Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS AUDITOR DAN UKURAN KOMITE

AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA STUDI EMPIRIS

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DIBURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2009-2011

OLEH

HENNY ANGGRAINI SIPAYUNG

080503078

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ……… i

ABSTRAK ………. ii

DAFTAR TABEL ………. iii

DAFTAR GAMBAR ……… iv

DAFTAR LAMPIRAN ………. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 .Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1. Teori Agency ... 11

2.1.2. Manajemen Laba ... 13

2.1.3. DiscretionaryAccruals ... 18

2.1.4. KualitasAuditor ... 20

2.1.5. Komite Audit ... 22

2.1.5.1. Pengertian Komite Audit ... 22

2.1.5.2. Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit ... 23

2.2. Penelitian Terdahulu ... 24

2.3. Kerangka Konseptual ... 30

2.4. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3. Batasan Operasioanl ... 35

3.4. Defini Operasional ... 35

3.4.1. Variabel Dependen ... 35

3.4.2. Variabel Independen ... 37

3.4.2.1. Auditor Spesialis Industri ... 38

3.4.2.2. Auditor Big Four ... 38

3.4.3.3. Ukuran Komite Audit ... 39

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 39


(3)

3.7. Jenis dan Sumber Data ... 42

3.8. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.9. Teknis Analisis ... 43

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 43

3.9.2 Analisis Statistik Inferial ... 44

3.9.3 Pengujian Hipotesis ... 45

3.9.3.1 Menilai Model Fit ... 45

3.9.3.2 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 45

3.9.3.3 Estimasi Parameter dan Intrepretasi ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Penelitian ... 47

4.2. Hasil Penelitian ... 47

4.2.1. Hasil Analisis Statistik Inferensial ... 48

4.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 53

4.3. Pembahasan ... 56

4.3.1. Hubungan Auditor Spesialis Industri terhadap Manajemen Laba (Discretionary Accruals) ... 56

4.3.2. Hubungan KAP Big Four terhadap Manajemen Laba (Discretionary Accruals) ... 57

4.3.3. Hubungan Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba (Discretionary Accruals) ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 59

5.2. Keterbatasan ... 60

5.3. Saran ... 60


(4)

ABSTRACT

THE INFLUENCE QUALITY AUDITORS AND AUDIT COMMITTEE SIZE ON EARNINGS MANAGEMENT EMPIRICAL STUDY

IN MANUFACTURING COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2009-2011

This study aims to demonstrate the influence of the quality of auditors and audit committee size on earnings management in manufacturing companies. This study population, 127 manufacturing companies, with access to the data audited financial statements and annual reports through the website www.idx.co.id. The sampling method used is purposive sampling method, so the company obtained 18 samples for the 3 years of observation (2009-2011) with 54 units of analysis. Data analysis methods used were logistic regression method. Modified Jones model is used to calculate the discretionary accruals (a proxy of earnings management).

These results indicate that the quality auditor with the auditor spesilais industry has a negative effect and insignificantly influence earnings management, quality auditor with the KAP big four have a positive and insignificantly influence earnings management and audit committee size with audit committee is negative and significantly influence earnings management.

Keywords: Earnings Management, Auditor Industry Specialist, Big Four Auditor, and the Size of the Audit Committee.


(5)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS AUDITOR DAN UKURAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2009-2011

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh kualitas auditor dan ukuran komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Populasi penelitian ini sebanyak 127 perusahaan manufaktur, dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan tahunan melalui website pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 18 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2009 - 2011) dengan 54 unit analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi logistik. Modifikasi Jones model digunakan untuk menghitung discretionary accruals (proksi dari manajemen laba).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas auditor yang diproksikan dengan auditor spesilais industri memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kualitas auditor yang diproksikan dengan KAP big four memiliki pangrauh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, dan komite audit yang diproksikan dengan ukuran komite audit memiliki hubungan negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : Manajemen Laba, Auditor Spesialis Industri, KAP Big Four, dan Ukuran Komite Audit.


(6)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 26

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Indikator, Skala Pengukuran, Sumber Data dan InstrumenPenelitian... 40

Tabel 3.3 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 41

Tabel 3.4 Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Tabel Likelihood Block 0 ... 48

Tabel 4.2 Tabel LikelihoodBlock 1 ... 49

Tabel 4.3 Tabel Hosmer and Lemeshaow Test ... 51

Tabel 4.4 Tabel Nagelkerke R Square ... 52

Tabel 4.5 Tabel Classification Table Prediksi ... 53

Tabel 4.6 Tabel Variables in the Equation ... 54


(7)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Gambar Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 64 Lampiran 2 Hasil Regresi Logistik Pengujian ... 71


(9)

ABSTRACT

THE INFLUENCE QUALITY AUDITORS AND AUDIT COMMITTEE SIZE ON EARNINGS MANAGEMENT EMPIRICAL STUDY

IN MANUFACTURING COMPANIES IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2009-2011

This study aims to demonstrate the influence of the quality of auditors and audit committee size on earnings management in manufacturing companies. This study population, 127 manufacturing companies, with access to the data audited financial statements and annual reports through the website www.idx.co.id. The sampling method used is purposive sampling method, so the company obtained 18 samples for the 3 years of observation (2009-2011) with 54 units of analysis. Data analysis methods used were logistic regression method. Modified Jones model is used to calculate the discretionary accruals (a proxy of earnings management).

These results indicate that the quality auditor with the auditor spesilais industry has a negative effect and insignificantly influence earnings management, quality auditor with the KAP big four have a positive and insignificantly influence earnings management and audit committee size with audit committee is negative and significantly influence earnings management.

Keywords: Earnings Management, Auditor Industry Specialist, Big Four Auditor, and the Size of the Audit Committee.


(10)

ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS AUDITOR DAN UKURAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2009-2011

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh kualitas auditor dan ukuran komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Populasi penelitian ini sebanyak 127 perusahaan manufaktur, dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan tahunan melalui website pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 18 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2009 - 2011) dengan 54 unit analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi logistik. Modifikasi Jones model digunakan untuk menghitung discretionary accruals (proksi dari manajemen laba).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas auditor yang diproksikan dengan auditor spesilais industri memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kualitas auditor yang diproksikan dengan KAP big four memiliki pangrauh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba, dan komite audit yang diproksikan dengan ukuran komite audit memiliki hubungan negatif dan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : Manajemen Laba, Auditor Spesialis Industri, KAP Big Four, dan Ukuran Komite Audit.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kegagalan auditor dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengaudit suatu perusahaan menyebabkan sikap skeptis pada masyarakat. Keberhasilan dan kinerja seseoarang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme dan komitmennya terhadap bidang yang ditekuninya (Rahmadika, 2011:1). Terdapat beberapa perusahaan yang sudah cukup mapan yang akhirnya jatuh karena kegagalan auditor independen dalam mengaudit laporan keuangan perusahaannya, contoh kasus : Enron, worldcom, dan Xerox yang memunculkan skandal dalam pelaporan keuangan dan akibatnya berdampak pada jatuhnya nilai laba perusahaan dan munculnya mosi tidak percaya masyarakat terhadap perusahaan tersebut.

Di Indonesia, kasus audit failure terjadi pada perusahaan Kimia Farma dan Bank Lippo (Luhgianto 2010:3) kasus perusahaan Kimia Farma terjadi mark up terhadap laba tahun 2011. Sedangkan laba Bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahu 2002. Kasus-kasus tersebut sangat memprihatinkan karena dialami oleh perusahaan-perusahaan yang cukup ternama pada zamannya yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan tersebut kehilangan kepercayaan public dan reputasi akuntan public pun menurun. Sebagai perusahaan publik yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat melalui bursa saham, penyajian laporan keuangan harus memenuhi persyaratan yang


(12)

ditetapkan oleh lembaga yang berwewenang, di Indonesia lembaga ini adalah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Boediono, 2005:172).

