Kreativitas guru dalam meningkatkan prestasi siswa di SMP Islam Al Hikmah Pondok Cabe Ilir

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

SUMIYATI

NIM. 1810011000104

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMP Islam Al Hikmah Pondok Cabe Ilir”

Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., selaku Ketua Panitia dan Sekretaris Jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bahrissalim, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.

4. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya yang telah memberikan kontribusi pemikiran melalui pengajaran dan diskusi yang berkaitan dengan skripsi ini.

6. Ana Dian K. M.Pd., selaku kepala sekolah SMP Islam Al Hikmah Pondok Cabe Ilir Pamulang Kota Tangerang Selatan, serta para guru yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.


(7)

iii

7. Terkhusus untuk ayahanda dan ibunda tercinta H. Risin (alm) dan Hj. Munhana, yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, mendidik, dan mencurahkan kasih saying kepada penulis.

8. Suami tercinta Edo Prayoga, dan ananda tersayang M. Agustio Prayoga, yang selalu memberikan dukungan, semangat, pengertian, dan doa kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh siswa-siswi SMP Islam Al Hikmah Pondok Cabe Ilir Pamulang Kota Tangerang Selatan khususnya siswa-siswi kelas VII yang telah membantu penulis menjawab angket yang telah penulis berikan.

10. Rekan-rekan guru RA Assa’adah yang telah memberikan semangat kepada penulis.

11. Mukhtaruddin El-Anshary, S.Ag., M.Si., beserta istri dan anak-anaknya (Quin, Quila, dan Quinta) yang telah sumbang saran dan ide, memberikan motivasi, dan mengijinkan penggunaan buku-buku pribadi yang diperlukan dalam proses penulisan skripsi.

12. Kakanda Fahruzi, Mustofa, Suhani, dan Suhaya, terimakasih atas doa-doa yang dipanjatkannya.

13. Adinda Sumari dan M. Mukron Alwi yang juga berjasa dalam proses penyelesaian pembuatan skripsi.

14. Seluruh rekan-rekan mahasiswa angkatan 2010, terimakasih atas semua hubungan pertemanan dan persaudaraan semoga semua menjadi amal soleh. 15. Muthi, Fani, Dira, Eha, Lastri, Enjit, Antar, Lafifah, Isna, Ilma, Rahmah, dan

Raika, keponakan-keponakanku yang lucu-lucu dan menggemaskan,terimakasih kalian telah memberikan warna dalam hidupku.

16. Kepada semua pihak yang telah membantu baik teman, saudara, dan kerabat yang belum disebutkan, penulis mohon maaf dan terimakasih atas bantuan semuanya.


(8)

iv

Penulis berdoa dan berharap kepada Allah SWT, agar seluruh pengorbanan yang telah diberikan akan mendapatkan balasan yang setimpal disisi-Nya, Jazakumullah khairan Katsiran.

Jakarta, Juni 2015


(9)

v

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK …………... i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……… ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Identifikasi Masalah ……… 5

C. Pembatasan Masalah ………... 5

D. Rumusan Masalah ………... 5

E. Tujuan Penelitian ………..…………... 5

F. Manfaat Penelitian ………... 5

BAB II KAJIAN TEORI A.Kreativitas Mengajar Guru ………...…… 7

1. Pengertian Kreativitas ……… 7

2. Fungsi Kreativitas ………... 9


(10)

vi

4. Ciri-ciri Guru Kreatif ……….. 14

5. Bidang-bidang Pengembangan Kreativitas ……… 18

6. Peranan Guru Dalam Menumbuh-kembangkan Kreativitas Siswa ……… 20

B. Prestasi Belajar ……… 21

1.Pengertian Prestasi Belajar ………... 2.Fungsi Prestasi Belajar ………... 3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar …... 21 24 25 C. Hubungan antara Kedua Variabel……… 27

D. Kerangka Berfikir ……… 25

E. Hipotesis ……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 27

B. Variabel Penelitian ………. 27

C. Populasi dan Sampel ………... 27

1. Populasi ………... 27

2. Sampel ……….... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 29

E. Teknik Analisis Data ………... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir ………. 30 1. Sejarah dan Kurikulum SMP Islam Al-Hikmah Pondok


(11)

vii

Cabe Ilir ………... 30

2. Visi dan Misi SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir ……….. 30

3. Keadaan Guru ………... 31

4. Keadaan Siswa Secara Umum ………... 32

B. Deskripsi Data ………... 32

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 51

B. Saran-saran ………... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Daftar Tenaga Kependidikan SMP Islam AL Hikamh Pondok Cabe Ilir Tahun Pelajaran 20142015

………... 34 2. Tabel 2. Keadaan Siswa Secara Umum ... 35 3. Tabel 3. Guru menunjukkan semangat ketika menjelaskan materi

kepada siswa ……….………….. 36 4. Tabel 4. Guru menegur siswa yang malas …..………..………... 5. Tabel 5. Guru menjelaskan pelajaran dengan melihat buku ……….. 6. Tabel 6. Guru menjelaskan materi menggunakan alat bantu peraga ... 7. Tabel 7. Guru menggunakan permainan dalam mengajar …………. 8. Tabel 8. Guru memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran .. 9. Tabel 9. Guru menanamkan rasa gemar membaca siswa ………….. 10. Tabel 10. Guru menjelaskan pelajaran dengan memberikan

contoh-contoh sehingga mudah dipahami ……….. 11. Tabel 11. Guru membuat kelompok diskusi untuk mencari solusi

dari suatu masalah ……….….. 12. Tabel 12. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menjelaskan pelajaran di depan kelas ……….……… 13. Tabel 13. Guru menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran .. 14. Tabel 14. Sikap guru menyenangkan saat belajar ………... 15. Tabel 15. Guru menjelaskan materi di kelas dengan tenang dan

penuh percaya diri ………... 16. Tabel 16. Tugas yang diberikan guru mudah dipahami ………..

37 37 38 39 39 40

41

42

42 43 44

45 45


(13)

x

17. Tabel 17. Guru memotivasi siswa agar giat belajar ……… 18. Tabel 18. Guru marah jika dikritik siswa berkaitan dengan

penyampaian materi ……… 19. Tabel 19. Guru menyuruh siswa mengulang kembali pelajaran di

rumah ……….. 20. Tabel 20. Guru setiap mengajar meninggalkan ruang kelas ………... 21. Tabel 21. Guru hanya menjelaskan materi tanpa memperhatikan

tingkah laku siswa di kelas ……… 22. Tabel 22. Guru menjelaskan materi dengan metode yang sama

seperti materi yang lain ………... 23. Tabel 23. Guru ketika menjelaskan materi melihat buku pegangan ... 24. Tabel 24. Guru membentuk kelompok belajar agar siswa

memperhatikan pelajaran ……… 25. Tabel 25. Guru memberikan banyak alternatif jawaban atas

pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran ………... 26. Tabel 26. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan sikap ragu …… 27. Tabel 27. Guru membiarkan siswa yang mengalami kesulitan dalam

pelajaran ………

46

47

48 48

49

50 51

51

52 53


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap siswa tidak pernah bisa terlepas dari proses belajar, terutama proses pembelajaran di lingkungan sekolah. Dalam proses belajar, kemampuan kognitif mempunyai andil dalam membantu siswa untuk dapat menangkap dan memahami pengetahuan, ilmu, keterampilan, dan segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran. Perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses psikologis yang di dalamnya melibatkan proses-proses memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan-kegiatan mental seperti mengingat, berpikir, menimbang, mengamati, menganalisa, mensintesis, mengevaluasi, dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.1

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran tidak pernah bisa terlepas dari perkembangan kognitif siswa. Aspek kognitif ini akan mempengaruhi keberhasilan seorang siswa dalam menyerap dan memahami setiap materi pelajaran yang pada akhirnya berpengaruh terhadap perolehan prestasi siswa dalam bidang akademik yang biasa disebut dengan prestasi belajar.

Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan alat yang dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Perolehan prestasi belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam :

1


(15)

1. Keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

2. Keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.2

Adapun faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar seperti kecerdasan/intelegensi, motivasi, minat, sikap, bakat, perhatian, pengamatan, ingatan, berfikir, dan motif.3

Faktor eksternal dibagi menjadi dua bagian, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Sedangkan lingkungan nonsosial meliputi 3 bagian, yaitu pertama lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang

2

Abdil Rahman Sholeh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Recana, 2008), cet.III, hal 221

3Ibid


(16)

3

tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Kedua, Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa. Ketiga, Faktor instrumental. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrument ini dapat berwujud seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, kurikulum, bahan / program yang dipelajari, dan pedoman-pedoman belajar.4

Berdasarkan penjelasan tersebut, guru masuk dalam kategori lingkungan sosial siswa. Oleh karena itu, disamping faktor-faktor lainnya, faktor guru juga berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar para siswanya. Berhasil tidaknya seorang guru dalam meningkatkan hasil belajar siswanya bergantung pula pada kreativitas dirinya dalam menjalankan proses belajar mengajar.

Kreativitas seorang guru dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa karena semakin kreatif dalam menyampaikan materi, semakin mudah pula siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap keberhasilan siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap hasil belajar mereka.

Dalam proses belajar mengajar banyak metode-metode yang dapat digunakan dalam rangka penyampaian suatu bidang studi. Namun metode-metode yang telah ada itu kadang-kadang tidak menjamin suatu keberhasilan. Itu tergantung pada guru bagaimana memilih suatu metode yang sesuai dan cocok dengan materi yang disampaikan atau saat berlangsung proses belajar mengajar, semua itu merupakan

4

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 64.


(17)

kemampuan dan kreativitas guru dalam menganalisa semua metode dan penguasaannya.

Oleh karena itu, sebelum dilangsungkannya proses belajar mengajar, guru harus mempersiapkan dan merencanakan proses kegiatan belajar mengajar secara sistematis sehingga dapat terampil dalam proses belajar mengajar. Untuk mewujudkan hal di atas seorang guru dituntut untuk memiliki kreativitas mengajar seperti: kreativitas bertanya, kreativitas memberi penguatan, kreativitas memberi variasi, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, kreativitas mengelola kelas, membimbing diskusi kelompok kecil dan kreativitas dalam menjelaskan. Dengan demikian kreativitas mengajar tersebut harus senantiasa dikembangkan oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran. sebab kreativitas mengajar seorang guru sangat menentukan berkembang atau tidaknya aspek kognitif seorang siswa yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap hasil belajar siswa.

Dalam rangka mewujudkan hasil belajar yang tahan lama pada diri siswa dan semakin mantapnya seorang siswa menguasai materi pelajaran, guru harus kreatif dalam mengelola kelas, menyampaikan materi, dan penggunaan sarana-prasarana sehingga setiap siswa dapat memahami materi yang diberikan agar hasil belajar dapat diingat untuk selamanya sehingga potensi siswa ikut berkembang dan akhirnya mutu pendidikan pun ikut meningkat.

Dari uraian di atas, penulis merasa perlu membahas lebih lanjut masalah kreativitas mengajar guru dalam mengembangkan aspek kognitif siswa. Dengan mengangkat judul “KREATIVITAS GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL-HIKMAH PONDOK CABE ILIR”.

B. Identifikasi Masalah


(18)

5

2. Masih rendahnya kesadaran guru terhadap kemampuannya dalam proses belajar dan mengajar.

3. Rendahnya prestasi belajar yang diraih setiap siswa

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang disebabkan oleh luasnya pembahasan, peneliti membatasi masalah ini hanya pada Kreativitas mengajar guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut penulis merumuskan beberapa pokok-pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kreativitas mengajar guru di SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir? 3. Apakah kreativitas guru di SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir

berpengaruh terhadap prestasi belajar?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kreativitas mengajar guru di SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir.

2. Untuk mengetahui efektivitas kreativitas guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, yaitu untuk menambah wawasan bagi penulis sendiri dan masyarakat, khususnya civitas akademika.


(19)

2. Manfaat praktis, yaitu untuk memberikan kontribusi pemikiran khususnya bagi para guru atau pengelola pendidikan lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan kreativitas mengajar.


(20)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A

. Kreativitas Mengajar Guru 1. Pengertian Kreativitas

Para ahli mendefinisikan kreativitas secara berbeda-beda. Sedemikian beragam definisi itu, sehingga pengertian kreativitas bergantung pada bagaimana pandangan orang yang mendefinisikannya. Dalam kamus Bahasa Indonesia, kreativitas berarti daya cipta atau kemajuan mencipta. Dalam hal ini kreativitas lebih diartikan pada cipta atau kemajuan mencipta. Dalam hal ini kreativitas lebih diartikan pada kemampuan membuat gabungan atau kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya, sekalipun dalam bentuk sederhana.1

Menurut Mead, sebagaimana dikutip oleh Hasan Langgulung, ia mengatakan bahwa kreativitas adalah proses yang dilakukan oleh seseorang yang menyebabkan ia mencipta sesuatu yang baru baginya.2

Maslow dalam Amal Abdussalam mendefinisikan kreativitas sebagai “suatu kekuatan yang tersimpan dibalik kesempurnaan manusia”. Kreativitas ini didasarkan pada asas cinta dan kebebasan dalam berekspresi dari hasrat dan dorongan yang ditemukan dalam diri manusia. Sedangkan Frome berpendapat bahwa “Kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat dilihat atau didengar”.3

1

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. 1, h. 682

2

Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), cet. 1, hal. 174.

3

Amal Abdussalam, Mengembangkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2005), hal.13.


(21)

Ibrahim Muhammad memberikan pengertian kreativitas adalah “suatu solusi baru yang orisinal terhadap problematika keilmuan, pekerjaan, seni atau sosial atau menyebutkan sejumlah alternatif baru yang mampu menerobos dan menyelesaikan problematika dengan solusi jitu, baru dan orisinal.4 Sedangkan Guilford dalam Ibrahim memberikan pengertian kreativitas adalah “melahirkan” menciptakan dan memproduksi sesuatu yang baru.5

Kreativitas yang dikemukakan oleh Moh Amin merupakan pola pikir atau ide yang timbul secara spontan dan imaginatif, yang mencirikan hal-hal yang artistik, penemuan ilmiah dan penciptaan secara mekanik.6

David Campbell memberikan pengertian kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya (1) baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan; (2) berguna (useful): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik banyak; (3) dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat dilain waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat diramalkan, tak dapat diulangi mungkin saja baru dan berguna, tetapi lebih merupakan hasil keberuntungan (luck), bukan kreativitas.7

Sedangkan Utami Munandar, menilai bahwa secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai hal yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk

4

Ibrahim Muhammad, Menumbuhkan Kreativitas Anak, (Jakarta: Cendikia, 2005), hal. 25.

5

Ibid., hal. 23 6

Moh. Amin, Peranan Kreativitas dalam Pendidikan, (Dies Natalis IKIP Yogyakarta, 1980), hal. 5.

7

David Campbell, Mengembangkan Kreativitas, Disadur oleh AM. Mangunhardjana, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hal .27.


(22)

9

mengelaborasikan (mengembangkan, memperkaya dan memperinci suatu gagasan).8

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah baik dalam bidang keilmuan, pekerjaan, seni atau sosial sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru yang sudah ada sebelumnya, juga merupakan sesuatu yang baru, bernilai dan bermanfaat yang dapat dilihat atau didengar.

