Pengaruh Corporate Governance Terhadap kinerja perusahaan pada Perusahaan Pulp & Kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PULP & KERTAS YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

WILLI YANA REZEKI SIREGAR 100503218

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Corporate Governance Terhadap kinerja perusahaan pada Perusahaan Pulp & Kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau di tuliskan sumbernya secara sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2015

100503218


(3)

ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PULPA & KERTAS YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit sebagai variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana pengaruh ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit diukur dengan regresi linear berganda dan pengujian hipotesis.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 7 (tujuh) perusahaan yang akan akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs Data diambil dari laporan tahunan. Perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun 2009 sampai dengan 2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komite audit terhadap kinerja perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini dilihat berpengaruh nyata (signifikan) terhadap kinerja perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membuktikan bahwa ukuran komite audit dalam penelitian ini terbukti kebenarannya dan hipotesis diterima. Sedangkan dewan komisaris dan frekuensi rapat tidak mempunyai pengaruh. Kemudian Perbandingan ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat dan ukuran komite audit secara simultan juga mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditunjukan dengan nilai signifikansi. Penilaian kinerja perusahaan ditentukan dengan ROE dalam keadaan baik, karena hasil pengembalian yang diterima perusahaan dari ekuitas baik.


(4)

ABSTRACT

EFFECT ON THE PERFORMANCE OF ITS CORPORATE GOVERNANCE IN PULP & PAPER STOCK EXCHANGE LISTED IN INDONESIA

This study aimed to analyze the effect of board size, frequency of meetings, audit committee size partially or simultaneously to the performance of pulp and paper companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). The variables used in this study is the board size, frequency of meetings, audit committee size as independent variables and firm performance as the dependent variable. Where the effect of board size, frequency of meetings, audit committee size is measured by multiple linear regression and hypothesis testing.

The method used is the technique of sampling and purposive sampling was obtained by 7 (seven) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies published through the site www.idx.co.id. The data is taken from the annual report. Pulp and paper company listed in Indonesia Stock Exchange during the four (4) years, 2009 to 2012.

The results of this study indicate that board size, meeting frequency and size of the audit committee of the company's performance has a significant effect. This is seen in a significant effect (significant) on the performance of pulp and paper company listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and prove the hypothesis board size, meeting frequency and size of the audit committee in this study proved to be true and the hypothesis is accepted. Comparison of board size, frequency and size of audit committee meetings simultaneously also have influence / significant relationship with financial kinerjaa pulp & paper companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) are shown with significant value. Assessment of performance is determined by the company's ROE in good condition, because the return is received by the company from both equity.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Segenap ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan juga shalawat dan salam buat junjungan umat Nabi Besar Muhammad SAW yang sama-sama kita harapkan syafa’atnya.

Adapun judul proposal skripsi ini adalah “Pengaruh Corporate Governance Terhadap kinerja perusahaan pada Perusahaan Pulp & Kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Srata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada yang tercinta Papa (Purba Siregar,SE) dan Mama (Meliana Harahap) dan semua pihak yang telah membantu saya sebagai penulis dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting Sugihan, MAFIS, Ak, Selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hotman Jafar, MM, Ak, Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, Selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, Selaku Sekretaris Jurusan Program S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 6. Ibu Yeti Meliany Lubis, SE, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembimbing.

7. Spesial untuk keluarga penulis yang telah memberikan doa dan dorongan moril dan materiil. Sahabat-sahabat penulis Tama Ulina Siregar, Soraya, Vika Pohan, Yessi Wardhani, Syaffan Chair, Fidzah Fitria, Annisyah Putri, Prity Inandary, Fadhila Aini dan seluruh teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terimakasih atas doa dan dukungannya.

8. Buat Abang saya Wahyu Putra Siregar, SH, Adik saya Arief Juanda Siregar dan Wira Handika Siregar terimakasih atas dukungan dan doanya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Januari 2015 Penulis

(Williyana Rezeki Siregar Nim: 100503218


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Pengertian Corporate Governance ... 8

2.1.2 Prinsip Corporate Governance ... 10

2.1.3 Mekanisme Corporate Governance ... 12

2.1.3.1 Ukuran Dewan Komisaris ... 13

2.1.3.2 Frekuensi Rapat ... 15

2.1.3.3 Ukuran Komite Audit ... 16

2.1.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Corporate Governance ... 18

2.1.4 Kinerja Perusahaan ... 21

2.1.4.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 23

2.1.5 Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan ... 25

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2.3 Kerangka Konseptual ... 33

2.4 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Tempat dan waktu Penelitian ... 36

3.3. Definisi Operasional ... 36

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39


(8)

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 41

3.7. Teknik Analisis ... 42

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 42

3.7.2.1 Uji Normalitas ... 42

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 42

3.7.2.3 Uji Hetoroskedastisitas ... 43

3.7.2.4 Uji Autokorelasi ... 44

3.7.2 Analisis Regresi Berganda ... 45

3.7.3 Pengujian Hipotesis... 46

3.7.3.1 Uji t (t-tes) ... 46

3.7.3.2 Uji F (F-tes) ... 47

3.7.3.3 Uji Determinasi (R2) ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 49

4.2 Mekanisme Corporate Governance ... 50

4.2.1 Ukuran Dewan Komisaris ... 50

4.2.2 Frekuensi rapat ... 52

4.2.3 Ukuran Audit Komite ... 53

4.3 Kinerja perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 55

4.4 Hasil Penelitian ... 56

4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 56

4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 57

4.4.2.1 Uji Normalitas ... 57

4.4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 60

4.4.2.3 Uji Hetoroskedastisitas ... 61

4.4.2.4 Uji Autokorelasi ... 63

4.4.3 Analisis Regresi Berganda ... 63

4.4.4 Pengujian Hipotesis ... 66

4.4.4.1 Uji t (t-tes) ... 66

4.4.4.2 Uji F (F-tes) ... 69

4.4.44 Koefisien Determinasi (R2) ... 70

4.5 Pembahasan ... 71

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Keterbatasan ... 75

5.3 Saran ... 75


(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul/Teks Halaman

2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

3.1 Daftar populasi perusahaan ... 40

3.2 Tabel Autokorelasi ... 44

4.1 Daftar sampel perusahaan pulp & kertas ... 49

4.2 Ukuran Dewan Komisaris tahun 2009-2012 ... 50

4.3 Frekuensi rapat tahun 2009-2012 ... 52

4.4 Ukuran audit komite tahun 2009-2012 ... 53

4.5 Kinerja perusahaan tahun 2009-2012... 55

4.6 Statistik deskriptif ... 56

4.7 Hasil Uji Normalitas ... 58

4.8 Coefficients ... 61

4.9 Nilai Durbin-Watson sebagai dasar Uji Autokorelasi ... 62

4.10 Regresi Berganda ... 64

4.11 Coefficients ... 66

4.12 Anova ... 69


(10)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul/Teks Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Histogram ... 59