Laporan keuangan harus diterbitkan melalui media-media masa yang dapat digunakan sebagai sumber informasi penting yang diperlukan oleh pemegang saham khususnya dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) pada umumnya. Karena tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak eksternal maupun internal yang tidak dapat secara langsung memperoleh dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu sangat daharapkan agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan adalah informasi yang akurat yang dapat dipercaya.

Laporan keuangan juga merupakan wujud nyata dari tanggungjawab manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen dalam laporan keuangan adalah informasi laba yang terkandung dalam laporan Laba/Rugi (Boediono, 2005 dalam Ningsaptiti 2010:1). Dalam laporan keuangan laporan laba rugi merupakan salah satu komponen dalam mengukur kinerja manajemen. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1, informasi laba merupakan indikator untuk mengukur kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam mencapai tujuan operasi yang telah ditetapkan serta membantu pemilik untuk memperkirakan earnings power perusahaan dimasa yang akan datang (Ningsaptiti 2010:1).

Semakin pesat perkembangan suatu perusahaan maka terkadang semakin sulit untuk melakukan control dalam perusahaan tersebut bahkan juga termasuk control


(13)

pada manajemen. Informasi laba yang disajikan dalam laporan laba rugi dapat menjadi cara bagi manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya secara pribadi sehingga laba yang disajikan dapat dinaikkan dan diturunkan sesukanya. Dalam akuntansi praktik seperti ini dikenal dengan istilah manajemen laba.

Manajemen laba adalah suatu kondisi di mana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schiper dalam Ningsaptiti 2010:2) sedangkan menurut (Indriani 2010:2) Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Secara umum memang manajemen laba adalah merupakan tindakan yang sengaja dilakukan oleh manajer untuk kepentingan pribadinya saja, yang akibatnya dapat merugikan perusahaan. Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent) (Ningsaptiti 2010:3).

Ketidakselarasan informasi antara pemegang saham dan manajemen tersebutlah yang mengakibatkan manajemen laba tersebut terjadi diperusahaan. Ketidakselarasan informasi antara manajer dan pihak lain ini disebut dengan asimetri informasi (information asymmetry), Ketidakselarasan informasi inilah yang mendorong manajer untuk berperilaku oportunis dalam mengungkapkan informasi-informasi penting mengenai perusahaan (Rahmadika 2011:3). Para akademisi berpendapat


(14)

bahwa manajemen laba dapat terjadi pun karena memang manajemen terlalu bebas sehingga control terhadap manajemen kurang dikerjakan.

Dalam prakteknya, dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen dihadapkan pada suatu pilihan atas asumsi, penilaian serta metode perhitungan mana yang akan digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. (Rahmadika 2011:4). Hal ini disebabkan ada beragam metode dan prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam prinsip akuntansi berterima umum (generally accepted accounting principles). Sebagai contoh adalah metode FIFO, LIFO, dan rata-rata untuk menentukan harga pokok penjualan. Perbedaan metode dan prosedur akuntansi inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh manajemen untuk membuat ketidakselarasan dalam laporan keuangan sehingga para pengguna laporan keuangan akan tertipu dengan informasi yang diterima. Oleh sebab itu upaya untuk mengurangi manajemen laba adalah upaya untuk melakukan koreksi terhadap standart akuntansi.

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur akrual, deferral, pengalokasian yang bertujuan untuk menghubungkan pendapatan, biaya, keuntungan (gains), dan kerugian (losses) untuk menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum diterima dan dikeluarkan (Sulystianto dalam Rahmadika 2011:4). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur manajemen laba adalah dengan menggunkan proksi Discretionary Accrual (DAC) dan menggunakan Modified Jones model untuk mengukur Discretionary Accrual.


(15)

Untuk dapat mengembalikan kepercayaan pihak pemakai laporan keuangan yang diantaranya adalah investor, kreditor ataupun pemakai lain sangat diharapkan kualitas audit yang baik (Lughiatno 2010:5). Namun tidak dapat dipungkirin bahwa pada dasarnya laporan keuangan perusahaan akan diaudit oleh auditor yang memiliki kualitas yang berbeda-beda. (Ardiati dalam rahmadika 2011:5) mengungkapkan bahwa audit yang berkualitas tinggi (high-quality auditing) bertindak sebagai pencegah manajemen laba yang efektif, karena reputasi manajemen akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan yang salah ini terdeteksi dan terungkap.Ratmono dalam (Rahmadika 2011:5) juga berpendapat bahwa auditor yang berkualitas mampu mendeteksi tindakan manajemen laba yang dilakukan klien, sehingga manajer akan cenderung melakukan pembatasan terhadap besarnya akrual diskresionari. Jasa audit merupakan alat monitoring terhadap kemungkinan timbulnya konflik kepentingan antara kepentingan antara pemilik dengan manajer dan antara pemegang saham dengan jumlah kepemilikan yang berbeda serta dapat mengurangi asimetris informasi antara manajer dengan stakeholder perusahaan dengan memperbolehkan pihak luar untuk memeriksa validitas laporan keuangan (Jensen dan Meckling dalam Indriani 2010:7).

Kualitas audit ini sering dikaitkan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP), KAP besar dan KAP kecil. Becker et al.,yang dikutip dalam (Luhgiatno 2008:6) menemukan bahwa unexpected accruals akan berkurang jika perusahaan yang telah mengalami go public menggunakan KAP big five. Klien dari KAP di luar big five melaporkan unexpected accruals yang lebih besar dibandingkan unexpected accruals


(16)

klien dari KAP kelompok big five. Penelitian Meutia tahun 2004 yang menyatakan bahwa tindakan manajemen laba terhadap hasil audit yang dilakukan oleh KAP big four lebih rendah daripada KAP non big four.

Selain diproksikan dengan ukuran KAP kualitas audit juga diproksikan dengan KAP spesialis industry. (Craswell 1995 :5) mengungkapkan bahwa reputasi KAP kurang bernilai ketika dalam suatu industri juga terdapat KAP spesialis industri. KAP yang memiliki spesialisasi pada industri tertentu pasti akan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan industry tersebut. Kebutuhan akan industry spesialization mendorong KAP untuk menspesialisasikan diri dan mulai mengelompokkan klien berdasarkan bidang industri. Penelitian yang dilakukan oleh Luhgiatno tidak sejalan dengan beberapa teori yang ada karena menurut Luhgiatno kualitas auditor yang diproksikan dengan auditor big four dan auditor spesialis industry tidak mempengaruhi besar kecilnya manajemen laba dalam suatu perusahaan. Berbeda dengan penelitian Luhgiatno, Rusmin pada tahun 2010 melakukan penelitian di Singapura mengenai hubungan antara kualitas auditor terhadap manajemen laba. Hasilnya kualitas auditor berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba (discretionary accruals). Hasil penelitian ini berbeda penelitian Rahmadika tahun 2011 menemukan bahwa KAP kelompok big four dan KAP spesialis industri tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Manajemen laba merupakan fenomena dalam bidang akuntansi yang masih sangat penting untuk diteliti pada saat ini, walaupun memang sudah cukup banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai manajemen laba namun peneliti masih tertarik


(17)

untuk melakukan penelitian mengenai manajemen laba, karena hasil penelitian Leuz et al. 2003 menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam kluster negara-negara dengan perlindungan investor yang lemah, sehingga mempunyai praktik manajemen laba yang tinggi. Sehingga perlu untuk terus meneliti kondisi perkembangan manajemen laba di Indonesia. Penelitian ini mengacu pada penelitian Rahmadika namun terdapat perbedaan yaitu perbedaan tahun penelitian Rahmadika meneliti Perusahaan Manufaktur dari tahun 2007 sampai 2009 sedangkan peneliti meneliti Perusahaan Manufaktur dari tahun 2009 sampai 2011 sehingga data yang digunakan peneliti lebih up date, peneliti juga menambahakan variabel independen yaitu ukuran komite audit. Ukuran komite audit diangkat pada penelitian ini karena tugas dari komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk mengawasi pelaporan keuangan oleh manajemen sehingga meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Semakin banyak anggota komite audit suatu perusahaan maka akan semakin meningkat fungsi pengawasan terhadap manajemen. Hal ini didukung oleh penelitian Maharani (2011) yang menyatakan bahwa komite audit memiliki hubungan yang negative terhadap manajemen laba (discretionary accrual). Penelitian Maharani sejalan dengan penelitian Yang and Khrisnan (2005) dalam Lin (2006) berhasil membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara antara ukuran komite audit dengan manajemen laba (discretionary accrual). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran komite audit maka kualitas pelaporan keuangan semakin terjamin. Sehingga besarnya ukuran komite audit dapat meminimalisasi terjadinya manajemen laba.


