Pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

(1)

LAMPIRAN

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Fee Audit (X2) 123 18.42 25.42 22.1222 1.59497 Audit Tenure (X1) 123 1.00 3.00 1.8130 .81331 Valid N (listwise) 123

Kualitas Audit (Y)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh

KAP the Big Four

91 74.0 74.0 74.0

perusahaan diaudit oleh KAP the Big Four

32 26.0 26.0 100.0

Total 123 100.0 100.0

Rotasi Auditor (X3)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak terjadi rotasi auditor 109 88.6 88.6 88.6

terjadi rotasi auditor 14 11.4 11.4 100.0

Total 123 100.0 100.0

Spesialisasi Auditor (X4)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh

auditor spesialis

97 78.9 78.9 78.9

perusahaan diaudit oleh auditor spesialis

26 21.1 21.1 100.0


(2)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant Step 0 1 141.190 -.959

2 141.014 -1.043

3 141.014 -1.045

4 141.014 -1.045

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 141.014

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant X1 X2 X3 X4

Step 1 1 131.497 -3.572 .145 .100 -.496 .917 2 130.123 -4.703 .188 .140 -.948 1.067 3 130.063 -4.826 .191 .145 -1.153 1.080 4 130.063 -4.827 .191 .145 -1.175 1.080 5 130.063 -4.827 .191 .145 -1.175 1.080

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 141.014

d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 10.951 4 .027

Block 10.951 4 .027

Model 10.951 4 .027

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 130.063a .085 .125

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.


(3)

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.918 8 .206

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .191 .277 .476 1 .490 1.211

X2 .145 .146 .994 1 .319 1.156

X3 -1.175 1.097 1.148 1 .284 .309

X4 1.080 .479 5.093 1 .024 2.945

Constant -4.827 3.212 2.259 1 .133 .008 a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4.

Correlation Matrix

Constant X1 X2 X3 X4 Step 1 Constant 1.000 .025 -.982 -.143 .032

X1 .025 1.000 -.195 .176 .107 X2 -.982 -.195 1.000 .095 -.093 X3 -.143 .176 .095 1.000 .071 X4 .032 .107 -.093 .071 1.000

Lampiran Data

Nama Perusahaa

n Tahun

Kualitas Audit (Y)

Audit Tenure (X1)

Fee Audit (X2)

Rotasi Auditor (X3)

Spesialisasi Auditor (X4)

APLN 2012 1 1 23.04 0 0

2013 1 2 22.9 0 0

2014 1 3 23.12 0 0

ASRI 2012 0 1 23.75 0 0

2013 0 2 23.75 0 0

2014 0 3 23.94 0 0

BAPA 2012 0 1 20.36 0 0


(4)

2014 0 2 19.76 0 0

BCIP 2012 0 1 20.32 0 0

2013 0 2 19.45 0 0

2014 0 3 18.47 0 0

BEST 2012 0 1 19.82 0 0

2013 0 2 20.78 0 0

2014 0 3 22.95 0 0

BIPP 2012 0 1 21.74 0 1

2013 0 2 21.71 0 1

2014 0 1 20.74 1 0

BKDP 2012 0 1 21.84 0 0

2013 0 2 20.73 0 0

2014 0 3 20.93 0 0

BKSL 2012 0 1 22.77 0 0

2013 0 2 25.2 0 0

2014 0 3 24.3 0 0

BSDE 2012 0 1 24.95 0 1

2013 0 2 24.59 0 1

2014 0 3 24.47 0 1

COWL 2012 0 1 22.21 0 0

2013 0 1 23.01 1 0

2014 0 1 23.13 1 0

CTRA 2012 1 1 23.24 0 0

2013 1 2 23.45 0 0

2014 1 3 22.47 0 0

CTRP 2012 1 1 22.31 0 0

2013 1 2 22.33 0 0

2014 1 3 23.02 0 0

CTRS 2012 1 1 21.73 0 0

2013 1 2 22.27 0 0

2014 1 3 22.11 0 0

DART 2012 1 1 21.89 0 0

2013 1 2 22.55 0 0

2014 1 3 22.35 0 0

DILD 2012 0 1 22.24 0 1

2013 0 2 22.63 0 1

2014 0 3 22.88 0 1

DUTI 2012 0 1 24.06 0 1

2013 0 2 24.36 0 1

2014 0 3 24.85 0 1


(5)

2013 0 2 24.16 0 0

2014 0 3 24.91 0 0

EMDE 2012 0 1 21.93 0 0

2013 0 2 21.79 0 0

2014 0 1 22.28 1 0

GMTD 2012 0 1 20.43 0 0

2013 0 2 20.31 0 0

2014 0 1 20.76 1 0

GPRA 2012 0 1 21.6 0 1

2013 0 1 21.56 1 1

2014 0 2 21.59 0 1

GWSA 2012 0 1 22.64 0 1

2013 1 1 22.33 1 0

2014 1 2 22.01 0 0

JRPT 2012 0 1 22.74 0 0

2013 0 2 23.05 0 0

2014 0 3 23.68 0 0

KIJA 2012 0 1 23.53 0 0

2013 0 2 23.42 0 0

2014 0 3 23.44 0 0

LAMI 2012 0 1 19.71 0 0

2013 0 2 19.85 0 0

2014 0 3 19.89 0 0

LCGP 2012 0 1 20.17 0 0

2013 0 1 19.41 1 0

2014 0 1 21.81 1 0

LPCK 2012 0 1 20.88 0 0

2013 0 2 21.39 0 0

2014 0 3 21.83 0 0

LPKR 2012 0 1 24.72 0 0

2013 0 2 24.89 0 0

2014 0 3 25.42 0 0

MDLN 2012 0 1 23.15 0 0

2013 0 2 25.04 0 0

2014 0 3 24.39 0 0

MKPI 2012 0 1 20.22 0 0

2013 0 2 20.12 0 0

2014 0 3 20.22 0 0

MTLA 2012 1 1 21.61 0 0

2013 1 2 21.9 0 0


(6)

MTSM 2012 0 1 20.49 0 0

2013 0 1 19.73 1 0

2014 0 1 20.52 1 0

NIRO 2012 0 1 21.37 0 0

2013 0 2 22.53 0 0

2014 0 3 23.07 0 0

OMRE 2012 1 1 21.6 0 0

2013 1 2 21.84 0 0

2014 1 3 22.07 0 0

PLIN 2012 1 1 22.87 0 0

2013 1 2 23.03 0 0

2014 1 3 23.29 0 0

PUDP 2012 0 1 19.73 0 0

2013 0 2 19.86 0 0

2014 0 3 19.64 0 0

PWON 2012 1 1 22.48 0 0

2013 1 2 23.38 0 0

2014 1 3 23.33 0 0

RBMS 2012 0 1 18.42 0 0

2013 0 2 18.84 0 0

2014 0 1 19.73 1 0

RODA 2012 0 1 21.26 0 1

2013 0 2 21.09 0 1

2014 0 3 21.44 1 0

SCBD 2012 0 1 23.09 0 1

2013 0 2 23.85 0 1

2014 0 3 23.24 0 1

SMDM 2012 0 1 20.73 0 0

2013 0 2 21.25 0 0

2014 0 3 21.55 0 0

SMRA 2012 1 1 22.9 0 0

2013 1 2 22.88 0 0


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley, 2008.Auditing And Assurance Service: An Integrated Approach. 12th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Arens, Lobbecke, 2000. Auditing Terjemahan:Amir Abadi Jusuf Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, Jakarta.

Astuti, Windi, 2015. “Analisis Penagaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia”.

Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Athoi, Muhammad, 2015. “Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, Dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan UjianKomprehensif Program Strata Satu

(S1), Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. 2011.

