AREMA DALAM LIPUTAN MEDIA MASSA (Analisis Framing Pemberitaan Konflik Manajemen Organisasi Klub AREMA Pada Surat Kabar Harian Surya dan Sportivo Radar Malang Antara M. Nur Versus Rendra Kresna Edisi Bulan Juli 2011)

(1)

AREMA DALAM LIPUTAN MEDIA MASSA

(Analisis Framing Pemberitaan Konflik Manajemen Organisasi Klub AREMA Pada Surat Kabar Harian Surya dan Sportivo Radar Malang Antara M. Nur Versus Rendra

Kresna Edisi Bulan Juli 2011)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun oleh : Rizal Fanany

07220319

Dosen Pembimbing : 1. Nurudin,S.Sos, M.Si 2. Nasrullah, S.Sos, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012  


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto,2002. AnalisisFraming; Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:LKis

McQuail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga

Masmuh, Abdullah. 2008. Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan

Praktek. Malang: UMM Press

Mondry. 2006. Komunikasi Media Massa dalam Pembangunan. Malang : Agritek YPN Malang

Nasirin, Chairun. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Raja Grafinda Persada.

Nurudin,2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Pamela J. Soemaker dan D. Reese. Mediating the Message:Theories of influence

on mass media content (New York,Longman, 1996)

Rivers, William L & Jay W Jenses Theodore Peterson. 2008. Media Massa dan

Masyarakat Modern. Jakarta : Kencana Perdana Media Group

Santana, Septiawan K. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

http://www.anneahira.com/pengertian-media-cetak.htm diakses pada 29 Juli 2011.

http://www.surya.com

 


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini perkembangan teknologi informasi sangat berkembang

pesat. Kalangan pers mendapatkan kebebasan pemberitaan dan berbondong-bondong

untuk memberikan informasi secara cepat dan aktual kepada masyarakat. Informasi

adalah suatu komoditi yang merupakan kebutuhan hidup masyarakat informasi,maka

bisnis untuk menjadi penyedia informasi adalah peluang bisnis yang menggiurkan.

Tidak dipungkiri kehadiran media massa juga tidak lepas dari kehidupan

masyarakat. Media massa telah melakukan inovasi dari zaman ke zaman. Di Indonesia

penggabungan antara media konvensional (cetak maupun elektronik) dengan teknologi

komunikasi telah dilakukan oleh media massa besar, dan biasa disebut media

online.Walaupun media online sudah mulai berkembang tetapi media konvensional masih

menjadi pilihan sebagian besar masyarakat indonesia.

Jurnalisme konvensional (cetak maupun elektronik),adalah proses penyampaian

informasi atau pesan yang menganut sistem penulisan berita dengan menggunakan

teknik Piramida Terbalik dan 5W+1H. Pokok berita mendeskripsikan secara ringkas yang

intinya sudah mencakup 5W+1H. Informasi yang tersaji dalam Jurnalisme Konvensional

sebisa mungkin dipahami dan dimengerti oleh masyarakat luas. Media cetak terbit harian,

mingguan, dwi mingguan, maupun bulanan, dengan adanya periodisasi semacam itu

aktualitas suatu berita adalah sesuatu yang harus benar-benar diperjuangkan. Sedangkan

Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan


(4)

Media massa bertugas memberikan informasi menghibur dan mendidik

masyarakat,sedangkan dalam politik pers media merupakan salah satu pilar-pilar

demokrasi dengan tidakan kontrol sosial. Secara moral sebaiknya media massa

memberikan kontribusi yang besar dalam memberdayakan pola pikir, pola sikap dan

persamaan masyarakat. Informasi sangatlah penting untuk dimiliki dan dikuasai.

Perkembangan dunia olahraga menunjukkan ketergantungan besar terhadap dunia

politik dan bisnis. Manajemen olahraga di indonesia sampai saat ini merupakan warisan

dari zaman orde baru sehingga sangat sentralistik. Semua diatur dari pusat yang

ujung-ujungnya hanya untuk kepentingan politik pihak-pihak tertentu. Sedangkan dalam dunia

bisnis,olahraga sangat bergantung pada sponsorship suatu produk perusahaan yang untuk

kepentingan promosi produk tersebut. Semua bisa dilihat dari berbagai even olahraga

ditanah air.

Sepak bola bukan lagi hanya sekedar olahraga saja,melainkan sudah berkembang

menjadi bertarungnya kepentingan politik maupun bisnis. Sepak bola telah membentuk

suatu jaringan yaitu kepentingan politik dan bisnis yang saling berkaitan. Semakin tinggi

gengsi dan prestasi klub tersebut semakin rumit pola kepentingannya

Pemberitaan dunia olahraga sepak bola saat ini sangat diminati oleh masyarakat

khususnya masyarakat Kota Malang. Para pecinta bola bisa mendapatkan informasi

bukan hanya hasil akhir pertandingan (skor) saja, melainkan mendapatkan informasi

tentang manajemen keuangan klub, profil pemain dan pelatih, komentar suporter,bursa

transfer pemain dan banyak lagi informasi-informasi tentang klub tersebut.

Pemberitan Sepak bola baik cetak maupun online bukan hanya sekedar olahraga

melainkan telah berkembang sebagai komuditi atau “makanan sehari-hari” masyarakat

malang (aremania). Mereka selalu mencari informasi yang “up to date” seputar klub


(5)

masyarakat malang walaupun masih banyak klub di kota Malang antara lain Persema,

Persikoba, dan Persekam. Dari beberapa klub yang ada dikota malang hanya Arema yang

“hidup” tanpa biaya dari APBD karena klub Arema dibentuk bukan dari Pemerintahan.

Dengan tidak adanya dana APBD, klub arema menjadi incaran orang-orang besar untuk

kepentingan politik maupun bisnis. Apalagi saat ini Arema termasuk salah satu klub besar

dikancah persepakbolaan Nasional maupun Asia.