(18)

Atas uraian latar belakang tersebut maka penulis mengangkat masalah manajemen laba untuk menjadi masalah yang akan diteliti pada penelitian ini sehingga judul yang diangkat adalah : “ Pengaruh Kualitas Auditor dan Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba : Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2009-2011”.

1.2Rumusan Masalah

Uraian latar belakang di atas dapat menyimpulkan bahwa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dapat mempengaruhi manajemen laba (discretionary accruals) daripada Perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four?

2. Apakah perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industry dapat mempengaruhi manajemen laba (discretionary accruals) daripada Perusahaan yang diaudit oleh auditor non spesialis industri?

3. Apkah ukuran komite audit dapat mempengaruhi manajemen laba (discretionary accruals)?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian perlu ditetapkan sebelum melakukan penelitian agar penelitian tersebut dapat memiliki satu fokus yang tepat yang dapat digunakan


(19)

sebagai dasar meneliti agar penelitian terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menginvestigasi dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh auditor spesialis industri terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang diauditnya.

2. Menginvestigasi dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh auditor big four terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang diauditnya.

3. Menginvestigasi dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh ukuran komite audit terhadap praktik manajemen laba perusahaan manufaktur yang diauditnya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Bagi Ilmu Akuntansi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan refrensi untuk perkembangan ilmu akuntansi khususnya yang berkaitan dengan jasa audit yang berkualitas tinggi dalam mengatasi maslah manajemen laba dalam suatu perushaan.

1.3.2.2 Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor sebagai tambahan informasi mengenai kondisi suatu perusahaan sehingga mereka dapat berhati-hati sebelum melakukan investasi.


(20)

1.3.2.3 Bagi KAP

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai bahan acuan untuk meningkatkan kualitas audit yang dilakukan sehingga dapat mencari tahu salah saji yang material dalam suatu laporan keuangan.

1.3.2.4 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharpkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang akuntansi khususnya dalam hal auditing.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Agency (Agency Theory)

Timbulnya praktek manajemen laba dapat dijelaskan melalui teori agency. Konsep teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Anthony dan Govindarajan 2000:41).

Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai prinsipal, dan manajer sebagai agen mereka. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas sesuai dengan kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari prinsipal kepada agen (Anthony dan Govindarajan, 2000:44). Dalam teori agency diasumsikan bahwa manajer (agen) lebih banyak memiliki informasi dari pada principal. Karena pada umumnya principal memang tidak banyak mengetahui apa yang dikerjakan oleh agen. Informasi yang lebih sedikit yang dimiliki oleh pemegang saham dapat memicu manajer menggunakan posisinya dalam perusahaan untuk mengelola laba yang dilaporkan (Lobo dan Zhou dalam Rahmadika 2011:14).

Kesenjangan informasi antara agen dengan principal ini yang sering menyebabkan konflik diantara agen dan principal karena baik agen maupun principal mempunyai kepentingan masing-masing yang sama-sama mereka perjuangankan.


(22)

Kondisi yang terjadi inilah yang disebut asimetris informasi. Asimetris informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan (Rahmawati, dalam Pujianingsih 2010:13). Dalam kondisi asimetris seperti ini maka sangat mudah bagi manajer melakukan manajemen laba pada suatu perusahaan sehingga akan sangat merugikan pemegang saham. Dalam kondisi asimetris seperti ini perlu ada orang ketiga sebagai penengah antara maanjer dengan pemegang saham yang berperan untuk mengontrol atau sebagai mediator yang mengawasi kinerja agen agar sesuai dengan harapan dan keinginan principal.

Auditor merupakan pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholder) dan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap manajemen agar menajemen manyajikan informasi keuangan secara andal, dan terbebas dari praktik kecurangan akuntansi (Nuryaman dalam Rahmadika 2011:15). Tugas auditor adalah untuk meberikan penilaian independen terhadap kewajaran laporan keuangan perusahaan yang disajikan. Terdapat dua proksi yang dapat menggambarkan variabel kualitas audit yaitu ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan spesialisasi industry KAP.

Auditor yang spesialis dalam suatu industri umumnya menghasilkan audit dengan kualitas yang lebih tinggi. Bedard dan Biggs (dalam Rahmadika 2011:15) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman dalam industri manufaktur lebih memiliki kemampuan dalam mengenali kesalahan data perusahaan manufaktur klien


(23)

dibandingkan dengan auditor yang memiliki sedikit pengalaman dalam industri manufaktur. Oleh sebab itu auditor spesialis industry lebih berkompeten dalam menemukan adanya manjemen laba.

Ukuran KAP akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. KAP big four menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP non big four (Meutia, dalam Rahmadika 2011:15). Auditor big four memiliki keahlian dan reputasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor non big four. Oleh karena itu auditor big four akan berusaha untuk memberikan kualitas terbaik mereka dalam mempertahankan pangsa pasar, repuatsi dan kepercayaan masyarakat.

Konflik yang terjadi inilah yang menyebabkan biaya agency. Jensen dan Meckling dalam Yohana 2010:14 mendefinisikan biaya agensi dalam tiga jenis:

1. Biaya monitoring (monitoring cost), pengeluaran biaya yang dirancang untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh agen.

2. Biaya bonding (bonding cost), untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan prinsipal, atau untuk meyakinkan bahwa prinsipal akan memberikan kompensasi jika agen benar-benar melakukan tindakan yang tepat.

3. Kerugian residual (residual cost), merupakan nilai uang yang ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh prinsipal sebagai akibat dari perbedaan kepentingan.

2.1.2 Manajemen Laba

Pengertian laba (earnings) yang dianut oleh struktur akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut


(24)

(Ghozali dan Chariri dalam Rahmadika 2011:16). Belkaoui (1993) yang dikutip dalam Rahmadika 2011:16 menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik sebagai berikut:

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan atas postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. 4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk cost history.

5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Informasi laba yang disampaikan pada laopra keuangan ini sering digunakan oleh manajemen untuk dapat memuaskan keinginnya dengan merekayasanya sesuai dengan keinginanya dengan menggunakan kebijakan akuntansi tertentu sehingga laba dapat dinaikkan atau diturunkan. Kondisi menaikkan dan menurunkan laba seperti inilah yang dikenal dengan manjemen laba.

Menurut Sulistyanto dalam Yohana 2010:16, manajemen laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Levitt Jr (dalam Rahmadika 2011:17), mantan ketua Securities and Exchange Commission (SEC) Singapura menyatakan bahwa praktik manajemen laba memiliki dampak negatif terhadap kehandalan dan kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas


(25)

laporan keuangan dan menambah bias dalam laporan keuangan, serta dapat mengganggu para pemakai laporan keuangan dalam mempercayai angka-angka dalam laporan keuangan tersebut (Setiawati dan Na’im dalam Rahmadika 2011:17).

