Ruang Lingkup Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Kegiatan Belajar Materi

1 Direktorat Pembinaan SMK 2013 MENGENAL KARAKTER WAYANG

A. Ruang Lingkup Pembelajaran

Mengenal Karakter Wayang Pengertian Wanda Wayang Fungsi Wanda Wayang Wanda Wayang dan Ciri-cirinya Latar Belakang Munculnya Wanda UNIT PEMBELAJARAN 1 2 Direktorat Pembinaan SMK 2013

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti dan mempelajari unit pembelajaran 1 peserta didik diharapkan mampu: 1. Menjelaskan motivasi munculnya wanda wayang 2. Menjelaskan fungsi wanda wayang 3. Menjelaskan wanda wayang dan ciri-cirinya Selama 6 minggu x 3 JP

C. Kegiatan Belajar

1. Mengamati a. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar tentang karakter wayang. b. Mengidentifikasi karakter wayang 2. Menanya a. Mendiskusikan perkembangan wanda wayang. b. Mendiskusikan wanda wayang setiap tokoh. 3. Mengeksplorasi Mengiventarisasi karakter wayang. 4. Mengasosiasi Membandingkan karakter wayang gagahan dan alusan. 5. Mengkomunikasikan Membuat laporan karakter dan wanda wayang.

D. Materi

1. Pengertian Karakter atau Wanda Wayang Tokoh-tokoh dalam wayang kulit purwa mempunyai karakter sendiri- sendiri. Karakter setiap tokoh tersebut diwujudkan dalam bentuk wanda . Di dalam pakeliran “wanda” sebagai salah satu unsur medium rupa, berperan penting untuk memantapkan “rasa” suatu tokoh. Kemantapan ini bisa dicapai karena ada kesesuaian antara suasana adegan dengan wanda tokoh yang digunakan, di samping juga unsur- 3 Direktorat Pembinaan SMK 2013 unsur penting lainnya, yaitu penyuaraan, sanggit, sabet, sulukan dan lain sebagainya. Dengan demikian, ketepatan seorang seniman dalang pada saat memilih “wanda” mempunyai andil dalam keberhasilan sajian. J e ni s w anda di da lam p erge laran w ayang kulit , an ta ra lain : gu nt ur, l ent re ng, ran g kun g, bontit , lintang , lind u , kag e t dan l ain - Iainnya. Wan d a, mempe r lihatkan wat a kkarakter t o koh d al am su atu k eada an t ert entu . Watak tokoh ya ng sedang mabok asm a ra tentu berbeda d en ga n w and a keti ka sedan g berperang . Menurut WJS Poerwadarminta, Wanda di dalam kamus artinya awak, dhapur, 1981: 655. Menurut Prawiroatmaja, wanda berarti rupa, roman, rupa muka 1985: 309. Sedangkan kata dhapur berarti tokoh, bangun, bentuk, rupa Prawiroatmaja 1985: 101. Oleh pa r a pengrajin wayang, penggarapa n t atah sungging dan orna m ennya berb e da-b ed a t erg ant un g da ri watak tokoh yang be r sa n gk ut an. Sebagai conto h pada gambar 1, mempe r lihatkan R a den Wr eku d ara berwarna hitam tam p il de n gan wanda l in t ang , sedangkan gambar 2 yang berwarna kuning emas ta mpil dengan wanda l in du p anon yang oleh Ki Da l ang di m a i n kan apabila Wrekud ara sedang menga mu k. T o k oh yan g se r ing d itampi lkan dengan wan da b erbeda-beda antara lai n: Arjuna, Kre s na, G at o t k aca, Sengku ni, B i ma, Baladewa , Wre k u d ar a, Srikandhi, Naku l a , S a dewa. Gambar 1. Werkudara Wanda Lintang Sumber: Dokomen pribadi 4 Direktorat Pembinaan SMK 2013 Gambar 2. Werkudara Wanda Lindu Panon Sumber: Dokumen pribadi Penerapan ‘wanda’ atau ‘citra’ image pada wayang, sebagian besar ditentukan oleh: a. Sudut mukawajah wayang lebih menunduk atau lebih menengadah, b. Bentuk rupa wajah wayang, c. Bentuk badan wayang, d. Sudut badan wayang lebih tegak atau lebih condong ke arah depan, e. Warna wajah hitam, putih, ‘prada’, biru, merah, atau warna lainnya. Sedangkan je nis wa rn a ya ng menun jukkan suatu wat ak d ij elaskan sebagai beri k ut : a. W arn a ku n ing e mas , m empunyai makna k e jayaan , dan suka bermai n asmara . b. Me ra h tua , men gandun g makna berani , mu da h tersinggung dan suk a berkelahi . c. Hi tam, mengan dung m akna teguh, sentau s a dan kuat . d. Pu tih , ar t inya su ci, se l a lu bertindak jujur dan utama . 