Chariri, J.H., 2014. “Pengaruh Tenure, Ukuran KAP, dan Spesialisasi Auditor

Terhadap Kualitas Audit”. Program Sarjana Akuntansi, Jurusan Akuntansi

Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi.

Dalimunthe, Mhd. Fuadi, 2015. “Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, Dan Independensi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

DeAngelo, L. E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal Of Accounting and Economics, Vol. 3, Page: 183-199.

Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Keempat Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang..

Halim, Abdul, 2015. Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan, Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Hatadi, Bambang, 2012. “Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit Di Bursa Efek Indonesia”.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Volume 16, No. 1, hal 84-103.

Indrawati, Ph. D., 2015. Metode Penelitian Manajemen Dan Bisnis Konvergensi Teknologi Komunikasi Dan Informasi, PT Refika Aditama, Bandung.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008.Surat Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 Tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit.


(8)

Jackson, A.B., M. Moldrich, dan P. Roebuck. 2008. Mandatory Audit Firm Rotation and Audit Quality. “Managerial Auditing Journal, Vol 23, No. 5, pp. 420-437.

Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 tentang adanya rotasi wajib (mandatory).

Kurniasih, Margi, 2014. “Pengaruh Audit Fee, Audit Tenure, Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit”. Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014.

Myers, J., Myers, A. And Omer, T.C, 2003. “Exploring The Term Of The Auditor-Client Relationship and The Quality Of Earnings: A Case For Mandatory Auditor Rotation?”.The Accounting Review 78, h: 779-800.

Nadeak, Ebnasus LBM, 2015. “Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit, dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Pakpahan, Rimmaniar, 2016. “Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI 2012-2014”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Sartika, Maya, 2015. “Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Sugiyono, 2010.“Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Sukrisno, Agoes, 2012. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh KAP, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta.


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kausal. Menurut Sugiyono (2010:30) penelitian kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).

Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah audit tenure, audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor. Sedangkan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data-data laporan keuangan tahunan yang telah di audit pada Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui

website real estate dan

property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI) dari tahun 2012 sampai 2014. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai dengan Juli 2016.

3.3. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini dibuat agar tujuan penelitian ini dapat tercapai. Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:


(10)

1. Variabel yang teliti diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas audit. Variabel tersebut adalah audit tenure, audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor.

2. Penelitian yang digunakan adalah perusahaan real estate dan property

pada periode 2012-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi tentang penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Dalam penelitian ini definisi operasional yang digunakan meliputi variabel audit tenure,

audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor.

3.4.1. Variabel Dependen

Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Kualitas audit merupakan kemampuan auditor untuk menemukan dan menggungkapkan kesalahan atau kekeliruan yang terdapat pada sistem akuntansi klien. Kualitas audit diproksikan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik, Kantor Akuntan Publik yang besar (KAP big Four) dianggap memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan Kantor Akuntan Publik non Big Four, karena mereka dituntut untuk bisa menjaga reputasinya.


(11)

3.4.2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah audit tenure,

audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor.

Audit tenure merupakan masa perikatan audit ditentukan dengan

melihat laporan keuangan yang di audit selama tiga tahun berturut-turut yaitu dimulai dari tahun 2012 sampai 2014.Semakin panjang masa perikatan antara klien dan auditor membuat adanya kedekatan emosional antara klien dan auditor sehingga mampu mengurangi tingkat objektifitas auditor dalam melaksanakan kegiatan auditnya.

Audit tenure merupakan masa perikatan auditor yang memberikan

jasa audit dengan jangka waktu yang telah disepakati terhadap kliennya.Audittenure dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2014) yaitu dengan menggunakan skala interval sesuai dengan lamanya hubungan auditor dari KAP dengan perusahaan.

AuditTenure diukur dengan cara menghitung jumlah tahun perikatan dimana auditor dari KAP yang sama melakukan perikatan audit terhadap auditee, tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya. Informasi ini dilihat di laporan auditor independen selama beberapa tahun untuk memastikan lamanya auditor KAP yang mengaudit perusahaan tersebut.


(12)

Fee audit merupakanfee yang diterima oleh auditor yang berasaldaripembayaranfee olehmanajemen (Hartadi, 2012). Data tentangfee

audit diproksikanolehakunprofessional fees yang

terdapatdalamlaporankeuangan pada real estatedan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang selanjutnya variable fee audit inidiukurdenganmenggunakanlogaritma natural dari data

atasakunprofessional fees.

Dasarpengambilankeputusaniniadalahbelumtersedianya data tentangfee

audit dikarenakanpengungkapan data tentangfee audit di Indonesia

masihberupavoluntary disclosure(pengungkapan sukarela),

sehinggabelumbanyakperusahaan yang mencantumkan data tersebut di dalamannual report.

Rotasi audit merupakan pergantian kantor akuntan publik dimana akuntan publik di Indonesia hanya dapat mengaudit laporan keuangan perusahaan maksimal tiga tahun berturut-turut. Oleh karena itu, variabel rotasi audit mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniasi (2014) yaitu rotasi audit diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai 1 jika terjadi rotasi auditor; nilai 0 jika tidak terjadi rotasi auditor.

Spesialisasi auditor diukur dengan kemungkinan bahwa perusahaan sampel menggunakan KAP spesialisasi industri atau tidak.Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy.Nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh auditor spesialis, dan 0 jika perusahaan di audit oleh auditor non spesialis. Pemilihan KAP didasarkan semakin banyak KAP berkerja


(13)

sama dengan perusahaan-perusahaan dengan aset yang tinggi pada suatu industri, maka disebut KAP spesialis dalam industri tersebut. Pengukuran spesialisasi dengan melihat market share (pangsa pasar) minimal 10% dari jumlah klien perusahaan yang diaudit suatu KAP pada industri tertentu.

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1.

Skala Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian

Indikator Skala Pengukuran Variabel Dependen

Kualitas Audit Ukuran kantor

Akuntan Publik (KAP)

Nominal Jika perusahaan

diaudit oleh KAP

the Big 4 = 1, jika diaudit oleh non-Big 4 = 0

Variabel Independen

Audit Tenure Lamanya

hubungan kerja sama antara auditor dan klien

Interval Jumlah tahun

auditor melakukan perikatan dengan perusahaan yang sama, tahun periode perikatan pertama dimulai dengan angka 1 dan ditambah angka 1

Audit Fee Data tentang fee

audit diproksikan oleh akun professional fees yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan real

Logaritma Natural

Audit ini diukur dengan

menggunakan

logaritma natural dari data atas akun


(14)

estate dan

property.

Rotasi Auditor Rotasi audit

diukur dengan menggunakan

variabel dummy

Nominal Diukur dengan

menggunakan variabel dummy

yaitu nilai 1 jika terjadi rotasi auditor; nilai 0 jika tidak terjadi rotasi auditor.

Spesialisasi Auditor Diukur dengan

kemungkinan bahwa perusahaan sampel

menggunakan KAP spesialisasi industri atau tidak

Nominal Variabel ini diukur dengan

menggunakan variabel dummy.

Nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh auditor spesialis, dan 0 jika perusahaan di audit oleh auditor non spesialis.

Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2016)

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, benda-benda yang menarik peneliti untuk ditelaah. Populasi yang dipilih peneliti untuk ditelaah akan menjadi pembatas dari hasil penelitian yang diperoleh. Artinya, penelitian hanya akan berlaku pada populasi yang dipilih. Seorang peneliti hanya dapat menyimpulkan hasil penelitiannya untuk populasi yang telah dipilihnya (Indrawati, 2015). Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perushaan

real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 sampai 2014. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 49.

