LATAR BELAKANG PERILAKU PERKOSAAN PADA MASA KANAK-KANAK AKHIR (STUDY KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR)

(1)

ii

LATAR BELAKANG PERILAKU PERKOSAAN PADA MASA KANAK-KANAK AKHIR (STUDY KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR)

SKRIPSI

Disusun oleh: EMY NURFASA

NIM. 06810260

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

iii

LATAR BELAKANG PERILAKU PERKOSAAN PADA MASA KANAK-KANAK AKHIR (STUDY KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK BLITAR)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

Disusun oleh: EMY NURFASA

NIM. 06810260

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(3)

D 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. Judul S Nama P Tempat Nomor Fakulta Perguru Waktu Pembimb Dra. Djudia Skripsi Peneliti t, tanggal lah

Induk Maha as

uan Tinggi Penelitian

ing I

ah, M. Si

LEMBAR hir asiswa : : : : : : : iv R PERSETU Latar Belak Masa Kana Emy Nurfa Blitar, 10 M 06810260 Psikologi Universitas 11 Oktobe UJUAN kang Perilak ak-Kanak Ak asa Mei 1986 s Muhammad r – 12 Nove

ku Perkosaan khir diyah Malan ember 2010. Pembimbi Ari Firman n Pada ng . ing II


(4)

K

A

Ketua Pengu

Anggota Pen

Skri

uji : D

nguji : 1.

2.

LEMBA

ipsi ini telah Tangga

De

Dra. Djudiah,

. Dr. Drs, L

. Zainul Anw

v AR PENGES

h diuji oleh D al: 5 Februari

ewan Penguj

, M.Si

atipun, M.K

war, S.Psi, M SAHAN

Dewan Pengu i 2011

ji

Kes

M. Psi

uji

________

________

________

________

________


(5)

S N N F M J 2 a u

Saya Yang b Nama NIM Fakultas/Jur

Menyatakan Judul: LATA

KAN 1. Adalah b

penulisan disebutk 2. Hasil tul hak beba Dem apabila pern undang-unda bertanda tang rusan UNIVER n bahwa Skri

AR BELAKA NAK AKHIR

bukan karya n dalam ben kan sumberny lisan karya il as royalty no mikian surat nyataan ini t

ang yang be

SURAT

gan di bawah : : : Emy Nur 0681026 Psikolog RSITAS MU ipsi/Karya Il ANG PERIL R

a orang lain ntuk kutipan ya.

lmiah/skrips on ekslusif, a

pernyataan tidak benar, rlaku. vi T PERNYAT h ini: rfasa 60 gi UHAMMAD lmiah: LAKU PERK

n baik sebag n yang digun

si dari peneli apabila digun

ini saya bu saya bersed TAAN DIYAH MAL KOSAAN P gian maupu nakan dalam

itian yang sa nakan sebag uat dengan dia mendapa LANG PADA MASA un keseluruh m naskah in

aya lakukan m gai sumber pu

sebenar-ben at sanksi sesu

A

KANAK-han kecuali i dan telah

merupakan ustaka. narnya dan


(6)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta salam sejahtera bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas rahmat, kekuatan, karunia, taufik dan hidayahNya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

Skripsi ini berjudul “LATAR BELAKANG PERILAKU PERKOSAAN PADA MASA KANAK-KANAK AKHIR” . Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari dan mengakui, terwujudnya skripsi ini bukan semata-mata karena peneliti sendiri, namun banyak pihak yang ikut andil dan membantu penulis. Dengan penuh kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Tulus Winarsunu M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Ibu Djudiah, M. Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan, senantiasa sabar dalam membimbing dan selalu memberikan motivasi kepada penulis.

3. Bapak Ari Firmanto, S. Psi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, senantiasa sabar dalam membimbing dan selalu memberikan motivasi kepada penulis.

4. Ibu Tri Muji Ingarianti, M.Psi selaku dosen wali yang selalu memberi dukungan.


(7)

viii

5. Yang tersayang dan tercinta Bapak, Ibu atas segala cinta, doa, dorongan, kesabarannya dan setiap kasih sayang yang dicurahkan kepada penulis selama ini. Semoga ilmu pengetahuan dan gelar Sarjana yang telah penulis peroleh saat ini mendapat ridho dari-Nya dan bisa menjadi suatu ilmu yang bermanfaat serta dapat membanggakan seluruh keluarga dan orang-orang yang dicintai penulis.

6. Kakak- kakakku tersayang Lilik Zhulaikah, Muhammad Zhaenuri, Mariatul Chibtiah, dan Nurul Fatimah yang selalu menjadi motivasi serta inspirasi kepada penulis.

7. Teruntuk spesial in my life mas Ady Dwi Prayitno yang selalu memberi dukungan, motivasi, doa dan perhatian serta ikut membantu dan selalu ada untuk penulis.

8. Subyek penelitian AG, nara sumber DA dan semua petugas lembaga pemasyarakatan anak blitar yang telah bersedia bekerjasama serta membantu peneliti memperlancar proses pelaksanaan penelitian.

