Studi Laju Pertumbuhan dan Penyebaran Ikan Jambal Siam (Pungusrus hypophthaImus) dengan Metode Penandaan (Tagging) Di Waduk Jatiluhur

STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN
IKAN JAMBAL SIAM (Pangasius hypophtlraImus)
DENGAN METODE PENANDAAN (TAGGING)
DI WADUK JATILUHUR
0

b

OLEH :
LELY FAJRIAH DJAFAR

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

LELY FATRIM DJAFAR. Studi Laju Pertumbuhan dan Penyebaran Ikan Jambal
Siam ( Pangasius HypophthaImus ) Dengan Metode Penandaan (Tagging) di Waduk
Jatiluhur. Dibimbing oleh KIAGUS ABDUL AZIZ dan MENNOFATRIA BOER
Waduk Jatiluhur adalah salah satu badan perairan tawar yang berpotensi

sebagai penopang ketersediaan ikan bagi Daerah Jawa Barat dan sekitarnya. Saat ini
telah terjadi penurunan populasi ikan secara tajam di Waduk Jatiluhur. Salah satu
faktor penyebabnya adalah sering terjadinya arus balk atau bencana umbalan yang
mengakibatkan terjadinya penurunan kadar Oz secara cepat dalam perairan, akibatnya
banyak jenis ikan yang mati. Dirasakan perlu dilakukan usaha penebaran jenis-jenis
ikan yang mampu bertahan hidup pada kondisi kadar Oz rendah, salah satunya adalah
Ikan Jambal Siam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan d m penyebaran
Ikan Jambal Siam, sehingga dapat diketahui kemampuan adaptasi clan potensi
pengembangannya di Waduk Jatiluhur. Penelitian ini dilaksanakan sejak Januari
2000 sampai Januari 2001. Jumlah ikan yang dilepas sebanyak 15000 ekor, 3000
diantaranya diberi tanda dengan menggunakan metode Tagging, terdiri dari tiga
kelompok ukuran yaitu: kelompok ukuran I (13 - 15 cm), kelompok ukuran I1
(18 - 20 cm) dan kelompok ukuran I11 (22 - 24 cm) masing-masing sebanyak 1000
ekor.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Ikan Jambal Siam dapat tumbuh
dengan baik di Waduk Jatiluhur, koefisien pertumbuhan 0,06 per bulan, Lm = 54 cm
d m t, = - 2,s bulan. Ikan jambal siam menyebar secara tidak acak dan menempati
daerah tepi Waduk Jatiluhur meliputi wilayah Tajur Sindang 11 ekor, Ciganea 9
ekor, Cilongohar 7 ekor, Sukamulya 7 ekor, Pasir Jangkung 6 ekor, Pagadungm 5

dan Sodong sebanyak 4 ekor.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyaiakan bahwa tesis yang berjudul
STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN IKAN
J A M B A L SLAM (Pangasius hypr~pitthalmus) DENGAN M ETODE
PENANDAAN (TAGGING) Dl WADUK JATII.UHUR

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Sernua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jeIas d m
dapat diperiksa kebenarannya.

WG

LELY FAJRIAH DJAFAR

STUD1 LAJU PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN
IKAN JAMBAL SIAM ( P a n g a d s hypophthalmus)
DENGAN METODE PENANDAAN (TAGGING)

DI WADUK JATILUHUR

OLEH :
LELY FAJRIAH DJAFAR
NRP :99454

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar
Magister Sains Pada
Program Studi Ilmu Perairan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

: Studi Laju Pertumbuhan d m Penyebaran
Ikan Jambal Siam (Pungusrushypr~phthaImus)

Judul Tesis


dengan Metode Penandaan (Tagging)
Di Waduk Jatiluhur
Na ma
Nomor Pokok
Program Studi

: Lely Fajriah Djafar
: 99454
: IImu Perairan (AIR)

-+

Menyetujui:

1 . Komisi Pembimbing

(lr.

saw Abdul Aziz. MSc 1
Ketua


2. Ketua Program Studi
Ilmu Perairan

LDr. lr.

X

Kusman Sumawidiaia. MSc)

Tanggal Lulus: 26 November 200 1

( Dr. Ir. Mennofatria Boer. DEA)

Anggota

gram Pascasajana

RIWAYAT HLDUP


Pendis dilahirkan di Kendari, pada tanggal 2 Desember 1971 dari ayah
l3rs.H. Abd. Hafid Djafar dan ibu Hj. Umrni Rietje Dopu. Penulis m e ~ p a k a nputri
kedua dari lima bersaudara. Pendidikan sajana ditempuh pada Jumsan Pemanfatan
Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Muslim Indonesia di
Makassar dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1995.
Diterima sebagai dosen pada Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Lakidende pada tahun 1998 dan melanjutkan pendidikan pada Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Ilmu Perairan tahun 1999
dengan memperoleh dana dari proyek Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS).

PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahuwata'ala, atas limpahan rahmat dan
karunia -NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Kiagus Abdul Aziz
MSc.dan Bapak Dr. Ir. Mennohtria Boer, DEA yang berkenan membimbing dan
memberikan saran selama persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Terima kasih disampaikan juga kepada Bapak Dr. Ir. Kusman Surnawidjaja
selaku Ketua Program Studi Ilmu Perairan yang telah memberikan bimbingan d m
petmjuk kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

Hal senada juga
disampaikan kepada Dekan beserta Staf Fakultas Pertanian Universitas Lakidende,
yang telah memberikan dorongan m o d dalam penyelesaian Program Pascasarjana,
demikian pula terima kasih diucapkan atas dukungan yang tak temilai kepada
Kepda P a w n Otorita Waduk Jatiluhur beserta staf, Kepala Balai Perikanan Air
Tawar Sukamandi clan Kepala Instdasi Perikanan Air Tawar Jatiluhur beserta staf.
Kontribusi yang sangat besar berupa saran dan kerjasama selama penelitian
dan penulisan tesis ini telah penulis terima dari rekan-rekan Program Studi Ilmu
Perairan terutama Agus Joko Utomo, Isnawati Murni, Junita M z . serta adik
Fitmawati, atas segala dorongan semangat dan kerjasama yang terbina selama ini
hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penghargaan khusus dan ucapan terima kasih penulis tujukan kepada ibunda,
ayahanda, kakak serta adik-adik yang telah memberikan dorongan moral dalam
menyelesaikan Program Pascasajana.
Semoga Allah berkenan memberikan limpahan m a t dan karunia-NYA atas
segala kebaikan yan diberikan. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dalam
memperkaya khasanah iImu pengetahan.

