Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe

“PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA
TENTANG PELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI SMPI ALHIKMAH PONDOK CABE”
(Penelitian Tindakan Kelas)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:
SRI MAILINA
NIM 1111011000094
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016/1437 H

ABSTRAK

Sri Mailina, 1111011000094. Penerapan Strategi Contextual Teaching
and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran

Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh strategi
Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan pemahaman siswa
terhadap mata pelajaran akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe; 2) Untuk
mengetahui perubahan pola sikap siswa setelah menggunakan strategi CTL dalam
mata pelajaran akhlak terhadap sesama.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan yang muncul di dalam kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode pengamatan atau observasi, catatan lapangan, wawancara, dan
pelaksanaan tes hasil belajar disetiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan
dua siklus, yang terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat
tahapan, yiatu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Penelitian ini dilakukan di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe, Tangerang
Selatan, pada siswa kelas VIII A (delapan) yang berjumlah 33 siswa, semester
genap tahun ajaran 2014/2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman siswa
terhadap pelajaran akhlak tercela kepada sesama dengan menerapkan strategi
Contextual Teaching and Learning (CTL) ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu prasiklus (48,48%), siklus I
(75,75%) dan siklus II (90,9%) dengan nilai rata-rata siklus I adalah 73,27 dan
siklus II adalah 87,12. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan
strategi CTL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pelajaran akhlak
tercela kepada sesama di Kelas 8 Tahun Ajaran 2014/2015 di SMPI Al-Hikmah
Pondok Cabe. Dengan kata lain hipotesis penelitian ini diterima.
Kata kunci: Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL). Pemahaman
Siswa. Akidah Akhlak.

i

ABSTRAK

Sri Mailina, 1111011000094. Penerapan Strategi Contextual Teaching
and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran
Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe.
The aim of this research are:
1) For knowing the effect of Contextual Teaching and Learning strategy to
improve students comprehension to ward the subject matter of Akidah akhlak in
SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe; 2) For knowing the alteration of students after

using CTL strategy.
The method which is used in this research is classroom action (PTK).
Classroom action is implementedas an efforts for solving the problems in the
class. Accumulation of data was done with observation method,field
annotation,interview,and test in the end of learning. This research was arrangedin
2 cycles. Firstly, the cycle consist offour stages (planning,acting,observing,and
reflecting).
This research was carried out in SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe, Tangerang
Selatan, in VIII A class which number of 33 students, the even semester periode
2014/2015.
The result of this research showed that the increasing of students
comprehension toward the subject Akidah akhlak byContextual Teaching and
Learning (CTL) strategy designatedwith increasing the students learning
completement in every cycle, that is pracycle(48,48%), cycle I (75,75%), and
cycle II (90,9%) whereas the level values in cycle I is73,27 dan cycle II is
87,12.Thus, by using CTL strategy can improve comprehension the students about
Akidah akhlak( bad character ) so that this hypotheses in this research was
acceptable.
Key word:Contextual Teaching and Learning (CTL) strategy. Student
comprehension. The Lessons of Akidah akhlak


ii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi rabibbil-a’aalamiin. Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan banyak rahmat, nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon
pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shali ‘alaa
sayyidina Muhammad wa ‘alaa sayyidinaa Muhammad. Shalawat serta salam
tidak lupa saya kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, makhuk mulia
yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan membawa kita
pada jalan yang di ridhai Allah SWT. Terimakasih yang teramat banyak kepada
kedua orang tua tercinta Ayahanda Salim dan Ibunda Asanah, atas segala
pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis
kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan
kasih sayang.
Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka

penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Majid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Marhamah Saleh. Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Tanenji, MA. Dosen pembimbing yang selalu meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.
5. Ibu Ana Dian Kahayani. Kepala Sekolah SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMPI AlHikmah Pondok Cabe.

iii

6. Ibu Maria Syuhada, S.Fil. yang telah bekerjasama untuk melaksanakan
kegiatan penelitian dan memberikan saran serta kritikan dalam proses
pelaksanaan pembelajaran di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe.
7. Kakak-kakakku tersayang yaitu Aminah, Ridwan Ahim, Salman, Usup,
Alimudin, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan
mendoakan kepada penulis selama ini.

