18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik adsorben
4.1.1. Analisis SEM
Morfologi  limbah  kayu  sebelum  direaksikan  dengan  NaOH  dan  setelah direaksikan  dengan  NaOH  3    pada  suhu  50
o
C  tersaji  pada  Gambar  4.1. Gambar a menunjukkan adanya lubang-lubang pada permukaan kayu randu
yang  diaktifkan  cukup  banyak  lekukan-lekukan  dalam  dengan  jarak  lubang yang  berdekatan.Sedangkan  Gambar  b  terlihat  adanya  lubang-lubang  yang
lebih sedikit dan lekukan-lekukannya tidak terlalu dalam dengan jarak antara lubang  yang  berjauhan.Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  kayu
randu  yang  diaktifkan  luas  permukaannya  lebih  besar  dibandingkan  dengan kayu  randu  yang  belum  diaktivakan.  Lubang-lubang  terbentuk  saat  proses
aktivasi  dimana  lignoselulosa  bereaksi  dengan  NaOH.  Ion  OH
-
dari  NaOH akan memutuskan ikatan-ikatan dari struktur dasar lignin sehingga lignin akan
mudah larut Gambar 2.2.
Gambar 4.1 Morfologi permukaan kayu randu : a sebelum dan b sesudah diaktifasi dengan perbesaran 500x
a                                                            b
Hilangnya  lignin  juga  dapat  dapat  teridentifikasi  melalui  berkurangnya berat  serbuk  kayu.  Serbuk  kayu  yang  direaksikan  dengan  NaOH  3
mengalami penurunan massa sebesar 25 dari 30 gram menjadi 25,21 gram. Sementara  jika  direaksikan  dengan  NaOH  1  penurunan  massa  sebesar  5
dari  3  gram  menjadi  2,25  gram.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  pada penggunaan  NaOH  dengan  kosentrasi  yang  lebih  tinggi  maka  lignin  yang
hilang  juga  semakin  besar,  sehingga  menyebabkan  berat  adsorben  lebih kecil.Dengan  demikian,  terdapat  konsisten  antara  hasil  analisis  morfologi
dengan analisis berat sempel.
4.1.2. Gugus Fungsi
Hasil analisis gugus fungsi menggunakan FTIR tersaji pada Gambar 4.2.
Gambar 4.3 kurva FTIR. Gambar  4.2  dapat  menunjukkan  adanya  gugus  karboksil  gugus  C=O
yang berasal dari senyawa asam dan senyawa anhidrat, yang  teridentifikasi di daerah  1600-1530  cm
-1
knuutinen  dan  kyllonen  2006;  Sastrohamidjojo, 1990. Sementara, gugus -OH yang berasal dari senyawa alkohol memberikan
puncak  serapan  yang  lebar  pada  4000-3200  cm
-1
Hermanto,  2008;  Rahmat and  Day,  2003,  gugus  NH  memberikan  puncak  serapan  tajam  pada  panjang
gelombang  3400-1800  cm
-1
,  sedangkan  gugus  C-O  memberikan  serapan
dengan  intensitas  kuat  di  daerah  1000-700  cm
-1
Fessenden  and  fassenden, 1982,  Anhidrat  mempunyai  2  serapan  C=O  dekat  1550  dan  1450  cm
-1
, sementara ikatan  rangkap 2 atau cincin aromatik, memberikan serapan lemah
C=C dekat 1050 cm
-1
knuuntinen dan kyllonen, 2006. Daerah CH aromatic dan vinil  CH analitik  memberikan serapan pada 2300 cm
-1
Sastrohamidjojo, 1988.Secara lengkap, intepretasi spectra FTIR ini tersaji pada tablel 4.3.hasil
analisis  gugus  fungsi  tersebut  menunjukkan  adanya  situs-situs  aktif  dalam serbuk kayu yang dapat berperan pada proses kemisorpsi.
Tabel 4.1 interpretasi spectra FTIR dari serbuk kayu randu
Interpretasi Spekta FT-IR Bilangan
gelombang  cm
-1
Interpretasi Referensi
1600-1530cm
-1
Vibrasi  gugus  karboksil C=O
Knuutinen  dan  kyllonen  2006; Sastrohamidjojo, 1990.
4000-3200 cm
-1
Vibrasi gugus –OH
Hermanto,  2008;  Rahmat  and  Day, 2003
1000-700 cm
-1
Vibrasi gugus  C-O Fessenden and fassenden, 1982
1550  dan  1450 cm
-1
Vibrasi gugus C=O Fessenden and fassenden, 1982
1050 cm
-1
Vibrasi gugus C=C Knuutinen dan kyllonen 2006
2300 cm
-1
Vibrasi gugus CH Sastrohamidjojo, 1990.
3400--1800 cm
-1
Vibrasi gugus NH Hermanto,  2008;  Rahmat  and  Day,
2003
4.1.3. Luas Permukaan Spesifik dan Ukuran Pori