PENUTUP The Effect of Using Drama Technique on Students’ Speaking Ability (A Quasi-Experimental Study at the Seventh Grade Students of SMPN 6 South Tangerang).

tujuan. Segala upaya, perilaku, dan getar perasaan, senantiasa bertitik tolak dari tujuan tersebut. Menurut Mohammad Nor Syam, Pendidikan dalam wujudnya selalu bertujuan membina kepribadian manusia, baik demi ultimate goal maupun bagi tujuan-tujuan dekat. Tujuan akhir pendidikan ialah kesempurnaan pribadi. Prinsip ini terutama berpangkal pada asas self realisasi, yakni merealisasi potensi-potensi yang sudah ada di dalam martabat kemanusiaannya. Potensi- potensi itu baik berupa potensi-potensi intelektual, mental, rasa, karsa, maupun kesadaran moral, bahkan juga aspek-aspek keterampilan fisik dan perkembangan jasmaniah. 5 Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi, Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad lamanya menghuni bumi. Sebelum terjadi proses pendidikan di luar dirinya, pada awalnya manusia cenderung berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sendiri, di mana manusia berusaha mengerti dan mencari hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka sebenarnya. Dalam ilmu mantiq, manusia disebut sebagai hayawan al-nathiq hewan yang berpikir. Berpikir di sini maksudnya adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapat serta pikiran. 6 Persoalan yang kemudian muncul adalah cara pandang atau konsep manusia yang digunakan menentukan konsep-konsep lanjutan pada suatu disiplin ilmu atau aliran tertentu. Begitu juga apabila menelaah pendidikan, maka setiap aliran, teori atau sistem pendidikan berakar pada sebuah pandangan falsafah manusia yang digunakan. Sejalan dengan hal tersebut di atas, Prasetya dalam bukunya Filsafat Pendidikan untuk IAIN, STAIN, PTAIS, mengemukakan bahwa, “Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu.” 7 5 Mohammad Nor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986, h. 179 6 Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, h. 130-131 7 Prasetya, Filsafat Pendidikan untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 15 Sebagai contoh apa yang terjadi dalam tradisi pendidikan di Barat yang berdasarkan pada filsafat positivistik sehingga pendidikan menjadi bebas nilai. Manusia dalam pendidikan dipandang sebagai objek yang tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Perbedaannya hanya dalam fungsi berfikir, kemudian dikatakanlah bahwa manusia adalah binatang yang berfikir. Kemudian pemikiran ini melahirkan pandangan dan sikap hidup materialisme. Puncak kepuasan manusia terletak pada pemuasan materi. Materialisme dan sekuler berjalan seiring dan berkaitan satu sama lain. Kesalahan pemahaman yang telah dilakukan ilmuwan dalam memandang manusia berakibat pada manusia itu sendiri. Karena pada kenyataannya tidak semua kehidupan manusia dapat dirasionalkan. Banyak bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dirasionalkan yang hadir dalam kehidupan manusia seperti cinta, seni, kematian dan sebagainya. Menurut Fadillah Suralaga, “Pandangan yang bersifat antroposentris ini jauh berbeda dengan pandangan Islam dalam melihat manusia dari segi hakikat jati diri substansi manusia. Dalam pandangan Islam pada diri manusia terdapat tiga unsur yang sal ing berinteraksi dengan kuat yaitu, jasad, jiwa, dan ruh.” 8 Menurut Hamka ketiganya merupakan unsur penggerak dan sekaligus memberikan arti bagi keberadaan manusia di muka bumi. Bila salah satu di antaranya tidak difungsikan secara optimal dan proposional, maka akan sangat berpengaruh bagi pembentukan kepribadian peserta didik sebagai hamba-Nya yang mulia. 9 Ketidak sempurnaan unsur pada diri manusia inilah aspek ruh yang tidak tersentuh oleh pendidikan yang berlangsung di Barat. Di samping memahami konsep manusia diperlukan pula adanya pemahaman mengenai konsep pendidikan Islam. Dikarenakan tujuan hidup ini pada akhirnya akan bersinggungan dengan tujuan pendidikan Islam, karena pendidikan pada dasarnya bertujuan memelihara kehidupan manusia. Seperti pendapat M. Natsir 8 Fadhilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. I, h. 17 9 Samsul Nizar,Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. I, h. 126

Dokumen yang terkait

The Effectiveness of Using Storyboard Technique on Students' Reading Comprehension of Narrative Text (A Quasi-experimental Study at the Tenth Grade of MAN 1 Tangerang Selatan)

3 41 145

The Effect of Demonstration Technique toward the Students’ Vocabulary”, A Quasi Experimental Study at Seventh Grade Students of Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 13 Jakarta.

0 28 129

The Effectiveness Of Using Story Mapping Technique Towards Students’ Reading Ability Of Narrative Text (A Quasi-Experimental Study At Tenth Grade Students Of Sma N 4 Tangerang Selatan)

4 78 108

The Effect of Reciprocal Technique towards Students' Reading Comprehension on Report Text (A Quasi-Experimental Study of Eleventh Grade Students of SMAN 3 South Tangerang

0 34 132

THE EFFECTIVENESS OF USING NEAR-PEER ROLE MODELING (NPRM) ON STUDENTS’ SPEAKING ABILITY (A Quasi-Experimental Study at the First Grade of SMPN 3 South Tangerang)

0 32 113

The effectiveness of using english songs from youtube towards students’ vocabulary mastery : a quasi-experimental study at the seventh grade of Ruhama Islamic Junior High School at South Tangerang

1 13 131

The Effect of Using Flashcards on Students' Vocabulary Achievement (A Quasi-experimental Study at the Seventh Grade Students of SMPN 178 Jakarta)

0 10 102

The Effectiveness of Using Story Mapping Technique on Students' Reading Comprehension of Narrative Text (A Quasi-experimental Research at the Eighth Grade Students of SMPN 127 Jakarta)

0 12 159

THE EFFECT OF USING TALKING STICK TECHNIQUE ON THE STUDENTS’ SPEAKING ABILITY.

0 2 22

THE USE OF VIDEOS TO IMPROVE STUDENTS’ SPEAKING ABILITY: A Quasi-Experimental Study to the Seventh Grade Students of Junior High School in Bandung).

7 15 38