TINGKAT STRES KERJA PADA OPERATOR MESIN PT. PLN TARAKAN KALIMANTAN TIMUR

(1)

i

TINGKAT STRES KERJA PADA OPERATOR MESIN PT. PLN TARAKAN KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh: Risma Karina Utami

088100110

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sebingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Tingkat Stres Kerja Pada Karyawan (operator mesin) PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur”. Shalawat serta salam tetap tercurah kepada junjungan, suri tauladan kita semua yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat Islam menuju cahaya Islam.

Penulis mengakui bahwa karya yang dihasilkan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, peneliti sangat menghargai adanya masukan dan kritikan yang berguna untuk membangun guna penulisan selanjutnya.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itulah, pada kesempatan kali ini penilis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik . 2. M. Shohib, S.Psi, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Hudaniah, S.Psi., M. Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 4. Kepada bapak dan ibu tercinta, yang selalu sabar dan memberi masukan serta

dorongan baik moril maupun matergi agar penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Yang selalu berdoa tanpa henti agar penulis selalu diberikan kemudahan dalam menjalankan kuliah serta menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(6)

vi

5. Bapak Sukarno KS selaku Manajer Keuangan dan SDM PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur yang telah memberikan ijin dan memberikan data yang diperlukan bagi penulis untuk melakukan penelitian.

6. Kepada karyawan khusunya pada operator-operator mesin PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

7. Ivan Ramandhika, Muhammad Dicky Hafisalevi dan Rezza F yang menjadi inspirasi dalam mengerjakan skripsi dan siap membantu kapanpun.

8. Teman- temanku tersayang Agy, Ratih, Atika, dan Anggi. 9. Para sahabatku Khairi Apriyandi dan Ginanjar Resha.

10.Teman- teman angkatan 2008 khususnya Kelas B yang selalu memberikan semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaiakn skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sahingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 7 Agustus 2012 Penulis


(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian stres kerja ... 6

B. Faktor-faktor yang menimbulkan stres kerja ... 7

C. Gejala-gejala stres kerja ... 9

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 12

B. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 12

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 13

D. Jenis data dan Metode Pengumpulan Data ... 14

E. Validitas dan Realibilitas ... 18

F. Teknik Analisa Data ... 21


(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 25 B. Hasil Analisa Data ... 26 C. Pembahasan ... 29 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 34 B. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue Print Stres Kerja ... ……...15

Tabel 3.2. Uji Validitas Skala Stres Kerja ... . ……..19

Tabel 3.3. Blue Print Stres Kerja Setelah Try Out ... …….. .20

Tabel 3.4. Uji Realibilitas ... ……... 21

Tabel 4.1. Deskripsi Karakteristik Subjek... 25

Tabel 4.2. Analisa Data Tingkat Stres Kerja Mesin Secara Umum...26

Tabel 4.3. Analisa Data Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Lama Bekerja……….27

Tabel 4.4. Analisa Data Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Usia………....27 Tabel 4.5. Analisa Data Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan…28 Tabel 4.5. Analisa Data Tingkat Stres Kerja Berdasarkan Aspek yang diteliti….28


(10)

36

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, (2005). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arifin, R., Amirullah, Fauziah, S. (2003). Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Malang: Bayumedia

Azwar, S. (1997). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______, (1997). Validitas Dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______, (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ______, (2009). Dasar- dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______, (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fraser, T.M. (1992). Stres & Kepuasan Kerja. Seri Manajemen No. 114. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo

Hariandja, M. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktifitas Pegawai. Jakarta: Grasindo.

Hasan, Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Munandar, S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press Wijono S.2010. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta : Kencana

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Edisi Keempat. Malang: UMM Press


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bekerja merupakan kewajiban bagi setiap orang untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup dimana ia mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak. Seseorang yang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan berharap bahwa aktifitas kerja yang dilakukan akan membawa kepada keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya. Demi mencapai tujuan tersebut maka seseorang harus melakukan pekerjaan dengan baik.