8. Dwi Agung Subekti, S.Pd.I yang telah memberikan doa, semangat, dan
saran bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
9. Sahabat-sahabat ku Afifah, Ana Nurwachidah, dan Anggun Atika yang
senantiasa selalu menemani dalam suka maupun duka, memberikan
keceriaan, motivasi, dan memberikan saran untuk menyelesaikan
penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat PAI C Muta’aliyah, Nining, Rena, Azkaa, Azizah, Uus,
Neha, Syifa, Ayu, Irfan, Jaka, Akmal, Rohmat, Firmansyah, Aziz, Firman,
Widadi, Haikal, Wiguna, Taufik, Syahrul, Topik, Ali, Arvin, Syauqi, dan
Abdau, serta Sahabat PAI Angkatan 2011 yang senantiasa membantu
dalam menyelesaikan penelitian.
11. Teman kosan ku tercinta Syifa, Ema, Kak Iin, Dila, Nidya, Aulia, Kak
Sana, Kak Hesti, Kak Elina, Mba Ziny, Ibu Nur yang selalu memberikan
keceriaan, canda tawa, dan semangat untuk penulis agar menyelesaikan
penelitian ini.
12. Adik-adik SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe yang telah mendukung proses
berjalannya penelitian.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, mudahmudahan segala bimbingan, dan bantuan, dan doa yang telah diberikan mendapat
imbalan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi seluruh pembaca.


Jakarta, 21 Desember 2015

Sri Mailina

iv

DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN.................................................................................... ix
DAFTRA LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I


PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
G. Hipotesis Tindakan............................................................................... 7

v

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ........................ 8
A. CTL (Contextual Teaching and Learning) .......................................... 8
1. Pengertian CTL ............................................................................. 8
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual .......................................... 9
3. Strategi Pembelajaran Kontekstual ............................................... 14
4. Karakteristik Pembelajaran CTL .................................................. 16
5. Langkah-Langkah Penerapan CTL ............................................... 16

B. Akhlak .................................................................................................. 17
1. Pengertian Akhlak ......................................................................... 17
2. Tujuan Akhlak............................................................................... 19
3. Akhlak Tercela Kepada Sesama ................................................... 21
4. Bentuk-Bentuk Akhlak Tercela Kepada Sesama .......................... 22
C. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 27
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus
Penelitian .............................................................................................. 27
1. Metode Penelitian ......................................................................... 27
2. Intervensi Tindakan atau Rencana Siklus Penelitian .................... 28
C. Subjek/ Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian .............................. 30
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .......................................... 30
E. Tahapan Intervensi Tindakan ............................................................... 30
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ........................................ 32
G. Data dan Sumber Data ......................................................................... 32
H. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 33
I.


Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 36

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ................................................... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Data...................................................... 40
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................................ 41
vi

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN
PEMBAHASAN ...................................................................... 42
A. Profil Sekolah ....................................................................................... 42
B. Deskripsi dan Analisis Data ................................................................. 45
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 60

BAB V


PENUTUP ................................................................................ 65
A. Kesimpulan .......................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Tahapan Intervensi Tindakan .................................................. 35

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrument Tes ......................................................... 39

Tabel 3.3

Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 41

Tabel 3.4

Kriteria Validitas Soal ............................................................. 43

Tabel 3.5

Koefisien Reliabilitas Tes ........................................................ 45

Tabel 4.1

Jumlah Peserta Didik Baru ...................................................... 50

Tabel 4.2

Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Ruang Belajar
dan Jenis Kelamin ................................................................... 50

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana .............................................................. 50

Tabel 4.4

Kegiatan Ekstrakurikuler ........................................................ 51

Tabel 4.5

Nama-Nama Guru SMPI Al-Hikmah ..................................... 51

Tabel 4.6

Tahapan Tindakan Siklus I ..................................................... 53

Tabel 4.7

Kesimpulan Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ........................ 57

Tabel 4.8

Tahapan Tindakan Siklus II ................................................... 59

Tabel 4.9

Kesimpulan Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ....................... 65

viii

DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1

Model Penelitian Tindakan Kelas ................................. 28

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Kisi-Kisi Instrument Tes

Lampiran 2

Hasil Validitas dan Reliabilitas Tes

Lampiran 3

RPP Siklus 1

Lampiran 4

Soal Siklus 1

Lampiran 5

RPP Siklus 2

Lampiran 6

Soal Siklus 2

Lampiran 7

Hasil Belajar Siswa

Lampiran 8

Lembar Observasi Siklus 1

Lampiran 9

Lembar Observasi Siklus 2

Lampiran 10 Hasil Wawancara
Lampiran 11 Catatan Lapangan
Lampiran 12 Data Profil Sekolah
Lampiran 13 SK-KD PAI SMP