Kisruh manajemen dan dualisme pengurus klub Arema sampai saat ini masih

hangat diberitakan di sejumlah media cetak, elektronik, maupun media online. Kisruh dan

dualisme pengurus ini terjadi sebelum akhir kompetisi liga ISL 2011. Diakhir kompetisi

para jajaran pengurus manajemen arema banyak yang “menghilang”,tidak menduduki pos

masing-masing. Seperti M.Nur (ketua yayasan) dan Siti Nurjanah (CO. Marketing),

mereka adalah orang-orang yang sangat sentral ditubuh yayasan arema. Tetapi entah

kemana mereka berdua tidak pernah terlihat dikantor arema dan banyak pecinta bola

malang khususnya aremania mempertanyakan keberadaan mereka dan meminta

pertanggungjawaban mereka selama mengarungi kompetisi ISL 2011 bersama arema.

Banyak tunggakan utang klub arema kepada pihak luar dan gaji para punggawa arema

belum terbayar selama 3 bulan. Padahal selama 1 tahun pemasukan untuk klub arema

sendiri sangat besar,selain dari sponsor,dan tiket pertandingan,arema juga disokong

dengan hasil penjualan merchandise tim kebanggaan arek malang ini.

Baru reda masalah kekosongan kekuasaan ditubuh klub arema,kini arema

dihadapkan dengan dualisme pengurus arema. Ada dua kubu yang mengklaim dan

menginginkan klub arema. Kubu Rendra Kresna dan kubu Edy rumpoko. Mereka berdua

adalah orang-orang besar dan berpengaruh di kota malang raya. Rendra Kresna misalnya,

saat ini dia menjabat sebagai bupati malang dan pembina yayasan arema, sedangkan Edy


(6)

edan. Mereka berdua saling berebut untuk mendapatkan legalitas klub arema. Mungkin

tidak hanya legalitas yang diperebutkan, melainkan adanya kepentingan-kepentingan

politik dan bisnis.

Kisruh dualisme pengurus ini berimbas pada pemain, para punggawa-punggawa

arema mengancam akan hengkang jika gonjang-ganjing ditubuh arema tak kunjung

berakhir, serta tunggakan gaji yang harus dibayar oleh pengurus.kalau tidak dipenuhi

keinginan mereka, para punggawa tim berlogo singa akan out dari bumi arema. Tidak

bisa dipungkiri juga, beberapa pemain bintang arema banyak yang dilirik klub-klub besar

yang menjadi rival tim arema.

Peneliti tertarik untuk meneliti peristiwa Dualisme dalam tubuh tim Arema

dikarenakan beberapa alasan. Pertama,unsur kedekatan,karena peristiwa ini terjadi dikota

Malang yang merupakan tempat dimana peniliti berdomisili dan menimba ilmu selama

empat tahun,sehingga memudahkan peneliti mengikuti perkembangan dari peristiwa

tersebut. Kedua peristiwa atau fenomena dualisme ditubuh Arema baru kali ini terjadi,

ditahun-tahun sebelumnya pemberitaan dan peristiwa tentang kesulitan dana untuk

pembiayaan tim Arema untuk mengarungi kompetisi tahun depan.

Harian Surya dan Sportivo Radar Malang sebagai media cetak berbasis wilayah,

tidak henti-hentinya memberitakan kejadian tersebut.. Mereka selalu berlomba-lomba

menghadirkan berita terbaru, terhangat, termenarik dan terlengkap mungkin mengenai

kasus lanjutan gonjang-ganjing ditubuh tim singo edan. Kedua media ini

menghadirkannya dengan dilengkapi foto yang menarik dan kalimat-kalimat yang dibuat

terstruktur untuk mengkonstruksikan suatu realitas. Sehingga suatu berita mengenai

kisruh arema ini dapat mempersuasif pembaca, untuk menyikapi dan selalu mengikuti


(7)

dan sedikit banyaknya akan mempengaruhi pemberitaan Tim Arema itu sendiri dalam

surat kabar.

Persaingan pemberitaan kedua surat kabar ini menyebabkan keduanya ingin

menyajikan sesuatu yang lebih dalam pemberitaan peristiwa tersebut. Dan kedua media

ini mempunyai karakteristik dalam pemberitaan. Surya tetap dengan gaya pemberitaan

yang independen,atau tanpa ada intervensi pihak luar dan pemilik modal sedangkan Radar

Malang memberitakan suatu peristiwa selengkapnya dan relevan bagi pembacanya.

Dalam hal ini peneliti ingin meniliti secara mendalam peristiwa tersebut dengan

menggunakan analisis Framing. Analisis Framing adalah analisis yang memusatkan

perhatian bagaimana cara media memaknai,memahami,dan membingkai peristiwa yang

diberitakan.

Dengan menggunakan analisis Framing penelitian ini dapat melihat secara detail

bagaimana kedua media massa ini dalam mengkontruksi suatu berita Kisruh Manajemen

Organisasi Klub AREMA pada Harian SURYA dan Sportivo,RADAR MALANG.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ bagaimana kontruksi pemberitaan Kisruh Manajemen Organisasi

klub Arema pada harian SURYA dan Sportivo, RADAR MALANG edisi bulan Juli

2011?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konstruksi

berita harian Surya dan Sportivo, Radar Malang terhadap pemberitaan klub Arema. Dan

mengetahui serta memahami perbedaan konstruksi pemberitaan klub Arema oleh harian


(8)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pendalaman ilmu komuikasi,

khususnya pada konsentrasi Jurnalistik dan Studi Media. selain itu, penelitian ini

juga dapat memberikan kritik sosial terhadap pengelola media dalam

mengkonstruksi berita khususnya berita olahraga.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi media massa di

Indonesia untuk lebih memiliki tanggung jawab sosial dengan menyajikan berita

yang berkualitas pada khalayak.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pemahaman Media Massa 1.1 Media Massa

Media massa seperti halnya pesan lisan dan isyarat, sudah menjadi bagian tak

terpisahkan dari komunikasi manusia. Pada hakikatnya, media adalah perpanjangan

lidah dan tangan yang berjasa meningkatkan kapasitas manusia untuk

mengembangkan struktur sosialnya. Namun banyak orang yang tidak menynadari

hubungan fundamental antara manusia dan media itu, dan keliru menilai peran media

kehidupan mereka (Rivers, 2008:27).

Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi

massa dewasa ini. Asumsi pokok akan arti penting media massa menurut Dennis

McQuail (1987) sebagai berikut :

1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan


(9)

Media juga merupakan industry tersendiri yang memiliki peraturan dan

norma-norma yang menghubungkan institusi sosial lainnya. Di pihak lain, institusi

media diatur oleh masyarakat.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol, manajemen, dan inovasi

dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau

sumber daya lainnya.

3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan untuk menampilkan

peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun

internasional.

4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan

saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol tetapi jugga dalam

pengertian pengembangan tata cara,mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh

gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok

secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang

dibaurkan dengan berita dan hiburan (Nurudin, 2007 : 34).

Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media

massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai kejadian di

seluruh dunia kepada para audience-nya. Disamping itu media massa tidak sekedar

memberitakan, tetapi juga mengevaluasi dan menganalisis setiap kejadian tersebut.

Melalui keahlian dalam menginterpretasikan pesan dan fakta-fakta dari lapangan,

media massa menyajikan berita yang mudah untuk dipahami (Nurudin, 2007:101).

Lionberger (1994) mengatakan, media massa merupakan salah satu sarana

penyampaian informasi dan divusi inovasi. Perkembangan media massa sebenarnya


(10)

dasarnya media massa, termasuk surat kabar harian berfungsi menyampaikan pesan

kepada masyarakat luas. Lebih jauh dia mengatakan, informasi yang disampaikan

media massa bersifat massal, sehingga hanya dapat meningkatkan pengetahuan. Bila

ingin mencapai tingkat lebih dari itu, perlu ada lembaga atau orang-orang yang

menindak lanjuti informasi media massa tersebut (Mondry, 2006:24).

1.2Jenis Media Massa a. Media Cetak

Media cetak tidak hanya memberitakan dengan bentuk straight news semata,

tetapi juga feature, investigative reporting (laporan investigasi), tajuk rencana, dan

ulasan lain (Nurudin, 2007:101)

Semua itu dihidupkan oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan,

tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat. Dalam bahasa teknis

jurnalistiknya, misalnya menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan

kebijakan perusahaannya. Dari sanalah, dihasilkan berita, komentar, dan opini.

Di sisi internal sebuah media cetak memang harus memiliki manajemen yang

bagus untuk mengatur hubungan antara berbagai pihak seperti para pendiri,

karyawan, wartawan, , mitra kerja, agen, loper, pemasang iklan, dan biro iklan

khalayak pelanggan dan pembaca. Selaiin itu interaksi internalnya melalui surat

pembaca, para kontributor, pemerhati dan pemberi masukan serta kritik.

Setiap media massa memiliki kelebihan, media cetak memiliki kelebihan yang

tidak dimiliki media elektronik, berupa “daya tahan” informasi. Artinya berita di

media elektronik akan lebih sulit disimpan, Karena membutuhkan biaya

tambahan. Sedang berita media massa cetak bisa lebih panjang dan lengkap serta


(11)

Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh “kondisi dimana ia hidup”, yakni

: sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Dan pers di Indonesia

amatlah dekat hal itu (Santana, 2005:85).

b. Media elektronik

Dunia media elektronik adalah dunia siaran. Dunia siaran berbeda dengan

dunia cetak-mencetak Koran dan majalah, atau media cetak pers lainnya. Dunia

siaran diantaranya mengenali bahasa siaran sebagai bahasa percakapan. Bukan

bahasa teks yang dibaca, tetapi bahasa audio, atau audio+visual, yang ditangkap

telinga dan mata pemirsa (Santana, 2005:97).

Karena itu media eletronik sejak awal sudah bersifat demokratis, dan sejak

awal pula khalayaknya adalah masyarakat luas. Secara keseluruhan, bukan

kalangan tertentu saja. Dahulu tidak seperti media cetak, media elektronik

menuntut khalayaknya member perhatian secara penuh karena apa yang

disiarkannya tidak diulang (Rivers, 2008:60).

Termasuk dalam media elektronik yaitu televisi. Seperti sudah diduga

sebelumnya, televisi merupakan sarana multifungsi bagi masyarakat, selain

berfungsi untuk mendapatkan hiburan, tidak sedikit televisi memiliki fungsi

sebagai sumber informasi berita. Sejak media televisi masuk ke masyarakat mulai

diminati, dengan segala kelebihannya disbanding jenis media massa lain,

khususnya dengan tampilan audio-visual, televisi cepat diterima masyarakat,

termasuk ke masyarakat pedesaan juga memiliki kecepatan yang sangat tinggi

sehingga akhirnya bagi masyarakat desa diperkirakan televisi menjadi sumber

informasi utama dan sekaligus sebagai sarana hiburan utama (Mondry, 2006:82).

Gerbner, dkk dalam buku Bryant, dkk mengatakan, Televisi merupakan


(12)

kehidupan kita sehari-hari. Dramanya, iklannya, beritanya, dan program-program

lainnya membawa dunia citra-citra dan pesan-pesan umum yang relatif berkaitan

secara logis kerumah.