Seseorang berhasil melakukan pekerjaan dengan baik tidak hanya merupakan hasil dari peralatan dan lingkungan saja yang mendukung, akan tetapi merupakan hasil bagaimana cara seseorang tersebut mengalokasikan sebuah tugas dan waktu kerja serta sebuah kontrol apa yang diterapkan setelah pekerjaan dilaksanakan. Pada dasarnya sebuah organisasi atau sebuah perusahaan besar, seperti PT. PLN yang bergerak dibidang penyuplai kebutuhan listik, pekerjaan dibagi-bagi ke dalam tugas-tugas kecil yang akan dialokasikan kepada masing-masing karyawan. Pada model lama yang sering digunakan, prinsip pengalokasikan kerja yang diterapkan lebih mengarah penyederhanaan tugas dengan membagi tugas sampai sekecil-kecilnya, lalu tugas tersebut diberikan kepada karyawan yang khusus dalam bidang tersebut, dan menerangkan bahwa tugas tersebut harus dipatuhi. Pendekatan spesialis tugas seperti ini telah melahirkan suatu kondisi yang kritis yang mengakibatkan pekerjaan yang amat Sdangkal, repetitive, kontrol yang kaku yang menyebabkan karyawan kehilangan peluang untuk mencapai kepuasan dan mewujudkan potensi-potensinya.

Pada kenyataan dalam pelaksanaan kerja sehari-hari banyak karyawan pada perusahaan PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur mengalami overloaded


(12)

2

karena terlalu banyak beban kerja yang mereka alami, sehingga mereka merasa cepat letih dan cenderung melakuan suatu kesalahan dalam bekerja yang dilakukan pada waktu yang lama tanpa adanya istirahat. Hal ini sering menyebabkan munculya beban kerja. Pada umumnya beban kerja terbagi menjadi 2 yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Setiap tubuh manusia memiliki suatu keterbatasan kapasitas, dimana antara kondisi tubuh dengan beban kerja fisik diharuskan seimbang. Yang kedua, beban kerja mental menekankan bahwa suatu kondisi yang secara langsung berhubungan dengan proses mental apa saja yang terlibat dan dibutuhkan dalam bekerja.

Sebuah penelitian pada perawat di ruang inap RSUD Ulin Banjarmasin yang dilakukan Ilmi (2003) bahwa terdapat lima besar urutan stressor pada perawat. Pertama dikarenakan beban kerja yang berlebih (82,2%), selanjutnya dikarenakan pemberian upah tidak adil (57,9%), kondisi kerja (52,3%), beban kerja yang kurang (48,6%), dan tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan (44,9%). Di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (2006) perawat mengalami stres kerja menyatakan keluhan sering merasa pusing, lelah tidak ada istirahat, yang antara lain dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi dan pekerjaan yang menyita waktu. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa beban kerja sering kali berpengaruh dengan stres kerja karyawan.

Setiap perusahaan selalu memiliki bagian-bagian pekerjaan tersendiri dan tugas-tugas pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tesebut. Perusahaan PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur, khusunya di bagian PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) memiliki bagian yang dibagi 2 sub bagian yaitu sub bagian pemeliharaan dan sub bagian pengoperasian mesin. Pada sub bagian pengoperasian mesin ini mengontrol mesin-mesin yang menghasilkan energi listrik melalui sistem manual dan sistem komputer. Maksud sistem manual disni adalah para karyawan yang bekerja pada bagian ini, karyawan mengoperasikan dan mengontrol mesin secara manual. Sedangkan sistem komputer, karyawan


(13)

3

mengoperasikan mengontrol mesin melalui kendali komputer (dipantau melalui komputer). Karyawan yang bekerja diharapkan bisa mengoperasikan dan mengontrol mesin-mesin penghasil energi listrik melalui sistem manual dan komputer. Disini secara umum karyawan memiliki beban kerja fisik yang cukup berat. Tidak hanya beban kerja fisik yang di alami karyawan ini, tetapi beban kerja mental secara langsung. Mereka dituntut selalu memikirkan pekerjaan, mengerjakan beberapa bebrapa hal dalam waktu yang bersamaan, dan perhatian terhadap pekerjaan yang hati-hati. Dengan beban kerja yang cukup tinggi ini dapat menimbulkan stres pada karyawan.