Ada beberapa motivasi dari manajemen sehingga mereka dapat berlaku oportunis dengan menaikkan atau menurunkan laba. Menurut Yohana 2010:17 motivasi manajemen tersebut antara lain :

1. Motivasi bonus

Bonus plan hypothesis menegaskan bahwa ceteris paribus, manajer perusahaan cenderung untuk memilih prosedur-prosedur akuntansi yang menggeser earnings yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang. Manajer melakukan manajemen laba untuk kepentingan bonusnya. 2. Motivasi kontraktual lainnya

Hipotesis debt/equity yaitu ceteris paribus, suatu perusahaan yang rasio debt/equity besar cenderung manajer perusahaan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang menggeser earnings yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang. Manajemen melakukan manajemen laba untuk memenuhi perjanjian utangnya agar meloloskan perusahaan dari kesulitan keuangan.

3. Motivasi politik

Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodiknya dibanding perusahaan yang kecil. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.

4. Motivasi pajak

Manajer termotivasi melakukan manajemen laba karena income taxation. Karena semakin tinggi labanya maka semakin besar pajak yang dikenakannya. Sehingga manajer melakukan manajemen laba untuk mengurangi pajak tersebut.


(26)

Motivasi manajemen laba ada di sekitar pergantian CEO. Hipotesis rencana bonus menjelaskan bahwa CEO yang akan diganti melakukan pendekatan strategi untuk memaksimalisasi laba agar menaikkan bonusnya.

6. Motivasi pasar modal

Motivasi ini muncul karena informasi akuntansi digunakan secara luas oleh investor dan para analis keuangan untuk menilai saham. Dengan begitu, kondisi ini menciptakan kesempatan bagi manajer untuk memanipulasi earnings dengan cara mempengaruhi performa harga saham jangka pendek. Pengelompokkan ini sejalan dengan tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (postive accounting theory) yang menjadi dasar pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi manajemen laba (Watts dan Zimmerman dalam Rahmadika 2011:19), yaitu:

1. Bonus plan hypothesis

Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa ”managers of firms with bonus plans are more likely to use accounting methods that increase current period reported income”. Dalam bonus atau kompensasi manajerial, pemilik perusahaan berjanji bahwa manajer akan menerima sejumlah bonus jika kinerja perusahaan mencapai jumlah tertentu. Janji bonus inilah yang merupakan alasan bagi manajer untuk mengelola dan mengatur laba perusahaan pada tingkat tertentu sesuai dengan yang disyaratkan agar dapat menerima bonus.

2. Debt (equity) hypothesis

Debt (equity) hypothesis menyatakan bahwa ”the larger the firms debt to equity ratio, the more likely managers use accounting methods that increase income”. Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur laba perusahaan agar kewajiban hutang perusahaan yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya.

3. Political cost hypothesis

Political cost hypothesis menyatakan bahwa ”larger firms rather than small firms are more likely to use accounting choices that reduce reported


(27)

profits. Hal ini disebabkan karena adanya regulasi dari pemerintah, misalnya regulasi dalam penetapan pajak. Besar kecilnya pajak tergantung pada besar kecilnya laba perusahaan. Semakin besar laba perusahaan, maka semakin besar pula pajak yang akan ditarik oleh pemerintah. Kondisi inilah yang merangsang manajer untuk mengelola dan mengatur laba perusahaan agar besarnya pajakyang dibayarkan tidak terlalu tinggi.

Menurut Scott (dalam Yohana 2010:20) pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:

1. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

2. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

4. Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

Setiawan dan Na’im (dalam Rahmadika 2011:21) menyatakan teknik dan pola manajemen laba dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih,


(28)

estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

2. Mengubah metode akuntansi

Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Misalnya, merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.

3. Menggeser periode biaya atau pendapatan

Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.

2.1.3 Discretionary Accruals

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar akrual. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur akrual, deferral, pengalokasian yang bertujuan untuk menghubungkan pendapatan, biaya, keuntungan (gains), dan kerugian (losses) untuk menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum diterima dan dikeluarkan (Sulistyanto dalam Rahmadika 2011:22).

Hal ini sesuai dengan definisi akutansi berbasis akrual yang dikeluarkan oleh Financial Accounting BoardStandard (FASB) dalam Rahmadika 2011:22, yaitu :

Accrual accounting attempts to record the financial effects on an entity of transactions and other events and circumstances have the cash consequences for the entity in the periods in which those transactions, events, and sircumstances occur rather than only in the periods in which cash is received or paid by the entity (SFAC No. 6 paragraf 139).


(29)

Dalam prinsip akuntansi, manajemen diberi kebebasan untuk mengubah metode akuntansi dan melakukan pergeseran biaya atau pendapatan, namun apabila hal ini dilakukan untuk kepentingan diri sendiri maka hal ini yang tidak dapat dibiarkan karena akan sangat merugikan pemegang saham. Menurut Healy (1985) dan De Angelo (1986) yang dikutip dalam Rahmadika 2011:22 konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals. Akrual, secara teknis, merupakan perbedaan antara kas dan laba. Akrual merupakan komponen utama pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan estimat‐estimat tertentu. Misalnya saja biaya depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui, umur manfaat estimasi, dan metode depresiasi yang digunakan. Basis akrual mengakui penghasilan (revenue) pada saat diperoleh dan mengakui beban yang terkait dengan penghasilan tersebut pada periode yang sama, tanpa memperhatikan saat penerimaan kas dari penghasilan yang bersangkutan. Sedangkan basis kas adalah mengakui kas dan beban pada saat kas diterima atau dikeluarkan (Wahyuningsih 2007:18).

Dalam penelitian ini, modified Jones model digunakan untuk menghitung besarnya discretionary accruals. Model ini banyak digunakan dalam penelitianpenelitian akuntansi karena dinilai merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba dan memberikan hasil yang paling robust (Sulistyanto dalam Rahamdika 2011:23). Model Jones berfokus pada akrual total sebagai sumber manipulasi. Akrual total digunakan alih-alih satu atau dua perkiraan


(30)

tertentu saja. Ini dilakukan dengan harapan bahwa akrual total akan mampu menangkap porsi yang lebih besar dari manipulasi oleh manager daripada porsi yang ditangkap bila menggunakan satu dua perkiraan saja. Model Jones dimodifikasi menggunakan sisa regresi total akrual dari perubahan penjualan dan PPE (property, plant, and equipment), dimana pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang yang terjadi pada periode yang bersangkutan (Rahmadika 2011:23)

2.1.4 Kualitas Auditor

Menurut AAA Financial Accounting Standard Commottee 2000 dalam (Meutia 2004:3), kualitas audit ditentukan oleh dua hal, kompetensi dan independensi. Kualitas ini mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas audit. Selain itu, laporan keuangan menggunakan persepsi bahwa kualitas audit adalah suatu fungsi untuk menggambarkan indepsndensi auditor dan keahlian auditor tersebut. Dan menurut mulyadi dalam Rahmadika 2011:23 audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Setiap pengguna laporan keuangan akan mengambil keputusan dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor, untuk itu untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap auditor maka auditor diharapkan mampu untuk meminimalisasi manajemen laba yang terjadi pada suatu perusahaan. Kemampuan untuk meminimalisasi manajemen laba tergantung dari kualitas auditor itu sendiri.


(31)

Goldman dm Barlev dalam Meutia 2004:4 menyatakan bahwa laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok yaitu: (1) manajer pemsahaan yang diandit; (2) pemegang saham pemsahaan; dan (3) pihak ketiga atau pihak luar seperti calon investor, kreditor dan suplier. Masing-masing kepentingan ini merupakan sumber gangguan yang &an memberikan tekanan pada auditor untuk menghasilkan laporan yang mungkin tidak sesuai dengan standar profesi. Lebih lanjut hal ini akan menganggu kualitas audit.

