Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

(1)

i Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota

Malang

(Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh: Moch. Faris Aroma

08220143

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Moch. Faris Aroma NIM : 08220143

Jurusan : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Jurnalistik

Judul Skripsi : Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Joko Susilo, M. Si. Dr. Sugeng Puji Leksono, M. Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Moch. Faris Aroma NIM : 08220143

Jurusan : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Jurnalistik

Judul Skripsi : Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

Telah dipertahankan dihadapkan dengan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Malang Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Kamis

Tanggal : 31 Januari 2013

Tempat : Kajur Ilmu Komunikasi, GKB 1 lantai 6 Mengesahkan,

Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

1. Nasrullah, M.Si. ( )

2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si. ( )

3. Joko Susilo, M.Si. ( )


(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Moch. Faris Aroma

Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 13 September 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 08220143

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan/ Konsentrasi : Ilmu Komunikasi/ Jurnalistik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul “Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)” adalah bukan karya ilmiah (skripsi) oramg lain, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat ini saya buat sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sangsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 16 Januari 2013 Yang Menyatakan


(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Moch. Faris Aroma

2. NIM : 08220143

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Jurnalistik

6. Judul skripsi : Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar

Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012) 7. Pembimbing : 1. Joko Susilo, M.Si.

` 2. Dr. Sugeng Puji Leksono, M.Si. 8. Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf

Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Keterangan

31-07-2012 Acc. Judul

17-09-2012 Acc. Proposal

24-09-2012 Acc Seminar Proposal

15-10-2012 Acc. BAB I

18-10-2012 Acc. BAB II

10-01-2013 Acc. BAB III

10-01-2013 Acc. BAB IV

15-01-2013 Acc. Abstrak

16-01-2013 Acc. Seluruh Naskah

Malang, 6 Februari 2013 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAKSI

Moch. Faris Aroma

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

Pembimbing: 1. Joko Susilo, M. Si 2. Dr. Sugeng Puji Leksono M. Si Bibliografi : 10 buku, 2 skripsi dari internet, 4 website

(xviii+82 halaman+8 tabel +lampiran)

Kata kunci : konstruksi media, Radar Malang, analisis framing

Media mengkonstruksi sebuah peristiwa dengan cara memilih isu yang diterima. Aktivitas wartawan adalah menyeleksi isu yang diterima, wartawan dalam memilih fakta selalu ada dua kemungkinan; apa yang dipilih dan apa yang dibuang. Wartawan menekankan aspek tertentu dalam sebuah berita dengan cara memilih angel, fakta tertentu, dan menampilkan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan menghilangkan aspek yang lainnya. Salah satu peristiwa yang dikonstruksi oleh media adalah berita tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru Kota Malang yang dimuat di Radar Malang.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, peneliti menggunakan metode analisis framing model Robert N. Entman dalam menganalisis teks berita. Ada empat elemen model Entman yang digunakan peneliti untuk menganalisis teks berita tersebut, yaitu define problems, diagnose causes, make moral judgement, treatment recommendation.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori konstruktivisme, sebagai teori dasar penelitian ini. Teori lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pengaruh isi media, ada beberapa faktor yang mempengaruhi isi media, yaitu: individu pekerja media, pengaruh dari rutinitas media, pengaruh dari organisasi media, pengaruh dari luar media , pengaruh ideologi .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seleksi isu dilakukan dengan cara pemilihan narasumber tertentu, sehingga informasi yang didapat akan sesuai dengan pembingkaian Radar. Penekanan aspek tertentu dalam berita tersebut dapat dilihat dari keseluruhan berita, yang mana pernyataan dari pihak anggota dewan Kota Malang lebih banyak ditampilkan, daripada Diknas selaku pihak yang dinyatakan sebagai penyebab permasalahan. Ada 2 alasan mengapa Radar membingkai berita ini, yaitu: Pertama, faktanya dalam penyusunan isu – isu, ada keterlibatan lembaga pemerintahan, dan anggota dewan Kota Malang. Jadi, penyusunan berita tersebut tidak sembarangan dilakukan, dan harus disusun dengan cara tertentu. Kedua, berita tersebut memiliki nilai berita tinggi, dan berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Sehingga, berita yang dihasilkan akan mendapat nilai ekonomis yang tinggi. Ideologi dari pihak penguasa secara tidak langsung mempengaruhi penyusunan berita tersebut.


(9)

ix Kelemahan dari penelitian ini adalah penelitian hanya terbatas pada analisis teks media saja, tanpa mempertimbangkan faktor lain yang terdapat di dalam media. Sehingga, peneliti sangat merekomendasikan agar kemudian ada penelitian lanjutan untuk riset pada studi media.

Peneliti

Moch. Faris Aroma

Pembimbing I Pembimbing II


(10)

x ABSTRACTION

Moch. Faris Aroma

Media Construction About Controversion During The New Students Recruitment at Malang City (Framming Analysist On the Radar Malang Newspaper 30th June – 3rd July 2012 Edition)

Lecturer: 1. Joko Susilo, M.Si 2. Dr. Sugeng Puji Leksono, M.Si Bibliografi : 10 books, 2 thesis from internet, 4 website

(xviii+82 pages+8 tables+enclosures)

Key Word : media construction, Radar Malang, framming analysist

Media constructed an event by choosing what issues that will going to be accepted. Journalist activity is to selection the issues that will be accepted, where there will always two possibility: what to choose and what to loose. A journalist impressed some aspect in a news by choosing the angle, various facts, inform some aspect and losing the others. One of the events that reconstructed by media are news about controversion new students recruitment in malang city thathas been published on the radar malang.

This research are the kualitative descriptive. The researcher using the frammnig analysist methode by Robert N. Entman to analysist the news text. There are four elements in Entman model that researcher used, define problems, diagnose causes, make moral judgement, and treatment recommendation.

This research using the constructivism theory. The another theory that has been using in this research are hierarchy of influence theory, there is some factor that influenced the content of media, media workers itself, media activity influence, media organization influence, outside influence, and ideology influence.

The result of this research shows that issues selection doing by choosing some resources, so the information that will get will suitable with the frame from Radar Malang. The emphasize various aspect in that news can be seeing from the overall of the news, where the quotation from the council of Malang been shown so much more than the departement of education, as the one who has been voiced as the cause of the problems. There are two reasons why Radar framed this news: First, fact in a process to build the issues, there are government departement that has been included. So, tin the news building, there will be no mistaken and have to be a various ways. Second, the news have a high value and connected with the entire society, so the news that has been resulted have a high economics values too. Ideology from the owner of the media influencing the content of the news too.

The weakness of this research are the researcher limited just on the text media analysist, without any consideration other factor that media content have. So, the researcher so much recommend, there are another researcher to doing some researches on this media study.


(11)

xi MOTTO

If this one think you can be sure....


(12)

xii PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Semua

Orang yang telah menyayangi saya dan Orang

Orang yang selalu mendukung saya disaat

apapun…


(13)

xiii KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya, dalam penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis senandungkan kepada Nabi Muhammad SAW, agar kelak kita mendapatkan safa’at pada hari kiamat nanti.

Atas kehendak Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)”.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses konstruksi media yang dilahkukan oleh surat kabar Radar Malang pada berita Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang. Radar Malang sebagai salah satu surat kabar regional yang memiliki oplah tinggi di kota Malang, dan memiliki banyak pelanggan dari kalangan menengah ke bawah.

Harapan yang peneliti inginkan adalah semoga penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan kalangan akademik tentang riset studi media, serta dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya tentang analisis teks media.

Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Allah SWT atas segala karunia – Nya yang tak terhingga

2. Kedua orangtuaku, Bapak Arifin yang selalu berdoa dan memberiku semangat tiada hentinya, agar aku tetap semangat kuliah. Ibu Firdausiyah yang juga selalu berdoa untuk kelancaran kuliahku dan selalu menasehatiku.


(14)

xiv 3. Pak Joko dan Pak Sugeng selaku dosen pembimbing, terima kasih atas semua kritik, saran, bimbingan, pengetahuan selama proses pengerjaan skripsi ini. Saya mohon maaf apabila dalam masa bimbingan, saya banyak melakukan hal – hal yang tidak berkenan di hati bapak.