4.2 Normal P-Plot ... 59


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul/Teks Halaman

1 Ukuran Dewan Komisaris tahun 2009-2012 ... 80

2 Frekuensi rapat tahun 2009-2012 ... 80

3 Ukuran audit komite tahun 2009-2012 ... 80

4 Kinerja perusahaan tahun 2009-2012... 81

5 Regresion ... 81

6 Tabel r (two-tailed test) ... 86

7 Tabel Distribusi t student ... 87


(12)

ABSTRAK

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PULPA & KERTAS YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit sebagai variabel independen dan kinerja perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana pengaruh ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit diukur dengan regresi linear berganda dan pengujian hipotesis.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 7 (tujuh) perusahaan yang akan akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs Data diambil dari laporan tahunan. Perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun 2009 sampai dengan 2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komite audit terhadap kinerja perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini dilihat berpengaruh nyata (signifikan) terhadap kinerja perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan membuktikan bahwa ukuran komite audit dalam penelitian ini terbukti kebenarannya dan hipotesis diterima. Sedangkan dewan komisaris dan frekuensi rapat tidak mempunyai pengaruh. Kemudian Perbandingan ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat dan ukuran komite audit secara simultan juga mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan dengan kinerja keuangan perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditunjukan dengan nilai signifikansi. Penilaian kinerja perusahaan ditentukan dengan ROE dalam keadaan baik, karena hasil pengembalian yang diterima perusahaan dari ekuitas baik.


(13)

ABSTRACT

EFFECT ON THE PERFORMANCE OF ITS CORPORATE GOVERNANCE IN PULP & PAPER STOCK EXCHANGE LISTED IN INDONESIA

This study aimed to analyze the effect of board size, frequency of meetings, audit committee size partially or simultaneously to the performance of pulp and paper companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). The variables used in this study is the board size, frequency of meetings, audit committee size as independent variables and firm performance as the dependent variable. Where the effect of board size, frequency of meetings, audit committee size is measured by multiple linear regression and hypothesis testing.

The method used is the technique of sampling and purposive sampling was obtained by 7 (seven) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies published through the site www.idx.co.id. The data is taken from the annual report. Pulp and paper company listed in Indonesia Stock Exchange during the four (4) years, 2009 to 2012.

The results of this study indicate that board size, meeting frequency and size of the audit committee of the company's performance has a significant effect. This is seen in a significant effect (significant) on the performance of pulp and paper company listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and prove the hypothesis board size, meeting frequency and size of the audit committee in this study proved to be true and the hypothesis is accepted. Comparison of board size, frequency and size of audit committee meetings simultaneously also have influence / significant relationship with financial kinerjaa pulp & paper companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) are shown with significant value. Assessment of performance is determined by the company's ROE in good condition, because the return is received by the company from both equity.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20, menjadikan sistem ekonomi kapitalis sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang paling dominan di seluruh dunia. Sistem ekonomi kapitalis ini makin kuat mengakar berkat arus globalisasi dan perdagangan bebas yang dipaksakan oleh negara-negara maju penganut sistem ekonomi kapitalis. Ciri utama sistem ekonomi kapitalis adalah kegiatan bisnis dan kepemilikan perusahaan dikuasai oleh individu-individu/ sektor swasta. Dalam perjalanannya, beberapa perusahaan akan muncul sebagai perusahaan-perusahaan swasta raksasa yang bahkan aktifitas dan kekuasaannya telah melebihi batas-batas suatu negara. Para pemilik dan pengelola kelompok perusahaan-perusahaan ini bahkan mampu mempengaruhi dan mengarahkan berbagai kebijakan yang diambil oleh para pemimpin politik suatu negara untuk kepentingan kelompok perusahaan mereka dengan kekuatan uangnya. Menurut Bakan (2002), perusahaan (korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat dominan. Kekuatan dan pengaruh perusahaan ini sedemikian besarnya sehingga telah menjelma menjadi “monster raksasa” yang mendikte hampir seluruh hidup kita, mulai dari apa yang kita makan, apa yang kita lihat, apa yang kita pakai, apa yang kita hasilkan dan apa yang kita kerjakan. Oleh karena hal tersebut, sering kali terjadi pemerintahan suatu negara yang


(15)

seharusnya menjadi kekuatan terakhir sebagai pengawas, penegak hukum, dan pengendali perusahaan-perusahaan tidak berdaya menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut.

Salah satu contoh akibat dari praktik bisnis yang tidak etis adalah adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya seperti Thailand, Korea Selatan, Hongkong, Filipina, dan Malaysia serta mega-skandal yang menimpa perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat. Tidak sulit untuk mencari penyebab utama krisis dan mega-skandal tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis bahkan cenderung kriminal yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar dan tidak berdayanya aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku pelaku bisnis ini. Sistem perbankan di Indonesia yang pada akhirnya menimbulkan krisis ekonomi, politik dan sosial yang sangat kompleks. Beberapa perusahaan besar di Indonesia ada yang bermasalah dan bahkan tidak mampu lagi meneruskan kegiatan usahannya akibat menjalankan praktik tata kelola perusahaan yang buruk (bad corporate governance).

Timbulnya krisis ekonomi di Indonesia ini disebabkan oleh tata kelola perusahaan yang buruk (bad corporate governance) dan tata kelola pemerintahan yang buruk pula (bad government governance) sehingga memberi peluang besar timbulnya praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hal ini dapat ditunjukkan pada beberapa fakta berupa spekulasi mata uang selalu mementingkan diri sendiri tanpa peduli


(16)

kepentingan masyarakat ataupun negara, mudahnya para konglomerat memperoleh dana pinjaman dari perbankan.

Corporate Governance merupakan upaya memotivasi manajemen untuk meningkatkan keberhasilan (effectiveness) dan sekaligus juga mengendalikan perilaku manajemen agar tetap mengindahkan kepentingan stakeholders, dalam kerangka yang sudah disepakati bersama. Jika ditelaah lebih dalam

Corporate Governance mengarahkan perhatian pada peningkatan kinerja

korporasi (corporate performance). Jalan yang ditempuh adalah melakukan supervisi dan monitoring terhadap kinerja manajemen. Sambil menyelam minum air, Corporate Governance sekaligus memastikan akuntabilitas manajemen kepada pemegang saham dan stakeholders lain.

Secara umum Corporate Governance meliputi empat hal pokok yaitu

fairness, transparency, accountability dan responsibility. Melalui Corporate Governance antara perusahaan dan stakeholders (termasuk pelanggan) dapat

ditumbuhkan kondisi saling percaya. Adanya trust ini secara langsung maupun tidak langsung akan memungkinkan perusahaan meningkatkan keuntungan.