Kualitas auditor dipandang sebagai kemampuan untuk mempertinggi kualitas suatu laporan keuangan bagi perusahaan (Rahmadika 2011:24). Pada umumnya kualitas auditor tergantung pada nama baik dari auditor tersebut. Masyarakat sering menilai independensi laporan keuangan dari auditor yang mengauditnya, oleh karena itu sangat perku bagi auditor untuk tetap menjaga nama baiknya. Pada umumnya auditor eksternal lebih independen dari auditor internal karena auditor internal merupakan bagian langsung perusahaan yang bisa saja dapat intervensi langsung dari manajemen. Kualitas auditor dipandang dari seberapa detail auditor tersebut mendapatkan kesalahan dari suatu laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, sedangkan keberanian untuk mengungkapkan keslahan adalah independensi dari auditor tersebut.

Bartov et al. (dalam Rahmadika 2011:25) menunjukkan bahwa auditor yang berkualitas tinggi lebih menyukai untuk melaporkan kesalahan dan penyimpangan, serta tidak bersedia untuk menerima praktik akuntansi yang dipertanyakan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas tinggi diharapkan mampu mendeteksi praktik


(32)

manajemen laba, sehingga manajer akan cenderung akan lebih berhati-hati dalam melaporkan besarnya nilai discretionary accruals. Terdapat dua proksi untuk dapat menggambarkan manajemen laba yaitu auditor spesialis industry dan auditor big four. Auditor spesialis industri menggambarkan keahlian dan pengalaman audit seorang auditor pada bidang industri tertentu yang diproksi dengan jasa audit pada bidang industri tertentu. Auditor tersebut memiliki pengetahuan yang spesifik dan mendalam serta berpengalaman dalam suatu bidang industri tertentu (Almutari dalam Ningsaptiti, 2010:37). Oleh karena itu auditor spesialis industry ini memiliki kinerja yang lebih baik dari auditor lainnya.

Selain dari pada auditor spesialis industry proksi lain yang digunakan adalah auditor big four. Oleh karena itu sangat diharapkan bahwa auditor big four memiliki reputasi yang baik sehingga akan lebih baik dalam mengaudit suatu laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, auditor big four akan berusaha secara sungguh-sungguh mempertahankan pangsa pasar,kepercayaan masyarakat, dan reputasinya dengan cara memberi perlindungankepada publik (Sanjaya, dalam Rahmadika 2011:25).

2.1.5 Komite Audit

2.1.5.1 Pengertian Komite Audit

Komite Audit merupakan organ pendukung Dewan Komisaris yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Pembentukan Komite Audit harus dilengkapi dengan Piagam Komite Audit yang ditandatangani oleh Komisaris Utama dan Direktur Utama Perseroan. Ketua maupun anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Dewan


(33)

Komisaris.Pengertian komite audit menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yaitu :

“Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.”

Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.

2.1.5.2 Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit

Menurut Keputusan BAPEPAM Kep-29/PM /2004 menyatakan Komite Audit memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan olek direksi kepada Dewan Komisaris mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan Dewan Komisaris, antara lain meliputi :

• Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

• Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.


(34)

• Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal .

• Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen resiko oleh direksi.

• Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atau Perusahaan Publik.

• Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.

Komite Audit berwenang untuk mengakses catatan atau informasi tentang karyawan, dana, asset serta sumber daya perusahaan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya Komite Audit wajib bekerjasama dengan pihak yang melaksanakan fungsi interna audit perusahaan. Dengan terdapatnya Komite Audit yang beranggotakan minimal 3 orang maka diharapkan dapat mengurangi manajemen laba yang terjadi pada suatu perusahan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian mengenai manajemen laba tersebut yang dijadikan penulis sebagai bahan refrensi untuk literature dari penelitian ini yaitu : Meutia (2004) menguji hubungan antara kualitas audit dengan manajemen laba, dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Meutia berbeda dengan penelitian dengan penelitian Luhgiatno 2008 yang mengindikasikan bahwa KAP big four dan KAP spesialis industri terbukti tidak mampu membatasi praktik manajemen laba bagi perusahaan yang diauditnya pada saat perusahaan melakukan IPO.


(35)

Yohana (2010) meneliti tentang pengaruh Kualitas Auditor, Corporate Governance, Leverage dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba. Objek penelitiannya adalah perusahaan Perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia 2006-2008 yang terdiri dari 66 sampel. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa Kualitas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. CAR sebagai proksi dari kinerja keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif.

Ningsaptiti (2010) meneliti tentang Analisi Pengaruh Ukuran Perusahaan dan dan Mekanisme Good Governance terhadap Manajemen Laba. Objek penelitiannya adalah perusahaan Mnaufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa Ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan komposisi dewan komisaris dan komposisi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Rahmadika (2011) yang meneliti Pengaruh Kualitas Auditor terhadap Manajemen Laba, yang objek penenlitiannya adalah perusahaan manufaktur tahun 2008-2009. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa auditor spesialis industry dan auditor big four tidak berpengaruh terhadap manajemen


(36)

laba. Perbedaan hasil penelitian dari beberapa peneliti tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk kembali mengangkat fenomena mengenai manajemen laba ini, adapaun yang membuat penelitian ini berebda dengan penelitian sebelumnya adalah tahun penelitian yang dilakukan peneliti yaitu dari tahun 2009-2011 pada Perusahaan manufaktur dan menambah variabel indenpenden dengan Ukuran Komite Audit.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul Variabel Penelitian

Teknis Analisis

Hasil Penelitian

1 Luhgiatno (2008) Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia. Variabel dependen: manajemen laba Variabel independen: auditor spesialis industri dan ukuran KAP Regresi Berganda Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

2 Yohana (2010) Pengaruh Kualitas Auditor, Corporate Variabel Dependent : Manajemen Laba Regresi berganda Kualitas auditor berpengaruh positif dan signifikan


(37)

Governance, Leverage dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008) Variabel Dependent : Kualitas Auditor, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kinerja Keuangan Perbankan terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. CAR sebagai proksi dari kinerja keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif.

3 Inten Meutia (2004) Pengaruh Independensi Auditor Variabel dependen: manajemen Regresi Berganda Kualitas audit berpengaruh negatif dan


(38)

terhadap Manajemen Laba antara KAP Big 5 dan

Non Big 5

laba Variabel independen: kualitas audit signifikan terhadap manajemen laba

4 Pujiningsih (2011) Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009. Variabel independen : struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, komite audit, proporsi dewan komisaris, ukuran KAP, kompensasi bonus. Variabel dependen : manajemen laba Regresi berganda Struktur kepemilikan modal, ukuran perusahaan, keberadaan komite audit, proporsi dewan komisaris, kualitas audit berpengaruh negative terhadap manajemen laba sedangkan kompensasi bonus berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

5 Putri (2011) Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Manajemen Laba Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2009 Variabel independen : independensi, ukuran, financial expertise, jumlah pertemuan. Variabel dependen : manajemen laba Regresi berganda Terdapat hubungan negatif antara discretionary accruals dengan independensi komite audit, ukuran komite audit,

financial expertise pada komite audit, dan terdapat


(39)

antara

discretionary accruals dan jumlah pertemuan komite audit 6 Ningsaptiti

(2010) Analisi Pengaruh Ukuran Perusahaan dan dan Mekanisme Good Governance terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008) Varabel dependen : Manajemen laba Variabel independen : Ukuran Perusahaan, Konsentrasi Kepemilikan, Komposisi Anggota Dewan Komisarin, Spesialisasi Industri KAP, Komposisi Komite Audit Regresi berganda Ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan komposisi dewan komisaris dan komposisi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. 7 Rahmadika

(2011) Pengaruh kualitas Auditor terhadap Manajemen Laba (Studi Epiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel dependen : Manajemen Laba Variabel indpenden : Auditor Spesialis Industri dan Auditor Big Four

Regresi berganda

Auditor Spesialis Industri dan Auditor Big Four berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.