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam

wacana

pendidikan,

ada

dua

tataran

yang

sering

dipertentangkan yang sesungguhnya saling membutuhkan, yakni teori dan
praktik. Filsuf pendidikan, John Dewey, mengingatkan kita bahwa teori
pada akhirnya dan seyogianya menjadi sesuatu yang paling praktis.
Berbagi teori muncul silih berganti dengan daya atraktif masing-masing.1
Untuk memahami hubungan teori dan implementasinya dalam dunia
pendidikan, ada empat konsep kunci yang saling terkait, yaitu
teaching, learning, instruction, dan curriculum. Teaching adalah
refleksi sistem kepribadian guru yang bertindak secara professional.
Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan
perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan. Instruction adalah
sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan belajar. Sedangkan
curriculum adalah sistem sosial yang berujung pada sebuah rencana
untuk pengajaran.2
Dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah
adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan dalam memahami
pelajaran walaupun ia telah mengeluarkan seluruh tenaga dan pikiran
untuk belajar. Penyebab timbulnya kesulitan-kesulitan dalam belajar di
sekolah salah satunya adalah guru tidak memberikan motivasi belajar
kepada siswa, kurangnya keterampilan guru dalam mengajar di kelas,
kurangnya minat siswa untuk belajar, sehingga walaupun siswa
memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran di depan kelas tetapi
tidak semua siswa bisa memahami apa yang disampaikan oleh guru
tersebut dan mempraktikkan nya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu,

perlunya menggunakan strategi pembelajaran ketika mengajar di

kelas.
1

Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching and Learning). Penerjemah Ibnu Setiawan
(Bandung: Kaifa Learning, 2014), Cet. 1. h. 17.
2
Ibid., h. 19.

1

2

Ketika saya melakukan observasi di sekolah, saya melihat guru bidang
studi yang mengajar di kelas cenderung melakukan kegiatan mengajar
menggunakan metode ceramah, sehingga peran siswa di kelas hanya
sebagai pendengar dan pencatat apa yang disampaikan oleh guru yang
mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang
diajarkan, khususnya dalam memahami materi akidah akhlak. Seharusnya,
guru menggunakan strategi belajar yang bisa membuat siswa semakin
semangat dan aktif dalam belajar.
Dari hasil pengamatan, siswa tersebut belum memiliki kesadaran
pentingnya sekolah bagi diri mereka sendiri dalam mencari ilmu. Semua
itu dibuktikan dengan nilai mereka di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), khususnya untuk mata pelajaran akidah akhlak yaitu 70. Oleh
karena itu, pentingnya menerapkan strategi Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya
mata pelajaran akidah akhlak agar siswa lebih mudah dalam memahami
pelajaran dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan
yang bertujuan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Strategi berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam
bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata
stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego
berarti merencanakan (to plan).3 Jadi, strategi adalah suatu rencana atau
pola yang dilakukan untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.
Di dalam konteks belajar –mengajar, strategi berarti pola umum
perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar. Menurut Gerlach dan Ely sebagaimana dikutip oleh Iif Khoiru
Ahmadi dkk. strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih
untuk

3

menyampaikan

materi

pembelajaran

dalam

lingkungan

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h. 3.

3

pembelajaran tertentu.4 Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya
dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan
yang telah direncanakan.5
Dari berbagai definisi, penulis menyimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas baik secara individu atau
berkelompok untuk mencapai tujuan tertentu sehingga memperoleh
keberhasilan dan kesuksesan yang ingin dicapai.
Strategi pembelajaran terdiri dari pembelajaran tematik, pembelajaran
tuntas (mastery learning), pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning).6
Strategi pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan
yang bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut terhadap
konteks

kehidupan

mereka

sehari-hari

sehingga

siswa

memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari
suatu permasalahan ke permasalahan yang lainnya.7
Dengan menggunakan strategi CTL, maka akan mempermudah guru
dalam memahamkan siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan karena
siswa terkadang malas dan tidak serius dalam belajar di kelas sehingga
mereka mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran terutama
pelajaran akidah akhlak.
CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi
dunia nyata siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka

4

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP ( Jakarta : PT. Prestasi
Pustakarya, 2011), Cet. 1, h. 9.
5
Abdul Majid, op.cit., h. 4.
6
Ibid., h. 228.
7
Ibid.

4

sebagai anggota keluarga dan masyarakat.8 Tujuan utama CTL adalah
membantu siswa dengan cara

yang tepat untuk mengaitkan makna

pelajaran-pelajaran akademik mereka. CTL membuat siswa mampu
menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks
kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna.9
Akidah akhlak merupakan materi pelajaran yang membahas mengenai
keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran islam dan
mempelajari tentang perilaku manusia yang baik dan yang buruk. Namun,
terkadang siswa hanya sekedar mengetahui dan mempelajarinya saja tanpa
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga itu menjadi tugas guru
untuk

memberikan

penjelasan

menggunakan

mengaitkan pengetahuan dengan

kenyataan

strategi

CTL

yang

sehingga siswa bisa

memahami secara materi dan praktik.
Akhlak tercela kepada sesama merupakan salah satu materi yang
terdapat dalam mata pelajaran akidah akhlak kelas 8 di SMPI Al-Hikmah
Pondok Cabe. Akhlak tercela kepada sesama terdiri dari hasad, dendam,
namimah, gibah, fitnah. Untuk siswa kelas 8 di SMPI Al-Hikmah Pondok
Cabe mata pelajaran akhlak tercela kepada sesama sedikit susah untuk
dipahami karena guru hanya menjelaskan dengan metode ceramah tanpa
mempraktikkan di depan kelas atau mengaitkan dengan kehidupan nyata.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan strategi pembelajaran
CTL ini tidak hanya semuanya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
pemahaman dan mengubah pola sikap siswa mengenai akhlak tercela
kepada sesama melainkan adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan
masyarakat agar siswa tetap merasa terbimbing.
Jadi, dalam hal ini diperlukan kerja sama antara guru, orangtua, dan
lingkungan masyarakat agar tercapainya tujuan pendidikan yang ideal
sesuai dengan yang diharapkan bersama.

