Mencapai Kebahagiaan di Usia Lanjut

Mencapai Kebahagiaan di usia Lanjut
Ida Yustina
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu
pengetahuan terutama ilmu kedokteran pada kenyataannya telah mampu
meningkatkan umur harapan hidup (life expectancy). Dampaknya tentu saja, jumlah
manusia usia lanjut (lansia) semakin banyak dan cenderung meningkat.
Sebagai gambaran, sensus tahun 1990 menunjukkan, jumlah penduduk
Indonesia yang berusia 55 tahun ke atas kurang lebih 7,7 persen dari seluruh jumlah
penduduk yakni sekitar 11.319.00 jiwa. Pada tahun 2000, jumlah ini diperkirakan
akan meningkat menjadi lebih kurang 9,9 persen dari total penduduk, dengan angka
harapan hidup antara 65 – 70 tahun.
Tentang keberadaan kelompok lansia ini, Pasal 19 Undang-Undang Nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan “Kesehatan manusia usia lanjut
diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar
produktif dan pemerintah membantu menyelenggara upaya kesehatan manusia usia
lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal”.
Bunyi pasal tersebut menunjukkan perhatian maupun upaya pemeliharaan
serta peningkatan kesehatan manusia usia lanjut, menjadi tanggung jawab bersama
antara pemerintah, swasta dan masyarakat secara menyeluruh. Dengan tingkat

kesehatan yang baik, kelompok usia ini diharapkan dapat aktif dan produktif dalam
ikut mengisi pembangunan bangsa.
Namun di sisi lain, menjadi tua ternyata menimbulkan berbagai masalah
tersendiri, baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi bagi manusia,
meski menjadi tua itu sendiri merupakan suatu proses normal yang sudah terporgam
secara genetis.
Prof. Aldred Scott Warthin menulis, proses menjadi tua tidak dapat dihindari,
dicegah maupun ditolak kecuali bagi mereka yang meninggal pada usia muda karena
kekerasan atau penyakit. Ini artinya manusia tak dapat menolak hukum alam.
Secara fisik, daya tahan tubuh manusia yang menjadi tua akan semakin lemah.
Sekitar 75 persendari orang tua yang berumur di atas 65 yahun menderita sekurangkurangnya satu penyakit menahun.
Penyakit yang paling sering dijumpai pada orang tua adalah penyakit
kardiovaskuler, kanker, athris dan penyakit sendi lain, gangguan metabolik, penyakit
autoimun, diabetes dan penyakit syaraf yang mempengaruhi otak dan medulla
spinalis.
Hasil-hasil penelitian di Indonesia menunjukkan, bahwa terdapat perubahan
urutan pola penyakit sebelum Pelita IV dibanding keadaan saat ini.
Angka kesakitan pada penyakit tidak menular seperti kanker, kardiovaskuler
dan penyakit degeneratif lainnya memperlihatkan kecenderungan yang meningkat.
Demikian juga halnya dengan gangguan jiwa serta penyakit yang disebabkan

penyalahgunaan obat atau zat yang bersifat aditif.
Kapan Manusia Memlai Fase Lansia?
Proses penuaan (Aging) adalah salah satu proses alamiah akibat terjadinya
proses metabolisme yang terus menerus sehingga tubuh akan kehilangan fungsinya.
1
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

Data ilmiah menunjukkan bahwa fungsi tubuh akan berkurang sebesar 1 persen setiap
tahun sejak usia kita 30 tahun. Relatif lambannya perubahan ini menyebabkan
keluhan baru akan nyata setelah usia lanjut.
Akan halnya kapan manusia memulai fase hidupnya sebagai lansia, hingga
kini belum ada satu batasan yang tegas. Ini disebabkan adanya perbedaan yang besar
antara satu orang dengan yang lainnya. Ada orang-orang yang masih sangat bugar,
lincah dan kreatif di usianya yang ke-80, sementara yang lainnya ada yang sudah tak
berdaya ketika usianya baru 50 tahun (Neugarten, 1968)
Meskipun demikian secara psikologis, gejala ketuaan dapat terlihat dari:
a. Bila individu tidak menghitung ke depan, tapi menghitung kebelakang. Dengan
kata lain, individu tidak melihat, adanya harapan-harapan dalam kehidupannya.
b. Sangat memperhatikan penampilan dirinya/preoccupation. Individu selalu
memperhatikan gejala yang ada pada dirinya, khususnya keadaan fisiknya.

