Pemanfaatan Tanah Desa TINJAUAN PUSTAKA

3 Pembayaran sewa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan tiap 1 satu tahun sekali. 4 Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dibuatkan perjanjian sewa, paling sedikit memuat: a. subjek dalam perjanjian; b. obyek perjanjian; c. ruang lingkup; d. jangka waktu; e. hak dan kewajiban; f. sanksi; g. besaran sewa; h. penyelesaian perselisihan; i. keadaan memaksa force majeure; j. pengakhiran perjanjian; dan k. peninjauan pelaksanaan perjanjian. Menurut Pasal 1548 KUH Perdata sewa-menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari sesuatu barang selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Jadi dalam perjanjian tersebut ada dua pihak yaitu pihak yang menyewakan dan pihak penyewa. Sewa menyewa merupakan perjanjian konsensual, yang artinya bahwa perjanjian itu sudah sah dan mengikat pada saat terjadi kata sepakat. Unsur pokok dalam perjanjian sewa menyewa ini adalah barang dan harga sewa. Menurut R. Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian, ada beberapa unsur yang dapat dijadikan kriteria untuk menentukan perjanjian sewa- menyewa yaitu: 1. Harus ada persetujuan antara pihak yang menyewakan biasanya pemilik barang dengan pihak penyewa. 2. Pihak yang menyewakan menyerahkan suatu barang pada pihak penyewa untuk dinikmati sepenuhnya. 3. Masa penyewa untuk menikmati barang itu adalah hanya untuk jangka waktu tertentu dengan pembayaran sejumlah harga sewa tertentu. Jadi jelaslah bahwa suatu perjanjian sewa-menyewa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu barang atau benda yang dipakai selama waktu tertentu, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian barang atau benda tersebut pada waktu yang telah ditentukan atau ditetapkan. Perjanjian Bangun Guna Serah BGS menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa, adalah pemanfaatan barang milik desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. Sedangkan bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan danatau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan kepada pemerintahan desa untuk didayagunakan dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. Pasal 15 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa menentukan bahwa, bangun guna serah atau bangun serah guna sebagaimana dimaksud berupa tanah dengan pihak lain dilaksanakan dengan pertimbangan: 1. Pemerintah desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan desa; 2. tidak tersedia dana dalam APBDesa untuk penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut. Seluruh kekayaan desa yang disebutkan di atas menjadi milik desa yang dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa. Hasil pemanfaatan kekayaan desa merupakan penerimaanpendapatan desa yang diwajibkan untuk menyetorkan seluruhnya pada rekening desa. 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yaitu mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif perundang- undangan dan kontak secara faktual pada setiap peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penelitian hukum empiris dilakukan melalui studi lapangan untuk mencari dan menentukan sumber hukum dalam arti sosiologis sebagai keinginan dan kepentingan yang ada di dalam masyarakat. 13

B. Jenis Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder: 1. Data Primer yang diperoleh melalui studi lapangan yaitu dengan cara menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara secara terstruktur maupun bebas dengan responden yang terkait dengan pengelolaan Tanah Kas Desa di Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. 2. Data Sekunder merupakan bahan penelitian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum 13 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas Yogyakarta, Yogyakarta, 2007, hlm 25. a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan pustaka yang berisikan peraturan perundang-undangan yang terdiri dari: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset Desa; 5. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemanfaatan Tanah Desa; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2015 tentang Keuangan Desa b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan hukum perundang- undangan lainnya yang terkait dengan bahan hukum primer, dan; c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Studi Kepustakaan Yaitu melakukan penelitian yang dilakukan dengan mengkaji pada pustaka, Perundang-undangan, buku hukum dan literatur pendukung yang berkaitan dengan materi penelitian. 2. Wawancara Yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan responden baik secara bebas maupun terpimpin.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.

E. Narasumber dan Responden

Narasumber dalam penelitian ini adalah Ibu Dra. Sri Utami, M. Hum selaku Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulon Progo, Bapak Mardi Santoso Kepala Desa Desa Giripurwo, Bapak Parjana selaku Kepala Urusan Umum Aparatur Desa dan Aset Desa Giripurwo, Bapak Wahyu Basuki selaku Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan Desa Giripurwo dan Bapak Rusumaji Sigit Pramana selaku Kepala Seksi Pemerintahan Desa Giripurwo.

Dokumen yang terkait

Prosedur Pemilihan Kepala Desa Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 (Studi Desa Kutambaru Kecamatan Munthe Kabupaten Karo)

1 67 82

PENGELOLAAN TANAH KAS DESA DI KABUPATEN KENDAL(Studi Kasus di Desa Pasigitan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal)

1 11 70

Studi Perilaku Menggigit Nyamuk Anopheles di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta

1 10 158

PROSES PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA BANYUROTO NANGGULAN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

0 2 132

SKRIPSI PELAKSANAAN PENGGUNAAN TANAH KAS DESA PELAKSANAAN PENGGUNAAN TANAH KAS DESA UNTUK TEMPAT PEMAKAMAN DI KECAMATAN DUKUN, KABUPATEN MAGELANG BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPA

0 4 14

NASKAH PUBLIKASI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KAS DESA Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa Oleh Perangkat Desa (Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi).

0 5 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa Oleh Perangkat Desa (Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi).

0 6 10

SKRIPSI Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa Oleh Perangkat Desa (Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi).

3 12 15

Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Tanah Desa

0 0 8

geologi regional kulon progo, kabupaten kulon progo, yogyakarta

6 49 9