KOMPETENSI GURU DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR ANAK SALEH KOTA MALANG

(1)

i KOMPETENSI GURU DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES

UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR ANAK SALEH KOTA MALANG

SKRIPSI

Oleh: SitiWahyuni 201110010311070

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH 2015


(2)

ii KOMPETENSI GURU DALAM IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES

UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR ANAK SALEH KOTA MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh: Siti Wahyuni NIM: 201110010311070

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH 2015


(3)

(4)

(5)

v PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta:

Bapak Lili Mulyadi Mamah Uun Unariyah

Orang tua angkat:

Mom Rima Sulastika Chandra

Keluarga Besar:

Bibi Niah Mamang Pani Aa Fathon Aa Rohim Dan lain-lain

Sahabat-sahabat Tarbiyah B angkatan 2011 Serta teman-teman terbaik di mana pun berada


(6)

(7)

vii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas kekuatan yang diberikan, sehingga skripsi ini berhasil penulis selesaikan. Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada nabi Muhammad SAW.

Banyak pihak yang berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:

1. Ayah Lili Mulyadi, ayah tiri yang selalu menganggap dan memperlakukan penulis sebagai anak kandungnya, orang yang paling bekerja keras dalam memenuhi segala impian penulis.

2. Mamah Uun Unariyah, yang menganggap penulis sebagai pengobat segala luka hatinya, yang menganggap penulis sebagai kebahagiaan terbesarnya. Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan, meski berlebihan, tapi itulah yang membuat penulis selalu ingin membuktikan bahwa penulis sebaik yang diprasangkakan beliau.

3. Mom (Ibu Rima Chandra), yang tidak pernah berhenti membantu penulis terutama dalam finansial.

4. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M. AP selaku Rektor UMM. 5. Drs. Faridi, M. Si selaku Dekan FAI UMM.

6. Saiful Amien, S. Ag, M.Pd selaku dosen wali kelas Tarbiyah B angkatan 2011.

7. Dosen pembimbing skripsi: Drs. Khozin, M. Si (dosen pembimbing 1) dan Nur Afifah Khurin Maknin, S. PdI, M. Kes (dosen pembimbing 2). Sikap


(8)

viii

lembut namun tegas dan friendly pak Khozin membuat penulis merasa nyaman saat bimbingan skripsi, terima kasih. Bu Afif, terima kasih atas ide, saran, dan masukan terhadap kekurangan-kekurangan skripsi penulis.

8. Seluruh dosen Jurusan Tarbiyah FAI UMM, atas ilmu yang luas dan kesabaran tidak terhingga dalam menyampaikannya kepada penulis.

9. Pihak SD Anak Saleh Kota Malang, terima kasih atas kesediaan meluangkan waktu untuk memberikan semua informasi yang penulis butuhkan. Terima kasih juga atas perlakuan yang sangat ramah selama penulis meneliti di sana. 10.Keluarga besar Muhammadiyah Pandeglang dan kakak-kakak PW IPM

Banten, yang selalu memberikan motivasi untuk segera lulus dan kembali ke Banten dan Muhammadiyah.

11.Sahabat terbaik penulis yang irasional, Unaimah Sanaya, terima kasih atas motivasi dan ide gila yang tidak pernah habis di otaknya.

12. Keluarga penulis di Malang: Aizz, Umami, mbak Tita, Ukhty Po’oh, terima kasih untuk telah membersamaiku dalam mudah dan sulit.

13.Teman-teman kelas Tarbiyah B angkatan 2011, dan semua yang tidak mungkin penulis sebut satu per satu.

Semoga Allah membalas dengan balasan yang lebih baik.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis memohon kritik dan saran membangun dari pembaca. Semoga bermanfaat!