Trust dapat menggiring pelanggan untuk menjadi loyal. Keberadaan trust juga

mencegah karyawan dan pemasok bertindak oportunis dan menjadi katalisator, perusahaan akan mampu menciptakan keunggulan bersaing.

Pada hakekatnya Corporate Governance merupakan proses dan struktur dari berbagai kegiatan untuk memastikan bahwa kinerja perusahaan sesuai dengan yang diinginkan stakeholders. Fokusnya terletak pada masalah akuntabilitas, tanpa mengabaikan berbagai aspek yang dapat mendorong


(17)

keberhasilan korporat. Implementasi Corporate Governance akan menjaga reputasi perusahaan secara "luar-dalam", sehingga tidak sulit untuk membangun upaya komunikasi korporat untuk mendongkrak citra perusahaan.

Dalam penelitian Purwani (2010), berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara simultan dan parsial diketahui bahwa secara simultan, penerapan good

corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

perusahaan yang dalam penelitian ini diukur dengan nilai EVA Momentum. Namun secara parsial, hal ini berlaku sebaliknya, dimana penerapan good

corporate governance tidak berpengaruh positif signifikan terhadap nilai EVA

Momentum. Pengolahan data dalam analisis ini masih dilakukan dengan menggunakan software SPSS 15.0. Koefisien variabel penerapan good

corporate governance (GCG) adalah sebesar -0.009. Nilai koefisien yang

menunjukkan angka negatif, mengandung arti bahwa peningkatan nilai variabel GCG akan menurunkan nilai variabel EVA Momentum, dengan kata lain pengaruh GCG terhadap Eva Momentum bersifat negatif. Hal ini berkebalikan dengan teori, yang menyatakan bahwa penerapan GCG akan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi suatu anomali dalam penelitian ini.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung dari penerapan good corporate governance terhadap kinerja perusahaan atau nilai EVA Momentum. Adapun pengaruh positif signifikan dari growth opportunity terhadap penerapan good corporate governance sebagaimana dijabarkan dalam hasil uji hipotesis secara parsial, menunjukkan


(18)

bahwa penerapan good corporate governance akan memberi pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang dalam hal ini diukur dengan nilai EVA Momentum apabila didukung oleh kesempatan bertumbuh atau growth

opportunity. Faktor Corporate Governance sendiri dapat berupa frekuensi

rapat, ukuran komite dan ukuran dewan komisaris. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan tetapi beberapa penelitian menunjukkan tidak terdapatnya pengaruh.

Penelitian ini ingin menguji kembali hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan mengambil obyek penelitian pada perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di BEI untuk memprediksi potensi kinerja perusahaan. Tingkat kinerja perusahaan bisa juga digunakan sebagai alat ukur yang pertama untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dan untuk lebih menyakinkan kondisi kinerja perusahaan, dasar menggunakan rasio Return On Equity (ROE).

Cara menghitung ROE memang sangat mudah, dimana dengan memahami ROE secara mendalam akan ditemukan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability), efisiensi perusahaan dalam mengelola aset (assets management) dan hutang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai beberapa faktor Corporate Governance yang berpengaruh terhadap Return on Equity atau kinerja perusahaan. Peneliti


(19)

melihat masih banyak hasil yang beragam dalam meneliti pengaruh Corporate

Governance terhadap Kinerja Perusahaan. Pada penelitian ini peneliti

mengambil sampel perusahaan Pulp dan Kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Periode 2009-2012. Dengan demikian, maka peneliti membuat penelitian dengan judul “Pengaruh Corporate Governance Terhadap kinerja perusahaan pada Perusahaan Pulp & Kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan dari penelitian-penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran audit komite memberikan hasil yang bervariasi atau adanya research gap sehingga menimbulkan pertanyaan untuk diteliti lebih lanjut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu:“Apakah ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, dan ukuran komite audit berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam melakukan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(20)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat bagi penulis adalah bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pengaruh ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit terhadap kinerja perusahaan pulp & kertas.

2. Manfaat bagi investor dan juga bagi para calon investor yang ingin melakukan investasi adalah untuk sebagai bahan pertimbangan agar dapat menentukan keputusan yang akan diambil dalam berinvestasi.

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai bahan acuan atau sebagai bahan dasar di dalam melakukan penelitian lebih lanjut agar bisa mendapatkan jawaban yang lebih baik lagi.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Corporate Governance

Menurut Sutedi (2011: 1), Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, komisaris/dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Komite Nasional Kebijakan Governance (Bayu, 2010 : 31) mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.

Di kalangan pebisnis, secara umum, corporate governance diartikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Corporate Governance (CG) diartikan pula sebagai sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Monks, 2003 : 46).


(22)

Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini:

1) Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya.

2) Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Sam’ani, 2008 : 72).

Dalam praktiknya corporate governance berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya. Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip corporate

governance, namun pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan

(Arifin, 2005).

Corporate governance menurut OECD mengacu kepada

pembagian kewenangan antara semua pihak yang menentukan arah dan

performance suatu perusahaan. Pihak-pihak tersebut adalah pemegang

saham, manajemen dan board of directors. IICG (Sayidah, 2007 : 33) mendefinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain.


(23)

Suranta (2005 : 52) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah sistem guna mengontrol dan mengarahkan perusahaan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian di atas adalah bahwa esensi dari Corporate Governance (tata kelola perusahaan) antara lain berupa peningkatan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam hal ini manajemen lebih terarah dalam mencapai sasaran-sasaran manajemen dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang bukan menjadi sasaran pencapaian kinerja manajemen.

2.1.2 Prinsip Corporate Governance

Corporate Governance memiliki beberapa prinsip.

Prinsip-prinsip Corporate Governance ini dipastikan dapat diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan. Prinsip-prinsip

Corporate Governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan memperhatikan kepentingan pihak yang berkepentingan.

1. Transparansi (Trasnparancy)

Untuk menjaga objektifitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus mengungkapkan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh


(24)

mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan kepentingan pihak lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan independen. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan pemegang saham dengan tetap mempertimbangkan kepentingan

stakeholders lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan mempunyai tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan serta harus mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat terpelihara kesinambungan usahanya dalam jangka panjang.

4. Independensi (Idependency)

Untuk memungkinakan dilaksanakannya prinsip-prinsip

Corporate Governance lainnya yaitu transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan dapat berfungsi tanpa saling mendominasi dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain.


(25)

5. Kewajaran (Fairness)

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakehonders berdasarkan asas perlakuan yang setara (equal

treatment) dan asas manfaat yang wajar.