Sampel adalah anggota populasi yang terpilih untuk dilibatkan dalam penelitian, baik untuk diamati, diberi perlakuan, maupun dimintai pendapat


(15)

tentang yang sedang diteliti. Penelitian jarang mengambil seluruh anggota populasi untuk diteliti karena biasanya jumlah anggota populasi akan memerlukan dana, waktu, dan energi yang sangat banyak (Indrawati, 2015).

Metode pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling.

Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang disesuaikan dengan

tujuan dan kriteria penelitian. Kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

1. Merupakan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.

2. Menerbitkan Laporan Keuangan yang telah diaudit selama periode penelitian 2012-2014.

3. Mempunyai informasi data yang diperlukan untuk penelitian.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka penelitian memperoleh sampel sebanyak 41 perusahaan real estate dan property yang menjadi sampel penelitian adalah 123 unit yaitu 41perusahaan x 3 tahun. Alasan peneliti memilih perusahaan

real estate dan property karena perusahaan real estate dan property belum banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya.

Tabel. 3.2.

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No. Kriteria Jumlah Pelanggaran

Kriteria Akumulasi 1.

Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(16)

2.

Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang telah

diaudit tahun 2012-2014 (5) 44

3.

Mempunyai informasi data yang diperlukan untuk penelitian

(3) 41

Jumlah 41

Sumber: Hasil Olahan Peneliti (2016)

Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling, maka emiten yang lolos di uji terdapat pada tabel daftar populasi dan sampel penelitian perusahaan real estate dan property yang ditunjukkan dalam tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel. 3.3.

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No. Kode Saham

Nama Emiten (Perusahaan Publik)

Kriteria Sampel yang memenuhi

3 kriteria

1 2 3

1. APLN Agung Podomoro Land Tbk    

2. ASRI Alam Sutera Reality Tbk    

3. BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk    

4. BCIP Bumu Citra Permai Tbk    

5. BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk    

6. BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk  X  X

7. BIPP Bhuawanatala Indah Permai Tbk    

8. BKDP Bukit Darmo Property Tbk    

9. BKSL Sentul City Tbk

(d.h Bukit Sentul Tbk)    

10. BSDE Bumi Serpong Damai Tbk    

11. COWL Cowell Development Tbk    

12. CTRA Ciputra Development Tbk    

13. CTRP Ciputra Property Tbk    

14. CTRS Ciputra Surya Tbk    

15. DART Duta Anggada Realty Tbk    


(17)

17. DMAS Puradelta Lestari Tbk  X  X

18. DUTI Duta Pertiwi Tbk    

19. ELTY Bakrieland Development Tbk    

20. EMDE Megapolitan Development Tbk    

21. FMII Fortune Mate Indonesia    X

22. GAMA Gading Development Tbk    X

23. GMTD Goa Makassar Tourism

Development Tbk    

24. GPRA Perdana Gapura Prima Tbk    

25. GWSA Greenwood Sejahtera Tbk    

26. JRPT Jaya Real Property Tbk    

27. KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk    

28. LAMI Lamicitra Nusantara Tbk    

29. LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk

(d.h Laguna Cipta Griya Tbk)    

30. LPCK Lippo Cikarang Tbk    

31. LPKR Lippo Karawaci Tbk    

32. MDLN Modernland Realty Tbk    

33. MKPI Metropolitan Kentjana Tbk    

34. MMLP Mega Manunggal Property Tbk  X  X

35. MTLA Metropolitan Land Tbk    

36. MTSM Metro Realty Tbk    

37. NIRO Nirvana Development Tbk    

38. OMRE Indonesia Prima Property Tbk    

39. PPRO PP Properti Tbk  X  X

40. PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk    

41. PUDP Pudjiati Prestige Tbk    

42. PWON Pakuwon Jati Tbk    

43. RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk    

44. RDTX Roda Vivatex Tbk    X

45. RODA Pikko Land Development Tbk    

46. SCBD Dadanayasa Arthatama Tbk    

47. SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk    

48. SMRA Summarecon Agung Tbk    

49. TARA Sitara Propertimdo Tbk  X  X


(18)

3.7. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Dimana data sekunder ini diperoleh dari website

laporan keuangan tahunan yang telah diaudit pada perusahaan real estate dan

property di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdaftar sebelum tahun 2012.

Penelitian ini mengolah data laporan keuangan perusahan real estate dan property

dari tahun 2012 sampai tahun 2014.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu proses perolehan dokumen dengan mengumpulkan, mencatat serta mempelajari dokumen-dokumen dan data-data sekunder yang berupa laporan keuangan auditan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sedangkan untuk telah pustaka diperoleh dari penelitian dan literatur lain.

3.9. Teknik Analisis

Tujuan dari analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang terkandung didalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan masalah.Pengujian hipotesis juga menggunakan analisis regresi logistik (Iogistic Regression).

Menurut Ghozali (2011) logistic regression sebenarnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu menguji apakah probabilitas variabel terikat dapat


(19)

diprediksi dengan variabel bebasnya. Dalam analisis regresi logistik (Iogistic Regression) tidak memerlukan uji asumsi multivariate normal distribution karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik).

Alasan menggunakan regresi logistik adalah variabel dependen merupakan variabel dummy, yaitu hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau angka 1. Tahapan analisis regresi logistik (Iogistic Regression) diantaranya dilakukan pengujian kelayakan model regresi, menilai kelayakan model regresi (Goodness of Fit Test), menilai model fit (Overall Model Fit), uji regresi. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini. Berikut ini penjelasan mengenai metode analisis dalam penelitian ini.

3.9.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum (Ghozali, 2011).

3.9.2. Uji Asumsi Multikolinearitas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolinearitasmerupakan situasi


(20)

adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya.

3.9.3. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis Logistic Regression (Regresi Logistik). Regresi Logistik digunakan karena variabel dependen dalam penelitian ini merupakan variabel

dichotomus yaitu variabel yang pengukurannya terdiri dari dua kategori

(Kurniasih, 2014).

3.9.4. Analisis Regresi Logistik

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitas audit yang dihasilkan dari ukuran KAP Big Four dengan KAP non

Big Four. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

fee audit, audit tenure, dan rotasi audit. Variabel independen tersebut merupakan campuran antara variabel metrik dan non-metrik sehingga Regresi Logistik digunakan. Model Regresi Logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: Kurniasih (2014)

Keterangan:

Kualitas = Kualitas Audit (variabel dummy, 1 jika diaudit oleh KAP

Big Four, 0 Jika diaudit oleh KAP non Big Four). ��������= �+�1 ��� +�2���+�3��+�4��+�


(21)

α = Konstanta

b = Koefisien Model Regresi

TEN = Audit Tenure

FEE = Audit Fee

RA = Rotasi Auditor (variabel dummy, 1 jika melakukan rotasi, 0 jika tidak melakukan rotasi)

SA = Spesialisasi Auditor (variabel dummy, 1 jika diaudit KAP spesialis dan 0 jika tidak diaudit KAP non spesialis)

e = Residual error.

3.9.5. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit

Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat diaktakan fit). Jika nilai

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit test statistic sama dengan atau

kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit

model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2011).

3.9.6. Overall Fit Model

Untuk menilai keseluruhan model (overall model fit) dengan menggunaan Log likehood value yaitu dengan membandingkan antara -2


(22)

Log Likehood pada saat model hanya memasukkan konstanta dengan nilai

-2 Log Likehood (block number = 0) dengan pada saat model memasukkan

konstanta dan variabel bebas (block number = 1). Apabila nilai -2 Log Likehood (block number = 0) > nilai -2 Log Likehood (block number = 1),

maka keseluruhan model menunjukkan model regresi yang baik. Penurunan -2Log Likehood menunjukkan model semakin baik (Ghozali, 2009).