5 Direktorat Pembinaan SMK 2013 e. Bir u muda kela bu , me mpunyai makna t idak tetap p endiriannya da n t idak mempu n yai pe do man yang p a sti. Sedangkan berbagai hal lainnya, umumnya dianggap dapat disamakan. Maksudnya tidak perlu ada yang diubah, meskipun wanda-nya lain. Ini merupakan pendekatan yang paling banyak diterapkan pada wayang. Sebagai contoh, penerapan ‘wanda gilut’ pada tokoh wayang Bagong, yang menampilkan karakter tokoh Bagong yang memberikan kesan nakal, lucu, suka membandel, suka menang sendiri, dan suka berbeda pendapat; dengan Bagong yang ber-wanda lain, umumnya hanya terletak pada bentuk rupa wajah semata termasuk bentuk rupa mata, alis, dan mulut. Sedangkan bagian badan lainnya, biasanya sama sekali tidak ada perbedaan dengan Bagong yang menerapkan wanda lain. Gambar 3. Bagong Sumber: Dokumen pribadi 2. Latar Belakang Mu nc u l n ya W anda Wayan g M u n cu l nya wanda-wan da way ang , baik dilingk un ga n keraton maupun dalam masy ar ak at d ilua r kera t o n , m erupakan hasil kerj a kreatif dari seniman pewayang an dal angpe mbuat wayang: penyo r ek , pe n a t ah, dan penyunggi n g . Kr ea tif itas adalah proses peng u ng k apa n yang akan melahirka n s ua tu i novasi. I n o vasi itu, karena d i tut ur k a n ole h manusia seniman ya n g hid up berm a s yar a k at, berorientasi kep a da 6 Direktorat Pembinaan SMK 2013 kepentingan masyar a ka t U mar Kayam, 198 1 :47 . Keh i dupan seni buda ya , ter masu k wayang. be ra ka r ku at dala m kerang ka kehidupan k o l e kti f. K a r ya - kary a se n i dari suatu m asa t erten t u be rfungs i sebagai penya rin g d a r i pen g alaman kolektif , k ar e na merupaka n wa dah bagi berba g ai permasalahan - permasa l a han yang ada pada ja ma n i tu Sa rtono K artodirdjo, 1987 :17 3. Di lin gk un gan k erato n orie ntasi para abdi dalem p embuat wayang wanda ada l ah m asyarakat k e r aton, dalam hal ini r a j a dan pa r a bangsawa n lainnya. Se ba ga i a bdi dalem mer e k a diharapkan mamp u me n yampaikan gagasan-gag a san kr eatif r aja s er ta t o k oh-tokoh bangsawan lai n Mereka d i tuntut bekerja kera s unt uk dapa t mempe r sembahkan karya seni yang mungguh kepada raja dem i m a rtab at dan kewiba wa a n keraton, yang pada gil i rannya juga dapat mempert in ggi m art abat merek a berup a kenaikan pangka t serta imbalan finansial , jika hasil ke rj a ker as mereka m e n da p a t perkenan raja. Da l am kaitan ini , di keraton sejak jama n Ma tar am I I sam pai r a ja - raja di Surakarta y ang ditengarai mulai munculnya wanda way an g , m u ncul wanda - wanda t okoh Arju n a , sepert i A rjuna wanda jimat, Arj u na w anda ma ngu, Arjun a wanda ka n y ut seb aga imana dtc o nto h kan di de p an dan mas ih banya k lagi wanda A rj una y an g lain. Pertanyaannya adal a h m enga p a to k o h Arjuna . yang dipilih m e wakil i wayang satu kotak seper ti ya ng disebut d alam Se rat Sastrami t uda? Hal ini dapat ditafsirkan bahw a sen im an p ewaya nga n di ke r aton dapat m enangkap dan mengolah perma s