2. Fungsi Kreativitas

Kreativitas memiliki fungsi yang sangat vital bagi perkembangan anak didik, diantaranya adalah:

a. Memuwujudkan diri sebagai kebutuhan pokok dalam hidup manusia. b. Mencari solusi-solusi untuk pemecahan masalah

c. Memberikan kepuasan individu d. Meningkatkan kualitas hidup9

Fungsi-fungsi tersebut merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dalam menjalani kehidupannya, manusia akan dihadapkan dengan berbagai macam problematika kehidupan, oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan kehidupan. Harapannya adalah setiap individu dapat hidup dengan normal dan bahagia. 3. Ciri-ciri Kreativitas

Untuk disebut sebagai seorang yang kreatif, maka perlu diketahui tentang ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Berikut ini di kemukakan beberapa pendapat orang ahli tentang ciri-ciri orang yang kreatif. Menurut

8

S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,1999), hal. 34.

9


(23)

Utami Munandar menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

a. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)

1. Keterampilan berpikir lancar yaitu, (a) mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, (b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, (c) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

2. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) yaitu (a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, (d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

3. Keterampilan berpikir rasional yaitu (a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4. Keterampilan mengerinci atau mengolaborasi yaitu (a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, (b) menambah atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

5. Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu (a) menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

b. Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)

1. Rasa ingin tahu yaitu (a) selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu memperhatikan


(24)

11

orang, objek dan situasi, (d) peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.

2. Bersifat imajinatif yaitu (a) mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, (b) menggunakan khayalan dan kenyataan.

3. Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu (a) terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

4. Sifat berani mengambil resiko yaitu (a) berani mengambil jawaban meskipun belum tentu benar, (b) tidak takut gagal atau mendapat kritik, (c) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.

5. Sifat menghargai yaitu (a) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan hidup, (b) menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.10

Adapun Menurut Sound, sebagaimana dikutip oleh Slamento, individu yang kreatif dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hasrat keingintahuan yang begitu besar. b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. c. Panjang akal.

d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti. e. Cenderung menyukai tugas yang besar dan berat

f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan g. Memiliki dedikasi dan aktif melaksanakan tugas

h. Berfikir fleksibel

i. Cenderung memberikan jawaban yang lebih banyak j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis

10


(25)

k. Memiliki semangat bertanya dan meneliti l. Memiliki daya abstrak

m.Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.11

Setelah dilakukan penelitian mengenai kreativitas dengan analisis faktor, Guilford menemukan bahwa faktor penting yang merupakan ciri dari kemampuan berpikir kreatif adalah: pertama, kelancaran berpikir ( fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir yang ditekankan adalah kuantitas, bukan kualitas. Kedua, keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah file ide, jawaban-jawaba atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru. Ketiga, elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Keempat, keaslian (originility), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik ( unusual ) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.12

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu motivasi yang tinggi dalam mengenal masalah-masalah yang bernilai. Mereka dapat memusatkan perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya baik secara sadar maupun tidak, untuk memecahkannya. Ia menerima ide yang baru, yang muncul dari dirinya sendiri

11

Slamento, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010) Cet. Ke-5, h. 147-148

12

Fuad Anshori dan Rachmawati Diana Muchtaram. Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. (Yogyakarta: Menara kudus, 2002), h. 43-44.


(26)

13

atau yang dikemukakan oleh orang lain. Kemudian ia mengkombinasikan pikirannya yang matang dengan intuisinya secara selektif, sebagai dasar pemecahan yang baik. Ia secara energik menterjemahkan idenya melalui tindakan dan mengakibat kan hasil pemecahan masalah yang sangat berguna.

4. Ciri-ciri Guru Kreatif

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya mengawasi, tetapi mengarahkan kepada anak untuk mencapai tujuan, guru harus bisa menciptakan lingkungan di dalam kelas yang dapat merangsang belajar kreatif anak supaya anak merasa nyaman berada di dalam kelas, sehingga dengan begitu kreativitas anak dapat meningkatkan hasil prestasi belajarnya.

Kreativitas mengajar adalah kecakapan atau kemampuan guru dalam menyajikan materi pelajaran semenarik mungkin. Dengan demikian seorang guru harus mempunyai persiapan mengajar antara lain, guru harus menguasai bahan pengajaran mampu memilih metode yang tepat dan penguasaan kelas yang baik.

Berikut ini hal-hal yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi guru yang kreatif, yaitu :

a. Mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa

b. Mampu menciptakan kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa.

c. Membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana.13

13

Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Bahan Pelatihan, (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2009), hal. 32.


(27)

Pendapat lainnya memerinci beberapa ciri guru yang kreatif dalam mengajar, yaitu:

a) Fleksibel. Dibutuhkan guru yang tidak kaku, luwes, dan dapat memahami kondisi anak didik, memahami cara belajar mereka, serta mampu mendekatai anak didik melalui berbagai cara sesuai kecerdasan dan potensi masing-masing anak.

b) Optimistik, keyakinan yang tinggi akan kemampuan pribadi dan keyakinan akan perubahan anak didik kearah yang lebih baik melalui proses interaksi guru-murid yang fun akan menumbuhkan karakter yang sama terhadap anak tersebut.

c) Respek, rasa hormat yang senantiasa ditumbuhkan di depan anak didik akan dapat memicu dan memacu mereka untuk lebih cepat tidak sekedar memahami pelajaran, namun juga pemahaman yang menyeluruh tentang berbagai hal yang dipelajarinya.

d) Cekatan, anak-anak berkarakter dinamis, aktif, eksploratif dan penuh inisiatif. Kondisi ini perlu diimbangi oleh anda sebagai pengajarnya sehingga anda mampu bertindak sesuai kondisi yang ada.

e) Humoris. Menjadi guru killer?. Anak-anak malah takut kepada anda dan tidak mau belajar. Meskipung tidak semua orang mempunyai sifat humoris, sifat ini dituntut untuk dimiliki seorang pengajar. Karena pada umumnya, anak-anak suka sekali dengan proses belajar yang menyenangkan, termasuk dibumbui dengan humor. Secara tidak langsung, hal tersebut dapat mengaktifkan kreativitas otak kanan mereka.

f) Inspiratif. Meskipun ada panduan kurikulum yang mengharuskan semua peserta didik mengikutinya, guru harus menemukan banyak ide dari hal-hal baru yang positif di luar kurikulum. Ia dapat membuat anak didik terinspirasi untuk menemukan hal-hal yang baru dan lebih memahami informasi-informasi pengetahuan yang disampaikan gurunya.


(28)

15

g) Lembut, di manapun guru yang bersikap kasar, kaku, atau emosional, biasanya mengakibatkan dampak buruk bagi peserta didiknya, dan sering tidak berhasil dalam proses mengajarkepada anak didik. Pengaruh kesabaran, kelembutan, dan rasa kasih saying akan lebih efektif dalam proses belajar mengajar dan lebih memudahkan munculnya solusi atas berbagai masalah yang muncul.

h) Disiplin. Disiplin disini tidak hanya soal ketepatan waktu, tapi mencakup berbagai hal lain, sehingga, guru mampu menjadi teladan kedisiplinan. Contoh disiplin dalam waktu, menyimpan barang, belajar, dan sebagainya. Dengan demikian akan timbul pemahaman yang kuat pada anak didik tentang pentingnya hidup disiplin.

i) Responsif, ciri guru yang professional antara lain cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, budaya, sosial, ilmu pengetahuan maupun teknologi dan lain-lain.

j) Empatik, setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda, cara belajar dan proses penerimaan serta pemahaman terhadap pelajaranpun berbedabeda. Oleh karena itu seorang guru dituntut mempunyai kesabaran lebih dalam memahami keberagaman tersebut sehingga biasa lebih memahami kebutuhan-kebutahan belajar mereka.

k) Nge-fren. Jangan membuat jarak yang lebar dengan anak didik hanya karena posisi anda sebagai guru. Jika kita dapat menjadi teman mereka akan menghasilkan emosi yang lebih kuat daripada sekedar hubungan guru-murid. Sehingga anak-anak akan lebih mudah beradaptasi dalam menerima pelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan.14

Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat dikemukakan oleh Munandar sebagai berikut:

14

Andi Yudha Asfandiyah, Kenapa guru harus kreatif?, ( Bandung: Mizan, 2009), h. 20-25


(29)

1. Berani dalam pendirian/keyakinan; 2. Ingin tahu;

3. Mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan; 4. Menyibukkan diri terus menerus dengan kerjanya; 5. Intuitif;

6. Ulet;

7. Tidak bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja.15

Berbagai macam karakteristik diatas jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut. Dari berbagai karakteristik orang yang kreatif dapat disimpulkan bahwa guru yang kreatif cirinya adalah : punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, mau bekerja keras, berani, kemampuan intelektualnya dimanfaatkan semaksimal mungkin, mandiri, dinamis, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima informasi, menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkan berbagai alternatif terhadap subyek tertentu.