3.9.7. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi variabel dependen. Nagelkerke R Square merupakan

modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya yang bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya kemudian diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2011).

3.9.8. Menguji Koefisien Regresi

Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap hasil kualitas audit. koefisien regresi logistik dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (probability value). Tingkat

signifikansi (α) yang digunakan sebesar 10% (0,1). Kriteria penerimaan dan


(23)

p-value > α, maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p-value < α,


(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel audit tenure dan spesialisasi auditor. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Fee Audit 123 18.42 25.42 22.1222 1.59497 Audit Tenure 123 1.00 3.00 1.8130 .81331 Valid N (listwise) 123

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui audit tenure minimum adalah 1,00 sedangkan nilai audit tenuremaksimum adalah 3,00.Diketahui nilairata-rata (mean) audit tenure dari tahun 2012-2014 adalah 1,8130, dan standar deviasinya adalah 0,81331. Diketahui fee audit minimum adalah 18,42, sedangkan fee auditmaksimum adalah 25,42. Diketahui nilai rata-rata (mean) fee audit dari tahun 2012-2014 adalah 22,1222, dan standar deviasinya adalah 1,59497.


(25)

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kualitas Audit Kualitas Audit (Y)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh

KAP the Big Four

91 74.0 74.0 74.0

perusahaan diaudit oleh KAP the Big Four

32 26.0 26.0 100.0

Total 123 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui kualitas audit yang termasuk ke dalam kategori perusahaan tidak diaudit oleh KAP the Big Four dari tahun 2012-2014sebanyak 91 perusahaan (74%), sementara yang termasuk ke dalam kategori perusahaan diaudit oleh KAP the Big Four dari tahun 2012-2014sebanyak 32 perusahaan (26%).

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Rotasi Auditor Rotasi Auditor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak terjadi rotasi auditor 109 88.6 88.6 88.6

terjadi rotasi auditor 14 11.4 11.4 100.0

Total 123 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui perusahaanyang tidak terjadi rotasi auditor dari tahun 2012-2014 sebanyak 109 perusahaan (88,6%), sementara perusahaan yang terjadi rotasi auditor dari tahun 2012-2014 sebanyak 14 perusahaan (11,4%). Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui perusahaanyang tidak diaudit oleh auditor spesialis dari tahun 2012-2014 sebanyak 97 perusahaan (78,9%), sementara perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis dari tahun 2012-2014 sebanyak 26 perusahaan (21,1%).


(26)

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Spesialisasi Auditor Spesialisasi Auditor

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid perusahaan tidak diaudit oleh

auditor spesialis

97 78.9 78.9 78.9

perusahaan diaudit oleh auditor spesialis

26 21.1 21.1 100.0

Total 123 100.0 100.0

4.2. Uji Asumsi Multikolinearitas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya.Multikolinearitasmerupakan situasi adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya.Dalam penelitian ini,gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi.Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi Correlation Matrix

X1 X2 X3 X4

Step 1

X1 1.000 -.195 .176 .107

X2 -.195 1.000 .095 -.093

X3 .176 .095 1.000 .071

X4 .107 -.093 .071 1.000

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa korelasi antara audit tenure(X1) dan fee audit(X2) sebesar -0,195, korelasi audit tenure(X1) dan rotasi auditor(X3) sebesar 0,176, korelasi antara audit tenure(X1) dan spesialisasi


(27)

auditor(X4) sebesar 0,107, dan seterusnya. Dari hasil pengujian pada Tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen. Gejala multikolinearitas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0,90 (Ghozali, 2006:91). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa lolos dari uji gejala multikolinieritas.

4.3. Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test)

Uji ini digunakan untuk melihat model yang telah dihipotesiskan telah fit

atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block number=0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (block number=1). Nilai -2log likelihood awal pada block number =0, dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal) Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant Step 0 1 141.190 -.959

2 141.014 -1.043

3 141.014 -1.045

4 141.014 -1.045

Nilai -2 log likelihood akhir pada block number = 1, dapat dilihat pada Tabel 4.7. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa -2 log likelihood awal pada block

number = 0, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat

pada step 4, memperoleh nilai sebesar 141,014. Kemudian pada Tabel 4.7 dapat dilihat nilai -2 LL akhir dengan block number =1, nilai -2log likelihood pada


(28)

step 1 iterasi 5 adalah 130,063.Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (

initial-2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir)

menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu audit tenure, fee audit, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor,ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit dalam penelitian ini.

Tabel 4.7 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir) Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

AUDIT

TENURE FEE AUDIT

ROTASI AUDITOR

SPESIALIS ASI AUDITOR Step 1 1 131.497 -3.572 .145 .100 -.496 .917

2 130.123 -4.703 .188 .140 -.948 1.067 3 130.063 -4.826 .191 .145 -1.153 1.080 4 130.063 -4.827 .191 .145 -1.175 1.080 5 130.063 -4.827 .191 .145 -1.175 1.080

Tabel 4.8 Menguji Model Fit

Nilai -2Loglikelihood

Keterangan Awal Akhir

141,014 130,063

Adanya penurunan nilai antara -2LL awal (initial-2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan

fit, artinya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu audit tenure, fee audit, rotasi auditor, danspesialisasi auditor, ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit dalam penelitian ini.


(29)

4.4. Menguji Kelayakan Model Regresi

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakangoodness of fitness test yang diukur berdasarkan nilai Chi-Square

pada Tabel Hosmer and Lemeshow Test (Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10.918 8 .206

Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui nilai statistik Chi-Square adalah 10,918.

Gambar 4.1 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel

Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui nilai Chi-Square tabel bernilai 15,507. Untuk menentukan apakah model layak atau tidak, maka dapat diketahui dengan

membandingkan nilai statistik Chi-square terhadap Chi-Square Tabel.

����������� −����� ℎ��2 ≤ �������2 ,���� ����������.

����������� −����� ℎ��2 >


(30)

Perhatikan bahwa karena nilai statistik Chi-Square (10,918) lebih kecil dibandingkan nilai Chi-Square Tabel(15,507), maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.

Tabel 4.10 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Chi-Square

Chi Square Hitung

Chi Square

Tabel Keterangan

10,918 15,507

Perhatikan bahwa karena nilai statistik Chi-Square

(10,918) lebih kecil dibandingkan nilai Chi-Square

Tabel(15,507), maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.

Untuk menentukan apakah model layak atau tidak, juga dapat diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dari uji Hosmer-Lemeshow/Pearson Chi-square

terhadap tingkat signifikansi yang digunakan.

��������������������� ≥ �������������������,��������������.

���������������������<�������������������,��������������������.

Berdasarkan Tabel 4.11, diketahui nilai probabilitas atau Sig. sebesar 0,206. Perhatikan bahwa karena nilai probabilitas (0,206) lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi(0,05), maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.

Tabel 4.11 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Sig.

Sig. Tingkat Signifikansi Keterangan

0,206 0,05

Perhatikan bahwa karena Sig. (0,206) lebih besar dibandingkan 0,05, maka disimpulkan bahwa model cukup layak dalam mencocokkan/fit data.


(31)

4.5. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Dalam regresi logistik, dapat digunakan statistik Nagelkerke’s 2untuk mengukur kemampuan model regresi logistik dalam mencocokkan atau menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai statistik dari Nagelkerke’s 2dapat diinterpretasikan sebagai suatu nilai yang mengukur kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan atau menerangkan variabel tak bebas. Tabel 4.12 menyajikan nilai statistik dari Nagelkerke’s 2.

Tabel 4.12Nagelkerke R Square Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 130.063a .085 .125

Berdasarkan Tabel 4.12, nilai statistik Nagelkerke R Square 0,125. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai kemampuan audit tenure, fee audit, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor,dalam mempengaruhi kualitas audit sebesar 12,5%, sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain.