ala han di li ngk ungan buday an ya menja di pe ng al aman pribadinya yang k emu di an d i wujud kan dalam karya seni wanda wayang. Seniman pembua t waya n g mengetah ui bahwa raja- raja Mata r am mempunyai silsilah raja, baik se j arah pangiwa maup un sejarah panengen . Dat seiarah pangiwa lihat Soema r sa i d M oe r to n o, 1985:74 - 75 dinyatakan bahwa Raj a Mataram samp a i dengan Surakarta masih keturunan da ri P and awa. Salah satu to koh Panda w a yang b anyak b e rper a n dalam berbaga i lakon ad a la h Ar j u na, maka raja dipersonifikasikan sebagai tokoh Arj u na. Ad a tiga bua h ungka pan dalang yang b e rkaitan dengan t okoh Arjuna dal a m pak elir a n ya itu a. W iku aldaka, artinya . Arjuna selalu mendek a t dan ber g uru il mu kepada p ara pe rtapa orang-oran g p anda i b. Payo Katiyuping rana; a r tiny a A r juna sel a l u siap membantu tanpa pam r ih kepada siapa saja yang membut uh kan bantuan , dan c. Wanita jinatu kra m a , a r t inya Arjuna suka kepada keind a han wanita, wuj u dn y a dalam pakeliran Janaka beristri lebih dari satu. Ini bukari be r arti Ianaka s en a n g poligami, tetapi poligam i yang 7 Direktorat Pembinaan SMK 2013 dilakukan bermak n a po l itis untuk mele gi t i masi kelangsungan kewi b awaannya Munculnya wanda-wanda la i n s e l a i n tokoh Arjuna, ka r en a di keraton sering sekali diad a kan p ertunjukan w ay a n g untuk memperingati peristiwa-p e ristiwa tertentu l iha t S oet arn o, 1 9 8 8:30 dengan l a kon yan g b er be da - beda, sehingga tokoh ut a ma ya ng t e r libat d alam pe r masalahan l a ko n , mengalami berbagai situasi b at in sep erti s e dih, marah, terkena a sm a r a, dan l ai n - l ain . Di buatkan wanda wayangnya l ebi h d ar i sa tu. D emikia n pula y an g terja d i dil u a r keraton , terciptanya wanda-wanda wayang t e r ma s u k wanda waya n g b aru juga karena b anyaknya pe r m i nta an lako n ya ng berm acam-macam dari m as y ar a k a t, . sehingga menunt u t k reat ifita s dal ang untu k membuat to k oh -tok oh wa yang y ang wandanya khu su s g un a m em enuhi dan men d u k ung sajien pakelir a n , s eperti tokoh-tok oh w ay ang ya ng dibuat o leh par a d a I ang di l uar ker a t o n yang sudah disinggung d i depan. Mes ki p u n demikian latar belakang p r oses terciptanya wanda-wanda wayang it u j uga t etap terka i t denga n p e r masalahan sosial budaya di lin gk un gan ny a, Sebagai con t oh r a u t mu k a Semar wanda genthong karya Ga n da D arman, itu d iil h a mi oleh muka seor an g p edagang genthong keliling yang ke lelahan d a n se c a ra kebet u lan be ris t ir ahat didekat r umahnya. Demik i an p u la ka ry any a y ang berujud buta tikus san g a t m u ngkin diilhami oleh buta-buta Alengka yan g be r ke pala binat ang , kecuali b uta tikus. Sehingga ia ingin melengkapi n ya d e ng an membuat toko h r ak s a s a b e rkepala tikus. Karya Gan d a D ar man l ainn y a y a n g berupa pendeta tua gecu l , raut muka wayang ini m iri p dengan raut m uka salah seorang pengrawitnya. Akan tetapi ada satu pe r k e c u a lia n untuk way an g Petruk wanda ki r ik c i ptaannya. Pr o sesnya bisa d i kat a kan ter jadi secar a keb e tu lan. Beliau telah nyorek wayang to k oh Sugriwa, t iba -tib a sebelum dip ah a t , kulit yang suda h dicorek ini digondol anjing da n . se m pat d i mak a n ny a , sehingga kulit corekan wayang Sugriwa ini menja di ber ku rang lebar nya. K emudian dengan si s a ku lit yang ada dicorek lagi da n jad ila h Pe t ruk wa nd a k irik tersebut . Berdasarka n ura ia n di a t as, la hirn y a wanda-wanda wayang d i keraton maupun di luar ke r aton d apat dikat a k an telah di motivasi oleh aspe k kr eativ i tas, aspek pol i tik, da n as pek e konomi. 