2.1.3 Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme adalah suatu aturan, prosedur dan cara kerja yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi tertentu. Mekanisme Corporate

Governance merupakan suatu mekanisme berdasarkan pada aturan main,

prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak-pihak yang ada dalam suatu perusahaan untuk menjalankan peran dan tugasnya. Mekanisme

Corporate Governance, terdiri dari tiga elemen penting, yaitu struktur,

sistem dan proses yang digunakan oleh organorgan dalam suatu perusahaan untuk mengarahkan dan mengendalikan operasional perusahaan agar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Struktur memiliki peran yang sangat fundamental dalam implementasi mekanisme Corporate Governance. Struktur merupakan kerangka dasar tempat diletakkannya sistem dalam penyusunan mekanisme Corporate Governance perusahaan. Struktur Corporate

Governance berperan sebagai kerangka dasar manajemen perusahaan

yang menjadi dasar pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab diantara organ-organ perusahaan (dewan komisaris, direksi, dan RUPS / pemegang saham). Dan stakeholder lainnya, serta aturan-aturan maupun prosedur pengambilan keputusan dalam hubungan perusahaan.


(26)

Struktur Corporate Governance dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur pengendalian Internal dan struktur pengendalian eksternal. Struktur pengendalian eksternal terdiri dari pihak-pihak berkepentingan yang berasal dari luar perusahaan seperti pasar modal, pasar uang, regulator dan profesi lainnya (paralegal, auditor dan lain sebagainya). Penelitian ini berfokus pada struktur pengendalian internal perusahaan yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi.

2.1.3.1 Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi kontrol yang terdapat dalam suatu perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh Dewan komisaris merupakan salah satu bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam suatu perusahaan, Dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan komisaris menjebatani kepentingan principal dan manajer di dalam perusahaan. Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate

Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi

perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (FCGI, 2006).

Hubungan antara jumlah anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan kontrol yang diberikan dewan komisaris. Konsultasi dan nasihat yang diberikan merupakan jasa yang berkualitas bagi manajemen yang


(27)

tidak dapat diberikan oleh pasar. Penelitian mereka menemukan bahwa investor bersedia memberikan premium lebih terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris.Fungsi service dan kontrol dewan komisaris dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (Kusumawati, 2005 : 37).

Indonesia mengadopsi sistem dual board, yang terdiri dari dewan direksi dan dewan komisaris. Wardhani (2006 : 83) menyebutkan bahwa dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang dan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari kebijakan direksi. Berdasarkan perspektif agensi, fungsi monitoring sangat krusial dalam melimitasi tindakan oportunis agen dan mereduksi biaya keagenan. Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007, dewan komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.

Melalui sebuah studi di China, Chen (2005) mengungkapkan bahwa ada pengaruh positif antara ukuran dari dewan komisaris dengan level tata kelola perusahaan karena semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris maka fungsi pengawasan dapat dilakukan


(28)

secara lebih efektif. Semakin sedikit anggota dewan komisaris akan mencerminkan mekanisme Corporate Governance yang semakin lemah sehingga akan memungkinkan adanya pengambilan keuntungan yang semakin besar oleh pemegang saham pengendali dan kemungkinan untuk memilih auditor berkualitas pun akan semakin kecil karena pemegang saham tersebut ingin mempertahankan keuntungannya. Penambahan anggota dalam dewan komisaris juga dapat diartikan sebagai penambahan keahlian (expertise) dalam dewan tersebut. Anggota dewan komisaris yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu mampu memberikan nasihat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan penyelenggaraan perusahaan.

Menurut Wallace (2005:39), perusahaan harus mempertimbangkan ukuran dewan dengan tujuan menentukan efektifitas jumlah dewan yang dimiliki perusahaan. Ukuran dewan yang efektif adalah yang dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif. Ukuran dewan komisaris akan berdampak pada kualitas keputusan dan kebijakan yang telah dibuat dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi (Syakhroza, 2005 : 94). 2.1.3.2 Frekuensi Rapat

Menurut Sari (2008) mengatakan bahwa frekuensi rapat dewan komisaris merupakan sumber yang penting untuk menciptakan efektivitas dari dewan komisaris. Dewan komisaris sebagai puncak


(29)

sebagai pengelolaan sistem internal perusahaan yang memiliki peran serta fungsi pengawasan, harus secara kontinu mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Dengan frekuensi rapat dewan komisaris yang jarang, maka Dewan Komisaris sangat perlu membentuk suatu badan yang memonitoring dan memberikan pelaporan pengawasan kontiniu dan terperinci mengenai munculnya potensi risiko pada perusahaan. Kompleksitas yang besar dalam suatu kegiatan usaha menciptakan potensi masalah keagenan yang besar. Perusahaan memerlukan monitoring lebih luas, monitoring pengawasan internal yang lebih kuat (Raghunan, 2007 : 55) oleh karena itu cenderung memerlukan pengawasan melalui rapat komite atau dewan komisaris yang lebih besar.

2.1.3.3 Ukuran Komite Audit

Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Hal ini dikarenakan komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Setiap perusahaan harus memiliki komite audit karena peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan belum memadai. Pemilihan dewan komisaris yang berdasarkan kedududkan dan


(30)

kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Terbentuknya komite audit pada perusahaan-perusahaan di banyak negara merupakan ciri dari Corporate Governance yang mulai dijalankan dengan baik. Tugas utama dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan sistem pengendalian internal perusahaan, kemudian memastikan kualitas laporan keuangan dan meningkatkan efektivitas fungsi audit yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor. Dalam gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa komite audit berfungsi sebagai jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal auditor (Balafif, 2010 : 104).

Ukuran komite audit adalah jumlah seluruh anggota komite audit. Jumlah anggota komite audit memiliki kaitan yang erat dengan seberapa banyak sumber daya yang dialokasikan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi perusahaan. Komite audit haruslah memiliki jumlah yang memadai untuk mengemban tanggung jawab pengendalian dan pengawasan aktivitas manajemen puncak. Ukuran komite yang lebih besar menyebabkan adanya pertukaran pengetahuan dan informasi (Sayidah, 2007:39). Jumlah anggota


(31)

komite audit disesuaikan besar-kecilnya dengan perusahaan dan tanggung jawab. Komite audit yang dibuat dengan tujuan mengawasi jalannya operasional perusahaan memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan Corporate Governance. Melalui karakteristik-karakteristiknya, komite audit diharapkan dapat menjadi lebih efektif dalam mengawasi jalannya perusahaan.

Karakteristik-karakteristik yang dimaksud contohnya adalah ukuran komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan independensi komite audit. Dalam karakteristik-karakteristik tersebut dibutuhkan kriteria-kriteria khusus agar komite audit dapat menciptakan Corporate Governance.

