Desentralisasi Fiskal Teori Desentralisasi Fiskal

a. Dana bagi hasil b. Dana alokasi umum c. Dana alokasi khusus. 3. Pinjaman Daerah 4. Pendapatan daerah lain-lain yang sah

2.1.1.2. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi fiskal memiliki definisi Saragih, 2003:84 suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan. Pengertian lain dari Sidik yang dikutip oleh Badrudin 2012:39 mengartikan desentralisasi fiskal sebagai alat dalam mencapai tujuan dalam bernegara, terutama dalam memberikan layanan publikyang lebih baik, menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis dengan melimpahkan kewenangan kepada tingkat pemerintahan untuk melakukan pembelanjaan, kewenangan untuk memungut pajak, terbentuknya dewan yang dipilih oleh rakyat, kepala daerah yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD, dan adanya bantuan dalam bentuk transfer oleh pemerintah pusat. Menurut Sidik Badrudin, 2012:39 desentralisasi fiskal memiliki beberapa tujuan adalah : 1. Membantu meningkatkan alokasi nasional dan efisiensi operasional pemerintah daerah. 2. Memenuhi aspirasi daerah, memperbaiki struktur fiskal secara keseluruhan, dan mobilisasi pendapatan daerah dan nasional 3. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mengembangkan aspirasi konstituen dalam pengambilan keputusan di tingkat daerah. 4. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah daerah, memastikan pelaksanaan layanan dasar masyarakat di seluruh Indonesia, dan mempromosikan efisiensi-efisiensi pemerintah 5. Memperbaiki kesejahteraan nasional rakyat Indonesia.

2.1.1.3. Teori Desentralisasi Fiskal

Pelaksanaan desentralisasi fiskal memiliki prinsip money should follow function, yang artinya setiap wewenang pemerintah yang diserahkan atau dilimpahkan membawa konsekuensi pada anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan kewenangan tersebut. Kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu turunan dari kebijakan otonomi daerah sebagai pelimpahan sebagian wewenang pemerintah dari pusat ke daerah. Ketika semakin banyak wewenang yang dilimpahkan maka akan berimplikasi kepada semakin besar pula biaya yang harus dibutuhkan oleh daerah. Oleh karena itu, hal yang menjadi dianggap penting ketika pelaksanaan desentralisasi fiskal oleh suatu negara adalah perlu dilaksanakan prinsip efisiensi dimana anggaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintah atau layanan publik digunakan secara efisien tetapi output yang dihasilkan harus maksimal. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam desentralisasi fiskal di Indonesia adalah desentralisasi fiskal ini di sisi pengeluaran dibiayai terutama oleh transfer daerah. Dengan begitu maka esensi otonomi pengelolaan fiskal daerah dititikberatkan pada diskresi untuk membelanjakan dana sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing daerah. Hubungan fiskal antarpemerintah yang berlaku pada saat ini terdapat dua jenis, yaitu federalisme fiskal dan keuangan federal. Federalisme fiskal adalah model hubungan antarpemerintahan dengan pemerintahan daerah kabupatenkota sebagai kepanjangan tangan dari pusat. Implikasi dari pelaksanaan model hubungan ini adalah berbagai bentuk transfer yang berasal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah digunakan untuk menggalakan otonomi regional dan memperbaiki infrastruktur lokal. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan model ini adalah desentralisasi fiskal diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Model keuangan federal merupakan model hubungan fiskal dimana batas- batas resmi, penyerahan fungsi, wewenang serta, pembiayaannya sudah secara umum ditetapkan melalui undang-undang.

2.1.2. Pertumbuhan Ekonomi

Dokumen yang terkait

PENGARUH DESENTRSLISASI FISKAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN WILAYAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1991 - 2012.

2 9 14

TINJAUAN PUSTAKA PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KINERJA RUAS JALAN BATAS KOTA YOGYAKARTA – BATAS KOTA SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 19

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN PENGARUH DESENTRSLISASI FISKAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN WILAYAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1991 - 2012.

0 2 15

PENDAHULUAN PENGARUH DESENTRSLISASI FISKAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN WILAYAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1991 - 2012.

0 3 11

PENUTUP PENGARUH DESENTRSLISASI FISKAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KETIMPANGAN WILAYAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1991 - 2012.

0 3 19

TINJAUAN PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1989-2009.

0 3 16

TINJAUAN PUSTAKA KAUSALITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1980 - 2006.

0 3 15

PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL REGIONAL TERHADAP INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL REGIONAL TERHADAP INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERIODE 1990-2007).

0 3 15

TINJAUAN TEORI PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL REGIONAL TERHADAP INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERIODE 1990-2007).

0 10 17

ANALISA DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN KETIMPANGAN WILAYAH ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATERA BARAT.

2 2 15