PENGARUH ROTASI AUDIT DAN AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

(1)

PENGARUH ROTASI AUDIT DAN AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Ayu Monica 201110170311420

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015 SKRIPSI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pengaruh Rotasi Audit dan Auditor Spesialisasi Industri terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Dalam proses penelitian ini, peneliti tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak yang terkait dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga tercinta. Mama dan Papah, serta Kakakku satu-satunya, yang telah memberikan dukungan dalam segala hal (walaupun dari jarak jauh). 2. Bapak Djoko Sigit Sayogo, SE., M.Acc., PhD. dan Bapak Drs. Adi

Prasetyo, M.Si, selaku pembimbing skripsi.

3. Bapak Dr. Nazaruddin Malik, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

4. Ibu Dra. Siti Zubaidah, MM., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi.

5. Ibu Dra. Ratna Utami selaku dosen wali dan Bapak Ach. Syaiful Hidayat Anwar, SE., M.Sc., Ak yang juga berperan sebagai dosen wali.

6. Seluruh jajaran dosen program studi Akuntansi.

7. Devi, Lia, El, Asti, Lylin, Alfiyan, dan seluruh penghuni kelas Akuntansi H angkatan 2011 yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu.


(7)

vii

8. Vika, Nunu, Meika, penghuni kos TITU yang menjadi “saksi” penyusunan skirpsi ini.

9. Priyo dan Anggra, “rekan” parttimer TU yang sudah memberikan semangat dan dorongan dengan “cara yang berbeda” dari yang lain.


(8)

viii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diteliti atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Malang, 2 Pebruari 2015

Ayu Monica 201110170311420


(9)

ix DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... vi

PERNYATAAN ORISINALITAS ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRACT ... xiii

ABSTRAKSI ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Batasan Penelitian ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E.Manfaat Penelitian ... 7

II. KAJIAN PUSTKA ... 8

A.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 8

B.Tinjauan Pustaka ... 10

1. Standar Auditing ... 10

2. Beberapa Kebijakan tentang Kualitas Audit ... 12

3. Independensi ... 22

4. Masa Perikatan Jasa (Audit Tenure) dan Rotasi Audit ... 24

5. Spesialisasi Audit ... 25

6. Kualitas Audit ... 27

7. Opini Audit ... 29


(10)

x

III. METODE PENELITIAN ... 39

A.Objek Penelitian ... 39

B.Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 39

C.Populasi dan Sampel ... 41

D.Jenis dan Sumber Data ... 41

E.Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A.Deskripsi Sampel Penelitian 1. Statistik Deskriptif ... 45

B.Analisis Data dan Pembahasan 1. Analisis Data ... 49

a. Overall Test ... 49

b. Analisis Hasil Regresi dan Interpretasi ... 50

c. Overall Model Fit ... 52

2. Pembahasan ... 53

V. PENUTUP ... 55

A.Kesimpulan ... 55

B.Keterbatasan Penelitian ... 56

C.Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Sampel Penelitian... 44

2. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas Sampel ... 45

3. Tabel 4.3 Tabulasi Rotasi Audit ... 45

4. Tabel 4.4 Tabulasi Auditor Spesialisasi Industri ... 46

5. Tabel 4.5 Tabulasi Kualitas Audit ... 47

6. Tabel 4.6 Tabulasi Silang Rotasi Audit-Auditor Spesialisasi Industri 47

7. Tabel 4.7 Tabulasi Silang Rotasi Audit-Kualitas Audit ... 48

8. Tabel 4.8 Tabulasi Silang Auditor Spesialisasi Industri-Kualitas Audit... 48

9. Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 49

10. Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 51


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR


(13)

xiii Daftar Pustaka

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik). Jakarta: Salemba Empat.

Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.

Arens, Alvin A. Randal J Elder, Mark S Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi Jilid 1 Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga.

Arens, Alvin A. Randal J Elder, Mark S Beasley. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi: Pendekatan Terpadu, Jilid 1 Edisi Kesembilan. Jakarta: PT. Indeks.

Balsam, S., J. Krishnan, and J. Young. 2003. Auditor industry specialization and earnings quality. Auditing: A Journal of Practice & Theory 22 (2): 71-97. Boynton, William C. Raymond N. Johnson, Walter G. Kell. 2002. Modern

Auditing, Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.

Chen, kuen-Lin Lin, dan Jian, Choo. 2005. Audit Quality and Earnings Management for Taiwan IPO Firms. Jurnal Auditing Manajemen., Vol. 20, No. 1.