Pada PT. PLN yang menyuplai listrik dengan menggunakan mesin sangat membutuhkan operator mesin yang bukan hanya bisa mengoperasikan, tetapi operator juga dituntut untuk mengontrol mesin. Salah satu faktor yang menimbulkan stres yaitu dimana beban kerja yang berlebihan seperti beban kerja fisik dan beban kerja mental. Pada operator mesin, ketika mereka dihadapkan dengan beban kerja mengoperasikan mesin dan mengontrol mesin, beban secara fisik karyawan ini harus memiliki kondisi fisik yang baik, harus ada kesesuaian antara kondisi tubuh dan beban kerja fisik. Sedangkan beban secara kerja mental, karyawan bekerja dibidang ini harus mengimbangi kondisi mental dengan beban kerja, dimana karyawan ini harus mengerjakan beberapa hal dalam waktu yang bersamaan. Ketika karyawan tidak bisa menyeimbangkan beban secara fisik maupun secara mental, akan menimbulkan stres dalam bekerja.

Akibat dari overload tersebut, sebagian dari karyawan ini mengeluhkan mengalami kelelahan saat bekerja, sulit tidur, gangguan pada perut, sakit kepala ketika menghadapi situasi pekerjaan yang banyak dan sulit, dan merasa lebh mudah marah.

Kemudian lingkungan pekerjaan yang harus dihadapi oleh karyawan ini kurang kondusif. Dimana para karyawan harus dihadapkan langsung dengan kebisingan akibat suara-suara yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada. Lingkungan yang menurut karyawan tidak kondusif seperti ini akan


(14)

4

menimbulkan stres tersendiri bagi para karyawan karena dapar memberi efek sementara atau tetap pada alat pendengaran yang akan mempengaruhi komunikasi. Pada karyawan ini telah diberikan alat proteksi pendengaran yaitu earplugs. Akan tetapi membutuhkan waktu penyesuaian yang lebih lama sehingga banyak karyawan terkadang lebih memilih tidak menggunakan saat bekerja.

Perusahaan ini juga menerapkan sistem produksi yang kontinyu. Perusahaan membagi shift kerja menjadi 3 yaitu shift pagi hari (08.00-16.00), shift sore hari (16.00-24.00), shift malam hari (24.00-08.00). Pada karyawan yang mendapatkan shift kerja malam hari umumnya memiliki kesehatan yang kurang baik. Karyawan perusahaan ini yang bekerja pada shift malam hari memiliki keluhan seperti kurang tidur, mengalami kegelisahan, merasa lebih mudah lelah meskipun sudah tidur dan merasa mudah marah, gangguan pencernaan. Thiis-Evensent dan Aanosen (Grandjean, 1988) menemukan bahwa kegelisahan yang dialami pekerja shift malam hari adalah dari kelelahan kronik yang jika dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit-penyakit pencernaan. Kelelahan kronik tersebut antara lain kehilangan vitalitas, perasaan depresi, perasaan mudah marah dan merasa keletihan meskipun mereka sudah tidur. Keadaan ini biasanya disertai dengan gangguan psikosomatik, antara lain kehilangan nafsu makan, gangguan tidur dan gangguan pencernaan.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Tingkat Stres Kerja Pada Karyawan (operator mesin) PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur”. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karyawan yang bekerja pada sub bagian pengoperasian mesin di PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur agar memudahkan peneliti mengambil data-data yang diperlukan.


(15)

5

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Tingkat Stres Kerja Pada Operator Mesin PT. PLN TARAKAN Kalimantan Timur?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Stres Kerja Pada Operator Mesin PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi, serta psikologi pendidikan dan perkembangan.

2. Manfaat Praktis

Memberikan sumbangan bagi permasalahan dalam mengantisipasi adanya permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan stres kerja pada operator mesin PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur.


(1)

36

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, (2005). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arifin, R., Amirullah, Fauziah, S. (2003). Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. Malang: Bayumedia

Azwar, S. (1997). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______, (1997). Validitas Dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______, (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ______, (2009). Dasar- dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______, (2009). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fraser, T.M. (1992). Stres & Kepuasan Kerja. Seri Manajemen No. 114. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo

Hariandja, M. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktifitas Pegawai. Jakarta: Grasindo.