5. Bidang-bidang Pengembangan Kreativitas

Dalam proses belajar mengajar, guru harus dapat memilih dan merancang metode dan cara yang tepat agar kreativitas para siswanya dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan kreativitas para siswanya, para guru harus memperhatikan tujuh bidang pengembangan kreativitas16. Ketujuh bidang tersebut adalah sebagai berikut: a) Pengembangan kreativitas melalui menciptakan produk (hasta karya)

15

Munandar Utami, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal. 36.

16

Yeni Rachmawati, EuisKurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 52-65.


(30)

17

Pengembangan kreativitas melalui hasta karya ini berpengaruh besar terhadap perkembangan kreativitas siswa terutama dalam menggali ide-ide dalam menciptakan produk-produk baru yang mungkin saja belum pernah tercipta sebelumnya, atau minimal siswa dapat lebih memperluas ide-ide yang telah ada menjadi lebih kaya lagi.

b) Pengembangan kreativitas melalui imajinasi

Berpikir divergen yang luas tanpa batas merupakan cara berpikir yang mengembangkan imajinasi anak didik yang tidak terpaku oleh realitas sehari-hari. Dengan mengembangkan aspek ini, cara berpikir siswa tidak hanya terpaku kepada hal-hal yang telah ada. Namun lebih dari itu mereka akan dengan mudah dapat mengembangkan pikirannya kepada hal-hal yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain.

c) Pengembangan kreativitas melalui eksplorasi

Kesempatan bereksplorasi akan memberikan kesempataan kepada anak untuk dapat nelihat, memahami, merasakan, dan yang akhirnya dapat menarik perhatian mereka kepada hal-hal yang sifatnya masih baru meskipun hal tersebut dipandang sulit oleh anak pada umumnya.

Dengan pengembangan kreativitas melalui eksplorasi ini diharapkan para siswa dapat mengoptimalkan fungsi dari otak kanannya yang selama ini terabaikan dalam proses pembelajaran.

d) Pengembangan kreativitas melalui eksperimen

Pengembangan kreativitas melalui eksperimen berarti bahwa para siswa diberi kesempatan untuk mengetahui cara atau proses terjadinya sesuatu, mengapa sesuatu itu dapat terjadi, dan bagaimana mereka dapat menemukan solusi bagi permasalahan yang ada serta pada akhirnya para siswa dapat melahirkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

e) Pengembangan kreativitas melalui proyek

Metode proyek telah dikembangkan di dunia pendidikan pada negara-negara maju. Hasilnya mereka dapat menciptakan lulusan-lulusan yang mampu


(31)

melakukan pendalaman terhadap suatu topic pembelajaran. Dengan perkataan lain bahwa mereka tidak hanya menguasai suatu teori pembelajaran, namun lebih dari itu mereka juga secara detail dapat memahami dan mengaktualisasikannya kedalam kehidupan nyata.

f) Pengembangan kreativitas melalui musik

Musik merupakan salah satu sarana dan prasarana dan kebutuhan manusia untuk mengembangkan kreativitasnya. Music dapat merangsang perkembangan otak kanan manusia. Sedangkan otak kanan adalah bagian dari otak manusia yang berperan besar dalam mengembangkan kreativitas.

g) Pengembangan krativitas melalui bahasa

Pengembangan kreativitas melalui drama dapat dilakukan dengan kegiatan mendongeng, sosiodrama, puisi, dan mengarang cerita. Proses ini berguna bagi anak didik untuk dapat mengungkapkan apa yang terpikirkan dipikiran mereka. Betapa banyak anak-anak yang mampu memikirkan sesuatu namun mereka kesulitan untuk mengungkapkannya karena tidak adanya rangsangan untuk mengutarakan hasil pemikiran mereka.

6. Peranan Guru dalam Menumbuh-kembangkan Kreativitas Siswa

Utami Munandar mengungkapkan bahwa guru memiliki peran yang sangat besar dalam mendorong siswa untuk menjadi kreatif. Peran-peran guru itu adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penyesuaian emosional dan dan social anak terhadap perkembangan kepribadiannya.

2. Guru sebagai kunci kegiatan belajar siswa yang efektif terutama pada tingkat dasar.

3. Mempersiapkan siswa untuk menjadi pribadi pembelajar yang belajar seumur hidup

4. Guru lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan dalam belajar 5. Memperhatikan hasil belajar dalam proses belajar


(32)

19

6. Guru memberikan umpan balik daripada penilaian

7. Menyediakan berbagai alternative jawaban strategi belajar 8. Menciptakan suasana kelas kondusif.17

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa guru berperan besar dalam memupuk dan menumbuhkan kreativitas dalam diri ana-anak didiknya. Oleh karena itu guru yang kreatif akan melahirkan siswa-siswa yang kreatif pula.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang berarti hasil usaha.18Menurut Gagne, prestasi adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor.19 Adapun menurut Djamarah, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.20

Pusat Bahasa Deppenas mendefinisikan prestasi sebagai hasil yang sudah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan. Dalam prestasi ini diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penelitian. Belajar penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru,

17

Munandar Utami, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal. 60

18

Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 2-3

19

Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Jakarta : BPT. IKIP, 1983), h. 9 20

Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal. 19


(33)

hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.21

Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.

Sedangkan pengertian belajar dapat kita lihat dari pendapat beberapa pendapat ahli berikut ini. Menurut Dakir, belajar merupakan “perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan perubahan itu didapat karena adanya latihan-latihan yang disengaja, sebab hasil belajar tidak ditemukan secara kebetulan”.22

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar didefinisikan sebagai sebuah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan pengalaman.23

Nana Sujana, berpendapat bahwa .belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan di mana perubahan tersebut dapat menunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan, pemahaman setiap tingkah laku, kecakapan atau kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan lain-lain yang ada pada individu.24

21

Pusat Bahasa Deppennas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 895

22

Dakir, Pengantar Psikologi Umum Seri II, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, 1975), hal. 120

23

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 13.

24

Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1995), Cet. Ke-1, h. 28


(34)

21

Menurut James O. Wittaker, sebagaimana dikutip oleh Wasty Soemanto, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.25

Menurut Hamalik, belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan pelatihan, dimana penyaluran dan pelatihan itu terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosial.26

Adapun menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan tentang informasi menjadi kapabilitas baru.27

Sedangkan Sardiman A.M memberikan definisi tentang belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.28

Dari beberapa definisi diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada perubahan tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalaui latihan atau pengalaman dan perubahan itu relatif menetap.

25

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1998), hal. 104.

26

Hamalik, Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi, (Bandung : Sinar Baru, 1991) hal. 16

27

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), hal. 10

28

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,1994), hal. 22-23


(35)

c) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.

Setelah menelusuri definisi dari prestasi dan belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan dalan diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil suatu proses aktivitas belajar yang membawa perubahan tingkah laku pada diri siswa tersebut (seseorang). Perubahan tersebut meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap, kemudian aspek-aspek tersebut dievaluasikan dan diaktualisasikan dalam angka atau skor yang dapat dilihat dalam buku raport.

2. Fungsi Prestasi Belajar

Ditinjau dari fungsinya, Zainal Arifin mengemukakan sebagai berikut: a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai anak didik.

b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern adalah prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Sedangkan indikator ekstern menunjukkan bahwa prestasi belajar dijadikan indikator kesuksesan anak didik di masyarakat.