Chrisnoventie, Diajeng. 2012. Pengaruh Ukuran KAP dan Spesialisasi Industri KAP terhadap Kualitas Audit: Tingkat Risiko Litigasi Perusahaan sebagai Variabel Moderasi. Skripsi. Universitas Diponegoro.

DeAngelo, L.E. 1981b. “Auditor Size and Audit Quality”. Journal of Accounting and Economics. December. pp. 183—199.

Ditriani, Karina Ayu. 2013. Pengaruh Audit Tenure, Spesialisasi Auditor, dan Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit.

Dunn, K. A., dan B. W. Mayhew. 2004. Audit Firm Industry Specialization and Client Disclosure Quality. Review of Accounting Studies Vol. 9.

Dyah Putri Widyawati. 2009. Pengaruh Kualitas Audit, Likuiditas, Profitabilitas, dan Auditor Changes terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufakturdi Bursa Efek Indonesia Tahun 2007. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(14)

xiv

Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Erna Widiastuty dan Rahmat . 2010. Pengukuran Audit: Sebuah Esai.

Febriyanti, Ni Made Dewi dan I Made Mertha. 2014. Pengaruh Masa Perikatan Audit, Rotasi KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Ukuran KAP pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.2 (2014): 503-518.

Fitriany, Nur Wahyuni. 2012. Pengaruh Client Importance, Tenure, Dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP. Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2001. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Hartadi, Bambang. 2009. Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Akreditasi No. 110/DIKTI/Kep/2009.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Januarsi, Yeni. 2011. Peran Auditor Spesialis dalam Mengurangi Managemen Laba Akrual dan Managemen Laba Real pada Perioda Sebelum dan Setelah Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002. Skripsi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tahun

2011 Martini. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Budi Luhur.

Mayangsari, S. 2004. Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 7 (2): 154-178.


(15)

xv

---. 2007. The Auditor Tenure and the Quality of Earnings: Is Mandatory Auditor Rotation Useful?. Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanuddin Makassar.

Meriani, Ni Putu, dan Komang Ayu Krisnadewi. 2012. Pengaruh Kondisi Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Auditor pada Pengungkapam Opini Going Concern. Skripsi. Universitas Udayana. Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Nabila. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching. Skripsi. Universitas Diponegoro, eprints.undip.ac.id

Novianti, Nurlita, Sutrisno, Gugus Irianto. 2012. Tenur Kantor Akuntan Publik, Tenur Partner Audit, Auditor Spesialisasi Industri, dan Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi.

Novitasari, Friska. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata. Nuratama ,I Putu. 2011. Pengaruh Tenur dan Reputasi Kantor Akuntan Publik

pada Kualitas Audit dengan Komite Audit sebagai Variabel Moderasi. (Diakses tanggal 3 September 2014).

Nurlita Novianti, Sutrisno, Gugus Irianto. 2012. Tenur Kantor Akuntan Publik, Tenur Partner Audit, Auditor Spesialisasi Industri, dan Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Brawijaya.

Owhoso, V.E., Messier, W. F., dan Linch, J. G. 2002. Error Detection by industry- specialized teams during sequential audit review. Journal of Accounting Research. 40(3), 883-900.

Panjaitan, Clinton Marshall. 2014. Pengaruh Tenure, Ukuran KAP dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal of Accounting Volume 3 Nomor 3 Tahun 2014 Halaman 1-12.

Peraturan Menteri Keuangan No. 17 Tahun 2008. Sarbanes Oxley Act 2002.

Schauer, Paul Christian. 2002. The Effects of Industry Spesialization On Audit Quality: An Examination Using Bid-Ask Spreads. Journal of Accounting and Finance Research.


(16)

xvi

Sinaga, Daud M.T.. 2012. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP dan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar diBEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?. Jurnal Akuntansi STIE Triatma Mulya Badung Bali.

Standar Profesional Akuntan Publik. Standar Auditing Seksi 150. 1994.

Suparlan dan Wuryan Andayani. 2010. Analisis Empiris Pergantian Kantor Akuntan Publik Setelah ada Kewajiban Rotasi Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Suryaningtias, Agustin. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi Universitas Widyatama.

Wibowo, Arie, dan Rossieta, Hilda. 2009. Faktor-Faktor Determinasi Kualitas Audit, Suatu Studi dengan Pendekatan Earning Surprise Benchmark. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi Vol. 12.

