23
peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu meningkatkan GCG, meningkatkan kualitas
manajemen resiko perbankan, dan meningkatkan kemampuan operasional bank.
Untuk menerapkan standar GCG, pada tahun 2006 Bank Indonesia telah mengeluarkan PBI No 84PBI2006 tentang pelaksanaan GCG
bagi bank Umum. Hasil survei yang dilakukan oleh BI pada tahun 2009 diketahui
bahwa kualitas implementasi GCG bank umum semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya peran dan keberadaan pihak
independen dalam melakukan
check and balance.
Dalam hal Meningkatkan kualitas manajemen risiko Perbankan Sejak dimulainya program sertifikasi manajemen risiko pada tahun
2005 sampai dengan akhir tahun 2009 tidak kurang dari 67.936 orang bankir yang telah mengikuti uji kompetensi manajemen risiko
dengan tingkat kelulusan rata-rata 74.
e. Program pengembangan infrastruktur perbankan
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional perbankan yang efektif seperti
credit bureau
, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan
kredit. Pengembangan
credit bureau
akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan kreditnya. Penggunaan lembaga
pemeringkat kredit dalam
publicly-traded debt
yang dimiliki bank akan
24
meningkatkan transparansi dan efektivitas manajemen keuangan perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan
meningkatkan akses kredit bagi masyarakat.
Tabel 2.5 Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
No Kegiatan Program Pengembangan
Infrastruktur Perbankan Periode
Pelaksanaan
1 Mengembangkan
Credit Bureau
Melakukan inisiatif pembentukan
credit bureau
2004-2005
2 Mengoptimalkan penggunaan
credit rating agencies
Mempersyaratkan rating bagi obligasi yang diterbitkan oleh bank
2004-2005
Pada tabel 2.5 dijelaskan tahap implementasi dari Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan. Program pengembangan
infrastruktur ini terdiri dari dua kegiatan yaitu: pengembangan
Credit Bureau
dan Mengoptimalkan
credit rating agencies.
BI telah melakukan peluncuran Biro Informasi Kredit BIK
pada tahun 2006 yang berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun, menyimpan,
mengolah data
debitur dan
pada akhirnya
mendistribusikan data tersebut sebagai informasi debitur. Untuk Mengoptimalkan penggunaan
credit rating agencies
, pelaksanaan dan pengaturan rating kredit telah dilakukan oleh
Bapepam.
f. Program peningkatan perlindungan nasabah
Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah,
25
pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi nasabah. Dalam waktu
dua sampai lima tahun ke depan diharapkan program-program tersebut dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada sistem perbankan.
Tabel 2.6 Program Peningkatan Perlindungan Nasabah
No Kegiatan Peningkatan Perlindungan
Nasabah Periode
Pelaksanaan
1 Menyusun standar mekanisme pengaduan
nasabah Menetapkan persyaratan minimum
mekanisme pengaduan konsumen 2004-2005
2 Membentuk lembaga mediasi independen
Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan
2004-2005
3 Menyusun transparansi informasi produk
Memfasilitasi penyusunan standar minimum transparansi informasi produk
bank 2004-2005
4 Mempromosikan edukasi untuk konsumen
Mendorong bank-bank
untuk melakukan edukasi kepada konsumen
mengenai produk-produk finansial 2004
Pada tabel 2.6 dapat kita lihat tahap implementasi dari Program Peningkatan
Perlindungan Nasabah.
Program Peningkatan
Perlindungan Nasabah terdiri dari empat kegiatan yaitu: penyusunan standar mekanisme pengaduan, pembentukan lembaga mediasi
independen, penyusunan transparansi informasi produk dan edukasi untuk nasabah.
Pada tahun 2005, melalui PBI No.77PBI2005 Bank Indonesia telah berupaya menetapkan suatu standar baku penyelesaian pengaduan
26
nasabah agar proses penyelesaian pengaduan yang dilakukan bank tidak berlarut-larut dan dilaksanakan secara transparan serta dapat
dipertanggung-jawabkan. Sejak dicanangkan pada tahun 2004, pendirian lembaga mediasi
perbankan yang independen belum dapat direalisasikan. Beberapa kendala yang dihadapi oleh asosiasi perbankan dalam pendirian
lembaga mediasi tersebut antara lain menyangkut aspek legal, sumber daya manusia, independensi, dan kredibilitas.
Melalui PBI No.76PBI2005 tanggal 20 Januari 2005, Bank Indonesia menetapkan ketentuan yang mengatur transparansi produk
perbankan dan penggunaan data pribadi nasabah, sebagai upaya meningkatkan penerapan GCG disektor perbankan, memperjelas
manfaat maupun risiko suatu produk keuangan, meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan nasabah, serta mengurangi informasi
yang tidak akurat.
B. Kebijakan Bank Indonesia tentang Kepemilikan Tunggal pada