2.1.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Corporate Governance

Penerapan Corporate Governance memiliki dua faktor yang memegang peranan yang menentukan keberhasilannya sebagai berikut, seperti dikutip dari Ristifani (2009:113) :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek Corporate Governance yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:

a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan Corporate Governance dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.


(32)

b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai Corporate Governance. c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan

pada kaidah-kaidah standar Corporate Governance.

d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.

e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan Corporate Governance. Di antaranya:

a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.

b. Dukungan pelaksanaan Corporate Governance dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Governance dan Clean Government menuju


(33)

c. Terdapatnya contoh pelaksanaan Corporate Governance yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standard pelaksanaan

Corporate Governance yang efektif dan profesional. Dengan

kata lain, semacam benchmark (acuan).

d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan Corporate Governance di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi Corporate Governance secara sukarela.

e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi Corporate Governance terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi Corporate

Governance.

Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan Corporate Governance secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas dan integritas berbagai pihak yang menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai prinsip dan aspek penting Corporate Governance dilanggar suatu


(34)

perusahaan, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama dalam persaingan bisnis global dewasa ini, meski perusahaan itu memiliki lingkungan kondusif bagi pertumbuhan bisnisnya.

2.1.4 Kinerja Perusahaan

Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan saham. Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, dibutuhkan beberapa rasio keuangan. Najib (2010) menyatakan ada dua kelompok yang menganggap penting rasio keuangan. Kelompok pertama adalah para manajer yang menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan melacak kinerja keuangan sepanjang waktu. Kelompok kedua adalah pihak analis perusahaan yang membutuhkan ukuran yang pasti agar mampu memberikan saran maupun penilaian terhadap klien.

Terkait dengan pengertian kinerja, terdapat beberapa pendapat dari para tokoh, antara lain yaitu pendapat yang diungkapkan oleh Mulyadi (2007: 337) yang menyatakan bahwa “kinerja adalah keberhasilan personel, tim atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan”. Pendapat yang lain mengenai definisi kinerja juga diungkapkan oleh Bastian (2006: 274) yang menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi


(35)

organisasi. Daftar apa yang ingin dicapai tertuang dalam perumusan penskemaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Menurut Yudha (2007:58) kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan yang dibuat dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mecapai tujuannya. Efektifitas terjadi apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.


(36)

Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan perusahaan.

2.1.4.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan

Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja sebuah perusahaan, terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan, antara lain yaitu pengukuran kinerja (performance measurement), ukuran kinerja (performance measure), metrik kinerja (performance metric). Istilah-istilah tersebut seringkali digunakan secara bergantian, namun demikian untuk menghindarkan kerancuan pemahaman diantara istilah-istilah tersebut, maka perlu diberikan penjelasan mengenai masing-masing perbedaannya.

Pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai proses pengkuantifikasian efisiensi dan efektivitas dari tindakan yang lalu. Ukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai sebuah parameter yang digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi dan/atau efektivitas dari tindakan yang lalu. Metrik kinerja adalah definisi dari cakupan, isi dan bagian-bagian komponen dari sebuah ukuran kinerja yang berbasis luas. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Moeheriyono, 2012: 23):


(37)

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik itu yang berhubungan dengan penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri.

4. Rasio Solvabilitas (leverage)

Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunana utang

untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage, berarti menggunakan modal sendiri 100% dalam usahanya.

5. Rasio Pasar (Market Ratio)

Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham.

Dalam penelitian ini rasio keuangan perusahaan yang digunakan adalah rasio profitabilitas yaitu Return On Equity (ROE).


(38)

Return on Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE). ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari total ekuitas. ROE menggambarkan kemampuan modal untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, karena dalam ROE yang digunakan sebagai pengukur efisiensi adalah besarnya laba bersih dari jumlah modal yang digunakan perusahaan. Formula yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai ROE adalah sebagai berikut (Sundjaja, et.al 2007):

ROE = 100%

Equity Income Net

x

2.1.5 Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan

Kinerja keuangan suatu perusahaan ditentukan oleh sajauh mana keseriusannya menerapkan Corporate Governance. Dalam majalah SWA (2001) menyebutkan bahwa terdapat sebanyak 25 perusahaan peringkat teratas yang menerapkan Corporate Governance dengan baik secara tidak langsung menaikkan nilai sahamnya. Secara teoritis praktik

Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka,

mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri, umumnya Corporate


(39)

Governace dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang akan berdampak terhadap kinerjanya.

Menurut Xiaonian, et.al. (2000) pemegang saham saat ini sangat aktif dalam meninjau kinerja perusahaan karena mereka menganggap bahwa Corporate Governance yang lebih baik akan memberikan imbalan hasil yang lebih tinggi bagi mereka. Penerapan Corporate

Governance yang baik berfokus pada proses manajemen risiko dan

pengendalian internal yang efektif akan meningkatkan kinerja dan daya saing serta kreatifitas nilai perusahaan yang pada nantinya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara peneliti lain, Budiman, 2004 mengungkapkan bahwa penerapan EVA sebagai indikator kinerja keuangan perusahaan sangat sesuai dan mendukung prinsip-prinsip yang terdapat dalam Corporate Governance. EVA sebagai indikator kinerja perusahaan, dapat dijadikan sebagai pintu gerbang dalam mewujudkan terlaksananya CG di Indonesia.

Menurut Brown and Caylor (2004) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang listing di New York Stock

Exchange dan menerapkan Corporate Governance berdasarkan

penilaian Gov-Score yang diterbitkan oleh Institutional Shareholders Services. Dalam penilaian penerapan Corporate Governance ini, terdapat delapan hal utama yang menjadi indikator utama, yaitu : audit, dewan direksi, hukum, pendidikan direksi, kompensasi kepada dewan direksi dan eksekutif, progressive practices, dan state of incorporation.