Lely Fajriah Djafar


Halaman
PRAKATA

......................................................................................

v

DAFTAR TABEL

......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vi i

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

v~ll


...

PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakang ......................................................................................
Perumusan Masalah .............................................................................
Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................................
Hipotesis ................................................................................................

1
I
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................
Keadaan Umun Waduk Jatiluhur ..........................................................
Morfologi
......................................................................................
Habitat dan Distrbusi Ikan Jambal Siam...............................................

Pertumbuhan .....................................................................................
Pemberian Tanda...................................................................................
Kualitas Air
......................................................................................

4
4
5
6
7
8
8

METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................
Daerah dan Waktu
Penelitian................................................................
..
Metode Penelltian .................................................................................
..
Persiapan Penellaan .....................................................................

Pemberian Tanda..........................................................................
Pelepasan &an Yang Bertanda.....................................................
Pengumpulan Data Ikan Bertanda
Yang Tertangkap Kembali ................................................
. .
A n a l ~ s Data
~ s .........................................................................................
Penentuan Parameter Perhunbuhan .............................................
Hubungan Panjang - Bobot .........................................................
Penyebaran ..................................................................................
Kualitas air ...................................................................................

HASIL PENELITIAN
.......................................................................................
. .
Hasil Penelrt~an....................................................................................
Pertumbuhan ...............................................................................
Penyebaran ..................................................................................
Kualitas Air .................................................................................
PEMBAHASAN ...............................................................................................
Pertumbuhan .......................................................................................
Penyebaran ..........................................................................................
Kualitas Air .........................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

LAMPIRAN .....................................................................................................

DAFTAR TABEL

1 . Perubahan Panjang Ikan Jambal Siam (P. hypophrhalmus)
Pada Saat Dilepas dan Saat Tertangkap Kembali
Di Waduk Jatiluhur ..............................................................................

16

2. Hasil Tangkapan Ikan Jambal Siam yang Bertanda

dan Tidak Bertanda ..............................................................................

18

3. W a n Panjang Ikan Jambal Siam di Waduk Jatiluhur .......................

19

4. Penyebaran Ikan Jambal Siam (P. hypophthalmus) Bertanda
yang Tertangkap Kembali.....................................................................

21

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Waduk Jatiluhur Di KAB. Purwakarta, JABAR ....................... 11

2 . Model Tanda Berdasarkan Kelompok Ukuran
Ikan Jambal Siam (P. hypophthalmus ) ...........................................

12

3a. Grafik Simulasi Pertambahan Panjang Ikan Jambal Siam
( P. hypophfhalmus) di Waduk Jatiluhur ....................................... 17

3b. Grafik Simulasi Pertambahan Ikan Jambal Siam
( P. hypophthalmus ) di Waduk Jatiluhur .........................................
4.

5.
6.

18

Hubungan Panjang dan Bobot
Ikan Jambal Siam( P. hypophthalmus ) ..........................................

20

pH Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur .....................................

22

Suhu Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur .................................. 23

7.

O2 Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur ......................................

24

8.

C G Pada tiap Wilayah di Waduk Jakiluhur .....................................

25

9.

NO3Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur .....................................

26

10. PO4 Pada tiap Wilayah di Waduk Jatiluhur ....................................

27

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 . Ikan Jambal Siam ( P. hypophthalmus ) yang Bertanda
&lam Berbagai Ukuran .....................................................................

42

2. Prosedur Pencatatan Hasil Tangkapan Nelayan
Terhadap Ikan Jambal Siam ( P. hypophthalmus ) ...........................

43

3. Lokasi Pelepasan dan Penyebaran Ikan Jambal Siam
(P. hypophfhalmus ) di Waduk Jatiluhur .........................................

44

4. Penjabaran Rumus Von Bertalanffy Menjadi Gulland dan Hold ...... 45
5 . Data Hasil Tangkapan Ikan Jambal Siam ( P. hypohpthalmus )

Bertanda yang ditebar di Waduk Jatiluhur ......................................

47

6. Data Hubungan Panjang - Bobot Ikan Jambal Siam
(P. hypophthalmus) yang Tidak Bertanda .......................................

48

7. pH Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
(Februari Desember 2000) ..............................................................

50

8. Suhu Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
(Februari - Desember 2000) ...............................................

50

9. O2Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
(Februari Desember 2000). .............................................................

51

10. C 0 2 Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
(Februari - Desember 2000) ..............................................................

51

11. NO3Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
(Februari - Desember 2000) ..............................................................

52

12. POa Air di Waduk Jatiluhur Selama Penelitian
(Februari - Desember 2000) ..............................................................

52

-

-

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan jambal siam (Pangasius hypophthalmus) termasuk anggota famili
Pangasidae, rnerupakan ikan air tawar yang bemilai ekonomis penting

dan

banyak ditemukan di negara-negara Asia seperti Thailand, Laos, Kamboja, Burma
dan Vietnam (Ariiin dan Tupang, 1983 in Priyadi, Dharrna dan Setyani 1994).
Ikan ini didatangkan dari Bangkok (Thailand) ke Bogor oleh Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar pada tahun 1972 (Hardjamulia, ef al. 1981).
Ikan jambal siam adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari
perairan umum dan mudah dibudidayakan di berbagai media pemeliharaan seperti
waduk, sungai dan kolam. Ikan ini memiliki pertumbuhan cepat, fekunditas tinggi,
kebiasaan rnakan omnivor, tahan hidup pada kondisi oksigen rendah dan digemari
oleh masarakat serta harga jual yang cukup tinggi, sehingga berpotensi untuk
dikembangkan.