Malang, 7 Mei 2015


(9)

ix DAFTAR ISI

Kover Dalam ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ...iii

Lembar Persembahan ...iv

Surat Pernyataan ...v

Abstrak ...vi

Kata Pengantar ………..vii

Daftar Isi ...ix

Daftar Tabel ...xii

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 9

E.Batasan Istilah ... 9

1.Implementasi ... 9

2.Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 10

3.Berbasis Multiple Intelligences ... 10

4.Anak Berkebutuhan Khusus ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A.Anak Berkebutuhan Khusus ... 12

1. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus ... 12

2. Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus .... 13

a. Sekolah Segresi (Terpisah) ... 13

b. Sekolah Integrasi (Terpadu) ... 15

c. Sekolah Inklusif ... 16

3. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus dan Pembelajarannya ... 19

a. Anak dengan Kesulitan Belajar ... 21

b. ADHD ... 24

c. Autis ... 26

d. Anak Berbakat ... 29

B.Kompetensi Guru ... 32

1. Definisi Kompetensi Guru ... 33

2. Macam-Macam Kompetensi Guru ... 33

3. Kompetensi Guru SD ... 37

C.Konsep Multiple Intelligences ... 43

1. DefinisiMultiple Intelligences ... 43

2. Sejarah Teori KecerdasanMultiple Intelligences ... 44

3. Macam-Macam Kecerdasan dalam Teori KecerdasanMultiple Intelligences ... 49


(10)

x

a. Kecerdasan Linguistik ... 49

b. Kecerdasan Logis-Matematis ... 49

c. Kecerdasan Spasial... 50

d. Kecerdasan Kinestesis ... 50

e. Kecerdasan Musik ... 50

f.Kecerdasan Intrapersonal ... 51

g. Kecerdasan Interpersonal ... 51

h. Kecerdasan Naturalis ... 52

i.Kecerdasan Eksistensialis ... 52

4. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 52

a. RPP Berbasis Multiple Intelligences ... 53

b. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 54

c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 78

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 65

B. Tempat Penelitian ... 67

C. Informan Penelitian ... 67

D. Teknik Pengambilan Data ... 68

1. Observasi ... 68

2. Wawancara ... 69

3. Dokumentasi ... 71

E. Analisis Data ... 71

F. Sistematika Penulisan ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 75

A. Penyajian dan Analisa Data ... 75

1. Profil SD Anak Saleh Kota Malang ... 75

2. Visi dan Misi SD Anak Saleh Kota Malang ... 77

3. Struktur Organisasi, Keadaan Guru, dan Keadaan Peserta Didik SDAnak Saleh Kota Malang ... 80

a. Struktur Organisasi SD Anak Saleh Kota Malang ... 80

b. Keadaan Guru SD Anak Saleh Kota Malang ... 82

c. Keadaan Peserta Didik SD Anak Saleh Kota Malang ... 86

d. Keadaan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus SD Anak Saleh Kota Malang ... 89

4. Kurikulum SD Anak Saleh Kota Malang ... 91

5. Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang ... 92

6. Kebijakan Penerimaan ABK di SD Anak Saleh Kota Malang .... .. 94

7. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus dan Kualifikasi Multiple Intelligences-nya di SD Anak Saleh Kota Malang ... . 96

a. Identifikasi ABK di SD Anak Saleh Kota Malang ... 96

b. KualifikasiMultiple IntelligencesSiswa di SD Anak Saleh Kota Malang ... 99

B.Hasil Penelitian ... 103

1. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang ... 103


(11)

xi

2. Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intelligences

untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang ... 107

BAB V PENUTUP ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Guru Kelas di SD/MI ... 37

Tabel 2 Data Guru SD Anak Saleh Kota Malang ... 82

Tabel 3 Data Siswa SD Anak Saleh ... 86

Tabel 4 Data Siswa Berkebutuhan Khusus SD Anak Saleh Kota Malang ... 89


(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pergerakan dari SLB ke Sekolah Inklusif ... 18

Gambar 2.2 Proses Portofolio ... 62

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 66


(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata Peneliti 2. Pedoman Observasi 3. Pedoman Wawancara

4. Program Tahunan PAI SD Anak Saleh Kota Malang 5. Program Semester PAI SD Anak Saleh Kota Malang 6. Silabus PAI SD Anak Saleh Kota Malang

7. RPP PAI SD Anak Saleh Kota Malang 8. Penilaian Hasil Pembelajaran


(15)

xv DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bungin, Burhan. (2011). Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:

Chamidah, Atien Nur. (2010). Pendidikan Inklusif untuk Anak dengan Kebutuhan Kesehatan Khusus. Jurnal Pendidikan Khusus. Vol. 7, No. 2.