(40)

Tahun 2008-2009)

Sumber : Dibentuk berdasarkan Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini selain digunakan variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba sedangkan variabel independen adalah Kualitas Auditor yang doproksikan dengan Auditor Spesialis Industri dan Auditor Big Four serta Ukuran Komite Audit, dan penelitian ini untuk melihat pengaruh dari kualitas auditor yang diproksikan dengan Auditor Spesialis Industri dan Auditor Big Four serta Ukuran Komite Audit terhadap Manajemen Laba secara parsial dan simultan. Berikut ini adalah skema kerangka konseptual penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Variabel Independen

Variabel Dependen

Sumber : Dikembangkan untuk Penelitian

Manajemen Laba (Y) Auditor Spesialis Industri

(X1) Auditor Big Four

(X2)

Ukuran Komite Audit (X3)


(41)

2.4Hipotesis

i. Auditor Spesialis Industri

Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan. Dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung percaya pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi (Ningsaptiti, 2010:30).

Penelitian yang dilakukan oleh Rusmin (2010) yang menemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri menghasilkan nilai discretionary accruals yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh auditor non-spesialis industri. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa auditor spesialis industry memiliki kemampuan lebih dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan auditor non spesialis industry. Oleh karena itu hipotesis sementara penelitian ini adalah :

H-1 : Terdapat hubungan negatif antara Auditor Spesialis Industri dengan Manajemen Laba (decretionary accruals).

ii. Auditor Big Four

Secara umum auditor big four memiliki kapasistas dan keahlian yang lebih baik dan memadai dalam mengaudit suatu laporan keuangan perusahaan dan masyarakat pun cukup mengetahui hal tersebut. Untuk itu sangat perlu bagi auditor big four untuk menjaga reputasinya dikalangan masyarakat terkhusus pengguna jasa


(42)

mereka. Chen et al. (2005) yang meneliti tentang hubungan antara kualitas auditor dengan manajemen laba menemukan bahwa klien dari auditor non big four melaporkan nilai discretionary accruals yang lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien dari auditor big four. Hasil penelitian ini sesuai dengan Rahmadika (2011) yang menyatakan bahwa KAP big four yang memiliki kualitas auditor yang tinggi di mata masyarakat dapat mencegah manajemen laba.

Oleh karena penelitian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan sementara bahwa auditor big four memiliki kemampuan yang lebih dari auditor non big four dalam mendeteksi adanya manajemen laba. Maka hipotesis sementara dari penelitian ini yaitu :

H2 : Terdapat hubungan negatif antara KAP big four dengan Manajemen Laba (Discretionary accruals).

iii. Ukuran Komite Audit

Semakin banyak anggota dari Komite Audit maka akan semakin ketat proses pewangawas pada suatu perusahaan karena Komite Audit akan bekerja sama dengan yang menjalankan fungsi internal control perusahaan. Menurut penelitian Maharani 2011 menyatakan terdapat hubungan negatif antara Ukuran Komite Audit dengan Manajemen Laba.

Oleh karena penelitian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan sementara bahwa Ukuran Komite Audit memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya manajemen laba. Maka hipotesis sementara dari penelitian ini yaitu :


(43)

H3 : Terdapat hubungan negatif antara Ukuran Komite Audit dengan Manajemen Laba (Discretionary Accruals)


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian desain kausal. Menurut Sugiyono (2007:30) desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipenagruhi).

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari catatan-catatan dan dokumen-dokumen perusahaan sesuai data yang diperlukan. Data yang diperlukan adalah data sekunder yang didapat dari sebagai berikut :

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Kegiatan Mar’12 April’12 Mei’12 Jun’12 Juli’12 Agus’12 Pengajuan

judul

Bimbingan Proposal

Seminar Proposal Skripsi

Penulisan dan

Bimbingan Skripsi

Penyelesaian Skripsi


(45)

Ujian Meja Hijau

3.3 Batasan Operasional

Adanya batasan dalam setiap penelitian diperlukan agar penelitian tersebut tidak melebar begitu juga dengan penelitian ini terdapat batasan dalam hal data penelitian yang digunakan. Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, dan melaporkan laporan keuangan selama perode tersebut.

3.4 Definisi Operasional

Menurut Erlina (2008:57) definisi operasional adalah menjelaskan karakteristik dari objek kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalka kedalam penenlitian. Dan untuk menguji penelitian ini digunakan variabel dependen, variabel independen dan variabel control.

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen disebut juga variabel terikat, variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variable independen. Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari variabel independen (Erlian 2008:42). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan discretionary accruals (DAC). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Rusmin dalam Rahmadika, 2011:34).


(46)

Dechow dkk (dalam Rahmadika 2011:34) menyatakan bahwa model modified Jones memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mendeteksi manajemen laba dibandingkan model Healy, De Angelo, Jones, dan model Dechow and Sloan. Model Jones berfokus pada akrual total sebagai sumber manipulasi. Model Jones berfokus pada akrual total sebagai sumber manipulasi. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa akrual total akan mampu menangkap porsi yang lebih besar dari manipulasi oleh manager daripada porsi yang ditangkap bila menggunakan satu dua akun saja. Modified Jones Model ini mengestimasikan tingkat perkiraan akrual sebagai fungsi dari perbedaan antara perubahan revenue dan perubahan receivable, serta level dari property, plan, and equipment. Model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

1. Menghitung nilai total accruals dengan persamaan :

Total Accruals (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating)

2. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi Ordinary Least Squares (OLS) adalah sebagai berikut :

(����

��−1) =�1�

1

��−1� + �2�

∆����

��−1 �+�3�

����

��−1�+�

Dimana :

���� = total accruals perusahaan i pada periode t

��−1 = total asset perusahaan i pada akhir tahun t-1


(47)

���� = aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan pada

periode t

3. Dengan menggunakan koefisien regresi di atas, kemudian dilakukan perhitungan nilai non discretionary accruals (NDA) dengan persamaan :

����= �1� 1

��−1� + �2�

∆����− ∆����

��−1 �+�3�

����

��−1�

���� = non discretionary accruals perusahaan i pada periode t

� = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals

∆���� = perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t

4. Menghitung discretionary accruals (DAC)

����= � TACt

��−1� − ����

Dimana :

����= discretionary accruals perusahaan i pada periode t 3.4.2 Variabel Independen

Variabel Independen sering juga disebut variabel bebas. Variabel ini dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negative bagi variabel dependen lainnya (Erlina 2008: 43). Variabel Independen pada penelitian ini adalah auditor spesialis industry dan auditor big four.


(48)

3.4.2.1 Auditor Spesialis Industri

Auditor spesialis industri memiliki pengetahuan yang spesifik dan mendalam serta berpengalaman dalam suatu bidang industri tertentu (Almutari dalam Rahmadika 2011:36). Secara pengalaman auditor spesialis industry dianggap memiliki kapasitas yang lebih dalam mendeteksi laporan keuangan. Spesialisasi industri auditor diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu. Spesialisasi industri KAP pada penelitian ini adalah auditor yang memiliki pangsa pasar minimal 20% dari jumlah klien yang diterima pada kelompok industri tertentu (Chen et al., 2005; dalam Rahmadika 2011:37). Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh auditor spesialis industri, dan 0 jika lainnya. Variabel ini akan dilambangkan dengan SPEC di dalam persamaan.