9. Teman-temanku kost putri Ipung (Karya Wiguna 342) dan teman-teman lainnya yang juga senantiasa memberi dukungan.

10.Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.


(8)

ix INTISARI

Nurfasa, Emy. 2011.Latar Belakang Perilaku Perkosaan Pada Masa Kanak-Kanak

AKhir. Skripsi Sarjana Strata-I, Tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Pembimbing: (1) Djudiah, (2) Ari Firmanto

Kata Kunci: Latar Belakang, Perilaku Perkosaan, Masa Kanak-Kanak Akhir.

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya berada di sekolah untuk belajar demi mencapai cita-cita, bukan berada di balik terali besi, karena kesalahan dari anak itu sendiri bahkan kesalahan dari orang tua yang kurang perhatian dalam mendidik anak-anaknya. Kenakalan anak sebenarnya adalah hal yang wajar, tapi ternyata tidak jarang anak melakukan tindak kejahatan. Salah satu tindak kejahatan yang dilakukan oleh anak adalah tindak kejahatan perkosaan yang tercantum dalam pasal 285 KUHP. Di mana kejahatan tersebut tidak lagi dilakukan oleh orang dewasa melainkan pada kenyataannya telah melanda anak-anak. Berdasarkan dari latar belakang di atas permasalahan yang kemudian timbul adalah: faktor-faktor apa yang melatar belakangi anak melakukan perkosaan. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang melatar belakangi anak melakukan perkosaan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian ini adalah anak negara yang ada di lembaga pemasyarakatan anak Blitar. Metode mengumpulkan data yang digunakan adalah wawancara dan tes Grafis. Sedangkan analisa data terbagi menjadi tiga bagian, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification. Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber dengan keluarga terdekat subyek dan triangulasi metode dengan menggunakan alat tes grafis.

Dari hasil penelitian dapat diperoleh, bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi perilaku perkosaan pada masa kanak-kanak akhir adalah (1) faktor intern yaitu, subyek memiliki rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba terhadap hal-hal baru sangat tinggi, selain itu subyek juga tergolong seorang yang percaya diri dan cenderung suka menentang terhadap aturan-aturan. (2) faktor ekstern, yaitu pola asuh orang tua yang cenderung membiarkan dan orang tua yang terlalu sibuk bekerja sehingga menyebabkan perilaku anak tidak terkontrol dan tidak terawasi, pergaulan anak dengan orang yang jauh lebih dewasa dan ikut menonton film porno, teman yang kadang-kadang mengajak subyek bercerita tentang film porno yang sudah dilihatnya, pernah melihat film porno dan film sinetron dengan adegan tidur bersama, dan yang terakhir adalah faktor situasi dan kondisi pada saat terjadinya perkosaan dalam keadaan sepi.


(9)

x ABSTRACT

Ardyanto, Fuat. 2010. Social Support by Parent to Children Special Need (Mental Reatardation )

Skripsi.Psychology Faculty of Universitas Muhammadiyah Malang. Supervisor : (1) Yudi Suharsono, (2) M.Salis Yuniardi

Key: Social Support by Parent, Children Special Need (Mental Reatardation ) Every parent would want to have a healthy child, both physically and mentally. The situation will be different when the children require special needs, so that children experience barriers in the process of growth. This study focused on parents who have children with special needs, specifically children who have mental retardation. The importance of social support given by parents is that the ability of socialization and communication skills a child can develop optimally as a provision to live together in society, because only from that support, which could give a big influence in the lives of children. The purpose of this study is to determine the forms of support provided by parents on child mental retardation who require special needs.

This study uses a qualitative approach with case study method. Subjects of the study were 3 people who have a child that is mentally retarded level of being. The method used in collecting information with interview. Research procedures are pre field and the field work phase. While data analysis is divided into three parts, namely reduction of information, display information and conclusion drawing/verification. Furthermore, to check the validity of the information, researchers use triangulation techniques, namely triangulation, a source with the subject of kind.

The results showed that all subjects of research have provided support in accordance with his understanding maximally respectively, but the support provided has not led to what is needed by the mentally retarded child and not ideal because it is said there are some aspects that have not been fulfilled. These aspects is the support on self-esteem and support from social groups. In addition, each subject has also been providing support on different aspects so that the effects obtained are also different. Various effects can be felt, among others, is when parents provide support in the form of the fulfillment of physiological needs instumental in full so that can be felt is when children become excited about school, contrast to the informational support, provision of this support include searching for information about the problems of children by parents the right people and giving advice, so the effect obtained is that parents can control the negative behavior of children. Besides from providing emotional support and support in self-esteem, can know the extent to which the form of attention that has been given by each person in order child's self confidence so that children do not fell inferiority when doing interaction outside.