4. Teman – teman kuliahku, Dody, Dendy, Dadang, Rama, Dimas, Ayu, Yujin, Sasa, Try dan Zaid, terima kasih untuk semua dukungannya baik langsung ataupun tidak. Kalian teman seperjuangan, dan teman setia dari awal perkuliahan sampai sekarang.

5. Para teman kost Himalaya, Gembur, Pak Ki, Wawan, Wildan, dll yang selalu menjadi tempat berbagi canda tawa dan penghilang rasa jenuh. 6. Kepada pujaan hati, terima kasih atas dukungan dan semua bantuannya

dalam menyelesaikan sksripsi ini.

7. Dan untuk semua orang yang telah mendukung terselesaikannya tugas akhir ini, maaf kalau tidak bisa saya sebutkan semua.

Skripsi ini sangat jauh dari sempurna, itulah yang dirasakan oleh penulis ketika menyelesaikannya. Untuk itu, kepada rekan – rekan dan teman – teman sekalian dapat memberikan masukan, baik kritik maupun saran yang membangun untuk memperbaiki karya ilmiah ini.

Malang, 16 Januari 2013 Penulis


(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

LEMBAR PERSETUJUAN……… ii

LEMBAR PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN ORISINALITAS……… iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI……… v

BERITA ACARA SEMINAR PROPOSAL ……… vi

DAFTAR HADIR SEMINAR PROPOSAL……… vii

ABSTRAKSI ……… viii

ABSTRACTION……… x

MOTTO……… xi

PERSEMBAHAN……… xii

KATA PENGANTAR……… xiii

DAFTAR ISI……… xv

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR BAGAN……… xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ……… 6

E. Tinjauan Pustaka ……… 7

1. Konstruksi Sosial Media Massa ……… 7

2. Media Cetak ……… 8

2.1 Surat Kabar ……… 9

3. Media adalah Agen Konstruksi ……… 11

4. Berita sebagai Hasil Konstruksi Realitas ……… 12

5. Objektivitas Berita ……… 13

6. Berita ……… 17

6.1 Nilai Berita ……….. 18

6.2 Unsur Kelayakan Berita ……… 21

7. Analisis Framing ……… 27

7.1 Efek Framing ……… 28

7.2 Model Framing ……… 30

7.3 Model Framing Robert N. Entman ………… 31

F. Metode Penelitian ……….. 36


(16)

xvi

2. Ruang Lingkup Penelitian ……… 37

3. Teknik Analisis Data ……… 37

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN……… 38

A. Sejarah Radar Malang ……… 38

B. Visi dan Misi Radar Malang ……… 38

C. Struktur Organisasi Radar Malang ……… 39

D. Aktivitas Peliputan Radar Malang ……… 41

E. Deskripsi Isi Koran Radar Malang ……… 42

BAB III KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KONTROVERSI PENERIMAAN SISWA BARU PADA SURAT KABAR RADAR MALANG……….…………44

A. Analisis Framing Entman tentang Kontroversi PSB di Kota Malang ……… 46

1. Pendaftaran Mandiri Hanya Buka Dua Hari ……… 46

2. PSB Jalur Mandiri Kacau ………. 49

3. Dibuka, Posko PSB 24 Jam ………. 53

4. 1.135 Siswa Mandiri Gugur ……… 58

5. Sikapi Rayonisasi, Komisi D Pecah ……… 61

B. Hasil Analisis Framing tentang Kontroversi PSB di Kota Malang ……… 65

BAB IV PENUTUP……… 75

A. Kesimpulan ……… 75

B. Saran ……… 76


(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dua Dimensi Besar Framing Entman ………. 32

Tabel 1.2 Elemen - Elemen Framing Entman ……….... 33

Tabel 2.1 Jabatan dan Orang - Orang yang Bekerja di Radar Malang…… 40

Tabel 3.1 Struktur Berita Radar Malang pada tanggal 30 Juni 2012 …….. 49

Tabel 4.1 Struktur Berita Radar Malang pada tanggal 1 Juli 2012 ………. 53

Tabel 5.1 Struktur Berita Radar Malang pada tanggal 2 Juli 2012 ………. 57

Tabel 6.1 Struktur Berita Radar Malang pada tanggal 3 Juli 2012 ………. 60

Tabel 7.1 Struktur Berita Radar Malang pada tanggal 3 Juli 2012 ………. 64

DAFTAR BAGAN Struktur Organisasi Penerbitan Surat Kabar ……… 39

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 Surat Kabar Radar Malang 30 Juni 2012 ……….. 79

Lampiran 2.1 Surat Kabar Radar Malang 1 Juli 2012 ……… 79

Lampiran 3.1 Surat Kabar Radar Malang 2 Juli 2012 ……… 80

Lampiran 4. 1 Surat Kabar Radar Malang 3 Juli 2012 ……… 81


(18)

xviii DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana

Djuroto, Totok.2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media Massa. Yogyakarta: LkiS

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi realitas politik dalam media massa: Sebuah studi critical discourse analysis terhadap berita - berita politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Nurudin. 2007. Pengantar Komnikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers

Kusumaningrat, Hikmat & Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori & Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Santana K.,Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Sobur, Alex.2006. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Cetakan Keempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa: Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana Wazis, Kun. 2012. Media Massa dan Konstruksi Realitas. Malang: Aditya Media

Publishing Internet

http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/faktor-faktor-pengaruh-isi media.html (diakses pada 28 - 11 - 2012, pukul 13.00)


(19)

xix http://dwikorisitaresmi.files.wordpress.com

(diakses pada 27 - 08 -2012, pukul 08.45)

http://johanajojo.blogspot.com/2011/12/media-massa.html (diakses pada 28 - 11 - 2012, pukul 13.00)

http://publikasi.umy.ac.id/index.php/komunikasi/article/viewFile/1804/843 (diakses pada 27 - 08 -2012, pukul 09.00)

http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/kirrilee.doc (diakses pada 17 -10 - 2012, pukul 18.30)

http://www.radarmalang.co.id/portal/profile (diakses pada 17-10-2012, pukul19.00)


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dari sebuah bangsa. Meningkatnya SDM menjadi salah satu ukuran dimana keberhasilan dari sebuah negara dalam membangun atau mengelola pendidikan bagi penduduknya. Kualitas SDM yang memadahi dapat menjamin kesejahteraan dari masyarakatnya. Perhatian dan peran dari pemerintah juga sangat penting dalam mewujudkan SDM yang berkualitas bagi masyarakatnya.

Pendidikan di Indonesia, banyak ditemukan masalah – masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan. Diperlukan sebuah perbaikan atau pembenahan untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul dalam semua aspek pendidikan. Permasalahan tersebut meliputi, kurangnya sarana prasarana penunjang pendidikan yang memadai, penerapan sistem pendidikan yang efektif bagi siswa, dan kurangnya tenaga – tenaga pendidikan yang dapat bekerja secara profesional, serta peran dari badan atau lembaga pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional) yang belum optimal dalam menjalankan tugas sebagai badan pengawas dan pengontrol penyelenggaraan pendidikan seluruh sekolah di Indonesia.

Setiap satu tahun sekali, Departemen Pendidikan Nasional disibukkan dengan sejumlah kegiatan untuk menyiapkan tahun ajaran baru bagi calon peserta didik. Kegiatan tersebut antara lain, sosialisasi penerapan sistem


(21)

2 penerimaan siswa baru bagi para guru, mengawasi jalannya penerimaan siswa baru di setiap sekolah, dan sebagainya.

Dari tahun ketahun, jumlah calon peserta didik semakin bertambah. Hal tersebut mengakibatkan, di sejumlah daerah ditemukan berbagai permasalahan baru. Seperti, permasalahan penerimaan siswa baru di Kota Malang, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya jumlah pendaftar pada tingkat SMA tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya berkisar 1.400 orang. Tahun ini sebanyak 1.900 pendaftar yang akan menjalani tes di lima SMAN. Padahal, kuota jalur mandiri hanya 765 orang, maka akan ada 1.135 peserta yang akan tersingkir dari perebutan kursi di SMAN.