Televisi mengembangkan masa pertumbuhan kecenderungan-kecenderungan

dan pilihan-pilihan yang berguna untuk dipelajari dari sumber-sumber utama

lainnya. Diluar hambatan-hambatan historis kemelekhurufan dan mobilitas,

televisi telah menjadi sumber sosialisasi umum yang penting dan informasi

sehari-hari (terutama dalam bentuk hiburan) dan media lain yang heterogen. Pola

ulangan pesan-pesan dan citra-citra yang dihasilkan televisi membentuk arus

utama lingkungan simbolik pada umumnya (Winarso, 2005:98).

c. Media Online

Perkembangan internet yang pesat kini telah melahirkan beragam bentuk

media online. Pengertian media online adalah blog atau situs yang dijadikan

sebagai media untuk menyebarkan berbagai berita atau informasi. Melalui

website, situs, atau blog inilah terbuka peluang bagi siapapun untuk membuat

media online. Melalui media online ini pula berbagai berita maupun informasi

dengan cepat dapat disebarkan secara lebih luas, lebih cepat, lebih terbuka, dan

tentunya juga lebih murah.

Untuk mengakses dan memperoleh informasi melalui media online, siapapun

bisa melakukannya. Bahkan tak ada yang mengawasi ataupun melarang bila isi

berita atau informasi yang disajikan dalam media online tersebut memuat unsur

pornografi, kekerasan, maupun mengandung unsur sara. Berbeda dengan media

cetak atau elektronik dimana pemilik stasiun atau koran akan dikenakan sanksi


(13)

2. Jurnalisme Konvensional

Jurnalisme pada umumnya dapat diartikan sebagai kegiatan dalam

mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita kepada khalayak atau

masyarakat luas. Jurnalisme tidak bisa dilepaskan dengan masalah media, karena

media merupakan institusi sedangkan jurnalisme sendiri adalah seperangkat

pengetahuan yang membahas seluk-beluk kegiatan yang memungkinkan institusi

tersebut hadir dan berfungsi dalam masyarakat.

Dalam jurnalisme konvensional, mengandung unsur-unsur seperti Timelines

atau termassa, Proximity atau kedekatan, Impact atau dampak, Magnitude, Conflict,

Kemajuan, dan Manusiawi. Para jurnalis dalam jurnalisme konvensial ini juga hanya

dibekali dengan pengetahuan yang elementer dan dikenal dengan 5W + 1H. Berita

dianggap elementer bila didalamnya terdapat what, who, when, where, why, dan how.

Serta dalam jurnalisme konvensional ini baru memaparkan reportase faktual, bersifat

linier dan hanya dari satu dimensi saja. Penulisan berita jurnalisme konvensional ini

juga menganut sistem piramida terbalik, diawali dengan berita-berita yang penting

dan hingga akhirnya berita yang kurang penting / tidak penting.

Dalam jurnalisme konvensional, wartawan juga dituntut untuk memiliki

kemampuan / kepekaan terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.

Perjuangan serta proses yang dilakukan dalam mencari, mengolah sampai

menyebarkan berita juga tidak semudah dan se-simple seperti yang terjadi dalam

jurnalisme online.

Surat kabar merupakan bagian dari jurnalisme konvensional. Menurut Agee,

surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder.


(14)

1. to inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang

terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia,

2. to comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke

dalam focus berita.

3. to provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan

barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media surat kabar.

Fungsi Sekunder adalah :

1. untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang

diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu,

2. memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik,kartun dan

cerita-cerita khusus,

3. melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan

memperjuangkan hak.

Adanya jurnalisme konvensional ini, sangat membantu masyarakat / publik

dalam memenuhi kebutuhannya dalam mendapatkan informasi, terutama bagi

masyarakat yang tidak begitu bisa menggunakan media internet ( jurnalisme online )

tersebut. Walaupun publik merupakan pemirsa / penonton yang pasif dalam

mendapatkan informasi, karena hanya bersifat satu arah saja tidak seperti pada

jurnalisme online, namun jurnalisme konvensional selalu berusaha menyuguhkan

berita atau informasi penting bagi masyarakat yang penyampainnya juga faktual serta

menurut kaidah-kaidah jurnalisme.

3. Konstruksi Media Massa

Media massa berperan aktif sebagai penyalur (deseminator) dan sentral informasi


(15)

kekuatan dalam masyarakat sangat berperan di bandingkan dengan pengaruh yang

ditimbulkan media itu. Pada dasarnya media itu tergantung pendayagunaan kekuasaan

dengan kekuatan lain, juga merupakan saluran yang dimanfaatkan untuk

mengendalikan arah dan dorongan terhadap perubahan sosial (Mc Quail, 1994:4).

Kekuasaan dalam konteks pemberitaan media selalu berhubungan dengan

"kontrol", baik yang dilakukan oleh institusi (negara), kelompok, maupun perorangan,

yang dalam perwujudannya tidak hanya berbentuk fisik yang langsung, namun juga

kontrol secara mental dan psikis (Eriyanto, 2001:12).

Dengan demikian, kekuasaan yang mengitari media bisa berwujud Negara

(pemerintah), kekuasaan institusi, kekuasaan kelompok (seperti partai politik), dan

kekuasaan perorangan.

Beragam kepentingan dan kelompok dalam masyarakat menuntut media massa

dapat mengaplikasikan fungsi dan perannya secara adil dan proporsional. Sebaliknya

dengan adanya pluralitas kepentingan masyarakat tersebut juga membuat kepentingan

dan tuntutan terhadap media massa menjadi beragam, yang sedikit banyak akan

mempengaruhi arah dan orientasi media (termasuk fungsi dan tujuan media). Denis

McQuail (1987:74) menawarkan perspektif alternative menyangkut fungsi dan tujuan

media massa di tengah banyaknya kepentingan yang mengitarinya, dalam model


(16)

Masyarakat / bangsa 

Sumber: Mc.Quail 1987 :74

Model yang dibuat oleh McQuail di atas menjelaskan bagaimana banyaknya

kepentingan yang berada di sekeliling media massa yang akan menentukan

(mempengaruhi) mekanisme operasional dalam menjalankan fungsi dan tujuannya.