c. Melihat pada apa yang sudah di perbuat dengan kata lain berorientasi pada masa
dahulu.
d. Mempersoalkan kehidupan, merenungkan tentang asal dan tujuan hidup.
Untuk dapat aktif dan produktif seperti yang di harapkan, kelompok lansia
tentunya harus menghilangkan gejala-gejala psikis di atas. Dengan pengalaman yang
dipunyainya, kelompok lansia justru di harapkan dapat memberi arahan-arahan yang
positif kepada generasi muda.
Namun masalah yang banyak timbul, di sebabkan turunnya daya tahan tubuh
dan berbagai aspek lainnya terutama psikologis tadi, lansia hanyak yang terbelenggu
dengan sikap-sikapnya yang menjadi tidak realistis. Celakanya, hal ini diterima secara
negatif oleh lingkungannya. Masyarakat masih menilai, produktivitas dan identitas
seseorang dikaitkan dengan peranan dan pekerjaannya.
Mundur
Berbicara tentang menjadi tua, memang kemunduranlah yang akan paling
banyak dikemukakan. Yang justru meningkat dalam proses menua adalah sensitivitas
emosionalnya.
Kemunduran fisik bagaimanapun akan berpengaruh terhadap kemampuan dan
perilaku seseorang. Seseorang yang pada masa mudanya di anggap cantik atau tampan
akan merasa kehilangan daya tarik dirinya jika memasuki masa tua.
Ketimbang pria, umumnya wanita lebih risau dan tertekan disebabkan keadaan

tersebut. Kecemasan yang timbul bagi mereka yang merasa dirinya mulai menjadi
kurang menarik atau kelihatan kurang mampu, memberikan peluang yang besar bagi
produsen kosmetik, alat-alat kecantikan, alat-alat gerak badan dan obat-obat awet
muda. Sebab tak sedikit dari mereka yang kemudian berdandan secara berlebihlebihan, yang kesemua itu dilakukan untuk mengingkari masa ketuaannya. Sudah
tentu ini satu perilaku yang negatif.
Namun di lain pihak, banyak pula wanita yang tidak mengalami “kesukaran”
dalam memasuki usia lanjut. Mereka tetap yakin bahwa usia bukanlah penghalang
bagi aktivitas mereka, bahkan mereka merasa lega tidak lagi diganggu oleh peranperan sebelumnya yang cukup mengganggu aktivitas sosialnya.
Pikunas (1975) menyatakan, sebenarnya kecemasan terhadap ketuaan tidak
perlu terjadi apabila wanita mau mengerti dan menyadari bahwa itu adalah proses
yang wajar.
Pada pria, proses tersebut terjadi secara lambat laun, tanpa disertai dengan
gejala-gejala psikologis yang luar biasa. Paling-paling terjadi sedikit kemurungan,

2
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

rasa lesu, serta berkurangnya kemampuan seksual. Jika pada wanita terjadi
menopause, maka pria mengalami penurunan hormon testosteron.
Mencapai Kebahagiaan

Meski banyak lansia yang menunjukkan prilaku negatif untuk mengingkari
masa tuanya, namun tak sedikit pula yang berbahagia. Mereka yang bisa mencapai
kebahagiaan itu berpegang pada prinsip bahwa mereka tak bisa hidup di senja hari
dngan mengikuti aturan di pagi hari (Jung dalam Kimmel, 1974).
Ini artinya, jangan sekali-kali melihat kebelakang, sebab bagaimanapun kita
berjalan kedepan menuju masa mendatang.
Selain mengatur makanan dan melakukan latihan fisik/ olah raga, bagi lansia
penting artinya untuk memiliki konsep diri yang positif dengan demikian individu
lansia dapat menerima kenyataan dirinya “menjadi tua” dan menyadari dirinya tidak
sesegar dulu lagi.
Mereka yang memasuki masa pensiun misalnya, tak perlu kehilangan
kepercayaan diri karena tidak bekerja lagi carilah kegiatan, apakah itu hobbi, yang
bisa membuat diri tetap "hidup" dengan hahagia.
Pandangan yang sifatnya fisik juga harus diubah kepada hal-hal yang bersifat
mental, di samping memperluas wawasan dan tetap aktif dalam keluarga dan
masyarakat. Hal lain yang perlu diperhatikan, individu lansia sebaiknya meningkatkan
fleksibilitas emosionalnya, sehingga mampu memindahkan huhungan emosional dari
orang yang satu ke orang lain, dan dari aktivitas satu ke aktivitas lain.

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan, Buku Pedoman Kesehatan Usia Lanjut, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1990
2. Departemen Kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 1982
3. Kartini Kartono, Psikologi Wanita (Wanita sebagai Ibu dan nenek), jilid 2,
Penerbit Alumni Bandung, 1977
4. Neugarten B.L. Middle Age and Aging, The University of Chicago, Chicago and
London , 1968
5. Nugrohyo, W. Perawatan Usia Lanjut, Penerbitan Buku Kedokteran EGC
Cetakan Pertama, Jakarta, 1992
6. Pikunas, J. Human Development and Emergent Science, Mc Graw-Hill, Inc. New
York, 1976

3
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara