran I) Pedagang Pengecer ( Saluran II) Price Spread

(Rp/Kg)

Share Margin (%)

Price Spread (Rp/Kg)

Share Margin (%)

Profit Pedagang 2.526 15,56 3.175,5 17,28

Marketing Margin 3.400 20.9 4.562,5 15,07

Biaya tataniaga 874 5,37 1.387 7,96

Nisbah Margin Keuntungan

- 2,8 - 4,62


(2)

Nisbah margin keuntungan pada masing-masing tingkat lembaga tataniaga menyebar tidak merata, hal ini menggambarkan adanya kesenjangan tingkat kepuasan diantara lembaga tataniaga. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nisbah margin keuntungan yang terkecil terdapat pada saluran I, hal ini menunjukan adanya pengambilan keuntungan yang berlebih (tidak wajar). Biaya tataniaga yang paling murah adalah pada saluran I. Ketidakefisienan dalam pemasaran ikan asin dikarenakan ketidakadilan dalam pembagian keuntungan dimana keuntungan terkecil terdapat pada saluran I.

Dari kedua saluran tataniaga diatas, dapat diketahui perbandingan saluran tataniaga ikan asin yang paling efisien adalah saluran tataniaga yang I, yaitu hanya antara pengolah dan pedagang pengecer secara langsung. Berdasarkan penjelasan di atas maka indentifikasi masalah 6 terjawab.


(3)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat 2 (dua) jenis pengolahan ikan asin yang terdapat di daerah penelitian yaitu pengolahan ikan asin yang dibelah dan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak dibelah).

2. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen yang sangat besar yaitu terdapat pada pengolahan ikan asin yang dibelah bila dibandingkan pengolahan ikan asin yang bulat (tidak dibelah).

3. Terdapat 2 jenis saluran tataniaga ikan asin yang terdapat di daerah penelitian

4. Setiap lembaga tataniaga melaksanakan 8 fungsi tataniaga dalam melakukan tataniaga ikan asin antara lain fungsi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, pengepakan, marketing loss, pembiayaan dan informasi pasar dimana setiap lembaga yang dilakukan mengeluarkan biaya tataniaga.

5. Profit margin tertinggi terdapat pada saluran tataniaga II Rp 2.526 /kg (15,56%) sedangkan margin pemasaran terendah diperoleh dari saluran tataniaga I sebesar Rp 3.175,5/ kg (18,23).

6. Saluran tataniaga yang paling efisien adalah tataniaga ikan asin melalui saluran I karena pada saluran ini terjadi biaya pemasaran lebih kecil, dan merupakan saluran terpendek diantara kedua saluran tataniaga yang ada. Hal ini dikarenakan konsumen membeli hanya melalui pedagang pengecer.


(4)

Saran

1. Pada pengolah ikan asin (Produsen)

- Kepada para pengolah ikan asin agar meningkatkan pengolahan ikan asin untuk menjaga ketersediaan dan kontinuitas ikan asin untuk memenuhi permintaan konsumen.

- Selalu berusaha mencari informasi pasar ikan asin khusunya harga agar pengolah ikan asin memiliki pengetahuan yang luas tentang ikan asin.

- Untuk para pedagang perantara agar menggunakan fasilitas tataniaga yang tersedia dengan sebaik-baiknya dengan memanfaatkan teknologi.

- Agar memperluas jaringan tataniaga ikan asin baik pasar local maupun eksport dengan melakukan kerjasama dengan asosiasi dan koorporasi dalam bidang tataniaga tembakau.

2. Pada Pemerintah

- Pemerintah hendaknya membantu petani dalam mendistribusikan ikan asin, sehingga pangsa pasar ikan asin tetap lebih luas, dan agar terus memenuhi pasar internasional. - Pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi mengenai ikan asin kepada masyarakat

luas.

- Diharapkan agar melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perkembangan tataniaga ikan asin sebagai salah satu komoditi pertanian yang memiliki prospek untuk dikembangkan di masa mendatang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto,E. dan Evi Liviawaty.1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Angipora,M.P.1999. Dasar-dasar pemasaran. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Cramer.G. L and C. W. Jensen.1985. Agricultural Economics and Agribusiness Third

Edition. IOWA State Univ. Press. New york.

Gultom, H. 1996. Tataniaga Pertanian. Universitas Sumatera Utara Press. Medan. Hernanto, Fadholi. 1988. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kotler, Philip dan G. Amstrong .1997.Dasar-Dasar Pemasaran jilid 1. Prenhallindo. Jakarta. Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta.

Rosyidi,S . 1995. Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Grafindo prasada. Jakarta.

Sevilla, C.G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penebar Swadaya : Jakarta.

Soekartawi . 1988. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. ALFABETA, Cv. Bandung.

Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi ke2 Cetakan ke15. Rajagrafindo Persada. Jakarta.


(6)

Uhl, N.J. and Kohl.1980. Marketing of Agricultural Products. Purdue University. Macmillan Publising C., Inc.

Widodo, J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.