Masyarakat/bangsa misalnya menginginkan media massa menjadi sarana pemeliharaan

integrasi bangsa dan membantu mensosialisasikan dan mewujudkan tujuan dan

program bangsa. Bagi kelas dominan menginginkan media massa sebagai sarana

pelanggengan kekuasaan dengan terus mempublikasikan (kebaikan dan keunggulan)

kelompoknya sembari memarjinalkan kelompok-kelompok lain yang dianggap

mengancam eksistensi dominasi dan kekuasaannya. Tujuan yang agak berbeda berasal

dari pemilik media. Bagi pemilik media, media massa dianggap sebagai lahan bisnis

yang dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Sedangkan khalayak media

Kelas dominan  Intregasi kontrol 

Media Massa  kerja 

Pemilik media  Keuntungan 

status 

komunikator 

kekuasaan 

Suara masyarakat 

kesempatan 

Khalayak  Sumber informasi 

Kelas lemah  Sarana kontrol  


(17)

hanya mengharapkan media dapat menjadi sumber informasi yang dapat diakses oleh

mereka dengan cepat akurat dan terpercaya.

Khusus bagi komunitas masyarakat yang lemah, media diharapkan sebagai

sarana kontrol bagi setiap kebijakan dan praktek kehidupan yang menyimpang

sehingga dapat terwujud perubahan. Proses interaksi yang terjadi antara media massa

dengan berbagai kepentingan yang ada, pada tataran praktis tidak selalu menghasilkan

sebuah kepercayaan, kerjasama atau hubungan yang harmonis. Benturan-benturan

yang terjadi diantara mereka sering sekali terjadi. Hal ini menandakan bahwa dalam

hubungan tersebut terdapat dinamika yang akan membentuk proses “tawar menawar”.

Selain dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan luar media, berita suatu media juga

ditentukan oleh faktor-faktor internal yang ada dalam masing-masing institusi media.

faktor-faktor tersebut akan banyak berpengaruh bagi orientasi dan mekanisme kerja

awak media (wartawan) di lapangan. Adanya perbedaan versi pemberitaan antara

media yang satu dengan media yang lain tentang suatu persoalan yang sama

merupakan indikasi adanya agenda yang berbeda dari masing-masing media. Model

“hierarchy of influence” dari Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996:64)

adalah model yang tepat untuk menggambarkan beberapa pengaruh faktor internal


(18)

Gambar 2

Model Hierarchy of influence

Tingkat Ideologis

Tingkat Ekstramedia

Tingkat Organisasi

Tingkat Rutinitas Media

Tingkat Individu

(Sumber: Shoemaker dan Reese, 1996)

Model diatas menggambarkan beberapa pengaruh faktor internal media yaitu :

1. Pengaruh individu pekerja media, diantaranya adalah karakteristik pekerja

komunikasi, latar belakang personal dan profesional.

2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh

kegiatan-kegiatan seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk deadline

dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space), struktur piramida

terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber

resmi dalam berita yang dihasilkan.

3. Pengaruh organisasional, yakni bahwa media mencari keuntungan materi. Tujuan

dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan.

4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok

kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relation pada


(19)

5. Pengaruh ideologi, yakni merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari

semua pengaruh. Idiologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang

menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat.

Faktor-faktor internal sebuah media massa memberi kontribusi yang besar

terhadap orientasi dan kebijakan media. Wartawan dan pekerja media lainnya di

samping bekerja berdasarkan nilai-nilai individu yang dianut oleh masing-masing

mereka, juga dikendalikan oleh rutinitas media serta kebijakan dari organisasi media

dimana mereka bekerja. Dengan demikian, berita yang ada pada setiap media

merupakan hasil akhir dari kerja jurnalistik yang telah dipengaruhi oleh aspek internal

dan eksternal media massa.

4. Ekonomi Politik Media

Ekonomi politik media sangat erat sekali hubungannya dengan hubungan

sosial media mengenai hubungan kekuasaan dan motif ekonomi yang terkait dengan

komunikasi. Setiap media massa memiliki karakter dan latar belakang sendiri-sendiri.

Berdirinya suatu media ada yang dilator belakangi oleh kepentingan politik, ekonomi

ataupun yang lainnya. Adanya beragam kepentingan dalam media massa adalah hal

yang tidak bisa dipungkiri bahwasanya media massa memiliki kepentingan politik,

karena di support oleh kekuatan politik yang menyertainya. Lalu motif ekonomi

dimana keuntungan materiil adalah target utama dari berdirinya suatu media massa.

Pendekatan ekonomi politik, melihat media massa dari siapa penguasa

sumber-sumber produksi media massa, siapa pemegang rantai distribusi media massa,

siapa yang menciptakan pola konsumsi masyarakat atas media massa dan komoditas

lain sebagai efek kerja dari media. Siapa penguasa sumber-sumber media dapat dilihat


(20)

Di Indonesia kepemilikan media massa konvensional dapat dilihat antara lain,

Jawa Pos dan Anak cabang daerah Jawa pos dimiliki Dahlan Iskan, Kompas dan

Surya dimiliki oleh Yakob Oetama, Sindo dimiliki oleh kelompok MNC Group, dan

masih banyak lagi kelompok usaha kepemilikan media di Indonesia. Dari

contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pemilik media bukan berlatar

belakang dari pendidikan media melainkan pengusaha-pengusaha besar. Dari

kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa penguasa media adalah penguasa ideologi

yang membentuk persepsi masyarakat untuk mendapatkan profit atau keuntunngan.