Chatib, Munif. (2014). Gurunya Manusia; Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: Kaifa.

Chatib, Munif. (2014). Sekolah Anak-Anak Juara; Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa.

Chatib, Munif. 2014. Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi. Bandung: PT Refika Aditama.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: .

Dokumen Depdiknas RI dihimpun oleh Zainal Aqib, Standar Kualifikasi-Kompetensi-Sertifikasi Guru-Kepala Sekolah-Pengawas Sekolah (Bandung: Penerbit Yrma Widya, 2008).

Elisa, Syafrida dan Aryani Tri Wrastari. (2013). Sikap Guru Terhadap Pendidikan Inklusif Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap. Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Vol. 2, No. 1.

Fadlillah, Muhammad. (2012). Desain Pembelajaran PAUD; Tinjauan Teoritik & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

Gardner, Howard. (2013). Multiple Intelligences. (Terj. Alexander Sindoro). Tangerang Selatan: Interaksara.

Hernawati, Tati. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu. Jurnal JASSI_anakku. Vol. 7, No. 1.

Justinus Reza Prasetyo dan Yeny Andriani. (2009). Melatih 8 Kecerdasan Majemuk pada Anak dan Dewasa. Yogyakarta: Penerbit ANDI.


(16)

xvi

Koentjaraningrat. (1985). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.

M, Aphroditta. (2013). Panduan Lengkap Orang Tua & Guru untuk Anak dengan Disgrafia (Kesulitan Menulis). Jogjakarta: Javalitera.

Mestika, Putti Addina. Sarana Bantu Atletik Lari Tunanetra dengan Sistem Kerja Line Follower. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain. No. 1.

Misbach. (2012). Seluk-Beluk Tunadaksa & Strategi Pembelajarannya. Jogja: Javalitera.

Mudlofir, Ali. (2012). Pendidik Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mulyasa, E. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: PT Remaja Rosydakarya.

Osman, Betty B. (2002). Lemah Belajar dan ADHD. Jakarta: Grasindo.

Widiastutik, Anik. (2012). Kompetensi Mengajar Guru IPS SMP di Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmiah Pendidikan Nuansa. Vol. 1, No. 1, Maret-Agustus 2012.

Santoso, Hargio. (2012). Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunu, Christopher. (2012). Unlocking Autism; Panduan Memecahkan Masalah Autisme. Yogyakarta: Penerbit Lintangterang.

Suryosubroto, B. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Putra.

Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Sistem Pendidikan Nasional (rev. ed.; Bandung: 2006).

Yasin, Ahmad Fatah. (2011). Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Islam di Madrasah (Studi Kasus di MIN Malang 1). Jurnal el-Qudwah. Vol. 1, No. 5.


(17)

xvii Internet:

Alimin, Zainal. Pendidikan Kebutuhan Khusus. Modul.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19590324198 4031-ZAENAL_ALIMIN/modul_1_UNIT_1_.pdf

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari: http://www.kopertis12.or.id/wp-

content/uploads/2013/07/Permen-No.-70-2009-tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan.pdf

Manajemen Pendidikan Inklusif; Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1956072219

85031-SUNARYO/Makalah_Inklusi.pdf

Soal Pendidikan Inklusif, Indonesia Ranking Indonesia Merosot Terus, diakses

pada tanggal 25 Januari 2015 dari:

http://edukasi.kompas.com/read/2009/11/30/17003448/soal.pendidikan.inkl usi.ranking.indonesia.merosot.terus

Jumlah GPK Belum Sebanding dengan ABK,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari:

http://malang-post.com/pendidikan/84871-jumlah-gpk-belum-sebanding-dengan-abk

Kadindik Jatim: ABK Luar Biasa, diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://presensi-kota-malang.koranpendidikan.com/view/5711/kadindik-jatim-abk-luar-biasa.html

130 Sekolah di Kota Malang Layani Anak Berkebutuhan Khusus,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari:

http://www.solider.or.id/2014/08/13/130-sekolah-di-kota-malang-layani-anak-berkebutuhan-khusus

Jumlah GPK Belum Sebanding dengan ABK, Loc. Cit., diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://malang-post.com/pendidikan/84871-jumlah-gpk-belum-sebanding-dengan-abk


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor kesuksesan seseorang. Pendidikan menjadikan seseorang mengalami kemudahan dalam sosial dan finansial. Lebih dari itu, pendidikan juga menjadi alat penggerak kemajuan suatu negara.