3.4.2.2 Auditor Big Four

Auditor Big Four adalah auditor yang memiliki keahlian dan memiliki reputasi yang tinggi dibanding auditor Non Big Four. Jika auditor ini tidak dapat mempertahankan reputasinya, maka masyarakat tidak akan memberi kepercayaan kepada auditor Big Four sehingga auditor ini akan tiada dengan sendirinya. Ini terjadi pada KAP Arthur Andersen yang terlibat dalam kasus Enron ( Yohana 2010:43). Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh auditor big four, dan 0 jika diaudit oleh auditor no big four. Variabel ini akan dilambangkan dengan BIG4 di dalam persamaan.


(49)

1. KAP Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernst and Young (E & Y);

2. KAP Haryanto Sahari & Co. yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers (PwC);

3. KAP Osman Bing Satrio & Co. yang berafiliasi dengan Deloitte Touche Thomatsu (DTT);

4. KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja yang berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG).

3.2.1.1Ukuran Komite Audit

Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Variabel ini diukur secara numeral, yaitu dilihat jumlah nominal dari anggota audit. Variabel ini akan dilambangkan ACSIZE pada persamaan.


(50)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.2

Indikator, Skala Pengukuran, Sumber Data dan Instrumen Variabel Penelitian Variabel Indikator Skala Sumber

Data

Instrumen Independen

Auditor Spesialis Industri (X1)

Auditor Spesialis industry dan non Auditor spesialis industry

Nominal Sekunder Laporan Keuangan

Auditor Big Four (X2)

Auditor Big Four dan Auditor Non Big Four

Nominal Sekunder Laporan Keuangan Komite Audit (X3) Keputusan BAPEPAM Nomor SE-03/PM/2002

Nominal Sekunder Laporan Tahunan Dependen Manajemen Laba (Y) Discretionary Accrual (Modified Jones Model)

Rasio Sekunder Laporan Keuangan

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan dalam industri manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan sampel perusahaan dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Sampel adalah bagian dari


(51)

populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya, (Erlina 2007:74).

Dimana dalam penelitian ini, pemilihan anggota sampel penelitian didasarkan pada kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2009 sampai tahun 2011.

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir 31 Desember.

3.Total asset perusahaan minimal Rp 5 Triliun pada tahun 2011.

Berdasarkan karakteristik penarikan sampel diatas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 18 perusahaan.

Tabel 3.3

Proses Pengumpulan Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009

s/d 2011 127

Perusahaan dengan data tidak lengkap 10 Perusahaan yang tidak memiliki asset 5 Triliun pada tahun

2011

100

Jumlah sampel 18

Jumlah sampel keseluruhan selam periode penelitian (18 x 3) 54 Sumber : Data Sekunder yang Diolah 2012


(52)

Tabel 3.4

Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian

NAMA PERUSAHAAN KODE

PT POLYCHEM INDONESIA TBK ADMG

PT ASTRA INTERNASIONAL TBK ASII

PT ASTRA OTOPARTS TBK AUTO

PT BARITO PACIFIC TBK BRPT

PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA TBK CPIN

PT DELTA DUNIA MAKMUR TBK DOID

PT TITAN KIMIA NUSANTARA TBK FPNI

PT GAJAH TUNGGAL TBK GJTL

PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK INDF

PT INDORAMA SYNTHETIC TBK INDR

PT INDAH KIAT PULP & PAPER TBK INKP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK INTP PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK JPFA PT KALBE FARMA TBK (PERSERO) TBK KLBF

PT MULIA INDUSTRINDO TBK MLIA

PT MAYORA INDAH TBK MYOR

PT SEMEN GRESIK TBK SMGR

PT UNILEVER INDONESIA TBK UNVR

3.7 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lainnya sebelumnya (Erlina 2008:36). Sedangkan sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah laporan keuangan yang


(53)

telah diaudit pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2008-2010 yang diperoleh dari

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal, maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Sedangkan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber data dokumenter seperti laporan keuangan perusahaan sesuai dengan data yang diperlukan.

3.9 Teknis Analisis

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan dalam statistik deskriptif ini meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2006:105).


(54)

3.9.2 Analisis Statistik Inferial

Analisis Statistik Inferial digunakan untuk pengujian hipotesis yang digunakan. Pengujian hipotesis dalam peneltian ini menggunakan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistic, yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Regresi logistic adalah regresi yang digunakan sejauh mana probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independen. Pada tehnik analisis regresi logistic tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali 2006). Selain itu regresi logistic juga mengabaikan heteroscedary, artinya variabel dependen tidak memerlukan masing-masing variabel independennya. Berikut adalah model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis :

���� = ∝ +�1���� + �2���4 + �3������ +�

Dimana :

α = konstanta

β = koefisien variabel

DACC = nilai absolut dari discretionary accruals SPEC = auditor spesialis industri

BIG4 = auditor big four

ACSIZE = Ukuran (besarnya) komite audit e = residual of error


(55)

3.9.3 Uji Hipotesis

3.9.3.1 Menilai Model Fit

Tehnik yang digunakan untuk menilai model fit menggunakan Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of fit test. Data dikatakan memiliki model fit baik apabila p-value Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of fit Test lebih besar dari 0,05 yang berarti model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

3.9.3.2 Menguji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test. Adapu hasilnya jika :

• Terdapat perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Homer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

• Jika nilai Homer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima karena model mampu memprediksi nilai observasinya.

3.9.3.3 Estimasi Parameter dan Intrepretasi

Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi dari tiap-tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antar variabel yang satu deangan yang lainnya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai


(56)

probabilitas (sign). Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan pada tingkat 5% berarti H0 ditolak dan H1 diterima bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, jika angka signifikan lebih besar dari 0,05 berarti H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel terikat.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisi Deskriptif Penelitian

Analisis data deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan mengembangkan variabel-variabel dalam penelitian. Analisis deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), standart deviasi.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2011. Berdasarkan criteria yang telah ditetapkan peneliti dari 127 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 54 sampel dalam peneletian ini (berdasarkan 3 tahun penelitian Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling diharapkan mampu mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian.

4.2 Hasil Penelitian

Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistic yang menggunakan regresi logistic. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan regresi logistic. Pengujian analisis statistic inferensial dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software program SPSS versi 18. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang telah ditentukan.


(58)

4.2.1. Hasil Analisis Statistik Inferensial

a. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah :

H0 : model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan kedalam model. Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Likehood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input (Ghozali, 2006:232)

Tabel 4.1

Tabel Likelihood Block 0 Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 57.400 -1.111

2 57.209 -1.248

3 57.208 -1.253

4 57.208 -1.253

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 57.208

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.


(59)

Sumber : Hasil Pengolah data Sekunder pada Lampiran (2012)

Output SPSS pada tabel 4.1 menunjukkan nilai -2 LogL pertama sebesar 57.208,

angka ini secara matematik signifikan pada alpha (α) 5% dan hipotesis nol ditolak.

Hal ini berarti bahwa hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi).

Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai -2LogL (-2LL) pada awal (Block 0) dengan nilai -2LogL pada akhir (Block 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006:243).

Tabel 4.2

Tabel Likelihood Block 1 Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant BIG4 SPEC ACSIZE

Step 1 1 56.139 -1.862 .301 -.600 .287

2 55.766 -2.305 .356 -.804 .403

3 55.764 -2.345 .357 -.824 .415

4 55.764 -2.345 .357 -.824 .415

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 57.208

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.


(60)

-2LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas yaitu KAP big four (BIG4), Auditor Spesialis Industri (SPEC), Ukuran Komite Audit (ACSIZE) sebesar 55,764 . -2LogL untuk model dengan kosntanta dan variabel bebas yaitu KAP big four (BIG4), Auditor Spesialis Industri (SPEC), Ukuran Komite Audit (ACSIZE) ternyata tidak signifikan pada alpah (α) 5% yang berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak dan model fit dengan data.