Usaha

pembesaran

ikan

jambal

siam

diharapkan

dapat

meningkatkan produksi ikan air tawar (Tarupey, el al. 1992).
Waduk adalah suatu bentuk

perairan tawar yang tergenang dan

mempunyai tingkat kesuburan yang dipengaruhi oleh partikel-partikel dari Iuar
(allothonous) dan dari dalam perairan itu sendiri (autothonous). Waduk Jatiluhur
rnerupakan peraim dari h a i l pembendungan Sungai Citarum dan Cilalawi,
sehingga terjadi

perubahan tipe perairan sungai (lotic) rnenjadi tipe perairan

tergenang (lentic).

Sifat perairan tergenang ini terutama akan nyata bcrpcngamh

di daerah tengah yang letaknya jauh dari sumber
kondisi fisika kimia air lebih stabil.

pemasukan air

sehingga

Selama ini telah banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan produksi
perikanan di Waduk Jatiluhur, antara lain dengan penebaran beberapa jenis ikan
sejak tahun 1965-1981 (Sarnita 1982

m

Krismono 1989).

Pada tahun 1987

populasi ikan di Waduk Jatiluhur terdiri dari 16 jenis, saat ini hanya dijumpai
8 jenis ikan. Terjadinya penunman jumlah jenis ikan ini, antara lain disebabkan

oleh adanya aktifitas penangkapan, terjadinya pembendungan sungai serta
terjadinya kematian ikan secara besar-besaran akibat bencana umbalan pada tahun
1996, yaitu terjadinya perubahan arus secara tiba-tiba karena penurunan muka air

di waduk, sehingga konsentrasi oksigen terlarut rendah sedangkan sisa pakan
tinggi yang mengakibatkan sebagian besar ikan tak mampu bertahan hidup dan
salah satu jenis ikan mampu bertahan hidup

pada saat terjadinya bencana

umbalan adalah ikan jambal siam (Krismono, 1999).
Untuk mengimbangi penurunan jumlah popdasi ikan dalam waduk, perlu
dilakukan usaha penebaran ikan yang memiIiki ketahanan terhadap kadar oksigen
rendah, salah satunya adalah ikan jambal siam.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pola
penyebaran dan pertwnbuhan ikan jambal siam di Waduk Jatiluhur. Informasi ini
diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan dan peningkatan produksi ikan
dengan

memperhatikan

pemanfaatan

sumberdaya

aspek
oleh

kelestarian

sumberdaya,

masyarakat

penangkapan ikan jambal siam di Waduk Jatiluhur.

dalam

serta

rangka

pengahxran
pelaksanaan

Perurnusan Masalah
Waduk Jatiluhur merupakan perairan yang terbentuk dari pembendungan
sungai Citarum dan Cilalawi, sehingga sampai saat ini menjadi salah satu tempat
dengan berbagai kegiatan perikanan yang cukup besar, meliputi perikanan
tangkap dan jaring apung. Selama ini pembesaran ikan jambal siam hanya terbatas
pada keramba jaring apung. Upaya penebaran ikan jambal siam ke dalam waduk
dimaksudkan untuk mengetahui apakah jenis

ikan ini dapat beradaptasi dan

hunbuh di lingkungan waduk (dam).
Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan uniuk mengetahui pertumbuhan dan penyebaran

ikan jambal siam yang berasal dm Bangkok yang diintroduksi ke dalam Waduk
Jatiluhur.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

untuk pengelolaan sumberdaya dan peningkaian produksi ikan jambal siam di
Waduk Jatiluhur.

Secara teoritis diduga:

1.

Ikan jambai siam dapat tumbuh dengan baik di Waduk Jatiluhur

2.

Ikan jambal siam

menyebar secara acak di Waduk Jatiluhur.

TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Umum Waduk Jatiluhur
Waduk Jatiluhur merupakan perairan yang terjadi akibat pembendungan
Sungai Citarurn d m Cilalawi, dibangun pada tahun 1955-1967 dan saat ini telah
berumur kurang lebih 33 tahun. Wilayah sekitar waduk merupakan wilayah
pegunungan dengan ketinggian 115 m di atas permukaan air laut dan terletak
kurang lebih 9 km dari Ibu Kota Kabupaten Purwakarta. Luas Waduk Jatiluhur
mencapai 82 kmz dengan kedalaman maksimum 90 m dan fluktuasi permukaan air
tahunan kurang lebih 25 m (Krismono 1988).
Ekosistem waduk merupakan bagian dari ekosistem Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang kualitas dan kuantitasnya ditentukan oleh pengaruh dari luar
(allochtonous) dan juga proses internal (autochtonous) terhadap penyebaran
muatan hara dan sedimentasi. Laju sedimentasi dan muatan hara yang berasal dari
allochtonous sangat ditentukan oleh faktor fisika dan kedalaman perairan (Thorton
et al (1990) in Sukimin (1999a). Selacjutnya, menurut Sukimin (1999b), secara
gradient longitudinal waduk ini dapat dibagi ke dalam zona mengalir (riverine),
zona transisi dan w n a perairan tengah dan DAM (lakustrin).
Sumber air Waduk Jatiluhur berasal dari Sungai Citanun dan Cilalawi.
Badasarkan pemasukan air, wilayah perairan Waduk dapat dibedakan atas:
(1) wilayab pemasukan Sungai Citarurn, (2) wilayah pemasukan Sungai Cilalawi,
serta (3) wilayah tengah merupakan wilayah yang terletak jauh dari sumber
pemasukan air sehingga wilayah tersebut relatif lebih stabil.