Jika demikian, maka negara, melalui pemerintah, bertanggung jawab atas terpenuhinya hak pendidikan bagi setiap warga negara tanpa terkecuali. Hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 Ayat 1, sebagai berikut: "Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa."1

Undang-undang tersebut menghendaki pendidikan untuk semua warga negara Indonesia. Dilihat dari kondisi fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial, warga negara dibagi menjadi dua, yaitu warga negara yang reguler dan warga negara yang berkebutuhan khusus, namun penyelenggaraan pendidikan di masyarakat masih cenderung memfasilitasi warga negara yang reguler dan belum banyak memperhatikan warga negara berkebutuhan khusus.

Sekolah yang mengaku unggulan mengadakan seleksi ketat untuk menjaring calon siswanya. Hanya anak-anak dengan nilai tes tertinggilah yang duduk di bangku sekolah tersebut, sedangkan anak berkebutuhan

1

Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Sistem Pendidikan Nasional(rev. ed.; Bandung: 2006), hal. 6.


(19)

2

khusus (ABK) yang memiliki kesulitan belajar dianggap akan mencoret citra sekolah. Mayoritas sekolah beranggapan bahwa in put yang baik akan menghasilkan out put yang baik pula.

Hal tersebut menjadikan ABK kesulitan mendapatkan layanan pendidikan. Sekolah luar biasa (SLB), yang merupakan fasilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, di Indonesia jumlahnya masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah sekolah umum dan penyebarannya kurang merata. Jumlah SLB pada tahun 2006 hanya 1.312, kurang dari satu persen dari sekolah umum yang berjumlah 170.891. Selain itu, SLB juga mayoritas berada di Jawa dan di ibu kota propinsi atau kabupaten saja.2

Akibatnya, ABK tercecer dan terabaikan. Hasil sensus penduduk 2010, dari 237 juta penduduk Indonesia, jumlah ABK usia sekolah ada 355.859 dan 74,6% dari jumlah tersebut belum memperoleh layanan pendidikan.3 ABK yang tidak sekolah dan memiliki orang tua yang awam, sering kali diperlakukan tidak manusiawi. Mereka dititipkan di panti rehabilitasi jiwa. ABK juga kerap disiksa dan dipasung hingga meninggal.4

Solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan merubah paradigma penyelenggaraan pendidikan untuk ABK dari SLB menjadi sekolah inklusif yang diatur dalam

2

Jumlah SLB Kurang dari Satu Persen, diases pada tanggal 24 Januari 2015 dari: http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/23/02471270/Jumlah.SLB.di.Bawah.Satu.Persen.

3 Ibid. 4

Munif Chatib,Sekolah Anak-Anak Juara; Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan (Bandung: 2014), hal. 26.


(20)

3

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusi Pasal 1:

"Dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan Pendidikan Inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya."5

Ditetapkannya peraturan pemerintah tentang pendidikan inklusif tersebut menimbulkan konsekuensi bagi setiap sekolah umum untuk menerima ABK mendaftar menjadi siswa di sekolah tersebut. Inovasi ini tidak hanya menguntungkan bagi ABK, sekolah juga mendapatkan manfaatnya. Pendidikan inklusif memperluas akses pendidikan bagi ABK sekaligus mengajari siswa reguler tentang perbedaan kondisi fisik maupun mental, sehingga mendukung penanaman nilai-nilai toleransi.