Hasan, Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Munandar, S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press Wijono S.2010. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta : Kencana

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Edisi Keempat. Malang: UMM Press


(2)

A. Latar belakang

Bekerja merupakan kewajiban bagi setiap orang untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup dimana ia mampu berbuat untuk membanting tulang, memeras keringat dan memutar otak. Seseorang yang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan berharap bahwa aktifitas kerja yang dilakukan akan membawa kepada keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya. Demi mencapai tujuan tersebut maka seseorang harus melakukan pekerjaan dengan baik.

Seseorang berhasil melakukan pekerjaan dengan baik tidak hanya merupakan hasil dari peralatan dan lingkungan saja yang mendukung, akan tetapi merupakan hasil bagaimana cara seseorang tersebut mengalokasikan sebuah tugas dan waktu kerja serta sebuah kontrol apa yang diterapkan setelah pekerjaan dilaksanakan. Pada dasarnya sebuah organisasi atau sebuah perusahaan besar, seperti PT. PLN yang bergerak dibidang penyuplai kebutuhan listik, pekerjaan dibagi-bagi ke dalam tugas-tugas kecil yang akan dialokasikan kepada masing-masing karyawan. Pada model lama yang sering digunakan, prinsip pengalokasikan kerja yang diterapkan lebih mengarah penyederhanaan tugas dengan membagi tugas sampai sekecil-kecilnya, lalu tugas tersebut diberikan kepada karyawan yang khusus dalam bidang tersebut, dan menerangkan bahwa tugas tersebut harus dipatuhi. Pendekatan spesialis tugas seperti ini telah melahirkan suatu kondisi yang kritis yang mengakibatkan pekerjaan yang amat Sdangkal, repetitive, kontrol yang kaku yang menyebabkan karyawan kehilangan peluang untuk mencapai kepuasan dan mewujudkan potensi-potensinya.

Pada kenyataan dalam pelaksanaan kerja sehari-hari banyak karyawan pada perusahaan PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur mengalami overloaded


(3)

karena terlalu banyak beban kerja yang mereka alami, sehingga mereka merasa cepat letih dan cenderung melakuan suatu kesalahan dalam bekerja yang dilakukan pada waktu yang lama tanpa adanya istirahat. Hal ini sering menyebabkan munculya beban kerja. Pada umumnya beban kerja terbagi menjadi 2 yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Setiap tubuh manusia memiliki suatu keterbatasan kapasitas, dimana antara kondisi tubuh dengan beban kerja fisik diharuskan seimbang. Yang kedua, beban kerja mental menekankan bahwa suatu kondisi yang secara langsung berhubungan dengan proses mental apa saja yang terlibat dan dibutuhkan dalam bekerja.

Sebuah penelitian pada perawat di ruang inap RSUD Ulin Banjarmasin yang dilakukan Ilmi (2003) bahwa terdapat lima besar urutan stressor pada perawat. Pertama dikarenakan beban kerja yang berlebih (82,2%), selanjutnya dikarenakan pemberian upah tidak adil (57,9%), kondisi kerja (52,3%), beban kerja yang kurang (48,6%), dan tidak diikutkan dalam pengambilan keputusan (44,9%). Di Indonesia menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (2006) perawat mengalami stres kerja menyatakan keluhan sering merasa pusing, lelah tidak ada istirahat, yang antara lain dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi dan pekerjaan yang menyita waktu. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa beban kerja sering kali berpengaruh dengan stres kerja karyawan.

Setiap perusahaan selalu memiliki bagian-bagian pekerjaan tersendiri dan tugas-tugas pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan tesebut. Perusahaan PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur, khusunya di bagian PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) memiliki bagian yang dibagi 2 sub bagian yaitu sub bagian pemeliharaan dan sub bagian pengoperasian mesin. Pada sub bagian pengoperasian mesin ini mengontrol mesin-mesin yang menghasilkan energi listrik melalui sistem manual dan sistem komputer. Maksud sistem manual disni adalah para karyawan yang bekerja pada bagian ini, karyawan mengoperasikan dan mengontrol mesin secara manual. Sedangkan sistem komputer, karyawan


(4)

mengoperasikan mengontrol mesin melalui kendali komputer (dipantau melalui komputer). Karyawan yang bekerja diharapkan bisa mengoperasikan dan mengontrol mesin-mesin penghasil energi listrik melalui sistem manual dan komputer. Disini secara umum karyawan memiliki beban kerja fisik yang cukup berat. Tidak hanya beban kerja fisik yang di alami karyawan ini, tetapi beban kerja mental secara langsung. Mereka dituntut selalu memikirkan pekerjaan, mengerjakan beberapa bebrapa hal dalam waktu yang bersamaan, dan perhatian terhadap pekerjaan yang hati-hati. Dengan beban kerja yang cukup tinggi ini dapat menimbulkan stres pada karyawan.