Waduk Jatiluhur berfmgsi serbaguna yaitu sebagai: pembangkit tenaga
listrik, pengendali banjir, irigasi, air minum, pariwisata dan perikanan air tawar.
Usaha yang berkembang yaitu perkanan tangkap meliputi usaha gilnet 970 unit

dan 3 12 unit usaha pancing, sedangkan usaha budidaya ikan di keramba jaring
apung berjumlah 2537 unit (Perurn Otorira Jatiluhur, 1999).

Morfologi
Pangasius adalah salah satu golongan ikan d s h yang banyak terdapat di
beberapa negara Asia (Anonimus, 1996) dan di Indonesia ikan Pangu.~iusini
dikenal dengan sebutan ikan patin. KIasifikasi ikan Pangasius hypophfhalmus
menurut Robert & Vidthayanon (1991) addah:

Klas

: Pisces

Sub Klas

: Telestoi

Ordo

: Ostariophysi

Sub Ordo

: Siluroidea

Famili

: Pangasidae

Genus

: Pungusfus

Species

: Pangasius hpophfhalmus (Patin Bangkok/ Patin Siam )

Menurut Sumantadinata (1983), P.Hypophthalmus memiliki bentuk badan
yang memanjang agak pipih, mulut subterminal dengan kumis (barbels), bentuk
mulut lebih kecil dibanding jenis Pangasius lain, sirip punggung bergerigi,
mempunyai sirip tambahan (adipose fin), terdapat garis lengkung mulai dari
kepala sampai pangkal ekor, sirip ekor bercagak, wama badan kelabu kehitaman,
sirip anal putih dengan garis hitam di tengah, pada pangkal sirip dada dan sirip
punggung masing-masing terdapat patil yang kuat dan tajam serta bergerigi pada

bagian belakangnya, gelembung udara terdiri dari dua bagian terletak diatas sirip
anal. Panjang mrtksimurn bisa mencapai 1,5 m.
Menurut Robert dan Vidthayanon (19911, perbedaan morfologi anggotaanggota famili pangasius dengan Pangasius hypophthalmus adalah bentuk kepala
yang agak panjang mulut, gigi langit-langit yang agak panjang meruncing,
gelembung renang memanjang sampai belakang anal dan tapis insang yang selalu
berkembang kadang-kadang berukwan kecil dan bergerigi.
Menurut Susanto dan Amri (1998), ikan ini mempunyai sifat biologis
noktumal atau melakukan aktivitas pada malam hari seperti halnya ikan catfish
lainnya, omnivora dan sesekali muncul kepermukaan air untuk mengambil
oksigen dari udara.
Habitat dan Dishibusi Zkan Jambal Siam
Menurut Susanto dan Amri (1998), jenis pangasius termasuk ikan dasar,
dengan ciri khas mulutnya agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai besar dan
muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar.
Penyebaran alami ikan Jambal siam yaitu Sungai Mekong, Chaophraya
dan Meklong (Robert dan Vidthayanon 1991). Di dam, &an jambal siam biasa
berada di tepi-tepi sungai besar dan pada m u s h penghujan atau sekitar bulan
April sampai Mei.

&an jambal siam

umumnya berenang bergerombol dan

sesekali muncul ke perrnukaan air untuk mengambil oksigen dari udara.

Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume, panjang

dan bobot suatu organisme, pertumbuhan dapat dilihat dari perubahan ukurirn
panjang dan bobot dalam satuan waktu atau dapat dikatakan sebagai peningkatan
biomassa suatu populasi (Effendie, 1997).

Lebih lanjut, pertumbuhan adalah

proses kompleks yang terbentuk akibat banyak faktor yang mempengaruhinya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu ( I ) jumlah pakan yang
tersedia, (2) judah ikan yang menggunakan sumber pakan yang sama, (3) suhu,

(4) oksigen terlarut, (5) umur, serta (6) ukuran ikan. Perhunbuhan &an jambal
siam di dam dapat mencapai ukuran lebih dari 24 kg dengan panjang 1,2 meter

(David,1963 in Asyari, Arifin, Utomo, 1997)
Menurut Huet (1971), pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.

Faktor internal antara lain keturunan, umur, ketahanan terhadap

penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan, sedangkan faktor ekstemal antara
lain suhu, oksigen, faktor kimia lingkungan, pakan dan bahan buangan.
Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan, ikan yang dewasa
relatif lebih lambat pertumbuhannya dibanding ikan yang muda (Bennet 1962).
Pertumbuhan suatu jenis ikan akan mempengaruhi produksi ikan tersebut.
Selanjumya, produksi ikan, dpengaruhi oleh produktivitas p e r m ukuran ikan
yang ditanam dan lama masa pemeliharaan serta padat penebarannya (Hickling,
1971).

Penandaan (Tagging)
Sistern penandaan (tagging) adalah salah satu teknik yang penting dalam
mempelajari dinamika dan biologi populasi hewan aquatik. Tagging adatah
pemberian tanda (benda asing) di tub&

ikan, namun tidak mengganggu

keseimbangan ikan dan tidak mudah lepas. Benda yang digmakan dapat bempa
perak, alumunium, nikel, plastik dan lain-lain (Rounsefell dan Evehart 1960). Ada
beberapa faktor yang harus diperhatikm dalam memilih tipe tanda yang baik,
yaitu: selang waktu agar tanda tetap menempel pada ikan, tenaga kerja untuk
memasang tanda, jenis hewan uji dan cara penangkapan atau penanganannya
Syarat-syarat pemberian tanda adalah tanda tidak berubah selama ikan itu
hidup, tidak mengganggu tingkah laku ikan sehingga mudah ditangkap oleh
pemangsa, tidak mudah tersangkut pada tumbuhan, mudah diperoleh dan murah
harganyq tidak mengganggu kesehatan ikan, tidak berbahaya sebagai ikan pangan
dan mudah dikenal oleh orang sekalipun tidak mendapat pelatihan.