(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PENYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR SKEMA ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Perilaku Perkosaan ... 9

1. Pengertian perilaku perkosaan ... 9

2. Unsur-unsur perkosaan ... 11

3. Jenis-jenis perkosaan ... 13

4. Karakteristik perkosaan ... 14

5. Dampak perkosaan ... 16

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perkosaan ... 19

B. Masa Kanak-Kanak Akhir... 23

1. Pengertian masa kanak-kanak akhir ... 23

2. Ciri-ciri khas masa kanak-kanak akhir ... 24

3. Tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir ... 25


(11)

xii

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ... 30

C. Kerangka Pemikiran ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Batasan Istilah ... 34

C. Subyek Penelitian ... 34

D. Metode Pengumpulan Data ... 34

E. Prosedur Penelitian ... 36

F. Analisis Data ... 38

G. Keabsahan Data ... 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Identitas Subyek Penelitian ... 41

B. Gambaran Hasil Penelitian ... 41

1. Subyek AG ... 42

C. Analisis Data ... 53

1 Subyek AG ... 53

a Latar Belakang Perilaku Perkosaan Pada Masa Kanak-Kanak Akhir ... 54

D. Pembahasan ... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(12)

xiii

DAFTAR SKEMA

Skema 4.1 Analisis Latar Belakang Perilaku Perkosaan Pada Masa Kanak-Kanak Akhir ... 56


(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Identitas subyek penelitian ... 41 Table 4.2 Rangkuman latar belakang perilaku perkosaan ... 51 Table 4.3 Rangkuman analisa data subyek ... 54


(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kegiatan Lapangan ... 67

Lampiran 2 A. Informed Concent Subyek AG ... 70

Lampiran 3 A. GuideInterview ... 73

B. Hasil Wawancara Subyek AG ... 76

Lampiran 4 A. Hasil Tes Grafis ... 109


(15)

xvi

DAFTAR PUSTAKA .

Departemen P & K (1991). Kamus bahasa besar bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Desmita. (2008). Psikologi perkembangan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung : P.T. Remaja

Rosdakarya.

Detik News (Rabu, 04 April 2007). Ya Ampun! Anak SD Ngeseks di Kelas. http://m.detik.com.

Detik News ( Kamis, 16 April 2009). Anak Tuna Rungu Diperkosa Temannya. http://m.detik.com

Gunarsa, S. D. (2007). Psikologi perkembangan. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Hurlock, E.B. (1978) Perkembangan anak, Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Hurlock, E. B. (1978) Perkembangan anak, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Hurlock, E. B. (1980) Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan). Jakarta : Erlangga.

Kartono. K. (1981). Psikologi abnormal dan pathologi seks. Bandung : Alumni. Kartono. K. (1995). Psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung : Mandar

Maju.

Lamintang, PAF dan Samosir. J. (1983). Hukum pidana indonesia. Jakarta : Sinar Baru.

Mappiare. A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Moleong, L.J. (2008). Metode penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Monks. F.J. dkk. (2006). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Poerwanti & Widodo. (2000). Perkembangan peserta didik. Malang : UMM Press.

Prasetyo. E dan Marzuki, S. (1997). Pelecehan seksual. Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Prodjodikoro. W. (1986). Tindak-tindak pidana tertentu di indonesia. Bandung:

Eresco.

Santrock, J. W. (2002). Life-span development, perkembangan masa hidup Edisi 5, Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Simanjuntak. (1984). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Jati.

Soesilowindradini. (1990). Psikologi perkembangan masa remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Sugandhi. R. (1980). Kitab undang-undang hukum pidana dan penjelasannya. Surabaya : Usaha Nasional.

Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, B & Hariadi S, Sri (1980) . “ Krisis & Cchild abuse”. Surabaya: Airlangga.


(16)

xvii

Wahid. A & Irfan. M. (2001). Perlindungan terhadap korban kekerasan seksual. Bandung: Refika Aditama.

Widiyanti. N. & Waskita. Y. (1987). Kejahatn dalam masyarakat dan pencegahannya. Jakarta: Bina Aksara.

Yusuf. S. (2009). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(17)

 

1

   

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkosaan akhir-akhir ini merupakan musibah atau permasalahan yang sulit sekali untuk dipecahkan dan diselesaikan. Permasalahan inipun sekarang tidak hanya dirasakan oleh Negara kita sendiri melainkan juga dirasakan oleh Negara-negara maju maupun berkembang, terutama pada permasalahan kriminalitas yang semakin hari semakin meningkat saja jumlah kasusnya. Sangat disayangkan juga bahwa permasalahan kriminalitas ini tidak hanya melanda orang dewasa melainkan sudah melanda anak-anak. Masalah tersebut cenderung menjadi masalah nasional yang dirasa semakin sulit untuk dihindari, ditanggulangi bahkan diperbaiki kembali, karena ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa seorang anak dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan sekitarnya, yang mana kita tahu sendiri bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya berada di sekolah untuk belajar demi mencapai cita-cita, bukan berada di balik terali besi, karena kesalahan dari anak itu sendiri bahkan kesalahan dari orang tua yang kurang perhatian dalam mendidik anak-anaknya.