(36)

23

e) Prestasi siswa dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.29

Sedangkan menurut Cronbach sebagaimana dikutip oleh Zainal Arifin kegunaan prestasi belajar di antaranya:

a) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar. b) Untuk keperluan diagnostik.

c) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. d) Untuk keperluan seleksi.

e) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan. f) Untuk menentukan isi kurikulum.

g) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.30

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh banak factor, berikut ini akan dikemukakan pendapat para pakar tentang factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar.

Jung (Sebagaimana dikutip oleh Muhamad Muhtar) mengungkapkan bahwa terdapat dua factor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu factor social seperti prestise, pengakuan dan kebanggaan dari orang lain. Factor kedua adalah reward, bias berupa uang atau materi lainnya.31

Sementara itu lavin, Solomon, dan Kendal menyatakan bahwa tingkat social ekonomi, latar belakang etnik, inteligensi, sikap, dan pola asuh orangtua, merupakan factor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar. Selanjutnya mereka mengungkapkan bahwa anak akan termotivasi untuk brestasi apabila ia memiliki ketekunan yang tinggi, mengambil risiko yang sedang, memiliki harapan positif untuk melakukan yang terbaik, dan adanya peran

29

Ibid, hal. 3-4 30

Ibid, hal. 4 31


(37)

orangtua dalam membuat standar prestasi yang tinggi, menjadikan anak mandiri dan dapat menolong dirinya sendiri, memberikan hukuman positif dan berharga untuk meraih prestasi, menunjukkan kehangatan dan penerimaan, memberikan kebebasan kepada anak untuk bereksplorasi, mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan dan berpikir, memberikan kritik yang membangun terhadap kekurangan dan jawaban yang tepat.32

Hal sedikit berbeda namun mencakup lebih luas disampaikan oleh Nur Ihsan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh delapan factor, yaitu: metode-metode pembelajaran, pengembangan dan implementasi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, usaha keras guru, peran orangtua, teman sebaya, tingkat ekonomi social, dan latar belakang etnis.33

Melalui pendapat para pakar tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor internal dan eksternal. Factor internal meliputi inteligensi, emosi, konsep diri, motivasi berprestasi, dan kepribadian. Sedangkan factor eksternal meliputi dua hal. Pertama, lingkungan rumah seperti latar belakang etnis, pola asuh orangtua, latar belakang keluarga, dukungan orangtua, dan pendidikan orangtua. Kedua, lingkungan sekolah seperti metode pembelajaran, kualitas guru, kreativitas mengajar guru, kurikulum, dan situasi belajar.

C. Hubungan antara Kedua Variabel

Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu. Dimana sebuah kreativitas seorang guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswanya. Dalam hal ini guru yang memiliki potensi dalam

32Ibid

., hal. 101 33

Nur Ihsan, Perilaku dan Perkembangan Remaja, (Bandung: Cordova Publishing, 1996), hal. 205


(38)

25

mengkreativitaskan bakat dalam kelas sangat berpengaruh positif pada kemajuan hasil belajar siswanya.

D. Kerangka Berfikir

Setelah diketahui hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah dan uraian teori pada landasan teori maka penulis mempunyai kerangka berpikir, bahwa : 1. Kreativitas Mengajar Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam peningkatan prestasi belajar siswa.

2. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kreativitas seorang guru dalam memilih metode mengajar, media mengajar, kualitas serta cermat dalam melihat potensi anak serta lingkungan sekolah itu berada.

E. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, pendapat maupun kerangka berfikir yang telah disebutkan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitiannya sebagai berikut : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas mengajar guru dengan prestasi belajar siswa.


(39)

26 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir pada tanggal 16-18 Februari 2014.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel penelitian yaitu : a. Variabel bebas

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Kreativitas Mengajar Guru. b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitiian ini adalah prestasi belajar siswa

C. Populasi dan Sampel

Adapun yang menyangkut populasi dan sampel. Penulis akan menjelaskan sebagai berikut:

1. Populasi

Nana Sudjana mengemukakan pengertian bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin prestasi tertentu mengenai kumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.1

Amirman Yousda mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan obyek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian maupun hal-hal yang terjadi.2

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek yang terdiri dari manusia,

1

Sudjana Nana, Metode Statistik, (Bandung: Persit, 1984) h. 21

2 Airman Yausda, Penelitian Dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1993) hal 134


(40)

27

benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, nilai tes dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik dan spesifikasi tertentu didalam suatu penelitian

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Islam Al Hikmah Pondok Cabe Ilir

1. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat umum populasi atau dengan kata lain sampel adalah sekelompok individu atau benda yang lebih kecil jumlah populasi yang ada dan juga dapat dikatakan bahwa sampel adalah wakil dari populasi. Dalam hal ini, Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Digunakan penelitian sampel apabila bermaksud untuk menggeneralisasikan prestasi penelitian sampel.3

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Random Sampling yakni cara pengambilan sampel yang semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel.

Dalam hal ini penulis mengambil sampel seluruh siswa kelas VII sebanyak 90 orang atau sebesar 100 % dari jumlah populasi. Namun saat penelitian berlangsung, sebanyak 10 orang siswa absen, sehingga hanya 80 orang siswa yang masuk dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto yang mengemukakan bahwa: “Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjek lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih. 4

3 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998) hal.117

4


(41)

D. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Kepustakaan (Library rescarch) yaitu suatu metode yang digunakan penulis dengan jalan memperbanyak membaca buku-buku yang relevan dengan pembahasan skripsi ini kemudian penulis:

b. Penelitian Lapangan ( Field recearch) yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dilapangan atau ditempat penelitian dengan menggunakan teknik:

a) Koesioner yaitu penulis mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini dengan mengajukan pertanyaan kepada responden.

b) Angket yaitu daftar pertanyaan yang berisi rangkaian pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan keterampilan mengajar dan faktor

c) Dokumentasi yaitu cara pemgumpulan data dengan cara mencatat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembahasa skripsi ini.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis kualitatif yaitu analisis data yang dijabarkan melalui pengamatan yang tidak berupa angka-angka. Maksudnya adalah dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan rujukan teori yang mendukung.

2. Analisis kuantitatif yaitu analisis terhadap data yang berupa angka-angka dengan cara menggunakan statistik yang relevan dalam bentuk persentase. Maka rumus yang digunakan adalah :

P = F/N x 100% Keterangan :


(42)

29

F = Frekuensi atau kategori jawaban N = Number (Jumlah Frekuensi/individu)

Dengan demikian, metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, yaitu sumber dari hasil angket, interview, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh suatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.


(43)

30

A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir

1. Sejarah dan Kurikulum SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir

Sejarah singkat berdirinya SMP Islam AL-Hikmah Pondok Cabe Ilir berdasarkan hasil wawancara dengan kepala yayasan diperoleh keterangan bahwa SMP Islam Hikmah didirikan sejak tahun 2005. SMP Islam Al-Hikmah terletak di jalan Kubis IV Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Kurikulum yang berlaku di SMP Islam Al-Hikmah disusun berdasarkan kurikulum Kemendikbud RI yang diperkaya dengan muatan kurikulum yayasan dalam bidang keagamaan seperti aqidah akhlak, fikih, quran-hadits, bahasa arab, baca tulis Al-quran, tahsin, dan tahfizh Al-Quran.

2. Visi dan Misi SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir 1) Visi Sekolah

“Menghasilkan lulusan yang kreatif, inovatif, berkualitas, dan memiliki keunggulan daya saing yang dilandasi akhlakul karimah dan ketaatan beribadah”

2) Misi Sekolah

a. Menanamkan nilai-nilai Islam yang kuat sehingga terus melekat dalam setiap pola perilaku dan aktivitas sehari-hari.

b. Membentuk anak didik yang cerdas, berwawasan ilmu pengetahuan luas serta memiliki daya saing (competitive advantage) dan berakhlakul karimah.