Pemberian

tanda dimaksudkan untuk menghitung perbedaan ukuran saat dilepas dengan

ukuran saat ikan tertangkap kembali pada selang waktu tertentu (Hoggart, 1994).
Kualitas Air
Organisme air termasuk ikan dan udang, hidup dalam media air sehingga
perubafian lingkungan perairan akan berpengaruh langsung terhadap organisme
tersebut (Pollnac dan Mdvestuto 1991).

Faktor fisika kimia air yang

mempengarulu kehidupan ikan antara lain suhu, oksigen terlarut, pH dan COz.
Menurut Hickling ( 1971), penurunan suhu akan menyebabkan menurunnya

aktifitas organisme.

Batas toleransi ikan

terhadap suhu berbeda-beda

Berdasarkan hasil pengamataa, ikan jambal siam dapat hidup pada kisaran suhu
28

-

30

OC.

Menurut Pataros dan Sitasit (1976), ikan jambal siam dapat tumbuh

dengan baik pada suhu 23 - 28 "C. Di daerah tropis, ikan relatif tidak mengalami
perubahan suhu yang mencolok.
Menurut Wardoyo (1975) kandungan oksigen dalam air merupakan faktor
penting bagi kehidupan ikan karena oksigen diperlukan bagi proses pernafasan
dan merupakan komponen utama bagi metabolisme ikan, selanjutnya dikatakan
bahwa keperluan organisme terhadap oksigen terlarut

bervariasi tergantung

kepada jenis, stadia dan aktifitasnya.
Kandungan COz dalam air berasal dari dekomposisi bahan organik, difusi

dari hasil pernafasan.

Kandungan C 9 dalam air dipengaruhi oleh derajat

keasaman perairan (Boyd, 1982).
Nilai pH akan mempen-

pertumbuhan ikan, karena nafsu makan ikan

berkurang pada pH rendah, ha1 ini disebabkan karena aktivitas dan produksi

enzim pencemaan men-

(Zonneveld, et al. 1991). Batas tolerami pH di air

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain suhu, kandungan oksigen dan
penyesuaian diri terhadap iklim.

METODOLOGI PENELITL4N

Daerah dam Waktu PeneIitian
Penelitian ini diIakukan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta,
sejak bulan Januari tahun 2000 sampai Janwui tahun 2001 (Gambar I).
Metode Penelitian
Persiapan Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, dalam hal pengernbalian
tanda

ikan yang ditangkap di Waduk Jatiluhur, dilakukan pertemuan khusus

sebelum pelaksanaan penelitian dengan masyarakat nelayan dan pemerintah
seternpat yang meliputi Dinas Perikanaq Perum Otorita Jatiluhur bertempat di
kantor Instalasi Perikanan air Tawar, Jatiluhur. Pertemuan tersebut dilaksanakan

untuk memberi pengarahan dan

penjelasan berkenaan dengan data ikan

(Lampiran 2). Ikan bertanda yang tertangkap dapat diserahkan ke tempat-tempat
yang telah ditentukan yaitu:

Tarumasari, Sukamdya dan W m g jeruk atau

di kantor Instalasi Perikanan Air Tawar Jatiluhur untuk mendapatkan hadiah.
Pemberian Tanda
Ikan yang digunakan ddam percobaan ini adalah ikan jambd siam yang
diperoleh dari

Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi sebanyak 15000

dengan ukuran panjang 13-24 cm. Ikan diaklimatisasikan dalam jaring apung di
Waduk Jatiluhur selarna satu bulan. Setelah proses akhnatiasasi,

ikan-ikan

tersebut terlebih dahulu diukur panjang dan bobomya, untuk kemudian
dipisahkan menurut kelompok ukurannya, yaitu: kelompok ukuran I (13- 15 c m )

Gambar 1. Peta Waduk Jatiluhur Kab. Purwakarta di Pripiosi Jawa Barat
-

-

sebanyak 1000 ekor, kelompok ukuran I1 (18 - 20 cm) sebanyak 1000 ekor, dan
kelompok ukuran 111 (22 - 24 cm) sebanyak 1000 ekor. Setelah ikan dipisahkan,
ke-3000 ekor ikan tersebut diberi tanda pada pangkal ekor dwgan menggunakan
plastik transparan yang panjangnya 3 cm dan lebar 1 cm. Tanda yang dipasang

untuk

tiap kelompok ukuran dapat dibedakan dari posisi bendera terhadap

tiangnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Model Tanda Berdasarkan kelompok Ukuran
Ran Jambal Siam (P.hypophthalmus)

Pemasangan
arahadpetunjuk

dan

tanda

dibantu

pegawai

oIeh

Instalasi

masyarakat

yang

telah

diberi

Penkanan Waduk Jatiluhur yang

berpengalaman. Tanda dipasang secara hati-hati dm cepat untuk menghindarkan
stress pada ikan. Dengan demikian dari 15000 ekor ikan yang ditebar, 3000 ekor
diantaranya telah diberi tanda.

Pelepasan Ikan Yang Bertanda
Ikan yang telah diberi tanda dilepas secara serentak pada pagi hari
(pukul 07.0°), tanggal 19 Februari 2000 dengan menggunahm p d u . Lokasi
pelepasan ikan terletak antara Pasir Astana dan Pasir Kole (Lampiran 3).

Pengumpulan Data Ikan Bertanda Yang Tertangkap Kembali
Pengumpulan data dilakukan dengan

rningguan untuk

pemantauan hasil tangkapan

mengumpulkan catatan dan tanda yang didapatkan nelayan.