8

Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung : PT. Karya Mandiri
Persada, 2008), h. 27.
9
Ibid., h. 29.

5

Berdasarkan dari berbagai permasalahan tersebut, maka penulis
mengajukan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi Contextual
Teaching and Learning dalam Peningkatan Pemahaman Siswa
Tentang Pelajaran Akidah Akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok
Cabe”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai
permasalahan yaitu :
1. Siswa kurang minat dalam mengikuti pelajaran akidah akhlak di SMPI AlHikmah Pondok Cabe
2. Guru tidak terampil dalam menyampaikan materi akidah akhlak di SMPI AlHikmah Pondok Cabe
3. Kurangnya pemahaman siswa tentang pelajaran akhlak tercela terhadap
sesama sehingga siswa tidak dapat membedakan antara perilaku terpuji dan
perilaku tercela dalam kehidupan sehari-hari.
4. Guru kurang memberikan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
akidah akhlak.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka
penulis membatasi masalahnya pada Penerapan strategi Contextual
Teaching and Learning dalam peningkatan pemahaman siswa tentang
pelajaran akhlak tercela terhadap sesama di kelas 8 tahun ajaran 2014/2015
di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe.

6

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalahnya pada :
1. Bagaimana

pengaruh

strategi

pembelajaran

CTL

(Contextual

Teaching and Learning) dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang pelajaran akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe?
2. Apakah terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) terhadap perubahan sikap siswa
di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe?

E. Tujuan Penelitian
Dari beberapa pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas
maka tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh strategi Contextual Teaching and

Learning dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran akidah akhlak di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe
2. Untuk mengetahui perubahan pola sikap siswa setelah menggunakan
strategi Contextual Teaching and Learning dalam mata pelajaran
akhlak terhadap sesama.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan
terhadap guru agar senantiasa memotivasi siswa SMPI Al-Hikmah
Pondok Cabe dalam meningkatkan pemahaman dan akhlak siswa.
b. Dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dalam meningkatkan
pemahaman dan akhlak siswa di SMPI Al-Hikmah Pondok Cabe.
2. Bagi sekolah
a. Penelitian ini berguna untuk memberikan wacana baru tentang
pembelajaran akidah akhlak yang diinginkan oleh siswa.

7

3. Bagi Penulis
a. Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang
penerapan

strategi

pembelajaran

Contextual

Teaching

and

Learning dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang mata
pelajaran akidah akhlak.

G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Melalui Penerapan strategi Contextual Teaching and Learning dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang pelajaran akidah akhlak di SMPI
Al-Hikmah Pondok Cabe”

BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN

A. CTL (Contextual Teaching and Learning)

1. Pengertian CTL
CTL merupakan singkatan dari Contekstual Teaching and
Learning. Konteks berasal dari kata kerja Latin contexere yang berarti
“menjalin bersama”. Kata “konteks” merujuk pada “keseluruhan
situasi, latar belakang, atau lingkungan” yang berhubungan dengan
diri, yang terjalin bersamanya.1
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka.2
Menurut Blanchard, Bern dan Erickson sebagaimana dikutip oleh
Kokom Komalasari “Contextual teaching and learning is a
conception of teaching and learning that helps teachers relate
subject matter content to real world situations; and motivates
students to make connections between knowledge and its
applications to their lives as family members, citizens, and
workers and engage in the hard work that learning requires.”
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan
mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, dan pekerja.3
1

Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching and Learning), (Bandung: Kaifa Learning,
2014), h. Cet. 1, h. 82-83.
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 5, h. 255.
3
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi , (Bandung : PT. Refika
Aditama, 2011), Cet. 2, h. 6.