Widiastuti. 2012. Pengaruh Perubahan Struktur Kepemilikan Perusahaan terhadap Permintaan Kualitas Auditor pada Ekonomi Transisional. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Widiastuty, Erna dan Rahmat Febrianto. 2010. Pengukuran Kualitas Audit: Sebuah Esai. Jurnal Akuntansi. Universitas Mataram dan Universitas Andalas.

Wiguna, Karina Rahayu. 2012. Pengaruh Tenure Audit terhadap Audit Report Lag dengan Spesialisasi Industri Auditor sebagai Variabel Pemoderasi: Studi pada Bank Umum Konvensional di Indonesia Tahun 2008-2010. Skripsi. Univeristas Indonesia.

Yansen, Michael. 2011. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Yanthi, Merlyana Dwinda, Made Sudarma, M. Achsin. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik. JAMBSP Vol. 8 No. 3 – Juni 2012: 397-417.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998). Para auditor yang melakukan proses audit pada laporan keuangan perusahaan seringkali disebut sebagai auditor independen (Arens dkk, 2003). Menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998), berdasarkan hasil audit laporan keuangan suatu entitas, maka auditor akan menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, dan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hal itu berarti audit laporan keuangan bertujuan untuk menyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksa bebas dari salah saji material dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, sehingga informasi yang diberikan dapat lebih dipercaya untuk pengambilan keputusan.

Menurut Arens dkk (2008), auditor menerima fee dari manajamen perusahaan dalam melakukan audit. Hal itu berarti, auditor pada dasarnya bekerja atas permintaan manajemen perusahaan. Namun, auditor harus tetap memiliki kebebasan yang cukup untuk melakukan audit sesuai dengan standar yang berlaku guna memenuhi kepentingan pihak ketiga (Novitasari, 2004). Dalam hal ini, investor atau pemegang saham sebagai salah satu pihak ketiga, dengan melalui proses audit dapat memperoleh keyakinan mengenai kualitas


(18)

2

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Seperti pernyataan Boynton dkk (2002), bahwa fokus utama audit adalah menyajikan laporan keuangan auditan dan laporan auditor kepada investor, kreditor, dan pengguna lain. Oleh karena itu, independensi yang tinggi harus dimiliki oleh setiap akuntan publik. Sebagaimana yang diatur dalam standar umum auditing kedua, bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor (Agoes, 2012).

Independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada pihak lain (Halim, 2001). Sehingga dalam praktiknya, independensi seharusnya menjadi dasar bagi seorang auditor dalam memberikan jasa auditnya kepada klien. Alasan banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran laporan keuangan karena ekspektasi mereka atas sudut pandang yang tidak bias dari auditor (Arens dkk, 2008). Independensi pernah menjadi alasan runtuhnya salah satu Kantor Akuntan Publik besar, yaitu KAP Arthur Anderson, pada tahun 2001. Dalam kasus tersebut, Andersen melakukan fraud etika audit maupun hukum (www.aicpa.org, diakses tanggal 11 Nopember 2014) dengan perusahaan Enron. Hubungan kerjasama antara Andersen dan Enron sudah terjalin sejak tahun 1985. Masa perikatan yang sedemikian panjang menyebabkan menurunnya independensi oleh Andersen dengan keterlibatannya dalam praktik window dressing yang dilakukan oleh Enron dengan memberikan opini wajar tanpa pengecualian yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan keadaan internal perusahaan Enron.


(19)

3

Kasus Andersen tersebut membuktikan bahwa banyak faktor baik positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas gabungan nilai pasar bahwa yang diberikan auditor yaitu menemukan pelanggaran dalam laporan keuangan dan melaporkan pelanggaran tersebut (deAngelo, 1981). Kualitas audit menunjukkan adanya kecenderungan terdeteksinya suatu kecurangan atau penyimpangan pada laporan keuangan yang diperiksa, seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bahwa audit yang dilakukan oleh auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu (Yansen, 2011). Dalam penelitian ini, kualitas audit diproksikan dengan opini going concern. Seorang auditor akan memberikan opini wajar dengan bahasa penjelasan jika terdapat kondisi yang menyebabkan auditor yakin tentang kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas (Agoes, 2012). Menurut Christiawan dalam Alim, dkk (2007) kualitas audit ditentukan oleh kompetensi dan independensi.