(44)

31

3. Keadaan Guru

Tabel 1

Daftar Tenaga Kependidikan SMP Islam Al-Hikmah Tahun Pelajaran 2014-2015

No. Nama JK Jabatan Keterangan

1 Ana Dian K. M.Pd P Kepala Sekolah PKN IPS

2 Elih Liswati, S.Pd P Wakasek Kurikulum Bahasa Indonesia 3 Maria Syuhada, S.Fil P Wakasek Kesiswaan Akidah

4 Idah, S.Pd P Guru Kelas IX A IPA

5 Nur Hamidah P Guru Kelas VII B Bahasa Indonesia 6 Siska Wulandari P Guru Kelas IX C Matematika

7 Rachmia P Guru Kelas VIII A IPS

PKN 8 Sholahudin AF, S.Pd.I L Guru Kelas VIII B Fikih

9 Rizqiana, S.Pd P Guru Kelas IX B Bahasa Inggris 10 Umi Purwanti P Guru Kelas VII C IPA

Matematika 11 Setyo Kurniawan,

M.Hum

L Guru Bidang Studi BK TIK

12 Aisyah P Guru Bidang Studi Quran-Hadits 13 H.M. Junaidi L Guru Bidang Studi BTQ

14 Luthfillah Amin, S.Pd L Guru Bidang Studi Bahasa Arab 15 Ahmad Marzuki L Guru Bidang Studi TIK

16 Suryadi L Guru Kelas VII A SBK

17 Yuheri L Guru Bidang Studi PJOK


(45)

4. Kedaan Siswa Secara Umum

Tabel 2

Keadaan Siswa Secara Umum Tingkat/Kelas Jumlah Murid

Jumlah Keseluruhan L P Jumlah

VII A 12 18 30

90

VII B 15 14 29

VII C 15 16 31

VIII A 17 15 32

64

VIII B 26 6 32

IX A 13 12 25

77

IX B 16 10 26

IX C 16 10 26

Jumlah 130 101 231 231

B. Deskripsi Data

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan diperoleh data mengenai kreativitas mengajar guru SMP Islam Al-Hikmah Pondok Cabe Ilir dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Guru menunjukkan semangat ketika menjelaskan materi kepada siswa. No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

57 23 - -

71,25% 28,75%

- -


(46)

33

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (71,25%) menyatakan bahwa guru menunjukkan semangat ketika menjelaskan materi kepada para siswanya. Sisanya (28,75%) menyatakan bahwa guru sering menunjukkan semangat ketika menjelaskan materi pelajaran kepada para siswanya. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada satu pun guru yang tidak bersemangat ketika menjelaskan materi pelajaran kepada para siswanya. Dengan perkataan lain bahwa para guru senantiasa menjadi guru yang profesioanal dengan tetap bersemangat mengajar di hadapan siswa-siswanya. Semanagat para guru ini dapat menjadi virus positif bagi para siswanya. Mereka akan terbawa semangat para gurunya saat mereka berada di ruang kelas. Berbeda halnya jika para guru sering bahkan selalu menunjukkan semangat yang rendah saat mengajar. Tentu saja para siswa pun akan terbawa dalam situasi tidak bersemangat ketika belajar.

Tabel 4

Guru menegur siswa yang malas

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

34 39 7

-

42,5% 48,75%

8,75% -

Jumlah (N) 80 100%

Ketika ada siswa yang malas belajar, guru sering menegur siswanya. Hal ini ditujukkan oleh data dari responden sebanyak 48,75%. Sebagian responden lagi menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang malas yaitu sebesar 42,5%, dan sebagian kecil responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang menegur siswanya yang malas yaitu hanya sebesar 8,75%. Hal ini menunjukkan bahwa para guru sangat


(47)

perhatian dengan kondisi siswanya sehingga siswa yang malaspun mendapat perhatian dari para gurunya.

Tabel 5

Guru menjelaskan pelajaran dengan melihat buku

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

6 12 60 2 7,5% 15% 75% 2,5%

Jumlah (N) 80 100%

Cara guru menyampaikan materi di kelas dapat dilihat dari tabel di atas, yaitu sebanyak 75% responden menyatakan bahwa sebagian besar guru kadang-kadang menjelaskan materi pelajaran dengan melihat buku. 15% responden menyatakan bahwa guru sering melihat buku pegangan saat menjelaskan materi kepada para siswanya. 7,5% responden menyatakan bahwa guru selalu melihat buku pegangan disaat menjelaskan materi. Dan 2,5% responden menyatakan bahwa guru tidak pernah melihat buku pegangan saat menjelaskan materi pelajaran kepada para siswanya.

Tabel 6

Guru menjelaskan materi menggunakan alat bantu peraga No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

3 9 60 8 3,75% 11,25% 75% 10%


(48)

35

Dalam menjelaskan materi kepada para siswanya, sebagian besar guru kadang-kadang menggunakan alat bantu peraga. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan responden sebanyak 75%. Sering menggunakan alat bantu peraga (11,25%), tidak pernah menggunakan alat peraga (10%), dan hanya sebagian kecil guru yang selalu menggunakan alat bantu peraga disaat menjelaskan materi pelajaran kepada para siswanya. Hal ini ditujukkan oleh pilihan responden sebanyak 3,75%. Tabel 4 ini mengindikasikan bahwa para guru masih kurang dalam mengunakan alat bantu peraga dalam menjelaskan materi kepada para siswanya.

Tabel 7

Guru menggunakan permainan dalam mengajar

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

- 5 55 20

- 6,25% 68,75%

25%

Jumlah (N) 80 100%

Berdasarkan data di atas dapat dipahami bahwa sebagian besar (68,75%) guru kadang-kadang menggunakan permainan dalam mengajar, 25% responden menyatakan guru tidak pernah menggunakan permainan, dan yang menyatakan guru sering memadukan permainan dalam mengajarnya hanya 6,25%. Hal lainnya yang dapat dipahami dari tabel di atas adalah tidak ada satupun guru yang selalu menggunakan permainan dalam proses mengajarnya. Padahal permainan itu cukup penting, terutama ketika siswa mulai jenuh karena banyaknya materi yang telah dipelajari dikelas, hal ini bermanfaat untuk merileksasi otak dan menenangkan fikiran agar kembali fresh dan segar, guru harus pandai memilih permainan yang menyenangkan dan cocok untuk siswa.


(49)

Tabel 8

Guru memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

42 27 11 - 52,5% 33,75% 13,75% -

Jumlah (N) 80 100%

Tabel 8 menjelaskan bahwa sebagian besar responden (52,5%) menyatakan guru selalu memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran, 33,75% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran, 13,75% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran, dan tidak ada satupun guru yang tidak memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa para guru senantiasa memberikan kesimpulan pada akhir materi pelajaran sehingga para siswanya mampu memahami materi yang telah disampaikan.

Tabel 9

Guru menanamkan rasa gemar membaca siswa

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

24 44 12 - 30% 55% 15% -


(50)

37

Dalam hal menanamkan gemar membaca kepada para siswanya, sebanyak 55% responden menyatakan bahwa guru seringkali menanamkan rasa gemar membaca kepada para siswanya. 30% responden merasa selalu ditanamkan rasa gemar membacanya, dan responden yang merasa kadang-kadang ditanamkan rasa gemar membacanya sebanyak 15%. Serta tidak ada satu pun responden yang merasa tidak ditanamkan rasa gemar membacanya. Hasil ini menunjukkan bahwa guru peduli dengan perkembangan pendidikan anak didiknya terutama dalam hal rasa gemar membaca. Rasa gemar membaca merupakan salah satu indicator dari kreativitas seseorang. Dengan ditanamkannya rasa gemar mebaca, berarti para guru telah menanamkan salah satu indicator dari kreativitas siswa.

Tabel 10

Guru menjelaskan pelajaran dengan memberikan contoh-contoh sehingga mudah dipahami.