Peristiwa tersebut menimbulkan permasalahan lain, yaitu pada ketersediaan formulir yang hanya disiapkan sebanyak 1.400. Menurut

keterangan dari Tri Suharno (Ketua MKKS SMAN Kota Malang), “Peserta

memang diluar dugaan kami, bertambah sekitar 500 siswa dari perkiraan awal yang hanya 1.400.

Permasalahan Penerimaan Peserta Didik Baru, tidak hanya pada meningkatnya jumlah peserta yang mendaftar, tetapi juga pada persoalan server yang ngadat, kehabisan formulir, dan penumpukan pendaftar di sekolah tertentu. Banyak wali murid yang kehabisan formulir dan harus kembali Senin besok, antrean yang panjang karena pendaftaran hanya dipusatkan di tiga sekolah serta keterbatasan petugas. Peristiwa tersebut dimuat dalam surat kabar Radar Malang pada Periode 30 Juni – 3 Juli 2012, berita tersebut mendapatkan perhatian dari masyarakat dan mengundang pro dan kontra dalam masyarakat kota Malang.


(22)

3 Dalam memberitakan sebuah kasus, setiap media memiliki ciri khas dan perbedaan masing-masing. Secara tidak langsung, tiap media membentuk opininya masing-masing. Media sebagai penyampai pesan kepada masyarakat, memiliki peran penting dalam membentuk opini publik atau persepsi masyarakat terhadap suatu perkara. Seperti halnya, media cetak, yakni surat kabar yang tiap harinya menyajikan berbagai informasi atau berita mengenai segala sesuatu yang terjadi di negara kita. Lewat surat kabar, masyarakat dapat mengetahui bagaimana proses perkembangan suatu peristiwa atau kasus yang sedang dibicarakan dalam ruang publik.

Melalui media massa masyarakat dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia, dan di lingkungan sekitar. Dalam menyusun sebuah berita, para pekerja media dituntut bekerja secara profesional dan memberikan berita yang sesuai dengan peraturan, dalam arti tidak ada subyektifitas dalam setiap berita yang akan disampaikan kepada masyarakat. Para wartawan bekerja dengan hati nurani dan berpegang teguh kepada Kode Etik Jurnalistik.

Namun dalam prakteknya, pekerjaan media massa adalah mengkonstruksi realitas. Isi media adalah hasil dari para pekerja mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya, di antaranya realitas politik. Pada umumnya, terdapat tiga tindakan yang biasa dilahkukan para pekerja media massa (setiap orang yang bekerja pada sebuah organisasi media), khususnya oleh para komunikator massa (sejumlah orang dari pekerja media yang bertanggung jawab atas editorial sebuah media), tatakala melakukan konstruksi realitas politik yang berujung pada pembentukan makna atau citra mengenai sebuah kekuatan politik (Hamad, 2001: 57 - 58).


(23)

4 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese menjelaskan bahwa isi media, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal organisasi media. Shoemaker dan Reese membagi beberapa level pengaruh isi media, antara lain: pengaruh dari individu pekerja media (individual level), pengaruh dari rutinitas media (media routines level), pengaruh dari organisasi media (organizational level), pengaruh dari luar media/ ekstra media (outside media level), dan yang terakhir adalah pengaruh ideologi (ideology level).

(http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/faktor-faktor-pengaruh-isi-media.html) Berita tentang kekacauan dalam penerimaan siswa baru di Kota Malang yang dimuat dalam surat kabar Radar Malang tersebut, merupakan suatu bentukan atau susunan dari semua fakta yang telah dikumpulkan oleh para pekerja media. Dalam menyusun berita, wartawan juga cenderung menyertakan pengalaman serta pengetahuannya yang sudah mengkristal menjadi skemata interpretasi (schemata of interpretation). Dengan skema ini pula wartawan cenderung membatasi atau menyeleksi sumber berita, menafsirkan komentar – komentar sumber berita, serta memberi porsi yang berbeda terhadap tafsir atau perspektif yang muncul dalam wacana media (Sobur, 2001: 166).

Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan apa yang dipilih (include) dan apa yang dibuang (exclude). Bagian mana yang ditekankan dalam realitas? Bagian mana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan


(24)

5 melupakan aspek yang lainnya. Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media yang lain. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain (Eriyanto, 2002: 69 - 70).

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti akan menganalsis sebuah teks berita yang dimuat dalam surat kabar Radar Malang, tentang Konstruksi Media

tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang”.

Bagaimana Radar Malang melahkukan penyeleksian isu tersebut? Fakta

– fakta apa saja yang dimasukkan atau diberitakan dalam permasalahan itu? Siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut? Isu – isu apa yang ditekankan atau ditojolkan oleh media tersebut? Guna mendapat perhatian dari masyarakat. Untuk menjawab semua pertanyaan di atas peneliti menggunakan analisis framing, dengan analisis framing peneliti akan mengetahui bagaimana media menyajikan, menyeleksi, dan mengkonstruksi sebuah realitas kepada masyarakat.

Model Framing yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah model Robert N. Entman. Karena dengan menggunakan model Entman, peneliti akan mengetahui bagaimana cara – cara yang digunakan oleh media untuk menyeleksi sebuah isu dan bagaimana sebuah media menekankan sebuah aspek tertentu, agar mendapat perhatian masyarakat luas.

Pemilihan Radar Malang Edisi 30 Juni – 3 Juli 2012 sebagai obyek penelitian adalah karena surat kabar tersebut merupakan surat kabar regional


(25)

6 yang memiliki oplah tinggi di kota Malang, dan juga memiliki banyak pelanggan dari kalangan menengah ke bawah. Pemilihan tanggal tersebut, berita tentang Kekacauan Penerimaan Siswa Baru dimuat pada tanggal 30 Juni pada rubrik pendidikan, kemudian pada tanggal 1- 3 Juli dimuat dalam headline. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana Konstruksi Media yang dilakukan Surat Kabar Radar Malang pada Berita Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang.

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui konstruksi yang dilahkukan surat kabar Radar Malang pada berita Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

 Mengembangkan dan mengevaluasi penelitian tentang analisis media massa dengan metode analisis framing, model Robert N. Entman.

2. Manfaat Teoritis

 Mengetahui cara yang digunakan wartawan dalam mengkonstruksi realitas dalam menyusun sebuah pemberitaan kepada khalayak.


(26)

7 E.Tinjauan Pustaka

1. Konstruksi Sosial Media Massa

Pada kenyataannya konstruksi sosial atas realitas berlangsung

lamban, membutuhkan waktu lama, bersifat spasial, dan berlangsung secara

hierarkis – vertikal, dimana konstruksi sosial berlangsung dari pimpinan ke bawahannya, pimpinan kepada massanya, kyai pada santrinya, guru kepada

muridnya, orang tua kepada anaknya, anak – anak remaja kepada anak – anak yang lebih muda, dan sebagainya.

Ketika masyarakat semakin modern, teori dan pendekatan

konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann ini memiliki

kemandulan dan ketajaman atau dengan kata lain tak mampu menjawab

perubahan zaman, karena masyarakat transisi modern di Amerika telah

habis dan berubah menjadi masyarakat modern dan postmodern, dengan

demikian hubungan – hubungan sosial antara individu dengan kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua dengan anggota

keluarganya menjadi sekunder – rasional. Hubungan – hubungan sosial primer dan semisekunder hampir tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat

modern dan postmodern. Dengan demikian, teori pendekatan konstruksi

sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann menjadi tak bermakna

lagi.

Sifat dan kelebihan media massa telah memperbaiki kelemahan

proses konstruksi soaial atas realitas yang berjalan lambat itu. Substansi

“teori konstruksi sosial media massa” adalah pada sirkulasi informasi yang


(27)

8

dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk

opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.