Perkembangan pendidikan inklusif di Indonesia cukup menggembirakan dan mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan, terutama para praktisi pendidikan. Menurut penilaian organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan perserikatan bangsa-bangsa, UNESCO, pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-58 dari 130 negara dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif untuk ABK.6 Hanya saja, peringkat tersebut tidak dapat bertahan. Berita yang dikutip Kompas menyampaikan, ranking Indonesia dalam penyelenggaraan

5

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari:

http://www.kopertis12.or.id/wp-content/uploads/2013/07/Permen-No.-70-2009-tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan-kecerdasan.pdf

6

Manajemen Pendidikan Inklusif; Konsep, Kebijakan, dan Implementasinya dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa,diakses pada tanggal 25 Januari 2015 dari:


(21)

4

pendidikan inklusif terus mengalami kemerosotan. Peringkat Indonesia menurun ke urutan 63 pada tahun 2008 dan pada 2009 merosot hingga di peringkat ke-71 dari 129 negara.7

Menurunnya peringkat Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif tersebut disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah ketersediaan tenaga pendidik yang khusus menangani ABK atau biasa disebut guru pembimbing khusus (GPK) masih sedikit dibandingkan dengan jumlah ABK.8

Jumlah ABK di Jawa Timur sekitar 6900, sedangkan GPK baru ada 990 orang. Menanggapi hal ini, pemerintah terus melakukan upaya peningkatan jumlah GPK. Kepala dinas pendidikan propinsi Jawa Timur, Harun, menyatakan bahwa ABK harus lebih diperhatikan, salah satunya dengan mengatur peraturan daerah mengenai pendidikan bagi ABK, sehingga setiap kabupaten atau kota mengupayakan penambahan penyediaan GPK. Saat ini terdapat 38 kabupaten atau kota di Jawa Timur telah memiliki peraturan daerah mengenai pendidikan ABK.9

Kota Malang, yang telah mendeklarasikan diri sebagai kota pendidikan inklusif pada tahun 2012, dikabarkan Malang Post belum memiliki GPK yang sebanding dengan jumlah ABK. Sebanyak 1000 ABK

7

Soal Pendidikan Inklusif, Indonesia Ranking Indonesia Merosot Terus, diakses pada

tanggal 25 Januari 2015 dari:

http://edukasi.kompas.com/read/2009/11/30/17003448/soal.pendidikan.inklusi.ranking.indonesia. merosot.terus.

8

Jumlah GPK Belum Sebanding dengan ABK,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://malang-post.com/pendidikan/84871-jumlah-gpk-belum-sebanding-dengan-abk.

9

Kadindik Jatim: ABK Luar Biasa, diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://presensi-kota-malang.koranpendidikan.com/view/5711/kadindik-jatim-abk-luar-biasa.html.


(22)

5

ditampung di 130 sekolah inklusif pada tahun 2012.10 Sementara itu, jumlah GPK hanya berjumlah 148 orang dan hanya dua orang yang berstatus pegawai negeri sipil.

Idayu Astuti, pengawas sekolah dinas pendidikan nasional kota Malang, menyarankan agar pemerintah kota Malang mulai memikirkan sumber daya manusia di sekolah inklusif. Idayu juga mengimbau pemerintah kota Malang agar konsekuen dengan pencanangan kota inklusif terutama dalam anggaran dana khusus sekolah inklusif. Adapun dinas pendidikan nasional, menurut Idayu, telah berupaya menambal kekurangan GPK. Solusi lain untuk permasalahan kurangnya GPK, ditawarkan Idayu, adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru reguler untuk mendampingi siswa berkebutuhan khusus.11

Keterampilan untuk menangani siswa berkebutuhan khusus perlu diberikan kepada guru reguler. Hal ini dikarenakan tidak semua ABK lemah dalam kecerdasan seperti yang banyak diasumsikan di masyarakat. Kecerdasan ABK beragam. Ada ABK yang lemah dalam kecerdasan, namun ada pula yang memiliki kecerdasan melebihi anak normal. Hal ini berarti, ABK dengan kategori kecerdasan tertentu bisa ditangani oleh guru reguler.

Salah satu cara untuk memberdayakan guru reguler dalam menangani ABK adalah dengan menerapkan pembelajaran yang memberikan stimulus terhadap kemampuan intelegensi yang beragam,

10

130 Sekolah di Kota Malang Layani Anak Berkebutuhan Khusus,diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://www.solider.or.id/2014/08/13/130-sekolah-di-kota-malang-layani-anak-berkebutuhan-khusus.