Pada PT. PLN yang menyuplai listrik dengan menggunakan mesin sangat membutuhkan operator mesin yang bukan hanya bisa mengoperasikan, tetapi operator juga dituntut untuk mengontrol mesin. Salah satu faktor yang menimbulkan stres yaitu dimana beban kerja yang berlebihan seperti beban kerja fisik dan beban kerja mental. Pada operator mesin, ketika mereka dihadapkan dengan beban kerja mengoperasikan mesin dan mengontrol mesin, beban secara fisik karyawan ini harus memiliki kondisi fisik yang baik, harus ada kesesuaian antara kondisi tubuh dan beban kerja fisik. Sedangkan beban secara kerja mental, karyawan bekerja dibidang ini harus mengimbangi kondisi mental dengan beban kerja, dimana karyawan ini harus mengerjakan beberapa hal dalam waktu yang bersamaan. Ketika karyawan tidak bisa menyeimbangkan beban secara fisik maupun secara mental, akan menimbulkan stres dalam bekerja.

Akibat dari overload tersebut, sebagian dari karyawan ini mengeluhkan mengalami kelelahan saat bekerja, sulit tidur, gangguan pada perut, sakit kepala ketika menghadapi situasi pekerjaan yang banyak dan sulit, dan merasa lebh mudah marah.

Kemudian lingkungan pekerjaan yang harus dihadapi oleh karyawan ini kurang kondusif. Dimana para karyawan harus dihadapkan langsung dengan kebisingan akibat suara-suara yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada. Lingkungan yang menurut karyawan tidak kondusif seperti ini akan


(5)

menimbulkan stres tersendiri bagi para karyawan karena dapar memberi efek sementara atau tetap pada alat pendengaran yang akan mempengaruhi komunikasi. Pada karyawan ini telah diberikan alat proteksi pendengaran yaitu earplugs. Akan tetapi membutuhkan waktu penyesuaian yang lebih lama sehingga banyak karyawan terkadang lebih memilih tidak menggunakan saat bekerja.

Perusahaan ini juga menerapkan sistem produksi yang kontinyu. Perusahaan membagi shift kerja menjadi 3 yaitu shift pagi hari (08.00-16.00), shift sore hari (16.00-24.00), shift malam hari (24.00-08.00). Pada karyawan yang mendapatkan shift kerja malam hari umumnya memiliki kesehatan yang kurang baik. Karyawan perusahaan ini yang bekerja pada shift malam hari memiliki keluhan seperti kurang tidur, mengalami kegelisahan, merasa lebih mudah lelah meskipun sudah tidur dan merasa mudah marah, gangguan pencernaan. Thiis-Evensent dan Aanosen (Grandjean, 1988) menemukan bahwa kegelisahan yang dialami pekerja shift malam hari adalah dari kelelahan kronik yang jika dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit-penyakit pencernaan. Kelelahan kronik tersebut antara lain kehilangan vitalitas, perasaan depresi, perasaan mudah marah dan merasa keletihan meskipun mereka sudah tidur. Keadaan ini biasanya disertai dengan gangguan psikosomatik, antara lain kehilangan nafsu makan, gangguan tidur dan gangguan pencernaan.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Tingkat Stres Kerja Pada Karyawan (operator mesin) PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur”. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karyawan yang bekerja pada sub bagian pengoperasian mesin di PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur agar memudahkan peneliti mengambil data-data yang diperlukan.


(6)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Tingkat Stres Kerja Pada Operator Mesin PT. PLN TARAKAN Kalimantan Timur?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Stres Kerja Pada Operator Mesin PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi, serta psikologi pendidikan dan perkembangan.

2. Manfaat Praktis

Memberikan sumbangan bagi permasalahan dalam mengantisipasi adanya permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan stres kerja pada operator mesin PT. PLN Tarakan Kalimantan Timur.