8

9

Dari beberapa defenisi, penulis menyimpulkan bahwa CTL
merupakan pembelajaran yang tidak hanya diberikan teori melainkan
siswa berperan langsung dalam kegiatan tersebut dan mengaitkan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan siswa untuk lebih
memahami makna pelajaran atau pengetahuan yang diberikan oleh
guru.
Adapun konsep pembelajaran kontekstual terdiri dari 3 yaitu a)
CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi; b) CTL mendorong agar para siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dan situasi kehidupan nyata; c)
CTL

mendorong

siswa

untuk

dapat

menerapkannya

dalam

kehidupan.4
CTL suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, karena
melakukan lebih dari sekedar menuntun para siswa dalam
menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para siswa dalam
mencari makna “konteks” itu sendiri. CTL mendorong mereka
melihat bahwa manusia itu sendiri memiliki kapasitas dan
tanggung jawab untuk memengaruhi dan membentuk sederetan
konteks yang meliputi keluarga lingkungan, masyarakat, dll.5
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Beberapa komponen yang ada di dalam metode Contextual
Teaching and Learning adalah sebagai berikut:
a. Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.6 Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
membangun

pengetahuan

itu

memberi

makna

melalui

pengalaman yang nyata. Jadi, konsep bukanlah tidak penting
4

Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung : PT. Karya Mandiri
Persada, 2008), h. 27-28.
5
Elaine B. Johnson, op. cit., h. 66.
6
WinaSanjaya, op. cit., h. 264.

10

sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus
dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa itu dapat memberikan
pedoman nyata terhadap siswa dalam kehidapan sehari-hari.
Oleh karena itu, dalam Strategi CTL untuk membelajarkan
siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan
merupakan unsur

yang diutamakan dibandingkan dengan

penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus
diingat oleh siswa.7 Dengan cara itu, pengalaman belajar siswa
akan

memfasilitasi

kemampuan

siswa

untuk

melakukan

transformasi terhadap pemecahan masalah lain yang memiliki
keterkaitan, meskipun terjadi pada ruang dan waktu yang
berbeda.8
b.

Menemukan (Inquiry)
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan
proses menemukan (inquiry) terhadap sejumlah pengetahuan dan
keterampilan. Adapun proses inquiry terdiri dari :
1) Pengamatan (Observation);
2) Bertanya (Questioning);
3) Mengajukan dugaan (Hipothesis);
4) Pengumpulan data (Data Ghatering);
5) Penyimpulan (Conclussion); 9
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang

7

Rusman, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru, ( Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. 5, h. 193.
8
Ibid., h. 194.
9
Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2012), Cet. 3, h. 73.

11

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.10
c. Bertanya (Questioning)
Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar
siswa dapat menemukan sendiri.11 Oleh karena itu, cukup
beralasan jika dengan pengembangan bertanya produktivitas
pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya, maka:
1) Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun
akademik;
2) Mengecek pemahaman siswa;
3) Membangkitkan respon siswa;
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
5) Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa;
6) Memfokuskan perhatian siswa;
7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
8) Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki
siswa;12

d.

Masyarakat Belajar (Learning Community)
Menurut Leo Semenovich Vygotsky sebagaimana dikutip
oleh Wina Sanjaya, menyatakan bahwa pengetahuan dan
pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang
lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan
sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain.13
Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang

10

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan PendidikanI, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), Cet. 6, h. 114.
11
Wina Sanjaya, op. cit., h. 266.
12
Rusman, op. cit., h. 195.
13
Wina Sanjaya, op. cit., h. 267.

12

lain. Kerja sama dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik
dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan
yang terjadi secara alamiah. Dalam kelas CTL, penerapan
learning community dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik
dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat
dari bakat dan minatnya.14
Oleh karena itu, pentingnya menerapkan learning community
dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar di kelas
karena ketika bekerja sama dengan siswa lainnya maka siswa
dapat berbagi pengalaman, berbagi pemecahan permasalahan dan
berbagi informasi tentang sesuatu yang sudah diketahui.
e.

Permodelan (Modelling)
Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan
adanya permodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan
maupun yang bersifat fisik yang berkaitan dengan cara untuk
mengoperasikan

sesuatu

aktivitas,

pengetahuan atau keterampilan tertentu.

cara

untuk

menguasi

15

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model.

Permodelan

dirancang

dengan

melibatkan

siswa.

Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan
pengalaman yang diketahuinya.16
f.

Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilaluinya.17

14

Trianto, op. cit., h. 116.
Hanafiyah, loc.cit.
16
Trianto, op.cit., h. 117.
17
Wina Sanjaya, op. cit., h. 268.
15

13

Dalam proses pembelajaran CTL, guru seharusnya
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
Realisasinya berupa:
1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya
hari itu;
2) Catatan atau jurnal di buku siswa;
3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu;
4) Diskusi; dan
5) Hasil karya.18
g.

Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa.19 Penilaian ini diperlukan untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah
pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif
terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.20
Adapun karakteristik dari penilaian autentik adalah sebagai
berikut:
1) Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
2) Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi.
3) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dilakukan
dalam beberapa tahapan sesuai dengan tahapan waktu dan
bahasannya.
4) Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai
aspek penegtahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik
sebagai satu kesatuan utuh.
5) Hasil penilaian digunakan sebagai feedback, yaitu untuk
keperluan pengayaan (enrichment) standar minimal telah

18

Trianto, loc. cit.
Ibid., h. 118
20
Wina Sanjaya, op. cit., h. 269.
19

14

tercapai atau mengulang (remedial) jika nilai standar belum
tercapai.21

3. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Menurut Bern dan Erickson sebagaimana yang dikutip oleh
Kokom

Komalasari

mengemukakan

lima

strategi

dalam

mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, yaitu:
a.

Pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning),
pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah
dengan mengintegrasiakn berbagai konsep dan keterampilan dari
berbagai displin ilmu.

b.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), pendekatan
yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan
kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

c.

Pembelajaran

berbasis

proyek

(Project-Based

Learning),

pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu
disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas
penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri
membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan kerja
nyata.
d.

Pembelajaran pelayanan (Service Learning), pendekatan yang
menyediakan

suatu

aplikasi

praktis

suatu

pengembangan

pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di
masyarakat melalui proyek dan aktivitas.
e.

Pembelajaran berbasis kerja (Work-Based Learning), pendekatan
di mana tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi di kelas
untuk kepentingan para siswa dan bisnis.22

21
22

Hanafiyah, op.cit., h. 76.
Komalasari, op. cit., h. 23-24.

15

Kurikulum dan instruksi yang berdasarkan strategi pembelajaran
kontekstual haruslah dirancang untuk merangsang 5 (lima) bentuk
dasar dari pembelajaran:
a.

Menghubungkan (Relating). Relating adalah belajar dalam suatu
konteks sebuah pengalaman hidup yang nyata atau awal sebelum
pengetahuan ini diperoleh siswa. Guru menggunakan relating
ketika mereka mencoba menghubungkan konsep baru dengan
sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.

b.

Mencoba (Experiencing). Pada bagian ini guru harus dapat
memberikan kegiatan yang hands-on kepada siswa sehingga dari
kegiatan

yang

dilakukan

siswa

tersebut

siswa

dapat

membangunpengetahuannya.
c.

Mengaplikasi (Applying). Strategi applying sebagai belajar
dengan menerapkan konsep-konsep. Siswa mengaplikasikan
konsep-konsep ketika mereka berhubungan dengan aktivitas
penyelesaian masalah yang hands-on dan proyek-proyek.

d.

Bekerja sama (Cooperating). Bekerja sama ketika belajar akan
memberikan

manfaat

berkomunikasi

dengan

saling

berbagi,

pelajar

merespons,

lainnya

adalah

dan

strategi

instruksional yang utama dalam pengajaran kontekstual.
e.

Proses transfer ilmu (Transferring). Transferring adalah strategi
mengajar

yang

kita

definisikan

sebagai

menggunakan

pengetahuan dalam sebuah konteks baru atau situasi baru suatu
hal yang belum teratasi/diselesaikan dalam kelas.23

23

Trianto, op. cit., h. 109

16

4. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran CTL, adalah
sebagai berikut:
a.

Kerjasama

b.

Saling menunjang

c.

Menyenangkan, tidak membosankan

d.

Belajar dengan bergairah

e.

Pembelajaran terintegrasi

f.

Menggunakn berbagai sumber

g.

Siswa aktif

h.

Sharing dengan teman

i.

Siswa kritis dan guru kreatif

j.

Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, petapeta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain.

k.

Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tapi hasil karya
siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dll.24
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih

merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topic yang akan dipelajarinya.25

5. Langkah-Langkah Penerapan CTL
Adapun langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah
sebagai berikut:
a.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan

cara

bekerja

sendiri,

menemukan

sendiri,

dan

mengonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b.
24

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran , ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. 1, h.

230.
25

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiry untuk semua topic.

Ibid.

17

c.

Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d.

Ciptakan

masyarakat

belajar

(belajar

dengan

kelompok-

kelompok).
e.

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f.

Lakukan refleksi diakhir pertemuan.

g.

Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.26

B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata akhlak diartikan
sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut bahasa, akhlak adalah
bentuk jamak dari kata khulk. Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.27 Di dalam sebuah
kitab yang ditulis oleh Abd. Hamid Yunus yang berjudul Da‟iratul
Ma‟arif sebagaimana dikutip oleh Drs. Zahruddin AR, M. M.Si. dan
Hasanudin Sinaga, S. Ag., M.A. dikatakan :

“akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”28
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifatsifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik
yang disebut dengan akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk yang
disebut dengan akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.29
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab ihya yang dikutip oleh
Drs. Asmaran As., M.A. Al-Khulk ialah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang

26

Trianto, op. cit., h. 111.
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak , ( Jakarta : Rajawali Pers, 1992), Cet. 3, h. 1.
28
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet. 1, h. 3.
29
Asmaran As, loc.cit.
27