4.6. UjiSignifikansi Model secara Simultan

Tabel Omnibus Tests of Model Coefficients (Tabel 4.13) berfungsi untuk melihat hasil pengujian secara simultan pada regresi logistik, yakni melihat pengaruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama (simultaneously) terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.13, diperoleh nilai probabilitas (Sig.) 0,027. Karena nilai probabilitas (0,027) lebih kecil dari 0,05, maka


(32)

disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik, terhadap kualitas audit.

Tabel 4.13 Uji Signifikansi Model secara Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 10.951 4 .027

Block 10.951 4 .027

Model 10.951 4 .027

4.7. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji Wald)

Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji � digunakan untuk menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi logistik, uji signifikansi pengaruh parsial dapat diuji dengan uji Wald.Dalam uji Wald, statistik yang diuji adalah statistik Wald (Wald statistic).Nilai statistik dari uji Wald berdistribusi chi-kuadrat.

Pengambilan keputusan terhadap hipotesisdapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan nilai probabilitas dari uji Wald. Berikut aturan pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan nilai probabilitas.

���������������������

≥ �������������������,�0������������1�������.

���������������������


(33)

Tabel 4.14 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a X1 .191 .277 .476 1 .490 1.211

X2 .145 .146 .994 1 .319 1.156

X3 -1.175 1.097 1.148 1 .284 .309

X4 1.080 .479 5.093 1 .024 2.945

Constant -4.827 3.212 2.259 1 .133 .008 a. Variable(s) entered on step 1: AUDIT TENURE, FEE AUDIT, ROTASI AUDITOR, SPESIALISASI AUDITOR.

�� : Audit Tenure Berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan Tabel 4.14, nilai probabilitas (Sig.) dari audit tenure adalah0,490, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit tenuretidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.

�� : Audit FeeBerpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan Tabel 4.14, nilai probabilitas (Sig.) dari fee audit adalah0,319, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit fee tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.

�� : Rotasi AuditorBerpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan Tabel 4.15, nilai probabilitas (Sig.) dari rotasi auditor adalah 0,284, yakni lebih besar dari 0,05, maka rotasi auditortidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.


(34)

Berdasarkan Tabel 4.15, nilai probabilitas (Sig.) dari spesialisasi auditor adalah 0,024, yakni lebih besar dari 0,05, maka spesialisasi auditor berpengaruh signifikan (signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%.

4.8. Hasil dan Pembahasan

4.8.1. Hubungan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit

Secara parsialvariabel audit tenure menunjukkan nilai probabilitas (Sig.) dari audit tenure adalah0,490, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit tenuretidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Hasil penelitian ini konsiten dengan penelitian Dalimunthe (2015), dimana terdapat hubungan postif tetapi tidak singnifikan antara audit tenure dengan kualitas audit.

Hasil penelitian tersebut juga mendukung penelitian milik Sartika (2015) yang tidak menemukan pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit. Dengan hasil penelitian ini bahwa lamanya masa perikatan audit bukanlah menjadi acuan bahwa hasil audit akan berkualitas. Lamanya masa perikatan audit antara auditor dengan klien, seharusnya kantor akuntan publik lebih mengerti kondisi perusahaan klien sehingga tau jika klien ingin memanipulasi laporan keuangan, tetapi karena masa perikatan yang lama juga kantor akuntan publik merasa percaya dengan klien


(35)

sehingga tidak mengembangkan strategi prosedur audit yang digunakan dan menurunkan kualitas audit.

4.8.2. Hubungan Audit Fee dengan Kualitas Audit

Secara parsial variabel audit fee menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dariaudit fee adalah0,319, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit fee tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2014), dimana audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin besar biaya yang dikeluarkan maka semakin berkualitas hasil auditnya.

4.8.3. Hubungan Rotasi Auditor dengan Kualitas Audit

Secara parsial variabel rotasi auditor menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dari rotasi auditor adalah 0,284, yakni lebih besar dari 0,05, maka rotasi auditortidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2016) dimana variabel rotasi auditor/KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Namun penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Astuti (2015) dan Kurniasih (2014) dimana rotasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.


(36)

Pengaruh rotasi auditor terhadap kualitas audit yang dilakukan oleh beberapa penelitian memiliki hasil penelitian yang berbeda. Maka, rotasi auditor tidak dapat menjadi acuan/patokan dalam menentukan hasil audit yang bekualitas (Kualitas Audit).

4.8.4. HubunganSpesialisasi Auditor dengan Kualitas Audit

Secara parsial variabel spesialisasi auditor dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dari spesialisasi auditor adalah 0,024, yakni lebih besar dari 0,05, maka spesialisasi auditor berpengaruh signifikan (signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian Dalimunthe (2015), auditor industry spesializatio/spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor dikatakan spesialis apabila telah menguasai pangsa pasar sebesar 10%. Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Athoi (2015) mengatakan bahwa spesialisasi auditor tidak bepengaruh terhadap kualitas audit.

4.8.5. Hubungan Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan pengaruhAudit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit, diketahui nilai probabilitas dari uji simultan Omnibus Tests


(37)

of Model Coefficients 0,027, yakni lebih kecil dari 0,05, disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik, terhadap kualitas audit. Nilai statistik

Nagelkerke R Square 0,125. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai

kemampuan audit tenure, fee audit, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor, dalam mempengaruhi kualitas audit sebesar 12,5%, sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Sesuai dengan adanya perumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh audit tenure, audit fee, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor terhadap kualitas audit pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial maupun simultan, dan pembahasan maka dapat disimpulkan:

1. Secara parsialvariabel audit tenure menunjukkan nilai probabilitas (Sig.) dari audit tenure adalah0,490, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit tenuretidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Hasil penelitian ini konsiten dengan penelitian Dalimunthe (2015), dimana terdapat hubungan postif tetapi tidak singnifikan antara audit tenure dengan kualitas audit.

2. Secara parsial variabel audit fee menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dari audit fee adalah0,319, yakni lebih besar dari 0,05, maka audit fee tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2014), dimana audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit.


(39)

3. Secara parsial variabel rotasi auditor menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dari rotasi auditor adalah 0,284, yakni lebih besar dari 0,05, maka rotasi auditor tidak berpengaruh signifikan (tidak signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2016) dimana variabel rotasi auditor/KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

4. Secara parsial variabel spesialisasi auditor dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas (Sig.) dari spesialisasi auditor adalah 0,024, yakni lebih besar dari 0,05, maka spesialisasi auditor berpengaruh signifikan (signifikan secara statistika) terhadap kualitas audit, pada tingkat signifikansi 5%. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian Dalimunthe (2015) namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Athoi (2015) mengatakan bahwa spesialisasi auditor tidak bepengaruh terhadap kualitas audit.

5. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan, diketahui nilai probabilitas dari uji simultan Omnibus Tests of Model Coefficients 0,027, yakni lebih kecil dari 0,05, disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara statistik, terhadap kualitas audit. Nilai statistik Nagelkerke R Square 0,125. Nilai tersebut diinterpretasikan sebagai kemampuan audit tenure, fee audit, rotasi auditor, dan spesialisasi auditor, dalam mempengaruhi kualitas audit


(40)

sebesar 12,5%, sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh variabel-variabel atau faktor-faktor lain.