(40)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Jandik dan Rennie (2005) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan yang telah go public di pasar modal yang sedang berkembang (emerging market), secara khusus, penelitian ini menguraikan tentang evolusi dari corporate governance dan kinerja perusahaan dalam pasar yang sedang berkembang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan

Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Sementara peneliti

lain Gruszczynski (2006) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan go public di Polandia. Adapun tingkat penerapan Corporate

Governance dalam penelitian ini merupakan hasil pemeringkatan yang

dilakukan oleh Polish Corporate Governance Forum, dimana terdapat sedikitnya sembilan indikator yang digunakan sebagai pengukur, yaitu : komposisi dan kompetensi dewan pengawas dan anggota dewan independen, pengawasan yang mencakup beberapa bagian, akses rapat umum pemegang saham, fungsi dari manajemen, auditor independen, regulasi dalam aktivitas jual beli saham, tujuan, visi, misi perusahaan, dan transparansi dalam penyampaian informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara penerapan Corporate


(41)

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Purwani (2010) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan” menyimpulkan bahwa Corporate Governance tidak

berpengaruh secara langsung terhadap kinerja perusahaan dengan alat ukur EVA Momentum.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah :

a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :

a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan variabel faktor Good Corporate Governance dan kinerja perusahaan. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan.

b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Eni Puspitasari (2010) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh kualitas corporate governance terhadap kinerja perusahaan dan kinerja Saham”. Menyimpulkan bahwa


(42)

corporate governance berpengaruh terhadap return on asset sebagai

ukuran kinerja operasional perusahaan.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah :

a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan kinerja saham.

b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :

a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan variabel faktor kualitas Corporate Governance dan kinerja perusahaan. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan.

b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani Nuswandari (2009) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Menyimpulkan bahwa corporate

governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah :


(43)

a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :

a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan variabel faktor. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan.

b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyani Suhadak dan R. Rustam Hidayat (2012) di dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh penerapan good corporate governance dan kepemilikan Institusional terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan peserta cgpi yang terdaftar di bei tahun 2009-2011)”. Menyimpulkan bahwa Kepemilikan saham oleh institusional pada penelitian ini menunjukan hubungan positif dan berpengaruh terhadap ROE. Hal ini memberikan bukti bahwa apabila suatu perusahaan memiliki kepemilikan saham oleh institusional yang besar, dapat mampu memberikan suatu pengawasan yang kemudian hak dari para stakeholder ini dapat dipenuhi, sehingga juga akan memberikan keuntungan kepada para pemegang saham.


(44)

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan penelitian ini adalah :

a. Sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan kinerja keuangan.

b. Menggunakan metode yang sama yaitu regresi linear berganda. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah :

a. Terletak pada variabel penelitiannya, dimana peneliti terdahulu menggunakan variabel faktor. Sedangkan penulis hanya menggunakan variabel yaitu faktor Corporate Governance dan kinerja perusahaan.

b. Tempat penelitian, dimana peneliti terdahulu di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan penulis di Bursa Efek Indonesia.

Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu:

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul penelitian Variabel Hasil penelitian

Tri Purwani Pengaruh Good

Corporate Governance

Terhadap Kinerja Perusahaan

Dependen = kinerja perusahaan yang diproksikan dalam nilai EVA Momentum (EVAM).

Independen =

penerapan good

corporate governance

(GCG)

Penerapan good corporate

governance tidak berpengaruh

secara langsung terhadap kinerja perusahaan dengan alat ukur EVA Momentum. Hal ini berarti tidak konsisten dengan

teori yang menyatakan

bahwa penerapan good

corporate governance

berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

Eni Puspitasari Pengaruh kualitas

corporate

governance terhadap

Dependen = Kinerja Perusahaan (ROA, ROE, PER) dan

Corporate governance

berpengaruh terhadap return


(45)

kinerja perusahaan dan kinerja Saham Kinerja Saham (CAR) Independen = Corporate Governance Perception Index (CGPI)

operasional perusahaan. Hasil

analisis menunjukkan = β1

0.627 Corporate governance berpengaruh terhadap Price

Earning Ratio sebagai ukuran

nilai pasar perusahaan. Hasil

analisis menunjukkan = β1

-1.432 Corporate governance berpengaruh terhadap kinerja saham yang diukur dengan

abnormal return (Cumulative Abnormal Return). Hasil

analisis menunjukkan = β1

0.208 Cahyani Nuswandari Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

Dependen = Kinerja Perusahaan Independen = Corporate Governance Perception Index (CGPI)

Hasil pengujian untuk model regresi dengan return on equity sebagai variabel dependen-nya

menunjukkan variabel

Corporate Governance

Perception Index (CGPI)

secara positif signifikan

mempengaruhi kinerja operasi. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hipotesis

penelitian yang pertama

didukung yaitu bahwa

corporate governance

mempengaruhi kinerja operasi perusahaan. Nurcahyani, Suhadak dan R. Rustam Hidayat Pengaruh penerapan good corporate governance dan kepemilikan Institusional terhadap kinerja keuangan (studi pada perusahaan peserta cgpi yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011)

Variabel Independen yang terdiri dari penerapan Good

Corporate Governance, dan

kepemilikan saham institusional Variabel kedua adalah variabel dependen yaitu pada penelitian ini adalah kinerja keuangan. Variabel kinerja keuangan ini diproksikan dengan ROE

Kepemilikan saham oleh institusional pada penelitian ini menunjukan hubungan positif dan berpengaruh terhadap ROE. Hal ini memberikan bukti bahwa apabila suatu

perusahaan memiliki kepemilikan saham oleh institusional yang besar, dapat mampu memberikan suatu pengawasan yang kemudian hak dari para stakeholder ini dapat dipenuhi, sehingga juga akan memberikan keuntungan kepada para pemegang saham


(46)

H1

H2

H3

H4 2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada kajian teori dari hasil penelitian terdahulu mengenai

Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Kerangka konseptual ini

menunjukkan pengaruh ukuran dewan komisaris (X1), frekuensi rapat (X2), ukuran komite audit (X3) terhadap ROE (Y), maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Ukuran dewan komisaris adalah jumlah seluruh anggota komisaris berasal dari internal dan eksternal perusahaan yang melakukan pengawasan terhadap direksi dalam menjalankan perusahaan. Dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan memiliki akses pada informasi perusahaan.

Ukuran Dewan Komisaris (X1) Frekuensi rapat (X2)

Ukuran Komite Audit (X3)

Variabel Dependen: Kinerja perusahaan

- ROE (Y) Variabel Independen:


(47)

Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris. Dalam hubungan dengan kinerja, alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh para investor adalah rasio profitabilitas. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham terletak pada rasio profitabilitas yang menunjukkan hasil pengelolaan manajemen perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio ROE atau rasio keuntungan berkaitan erat dengan kemampuan perusahaan dan efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Frekuensi rapat perusahaan pulp & kertas merupakan intensitas dari kegiatan dewan komisaris, direksi dan komite audit dapat diukur dari frekuensi diadakannya pertemuan rapat dan kinerja perusahaan. Seringkali dalam rapat dewan komisaris, direksi dan komite audit hadir dalam rapat tersebut, hal ini akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh dewan komisaris, direksi dan komite audit. Apalagi bila manajer senior tersebut hadir dalam setiap rapat, mempunyai suara dan ikut andil dalam diskusi rapat. Hal ini akan mempengaruhi keputusan mengenai strategi-strategi yang diambil dalam rapat komisaris. Semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat, maka akses informasi juga akan semakin merata di antara sesama komisaris, sehingga keputusannya semakin baik yang berdampak pada kinerja perusahaan yang lebih baik. Rapat dewan komisaris merupakan salah satu sumber informasi yang nantinya digunakan untuk meningkatkan efektifitas


(48)

dewan komisaris. Informasi yang diungkapkan melalui rapat tersebut meliputi tidak hanya pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, pengendalian internal tetapi juga pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan.