Posisi” konstruksi sosial media massa” adalah mengkoreksi kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan

menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada

keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”. Namun, proses simultan yang digambarkan di atas tidak bekerja

secara tiba – tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting. Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran

konstruksi sosial media massa melalui tahap – tahap sebagai berikut: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran konstruksi; (c) tahap

pembentukan konstruksi; dan (d) tahap konfirmasi (Bungin, 2006: 206 -

207).

.

2. Media Cetak

Pengertian media cetak bisa diartikan sebagai sebuah media

penyampai informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan

kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan secara tertulis. Di sisi lain, sesuai dengan sifat media yang selalu kenyal, tak mau stagnan, media cetak di Indonesia berkembang di segala sisinya.

Media cetak merupakan bagian dari saluran informasi masyarakat di samping media eletronik dan juga media digital. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih mengutamakan


(28)

9 kecepatan informasi. Sehingga tak jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat sepotong dan berulang-ulang.

Pada akhir abad ke-19 menjadi jelas munculnya beberapa bentuk media cetak seperti surat kabar, buku, dan majalah yang digunakan secara luas oleh masyarakat. Media tersebut mewakili bentuk baru komunikasi yang memengaruhi tidak hanya pola interaksi di dalam komunitas dan masyarakat, tetapi juga pandangan psikologis. Sekedar contoh, ahli sosiologi Amerika Charles Horton Cooley menyatakan, ada beberapa faktor yang membuat media baru jauh lebih efisien daripada proses – proses komunikasi pada masyarakat sebelumnya.

Media baru tersebut lebih efektif sebagaimana yang dia katakan sebagai; 1) expressiveness (membawa perluasan gagasan dan perasaan); 2) permanent of record (mengatasi waktu); 3) swiffness (mengatasi ruang); 4) diffusion (jalan masuk ke kelas yang ada dalam masyarakat) (Nurudin, 2007: 59).

2.1 Surat Kabar

Surat kabar atau disebut juga koran adalah medium massa utama bagi orang untuk memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tak ada sumber berita yang menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran. Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Koran adalah medium pilihan untuk lebih banyak iklan ketimbang media lainnya.. untuk advertising, koran harian meraup $44,9 miliar pada tahun 2004.


(29)

10 Iklan televisi di urutan kedua dengan total $42,5 miliar (Vivian, 2008:71).

Kecuali pada periode penurunan singkat di tengah kelesuan ekonomi dan situasi tertentu, koran harian secara konsisten merupakan bisnis yang menguntungkan (profitable) di sepanjang abad ke-20. Jarang ada tingkat pengembalian investasi kurang dari dua digit. Sebagai sebuah medium massa, koran tidak bisa diremehkan.

Surat kabar meliput berita secara lebih mendalam ketimbang media lainnya. Di dalamnya mengandung isi yang amat beragam berita, saran, komik, opini, teka teki silang, dan data. Semuanya ada untuk dibaca sekehendak hati. Beberapa orang langsung membuka berita olah raga atau tulisan kolumnis favorit. Berbeda dengan radio dan televisi, anda tidak harus menunngu untuk melihat berita yang anda inginkan. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, sebagai harian, mingguan, atau bulanan, dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan koran pun ikut mengalami perubahan.

Orang menyukai surat kabar. Beberapa orang bersantai – santai atau berbincang – bincang di Minggu pagi ditemani surat kabar. Berita dan fitur memberi mereka bahan pembicaraan. Sebagai medium, surat kabar beradaptasi dengan gaya hidup yang senantiasa berubah. Tetapi sampai saat ini, koran telah bereaksi secara efektif. Untuk menandingi serbuan televisi dan internet, koran memberi penekanan baru sebagai medium visual dan menyajikan gambar dan foto berwarna penuh estetika.


(30)

11 Koran atau surat kabar lebih menekankan pada edisi pagi, karena orang memiliki waktu lebih panjang di pagi hari.

Menyadari bahwa masa jaya teknologi tinta dan kertas terbatas, industri koran mulai mempertimbangkan metode pengiriman elektronik pada abad ke-21. Kepemilikan rantai perusahaan koran menimbulkan pertanyaan mendasar tentang seberapa baikkah koran dapat melaksanakan tugasnya dan apakah mereka masih memenuhi ekspetasi profit yang diharapkan para pemegang sahamnya (Vivian, 2008: 71 - 73).

3. Media Adalah Agen Konstruksi

Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang

mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan

pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang

mendefenisikan realitas. Pandangan semacam ini menolak argumen yang

menyatakan media seolah - olah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang

kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan

pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat

berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang

tersaji dalam pemberitaan.

Apa yang tersaji dalam berita, dan kita baca tiap hari, adalah produk

dari pembentukan realitas oleh media. Media adalah agen yang secara aktif

menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. Media memilih,

realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil. Media bukan

hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga


(31)

12

dipakai, media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan, dapat juga

menyebutnya sebagai perusuh. Lewat pemberitaan pula, media dapat

membingkai peristiwa demonstrasi dengan bingkai tertentu yang pada

akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami

peristiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto, 2002: 23 - 24).

4. Berita sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Dalam pandangan konstruksionis, berita ibaratnya seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Menurut kaum konstruksionis, berita adalah hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu difahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai - nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas.

Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena ada cara melihat yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dengan berita dianggap tidak salah, tetapi dipahami sebagai suatu kewajaran. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaedah baku jurnalistik. Sumber proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak.

Seperti dikatakan Judith Lichtenberg, realitas hasil konstruksi itu selalu terbentuk melalui konsep dan kategori yang kita buat, kita tidak


(32)

13 bisa melihat dunia tanpa kategori, tanpa konsep. Artinya, kalau wartawan menulis berita, ia sebetulnya membuat dan membentuk dunia, membentuk realitas (Eriyanto, 2002: 24 - 30).

5. Objektivitas Berita

Kalau nilai berita berhubungan dengan prosedur apa yang bisa disajikan oleh media kepada khalayak maka standar profesional berhubungan dengan jaminan yang ditekankan kepada khalayak bahwa apa yang disajikan adalah suatu kebenaran. Menurut Shoemaker dan Reese, objektivitas lebih merupakan ideologi bagi jurnalis dibandingkan seperangkat aturan atau praktik yang disediakan oleh jurnalis. Dalam pandangan Tuchman, objektivitas adalah „ritual‟ bagi proses pembentukan dan produksi berita. Ia adalah sesuatu yang dapat dipercaya, menjadi bagian dari ideologi yang disebarkan oleh dan dari wartawan. Realitas itu sendiri begitu kompleksnya, tidak beraturan, dan seringkali acak. Peristiwa juga merefleksikan bukan hanya kompleksitas peristiwa, melainkan juga saling berhubungan antara satu peristiwa dengan lainnya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana wartawan dan pekerja media bisa meyakinkan kepada khalayak bahwa apa yang disampaikan kepada khalayak adalah kebenaran? Bahwa yang mereka laporkan adalah realitas atau peristiwa? Standar dan prosedur objektivitas, memberi prosedur bagi wartawan untuk menjawab pertanyaan semacam itu. Dalam menjalankan tugasnya, dari reportase sampai menulis, wartawan dibatasi untuk menekankan objektivitas.


(33)

14 Prosedur ini merefleksikan kepercayaan bagaimana seharusnya kebenaran itu ditemukan oleh wartawan sesuai dengan bidang kerja mereka.