Penciptaan pola konsumsi masyarakat secara tidak langsung dipengaruhi oleh

media. Melalui iklan-iklan yang ditayangkan di media massa, perlahan pola konsumsi

masyarakat terbentuk di dalam dirinya, pengaruh iklan praktis membuat pihak

produksi untuk terus meningkatkan belanja iklannya di media massa. Dalam hal inilah

tercipta pola ekonomi yang memberikan keuntungan bagi pengusaha media.

Pendekatan ekonomi politik terjadi karena adanya hubungan yang kompleks. Hal

yang terpenting adalah penciptaan produksi hingga penerimaan berita (dan konteks

sekelilingnya) dikemas se-perfect mungkin.

5. Teori Konstruksi Sosial

Berger dan Luckman (1994) menyatakan bahwa masyarakat secara empirik

berproses melalui tiga langkah yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Eksternalisasi adalah suatu pencurahan kedirian manusia secara terus menerus

kedalam dunia sekelilingnya baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. Manusia

tidak bisa menutup diri tinggal diam melainkan bergerak keluar untuk

mengekspresikan dirinya. Objektivasi adalah suatu realitas baik material maupun non


(21)

kefaktaan (faktisitas) yang eksternal “yang berada diluar sana”, sekaligus bisa

merupakan sesuatu yang lain terhadap dan dari produsennya itu sendiri.

Menurut McQuail cabang dari teori Marxis, diantaranya political-economic

media theory dan hegemonic theory.

a. Political-Economic Media Theory (teori media ekonomi politik)

Ini merupakan teori yang dekat dengan Marxisme klasik dimana teori itu

menyalahkan struktur kepemilikan dalam masyarakat terhadap penyakit sosial.

Dalam aliran pemikiran ini, isi media adalah suatu komoditas yang dijual dipasar,

dan informasi yang disebarluaskan diawasi oleh pasar.

b. Hegemonic Theory (teori hagemonik)

Hegemoni adalah dominasi dari suatu ideologi palsu atau cara berfikir

terhadap cara-cara pemahaman lain. Ideologi tidak disebabkan oleh sistem

ekonomi itu sendiri dan secara mendalam ditanamkan pada semua aktivitas

masyarakat. Dengan demikian ideologi tidak dipaksa oleh suatu kelompok

terhadap kelompok lain, melainkan merembes dan tak disadari. Ideologi dominan

mengabadikan kepentingan-kepentingan kelas tertentu terhadap lainnya, dan

dengan jelas media mengambil peran utama dalam proses ini (Winarso, 2005 :

67).

6. Analisis Framing

Berita bukan refleksi dari realitas. Ia hanyalah konstruksi dari realitas. Dalam

pandangan positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sebagai

representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan ditransformasikan


(22)

sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena pertarungan

antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa (Eriyanto, 2002:24).

Gans (1979) berpendapat, bahwa isi berita tidak hanya nilai-nilai melainkan

juga ideologi, bahkan jika hal itu berisi ide-ide yang hanya sebagian dipertimbangkan.

Ia menyebut “kumpulan nilai-nilai ini dan pertimbangan realitas (reality judgements)

yang berkaitan dengan para-ideologi, khususnya untuk membedakan hal tersebut dari

seperangkat nilai cermat, terpadu, dan lebih bersifat doktriner yang biasanya

didefinisikan sebagai ideologi : itulah ideologi” (Winarso, 2005:153).

Berita dalam pandangan Fishman, bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas

yang seakan berada diluar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita

merefleksikan realitas. Atau apakah berta distorsi atas realitas. Apakah berita sesuai

dengan kenyataan ataukah bias terhadap kenyataan yang digambarkannya.

Menurutnya ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi berita

dilihat. Pandangan pertama sering disebut sebagai pandanagan seleksi berita

(selectivity of news). Dalam bentuknya yang umum pandangan ini sering kali

melahirkan teori seperti gate keeper. Intinya, proses produksi berita adalah proses

seleksi. Pendekatan kedua adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news).

Dam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya dibentuk.

Wartawan lah yang membentuk peristiwa : mana yang disebut berita dan mana yang

tidak. Peristiwa dan realitas bukanlah diseleksi, malainkan dikreasi oleh wartawan

(Eriyanto, 2002:100).

Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan juga cenderung menyertakan

pengalaman serta pengetahuannya yang sudah mengkristal menjadi skemata

interpretasi (schemata of interpretation). Dengan skema ini pula wartawan cenderung


(23)

berita, serta memberi porsi yang berbeda terhadap tafsir atau perspektif yang muncul

dalam wacana media. Pada dasarnya pekerjaan media massa dalam konsep ini adalah

mengkonstruksikan realitas (Sobur, 2002:166).

7. Model Framing Pan dan Kosicki

Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka

Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan

empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing. Yakni sintaksis, skrip,

tematik, dan retoris. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang

berfungsisebagai tempat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang

dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan sumber, latar

informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ) kedalam teks secara keseluruhan

(Sobur, 2006:175 ).

Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol,

menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada

pesan tersebut.

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari framing yang saling

berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologi framing lebih menekanan pada

bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Kedua, konsepsi

sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih menekankan pada proses internal

seseorang, bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara

pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana

konstruksi social atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana

seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman


(24)

Sobur (2006) menuliskan bahwa dalam pendekatan ini perangkat framing

dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur Sintaksis. Kedua, struktur

skrip. Ketiga, struktur tematik, dan yang keempat adalah struktur retoris. Berikut

adalah tebel kerangka framing Pan dan Kosicki.