11

Jumlah GPK Belum Sebanding dengan ABK, Loc. Cit., diakses pada tanggal 28 Januari 2015 dari: http://malang-post.com/pendidikan/84871-jumlah-gpk-belum-sebanding-dengan-abk.


(23)

6

sehingga dapat mengembangkan potensi siswa sesuai dengan keragaman intelegisi yang dimilikinya. Pembelajaran berbasis multiple intelligences

meposisikan siswa secara berimbang antara siswa satu dengan siswa lainnya dalam mengembangkan kemampuan intelegensi mereka yang beragam.

Multiple intelligences, sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh psikolog Project Zero Harvard University, Howard Gardner, berbeda dengan teori kecerdasan lainnya. Gardner tidak membatasi kecerdasan pada label tertentu, sepertiyang dilakukan oleh Alfred Binet pada teori kecerdasan Intellectual Quotient (IQ), Daniel Goleman pada teori kecerdasan Emotional Quotient (EQ), dan Paul Scholtz pada teori

Adversity Quotient (AQ),12 Gardner menamai teori kecerdasannya dengan

multiple intelligences. Gardner meyakini bahwa kecerdasan beragam dan jumlahnya akan terus berkembang, sehingga tidak mungkin dibatasi dengan hanya satu label tertentu.

Saat diadopsi ke dunia edukasi, multiple intelligences menjadi sistem yang manusiawi. Sekolah berbasis multiple intelligences

menganggap setiap siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus, memiliki kecerdasan yang harus dikembangkan secara adil. Hal ini memotivasi sekolah untuk mengadakan tes kecerdasan pada awal tahun pembelajaran. Tes kecerdasan tersebut dilakukan untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa, sehingga dapat membantu guru dalam merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan keragaman kecerdasan siswa.

12

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia (Bandung: 2014), hal. 71.


(24)

7

Sampai saat ini, kecerdasan yang ditemukan oleh Gardner berjumlah sembilan, yaitu:

1. Kecerdasan linguistik 2. Kecerdasan logis-matematis 3. Kecerdasan spasial

4. Kecerdasan kinestetis 5. Kecerdasan musik 6. Kecerdasan intrapersonal 7. Kecerdasan interpersonal 8. Kecerdasan naturalis, dan 9. Kecerdasan eksistensialis

Menurut Gardner, setiap anak memiliki kecenderungan kecerdasan sedikitnya dua kecerdasan.13

Sekolah yang menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences memungkinkan ABK dan anak reguler dapat belajar bersama. Guru di sekolah ini fokus pada kelebihan dan mengubur kekurangan setiap siswa. Guru membantu mengembangkan potensi siswa, meskipun potensi tersebut kecil.

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti sebagai calon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tertarik menggali informasi lebih jauh tentang implementasi pembelajaran PAI di sekolah yang telah menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences kepada ABK. Adapun sekolah yang peneliti pilih sebagai tempat penelitian adalah

13

Munif Chatib,Op. Cit.,Sekolah Anak-Anak Juara; Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan,hal. 80.


(25)

8

Sekolah Dasar Anak Saleh Kota Malang yang beralamat di jalan Arumba Nomor 31, Kota Malang. Sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah inklusif dan telah menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences.

Selain berguna bagi peneliti, peneliti juga berharap hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada para praktisi pendidikan dalam memahami sistem pembelajaran berbasis multiple intelligences dan implementasinya, sehingga dapat meminimalisir angka ABK yang ditolak di sekolah umum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa kompetensi yang harus dimiliki guru PAI dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences

untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang harus dimiliki guru mata pelajaran PAI dalam pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang.


(26)

9

2. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat, yakni: 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan bagi peneliti dan masyarakat.

b. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penerapan pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk anak berkebutuhan khusus.

c. Memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi maupun lembaga-lembaga pendidikan dalam upaya menyelenggarakan sekolah inklusif dan meningkatkan mutu pendidikan.

b. Merupakan tambahan wawasan bagi guru reguler dalam memahami cara menangani dan menyelenggarakan pembelajaran bagi ABK.