18

dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.30 Dalam
bahasa Yunani pengertian Khulk disamakan dengan kata ethicos atau
ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecendrungan hati
untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi
etika.31Jadi, hakikatnya khulk atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat
yang meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbul
berbagai macam perbuatan dengan spontan dan mudah tanpa dibuatbuat.
Dari berbagai definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa
akhlak adalah sifat, perilaku, dan kebiasaan yang dibentuk dari sejak
lahir hingga sekarang yang timbul secara spontan dan tanpa dibuatbuat yang sudah tertanam dalam jiwa nya baik itu perilaku baik dan
perilaku buruk, semua itu tergantung dari pembinaan orang tua dan
keluarga serta lingkungan. Oleh karena itu, perlunya pendidikan
akhlak dari sejak dini agar ketika dewasa kelak mereka bisa
membedakan yang termasuk perilaku baik dan buruk
Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.

b.

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah
tanpa pemikiran.

c.

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri
orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.

30

Ibid., h. 2-3
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran ,( Jakarta : Amzah, 2007),
Cet. 1, h.3.
31

19

d.

Perbuatan

akhlak

adalah

perbuatan

dilakukan

dengan

sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena
bersandiwara.32
Akhlak terbagi menjadi dua bagian yaitu akhlak baik yang
dinamakan akhlak al-mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak alkarimah (akhlak yang mulia), dan akhlak mamduduah (akhlak
tercela).

2. Tujuan Akhlak
Tujuan ialah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun
kelompok. Tujuan akhlak yang dimaksud ialah melakukan sesuatu atau
tidak melakukannya yang dikenal dengan istilah Al-Ghayah, dalam
bahasa inggris disebut the high goal, dalam bahasa Indonesia disebut
dengan ketinggian akhlak.33
Ketinggian akhlak diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan
pada pemuasan nafsu makan, minum, dan syahwat dengan cara yang
halal. Adapula yang meletakkan ketinggian akhlak itu pada kedudukan
dan tindakan ke arah pemikiran atau kebijaksanaan atau hikmah.34
L. Klinovitch (sosiolog komunis) sebagaimana dikutip oleh M.
Yatimin Abdullah, mengatakan the happiness of man is not in
God, patriotic, justice, family, but happiness of man in to satisfy
passion, because man and sex are identical (kebahagiaan
seseorang tidak karena kepercayaan kepada Tuhan, tidak karena
sifat patriot, tidak karena kecantikan, keluarga, persaudaraan,
pekerjaan, tetapi kemuliaan itu terletak pada pemuasan nafsu,
sebab antara orang dan nafsu sangat identik).35
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim
berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beristiadat yang
baik sesuai dengan ajaran Islam. Disamping itu, setiap muslim yang
berakhlak baik dapat memperoleh hal-hal berikut:

32

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 2, h. 151.
33
M. Yatimin Abdullah, op.cit., h. 10
34
Ibid.
35
M. Yatimin Abdullah, op.cit., h. 10-11.

20

a.

Rida Allah swt.
Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam, senantiasa
melaksanakan segala perbuatannya dengan hati ikhlas, sematamata karena mengharap rida Allah.

b.

Kepribadian Muslim
Segala perilaku muslim, baik ucapan, perbuatan, pikiran maupun
kata hatinya mencerminkan sikap ajaran Islam. Allah swt.
berfirman:

         
   

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah
diri?" (QS. Fushshilat: 33)36
c.

Perbuatan mulia dan terhindar dari perbuatan tercela
Dengan bimbingan hati yang diridai Allah dengan keikhlasan,

akan terwujud perbuatan-perbuatan terpuji, yang seimbang antara
kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela.37
Jadi, tujuan akhlak diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat bagi pelakunya sesuai ajaran alquran dan hadits.38
Akhlak yang tercela disebut juga dengan akhlak mazmumah.
Akhlak madzmumah merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat
merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan mertabatnya sebagai
manusia.39 Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji,
seperti hasad, dendam, gibah, fitnah, namimah, dll. Akhlak tercela

36

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media,
2005), h. 30.
37
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), Cet. 1, h. 211-212.
38
M. Yatimin Abdullah, op.cit., h. 11.
39
Rosihon Anwar, op. cit., h. 247.

21

dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu
sendiri, orang lain yang disekitarnya maupun lingkungan sekitarnya.