Objektivitas itu dalam proses produsi berita secara umum digambarkan sebagai tidak mencampuradukkan antara fakta dengan opini. Berita adalah fakta dan karena dalam proses pencarian berita (news gathering) dan penulisan berita, sama sekali tidak boleh terdapat opini. Berbagai prosedur dan kontrol tersebut untuk menunjukkan bahwa pekerjaan wartawan dan media adalah menyampaikan fakta. Ia memang tidak bisa menggambarkan peristiwa apa adanya 100% sesuai dengan kenyataan, tetapi prosedur ini membatasi masuknya opini pribadi atau pendapat personal wartawan dalam keseluruhan proses produksi berita. Ia juga ideologi untuk menekankan kepada khalayak bahwa wartawan memang menyampaikan kebenaran dan fakta. Apakah dengan demikian apa yang dilahkukan oleh wartawan dapat menangkap kebenaran? Tentu saja tidak. Tetapi perangkat seperti objektivitas ini adalah ideologi yang dipercaya: apa yang mereka lahkukan itu adalah upaya untuk mencapai kebenaran. Ini dapat dipersamakan dengan kerja dokter untuk mendeteksi penyakit seseorang. Tidak ada jaminan bahwa apa yang dikatakan atau dideteksi oleh dokter adalah kebenaran. Tetapi berbagai prosedur dari pemeriksaan, check up dengan memakai peralatan adalah ideologi dalam arti modern untuk menekankan apa yang mereka lakukan bukan khayalan. Disini, baik dokter maupun pasien percaya dengan rutinitas dan prosedur yang dilakukan.


(34)

15 Pertanyaan selanjutnya, dengan cara apa wartawan menekankan kepada khalayak bahwa informasi yang ditulis adalah benar? Lewat strategi apa wartawan menekankan bahwa informasi itu adalah objektif dan benar – benar nyata? Dalam proses produksi berita ada beberapa

prosedur. Tuchman menyebut berbagai prosedur ini sebagai „ritual‟.

Disebut demikian karena ia dikonstruksi untuk dipercaya dan harus dilakukan oleh wartawan ketika ia menulis berita. Serangkaian prosedur harus dilakukan oleh wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai objektif. Menurut Tuchman, upaya pencarian objektivitas itu tidak seperti yang dilakukan oleh ilmuwan sosial. Pekerjaan wartawan lebih sederhana, tetapi tetap ada prosedur untuk disebut sebagai objektif.

Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan dipraktikkan dalam praktik produksi berita oleh wartawan. Tuchman menyebut paling tidak ada empat strategi dasar. Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul. Wartawan harusnya menampilkan fakta, tetapi fakta yang dimaksud kadang sukar ditemukan. Kadang – kadang yang dimaksud fakta, bukan fakta tetapi apa yang orang katakan tentang fakta.

Kedua, menampilkan fakta – fakta pendukung. Prosedur lain dari objektivitas yang dapat dikenali melalui tulisan adalah ada fakta – fakta pendukung dalam tulisan. Fakta – fakta pendukung tersebut berfungsi sebagai argumentasi, apa yang disajikan wartawan bukanlah khayalan dan opini pribadi wartawan.


(35)

16 Ketiga, pemakaian kutipan pendapat. Prosedur standar lain adalah adanya pemakaian kutipan untuk menyatakan bahwa apa yang disajikan bukan benar – benar bukan pendapat wartawan dan pendapat pakar politik tertentu. Pandangan pakar politik tersebut perlu disebutkan dan ditulis kutipannya. Ini untuk meyakinkan bahwa ia benar – benar mengucap demikian.

Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Bagaian lain dari tulisan yang objektif adalah menyusun berbagai komentar, aneka informasi, beragam fakta ke dalam tata susunan berita tertentu. Format yang paling umum dibuat adalah dengan piramida terbalik, dimana informasi yang penting disajikan terlebih dahulu, baru disusul dengan informasi yang tidak penting. Menyusun fakta kedalam tata urutan tertentu tersebut juga dimaksudkan agar lebih jelas mana pihak yang berkomentar dan pihak atau bagian mana yang dikomentari, dan sebagainya.

Prosedur tersebut semacam jaminan dan pertanggung jawaban yang diberikan wartawan kepada khalayak. Sebuah peristiwa bisa disajikan dan dibingkai dengan jalan yang berbeda – beda antara wartawan yang satu dengan wartawan yang lain. Disini bingkai atau orientasi pemberitaan apapun selalu ditunjang oleh serangkaian prosedur untuk meyakinkan bahwa apa yang dilahkukan koran tersebut sudah memenuhi standar jurnalistik tertentu. Karena itu, kalau kita melakukan analisis framing, kita harus menjauh dari terminologi seperti bias atau distorsi. Yang hendak kita lahkukan adalah mencari tahu bagaimana


(36)

17 kerangka pemikiran yang dikembangkan oleh suatu media. Bagaimana cerita dibingkai, bagaimana memahami dari sudut media itu sendiri. Menampilkan kisah tentu saja dengan jalan mengerti dari sudut media: bagaimana tokoh – tokoh ditampilkan, wawancara dihadirkan dan kisah

– kisah itu disajikan. Dengan praktik objektivasi seperti ini, media hendak menyatakan bahwa peristiwanya memang demikian. Khalayak juga akan menganggap bahwa media sedang tidak berbohong, apa yang terjadi memang demikian. Disini peristiwa diolah dan ditampilkan dengan memberi keyakinan bahwa peristiwa itu memang benar – benar terjadi (Eriyanto, 2002: 112 - 118).

6. Berita

Berita adalah peristiwa yang menarik perhatian publik. Inilah inti dari definisi berita yang disampaikan oleh para pakar media massa. Artinya, tidak semua peristiwa bisa menjadi berita karena tidak semua peristiwa itu menarik perhatian publik. Untuk itu, suatu peristiwa yang menarik perhatian publik membutuhkan ukuran atau nilai sehingga menjadi standar umum dalam penilaian suatu peristiwa.

Berdasarkan definisi tersebut, media cetak memiliki beragam sudut pandang di dalam menilai menarik tidaknya suatu peristiwa yang

tidak memenuhi “kualifikasi” sebagai berita. Boleh jadi satu media cetak menilai suatu peristiwa sangat menarik, namun media cetak lain menganggap biasa – biasa saja. Semuanya tergantung pada standar penilaian yang dilakukan oleh media tersebut.


(37)

18 Menurut Alex Sobur, dalam jurnalisme, tidak semua peristiwa dianggap penting sebagai sebuah berita, terutama bila dikaitkan dengan khalayak pembacanya. Artinya, dilihat dari tingkat kebutuhan dan keingintahuan khalayak pembaca, tidak semua kejadian pantas dikategorikan sebagai berita. Dengan demikian, berita atau informasi bisa dipilah – pilah menurut nilainya. Ukuran nilai berita itu berdasarkan tingkat kebutuhan khalayak pembaca dan daya tarik keunikan maupun keistimewaannya (Wazis, 2012: 30 - 31).

6.1 Nilai Berita

Nilai berita (news value) menurut Downie JR dan Kaiser, merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah dikonkretkan. Nila berita juga menjadi tambah rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita (Santana, 2005: 17).

Septiawan Santana menyebutkan dalam Jurnalisme Kontemporer, elemen - elemen nilai berita ada sepuluh, yaitu:

a. Immediacy

Immediacy kerap diistilahkan dengan timeliness. Artinya terkait dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi. Bila peristiwanya terjadi beberapa waktu lalu, hal ini dinamakan sejarah. Unsur waktu amat penting disini.


(38)

19 b. Proximity

Khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dekatnya, di sekitar kehidupannya sehari – harinya. Proximity adalah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Orang – orang akan tertarik dengan berita

– berita yang menyangkut kehidupan mereka, seperti keluarga atau kawan – kawan mereka, atau kota mereka beserta klub – klub olahraga, stasiun, terminal, dan tempat – tempat yang mereka kenali setiap hari. Melalui unsur ini pula, tergambar keberhasilan koran – koran lokal yang dikelola dengan baik. Mereka mencari perkembangan kota atau provinsi yang menjadi lahan kehidupan terdekat mereka.

c. Consequence

Berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung konsekuensi. Lewat berita kenaikan gaji pegawai negeri atau harga kenaikan BBM, masyrakat dengan segera akan mengikutinya karena terkait dengan konsekuensi kalkulasi ekonominya sehari – hari yang harus mereka hadapi

d. Conflict

Peristiwa – peristiwa perang, demonstrasi, atau kriminal merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan. Perseteruan antar individu, antar tim atau kelompok, sampai antar negara, merupakan elemen – elemen natural dari berita yang mengandung konflik.