Kasus Andersen merupakan salah satu contoh adanya faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yaitu independensi. Akibat kasus tersebut, muncul peraturan-peraturan mengenai jasa akuntan publik. Pemerintah Amerika Serikat menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan untuk melindungi para investor dengan salah satu ketentuannya adalah membatasi KAP untuk memberikan jasa auditnya jika selama lima tahun berturut-turut jasa audit telah diberikan kepada klien oleh KAP tersebut. Pembatasan pemberian jasa audit kepada klien oleh KAP dengan melakukan pergantian


(20)

4

auditor dalam jangka waktu tertentu disebut dengan rotasi auditor. Peraturan Menteri Keuangan No. 17 Tahun 2008 memberikan syarat untuk merotasi tim audit setelah tiga tahun dan KAP setelah enam tahun. Peraturan tersebut mengindikasikan bahwa segala peraturan yang telah dibuat bertujuan untuk menghasilkan jasa audit yang berkualitas dengan mempertahankan independensi yang dimiliki oleh auditor.

Kemudian, kompetensi juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Menurut Lee dan Stone dalam Elfarini (2007), kompetensi merupakan suatu keahlian yang dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Dalam standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor (Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 150, 1994). Hal itu berarti bahwa seorang auditor harus benar-benar ahli dalam memberikan jasa auditnya, antara lain dengan pemahaman yang memadai atas industri bisnis kliennya sehingga audit yang dihasilkan semakin dapat dipercaya publik karena dilakukan oleh seseorang yang berkompeten di bidangnya. Seperti yang diungkapkan oleh Wiguna (2012), bahwa auditor yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang berfokus pada industri tertentu disebut sebagai auditor spesialis.

Dalam penelitian-penelitian di tingkat Strata 1, Febriyanti dan Mertha (2014) menguji pengaruh masa perikatan audit, rotasi kap, ukuran perusahaan klien, dan ukuran kap pada kualitas audit menunjukkan bahwa rotasi KAP tidak berpengaruh pada kualitas audit. Penelitian tersebut didukung oleh


(21)

5

Nuratama (2011) yang menguji pengaruh tenur dan reputasi kantor akuntan publik pada kualitas audit menunjukkan bahwa tenur atau masa perikatan audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peraturan yang dibuat oleh dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas audit masih belum tercapai. Penelitian Ditriani (2013) menunjukkan bahwa spesialisasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan Januarti (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern, menunjukkan bahwa kualitas auditor dengan menggunakan proksi spesialisasi auditor berpengaruh terhadap opini going concern. Hal tersebut didukung oleh Panjaitan (2014) yang menunjukkan bahwa spesialisasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Dari penelitian-penelitian tersebut, terdapat beberapa pengukuran rotasi audit, yaitu umumnya rotasi diukur dengan menggunakan variabel dummy, yang berarti variabel rotasi audit hanya diukur berdasarkan apakah perusahaan yang menjadi sampel penelitian melakukan rotasi audit atau tidak pada tahun tertentu, tanpa mempertimbangkan apakah perusahaan tersebut telah melakukan rotasi audit pada tahun-tahun sebelumnya dan berapa kali perusahaan tersebut melakukan rotasi audit. Oleh karena itu, dalam penelitian ini rotasi audit diukur berdasarkan frekuensi dilakukannya rotasi Akuntansi Publik/Kantor Akuntan Publik pada suatu perusahaan sejak tahun 2008 atau tahun diberlakukannya peraturan mengenai kewajiban rotasi audit. Sedangkan variabel auditor spesialisasi industri, pada penelitian-penelitian terdahulu


(22)

6

memiliki pengukuran yang berbeda-beda. Menurut Wiguna (2012), hal itu dikarenakan masih belum ada perhitungan mengenai auditor spesialisasi industri yang terbukti paling relevan. Beberapa perhitungan mengenai auditor spesialisasi industri yang digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu, yaitu berdasarkan pangsa pasar perusahaan klien pada industri tertentu (Dunn dan Mayhew, 2004), berdasarkan total aset perusahaan klien (Hogan dan Jeter dalam Wiguna, 2012), dan berdasarkan jumlah klien dalam suatu industri (Balsam et al., 2003). Dalam penelitian ini, auditor spesialisasi industri diukur dengan menggunakan variabel dummy, dengan perhitungan auditor spesialisasi industri berdasarkan jumlah klien dalam suatu industri yang ditunjukkan dalam bentuk prosentase.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rotasi Audit dan Auditor Spesialisasi Industri terhadap Kualitas Audit”.