Ukuran komite audit merupakan salah satu karakteristik yang mendukung efektifitas kinerja komite audit dalam suatu perusahaan. Destika (2011) menyatakan bahwa karakteristik komite audit yang mendukung fungsi pengawasan terhadap manajemen (agen) agar tidak merugikan pemilik perusahaan (prinsipal) adalah ukuran komite audit. Karena dengan semakin besarnya ukuran komite audit akan meningkatkan fungsi monitoring pada komite audit terhadap pihak manajemen. Hal ini memperlihatkan bahwa

corporate governance atau tata kelola perusahaan belum dapat memberikan

pengaruh terhadap keuntungan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Return on Equity (ROE) dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah dinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung maupun dengan laba yang ditahan).

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui hasil penelitian.


(49)

Adapun hipotesis dari permasalahan di atas adalah ”

H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan

H2 : Frekuensi rapat berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan H3 : Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan

H4 : Ukuran dewan komisaris, frekuensi rapat, ukuran komite audit baik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja perusahaan.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan studi deskriptif. Jenis ini adalah dimana data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang berasal dari website

mendukung penelitian skripsi ini. Dalam penelitian ini terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat dan menpretasikan kondisi sekarang kemudian melakukan evaluasi.

3.2 Tempat dan waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan dengan menggumpulkan informasi dan data pada sektor perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id. Waktu penelitian bulan Agustus 2014 sampai dengan selesai.

3.3 Definisi Operasional

a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel lainnya (Erlina, 2011). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Corporate Governance. Corporate Governance menurut Keputusan


(51)

yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.

1. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Beiner et.al, 2003), Dewan komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan nasehat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris (KNKG, 2006). Ukuran dewan komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan.

2. Frekuensi rapat

Pada dasarnya rapat adalah pertemuan atau kumpulan dalam suatu organisasi, perusahaan, instansi pemerintah baik dalam situasi formal maupun nonformal untuk membicarakan, merundingkan dan mengutuskan suatu masalah berdasarkan hasil kesepakatan bersama.

Frekuensi rapat dihitung berdasarkan :

3. Ukuran Komite Audit

Pengertian komite audit menurut Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG, 2006) dalam pedoman umum Corporate

Indonesia yaitu: “Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih Jumlah rapat perusahaan dalam suatu periode


(52)

oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Ukuran komite audit merupakan salah satu karakteristik yang mendukung efektivitas kinerja komite audit dalam suatu perusahaan.

Ukuran komite audit dapat dihitung berdasarkan:

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat atau variabel tak bebas ini merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel sebab atau variabel bebas. Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari variabel independen (Erlina, 2011). Dalam penelitian ini variabel terikat atau variabel dependen diukur berdasarkan Return On Equity (ROE) menurut Tambun (2007 : 146): Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur Rate of Return (tingkat imbal hasil) ekuitas. Para analisis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harganya.

Jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan

Rumus : ROE = 100%

equity Total

Income Net


(53)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan elemen yang menunjukkan cirri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011 : 87). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 yaitu sebanyak 8 perusahaan pulp & kertas.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian. Beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tercatat di BEI periode tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dan melaporkan laporan keuangannya per 31 Desember

2. Laporan keuangan periode 2009, 2010, 2011 dan 2012 perusahaan tersebut telah diaudit oleh auditor independen.

3. Perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan Return On Equity (ROE) positif selama periode pengamatan. Penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan Return On Equity (ROE), oleh karena itu peneliti menggunakan objek penelitian yang selama periode pengamatan memperoleh data.


(54)

Dari 8 populasi perusahaan pulp & kertas yang terdaftar di Bursa Efek, yang memenuhi kriteria sebagai sampel sebanyak 7 perusahaan, maka sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Daftar populasi perusahaan

No Kode Nama perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 ALDO Alkindo Naratama Tbk √ √ x 0

2 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk √ √ √ 1

3 INKP Indah Kiat Pulp & paper Tbk √ √ √ 2

4 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ √ √ 3

5 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk √ √ √ 4 6 SAIP Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk √ √ √ 5

7 SPMA Suparma Tbk √ √ √ 6

8 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk √ √ √ 7

Berdasarkan kriteria sebagai penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 7 perusahaan selama periode 4 (empat) tahun yang termasuk sebagai data poling.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi, 2011: 104). Sumber data dan penulisan pada skripsi ini dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini. Sedangkan untuk data yang diolah diambil dari situs


(55)

3.6Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan mengambil data website efek Indonesi tahunan perusahaan yang akan diteliti. Penelitian mengambil data perusahaan manufaktur sektor pulp dan kertas yang terdaftar di BEI untuk tahun 2009-2012.

3.7 Teknik Analisis

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda.Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum, yang berarti model regresi tidak mengandung masalah.Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Berikut ini adalah uji asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi :

3.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2012 : 110). Karena analisis grafik dapat menyesatkan, maka dilakukan juga


(56)

uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya. Uji ini dilakukan sebelum data diolah. Pendeteksian normalitas data apakah terdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Residual dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov > 0,05.

3.7.1.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel independen. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2012 : 91).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance

Inflation Factor). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai out off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2012 : 92).

3.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke


(57)

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskesdatisitas (Ghozali, 2012 : 105).

Ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED, di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Yprediksi-Ysesungguhnya) yang telah di stundentized.

Adapun dasar atau kriteria pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah (Ghozali, 2012 : 105):

a. Jika ada pola tertentu, seperi titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7.1.4 Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu


(58)

pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2012 : 95). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel autokorelasi berikut ini.

Tabel 3.2

Tabel Standar Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ dlu Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 3 – dl < d < 3 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 3 – du ≤ d ≤ - dl Tidak ada korelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 3-du 3.7.2 Analisis Regresi Berganda

Model yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi linier berganda. Hal ini disebabkan penelitian dirancang untuk mengetahui arah, pengaruh dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b1X1 + b3X3 e Keterangan:

Y = Rasio Return On Equity a = Konstanta persamaan regresi

b1, b2,b3 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X1 = Ukuran dewan komisaris


(59)

X3 = Ukuran komite audit e = Variabel Residual

Besarnya konstanta tercermin dalam “a” dan besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3. Pada model persamaan di atas dapat diketahui tanda positif atau negatif dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Agar model tersebut memberikan hasil estimasi yang terbaik, maka model harus memenuhi asumsi regresi linier klasik, yaitu tidak terjadi gejala multikolonieritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan berdistribusi normal ataupun mendekati normal.