E. Batasan Istilah

1. Implementasi

Kata “implementasi” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.14 Kata “implementasi” dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan atau penerapan pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk ABK. Kata

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: 1997), hal. 374.


(27)

10 “implementasi” tersebut berkaitan dengan proses berlangsungnya

pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga pembahasannya mencakup kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi ajar, metode dan media pembelajaran, soal ujian, dan rapor siswa.

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

PAI dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh siswa SD Anak Saleh berdasarkan kurikulum Dinas Pendidikan Nasional (Diknas). Mata pelajaran PAI bersifat umum, tidak memiliki rumpun seperti al-Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

Pembelajaran PAI dalam penelitian ini difokuskan hanya pada proses pembelajaran PAI yang mengacu pada pokok pembahasan yang tertuang dalam buku ajar PAI, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan keagamaan di luar materi ajar tidak termasuk dalam bahasan penelitian ini. 3. Berbasis Multiple Intelligences

Berbasis multiple intelligences yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem pembelajaran yang mengacu pada teori kecerdasan jamak Howard Gardner, yaitu cerdas bahasa (linguistic), cerdas matematis-logis (kognitif), cerdas gambar dan ruang (visual-spasial), cerdas musik, cerdas gerak (kinestesis), cerdas bergaul (interpersonal), cerdas diri (intrapersonal), cerdas alam, dan cerdas eksistensial, yang diterapkan di SD Anak Saleh.


(28)

11

4. Anak Berkebutuhan Khusus

ABK dalam penelitian ini adalah siswa SD Anak Saleh Kota Malang yang ditetapkan sebagai siswa yang membutuhkan penanganan khusus dibandingkan siswa lainnya oleh pihak sekolah. Hal ini dikarenakan siswa tersebut memiliki karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang berbeda dari siswa lainnya, sehingga mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.

Pihak sekolah menerima ABK berdasarkan jumlah kuota yang telah disediakan. Selanjutnya, ABK diklasifikasikan berdasarkan tes yang dilakukan oleh pihak sekolah atau orang tua. Pengklasifikasian tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pihak sekolah dalam memberikan pelayanan terhadap anak tersebut sesuai dengan kebutuhannya.


(1)

sehingga dapat mengembangkan potensi siswa sesuai dengan keragaman intelegisi yang dimilikinya. Pembelajaran berbasis multiple intelligences

meposisikan siswa secara berimbang antara siswa satu dengan siswa lainnya dalam mengembangkan kemampuan intelegensi mereka yang beragam.

Multiple intelligences, sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh psikolog Project Zero Harvard University, Howard Gardner, berbeda dengan teori kecerdasan lainnya. Gardner tidak membatasi kecerdasan pada label tertentu, sepertiyang dilakukan oleh Alfred Binet pada teori kecerdasan Intellectual Quotient (IQ), Daniel Goleman pada teori kecerdasan Emotional Quotient (EQ), dan Paul Scholtz pada teori

Adversity Quotient (AQ),12 Gardner menamai teori kecerdasannya dengan

multiple intelligences. Gardner meyakini bahwa kecerdasan beragam dan jumlahnya akan terus berkembang, sehingga tidak mungkin dibatasi dengan hanya satu label tertentu.

Saat diadopsi ke dunia edukasi, multiple intelligences menjadi sistem yang manusiawi. Sekolah berbasis multiple intelligences

menganggap setiap siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus, memiliki kecerdasan yang harus dikembangkan secara adil. Hal ini memotivasi sekolah untuk mengadakan tes kecerdasan pada awal tahun pembelajaran. Tes kecerdasan tersebut dilakukan untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa, sehingga dapat membantu guru dalam merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan keragaman kecerdasan siswa.

12

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia (Bandung: 2014), hal. 71.