5.2. Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang ingin disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi Emiten

Untuk meningkatkan kepercayaan investor, maka perusahaan harus mampu memilih auditor yang memiliki reputasi baik agar menghasilkan audit yang berkualitas dan menciptakan nilai bagi perusahaan sehingga informasi yang diberikan akurat, andal dan transparan bagi para investor untuk memperoleh gambaran secara real tentang prospek perusahaan di masa depan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi Peneliti selanjutnya ditambahkan variabel lain yang berkaitan erat secara teori terhadap variabel kualitas audit. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjelaskan lebih komprehensif atau mendalam mengenai fenomena terkait hal-hal yang mempengaruhi kualitas audit.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Audit

Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus atau tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh seorang auditor. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan. Standar auditing mencakup mutu profesional, auditor independen, pertimbangan

(judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan

audit.

De Angelo (1981) mendefenisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.

Kualitas audit terdiri atas kualitas sebenarnya (actual) dan dirasakan (perceived), Actual Quality adalah tingkatan dimana resiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang, sementara Perceived Quality

adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material. Perceived audit quality yang lebih tinggi dapat membantu mempromosikan investasi pada klien yang diadili (dalam Jackson et al.,2008).


(42)

Kualitas audit juga merupakan adanya kecenderungan auditor akan mendeteksi adanya fraund yang terdapat dalam laporan keuangan klien. Tujuan kualitas audit yaitu meningkatkan hasil kinerja audit pelaporan keuangan klien yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan auditan.

2.2. Audit Tenure

Audit tenure adalah jangka waktu penugasan audit antara auditor (Kantor Akuntan Publik) dengan perusahaan yang diaudit secara terus menerus tanpa mengganti pihak auditor lain. Masa audit tenure yang lama pada umumnya akan mempengaruhi tingkat independensi auditor. Di Indonesia, ketentuan mengenai

audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut – turut. Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun berturut – turut untuk klien yang sama. Pada tahun 2008, dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun berturut – turut dan untuk auditor paling lama 3 tahun berturut – turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien.Hal ini juga memungkinkan auditor kehilangan independensinya. Masa penugasan/tenure auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al.,2003).


(43)

Audit tenure dapat berdampak terhadap kualitas audit, dimana kualitas audit ditentukan oleh pihak independendi auditor. Independensi berkaitan dengan masa perikatan audit (audit tenure) yang cukup berpengaruh dalam independensi auditor dan dapat mengurangi kualitas audit yang diberikan.

2.3. Audit Fee

Audit fee adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pihak klien kepada auditor, dimana tergantung kepada resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan jasa tersebut.

Menurut Sukrisno Agoes (2012:18) audit fee adalah “Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutandan pertimbangan professional lainnya”.

Menurut Halim (2015:38), fee audit dibagi menjadi dua yaitu besaran fee

dan fee kontinjen. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain, resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Sedangkan, fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa prosfesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu tersebut.


(44)

dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.

Pada tanggal 2 Juli 2008, ketua umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit.Surat Keputusan ini diterbitkan untuk tujuan sebagai panduan bagi profesi Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik dalam menetapkan fee audit.Dalam lampiran 1 menjelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktek sebagai akuntan publik dalam menetapkan besarnya imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikan.Panduan ini bertujuan untuk membantu akuntan publik dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang sepantasnya untuk dapat memberikan jasa sesuai tuntutan Standar Profesional Akuntan Publik yang berlaku.

Dalam menetapkan imbalan jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit. Selain itu, dalam menetapkan audit fee, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kebutuhan Klien

b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties) c. Independensi


(45)

d. Tingkat keahlian (level of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan serta tingkat kompleksitas pekerjaan.

e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan.

f. Basis penetapan fee yang disepakati.

Untuk mempertahankan independensi, akuntan publik sudah harus menerima imbalan jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai pekerjaan untuk periode berikutnya.Akuntan publik tidak diperkenankan menerima perikatan apabila klien belum membayar lunas kewajiban kepada auditor terdahulu. Setiap Kantor Akuntan Publik wajib menerapkan ketentuan mengenai panduan penetapan imbalan jasa (fee) audit sebagaimana diatur dalam lampiran 1 Surat Keputusan.

Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tanggal 25 Agustus 2015 menyatakan akan merevisi Surat Keputusan Fee Audit tahun 2008. SK Fee Audit tahun 2008 ini direvisi untuk mendorong penerapan ketentuan fee audit tersebut, termasuk pengenaan sanksi atas pekerjaan anggota yang tidak sesuai standar.Fee

audit yang rendah akan sangat memungkinkan menerapkan prosedur yang dibawah standar, sehingga dikhawatirkan mempengaruhi kualitas jasa audit dan pada akhirnya dapat merusak citra profesi akuntan publik itu sendiri. Memperhatikan situasi yang berkembang saat ini, seperti yang terkait dengan adopsi ISA yang memerlukan penyesuaian, atau adanya perubahan harga-harga, serta perubahan besaran salary di setiap level profesional, maka oleh karena itu


(46)

perlu dipikirkan untuk mencari alternatif formula agar fee audit yang reasonable

dapat diterapkan dengan baik.

2.4. Rotasi Auditor

Rotasi auditor adalah pergantian Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa audit kepada kliennya. Pergantian auditor atau rotasi auditor ini dapat terjadi karena dua hal yaitu sukarela (voluntary) dan wajib (mandatory). Rotasi auditor

mandatory terjadi karena auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien.Karena adanya kasus Enron Corporation pada tahun 2001 mendorong banyak negara untuk memperketat peraturan tentang Kantor Akuntan Publik.Sehingga pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang membatasi pemberian jasa audit.

Peraturan Pemerintah tentang adanya rotasi wajib (mandatory) di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 adalah Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Kemudian peraturan tersebut di revisi dengan KMK No. 359/KMK.06/2003 dan direvisi kembali KMK No.17/KMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yaitu, Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku


(47)

berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Hubungan antara rotasi auditor dengan kualitas audit adalah dimana rotasi audit dapat meningkatkan kualitas audit. Karena dengan adanya rotasi auditor secara bertahap dapat menjadi independensi auditor dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manajemen perusahaan.

2.5. Spesialisasi Auditor

Spesialisasi auditor adalah mengambarkan tentang keahlian dari seorang auditor. Dalam penelitian Chariri (2014) menyatakan bahwa spesialisasi auditor merupakan dari dimensi kualitas audit, sebab pengalaman dan pengetahuan auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor. Pentingnya pemahaman mengenai bisnis dan idustri dari klien serta pengetahuan tentang operasi perushaan sangat penting untuk dapat dilakukan audit yang memadai. Seperti yang dikatakan oleh Arens, et. al. (2008:199):

A through understanding of the client’s business and industry and knowledge about the company’s operations are essential for doing an adequate audit. The nature of the client’s business and industry affects client business risk adn the risk material misstatements in the financial statements. The auditor uses knowledge of these risk to determine the appropiate extent of audit evidence.

Ada beberapa alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industri klien.Pertama, banyak industri mempunyai aturan akuntansi yang khas dan harus dipahami auditor untuk menevaluasi apakah laporan keuangan klien


(48)

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kedua, auditor harus dapat mengidentifikasi risiko dalam industri yang akan mempengaruhi penetapan risiko audit yang dapat diterima atau bahkan mengaudit perusahaan dalam industri tersebut dapat dibenarkan. Ketiga, terdapat risiko bawaan yang pada hakekatnya sama bagi seluruh klien dalam industri tersebut. Pemahaman risiko menolong auditor dalam mengidentifikasi risiko bawaan dari klien.

2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Analisis Hasil

Athoi, Muhammad (2015) Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Spesialisasi Audit terhadap Kualitas Audit Independen: Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Spesialisasi Audit. Dependen: Kualitas Audit. Analisis Regresi Logistik Audit tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Spesialisasi Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.