Kenakalan anak-anak memang terkadang dianggap wajar, tapi ternyata tidak jarang anak melakukan tindak kejahatan yang melanggar hukum di usia yang masih belia. Masa kanak-kanak akhir adalah masa menentang kedua orang tuanya atau keluarga terdekat dimana, perhatian utama anak lebih tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku, karena mereka menganggap bahwa diri mereka sudah mempunyai kelompok yang bisa diajak kompromi, sharing atau sependapat dengan dia (Hurlock,1997). Pada masa itu anak merasa ingin diakui dan


(18)

 

2

   

 

 

dihargai karena anak juga makluk social yang ingin berkembang di dalam masyarakat. Akan tetapi bisa kita lihat sekarang ini banyak sekali pergaulan-pergaulan anak yang sangat bertentangan dengan norma yang ada dimasyarakat yang dulu dianggap tabu sekarang sudah menjadi hal yang biasa dan apabila sekelompok anak tersebut tidak mengikuti maka anak tersebut akan dikucilkan bahkan dianggap anak yang tidak gaul.

Dalam hal ini dapat kita lihat beberapa kasus perkosaan yang sangat memprihatinkan terjadi di Sekolah Spearsville di Louisiana utara, Amerika Serikat (AS) yang disampaikan oleh pejabat kepolisian setempat, Bob Buckley, seperti diberitakan di Sydney Morning Herald tepatnya tanggal 4 April 2007, Lima anak SD ditangkap karena ngeseks di ruangan kelas saat guru tidak ada. Hubungan seks itu dilakukan di depan teman-teman sekelas mereka. Kejadian menghebohkan ini terjadi di sekolah Spearsville di Louisiana utara, Amerika Serikat (AS). Saat peristiwa mengejutkan itu terjadi, ruangan kelas sedang tidak diawasi karena guru tengah mengikuti rapat. Contoh kasus seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi para orang tua untuk lebih mengawasi anak dalam pergaulan sehari-hari. (Detik News , Rabu, 04 April 2007).

Selain itu ada juga kasus tentang anak SD umur 10 tahun tuna rungu diperkosa tiga teman sekolahnya bahkan sang korban sempat dipaksa melakukan oral seks oleh teman-temannya itu. Sungguh memilukan hati moral anak-anak ini. Tiga siswa Sekolah Dasar (SD) dilaporkan ke polisi karena diduga memperkosa teman satu sekolahnya sendiri, di Cematan Buay Madang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan. Hal ini disampaikan oleh Yenni Izi, direktur Woman Crisis Centre (WCC) Palembang, yang mengatakan kasus kekerasan seksual terhadap anak cukup tinggi di Sumsel. "Selama setahun kemarin, sekitar 100 lebih kasus yang korbannya anak-anak dan pelakunya anak-anak cukup sering terjadi," (Detik News, Kamis, 16 April 2009).

Kemudian selain contoh kasus yang telah dipaparkan, peneliti juga mendapatkan subyek yang berdomisili di Nganjuk dengan inisial AG, yang


(19)

 

3

   

 

 

diduga telah melakukan perkosaan kepada anak usia 6 tahun, yang mana anak tersebut adalah teman bermain subyek. Pada saat kejadian itu berlangsung, subyek ditemani oleh salah satu teman laki-laki subyek awalnya subyek dan temannya itu mengajak bermain korban di kebun belakang rumah subyek, akan tetapi di kebun itu sang korban tidak diajak bermain melainkan sang korban justru diperkosa bersama dengan teman laki-lakinya itu, hingga malamnya harinya sang korban mengadu kepada kedua orang tuanya kalau bagian alat vitalnya sakit, berawal dari pengaduan korban inilah akhirnya subyek dan juga temannya dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

Berdasarkan beberapa kasus diatas ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak melakukan perilaku perkosaan misalnya anak di luar rumah memiliki lingkungan bermain yang kurang baik sehingga menyebabkan anak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang kurang baik tersebut, kemudian anak memiliki teman bergaul yang jauh lebih dewasa dan mengajari hal-hal yang tidak baik, sehingga membuat anak menirukan perilaku yang tidak baik dari temanya, atau mungkin anak membuka internet tanpa pantauan dan pendampingan dari orang tuanya. Karena anak- anak memiliki sifat mudah terpengaruh dan suka meniru, dengan iman yang tidak kuat sehingga tidak mampu membendung dampak negatif dari teknologi informasi yang cenderung kebablasan itu. Akibatnya anak-anak akan terjerumus melakukan tindakan yang berakibat fatal dan di mana saja anak dapat terdorong untuk melakukan perbuatan yang menyimpang dan akan merugikan diri serta lingkungan di sekitarnya misalnya saja melakukan perkosaan atau pelecehan seksual lainnya, karena seringnya mereka menonton televisi, film porno atau bisa jadi melakukan kejahatan lain yang kebanyakan disiarkan dalam bentuk hiburan-hiburan di televisi seperti fenomena yang dijelaskan di atas.