(39)

20 e. Oddity

Peristiwa yang tidak biasa terjadi adalah sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat. Kelahiran bayi kembar lima, gempa berskala Richter tinggi, pencalonan tukang sapu sebagai kandidat calon gubernur, dan sebagainya, merupakan hal – hal yang akan jadi perhatian masyarakat.

f. Sex

Kerap seks menjadi satu eleman utama dari sebuah pemberitaan. Tapi, seks sering pula menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis atau kriminal. Berbagai berita artis hiburan banyak dibumbui dengan elemen seks.

g. Emotion

Elemen emotion ini kadang dinamakan dengan elemen human interest. Elemen ini menyangkut kisah – kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagiaan, atau humor. Elemen humor sama dengan komedi atau tragedi.

h. Prominence

Elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names make news”, nama membuat berita. Ketika seseorang menjadi terkenal. Maka, ia akan diburu oleh pembuat berita. Unsur keterkenalan ini tidak dibatasi atau ditujukan kepada status VIP semata. Beberapa tempat, pendapat, dan peristiwa termasuk ke dalam elemen ini.


(40)

21 i. Suspence

Elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu – tunggu, terhadap sebuah peristiwa, oleh masyarakat. Namun, elemen ketegangan ini tidak terkait dengan paparan kisah berita yang berujung pada klimaks kemisterian. Kisah berita yang menyampaikan fakta – fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta dituntut masyarakat. j. Progress

Elemen ini merupakan ”perkembangan” peristiwa yang ditunggu

masyarakat.

6.2. Unsur Kelayakan Berita

Kusumaningrat dalam Jurnalistik Teori dan Praktik menyebutkan tujuh sifat istimewa berita yang akan kita sebut juga sebagai unsur – unsur layak berita, yaitu akurat, lengkap, adil dan berimbang, objektif, ringkas, jelas, dan hangat. Sekarang marilah kita bahas hal tersebut masing – masing satu demi satu:

a. Berita Harus Akurat

Wartawan harus memiliki kehati – hatian yang sangat tinggi dalam melahkukan pekerjaannya mengingat dampak yang luas yang ditimbulkan oleh berita yang dibuatnya. Kehati – hatian dimulai dari kecermatannya terhadap ejaan nama, angka, tanggal dan usia, serta disiplin diri untuk senantiasa melakukan periksa-ulang atas keterangan dan fakta yang ditemuinya. Tidak hanya itu, akurasi juga berarti benar dalam memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang


(41)

22 pemberitaan yang dicapai oleh penyajian detail – detail fakta oleh tekanan yang diberikan pada fakta – faktanya.

Pembaca biasanya sangat memperhatikan soal akurasi ini. Bahkan, kredibilitas sebuah media, apakah cetak maupun elektronik, sangat ditentukan oleh akurasi beritanya sebagai konsekuensi dari kehati

– hatian para wartawannya dalam membuat berita. Sebuah penelitian yang dilahkukan oleh Public Agenda Foundation terhadap khalayak pembaca/pemirsa surat kabar/majalah maupun televisi/radio

menyimpulkan: “52 % meragukan keakurasian.”

Seorang wartawan yang memiliki kemampuan tinggi dalam mencari berita, tapi mengabaikan soal akurasi, dia hanya menyiapkan diri untuk kemudian dipecat dari pekerjaannya, karena ia akan mengantarkan perusahaannya penerbitan pada gugatan pembaca. Bisa jadi perusahaan akan kehilangan ratusan juta rupiah untuk membayar ganti rugi pencemaran nama baik.

Tentang betapa pentingnya akurasi ini dalam berita, Joseph Pulitzer, tidak lama setelah ia pensiun sebagai pemimpin redaksi New York World, mengatakan antara lain: “It is not enough to refrain from publishing fake news, it is not enough to avoid the mistakes which arise from the ignorance, the carelessness, the stupidity of one or more of the many men who handle the news. . . .You have got to . . . . make everyone connected with the paper – your editors, your repoters, your correspondents, your rewrite men, your proofreaders – believe that accuracy is to a newspaper what virtue is to a woman.”


(42)

23 Seorang wartawan yang baik adalah apabila ia senantiasa menyangsikan kebenaran yang didengar dan dilihatnya, sehingga dalam dirinya selalu tertanam kewaspadaan untuk berhati – hati dan bersikap cermat. Karena, tidak jarang seorang waratawan menjumpai orang (narasumber) yang mengetahui jawaban sesuatu masalah, tetapi tidak mau mengatakannya secara akurat. Atau karena sesuatu alasan ia tidak mau mengatakannya secara cermat. Ini merupakan penyakit dalam kehidupan pemberitaan bahwa sumber – sumber berita biasanya kurang dapat dipercaya ketimbang wartawan.

b. Berita Harus Lengkap, Adil dan Berimbang

Keakuratan sesuatu fakta tidak selalu menjamin keakuratan arti. Fakta – fakta akurat yang dipilih atau disusun secara longgar atau tidak adil sama menyesatkan dengan kesalahan yang sama sekali palsu. Dengan terlalu banyak atau terlalu sedikit memberikan tekanan, dengan menyisipkan fakta – fakta yang tidak relevan atau dengan menghilangkan fakta – fakta yang seharusnya ada di sana, pembaca mungkin mendapat kesan yang palsu.

Bagi seorang wartawan, untuk menyusun sebuah laporan atau tulisan yang adil dan berimbang tidaklah sesulit memelihara objektivitas. Yang dimaksudkan dengan sikap adil dan berimbang adalah bahwa seorang wartawan harus melaporkan apa sesungguhnya yang terjadi. Misalnya, manakala seorang politisi memperoleh tepuk tangan yang hangat dari hadirin ketika menyampaikan pidatonya, peristiwa itu haruslah ditulis apa adanya. Tetapi, ketika sebagai hadirin walked out


(43)

24 sebelum pidato berakhir, itu juga harus ditulis apa adanya. Jadi, ada dua situasi yang berbeda, keduanya harus termuat dalam berita yang ditulis.

Unsur adil dan berimbang dalam berita mungkin sama sulitnya untuk dicapai seperti juga keakuratan dalam menyajikan fakta. Selaku wakil dari pembaca atau pendengar berita, seorang wartawan harus senantiasa berusaha untuk menempatkan setiap fakta atau kumpulan fakta – fakta menurut proporsinya yang wajar, untuk mengaitkannya secara berarti dengan unsur – unsur lain, dan untuk membangun segi pentingnya dengan berita secara keseluruhan.

c. Berita Harus Objektif

Selain harus memiliki ketepatan (akurasi) dan kecepatan dalam bekerja, seorang wartawan dituntut untuk bersikap obyektif dalam menulis. Dengan sikap objektifnya, berita yang ia buat pun akan objektif, artinya berita yang dibuat itu selaras dengan kenyataan, tidak berat sebelah, bebas dari prasangka. Lawan objektif adalah subjektif, yaitu sikap yang diwarnai oleh prasangka pribadi. Memang ada beberapa karya jurnalistik yang lebih persuasif, artinya ada sikap subjektif di dalamnya, dan objektivitasnya agak kendur, misalnya dalam tulisan editorial atau komentar. Sebuah depth reporting (pemberitaan mendalam) maupun investigative reporting (pemberitaan investigasi) haruslah objektif, meski boleh memiliki fokus pandangan, point of view. Memang untuk bersikap objektif 100% sangat sulit, hamper tidak mungkin, karena latar belakang seorang wartawan acapkali mewarnai hasil karyanya. Dalam pengertian objektif ini, termasuk pula keharusan wartawan menulis dalam konteks


(44)

25 peristiwa secara keseluruhan, tidak dipotong – potong oleh kecenderungan subjektif.

d. Berita Harus Ringkas dan Jelas

Michael V. Charnley berpendapat, bahwa pelaporan berita dibuat dan ada untuk melayani. Untuk melayani sebaik – baiknya, wartawan harus mengembangkan ketentuan – ketentuan yang disepakati dengan bentuk dan cara membuat berita. Berita yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan cepat, ini artinya suatu tulisan yang ringkas, jelas, dan sederhana. Tulisan berita harus tidak banyak menggunakan kata – kata, harus langsung dan padu.