(49)

Astuti, Windi (2015) Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit Independen: Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Rotasi Audit Dependen: Kualitas Audit Deskriptif dan Regresi Logistik Audit Tenure, Ukuran KAP, dan Rotasi Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran Perusahaan Klien berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap kualitas audit. Dalimunthe, Mhd. Fuadi (2015) Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Independen: Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Auditor Dependen: Kualitas Audit Analisis Regresi Logistik Variabel auditor industry specialization dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas audit, audit tenure dan indepedensi auditor tidak berpengaruh signifikan Kurniasih, Margi (2014) Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Independen: Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotasi Audit Dependen: Kualitas Audit Analisis Regresi Logistik

Variabel fee

audit, tenure

audit, dan rotasi audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Variabel fee

audit

berpengaruh positif terhadap kualitas audit,


(50)

berpengaruh terhadap

kualitas audit dan rotasi audit berpengaruh terhadap kualitas audit. Nadeak, Ebnasus LBM (2015) Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit, dan Aktivitas Komite Audit terhadap Kualitas Audit Independen: Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit, dan Aktivitas Komite Audit Dependen: Kualitas Audit Analisis regresi linear berganda. Tingkat pendidikan dan jumlah pertemuan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan usia berpengaruh terhadap kualitas audit. Pakpahan, Rimmaniar (2016) Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan Publik Mandatory dan Voluntary terhadap kualitas Audit dengan Ukuran KAP sebagai variabel Pemoderasi Independen: Rotasi KAP Mandatory dan Voluntary Dependen: Kualitas Audit dengan Ukuran KAP Analisis regresi linear berganda Rotasi KAP mandatory dan Voluntary tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hubungan KAP tidak mampu memoderasi hubungan antara rotasi KAP mandatory dan voluntary terhadap kualitas audit tetapi ukuran KAP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan rotasi KAP voluntary


(51)

terhadap kualitas audit. Sartika, Maya (2015) Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Independen: Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan dan Independensi Komite Audit Dependen: Kualitas Audit Regresi Logistik Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, dan Independensi Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sumber: Hasil Olahan Peneliti

Perbedaan penelitian ini, dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan populasi dan sampel pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2012 sampai dengan 2014 sedangkan penelitian terdahulu menggunakan populasi dan sampel pada perusahaan yang berbeda dan tahun yang berbeda.

2. Penelitian ini menggunakan variabel independen yang berbeda dengan penelitian terdahulu.


(52)

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual yang menjelaskan pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit. Berikut ini adalah gambar kerangka konseptual penelitian ini.

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Keterangan:

X1 : Audit Tenure

X2 : Audit Fee

Spesialisasi Auditor (X4)

Rotasi Auditor (X3)

Audit Tenure

(X1)

Audit Fee

(X2) Kualitas Audit


(53)

X3 : Rotasi Auditor

X4 : Spesialisasi Auditor

Y : Kualitas Audit

H1 : Pengaruh Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit

H2 : Pengaruh Audit Fee Terhadap Kualitas Audit

H3 : Pengaruh Rotasi Auditor Terhadap Kualitas Audit

H4 : Pengaruh Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit

H5 : Pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi

Auditor terhadap Kualitas Audit.

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor.Sedangkan, variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan dan parsial.

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(54)

2.4.1. Hubungan antara audit tenure dengan kualitas audit

Jangka waktu penugasan audit antara auditor (Kantor Akuntan Publik) dengan perusahaan yang diaudit secara terus menerus tanpa mengganti pihak auditor lain. Masa audit tenure yang lama pada umumnya akan mempengaruhi tingkat independensi auditor. Lama perikatan audit antara auditor dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga menjadikan kualitas audit yang diberikan menjadi turun.

Berdasarkan uraian diatas maka, diajukan hipotesis:

H1 : Audit tenure berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.2. Hubungan antara audit fee dengan kualitas audit

Besarnya audit fee tergantung dari resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kaulitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam sati tahun estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:


(55)

2.4.3. Hubungan antara rotasi auditor dengan kualitas audit

Hubungan antara rotasi auditor dengan kualitas audit adalah dimana rotasi audit dapat meningkatkan kualitas audit. Karena dengan adanya rotasi auditor secara bertahap dapat menjadi independensi auditor dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manajemen perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:

H3 : Rotasi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.4. Hubungan antara spesialisasi auditor terhadap kualitas audit Spesialisasi auditor merupakan dari dimensi kaulitas audit, sebab pengalaman dan pengetahuan auditor tentang industri merupakan salah satu elemen dari keahlian auditor. Pentingnya pemahaman mengenai bisnis dan idustri dari klien serta pengetahuan tentang operasi perushaan sangat penting untuk dapat dilakukan audit yang memadai. Dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan kinerja manajemen, auditor mungkin akan menghadapi masalah yang kompleks yang memiliki pengaruh terhadap laporan keuangan, itulah sebabnya diperlukan spesialisasi auditor yang lebih memahami industri klien untuk menjaga kualitas audit.

Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:

H4 : Spesialisasi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

H5 : Audit Tenure, Audit fee, Rotasi Auditor dan Spesialisasi auditor berpengaruh Signifikan terhadap Kualitas Audit.


(56)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan ekonomi, profesi akuntan publik sangat berperan penting dalam dunia bisnis. Profesi akuntan publik memiliki tempat yang istimewah karena hampir dibutuhkan oleh organisasi apapun, baik perusahaan swasta, BUMN/BUMD, perusahaan multinasional, perusahaan asing, pemerintahan dan organisasi nirlaba. Adanya, tuntutan sekarang ini, untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemakai eksternal maupun internal menjadikan profesi akuntan publik banyak dibutuhkan oleh para pelaku bisnis.

Perusahaan sangat membutuhkan akuntan untuk membuat laporan keuangan secara sistematis dan detail. Dimana laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sarana untuk memenuhi akuntabilitas yang dituntut oleh para pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

Menurut Halim (2015:62), Perusahaan yang laporan keuangannya telah diaudit oleh auditor independen dan diberi pendapat wajar tanpa pengecualian mempunyai keuntungan ekonomis. Untuk membuat percaya klien, maka auditor harus menghasilkan kualitas audit yang baik. Audit dapat dikatakan berkualitas


(57)

apabila auditor menggunakan standar auditing. Dimana standar auditing ini merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat tercapai. Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu mengatur tentang mutu profesional auditor independen atau persyaratan pribadi auditor, mengatur mengenai pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan audit dan mengatur tentang pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit.

Dengan semakin dibutuhkannya akuntan publik, menjadikan seorang akuntan publik dituntut untuk mampu bertindak secara profesional sesuai dengan etika profesional audit integritas, independen, dan profesionalisme merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan setiap tugasnya.

Seiring dengan berkembangnya, ada saja jasa akuntan publik yang tidak mematuhi kode etik akuntan publik. Dimana kebanyakan dari mereka sudah tidak independen lagi dalam melakukan tugasnya. Mereka cenderung bekerja sama dengan kliennya untuk memenuhi kepentingan dari pihak kliennya itu sendiri seperti kasus bangkrutnya perusahaan besar di Amerika yaitu, Lehman Brothers yang turut menyeret KAP Ernst & Young yang diduga bahwa KAP Ernst & Young mengetahui bahwa Lehman Brothers menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 milliar dollar AS dan mengetahui bahwa para eksekutif dari Lehman Brothers salah melakukan penilaian bisnis untuk memanipulasi neraca perusahaan tetapi KAP Ernst & Young tetap mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian sehingga tidak terdeteksi adanya krisis di


(58)

dalam perusahaan tersebut. KAP Ernst & Young mengeluarkan hasil audit palsu atas laporan keuangan Lehman Brothers.