Dengan melihat fenomena yang terjadi diatas kadang-kadang masyarakat kita terlalu masa bodoh terhadap sesuatu yang seharusnya dijauhkan atau dikontrol dari anak-anak yaitu masyarakat kita dengan


(20)

 

4

   

 

 

mudahnya mempertontonkan atau memamerkan hal-hal yang negatif atau sebenarnya tidak pantas diperlihatkan dan dikonsumsi oleh masyarakat terutama masa kanak-kanak akhir (dalam Monks: 2006) menyebutkan bahwa pada masa kanak-kanak akhir ini anak-anak mulai melepaskan diri dari keluarga, ia makin mendekatkan diri pada orang lain disamping anggota keluarga. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Oleh karena itu mereka menjadi sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang sifatnya negatif maupun positif. Sehubungan dengan kepekaan terhadap stimuli luar itu, masa ini merupakan saat dimana orang tua harus selalu mengawasi dan membimbing agar anak terhindar dari resiko-resiko yang bahaya. Terutama sekali bila ada orang dewasa dan orang jahat yang dengan sengaja menyalahgunakan kelemahan jiwa anak, dan memanipulasikan anak-anak untuk tujuan jahat serta asusila. Misalnya untuk perbuatan kriminil dan tuna susila, sehingga anak-anak jadi terjerumus pada tindak kiminal, tingkah laku yang menyimpang dari norma susila, dan tindak amoral.

Pengaruh media terhadap anak makin hari makin besar pengaruhnya, teknologi semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Tayangan televisi sekarang banyak menayangkan tayangan yang menyimpang dari norma atau aturan yang ada misalnya saja dengan tema hamil di luar nikah, aborsi, seorang ayah memperkosa anak tetangganya yang masih dibawah umur, film dengan mengharuskan adegan ciuman yang dilakukan oleh anak-anak, iklan-iklan yang sebenarnya khusus disiarkan hanya pada malam hari, bahkan berita-berita kejahatan dimana sebenarnya sebagai informasi atau pengetahuan saja, akan tetapi malah didramatisir sedemikian rupa agar menarik perhatian penonton. Salah satu karakteristik masa kanak-kanak akhir adalah usia berkelompok dan usia yang menyulitkan. Dalam proses usia berkelompok dan usia yang menyulitkan ini anak-anak sering melakukan tindakan antisocial dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih


(21)

 

5

   

 

 

banyak dipengaruhi teman sebaya dibandingkan orang tua dan anggota keluarga lainnya (Hurlock,1996).

Pada dasarnya seorang anak sangat membutuhkan perhatian yang lebih terutama pada masa anak-anak akhir, karena pada masa itu anak mengalami masa usia berkelompok dimana perhatian anak terutama tertuju pada keinginan diterima oleh teman sebayanya sebagai anggota kelompok. Dimana masa ini terjadi perubahan-perubahan besar ditandai oleh penyesuaian diri anak yaitu anak menyesuaikan diri dalam standar yang disetujui kelompok dalam hal penampilan, bicara dan perilaku. Dengan sadar anak berusaha melepaskan diri dari kewibawaan orang tua serta pendidik, dan mereka ingin mandiri. Namun dalam usahannya beremansipasi (melepaskan diri dari macam-macam ikatan dan belenggu), anak justru terbentur pada ketakutan, kecemasan, rasa-rasa tidak mantap, dan kesunyian, karena merasa tidak dimengerti oleh orang lain, atau merasa tidak puas dan kecewa. Selain itu anak jadi gelisah dan bingung, karena merasa belum menemukan apa yang dicari dan diharapkannya. (dalam Kartono: 162-163)

Selain faktor-faktor diatas, salah satu faktor yang penting dalam memunculkan perilaku kenakalan masa kanak-kanak akhir adalah faktor keluarga. Kebanyakan orang tua yang bekerja diluar rumah tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak-anak mereka. Seringkali anak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi tanpa menghiraukan hal penting lainnya. Padahal sebenarnya apa yang telah mereka lihat itu tidak semuannya bermanfaat atau mendididk bagi perkembangan jiwa mereka. Inipun tidak hanya televisi saja yang berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak, tapi sekarang banyak juga beredar bacaan, gambar-gambar ataupun film-film yang berbau porno terlebih lagi dunia elektronik yang semakin canggih, banyak warung-warung internet dibuka dengan penyewaan yang cukup murah dimana anak-anak dengan mudah mengakses sendiri melalui media internet tersebut untuk membuka situs-situs porno yang mereka inginkan.


(22)

 

6

   

 

 

Selain hal yang dijelaskan diatas peran orang tua di sini sangatlah penting, mengingat kebanyakan para orang tua sekarang menganggap bahwa dengan bersekolah saja sudah cukup dalam mendidik anak, sehingga orang tua menjadi lepas tanggung jawab terhadap anak. Padahal peran orang tua dan masyarakat sekitarnya jauh lebih besar dalam membentuk karakter masa kanak-kanak akhir karena masa kanak-kanak akhir waktunya lebih banyak dengan keluarga dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya meskipun masa kanak-kanak akhir sebenarnya lebih suka menghabiskan waktu dengan kelompok atau teman sebayannya. Kecenderungan berada dalam kelompok sebaya adalah salah satu karakteristik dari masa kanak-kanak akhir. Mereka akan banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Persahabatan semakin penting pada masa pertengahan dan akhir anak-anak. Popularitas diantara teman sebaya merupakan motivasi yang penting bagi masa kanak-kanak akhir (Jonh.Santrok.1995). Kemajuan-kemajuan dalam perkembangan kognitif selama pertengahan dan akhir masa anak-anak juga memungkinkan anak-anak mengambil perspektif teman sebaya secara lebih cepat sekaligus pengetahuan social mereka tentang menciptakan dan mempertahankan teman meningkat. Begitu besarnya pengaruh teman sebaya, memungkinkan masa kanak akhir menjadi baik atau nakal. Pada umumnya, masa kanak-kanak akhir mudah terpengaruh dalam semua bentuk perilaku konformitas teman sebaya yang negatif maupun yang positif.