Gaya jurnalistik yang bagus, seperti juga gaya tulisan – tulisan lainnya, tidak mudah diwujudkan atau dipertahankan. Seorang wartawan yang menggunakan kata – kata klise dan bukannya kata – kata yang segar, dan jelas tidak akan mendapat pujian. Juga wartawan malas yang

berkata, “ Biarkan saja redaktur nanti yang akan memperbaiki berita saya”, sama tidak akan mendapatkan kemajuan.

Penulisan berita yang efektif memberikan efek mengalir; ia memiliki warna alami tanpa berelok – elok atau tanpa kepandaian bertutur yang berlebihan. Ia ringkas, terarah, tepat menggugah. Inilah kandungan – kandungan kualitas yang harus dikejar oleh setiap penulis. e. Berita Harus Hangat

Berita adalah padanan kata news dalam bahasa Inggris. Kata news itu sendiri menunjukkan adanya unsur waktu - apa yang new, apa


(45)

26 yang baru, yaitu lawan dari lama. Berita memang selalu baru, selalu hangat.

Penekanan pada konteks waktu dalam berita kini dianggap sebagai hal biasa. Konsumen berita tidak pernah mempertanyakan hal itu. Dunia bergerak dengan cepat, dan penghuninya tahu belaka bahwa mereka harus berlari, bukan berjalan untuk mengikuti kecepatan geraknya. Peristiwa – peristiwa bersifat tidak kekal, dan apa yang nampak benar hari ini belum tentu benar esok hari. Karena konsumen berita menginginkan informasi segar, informasi hangat, kebanyakan berita berisi laporan peristiwa – peristiwa “hari ini” (dalam harian sore),

atau paling lama, “tadi malam” atau “kemarin” dalam harian pagi. Media berita sangat spesifik tentang faktor – faktor waktu ini untuk menunjukkan bahwa berita – berita mereka bukan hanya “hangat” tetapi juga paling sedikitnya yang terakhir.

Setiap wartawan tahu dari pengalaman bahwa perkiraan korban dalam peristiwa bencana biasanya dibesar – besarkan. Maka wajarlah kalau kita bertanya: apa ruginya dengan memberitakan yang pokok – pokok saja tentang peristiwa semacam itu tetapi membiarkan detil – detilnya kemudian ketika informasinya benar – benar dapat dipercaya? Dari beberapa banyak media yang menjadi korban dari nafsunya sendiri untuk menjadi yang pertama dalam mendapatkan berita?


(46)

27 7. Analisis Framing

Framing berasal dari kata berasal dari kata frame, yang juga dikenal dengan nama media packaged, yaitu perspektif yang digunakan untuk melakukan pengamatan, analisis, dan interpretasi pesan media, terutama pesan faktual (berita). Secara umum analisis framing adalah cara untuk menggambarkan proses penyeleksian dan pemfokusan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media.

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek – aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media.

Menurut Robert N. Entman, proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan berbagai informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain”.

Menurut William A. Gamson,” Cara bercerita atau gugusan ide -ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna berbagai peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita ini terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau stuktur pemahaman yang digunakan individu


(47)

28 untuk mengkonstruksi makna pesan - pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan pesan - pesan yang ia terima”.

Analisis framing berguna untuk meneliti cara - cara individu mengorganisasikan pengalamannya. Frame memungkinkan orang mengindentifikasi dan memahami peristiwa aktivitas kehidupan yang sedang berjalan.

Dalam kajian komunikasi politik, framing berperan jauh lebih besar. Framing menjadi sebuah titik masuk bagi kita untuk membedah fenomena agenda - setting dan propaganda secara lebih mendalam. Di sinilah terletak peran penting media dalam kehidupan politik modern. Media dan dunia politik adalah sisi yang sangat berdekatan dalam era keterbukaan seperti sekarang ini. Media dan aktor-aktor politik saling memanfaatkan satu sama lain. Produksi pesan media haruslah dilihat sebagai aktivitas yang syarat dengan kepentingan dan implementasi kekuasaan.

Framing memiliki implikasi penting dalam komunikasi politik. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Bersama jurnalis, politisi membangun frame berita tertentu. (http://dwikorisitaresmi.files.wordpress.com)

7.1 Efek Framing

Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik tentang suatu masalah yang melibatkan tiga pihak: wartawan, sumber berita, dan khalayak. Ketiga pihak itu mendasarkan keterlibatannya pada peran sosial masing – masing dan hubungan diantara mereka terbentuk melalui


(48)

29 operasionalisasi teks yang mereka konstruksi. Pendekatan analisis framing memandang wacana berita sebagai semacam arena perang simbolik antara pihak – pihak yang berkepentingan dengan pokok persoalan wacana. Masing – masing pihak menyajikan perspekif untuk memberikan pemaknaan terhadap suatu persoalan agar diterima oleh khalayak. Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak – pihak dengan kepentingan, latar belakang, dan sudut pandang yang berbeda – beda. Setiap pihak berusaha untuk menonjolkan basis penafsiran, klaim atau argumentasi masing – masing, berkaitan dengan persoalan yang diberitakan. Setiap pihak juga menggunakan bahasa – bahasa simbolik atau retorika dengan konotasi tertentu.

Kalangan pemerintah, media massa, aktivis sosial, dan pihak yang berkepentingan saling berpacu menggunakan media massa untuk menonjolkan klaim, konstruksi sosial, dan definisi masing – masing tentang peristiwa atau masalah itu. Keputusan atau kecenderungan media di antaranya juga dipengaruhi oleh sumber elit yang diwawancarai. Dampak perang simbolik ini menghasilkan efek mendukung atau menentang, yang dalam bentuk konkritnya berupa penggambaran positif mengenai diri sendiri dan penggambaran dengan nada negatif pihak lawan bicara. Masing – masing pihak mengedepankan perspektif, pandangan, dan pendapat tertentu untuk menarik dukungan publik. Dengan mempertajam kemasan tertentu dari sebuah isu politik, mereka dapat mengklaim bahwa opini publik yang berkembang mendukung


(49)

30 kepentingan mereka, atau sesuai dengan kebenaran versi mereka (Eriyanto, 2002: 195 - 196).

7.2 Model Framing

Model framing terdiri dari 4 macam, yaitu: model Murray Edelman, model Robert N. Entman, Model William A. Gamson, dan Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Masing – masing model tersebut memiliki cara yang berbeda dalam memahami sebuah teks berita.

Model Murray Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi: pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata – kata yang tertentu pula menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami (Eriyanto, 2002: 156).

Model Robert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek – aspek tertentu dari realitas/ isu. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas (Eriyanto, 2002: 86 - 87).

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Model William A. Gamson menyebut cara pandang itu sebagai kemasan


(50)

31 (package), menurut Gamson dan Modigliani, frame adalah cara bercerita atau gagasan ide – ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa – peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana (Eriyanto, 2002: 224).

Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dalam analisis framing, teks berita dilihat terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang dipakai, yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain, tidak ada pesan atau stimuli yang bersifat objektif, teks berita dilihat sebagai seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi (Eriyanto, 2002: 251).

7.3 Model Framing Robert N. Entman

Konsep framing, oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi – informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain.

Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan/ dianggap penting oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan: membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah diingat oleh khalayak.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek – aspek tertentu dari realitas/ isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna,


(51)

32 lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu – isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana – penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain – lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.

Tabel 1.1 Dua Dimensi Besar Framing Entman

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang


(52)

33 dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek tertentu dari isu

Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/ isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Sumber: Analisis Framing (Konstrusi, Ideologi, dan Politik Media Massa) Eriyanto hal. 187

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Wartawan memutuskan apa yang akan ia beritakan, apa yang diliput dan apa yang harus dibuang, apa yang ditonjolkan dan apa yang harus disembunyikan kepada khalayak.