B. Rumusan Masalah

Apakah rotasi audit dan auditor spesialisasi industri berpengaruh terhadap kualitas audit?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, data populasi dan sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun


(23)

2008-7

2013, namun untuk menguji pengaruh rotasi audit dan auditor spesialisasi industri terhadap kualitas audit hanya terbatas pada tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh rotasi audit terhadap kualitas audit.

2. Menganalisis pengaruh auditor spesialisasi industri terhadap kualitas audit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat untuk berkontribusi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dengan tujuan apakah topik yang dikembangkan masih relevan untuk diteliti. Kontribusi yang dapat diberikan antara lain sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya, selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai suatu kebijakan, terutama mengenai rotasi audit dan spesialisasi audit.


(1)

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Seperti pernyataan Boynton dkk (2002), bahwa fokus utama audit adalah menyajikan laporan keuangan auditan dan laporan auditor kepada investor, kreditor, dan pengguna lain. Oleh karena itu, independensi yang tinggi harus dimiliki oleh setiap akuntan publik. Sebagaimana yang diatur dalam standar umum auditing kedua, bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor (Agoes, 2012).

Independensi berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada pihak lain (Halim, 2001). Sehingga dalam praktiknya, independensi seharusnya menjadi dasar bagi seorang auditor dalam memberikan jasa auditnya kepada klien. Alasan banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan audit eksternal terhadap kewajaran laporan keuangan karena ekspektasi mereka atas sudut pandang yang tidak bias dari auditor (Arens dkk, 2008). Independensi pernah menjadi alasan runtuhnya salah satu Kantor Akuntan Publik besar, yaitu KAP Arthur Anderson, pada tahun 2001. Dalam kasus tersebut, Andersen melakukan fraud etika audit maupun hukum (www.aicpa.org, diakses tanggal 11 Nopember 2014) dengan perusahaan Enron. Hubungan kerjasama antara Andersen dan Enron sudah terjalin sejak tahun 1985. Masa perikatan yang sedemikian panjang menyebabkan menurunnya independensi oleh Andersen dengan keterlibatannya dalam praktik window dressing yang dilakukan oleh Enron dengan memberikan opini wajar tanpa pengecualian yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan keadaan internal perusahaan Enron.


(2)

Kasus Andersen tersebut membuktikan bahwa banyak faktor baik positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas gabungan nilai pasar bahwa yang diberikan auditor yaitu menemukan pelanggaran dalam laporan keuangan dan melaporkan pelanggaran tersebut (deAngelo, 1981). Kualitas audit menunjukkan adanya kecenderungan terdeteksinya suatu kecurangan atau penyimpangan pada laporan keuangan yang diperiksa, seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bahwa audit yang dilakukan oleh auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu (Yansen, 2011). Dalam penelitian ini, kualitas audit diproksikan dengan opini going concern. Seorang auditor akan memberikan opini wajar dengan bahasa penjelasan jika terdapat kondisi yang menyebabkan auditor yakin tentang kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas (Agoes, 2012). Menurut Christiawan dalam Alim, dkk (2007) kualitas audit ditentukan oleh kompetensi dan independensi.

Kasus Andersen merupakan salah satu contoh adanya faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yaitu independensi. Akibat kasus tersebut, muncul peraturan-peraturan mengenai jasa akuntan publik. Pemerintah Amerika Serikat menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan untuk melindungi para investor dengan salah satu ketentuannya adalah membatasi KAP untuk memberikan jasa auditnya jika selama lima tahun berturut-turut jasa audit telah diberikan kepada klien oleh KAP tersebut. Pembatasan pemberian jasa audit kepada klien oleh KAP dengan melakukan pergantian


(3)

auditor dalam jangka waktu tertentu disebut dengan rotasi auditor. Peraturan Menteri Keuangan No. 17 Tahun 2008 memberikan syarat untuk merotasi tim audit setelah tiga tahun dan KAP setelah enam tahun. Peraturan tersebut mengindikasikan bahwa segala peraturan yang telah dibuat bertujuan untuk menghasilkan jasa audit yang berkualitas dengan mempertahankan independensi yang dimiliki oleh auditor.

Kemudian, kompetensi juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Menurut Lee dan Stone dalam Elfarini (2007), kompetensi merupakan suatu keahlian yang dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Dalam standar umum pertama menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor (Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 150, 1994). Hal itu berarti bahwa seorang auditor harus benar-benar ahli dalam memberikan jasa auditnya, antara lain dengan pemahaman yang memadai atas industri bisnis kliennya sehingga audit yang dihasilkan semakin dapat dipercaya publik karena dilakukan oleh seseorang yang berkompeten di bidangnya. Seperti yang diungkapkan oleh Wiguna (2012), bahwa auditor yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang berfokus pada industri tertentu disebut sebagai auditor spesialis.