3. Fungsi Wanda Wa y ang Berdasarka n pen g ertian wanda yan g telah dipaparkan d i mu k a, maka dapat disimpulk an b ah wa wan d a w ayang adalah pelukisan air m uk a t okoh wayang tertentu y an g mer up ak an p erwuju dan kasat mat a d a ri 8 Direktorat Pembinaan SMK 2013 s uasa na hati t okoh . Munculnya wand a w ayang pur wa ini d idasarkan atas keragaman suasana hati tokoh hubung a nny a deng a n pe r is tiwa di dalam lakon . Un t uk ke pe rluan it u lah maka dibuat t oko h-t okoh terte n t u lebi h dari satu, masing- m as i ng dengan lukisan suasana h at i to k oh yang b e r bed a untuk dimainka n sesua i dengan situasinya sendin . S itua si bat i n toko h s an gat bermacam-macam misalnya: a. suasana duka mar a h, g reg et, anyelk e c ew a kesaI, dendam . b. suasana suka . o neng, lega, l ejar , bombo n g, mo n g kok, b ingar c. suasana duka, sedih . pr i hatin, kagol, ngungun, trenyuh , n gIan gut , mela n g- m e l ung, k uwatir, trataban, ke mr u n gsung , kejo t , w edi, gila, ku c iwa, m elas ; tu mlawung. d. su a s ana agung meneb , ji n em , mane m bah, pasrah, hening e. a s mar a, s engsem, ma r e m , g e mes, anyel. Dari se l uruh s ituasi batin tokoh yang d ipapa r kan s angat tidak m un g k in untuk dibuatka n tokoh wayang dengan wanda t er te ntu . Hadirny a w and a wayang ku li t ba g i dalang yang mema h ami dan dapat menggunakan sec a ra t ep at akan san gat membantu dalam mengek s presikan suasana hati tokoh, s eh ingga kerag am a n wanda dari tokoh - tokoh wayang tertentu secara t i d ak l an gsung da p a t m enunjang keberhasilan per t unjukan wayang . Di dalam prakt i k pakeliran t idak mungkin seorang dalang mengganti dengan semena-mena tokoh wa y ang y ang se dang dimainkan dengan tokoh wayang yang sarna tetapi d eng an wanda lain unt u k menyesuaikan deng a n situasi batin tokoh kaitannya de nga n peristiwa ata u per masalahan didalam lakon , Dengan demikian fung s i w a nda seharusnya mempe r timbangkan aspek mungguh. Dewa s a in i p ada umum ny a para da lang tidak lag i mendalam pengetahuannya t enta ng wan d a wa y a n g . S ehingga wanda wayang tidak mutlak dipert i mbangan ke ha dir annya dala m p e rtu njukan, yang menjadi pertimbangan adalah enak dan t ida k enaknya u n t uk di mainkan terutama untuk keperluan , sabet. · D i dalam pa keli ra n , kebe r hasi lan pentas para dalang tidak semata-mata berdasar atas k e mah ir annya mena mpilk an beragam wa n da way a n g saja, tet a pi sangat tergantung d ari k emampuan m er e k a menggarap u n s ur-u nsur pakeliran . Disamping itu k enyataan di l a pa n g an menunjukkan bah w a tidak semua dal ang yang ada m em p unyai wanda y ang l engkap kecuali wayang milik keraton para bangsa w an s er ta wayang m ili k orang - orang tertentu. Bagi penonton pada umumnya k e pekaan mereka ter ha dap unsur perupaan wayang termasuk boneka dan macam w andan y a 9 Direktorat Pembinaan SMK 2013 tidak sepe ka t e r hadap unsur garap pakelir a n lainnya. Perlu dik e mu ka kan juga b a h wa w ayang dengan berbagai wanda dan perwatakan serta gera k an yang di h a s i lka nnya adalah merupak a n salah satu unsur pakeliran. S ebag a l