B. Kerangka Pemikiran
Terjadinya perkara pidana dapat diketahui dari laporan yang disampaikan oleh seseorang, pengaduan, tertangkap tangan, dan dapat juga diketahui langsung
oleh petugas kepolisian. Apabila penyelidik menerima suatu pemberitahuan atau laporan yang
disampaikan oleh seseorang, penyelidik segera melakukan penyelidikan guna menemukan dan mencari serta mengumpulkan bukti, sehingga dengan bukti
tersebut tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang. Agar dapat menemukan dan menentukan pelakunya.
Setelah diketahui bahwa peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana, maka segera dilakukan penyidikan melalui kegiatan-kegiatan seperti penangkapan,
penahanan, penggeledahan, penyitaan. Dalam penyidikan, penyidik juga melakukan pengolahan TKP, untuk mengungkapkan suatu tindak pidana.
Setelah pemeriksaan penyidikan tindak pidana selesai, maka penyidik menyiapkan hasil pemeriksaan penyidikan sebagai berkas perkara yang akan
diserahkan penyidik kepada Penuntut Umum. Jika berkas dianggap belum lengkap, Penuntut Umum dapat mengembalikan berkas perkara kepada penyidik, agar
dilakukan tambahan pemeriksaan penyidikan. Namun jika berkas perkara dianggap lengkap, maka penyidikan selesai. Penyerahan berkas perkara sudah sah dan
sempurna beralih kepada Penuntut Umum, dengan sendirinya terjadi pelimpahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti dari penyidik kepada Penuntut
Umum.
Dari uraian diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
TERSANGKA TINDAK PIDANA
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Hak-hak Tersangka Sebagai Perwujudan Asas Praduga Tidak
Bersalah di Tingkat Penyidikan di POLTABES Surakarta
Kepolisian sebagai penyidik utama dalam proses tindak pidana pada prinsipnya harus memperhatikan hak-hak yang melekat pada tersangka yang telah
diatur oleh undang-undang dalam hal ini Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP khususnya Pasal 50 sampai Pasal 69.
HAK-HAK TERSANGKA
IMPLEMENTASI HAK-HAK
TERSANGKA
PENYELIDIKAN
PENYIDIKAN