Dalam penelitian-penelitian di tingkat Strata 1, Febriyanti dan Mertha (2014) menguji pengaruh masa perikatan audit, rotasi kap, ukuran perusahaan klien, dan ukuran kap pada kualitas audit menunjukkan bahwa rotasi KAP tidak berpengaruh pada kualitas audit. Penelitian tersebut didukung oleh


(4)

Nuratama (2011) yang menguji pengaruh tenur dan reputasi kantor akuntan publik pada kualitas audit menunjukkan bahwa tenur atau masa perikatan audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peraturan yang dibuat oleh dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas audit masih belum tercapai. Penelitian Ditriani (2013) menunjukkan bahwa spesialisasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan Januarti (2009) dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern, menunjukkan bahwa kualitas auditor dengan menggunakan proksi spesialisasi auditor berpengaruh terhadap opini going concern. Hal tersebut didukung oleh Panjaitan (2014) yang menunjukkan bahwa spesialisasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Dari penelitian-penelitian tersebut, terdapat beberapa pengukuran rotasi audit, yaitu umumnya rotasi diukur dengan menggunakan variabel dummy, yang berarti variabel rotasi audit hanya diukur berdasarkan apakah perusahaan yang menjadi sampel penelitian melakukan rotasi audit atau tidak pada tahun tertentu, tanpa mempertimbangkan apakah perusahaan tersebut telah melakukan rotasi audit pada tahun-tahun sebelumnya dan berapa kali perusahaan tersebut melakukan rotasi audit. Oleh karena itu, dalam penelitian ini rotasi audit diukur berdasarkan frekuensi dilakukannya rotasi Akuntansi Publik/Kantor Akuntan Publik pada suatu perusahaan sejak tahun 2008 atau tahun diberlakukannya peraturan mengenai kewajiban rotasi audit. Sedangkan variabel auditor spesialisasi industri, pada penelitian-penelitian terdahulu


(5)

memiliki pengukuran yang berbeda-beda. Menurut Wiguna (2012), hal itu dikarenakan masih belum ada perhitungan mengenai auditor spesialisasi industri yang terbukti paling relevan. Beberapa perhitungan mengenai auditor spesialisasi industri yang digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu, yaitu berdasarkan pangsa pasar perusahaan klien pada industri tertentu (Dunn dan Mayhew, 2004), berdasarkan total aset perusahaan klien (Hogan dan Jeter dalam Wiguna, 2012), dan berdasarkan jumlah klien dalam suatu industri (Balsam et al., 2003). Dalam penelitian ini, auditor spesialisasi industri diukur dengan menggunakan variabel dummy, dengan perhitungan auditor spesialisasi industri berdasarkan jumlah klien dalam suatu industri yang ditunjukkan dalam bentuk prosentase.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rotasi Audit dan Auditor Spesialisasi Industri terhadap Kualitas Audit”.

B. Rumusan Masalah

Apakah rotasi audit dan auditor spesialisasi industri berpengaruh terhadap kualitas audit?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, data populasi dan sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun


(6)

2008-2013, namun untuk menguji pengaruh rotasi audit dan auditor spesialisasi industri terhadap kualitas audit hanya terbatas pada tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh rotasi audit terhadap kualitas audit.

2. Menganalisis pengaruh auditor spesialisasi industri terhadap kualitas audit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat untuk berkontribusi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dengan tujuan apakah topik yang dikembangkan masih relevan untuk diteliti. Kontribusi yang dapat diberikan antara lain sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya, selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai suatu kebijakan, terutama mengenai rotasi audit dan spesialisasi audit.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 59 86

Pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 6 75

PENGARUH ROTASI AUDITOR, AUDIT FEE Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2011-

0 5 13

PENGARUH ROTASI AUDITOR, AUDIT FEE, AUDIT Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPerio

0 4 15

BAB I PENDAHULUAN Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2011-2014).

0 4 6

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2011-2014).

0 3 4

PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT FEE Pengaruh Audit Tenure Dan Spesialisasi Auditor Terhadap ((Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 4 19

PENGARUH AUDIT TENURE Pengaruh Audit Tenure Dan Spesialisasi Auditor Terhadap ((Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 3 17

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

PENGARUH ROTASI AUDIT, WORKLOAD, DAN SPESIALISASI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2009-2013

0 0 12