produk ka rya s eni rupa, wayang memang mampu berdiri sendiri seperti h a lnya musik iringa n , da n bahasa catur Akan tetapi ketika unsur sabet, catur dan iringa n d i i ntegrasikan ke dala rn pakelir a n maka peranannya salin g me n dukung dan m elen gkapi, masing - masing tidak ada yang menonjol, dan ha rus merupakan sua tu kesatuan yang utuh dan m a nungg a l. 4. Wanda Wayang dan Ci ri- cir i n ya Mac am-macam wanda wayang sebagai sarana atau perabot pakeliran, dap at di ti nj a u dari empat seg i, ya it u: 1. w a nda wayang kai tannya d e ngan p a th e t, 2. wa n d a waya n g ka i ta nn ya dengan sabe t, 3. wanda wayang kaitannya dengan coreken, dan 4. wanda wa ya ng ka i tannya dengan sanggit lakon . Keempat unsur i n i tidak da pa t d i pisah-pisahkan . B. Suwarno, 1999 . Wanda wayang kaitannya dengan pathet, adalah wanda-wanda way ang yang hanya dapat ditam p i l ka n pada pathet tertentu : pathet ne m , pathet sanga, ata u pada p athet manyura. Seberapa figur wa yang yang sampai saat ini masih berlaku, yaitu Kresna, Wre kudara , dan Gatutkaca . Kresna, Wrekudara, dan Ga t utkaca yang disu ngging dengan perawakan hitam, hanya dapat ditampi l kan pada pat h e t manyura , sedangkan yang disungging gembleng atau pe rawakan perada, hanya dapat ditampilkan pada pathet nem dan sa nga. Akan tetapi dari ketiga figur wayang tersebu t, yang masih jela s penqqunaannya berkaitan dengan p a thet , hanya tokoh K r esna . Pa da petnet nem , figur Kresna yang d i gunakan adalah perawakan ge mbleng dengan wajah menunduk Iuruh, yaitu Kresna wanda Rondhon atau Mangu . Untuk pathet sanga, digunakan Kresna g embleng dengan wajah menengadah longok , ya i tu Kresna wanda Gend reh. Sumyar , a t au Jagong . Adapun unt u k pathet m anyu ra , digunakan Kres n a perawakan hitam cemeng dengan wajah menengadah longok, yaitu Kre sn a wanda Su ra k a t au Botoh . Soe t arno, 1 9 75 . W a n da wayang kaitannya d e ngan sabet ada l ah penampilan figur wayang yang dikaitkan dengan cak sabet, baik dalam suasana 10 Direktorat Pembinaan SMK 2013 jejer , adegan, be r jalan, mau pu n peran g a n. M i sa ln ya, Wr e kudar a wanda Mimis dan Gurnat, hanya tepat dignakan untuk perang . Wrekudara w a nda Lindhu ponon hanya tepat digunakan untuk suasan a jejer ata u a d ega n. Bal a d e wa w and a K a get dan G ege r hanya tepat digunakan untuk perang. Baladewa wanda Jagong dan Paripeksa hanya tepat digunakan untuk suasana jejer atau adegan. Soetrisno, 1975: 4 Wanda wayang kaitannya dengan corekan, adalah penamaan wanda wayang yang didasarkan pada pola sketsa dan busana . Sebagai contoh , Pragota yang menggunakan tutup kepala kethu dan busana bagian bawah cothangan, disebut Pragota wanda Pocol. Pragota yang menggunakan model rambut gembel dan berkain rapekan , disebut Pragota wanda Bundhel . Pragota yang memakai irah-irahan seperti irah-irahan raksasa Cakil dan berkain repeken, disebut Pragota wanda Centhung. Wanda wayang kaitannya dengan sanggit lakon, adalah penggunaan figur wayang tertentu pada lakon khusus . Sebagai contoh, untuk melukiskan tokoh Rama yang mengembara di hutan Dandaka selama 14 tahun, yang deskripsinya dalam Kekawin Ramayana disebutkan : ngulandara kawan-welas warsa, anglugas raga busana sarwa cerma, miwah anggegimbal · rikma ini berarti ngembara selama 14 tahun, berbusana lusuh dari kulit binatang , serta mengurai rambut, diciptakan wayang Rama baru wanda undhung dengan rambut terurai 