Tabel 1.2 Elemen - Elemen Framing Entman Define Problems

(Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah?


(53)

34 penyebab masalah?

Make moral judgement (Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah? Sumber: Analisis Framing (Konstrusi, Ideologi, dan Politik Media Massa) Eriyanto hal. 188 - 189

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Misalnya, frame anti militer yang dipakai untuk melihat dan memproses informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita terbentuk dari kata kunci. Metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilahkukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol, atau menghubungkan dengan bagian lain dalam dalam teks berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat, dan lebih mempengaruhi khalayak. Secara luas, pendefinisian masalah ini menyertakan, di dalamnya, konsepsi dan skema interpretasi


(54)

35 wartawan. Pesan, secara simbolik menyertakan sikap dan nilai. Ia hidup, membentuk dan menginterpretasikan makna di dalamnya.

Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define problem (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/ bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaiman peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi uga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami berbeda, penyebab maslah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/ memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan


(55)

36 yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Elemen framing yang terakhir adalah Treatment recommendation (menekankan masalah). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyeleseikan masalah. Penyeleseian itu tentu saja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002: 186 -190).

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif atau qualitative research adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh atau dicapai dengan menggunakan prosedur - prosedur statistik atau dengan cara - cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan paradigma atau pendekatan konstruksionis. Pada dasarnya, analisis framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Analisis framing adalah metode kajian teks media yang digunakan untuk melihat bagaimana sebuah realitas dibentuk oleh sebuah media menjadi sebuah berita yang lalu menjadi sebuah realitas media.


(56)

37 2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah semua teks berita tentang Penerimaan Siswa Baru di kota Malang, yang dimuat pada surat kabar Radar Malang periode 30Juni - 3Juli 2012. Berita tersebut, terdiri dari: Pendaftaran Mandiri Hanya Buka Dua Hari, PSB Jalur Mandiri Kacau, Dibuka Posko PSB 24 Jam, 1.135 Siswa PSB Mandiri Gugur, dan Sikapi Rayonisasi, Komisi D Pecah.

3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perangkat framing model Robert N. Entman. Konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media.

Peneliti menganalisis setiap teks berita yang dimuat pada surat kabar Radar Malang (yang berkenaan tentang permasalahan penerimaan siswa baru di Kota Malang). Berita yang akan dianalisis antara lain, adalah Pendaftaran Mandiri Hanya Buka Dua Hari, PSB Jalur Mandiri Kacau, Dibuka Posko PSB 24 Jam, 1.135 Siswa PSB Mandiri Gugur, dan Sikapi Rayonisasi, Komisi D Pecah.

Peneliti menerapkan skema yang digunakan oleh Entman dalam menganalisis berita yang berkaitan tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang yang dimuat dalam surat kabar Radar Malang.


(1)

32 lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu – isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana – penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain – lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.

Tabel 1.1 Dua Dimensi Besar Framing Entman

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang


(2)

33 dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek tertentu dari isu

Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/ isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Sumber: Analisis Framing (Konstrusi, Ideologi, dan Politik Media Massa) Eriyanto hal. 187

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Wartawan memutuskan apa yang akan ia beritakan, apa yang diliput dan apa yang harus dibuang, apa yang ditonjolkan dan apa yang harus disembunyikan kepada khalayak.

Tabel 1.2 Elemen - Elemen Framing Entman

Define Problems

(Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah?


(3)

34 penyebab masalah?

Make moral judgement (Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah? Sumber: Analisis Framing (Konstrusi, Ideologi, dan Politik Media Massa) Eriyanto hal. 188 - 189

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Misalnya, frame anti militer yang dipakai untuk melihat dan memproses informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita terbentuk dari kata kunci. Metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilahkukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol, atau menghubungkan dengan bagian lain dalam dalam teks berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat, dan lebih mempengaruhi khalayak. Secara luas, pendefinisian masalah ini menyertakan, di dalamnya, konsepsi dan skema interpretasi


(4)

35 wartawan. Pesan, secara simbolik menyertakan sikap dan nilai. Ia hidup, membentuk dan menginterpretasikan makna di dalamnya.

Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define problem (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/ bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaiman peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi uga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami berbeda, penyebab maslah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/ memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan


(5)

36 yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Elemen framing yang terakhir adalah Treatment recommendation (menekankan masalah). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyeleseikan masalah. Penyeleseian itu tentu saja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002: 186 -190).

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif atau qualitative research adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh atau dicapai dengan menggunakan prosedur - prosedur statistik atau dengan cara - cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan paradigma atau pendekatan konstruksionis. Pada dasarnya, analisis framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Analisis framing adalah metode kajian teks media yang digunakan untuk melihat bagaimana sebuah realitas dibentuk oleh sebuah media menjadi sebuah berita yang lalu menjadi sebuah realitas media.


(6)

37

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah semua teks berita tentang Penerimaan Siswa Baru di kota Malang, yang dimuat pada surat kabar Radar Malang periode 30Juni - 3Juli 2012. Berita tersebut, terdiri dari: Pendaftaran Mandiri Hanya Buka Dua Hari, PSB Jalur Mandiri Kacau, Dibuka Posko PSB 24 Jam, 1.135 Siswa PSB Mandiri Gugur, dan Sikapi Rayonisasi, Komisi D Pecah.

3. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perangkat framing model Robert N. Entman. Konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media.

Peneliti menganalisis setiap teks berita yang dimuat pada surat kabar Radar Malang (yang berkenaan tentang permasalahan penerimaan siswa baru di Kota Malang). Berita yang akan dianalisis antara lain, adalah Pendaftaran Mandiri Hanya Buka Dua Hari, PSB Jalur Mandiri Kacau, Dibuka Posko PSB 24 Jam, 1.135 Siswa PSB Mandiri Gugur, dan Sikapi Rayonisasi, Komisi D Pecah.

Peneliti menerapkan skema yang digunakan oleh Entman dalam menganalisis berita yang berkaitan tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang yang dimuat dalam surat kabar Radar Malang.


Dokumen yang terkait

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 6 56

DESKRIPSI BERITA KRIMINALITAS(Analisis Isi Berita Pada Surat Kabar Malang PostDan Jawa Pos Radar Malang Edisi 1- 30 Juni 2005)

0 6 1

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MENJELANG PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 5 JULI 2004( Analisis Framing pada Headline Surat kabar Jawa Pos dan Surat kabar Kompas edisi 1 Juni 2004 sampai 1 Juli 2004 )

0 5 2

FREKUENSI BERITA KRIMINALITAS PADA SURAT KABAR RADAR MALANG (Analisis Isi Untuk Edisi 1-30 Maret 2009)

0 5 2

KONSTRUKSI PEMBERITAAN SENGKETA PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA(Analisis Framing pada Surat Kabar Malang Post dan Radar MalangEdisi 5 – 21 Oktober 2009)

0 4 2

CITRA MALANG SEBAGAI KOTA PENDIDIKAN DALAM KONSTRUKSI BERITA SURAT KABAR(Analisis Wacana pada Rubrik Metro Edupolitan Malang Post)

0 6 2

BAHASA FOTO JURNALISTIK SURAT KABAR MALANG (Analisis Isi Foto Jurnalistik Karya Jurnalis Foto Pada Harian KOMPAS, SURYA dan RADAR MALANG)

0 14 57

AREMA DALAM LIPUTAN MEDIA MASSA (Analisis Framing Pemberitaan Konflik Manajemen Organisasi Klub AREMA Pada Surat Kabar Harian Surya dan Sportivo Radar Malang Antara M. Nur Versus Rendra Kresna Edisi Bulan Juli 2011)

1 18 29

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT KOTA MALANG (Analisis Framing pada Rubrik “Nganal Kodew” Harian Radar Malang Edisi Mei 2013)

0 5 23

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA KOLOM OLAHRAGA DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JUNI-JULI 2012 Tindak Tutur Ilokusi Pada Kolom Olahraga Di Surat Kabar Solopos Edisi Juni-Juli 2012.

1 2 16