(2)

Sampai saat ini, kecerdasan yang ditemukan oleh Gardner berjumlah sembilan, yaitu:

1. Kecerdasan linguistik 2. Kecerdasan logis-matematis 3. Kecerdasan spasial

4. Kecerdasan kinestetis 5. Kecerdasan musik 6. Kecerdasan intrapersonal 7. Kecerdasan interpersonal 8. Kecerdasan naturalis, dan 9. Kecerdasan eksistensialis

Menurut Gardner, setiap anak memiliki kecenderungan kecerdasan sedikitnya dua kecerdasan.13

Sekolah yang menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences memungkinkan ABK dan anak reguler dapat belajar bersama. Guru di sekolah ini fokus pada kelebihan dan mengubur kekurangan setiap siswa. Guru membantu mengembangkan potensi siswa, meskipun potensi tersebut kecil.

Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti sebagai calon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tertarik menggali informasi lebih jauh tentang implementasi pembelajaran PAI di sekolah yang telah menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences kepada ABK. Adapun sekolah yang peneliti pilih sebagai tempat penelitian adalah

13


(3)

Sekolah Dasar Anak Saleh Kota Malang yang beralamat di jalan Arumba Nomor 31, Kota Malang. Sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah inklusif dan telah menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences.

Selain berguna bagi peneliti, peneliti juga berharap hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada para praktisi pendidikan dalam memahami sistem pembelajaran berbasis multiple intelligences dan implementasinya, sehingga dapat meminimalisir angka ABK yang ditolak di sekolah umum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa kompetensi yang harus dimiliki guru PAI dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences

untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang harus dimiliki guru mata pelajaran PAI dalam pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang.


(4)

2. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk ABK di SD Anak Saleh Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat, yakni: 1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan bagi peneliti dan masyarakat.

b. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penerapan pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk anak berkebutuhan khusus.

c. Memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi maupun lembaga-lembaga pendidikan dalam upaya menyelenggarakan sekolah inklusif dan meningkatkan mutu pendidikan.

b. Merupakan tambahan wawasan bagi guru reguler dalam memahami cara menangani dan menyelenggarakan pembelajaran bagi ABK.

E. Batasan Istilah

1. Implementasi

Kata “implementasi” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.14 Kata “implementasi” dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan atau penerapan pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences untuk ABK. Kata

14


(5)

“implementasi” tersebut berkaitan dengan proses berlangsungnya pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sehingga pembahasannya mencakup kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi ajar, metode dan media pembelajaran, soal ujian, dan rapor siswa.

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

PAI dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh siswa SD Anak Saleh berdasarkan kurikulum Dinas Pendidikan Nasional (Diknas). Mata pelajaran PAI bersifat umum, tidak memiliki rumpun seperti al-Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

Pembelajaran PAI dalam penelitian ini difokuskan hanya pada proses pembelajaran PAI yang mengacu pada pokok pembahasan yang tertuang dalam buku ajar PAI, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan keagamaan di luar materi ajar tidak termasuk dalam bahasan penelitian ini. 3. Berbasis Multiple Intelligences

Berbasis multiple intelligences yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem pembelajaran yang mengacu pada teori kecerdasan jamak Howard Gardner, yaitu cerdas bahasa (linguistic), cerdas matematis-logis (kognitif), cerdas gambar dan ruang (visual-spasial), cerdas musik, cerdas gerak (kinestesis), cerdas bergaul (interpersonal), cerdas diri (intrapersonal), cerdas alam, dan cerdas eksistensial, yang diterapkan di SD Anak Saleh.


(6)

4. Anak Berkebutuhan Khusus

ABK dalam penelitian ini adalah siswa SD Anak Saleh Kota Malang yang ditetapkan sebagai siswa yang membutuhkan penanganan khusus dibandingkan siswa lainnya oleh pihak sekolah. Hal ini dikarenakan siswa tersebut memiliki karakteristik fisik, intelektual, dan emosional yang berbeda dari siswa lainnya, sehingga mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.

Pihak sekolah menerima ABK berdasarkan jumlah kuota yang telah disediakan. Selanjutnya, ABK diklasifikasikan berdasarkan tes yang dilakukan oleh pihak sekolah atau orang tua. Pengklasifikasian tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pihak sekolah dalam memberikan pelayanan terhadap anak tersebut sesuai dengan kebutuhannya.