3. Akhlak Tercela Kepada Sesama
Akhlak yang tercela disebut juga dengan akhlak mazmumah.
Akhlak mazmumah merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat
merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan mertabatnya sebagai
manusia.40 Menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh
Asmaran AS, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat
muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya
kepada kebinasan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan
dengan fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.41
Akhlak buruk, yaitu suatu sifat yang tercela dan dilarang oleh
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
seseorang melaksanakannya niscaya mendapatkan dosa dari Allah
karena perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela dihadapan
Allah.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa
akhlak tercela kepada sesama adalah suatu perilaku yang tidak baik
atau yang dilarang dalam agama Islam untuk dilakukan karena dapat
merugikan orang lain dan membawanya kepada suatu kehancuran bagi
dirinya sendiri baik itu jiwa maupun fisiknya. Oleh karena itu,
seharusnya kita menghindar untuk tidak melakukan akhlak tercela
karena itu merupakan suatu perilaku yang tidak disukai oleh Allah swt.

40
41

Ibid., h. 247.
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, op.cit., h. 154.

22

4. Bentuk-Bentuk Akhlak Tercela kepada Sesama
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji, seperti
hasad, dendam, gibah, fitnah, namimah, dll. Akhlak tercela dapat
mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri,
orang lain yang disekitarnya maupun lingkungan sekitarnya.
Adapun bentuk-bentuk akhlak tercela kepada sesama adalah
sebagai berikut:
a.

Hasad
Secara harfiah, hasad berarti dengki. Al-Nawawi dalam
kitabnya Riyadhushholihin, menjelaskan bahwa hasad adalah
mengharap hilangnya nikmat yang dimiliki oleh orang lain.42
Hasad merupakan akibat dari dendam. Dendam merupakan akibat
dari marah. Hasad disebut iri hati atau dengki. Rasulullah saw.
bersabda:

“Dari Abu Hurairah, Sesungguhnya Rasulullah saw. berkata
“Hasad memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu
bakar.”43
Hakikat hasad adalah membenci kenikmatan Allah kepada
saudara nya, maka ia menginginkan kenikmatan itu hilang
darinya. Jika ia tidak membenci hal itu bagi saudaranya, maka
tidak menginginkan kehilangannya, tetapi menginginkannya
untuk dirinya sebagaimana yang ada pada saudaranya. Hal
yang demikian itu disebut ghibthah.44

Din Wahid, “Akhlak”. dalam Jamhari Makruf (ed.), Buku Pengayaan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP dan SMA, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet.
I, h. 106
43
Imam Abu Daud, Sunan Abi Daud Bab Hasad Juz 4 No. 4095 (Maktabah syamilah), hal,
427.
44
Al-Ghazali, “ Ihya’ „Ulumuddin” dalam Irwan Kurniawan (ed.), Mutiara Ihya‟ „Ulumuddin,,
(Bandung: Mizan, 2000), Cet. 10, h. 252.
42

23

Allah SWT berfirman :

         

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain.” (QS. An-Nisa: 32)
b.

Dendam
Dendam dalam bahasa arab disebut hiqid. Dendam ialah
benci atau tidak senang dalam hati dan berniat membalasnya pada
saat-saat tertentu. Sifat dendam ini adalah sifat yang sangat
tercela dan sulit untuk mendapat pengampunan dari Allah, ketika
ajalnya telah tiba ia masih mendendam saja.45

c.

Gibah
Gibah berasal dari bahasa arab, yaitu

ً ْ‫– غي‬

ْ‫– يغي‬

‫غ‬

ً ‫ وغيْ ةً وغي‬yang artinya tersembunyi, tidak tampak, atau
menggunjing.

Ghibah

berarti

mengggunjingkan

atau

membicarakan kekurangan atau aib orang lain yang tidak
disukainya. Gibah dilarang dalam Islam, karena perbuatan ini
membuka aib orang lain, padahal Islam mengajarkan umatnya
untuk menutup aib orang lain sesama muslim.46 Gibah bisa
disamakan dengan gosip. Hampir setiap hari, orang sibuk
menggosipka

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Penerapan Metode Information Search dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Mata Pelajaran Fiqih di SMP Islam Al – Hikmah Pondok Cabe

0 10 151

Kreativitas guru dalam meningkatkan prestasi siswa di SMP Islam Al Hikmah Pondok Cabe Ilir

1 92 77

Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Peningkatan Kreativitas Matematika Siswa

0 4 10

PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOOPERATIF Penerapan Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kooperatif Siswa Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi

0 2 17

PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK PENINGKATAN KERJA KERAS BELAJAR MATEMATIKA Penerapan Strategi Contextual Teaching And Learning Untuk Peningkatan Kerja Keras Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Ka

0 1 17

PENERAPAN STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK PENINGKATAN KERJA KERAS BELAJAR MATEMATIKA Penerapan Strategi Contextual Teaching And Learning Untuk Peningkatan Kerja Keras Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Ka

0 1 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI POKOK GAYA.

0 3 34

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI STRATEGI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN PENGOPTIMALAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA A

0 3 16

12 PENINGKATAN PEMAHAMAN REPORT TEXT MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

0 0 12