14 ikalan, untuk menunjukkan angka tah un , t anp a a t r i but k esat ria , b usana b ag i a n ba wa h co thangan , dan bercawat , mirip Wrekudar a ya ng d ibuat o leh Bambang Suwarno . Contoh lain, figur Duryudana dengan irah - irahan ma hkota, ditampilkan dalam l a kon Kr esna D u t a , u ntuk menunjukkan sikap Duryuda n a yang memegang te gu h kek ua saan negara Hastina be riku t I n draprasta bes e rta negara jajahannya B . Suwarno, 1999 Ci r i - c iri wa nda wayang, menurut I K untara Wirjamartara, berkaitan erat denga n deskr i psi , m itol ogi, ti p olog i, dan karawitan pakeliran . Deskripsi adalah pencan dra a n a t au na ras i tentang diri tokoh wa y ang secara meny eluruh , me li puti : nama, kar ak t e r , kesaktia n , bent uk t u buh , ta ta bu s ana, dan temp a t tin g gal . Mit olo g i a dalah ilmu tenta n g k e susa s traan yang mengandung konsepsi dan dongen g suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus da lam sua t u k eb u day a an . Ti po logi ada lah ilmu watak tentan g p e mb ag ian manusi a d a l a m g olo ng a n - g ol ongan, m enurut c o rak w a tak masing- masin g . Ad ap un k a ra wi tan p a k e lir a n meliputi: gendh i ng, su l u k , temban g, 11 Direktorat Pembinaan SMK 2013 dh o d h o ga n, dan kepra k a n, untuk memp e rtega s s ua sana ba t i n t okoh da n a t a usit u a s i p ak e liran dalam hubung a nny a de n g a n gerak -gerik wayang . D esk ripsi s ua t u t oko h wayang menimbulkan berbagai t a fs i r ga rap b e nt u k wayang pada setiap daerah . Misa l nya , dalam me mvisualisasi kan tokoh Antareja , yang dalam deskripsi dic e rit a k a n se bagai putra Dewi Nagagini, cucu S ang Hyang Anantaboga dewa ul ar , masing - masing daerah mempunyai titik p a ndang t er s e ndiri . Untuk gaya Yogyakarta, Antareja yang merupakan keturunan dewa ular itu divisualisasikan dalam bentuk sunggingan bersisik pada seluruh tubuhnya. Untuk gaya jawa Timuran, deskripsi tentang Antareja sebagai cucu dewa ular diwujudkan jika krodha berwajah ular dan berekor . Adapun untuk gaya Surakarta, hal tersebut cukup divisualisasikan dalam bentuk sabet wayang, yaitu Antareja jika berperang untuk menunjukkan kesaktiannya menyemburkan bisa ular. Meskipun demikian, Antareja pada ketiga gaya daerah tersebut sama- sama dilukiskan dalam bentuk gagahan dan berbusana kastriyan. Mitologi suatu tokoh wayang dapat dipakai sebagai acuan untuk melukiskan kesamaan bentuk tubuh serta busananya. Misalnya, tokoh Wrekudara, yang dalam mitologi adalah putra Bathara Bayu, memiliki kesamaan bentuk dengan Bathara Bayu, yaitu bertubuh tinggi besar, mempunyai pupuk mas, berkuku pancanaka, dan berkain poleng bang bintulu. Demikian pula antara Wrekudara dan Dewa Ruci, yang merupakan guru sejatinya, rupa dan busananya digambarkan sama persis. Perbedaannya, Dewa Ruci dilukiskan dalam ukuran kecil. Tipologi tokoh wayang satu dengan yang lain kadang-kadang memiliki kemiripan bentuk dan perwatakan . Oleh karena itu dalam visualisasinya juga ada kemiripan. Misalnya, tokoh Ramabargawa muda mempunyai tipe sama dengan Jagal Abilawa Wrekudara ketika menyamar sebagai penyembelih ternak di Negara Wirata. Karena keduanya sama-sama bertipe kesatria gagah perkasa, berwatak keras, jujur, dan sakti, maka keduanya digambarkan dalam bentuk tubuh yang tinggi besar, mengurai rambut, raut muka dan tubuhnya sama-sama berwarna hitam . Perbedaannya, Ramabargawa tanpa pupuk mas, tanpa kuku