Selanjutnya hal- hal yang dapat mendorong anak untuk melakukan tindak kejahatan, selain faktor-faktor yang telah dijelaskan diatas yaitu faktor internal atau kepribadian anak. Dimana jika anak memiliki kepribadian yang kurang baik, maka kepribadian yang kurang baik tersebut akan mendorong anak untuk melakukan sesuatu hal yang kurang baik pula, begitu juga sebaliknya jika anak memiliki kepribadian yang baik maka secara tidak langsung kepribadian anak tersebut juga akan mendorong anak untuk melakukan sesuatu yang baik pula, karena kepribadian memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap timbulnya perilaku baik positif maupun negatif


(23)

 

7

   

 

 

terhadap perkembangan anak ketika sudah dewasa nanti. Oleh karena itu disarankan kepada para orang tua agar senantiasa memantau serta mengarahkan anak-anak agar memiliki kepribadian yang baik, sehingga pada akhirnya nanti tidak menjerumuskan anak pada perilaku yang tidak baik seperti tindak kejahatan.

Melihat maraknya kasus penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak khususnya masalah tentang perkosaan, maka anak-anak-anak-anak sangat membutuhkan perhatian dan pengawasan yang serius dari pemerintah, masyarakat dan juga Lembaga Pemasyarakatan Anak yang berada di Jawa Timur untuk mendapatkan pembinaan. Mengingat begitu pentingnya peran anak-anak sebagai salah satu generasi penerus bangsa. Dengan demikian pendidikan nilai moral harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin agar nantinya dapat membentuk kepribadian anak sesuai yang diinginkan. Usaha menanamkan konsep moral sedini mungkin merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar dan salah atau baik dan buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari. Oleh karena itu tentu bisa dibayangkan, jika sejak kecil anak tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik terutama dari orang tua, dan masyarakat serta lingkungan pada umumnya, maka anak-anak akan mengalami banyak masalah dan berbagai penyimpangan perilaku yang dapat mempengaruhi perilaku anak ketika sudah dewasa nanti. Dengan demikian diharapkan para orang tua untuk lebih berhati-hati dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan putra putrinya agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan, hal tersebut sangat dianjurkan agar anak tidak sampai terjerumus pada perilaku yang tidak wajar yang pada akhirnya akan merugikan masa depan anak nanti.

Berdasarkan penjelasan diatas maka timbul persoalan bahwa banyaknya pemberitaan mengenai fenomena kasus perkosaan yang terjadi dalam masyarakat saat ini mengisyaratkan telah terjadi pergeseran moral, dan akibatnya banyak masyarakat yang memprihatinkan kejadian tersebut.


(24)

 

8

   

 

 

Karena perilaku perkosaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki dewasa, akhir-akhir ini ditemukan perilaku perkosaan itu dilakukan oleh anak-anak, yang mana dampak dari perkosaan itu bisa mengakibatkan korbannya menjadi stress hingga mengalami gangguan jiwa, cidera atau luka-luka akibat penganiayaan, kehilangan keperawanan atau kesucian, masa depan suram karena dikenal sebagai korban perkosaan, hamil di luar nikah yang sangat tidak diinginkan, merusak mental seorang anak karena belum waktunya mengenal seks dll.

Mengacu pada beberapa fenomena diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “latar belakang perilaku perkosaan pada masa kanak-kanak akhir”

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi masa kanak-kanak akhir melakukan perilaku perkosaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi masa kanak-kanak akhir melakukan perilaku perkosaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini nantinya dapat memberi manfaat pada keilmuan psikologi terutama psikologi perkembangan dan psikologi sosial.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi masyarakat pada umumnya dan orang tua pada khususnya agar lebih memahami perkembangan anaknya serta mengawasi dan


(25)

 

9

   

 

 

membimbing anak-anaknya supaya tidak terjerumus pada suatu tindakan amoral.

b. Sebagai masukan bagi Lembaga Pemasyarakatan, atau pihak yang berkompeten, supaya mendidik dan membimbing narapidana anak agar tidak mengulangi perbuatannya tersebut.

c. Sebagai masukan bagi Lembaga Pendidikan supaya mendidik dan membimbing anak-anak, terutama dalam hal pendidikan moral agar anak tidak terjerumus pada hal-hal yang akan membahayakan masa depan anak.