Ikan yang tertangkap oleh alat tangkap yang digunakan nelayan, diukur panjang

dan bobotnya. Kriteria ikan yang diukur pertumbuhannya adalah ikan yang
tertangkap setelah satu bulan ditebar. Panjang total

ikan yaitu panjang ujung

muIut sampai pangkal ekor dengan menggunakan mistar biasa dengan tingkat
ketelitian 1 mm. Pengukuran bobot

menggunakan tirnbangan duduk dengan

tingkat ketelitian 1 gram.

Analisis Data.
Penentuan parameter pertumbuhan
Pendugaan parameter pertumbuhan dianggap sebagai dasar pertumbuhan

Persainaaa

individu.

pertumbuhan

Von

Berralanffjr menipakan model

pertumbuhan yang menyatakan hubungau panjang atau bobot pada waktu tertentu
yaihz (Sparre dan Venema, 1992);

L,

=

L,

( I - k -k"-toto'

17

Sedangkan L,adalah panjang ikan pada umur t, L, adalah panjang makshum, K
adalah koefisien pertumbuhan dan t, adalah umur teoritis pada saat panjang ikan

Penjabarm Rumus Von B e r t a l e rnenjadi nunus Gulland and Hold,
disajikan pada Lampiran 4 sehingga diperoleh hubungan:
AL/ AT = a

+ b L',

Sedangkan L' adalah ukuran rata-rata pada saat dilepas dan tangkap, AL/ A t
adalah perubaban ukuran walctu, (AL) adalah selisih ulcuran pada saat tertangkap
dengan ukuran saat dilepas (cm) dan (At) adalah selang waktu pada saat dilepas
dengan saat tertangkap kembali serta a dan b adalah konstaata.
Badasarkan analisis regresi, koefisien
oleh

pertumbuhan (K) dapat diduga

K = - b, sedangkan panjang rnaksimum L,

pada saat panjangnya

=

= -a h.

Adapun t, (umur ikan

0) dapat diduga berdasarkan persamaan empiris Pauly

(1984) sebagai berikut:
Log (-to) = - 0,3922 - 0,2752 Log L,

- 1,038 Log K

Hubungan Panjang dengan Bobot
Hubungan panjang

dengan bobot mempunyai hubungan hukum kubik

yang mengarah pada persamaan eksponensial, yaitu (Sparre dan Venema, 1992):
W = a L~
Sedangkan W addah Bobot tubuh ikan jambal siam dalam gram, L adalah
Panjang tubuh ikan jambal siam dalam c m serta a dan b adalah konstanta.
Pola Penyebaran
Pola penyebaran ikan jambal siam dapat diketahui melalui hasil tangkapan
yang mendominasi wilayah-wilayah tertentu di Waduk Jatiluhur, sehingga dapat
diduga

penyebaran

ikan

dan

daerah yang disukai oleh ikan jambal siam

di Waduk Jatiluhur. Uji Khi-Kuadrat digunakan untuk melihat p o h penyebaran
tersebut (Walpole, 1995)yaitu:

Sedangkan

x 2adalah

Statist& Khi-kuadrad, 0,adalah Frekuensi teramati dan

e, adalah Frekuensi harapan serta i adalah I, 2,. ...k
Kualitas Air
Contoh air diambil dengan menggunakan botol yang bervoIume satu liter
pada setiap wilayah (lampiran 3) yang meiiputi:
(pemukaan),

kedalaman no1 meter

2 meter, 8 meter dan lapisan dasar perairan.

yang dilakukan, meIiputi: suhu, pH,

kandungan

0 2

Analisis kualitas air

dan COz, Pod, d m Nos.

Pengukuran Nitrat d m Fosfat dilakukan s&ap bulm pada pukul 09."

Air ymg

diambil pada kedalaman tertentu dengan menggunakan ember kemudian
dimasukkan ke dalam wadah dan diberi label.

Hasil Penelitian
Pertumbuhan
Berdasarkan hasil tan-pan
jaring,

nelayan dengan alat tangkap, pancing dan

ikan jambal siam bertanda yang tertangkap kernbali adalah sebanyak

49 ekor (1,6 %) dari 3000 ekor yang ditebar, terdiri dari kelompok ukuran I
sebanyak 18 ekor, kelompok ukuran I1 sebanyak 17 ekor dan kelompok ukuran 111
sebanyak 14 ekor (lampiran 5 ) . Setelah diseleksi berdasarkan persyaratan

pengukuran ikan, maka diperoleh 7 ekor ikan yang dapat memberikan informasi
pertambahan ukuran panjang ikan jambal siam bertanda selama ditebar ke dalam
Waduk Jatiluhur (Tabel 1) .
Tabel 1. Perubahan Panjang llcan Jambal Siam yang Bertanda
di Waduk Jatiluhur.

Keterangan : LI

= Panjang ikan

pada saai dilepa

LZ = Panjang ikan pada saat tertangkap
At

=

selisih waktu antara saat dilepas dan saat tertangkap kembali

A L = selisih ukuran panjang antara saai dilepas dan saat tertangkap

kembali

L'

=

Ukuran rata-rata antara L1 dan L2

Analisis regresi antara (L') sebagai peubah bebas dengan (AL/ A t )
sebagai peubah tak bebas menghasilkan persamaan untuk ikan jambal siam
sebagai berikut: AL1 At = 0,136 - 0,06 L' (R'

= 0,78

)

Gulland dan Hold (1959) in Spare dan Venerna (1992) menyatakan
koefisien percepatan pertumbuhan (K) dapat diduga sebesar -b yaitu 0,06 per
bulm. Panjang maksimum (Lao) dapat diduga sebesar 54 an, sedangkan umur

ikan jambal siam pada saat panjang no1 (L)- 2,s bulan . Dengan rnengetahui nilai
parameter pertmnbuhan (Lao, K, ),.t

maka dengan mengubah-ubah nilai t sebagai

variabel bebas akan mendapatkan sirnulasi kurva pertumbuhan Von Bertalanffjl
sebagai berikut (Gambar 3a dan 3b): L, = 54 (1

- e 4~""~'"~8'

1.