Output SPSS pada tabel 4.2 menunjukkan selisih kedua -2LogL sebesar 1,444 (57,20855,764) atau terjadi penurunan nilai 2LogL sebesar 1,444. Penurunan nilai -2LogL ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “ Sum of Squere Error” pada model regresi, sehingga penurunan nilai Log Likelhood menunjukkan model regresi yang semakin baik.

b. Menilai Kelayakan Model Regresi

Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistic yang akan digunakan. Pengujian kelayakan model regresi dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lamershow’s Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-Squer, probabilitas signifikan yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikan (α) 5%.


(61)

Hipotesis untuk menilai keyakan model regresi : H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data H1 : Ada perbedaan model dengan data

Tabel 4.3

Tabel Hosmer and Lameshow Test Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .712 3 .870

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder pada Lampiran 2 (2012)

Tabel 4.3 diatas menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lameshow. Dengan probabilitas signifikan yang menunjukan angka 0,870nilai signifikan yang diperoleh

ini jauh lebih besar dari pada 0,05 (α) 5%, maka H0 tidak dapat ditolak (diterima).

Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, atau dapat dikatakan bahwa model mampu mengatmati nilai observasinya.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas varabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistic dapat diliaht pada nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat diintepretasikan seperti nilai R Square


(62)

Pada regresi berganda (Ghozali, 2006). Nilai ini didapat dengan cara membagi niali Cox & Snell R Square dengan niali maksimumnya.

Tabel 4.4

Tabel Nagelkerke R Square

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 55.764a .026 .400

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder pada Lampiran 2 (2012)

Tabel 4.4 diatas menunjukkan nilai Nagelkerke R Square, dilihat dari hasil aoutput pengolahan data nilai Nagelkerker R Square adalah sebesar 0, 40 yang berarti variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen adlah sebesar 40% sisanya sebesar 60% (100%-40%) dijelaskan variabilitas variabel-variabel lain diluar model penelitian.

d. Matrik Klasifikasi

Martrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya manajemen laba.


(63)

Tabel 4.5

Tabel Classification Table Prediksi Classification Tablea,b

Observed Predicted

DACC Percentage

Correct

0 1

Step 0 DACC 0 42 0 100.0

1 12 0 .0

Overall Percentage 77.8

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Classification Tablea

Observed Predicted

DACC Percentage

Correct

0 1

Step 1 DACC 0 42 0 100.0

1 12 0 .0

Overall Percentage 77.8

a. The cut value is .500

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder pada Lampiran 2 (2012)

Dari tabel 4.5 diatas dapat dibaca bahwa menurut prediksi, ketepatan prediksi model ini adalah 88,1%.

4.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas yaitu kualitas auditor yang diproksikan dengan KAP big four (BIG4) dan auditor spesialis industry (SPEC) serta ukuran komite audit (ACSIZE) terhadap manajemen laba yang diproksikan oleh discretionary accruals (DACC) dengan


(64)

menggunakan hasil uji regresi yang ditunjukkan dalam variabel in the equation. Dalam uji hipotesis dengan regresi logistic cukup dengan melihat variabel in the equation, pada kolom significant dibandingkan dengan tingkat kealphaan 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima.

Tabel 4.6

Tabel Variables in the Equation Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a SPEC -.824 .843 .956 1 .328 .438

BIG4 .357 .975 .134 1 .715 1.429

ACSIZE -.415 .582 .510 1 .004 1.515

Constant -2.345 1.868 1.577 1 .209 .096

a. Variable(s) entered on step 1: SPEC, BIG4, ACSIZE.

Tabel 4.6 di atas menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistic pada tingkat signifikan 5 %. Dari pengujian dengan regresi logistic di atas maka diperoleh persamaan regresi logistic sebagai berikut :

DACC = -2,345 + -0,824 SPEC + 0,357 BIG4 - 0,415 ACSIZE + e

Tabel 4.7 Tabel Hasil Hipotesis

No Hipotesis Beta Sig Kesimpulan

1 H1 -0,824 0,328 Tidak Didukung 2 H2 0,357 0,715 Tidak Didukung

3 H3 -0,415 0,004 Didukung


(1)

Lampiran 2

Your trial period for PASW Statistics will expire in 18 days.

GET DATA /TYPE=XLSX

/FILE='D:\henny cipa\tugas akhir cadangan\dataku2.xlsx' /SHEET=name 'Sheet6'

/CELLRANGE=full /READNAMES=on

/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. LOGISTIC REGRESSION VARIABLES DACC /METHOD=ENTER SPEC BIG4 ACSIZE /CLASSPLOT

/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

[DataSet1]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 54 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 54 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 54 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

dimension0

0 0


(2)

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 57.400 -1.111

2 57.209 -1.248

3 57.208 -1.253

4 57.208 -1.253

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 57.208

c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea,b

Observed Predicted

DACC Percentage

Correct

0 1

Step 0 DACC 0 42 0 100.0

1 12 0 .0

Overall Percentage 77.8

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500


(3)

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables SPEC .801 1 .371

BIG4 .069 1 .793

ACSIZE .455 1 .500

Overall Statistics 1.474 3 .688

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant SPEC BIG4 ACSIZE

Step 1 1 56.139 -1.862 -.600 .301 .287

2 55.766 -2.305 -.804 .356 .403

3 55.764 -2.345 -.824 .357 .415

4 55.764 -2.345 -.824 .357 .415

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 57.208

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 1.444 3 .695

Block 1.444 3 .695


(4)

Model Summary Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 55.764a .026 .400

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 .712 3 .870

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

DACC = 0 DACC = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 3 2.637 0 .363 3

2 22 22.336 5 4.664 27

3 9 9.000 3 3.000 12

4 5 5.419 3 2.581 8

5 3 2.609 1 1.391 4

Classification Tablea

Observed Predicted

DACC Percentage

Correct

0 1

Step 1 DACC 0 42 0 100.0


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a SPEC -.824 .843 .956 1 .328 .438

BIG4 .357 .975 .134 1 .715 1.429

ACSIZE -.415 .582 .510 1 .004 1.515

Constant -2.345 1.868 1.577 1 .209 .096

a. Variable(s) entered on step 1: SPEC, BIG4, ACSIZE.

Correlation Matrix

Constant SPEC BIG4 ACSIZE

Step 1 Constant 1.000 .054 -.176 -.934

SPEC .054 1.000 -.606 -.058

BIG4 -.176 -.606 1.000 -.073


(6)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

32 + +

I I

I 1 I

F I 1 I

R 24 + 1 +

E I 0 I

Q I 0 I

U I 0 I

E 16 + 0 +

N I 0 I

C I 0 1 1 I

Y I 0 0 1 I

8 + 0 0 0 +

I 0 0 0 I

I 0 0 0 0 I

I 0 0 0 0 0 I

Predicted ---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1

Group:

00000000000000000000000000000000000000000000000000111111111111111111 11111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is .50


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Intitusional, Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderating (Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 40 99

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)

11 58 15

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KUALITAS KAP, TINGKAT Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kualitas Kap, Tingkat Leverage Dan Komite Audit Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015).

0 8 17

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

0 6 17

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

0 6 17

Analisis pengaruh likuiditas, profitabilitas, leverage, dan kualitas audit terhadap manajemen laba : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 s/d 2011.

0 4 132

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).

0 0 16

Pengaruh Ukuran KAP, Audit Tenure, dan Auditor Spesialis Industri terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

1 1 17

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

3 81 9

Pengaruh Market To Book, Jumlah Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, dan Kualitas Auditor terhadap Aktivitas Manajemen Laba Riil (Studi empiris pada perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2015) - Unika Repository

0 0 14