(1)

 

mudahnya mempertontonkan atau memamerkan hal-hal yang negatif atau sebenarnya tidak pantas diperlihatkan dan dikonsumsi oleh masyarakat terutama masa kanak-kanak akhir (dalam Monks: 2006) menyebutkan bahwa pada masa kanak-kanak akhir ini anak-anak mulai melepaskan diri dari keluarga, ia makin mendekatkan diri pada orang lain disamping anggota keluarga. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Oleh karena itu mereka menjadi sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang sifatnya negatif maupun positif. Sehubungan dengan kepekaan terhadap stimuli luar itu, masa ini merupakan saat dimana orang tua harus selalu mengawasi dan membimbing agar anak terhindar dari resiko-resiko yang bahaya. Terutama sekali bila ada orang dewasa dan orang jahat yang dengan sengaja menyalahgunakan kelemahan jiwa anak, dan memanipulasikan anak-anak untuk tujuan jahat serta asusila. Misalnya untuk perbuatan kriminil dan tuna susila, sehingga anak-anak jadi terjerumus pada tindak kiminal, tingkah laku yang menyimpang dari norma susila, dan tindak amoral.

Pengaruh media terhadap anak makin hari makin besar pengaruhnya, teknologi semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Tayangan televisi sekarang banyak menayangkan tayangan yang menyimpang dari norma atau aturan yang ada misalnya saja dengan tema hamil di luar nikah, aborsi, seorang ayah memperkosa anak tetangganya yang masih dibawah umur, film dengan mengharuskan adegan ciuman yang dilakukan oleh anak-anak, iklan-iklan yang sebenarnya khusus disiarkan hanya pada malam hari, bahkan berita-berita kejahatan dimana sebenarnya sebagai informasi atau pengetahuan saja, akan tetapi malah didramatisir sedemikian rupa agar menarik perhatian penonton. Salah satu karakteristik masa kanak-kanak akhir adalah usia berkelompok dan usia yang menyulitkan. Dalam proses usia berkelompok dan usia yang menyulitkan ini anak-anak sering melakukan tindakan antisocial dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih


(2)

 

banyak dipengaruhi teman sebaya dibandingkan orang tua dan anggota keluarga lainnya (Hurlock,1996).

Pada dasarnya seorang anak sangat membutuhkan perhatian yang lebih terutama pada masa anak-anak akhir, karena pada masa itu anak mengalami masa usia berkelompok dimana perhatian anak terutama tertuju pada keinginan diterima oleh teman sebayanya sebagai anggota kelompok. Dimana masa ini terjadi perubahan-perubahan besar ditandai oleh penyesuaian diri anak yaitu anak menyesuaikan diri dalam standar yang disetujui kelompok dalam hal penampilan, bicara dan perilaku. Dengan sadar anak berusaha melepaskan diri dari kewibawaan orang tua serta pendidik, dan mereka ingin mandiri. Namun dalam usahannya beremansipasi (melepaskan diri dari macam-macam ikatan dan belenggu), anak justru terbentur pada ketakutan, kecemasan, rasa-rasa tidak mantap, dan kesunyian, karena merasa tidak dimengerti oleh orang lain, atau merasa tidak puas dan kecewa. Selain itu anak jadi gelisah dan bingung, karena merasa belum menemukan apa yang dicari dan diharapkannya. (dalam Kartono: 162-163)

Selain faktor-faktor diatas, salah satu faktor yang penting dalam memunculkan perilaku kenakalan masa kanak-kanak akhir adalah faktor keluarga. Kebanyakan orang tua yang bekerja diluar rumah tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak-anak mereka. Seringkali anak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi tanpa menghiraukan hal penting lainnya. Padahal sebenarnya apa yang telah mereka lihat itu tidak semuannya bermanfaat atau mendididk bagi perkembangan jiwa mereka. Inipun tidak hanya televisi saja yang berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak, tapi sekarang banyak juga beredar bacaan, gambar-gambar ataupun film-film yang berbau porno terlebih lagi dunia elektronik yang semakin canggih, banyak warung-warung internet dibuka dengan penyewaan yang cukup murah dimana anak-anak dengan mudah mengakses sendiri melalui media internet tersebut untuk membuka situs-situs porno yang mereka inginkan.


(3)

 

Selain hal yang dijelaskan diatas peran orang tua di sini sangatlah penting, mengingat kebanyakan para orang tua sekarang menganggap bahwa dengan bersekolah saja sudah cukup dalam mendidik anak, sehingga orang tua menjadi lepas tanggung jawab terhadap anak. Padahal peran orang tua dan masyarakat sekitarnya jauh lebih besar dalam membentuk karakter masa kanak-kanak akhir karena masa kanak-kanak akhir waktunya lebih banyak dengan keluarga dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya meskipun masa kanak-kanak akhir sebenarnya lebih suka menghabiskan waktu dengan kelompok atau teman sebayannya. Kecenderungan berada dalam kelompok sebaya adalah salah satu karakteristik dari masa kanak-kanak akhir. Mereka akan banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Persahabatan semakin penting pada masa pertengahan dan akhir anak-anak. Popularitas diantara teman sebaya merupakan motivasi yang penting bagi masa kanak-kanak akhir (Jonh.Santrok.1995). Kemajuan-kemajuan dalam perkembangan kognitif selama pertengahan dan akhir masa anak-anak juga memungkinkan anak-anak mengambil perspektif teman sebaya secara lebih cepat sekaligus pengetahuan social mereka tentang menciptakan dan mempertahankan teman meningkat. Begitu besarnya pengaruh teman sebaya, memungkinkan masa kanak akhir menjadi baik atau nakal. Pada umumnya, masa kanak-kanak akhir mudah terpengaruh dalam semua bentuk perilaku konformitas teman sebaya yang negatif maupun yang positif.