Pertambahan Panjang

Gambar 3a. Grafik Simulasi Pertambahan Panjang Ikan jambal siam
(P. hypophthalmus) di Waduk Jatiluhur

18

Pertambahan Bobot

Gambar 3b. Grafik Simulasi Pertambahan Bobot Ikan jambal Siam
(P. hypophfhalmus)di Waduk Jatiluhur
Hubungan panjang - bobot ikan jambal siam

(lampiran 6) yang diduga

dari total hasiI tangkapan ikan jambal siam yang tertangkap di Waduk jatiluhur
selama penelitian, rnaka diperoleh W = 0,010 L '> ; R
'

= 0,9

(Gambar 4)

Hasil tangkapan ikan secara keseluruhan baik yang bertanda maupun yang

tidak bextanda dari total 15000 ekor ikan yang ditebar ke dalam Waduk Jatiluhur
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Tangkapan Ikan Jambal Siam Yang Bertanda dan Tidak Bertan&

Data ukuran panjang ikan jambal siam, baik yang bertanda maupun ticlak

bertanda yang tertangkap tiap bulan di berbagai lokasi ditunjukkan pada tabel 3 .
Tabel 3 .

Ukuran Panjang &an Jambal Siam Di Waduk Jatiluhur

Keterangan : a = lkan Jambal Siam yang Tidak Berianda
b = Ikan Jambal Siam yang Bertanda

Panjang (cm)

Gambar 4. Hubungan Panjang Bobot Ikan Jambal Siam (P. hypophthalmus)
di Waduk Jatiluhur

Penyebaran
Penyebaran ikan jambal siam berdasarkan daerah ikan tertangkap dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Penyebaran Ikan Jambal Siam Bertanda yang Tertangkap Kembali

Berdasarkan tempat penangkapan &an jambal siam

bertanda yang

tertangkap kembali menunjukkan adanya penyebaran secara tidak
menempati daerah tepi Waduk Jatiluhur.
Khi-Kuadrat dengan

acak dan

Hal ini dapat dilihat dari hasil Uji

2 hitung (23,14 1) lebih besar dari 2?

tabel (12,592).

Parameter Fisika Kimia Air
Parameter fisika kirnia yang diamati adalah: pH, suhu, 02 terlarut, COz
terlarut, NO3 dan P04. Hasil pengamatan faktor fisika-kimia air dapat dilihat
pada gambar 4-9, menunjukkan bahwa suhu clan pH tidak beragam pada semua
wilayah penelitian.
Kandungan 0

0 2

dan C02 terlarut berbeda berdasarkan kedalman air.

2 tinggi pada

permukaan sedangkan pada dasar perairan cenderung

lebih rendah, sebaliknya konsentrasi COz terlarut semakin kedasar semakin
tinggi. Sedangkan NO3 dan Po4 menunjukkan konsentrasi yang berbeda terutama
antara wilayah satu dan dua yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah tiga

clan empat

pH pada Kedalaman 0 m

ph pada Kedalaman2 meter

10

2

3

4

5

6

7

B

9

Bulan

1

0

1

1

1

0 0 m (wil. II) 0 0 m (wil. Ill) lo m (wil. lV)

2

2

3

4

5

6

7

8

9

1

0

1

1

1

2

Bulan

/

0 2 m (will) 0 2 m(hl ll)

pH pada Kedalaman 8 m

a2 m (wil Ill) 1 2 m (wil I V ) ~

pH pada Dasar

Bulan
~-

I

-,
Oasar

Bulan
.- .I) ODasar (Wil. 11) ODasar lyul M) .~mar (wi1.4

mi.

-

Garnbar 4. pH pada Setiap Wilayah di Waduk Jatiluhur.

--

~

-

--

-

-

-"

---

r

Suhu pada Kedalaman 0 rn
!

31
30.5
30
29.5
,29
{ 28.5
28
27.5
27
26.5
2

3

4

5

6

7

8

9

1

0

1

1

1

2

-

-

--

I

--

2

3

4

5

6

7

8 9
Bulan

1

4

5

6

7

8 9
Bulan
-

1

0

1

1

1

2

~

~

m

~

~

]

r vul Ill)
n m2 m
~ ym. ilv) r

~

--- -- -.-

n
--

7 - - - Suhu pada Dasar

Suhu pada Kedalaman 8 m

~

3

-A?..

L-..--L-"

.
.

I

_. j

-

~

2

/I
rn pl.rll) m o m (wil.lv)

- -~

Suhu pada Kedalarnan2 m

I

Bulan

pOm(wi)mOm(w.$
lido

-~ --

0

1

1

1

2

'r
1

2

3

4

5

6

8 9
Bulan

1

0

1

1

1

2

-

-

n ~ a s a(r ~I) 1 a a r I

-

7

I)

O D a r (WiI.lII)

--- - --- --

- -

Gambar. 5. Suhu Pada Setiap Wilayah di Waduk Jatiluhur.

I

W3ar(
W
i
l
4
-

1

Oksigen pada Kedalaman0 m

Oksigen pada Kedalaman2 m

9.00

Bulan
rn (Wil. I) a 0 m (Wil.11) 0 0 m (Wil. Ill)

Bulan

no m (Wil,lv) 1

0 2 rn (Wil.1) 02 m (Wi1.q 0 2 m ~ I I , I I I 82
) m (WiIlV)