Selain itu ada lagi beberapa kasus kualitas audit seperti pada kasus KAP Arthur Anderson dan Enron pada tahun 2001 yang menyebabkan Enron mengalami kebangkrutan. Dimana KAP Arthur Anderson tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP dan tidak berprilaku profesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data. Untuk itu spesialisasi auditor sangat berpengaruh terhadap kualitas audit.

Di Indonesia juga terjadi kasus seperti, adanya kolusi dari KAP dengan klien dalam rangka untuk meloloskan mereka untuk go publik. Pada kasus PT Telkom yang melibatkan KAP Haryanto Sahari yang melakukan penolakan atas izin audit sebagai first layer yaitu acuan dalam melakukan audit lanjutan oleh

second layer yaitu KAP Eddy Pianto. Penolakan izin tersebut membuat KAP

Eddy Pianto kesulitan dalam mendapatkan opini hasil keuangan sebelumnya baik hasil audit keuangan holding perseroan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk maupun hasil audit anak perusahaannya yaitu PT Telekomunikasi Selular. Karena kesulitan mendapatkan opini hasil keuangan sebelumnya membuat berlarut-larutnya audit padahal waktu untuk penyerahan laporan keuangan oleh Bapepam dan SEC. Dengan terjadinya pengunduran hasil laporan menimbulkan kerugian yaitu indeks harga saham gabungan merosot dan merugikan negara. Dari kasus ini dapat diketahui bahwa lamanya masa audit atau perikatan auditor akan berpengaruh terhadap kualitas audit.


(59)

Selain itu, kasus pada Kimia Farma dan Bank Lippo dengan melibatkan kantor-kantor akuntan yang selama ini diyakini memiliki kualitas audit tinggi. Kasus Kimia Farma dan Bank Lippo juga berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan. Oleh sebab itu, dikeluarkan kebijakan baru tentang peraturan pengauditan di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.05/2002 dan No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 tahun dan rotasi KAP setiap 6 tahun.

Menurut Athoi (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI, yang menguji pengaruh

Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit

terhadap kualitas audit dengan metode analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variable Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit tidak berpengaruh singnifikan terhadap kualitas audit.

Menurut Dalimunthe (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, yang menguji dengan metode purposive sampling. Alat analisis data yang digunakan yaitu dengan bantuan program komputer SPSS Versi 16. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan


(60)

signifikan antara auditor spesialis industry dengan kualitas audit, terdapat hubungan positif tetapi tidak signifikan antara audit tenure dengan kualitas audit, terdapat hubungan positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan kualitas audit dan terdapat hubungan positif tetapi tidak signifikan antara independensi auditor dengan kualitas audit.

Menurut Astuti, Windi (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penagaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia, yang menguji dengan metode analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Tenure, Ukuran KAP, dan Rotasi Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran Perusahaan Klien berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap kualitas audit.

Menurut Sartika (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Audit

Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan dan

Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013) dengan menggunakan metode regresi logistik (logistic regression). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress dan Independensi Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah audit


(1)

3. Bapak Dr. Syafiruddin Ginting Sugihen, S.E, MAFIS, Ak, CPA. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, CA. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi.

4. Bapak Drs. Firman Syarif M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan

Ibu Drs. Mutia Ismail, MM, Ak, CA. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi.

5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian dan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Rasidanto, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh Pegawai dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

9. Sahabat- sahabat peneliti yaitu, Rina, Ike, Erwin, dan Orang yang terkasih secara khusus yaitu Gerhadinata Silaen yang telah memotivasi, mendoakan dan menjadi penyemangat bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman- teman seperjuangan peneliti Posma, Iyen dan Martin yang selalu menemani, memotivasi dan membantu peneliti dalam perkuliahan serta teman-teman seperjuangan lainnya Widya, Prima, Wike, Etha, dan Enzel


(2)

vi yang telah mendukung saya dan juga berbagai pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kebersamaan, sukacita, bantuan, motivasi, dukungan, maupun inspirasi yang telah diberikan kepada peneliti hingga sampai saat ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memilikiketidaksempurnaan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2016

NIM : 140522152

Ruth Lia Kristin Handayasi Siahaan


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Penelitian... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Kualitas Audit ... 8

2.2. Audit Tenure ... 9

2.3. Audit Fee ... 10

2.4. Rotasi Auditor ... 13

2.5. Spesialisasi Auditor ... 14

2.6. Tinjauan Penelitian ... 15

2.7. Kerangka Konseptual ... 19

2.8. Hipotesis Penelitian ... 20

2.8.1. Hubungan Antara Audit Tenure dengan Kualitas Audit ... 21

2.8.2. Hubungan Antara Audit Fee dengan Kualitas Audit ... 21

2.8.3. Hubungan Antara Rotasi Auditor dengan Kualitas Audit ... 22

2.8.4. Hubungan Antara Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Batasan Operasional ... 23

3.4. Definisi Operasional ... 24

3.4.1. Variabel Dependen ... 24


(4)

viii

3.5. Skala Pengukuran ... 27

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.7. Jenis Data ... 32

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.9. Teknik Analisis ... 32

3.9.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 33

3.9.2. Uji Asumsi Multikolinearitas ... 33

3.9.3. Uji Hipotesis ... 34

3.9.4. Analisis Regresi Logistik ... 34

3.9.5. Uji Homer and Lemeshow’s Goodness Of Fit ... 35

3.9.6. Overall Fit Model ... 35

3.9.7. Koefisien Determinasi ... 36

3.9.8. Menguji Koefiesien Regresi ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 38

4.2. Uji Asumsi Multikolinearitas ... 40

4.3. Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test) ... 41

4.4. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 42

4.5. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) ... 45

4.6. Uji Signifikansi Model secara Simultan ... 45

4.7. Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji Wald) ... 46

4.8. Hasil dan Pembahasan ... 48

4.8.1. Hubungan Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit ... 48

4.8.2. Hubungan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit ... 49

4.8.3. Hubungan Rotasi Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 49

4.8.4. Hubungan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit... 50

4.8.5.Hubungan Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor, dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 57


(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu ... 15

3.1. Skala Pengukuran ... 27

3.2. Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 29

3.3. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.1 Statistik Deskriptif ... 38

4.2 Statistik Deskriptif Kualitas Audit ... 39

4.3 Statistik Deskriptif Rotasi Auditor ... 39

4.4 Statistik Deskriptif Spesialisasi Auditor ... 40

4.5 Uji Multikolinearitas dengan Matriks Korelasi ... 40

4.6 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal) ... 41

4.7 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir) ... 42

4.8 Menguji Model Fit ... 42

4.9 Hosmer and Lemeshow Test ... 43

4.10 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Chi-Square... 44

4.11 Menguji Kelayakan Model Regresi dengan Pendekatan Nilai Sig. ... 44

4.12 Nagelkerke R Square ... 45

4.13 Uji Signifikansi Model secara Simultan ... 46


(6)

x DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 19 4.1 Perhitungan Chi-Square Tabel dengan Microsoft Excel ... 43


Dokumen yang terkait

PENGARUH ROTASI AUDIT DAN AUDITOR SPESIALISASI INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

6 82 23

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Swittching (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI)

0 4 127

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 17 88

PENGARUH ROTASI AUDITOR, AUDIT FEE Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2011-

0 5 13

PENGARUH ROTASI AUDITOR, AUDIT FEE, AUDIT Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPerio

0 4 15

BAB I PENDAHULUAN Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2011-2014).

0 4 6

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh rotasi auditor, audit fee, audit Tenure, client importance, dan auditor Spesialisasi industri terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek IndonesiaPeriode 2011-2014).

0 3 4

PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT FEE Pengaruh Audit Tenure Dan Spesialisasi Auditor Terhadap ((Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 4 19

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Audit dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2