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

48 30 2

-

60% 37,5%

2,5% -

Jumlah (N) 80 100%

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar (60%) guru dalam menjelaskan pelajaran selalu dengan memberikan contoh-contoh sehingga mudah dipahami. 37,5% responden menyatakan bahwa guru sering menjelaskan pelajaran dengan memberikan contoh-contoh, sisanya 2,5% menyatakan bahwa guru kadang-kadang menjelaskan pelajaran dengan memberikan contoh-contoh sehingga mudah dipahami. Dan tidak ada satu pun responden yang menyatakan bahwa guru tidak pernah menjelaskan pelajaran dengan memberikan contoh-contoh sehingga mudah dipahami. Data ini memberitahukan kepada kita bahwa guru sangat memahami kondisi para


(51)

siswanya dalam memahami materi yang disampaikan. Para guru akan senantiasa memberikan contoh-contoh dalam penyampaian materinya karena berkaitan erat dengan pemahaman para siswanya.

Tabel 11

Guru membuat kelompok diskusi untuk mencari solusi dari suatu masalah.

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

23 22 31 4

28,75% 27,5% 38,75%

5%

Jumlah (N) 80 100%

Tabel 12 menunjukkan bahwa 38,75% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang membuat kelompok diskusi untuk mencari solusi dari suatu masalah. 28,75% responden menyatakan bahwa guru selalu membuat kelompok diskusi untuk mencari solusi dari suatu masalah. 27,5% responden menyatakan bahwa guru sering membuat kelompok diskusi untuk mencari solusi dari suatu masalah. Hanya 5% yang menyatakan bahwa guru tidak pernah membuat kelompok diskusi untuk mencari solusi dari suatu masalah.Hal ini menunjukan bahwa guru-guru di sekolah ini cukup kreatif dalanm mengelola kelas, menciptakan suasana belajar semakin hidup, sehingga siswa semakin aktif belajar karena guru pandai mengkombinasikan model belajar.


(52)

39

Tabel 12

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan pelajaran di depan kelas

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

18 17 33 12 22,5% 21,25% 41,25% 15%

Jumlah (N) 80 100%

Berdasarkan data pada tabel 10, 41,25% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan pelajaran di depan kelas, 22,5% responden menyatakan bahwa guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan pelajaran di depan kelas, 21,25% responden menyatakan bahwa guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan pelajaran di depan kelas, dan 15% responden menyatakan bahwa guru tidak pernah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan pelajaran di depan kelas. Data pada table 10 ini mengindikasikan bahwa guru masih minim perhatiannya kepada siswa untuk mengasah keberanian dan kreativitasnya yaitu dengan cara memberikan kesempatan kepada para siswanya untuk menjelaskan materi pelajaran di depan kelas.

Tabel 13

Guru menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

54 23 3 - 67,5% 28,75% 3,75% -


(53)

Berdasarkan tabel 14 dapat dipahami bahwa dalam proses belajar-mengajar, sebagian besar responden (67,5%) menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran, 28,75% responden menyatakan bahwa guru sering menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran, 3,75% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran, dan tidak ada satu pun guru yang tidak menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa guru sangat peduli dengan keadaan siswanya saat terjadi proses belajar-mengajar di kelas. Perhatian guru tidak luput dari tingkahlaku para siswanya. Mereka akan menegur para siswanya yang tidak memperhatikan pelajaran di saat guru menerangkan materi kepada mereka.

Tabel 14

Sikap guru menyenangkan saat belajar

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

42 24 14 -

52,5% 30% 17,5%

-

Jumlah (N) 80 100%

Dalam proses belajar-mengajar, mayoritas responden (52,5%) menyatakan bahwa sikap guru selalu menyenangkan saat belajar. 30% responden menyatakan bahwa sikap guru sering menyenangkan saat belajar. 17,5% responden menyatakan bahwa sikap guru kadang-kadang menyenangkan saat belajar. Dan tidak ada satupun guru yang sikapnya tidak menyenangkan dalam belajar. Hal ini mengindikasikan bahwa para guru telah menjalankan sikap profesionalismenya sebagai guru yang kreatif dengan senantiasa bersikap menyenangkan disaat terjadi proses pembelajaran di ruang kelas.


(54)

41

Tabel 15

Guru menjelaskan materi di kelas dengan tenang dan penuh percaya diri No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

58 20 2 - 72,5% 25% 2,5% -

Jumlah (N) 80 100%

Dalam menjelaskan materi di kelas, sebagian besar responden (72,5%) menyatakan bahwa guru menjelaskan materi dengan tenang dan penuh percaya diri. 25% responden menyatakan bahwa guru sering menjelaskan materi dengan tenang dan penuh percaya diri. 2,5% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang menjelaskan materi dengan tenang dan penuh percaya diri. Dan tidak ada satupun responden yang menyatakan bahwa guru dalam menjelaskan materi di kelas dengan kondisi tidak tenang dan tidak percaya diri.

Tabel 16

Tugas yang diberikan guru mudah dipahami

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

20 28 32 - 25% 35% 40% -

Jumlah (N) 80 100%

Dalam memberikan tugas, 40% responden menyatakan bahwa kadang-kadang tugas yang diberikan oleh guru mudah dipahami. 35% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan tugas yang mudah dipahami. 25% responden menyatakan bahwa guru selalu memberikan tugas yang mudah untuk dipahami. Dan tidak ada


(55)

satupun guru dalam memberikan tugas kepada siswanya tidak mudah untuk dipahami oleh para siswanya. Data ini mengindikasikan bahwa guru saat memberikan tugas senantiasa menyesuaikan tugas-tugas yang diberikan dengan tingkat pemahaman para siswanya.

Tabel 17

Guru memotivasi siswa agar giat belajar

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

57 20 3

-

71,25% 25% 3,75%

-

Jumlah (N) 80 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa mayoritas responden (71,25%) menyatakan guru selalu memotivasi para siswanya agar giat belajar. 25% responden menyatakan bahwa guru sering memotivasi para siswanya agar giat belajar. Hanya 3,75% responden yang menyatakan bahwa guru kadang-kadang memotivasi para siswanya agar giat belajar. Serta tidak ada satupun responden yang menyatakan bahwa guru tidak pernah memotivasi para siswanya agar giat belajar. Hal ini menerangkan bahwa para guru berperan aktif untuk mendorong para siswanya agar lebih giat dalam belajar. Jika guru tidak sering memotivasi para siswanya agar giat belajar. Maka akan menjadikan siswanya semakin malas belajar dan tidak memiliki cita-cita yang tinggi. Karena motivasi ini merupaka modal utama bagi para pelajar untuk menggapai cita-citanya.


(56)

43

Tabel 18

Guru marah jika dikritik siswa berkaitan dengan penyampaian materi No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

- 7 39 34

- 8,75% 48,75%

42,5%

Jumlah (N) 80 100%

Pada tabel 19, 48,75% responden menyatakan bahwa kadang-kadang guru marah jika dikritik siswanya berkaitan dengan penyampaian materi. 42,5% responden menyatakan bahwa guru tidak pernah marah jika dikritik siswanya berkaitan dengan penyampaian materi. 8,75% responden menyatakan bahwa guru sering marah jika dikritik siswanya berkaitan dengan penyampaian materi. Dan tidak ada satupun responden yang menyatakan guru selalu marah jika dikritik siswa berkaitan dengan penyampaian materi. Hal ini menunjukkan bahwa guru bersikap moderat dalam hubungannya dengan para siswanya. Mereka menerima kritik dan saran dari para siswanya yang berkaitan dengan cara penyampaian materi. Sikap seperti ini merupakan bagian dari sikap yang kreatif dan juga bagian dari penanaman sikap kreatif kepada para siswanya. Hal ini menunjukkan bahwa para guru senantiasa memahami posisinya sebagai pendidik, yaiatu bukan sekedar sebagai orang yang mentransfer ilmu, namun lebih dari itu ia juga berperan sebagai orang dewasa yang mencontohkan sikap kreatif kepada para siswanya. Namun guru juga seorang manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan, begitupun siswa, mereka bebas mengkritisi gurunya jika ada kekeliruan pada dirinya terutama dalam mengajar, hal ini demi tercapainya pembelajaran yang maksimal.