3.7.3 Pengujian Hipotesis 3.7.3.1 Uji t (t-tes)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut (Ghozali, 2012 : 84):

a. Hipotesis nol atau Ho : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan t hitung


(60)

dengan t tabel (Sulaiman, 2004 : 87). Dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka menolak Ho dan menerima Ha.

b. Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05) maka menerima Ho dan menolak Ha.

3.7.3.2 Uji F (F-tes)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2012 : 84). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.

b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.

Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05.

Dengan cara sebagai berikut:

a. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan (Sig ≤ 0,05), maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(61)

b. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan (Sig ≥ 0,05), maka hipotesis tidak dapat diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.3.3 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2012 : 83). Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1). Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Sulaiman, 2004 : 86). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2012: 83)


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Data Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan pulp & kertas di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive

sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 7

perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2009-2012. Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1

Daftar sampel perusahaan pulp & kertas No Kode Nama perusahaan Tgl berdiri 1 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 12 Juli 2011 2 INKP Indah Kiat Pulp & paper Tbk 16 Juli 1990 3 INRU Toba Pulp Lestari Tbk 18 Juni 1990 4 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia

Tbk

11 Juli 2008 5 SAIP Surabaya Agung Industri Pulp &

Kertas Tbk

14 Mei 2009

6 SPMA Suparma Tbk 16 Nov 1994

7 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 03 April 1990


(63)

4.2 Mekanisme Corporate Governance

4.2.1 Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang dari internal maupun eksternal perusahaan sampel. Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan earnings management yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Fungsi dewan komisaris yang lain adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan corporate

governance.

Tabel 4.2

Ukuran Dewan Komisaris tahun 2009-2012

No Nama Perusahaan Kode Ukuran Dewan Komisaris (X1)

2009 2010 2011 2012

1 Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 3 3 3 3

2 Indah Kiat Pulp & paper Tbk INKP 5 6 10 10

3 Toba Pulp Lestari Tbk INRU 2 3 4 4

4 Kertas Basuki Rachmat

Indonesia Tbk

KBRI 3 4 4 3

5 Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk

SAIP 4 3 3 3

6 Suparma Tbk SPMA 8 13 8 13

7 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM 7 7 7 7 Sumber : Data diolah penulis, 2014

Satu perusahaan (PT Fajar Surya Wisesa Tbk) dengan jumlah dewan komisaris X1 yang terendah dengan perusahaan lain selama


(1)

__

__

Regression Studentized Residual

3

2

1

0

-1

-2

-3

Regression Standardized Predicted Value

3210-1-2

X110.0020.00 0.00 -10.00 -20.00

Y


(2)

__

__

X2

80.00 60.00 40.00 20.00

0.00

-20.00

Y

8.006.004.002.000.00-2.00-4.00

X3

10.00 5.00 0.00 -5.00 -10.00

Y

10.008.006.004.002.000.00-2.00-4.00


(3)

Lampiran 6 Tabel r (two-tailed test)

df α df α df α df α

5% 5% 5% 5%

1 0,997 26 0,374 51 0,271 76 0,223

2 0,950 27 0,367 52 0,268 77 0,221

3 0,878 28 0,361 53 0,266 78 0,220

4 0,811 29 0,355 54 0,263 79 0,219

5 0,775 30 0,349 55 0,261 80 0,217

6 0,707 31 0,344 56 0,257 81 0,216

7 0,666 32 0,339 57 0,256 82 0,215

8 0,632 33 0,334 58 0,254 83 0,213

9 0,602 34 0,329 59 0,252 84 0,212

10 0,576 35 0,325 60 0,250 85 0,211

11 0,553 36 0,320 61 0,248 86 0,210

12 0,532 37 0,316 62 0,246 87 0,208

13 0,514 38 0,312 63 0,244 88 0,207

14 0,497 39 0,308 64 0,242 89 0,206

15 0,482 40 0,304 65 0,240 90 0,205

16 0,468 41 0,301 66 0,239 91 0,204

17 0,456 42 0,297 67 0,237 92 0,203

18 0,444 43 0,294 68 0,235 93 0,202

19 0,433 44 0,291 69 0,234 94 0,201


(4)

21 0,413 46 0,285 71 0,230 96 0,199

22 0,396 47 0,282 72 0,229 97 0,198

23 0,389 48 0,279 73 0,227 98 0,197

24 0,388 49 0,276 74 0,226 99 0,196


(5)

Lampiran 7 Tabel Distribusi t Student

df Tingkat signifikansi uji satu arah

0,10 0,05 0,025 0,01 0,005 0,0005

Tingkat signifikan uji dua arah

0,20 0,10 0,05 0,02 0,01 0,001

1 3,08 6,31 12,71 31,82 63,66 636,62

2 1,89 2,92 4,30 6,97 9,93 31,60

3 1,64 2,35 3,18 4,54 5,84 12,92

4 1,48 2,13 2,76 3,75 4,60 8,61

5 1,48 2,02 2,57 3,37 4,03 6,87

6 1,44 1,94 2,45 3,14 3,71 5,96

7 1,42 1,90 2,37 3,00 3,50 5,41

8 1,40 1,86 2,31 2,90 3,36 5,04

9 1,38 1,83 2,26 2,82 3,25 4,78

10 1,37 1,81 2,23 2,76 3,17 4,59

11 1,36 1,80 2,20 2,72 3,11 4,44

12 1,36 1,78 2,18 2,68 3,06 4,32

13 1,35 1,77 2,16 2,65 3,01 4,22

14 1,35 1,76 2,15 2,62 2,98 4,14

15 1,34 1,75 2,13 2,60 2,95 4,07

16 1,34 1,75 2,12 2,58 2,92 4,02

17 1,33 1,74 2,11 2,57 2,90 3,97


(6)

19 1,33 1,73 2,09 2,54 2,86 3,88

20 1,33 1,73 2,09 2,53 2,85 3,85

21 1,32 1,72 2,08 2,52 2,83 3,82

22 1,32 1,72 2,07 2,51 2,82 3,79

23 1,32 1,71 2,07 2,50 2,81 3,77

24 1,32 1,71 2,06 2,49 2,80 3,75

25 1,32 1,71 2,06 2,49 2,79 3,73

26 1,32 1,71 2,06 2,48 2,78 3,71

27 1,31 1,70 2,05 2,47 2,77 3,69

28 1,31 1,70 2,05 2,47 2,76 3,67

29 1,31 1,70 2,05 2,46 2,76 3,66

30 1,31 1,70 2,04 2,46 2,75 3,65

40 1,30 1,68 2,02 2,42 2,70 3,55

60 1,30 1,67 2,00 2,39 2,66 3,46

120 1,29 1,66 1,98 2,36 2,62 3,37