Selanjutnya hal- hal yang dapat mendorong anak untuk melakukan tindak kejahatan, selain faktor-faktor yang telah dijelaskan diatas yaitu faktor internal atau kepribadian anak. Dimana jika anak memiliki kepribadian yang kurang baik, maka kepribadian yang kurang baik tersebut akan mendorong anak untuk melakukan sesuatu hal yang kurang baik pula, begitu juga sebaliknya jika anak memiliki kepribadian yang baik maka secara tidak langsung kepribadian anak tersebut juga akan mendorong anak untuk melakukan sesuatu yang baik pula, karena kepribadian memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap timbulnya perilaku baik positif maupun negatif


(4)

 

terhadap perkembangan anak ketika sudah dewasa nanti. Oleh karena itu disarankan kepada para orang tua agar senantiasa memantau serta mengarahkan anak-anak agar memiliki kepribadian yang baik, sehingga pada akhirnya nanti tidak menjerumuskan anak pada perilaku yang tidak baik seperti tindak kejahatan.

Melihat maraknya kasus penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak khususnya masalah tentang perkosaan, maka anak-anak-anak-anak sangat membutuhkan perhatian dan pengawasan yang serius dari pemerintah, masyarakat dan juga Lembaga Pemasyarakatan Anak yang berada di Jawa Timur untuk mendapatkan pembinaan. Mengingat begitu pentingnya peran anak-anak sebagai salah satu generasi penerus bangsa. Dengan demikian pendidikan nilai moral harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin agar nantinya dapat membentuk kepribadian anak sesuai yang diinginkan. Usaha menanamkan konsep moral sedini mungkin merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang diterima anak mengenai benar dan salah atau baik dan buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari. Oleh karena itu tentu bisa dibayangkan, jika sejak kecil anak tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik terutama dari orang tua, dan masyarakat serta lingkungan pada umumnya, maka anak-anak akan mengalami banyak masalah dan berbagai penyimpangan perilaku yang dapat mempengaruhi perilaku anak ketika sudah dewasa nanti. Dengan demikian diharapkan para orang tua untuk lebih berhati-hati dalam mendidik, membimbing, dan mengarahkan putra putrinya agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan, hal tersebut sangat dianjurkan agar anak tidak sampai terjerumus pada perilaku yang tidak wajar yang pada akhirnya akan merugikan masa depan anak nanti.

Berdasarkan penjelasan diatas maka timbul persoalan bahwa banyaknya pemberitaan mengenai fenomena kasus perkosaan yang terjadi dalam masyarakat saat ini mengisyaratkan telah terjadi pergeseran moral, dan akibatnya banyak masyarakat yang memprihatinkan kejadian tersebut.


(5)

 

Karena perilaku perkosaan yang biasanya dilakukan oleh laki-laki dewasa, akhir-akhir ini ditemukan perilaku perkosaan itu dilakukan oleh anak-anak, yang mana dampak dari perkosaan itu bisa mengakibatkan korbannya menjadi stress hingga mengalami gangguan jiwa, cidera atau luka-luka akibat penganiayaan, kehilangan keperawanan atau kesucian, masa depan suram karena dikenal sebagai korban perkosaan, hamil di luar nikah yang sangat tidak diinginkan, merusak mental seorang anak karena belum waktunya mengenal seks dll.

Mengacu pada beberapa fenomena diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “latar belakang perilaku perkosaan pada masa kanak-kanak akhir”

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi masa kanak-kanak akhir melakukan perilaku perkosaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi masa kanak-kanak akhir melakukan perilaku perkosaan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini nantinya dapat memberi manfaat pada keilmuan psikologi terutama psikologi perkembangan dan psikologi sosial.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi masyarakat pada umumnya dan orang tua pada khususnya agar lebih memahami perkembangan anaknya serta mengawasi dan


(6)

 

membimbing anak-anaknya supaya tidak terjerumus pada suatu tindakan amoral.

b. Sebagai masukan bagi Lembaga Pemasyarakatan, atau pihak yang berkompeten, supaya mendidik dan membimbing narapidana anak agar tidak mengulangi perbuatannya tersebut.

c. Sebagai masukan bagi Lembaga Pendidikan supaya mendidik dan membimbing anak-anak, terutama dalam hal pendidikan moral agar anak tidak terjerumus pada hal-hal yang akan membahayakan masa depan anak.