dilakukan. Apabila seseorang tidak melakukan apa yang harus dilakukannya maka orang tersebut dapat dikatakan alfa.
C. Pengertian Pelaku Tindak Pidana
Tindak pidana adalah tindakan atau perbuatan seseorang atau individu yang menyebabkan terjadinya suatu tindak criminal yang menyebabkan orang tersebut
menanggung pidana atas perbuatannya, dalam mana perbuatan tersebut dinyatakan bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat, norma hukum dan
perundang-undangan yang berlaku Kartini Kartono 2001:127. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana
merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Istilah tindak pidana dipakai sebagai pengganti
“strafbaar fet”. Perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana telah diatur dalam pasal 55
KUHP, dimana didalamnya telah digambarkan siapa yang dianggap sebagai pelaku dalam tindak pidana, yaitu:
Ayat 1. Dipidana sebagai pelaku pidana: i.
Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan.
ii. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
Ayat 2. Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang dilarang
oleh undang-undang harus dihindari, dan barang siapa melanggarnya akan dikenakan pidana. Jadi larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang
harus ditaati oleh setiap warga negara wajib dicantumkan dalam undang-undang maupun peraturan-peraturan pemerintah, baik ditngkat pusat maupun daerah.
Batasan dan penjelasan diatas senada dengan pendapat Kartini Kartono
2001:126 yang menyatakan bahwa: “tingkah laku yang jahat inmoral dan anti sosial akan menimbulkan reaksi
berupa kejengkelan dan kemarahan dikalangan masyarakat dan jelas akan merugikan masyarakat umum. Karena itu setiap kejahatan harus diberantas
atau tidak boleh dibiarkan berkembang demi ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat. Mengingat kondisi tersebut maka setiap warga
masyarakat secara keseluruhan, bersama-sama dengan lembaga-lembaga resmi yang berwenang seperti; kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga
pemasyrakatan dan lain-lain wajib menanggulangi setiap tindak kejahatan atau criminal sejauh mungkin
”. Melihat batasan dan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa orang yang dapat
dinyatakan sebagai pelaku tindak pidana dapat dikelompokkan kedalam beberapa macam yaitu:
1. Orang yang melakukan deder plegen. Orang ini bertindak sendirian untuk
mewujudkan segala analisis tindak pidana. 2.
Orang yang menyuruh melakukan doen plegen. Dalam tindak pidana ini pelaku paling sedikit dua orang, yakni yang menyuruh dan disuruh. Jadi bukan
pelaku utama yang melakukan tindak pidana, tetapi dengan bantuan orang lain yang hanya merupakan alat saja.
3. Orang yang turut melakukan mede plegen. Turut melakukan artinya disini
adalah yang melakukan bersama-sama. Dalam tindak pidana ini pelakunya
paling sedikit harus ada dua orang, yaitu yang melakukan plegen dan orang yang turut melakukan mede plegen.
4. Orang yang dengan pemberian upah, perjanjian. Penyalahgunaan kekuasaan
atau martabat, memakai paksaan atau orang yang dengan sengaja membujuk melakukan perbuatan uitloker. Orang dimaksud harus dengan sengaja
menghasut orang lain secara hasutannya memakai cara-cara dengan memberikan upah, perjanjian, penyalahgunaan kekuasaan atau martabat dan
lain sebagainya.
D. Pengertian Kendaraan Bermotor