pancanaka, berdahi lebar bathukan, bersumping kembang kluwih, berjanggut wok, dan berkain tidak poleng; sedangkan Jagal Abilawa memakai pupuk mas, berdahi sinom, memakai kuku pancanaka, bersumping pudhak sinumpet, berjanggut semen kretepen, dan berkain poleng. Karawitan pakeliran sangat berpengaruh pada penampilan tokoh 12 Direktorat Pembinaan SMK 2013 wayang. Misalnya, untuk jejer Kahyangan dan Amarta digunakan Ketawang Gendhing Kawit, untuk jejer Alengka Prabu Dasamuka dan Hastina Prabu Duryudana digunakan Ketawang Gendhing Kabor, dan untuk raja yang lain digunakan Ketawang Gendhing Karawitan. Untuk mendukung suasana batin tokoh, digunakan gendhing-gendhing yang bersifat khusus . Misalnya, untuk mendukung sasana khusuk Begawan Ciptaning ketika bertapa di Gua Witaraga, digunakan gendhing Ketawang Gendhing Jongkang; untuk adegan susah dengan gendhing Tlutur. Menurut Darman Gandadarsana, ciri-ciri wanda wayang dapat dilihat dari coreken, kapangan, tatahan, bedhahan, sunggingan, dan gapitan. Coreken gambar wanda wayang sangat menentukan keberhasilan penggambaran tokoh yang dimaksud. Misalnya Janaka wanda Janggleng, sejak dari wajah sampai dengan kaki harus mampu menunjukkan wanda yang dimaksud . Jika Arjuna wanda Jonggleng yorekan postur tubuhnya tegap, kesannya mirip dengan Arjuna wanda Kinanthi dan jika poster tubuhnya membungkuk akan mendekati Arjuna wanda Gendreh . Pergeseran coreken postur tubuh seperti ini akan merusak wanda yang dimaksud. Karena itu ketepatan coreken sangat diperlukan uhtuk melukiskan kesan- kesan w a n da tertentu tokoh wayang kul i t . Kap a n g an adalah bentuk luar at a u b od i wayang, yang dapat menentukan sifat v i sualisasi bentuk wayang yang digambarkan me n uru t propors in ya : gagah , h a l us, gecul, k enes, tangkas, licik , bayi , ramaja , tua , dan sebagainya . Misalnya, k a pangan raksasa Cakil w a nd a Kik i k m e mpunyai kesan yang lebih trin c in g c e katan dibanding dengan Cakil wanda Panji. Kapangan Wrekudara wanda Li ntang y ang digunakan untuk s i tu a si p e per a ngan ak an l e bih terkesan pada t be r is i da r ipada kapangan Wrekudara wanda Lindhupanon yang digunakan untuk s i tuasi formal dalam suatu a de ga n . D e ngan d e m i kia n Wr e kudar a w a n da Lint a n g akan t am pak l e bih t an gk a s daripad a Wrek u d a ra wa n da Lindhup anon. T a t ahan w ay ang sanga t di t en tukan o leh uk uran bes ar-ke c i l, k a ra kt er wayang bersa n gkut an , da n kelem b utan p ola t a t ahan. Misalnya, tatahan rambut raksasa Kumbakarna atau tokoh raksasa muda buta nom, tidak tepat jika tatahan rambutnya diserit seperti A r juna atau Sumbadra . Demikian juga rambut A r juna atau Sumbadra tidak t e pat ji ka d i tatah dha w ung an atau gimb ala n s eperti raksasa . Pola-pola tat aha n wayang pada umumnya memiliki kesamaan, misalnya : mas- mas a n un t uk perhias a n, s eritan untuk rambut, trat asa n dan bub uk an 13 Direktorat Pembinaan SMK 2013 untuk me mbentuk garis , limaran untuk ka i n Arjuna dan tok o h-t o koh halus lainnya. B e dhah a n wayang sangat men e ntukan karakter t okoh karena b e rf o kus pa d a ekspresi wajah tok o h wayang yang dilukisk a n . Kar en a b e raneka ragamnya tokoh wayang dengan berbaga i karakter wandanya , mas i ng-masing penatah m empunyai spesialisasi dalam hal mb e dh a hi wayang . Misalnya , Mlaya Manggisan , Prambanan ter k e nal mb e d hahi A r j u na atau s ejen i s li y e pan, Gandasuwirya Jo mbor , Klaten terkenal m b e dhahi thel e ngan Wrekudara, Anta rej a , Pringgosutoto Nagasari , Boyolali terkena l mbedhahi wayang plelengan Dasa m uka , K angsa, Part o r e dj o K le co ,urakart a terkenal mbedhahi wa ya n g p ut ren Banuwa ti, S u m bad r a . Berkaitan dengan bedhahan wayang, Mujaka J akaraharja berpendapa t , bahw a wa y ang d i ka t a k an ba i k jika unsur be dha hannya mampu mengekspresikan kara kt er tokoh tertentu. S ekal i p u n uns u r y a ng l a i n seperti k a p an g an , t a t aha n, da n s unggingan baik , tetapi j ik a bedhahan ti d a k at au kurang sem pu r n a, maka t i dak dapat dikatakan wayang berkualitas baik. Sun g gingan atau pewarnaan wayang pada masing - masing dae rah mempunya i ciri khas tersendir i . Wayang-wayang gaya Cir ebon dan Kedu, pewarnaan wayangnya dominan warna merah . P ewarnaan wayang-wayang gaya Jawa Timuran komposisinya do m i nan menggunakan warna hijau dan biru . Menurut keterangan Sul eman, komposisi warna wayang Jawa Timuran itu disebut per eenom. Adapun untuk wayang-wayang gaya Yogyakarta dan S urakarta, kompos i si sunggingannya lebih bervariasi mancawarna . Gapitan wayang kulit pada dasarnya berfungsi memberikan k e kuatan pada wayang yang bersangkuta n serta sebagai tangkai pegangan . Tangkai penggapit w a yang d i sebut cempurit, yang terdiri dar i dua baqian: bagian bawah sebagai pegangan dan bagian atas sebagai penggap i t . Gapitan sangat era t ka i ta n nya dengan bentuk dan ge r ak wayang . L ekukan-Iekukan Iuk-Iuka n cempuri t pada p i ng g an g , l e h er , t e l i nga, dan b a g i an atas wayang, sanga t b esa r pengar u hnya t erhadap c oreke n wayang yang dig a pi t . Ji ka lek u kan pinggang t erlal u k e b a w a h, maka wayang yang b ers a ngk u tan aka n kelihatan kerdil kak- kong; s eba lik nya j i ka t erlalu k e atas, kak i waya n g bag i an b ela k ang aka n ke l ihat a n t era n gka t j inj i t . Di samping itu j i ka luk-Iukan c e mp u rit tid a k t ep at , m a ka keseimbangan wayang tidak akan tercapai dan u n t uk kep e r l uan s a be t t e r asa tergan g gu. Dalam ha l p enggapitan wayan g kulit , d i kenal i stilah mecu t, m embat, da n n gg ebu g. Mec ut ya itu suatu be n tu k ger ak an y ang lentu r sepe r t i 14 Direktorat Pembinaan SMK 2013 mencambuk, membat ya i tu suatu gerakan yang kenyal , sedangkan nggebug ada l ah suatu gerakan yang kaku . Berk a it a n d e ng a n itu, a r man Gan d a d arsa n a berpendapat bahwa untuk wayang-wayang yang bermahkota seper t i Kresna, Baladewa, dan figur kayon, apitannya mecu t , sehingga kalau digetarkan ujungnya dapat bergerak dengan ringan . Untu k t okoh-tokoh satria bergelung s eperti Wrekudara , Gat u tkaca, dan Arjuna , gapitannya membat, seh inq qa j ika digerakkan akan m emu n cu l kan kesan mantap . Untuk t okoh-tokoh wayang yang gerakannya cekatan dan lincah, seperti Cakil dan prajurifkera, gapitannya nggebug, sehingga tidak lentur jika digerakkan dalam ritme cepat . Untuk wayang - wayang yang berbentuk lebar, seperti ampyak, kereta, dan wayang- wayang binatang, g a pitannya dibuat seimbang antara bagian depan dan belakang, sehingga dapat dengan mudah menghidupkan gerak sesuai dengan sifatnya. Di samping itu, semua bentuk gapitan harus ny a ngg a . Artinya, cempurit yang dipakai harus sesuai dengan ukuran wayang, misalnya: putren, bambang a n, k a tong a n, gagahan , dan a wa raton, dan sebagainya.

E. Rangkuman