(57)

Tabel 19

Guru menyuruh siswa mengulang kembali pelajaran di rumah No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

39 22 18 1 48,75% 27,5% 22,5% 1,25%

Jumlah (N) 80 100%

Dalam rangka meningkatkan penguasaan materi pelajaran, sebagian besar responden (48,75%) menyatakan bahwa guru selalu menyuruh siswa mengulang kembali pelajaran di rumah. 27,5% responden menyatakan bahwa guru sering menyuruh siswa mengulang kembali pelajaran di rumah. 22,5% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang menyuruh siswa mengulang kembali pelajaran di rumah. Hanya 1,25% responden yang menyatakan bahwa guru tidak pernah menyuruh siswa mengulang kembali pelajaran di rumah. Data di atas mengindikasikan bahwa guru memperhatikan kondisi siswanya terutama dalam hal pengulangan materi pelajaran di rumah.

Tabel 20

Guru setiap mengajar meninggalkan ruang kelas

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

4 6 54 16 5% 7,5% 67,5% 20%


(58)

45

Pada tabel 21 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (67,5%) menyatakan bahwa guru kadang-kadang meninggalkan ruang kelas ketika mengajar. 20% responden menyatakan bahwa guru tidak pernah meninggalkan ruang kelas ketika mengajar. 7,5% responden menyatakan bahwa guru sering meninggalkan ruang kelas ketika mengajar. Dan hanya 5% responden yang menyatakan bahwa guru selalu meninggalkan ruang kelas ketika mengajar. Hal ini mengindikasikan bahwa masih adanya sebagian besar guru yang kadang-kadang meninggalkan ruang kelas saat terjadinya proses belajar mengajar sehingga dapat menimbulkan keadaan kacau di kelas atau menimbulkan ketidakdisiplinan para siswanya.

Tabel 21

Guru hanya menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah laku siswa di kelas

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

- 3 28 49

- 3,75%

35% 61,25%

Jumlah (N) 80 100%

Saat menjelaskan materi kepada para siswanya, sebagian besar responden (61,25%) menyatakan bahwa guru tidak pernah menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah laku siswa di kelas. 35% responden menyatakan bahwa kadang-kadang guru menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah laku siswa di kelas. Hanya 3,75% responden yang menyatakan bahwa seringkali guru menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah laku siswa di kelas. Dan tidak ada satupun guru yang selalu abai terhadap perhatian siswanya saat guru menjelaskan materi pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa saat terjadi proses belajar mengajar di kelas,


(59)

pengawasan guru sangat ketat terhadap apa yang sedang terjadi di lingkungan belajarnya.

Tabel 22

Guru menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti materi yang lain

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

14 14 36 16

17,5% 17,5% 45% 20%

Jumlah (N) 80 100%

Tabel 23 menjelaskan bahwa 45% guru kadang-kadang menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti materi yang lain. 20% guru tidak pernah menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti materi yang lain. Adapun guru yang selalu dan sering menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti materi yang lain ditunjukkan oleh data masing-masing sebesar 17,5%. Data ini menjelaskan bahwa guru masih menggunakan metode yang sama dalam penyampaian antara satu materi dengan materi lainnya. Jika berkaca kepada indicator kreativitas, seharusnya guru tidak menyamaratakan cara dan metode pembelajaran yang ia terapkan. Karena bagaimanapun juga, antara satu materi dengan materi lainnya akan saling berbeda, dan tentu saja penyampaiannya pun harus dengan cara dan metode yang berbeda pula. Metode merupakan kunci keberhasilan guru dalam mengajar, namu jika metodenya hanya itu-itu saja, maka akan sulit untuk tercapainya prose pembelajaran yang efektif dan efisien, oleh karna itu guru harus pandai dan kreatif dalam memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.


(60)

47

Tabel 23

Guru ketika menjelaskan materi melihat buku pegangan No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

6 15 54 5 7,5% 18,75 67,5% 6,25%

Jumlah (N) 80 100%

Saat menjelaskan materi kepada siswanya, sebagian besar responden (67,5%) menyatakan bahwa guru kadang-kadang melihat buku pegangan. 18,75% responden menyatakan bahwa guru sering melihat buku pegangan. 7,5% responden menyatakan bahwa guru selalu melihat buku pegangan. Dan 6,25% responden menyatakan bahwa guru tidak pernah melihat buku pegangan ketika menjelaskan materi kepada para siswanya. Hal ini mengindikasikan bahwa para guru masih terapku kepada buku pegangan tanpa mampu mengeksplorasi materi sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.

Tabel 24

Guru membentuk kelompok belajar agar siswa memperhatikan pelajaran No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi

1. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

16 25 37 2 20% 31,25% 46,25% 2,5%

Jumlah (N) 80 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa 46,25% responden menyatakan guru kadang-kadang membentuk kelompok belajar agar siswa memperhatikan


(61)

pelajaran. 31,25% responden menyatakan guru sering membentuk kelompok belajar agar siswa memperhatikan pelajaran. 20% responden menyatakan guru selalu membentuk kelompok belajar agar siswa memperhatikan pelajaran. Hanya 2,5% responden yang menyatakan bahwa guru tidak pernah membentuk kelompok belajar agar siswa memperhatikan pelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa guru tidak hanya terpaku pada salah satu cara untuk meningkatkan perhatian para siswanya dalam proses pembelajaran, namun guru memadukan segala cara terutama dengan cara membentuk kelompok belajar di antara para siswanya.

Tabel 25

Guru memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Presentasi 1. a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

14 43 23 -

17,5% 53,75% 28,75%

-

Jumlah (N) 80 100%

Dalam sesi tanya jawab dengan para siswanya, sebagian besar (53,75%) guru sering memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. 28,75% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. 17,5% responden menyatakan bahwa guru selalu memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dan tidak ada satupun responden yang menyatakan bahwa guru tidak pernah memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Data ini menunjukkan bahwa dalam mencari suatu jawaban, guru tidak terpaku


(1)

3 pelajaran di depan kelas

11. Guru menegur siswa jika tidak memperhatikan pelajaran

12. Sikap guru menyenangkan saat belajar

13. Guru menjelaskan materi di kelas dengan tenang dan penuh percaya diri

14. Tugas yang diberikan guru mudah dipahami

15. Guru memotivasi siswa agar giat belajar

16. Guru marah jika dikritik siswa berkaitan dengan penyampaian materi

17. Guru menyuruh siswa mengulang kembali pelajaran di rumah

18. Guru setiap mengajar meninggalkan ruang kelas

19. Guru hanya menjelaskan materi tanpa memperhatikan tingkah laku siswa di kelas

20. Guru menjelaskan materi dengan metode yang sama seperti materi yang lain

21. Guru ketika menjelaskan materi melihat buku pegangan


(2)

4 belajar agar siswa memperhatikan pelajaran

23. Guru memberikan banyak alternatif jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran

24. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan sikap ragu

25. Guru membiarkan siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran


(3)

5

BERITA WAWANCARA

Hari/tanggal : Nama : Jabatan:

Tempat :

1. Bagaimana cara bapak/ibu menciptakan suasana kelas yang kondusif dan efektif? 2. Menurut bapak/ibu, adakah hubungan antara kreativitas mengajar guru dengan

peningkatan prestasi belajar siswa, jelaskan?

3. Dalam bidang apa saja menurut bapak/ibu seorang guru itu harus kreatif dalam mengajar?

4. Menurut bapak/ibu, faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kreativitas mengajar seorang guru?

5. Menurut bapak/ibu, apakah setiap guru harus memiliki kreativitas dalam mengajar?

6. Bagaimana upaya bapak/ibu dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?

7. Menurut bapak/ibu, faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa?

8. Apakah setiap siswa memiliki prestasi belajar yang sama di sekolah?

9. Menurut bapak/ibu, bagaimana cara mengatasi siswa yang pandai dan kurang pandai?


(4)

(5)

(6)