Tabel 1

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING UNIT YANG DIAMATI Sintaksis: Cara wartawan menyusun fakta

1. skema berita

Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup Skrip : Cara wartawan mengisahkan fakta

2. kelengkapan berita 5W + 1H

Tematik : Cara wartawan menulis fakta

1.Detail

2.Maksud kalimat, hubungan 3.Nominalisasi

antarkalimat 4.koherensi 5.bentuk kalimat 6.kata ganti

Paragraf, proposisi Retoris : Cara wartawan menekankan fakta 7. leksikon 8. Grafis 9. metafor 10.Pengandaian Kata, idiom, gambar/foto, grafik

(Sobur, 2006 : 176)

a. Sintaksis

Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita,

sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita (headline, lead,

latar informasi, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks berita secara

keseluruhan (Eriyanto, 2009:257).

Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan


(25)

pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan kisah berita (Sobur,

2006:175).

b. Skrip

Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai

wartawan dalam mengemas peristiwa. Laporan berita sering disusun sebagai suatu

cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha

menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari

peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi

menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk

umum dari struktur skrip ini adalah 5W + 1H (who, what, when, where, why dan

how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang

ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk

dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang

penting (Eriyanto, 2009:260).

c. Tematik

Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan

pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar

kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat

bagaimana pemahaman itu diwujudkan kedalam bentuk yang lebih kecil (Sobur,

2006:176).

Dalam menulis berita wartawan mempunyai tema tertentu atau suatu

peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini.


(26)

kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang

berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang

tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang

menghubungkannya (Eriyanto, 2002:263).

d. Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata

yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh

wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra,

meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang

diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan

kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran

(Eriyanto, 2002:264).

F. DEFINISI KONSEPTUAL 1. AREMA

Arema merupakan sebuah Tim sepakbola dari kota Malang yang didirikan pada tahun

1987 oleh Purnawirawan Acub Zainal yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur

Papua. Tim berlogo Singa ini mulai tahun 1987 hingga sekarang menggantungkan

seluruh biaya kompetisi dari dana sponsor dan hasil tiket supporter serta merchandise.


(27)

Indonesia, Arema sering kali dijadikan contoh oleh banyak klub baik klub dari super

league maupun divisi-divisi dibawahnya.

Meskipun dijadikan panutan oleh klub-klub bola Indonesia ,arema masih saja diterpa

masalah internal baik financial maupun kisruh pembayaran gaji pemain. Dan yang paling

hangat diberitakan saat ini adalah masalah dualisme kepemilikan.

2. MEDIA MASSA

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an

untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai

masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat

menjadi media.

G. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisis Framing untuk mengetahui

bagaimana realitas dikonstruksi oleh media. Analisis framing secara sederhana dapat

digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor,

kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Disini realitas sosial dimaknai dan

dikonstruksi dengan makna tertentu. (Eriyanto, 2002 : 3).

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana data yang

terkumpul berbentuk kata-kata, gambar-bambar, dan kalaupun ada angka-angka,

sifatnya hanya sebagai penunjang data penelitian. (Chairun Nasirin, 2009 : 14).

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pemberitaan tentang Pemberitaan Kisruh

Manajemen Organisasi Dan Pemain Klub sepak Bola AREMA Pada Surat Kabar

Harian Surya dan Sportivo Radar Malang Edisi Bulan Juli 2011.


(28)

Objek Penelitian

No Edisi Pemberitaan Surya Pemberitaan Radar malang

1 13 Juli 2011 Sam Ikul Berang Yayasan Kisruh

2 15 juli 2011 Cari Ketua Yayasan Sinyal konflik mereda

3 18 juli 2011 Bingung Dana Rendra berhak diyayasan arema

4 19 juli 2011 Yayasan Makin Kisruh dua jendral pimpin arema

5 20 juli 2011 Kubu Rendra Meradang sebulan susunan pengurus

6 25 Juli 2011 Pengurus Belum Jelas Dua jendral tunggu konflik reda -

7 26 juli 2011 Abriadi didepak -

8 28 juli 2011 Ajak damai Rendra-M.Nur

9 29 juli 2011 Rendra Legal Rendra Legal


(29)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan:

a. Data Primer dengan cara mendokumentasikan berita-berita terkait kisruh

manajemen organisasi dan pemain klub sepak bola Arema dalam edisi bulan juli

2011 pada surat kabar harian Surya dan Sportivo Radar.

b. Data Sekunder diperoleh dari kepustakaan yang ada baik dari buku, data

pendukung dari internet seperti artikel maupun lainnya.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan model analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

Analisis ini menjadi pilihan peneliti karena merupakan analisis terlengkap elemenya

dalam membedah suatu berita. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan

dianalisis dengan menggunakan elemen sintaksis (cara wartawan menyusun fakta),

Skrip (cara wartawan mengisahkn berita), tematik (cara wartawan menulis fakta), dan

retoris (cara wartawan menekankan fakta).


(1)

Sobur (2006) menuliskan bahwa dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur Sintaksis. Kedua, struktur skrip. Ketiga, struktur tematik, dan yang keempat adalah struktur retoris. Berikut adalah tebel kerangka framing Pan dan Kosicki.

Tabel 1

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING UNIT YANG DIAMATI Sintaksis: Cara wartawan menyusun fakta

1. skema berita

Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup Skrip : Cara wartawan mengisahkan fakta

2. kelengkapan berita 5W + 1H

Tematik : Cara wartawan menulis fakta

1.Detail

2.Maksud kalimat, hubungan 3.Nominalisasi

antarkalimat 4.koherensi 5.bentuk kalimat 6.kata ganti

Paragraf, proposisi Retoris : Cara wartawan menekankan fakta 7. leksikon 8. Grafis 9. metafor 10.Pengandaian Kata, idiom, gambar/foto, grafik

(Sobur, 2006 : 176)

a. Sintaksis

Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian berita (headline, lead, latar informasi, sumber, penutup) dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan (Eriyanto, 2009:257).

Struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa pernyataan, opini, kutipan,


(2)

pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan kisah berita (Sobur, 2006:175).

b. Skrip

Struktur skrip melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah 5W + 1H (who, what, when, where, why dan how). Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang penting (Eriyanto, 2009:260).

c. Tematik

Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan kedalam bentuk yang lebih kecil (Sobur, 2006:176).

Dalam menulis berita wartawan mempunyai tema tertentu atau suatu peristiwa. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini. Diantaranya adalah koherensi: pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau


(3)

kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya (Eriyanto, 2002:263).

d. Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran (Eriyanto, 2002:264).

F. DEFINISI KONSEPTUAL

1. AREMA

Arema merupakan sebuah Tim sepakbola dari kota Malang yang didirikan pada tahun 1987 oleh Purnawirawan Acub Zainal yang pada waktu itu menjabat sebagai Gubernur Papua. Tim berlogo Singa ini mulai tahun 1987 hingga sekarang menggantungkan seluruh biaya kompetisi dari dana sponsor dan hasil tiket supporter serta merchandise. Karena Arema bukan milik pemerintah, dan Sebagai klub professional pertama di


(4)

Indonesia, Arema sering kali dijadikan contoh oleh banyak klub baik klub dari super league maupun divisi-divisi dibawahnya.

Meskipun dijadikan panutan oleh klub-klub bola Indonesia ,arema masih saja diterpa masalah internal baik financial maupun kisruh pembayaran gaji pemain. Dan yang paling hangat diberitakan saat ini adalah masalah dualisme kepemilikan.

2. MEDIA MASSA

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

G. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisis Framing untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh media. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. (Eriyanto, 2002 : 3).

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar-bambar, dan kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang data penelitian. (Chairun Nasirin, 2009 : 14).

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pemberitaan tentang Pemberitaan Kisruh Manajemen Organisasi Dan Pemain Klub sepak Bola AREMA Pada Surat Kabar Harian Surya dan Sportivo Radar Malang Edisi Bulan Juli 2011.


(5)

Objek Penelitian

No Edisi Pemberitaan Surya Pemberitaan Radar malang

1 13 Juli 2011 Sam Ikul Berang Yayasan Kisruh

2 15 juli 2011 Cari Ketua Yayasan Sinyal konflik mereda

3 18 juli 2011 Bingung Dana Rendra berhak diyayasan arema

4 19 juli 2011 Yayasan Makin Kisruh dua jendral pimpin arema

5 20 juli 2011 Kubu Rendra Meradang sebulan susunan pengurus

6 25 Juli 2011 Pengurus Belum Jelas Dua jendral tunggu konflik reda -

7 26 juli 2011 Abriadi didepak -

8 28 juli 2011 Ajak damai Rendra-M.Nur

9 29 juli 2011 Rendra Legal Rendra Legal


(6)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan:

a. Data Primer dengan cara mendokumentasikan berita-berita terkait kisruh manajemen organisasi dan pemain klub sepak bola Arema dalam edisi bulan juli 2011 pada surat kabar harian Surya dan Sportivo Radar.

b. Data Sekunder diperoleh dari kepustakaan yang ada baik dari buku, data pendukung dari internet seperti artikel maupun lainnya.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis ini menjadi pilihan peneliti karena merupakan analisis terlengkap elemenya dalam membedah suatu berita. Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan elemen sintaksis (cara wartawan menyusun fakta), Skrip (cara wartawan mengisahkn berita), tematik (cara wartawan menulis fakta), dan retoris (cara wartawan menekankan fakta).


Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS RUBRIK SPORTIVO DI RADAR MALANG TERHADAP MINAT MENONTON PERTANDINGAN AREMA Survei Pada Pembaca Rubrik Sportivo Radar Malang di Kelurahan Mojolangu, Malang

0 3 25

KEBIJAKAN REDAKSI SURAT KABAR MALANG POST PADA PEMBERITAAN KLUB SEPAK BOLA AREMA

1 24 1

KLUB PERSEBAYA DALAM MEDIA MASSA (Analisis Wacana Tentangan Pemberitaan Klub Persebaya Pada Surat Kabar Harian Surya Dan Jawa Pos Edisi Mei­-Juli 2007)

0 6 3

Kebijakan Redaksi Harian Malang Post Tentang Pemberitaan Arema Analisis Framing Pada Harian Malang Post Edisi 21 Maret 2006 Sampai 12 April 2006

0 5 2

KONSTRUKSI PEMBERITAAN TENTANG AREMA INDONESIAN SUPER LEAGUE PADA HARIAN MALANG POST Analisis Wacana Pada Harian Malang Post Edisi 2 & 6 Februari 2012

0 4 17

KONSTRUKSI BERITA KONFLIK AHMADIYAH DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Edisi 7-11 Februari 2011)

1 39 52

PENDAHULUAN KONSTRUKSI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DALAM PEMBERITAAN BAKTERI SAKAZAKII PADA SUSU FORMULA BULAN FEBRUARI 2011 (Studi Analisis Framing Dalam Pemberitaan Bakteri Sakazakii Pada Surat Kabar Harian Kompas Bulan Februari 2011).

0 5 21

DESKRIPSI OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN KONSTRUKSI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DALAM PEMBERITAAN BAKTERI SAKAZAKII PADA SUSU FORMULA BULAN FEBRUARI 2011 (Studi Analisis Framing Dalam Pemberitaan Bakteri Sakazakii Pada Surat Kabar Harian Kompas Bulan Februari

0 2 11

PENUTUP KONSTRUKSI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DALAM PEMBERITAAN BAKTERI SAKAZAKII PADA SUSU FORMULA BULAN FEBRUARI 2011 (Studi Analisis Framing Dalam Pemberitaan Bakteri Sakazakii Pada Surat Kabar Harian Kompas Bulan Februari 2011).

0 3 23

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel - Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng

0 0 15