Oksigenpada Kedalaman 8 m

I

Oksigen pada Dasar

1.51

7.00

2

3

4

5

6

7

8

9

Bulan

1

0

1

1

2

2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2
Bulan

-

-10 8 m-.(Will) 18m (W1.11) 08m (Wil.lll) a 8 m (Wii IV) 1
--

1

1

ODasar l . 1 ) RDasar (Will) O D a w (WilllIJ ~ D a s a (r W i l . ~

Gambar 6.Kandungan Oksigen (ppm) pada Setiap Wilayah di Waduk Jatiluhur

1

-

I

1

-

-

-

-

Karbondioksidapada Kedalaman 0 m

2

3

4

5

6

7

8 9
Bulan

1

0

Karbond~oks~da
pada Kedalaman

1

1

1

2

3

4

EIII

5

6

7

UB m (Wi.1). 8 8 m (Wil ll)
-

8 9
Bulan
-

1

0

3

11
II

Karbondioksida pada Kedalaman8 rn

2

2

1

1

_ --

1

2

5

8

7

8 9
Bulan

1

0

1

1

1

2
I

I

Kadrbondioksida (ppm) di Dasar

2

i

4

3

4

5

6

7

8 9
Bulan

1

0

1

1

1ODasar (Wil. I) MDasar (Wll.ll) ODasar (Wil.lll) MDasar (Wil.lV)

Gambar 7. Kandungan karbondioksida (ppm) pada Setiap Wilayah di Waduk Jatiluhur.

1

2

I

~

-

- - ---

-

-

-

-

Nitrat (mgil) pada kedalaman 0 m

N ~ a(mgll)
t
pada Kedalaman 2 m

Bulan
~

( m (WilW
li) DO m~(WilI -11 ~

m

~

0 2 m (MI I) I 2 m (W1. II) 02 m (Wil. Ill) 82 m (Wil. IV)

N'trat (mgil) di Dasar

N i i t (mgil) pada Kedalaman 8 m
2.60 T

2

3

4

5

6

7

8 9
Bulan

1

0

1

1

1

p(
Wil I) L18 m ( Wil It) 08 m (Wil Ill) 18 m (WI IV)
------ --

-

--

-

-

-

2

-7

!1

2

,

3

4

5

6

7

I

8 9 1
Bulan

0

1

1

1

2

ODasar (W11.i) IDasar (W11.11) ODasar (Wil.lll) IIDasar (WII IV)

Gambar 8. Kandungan Nitrat (mgll) pada setiap Wilayah di Wadukjatiluhur.

Fosfat (mgll) pada Kedalaman 0 m

-

k

Fosfat (mgll) pada Kedalaman 2 rn

-

Bulan

Bulan

i 1.lim (Wi1.l) DO m iWiI.II) O 0 m W

m (Wil.1) 8 2 m (Wil.11) 0 2 m F j % y m m l

Fosfat (mgil)pada Kedalamdn8 m

Fosfat (mgll) di dasar

2
Bulan
fil%sm(Wil

-

11) 08 m (wil. I g l 8 m (Wil lW1

3

4

5

6

7

8 9 1
Bulan

ODasar (Wd. I) DDasar (Wil.11) ODasar (Wil. Ill)
l.--:-

Gambar 9. Fosfat (mgll) pada Setiap Wilayah di Waduk Jatiluhur

0
I

1
D

1

1
~

2
S

~

PEMBAHASAN

Pertumbuhan
Ikan jambal siam dapat tumbuh dengan baik di Waduk Jatiluhur dan dapat
mencapai panjang maksimum 54 c m dengan koefisien pertumbuhan (K) sebesar

0,06 per bulan, to sebesar -2,8 bulan. Parameter K dapat didefinisikan sebagai
parameter yang menyatakan kecepatan dalam mencapai batas atas dari pola
pemunbuhan ikan jambal siam. Dengan demikian, semakin tinggi nilai koefisien
pertumbuhan, ikan semakin cepat mencapai panjang maksimum. Koefisien
pertumbuhan (K) merupakan suatu nilai yang menyatakan tingkat kegiatan
rnetabolisme dalam

proses

fisiologis

organisme

akuatis.

Dalam

proses

metabolisma, selisih energi anabolisme dengan energi katabolisme menghasilkan

energi untuk perhunbuhan. Hasil penelitian Asyari, et a1 (1997) di Sungai Musi
SUMSEL menunjukkan bahwa lkan jambal lokal yang dipellhara selama satu

tahun dalam kerarnba jaring apung dapat mencapai panjang maksimum 71,5 cm
dengan koefisien pertumbufian (K) 0,08 per bulan, to

-

2,3 bulan. Pertumbuhan

ikan jambal lokal yang dipelihara dalam keramba jaring apung lebih
diduga

I

cepat,

karena adanya pemberian pakan selama pemeliharaan.

Hubungan panjang

-

bobot dan pola pertumbuhan ikan j m b a l siam di

Waduk Jatiluhur (Lampiran 6) menunjukkan bahwa ikan jambal siam mempunyai
nilai b 3,2. Nilai b yang lebih besar dari 3 menunjukkan pola pertumbuhan
allometrik positif, ini berarti
pertambafian panjang &an,

pertarnbahan bobot ikan lebih cepat dari

nilai b juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

kctersediaan pakan. Sedangkan hasil penelitian Arifm, et ul(1997),menunjukkan

bahwa nilai b ikan jambal lokal yang dipelihara di dam (Sungai Musi) SUMSEL
sebesar 3,06. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot ikan jarnbal siam
yang dipelihara di Waduk Jatiluhur iebih cepat dibanding ikan jambal lokal yang
dipelihara di Sungai Musi.
Bobot ikan jambal siam yang ditebar di Waduk Jatiluhur dapat mencapai

I33 gram setelah ditebar selama 60 hari. Sedangkan ikan yang dipelihara dalam
karamba jaring apung bobotnya hanya mencapai 122 gram dengan masa
pemeliharaan yang sama. Hal ini menunjukkan kondisi fisika-kimia Waduk wcok
bagi kehidupan &an jambal siam. Menurut Krismono (1 988) ketersediaan pakan
berupa detritus dan crustacea

mampu mendukung kehidupan ikan didalam

Waduk Jatiluhur. Kotelat et al(1993)menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat
berlangsung dengan baik jika didukung oleh ketersediaan pakan yang cukup
berupa detritus, crustacea, cacing, serangga air, biji-bijian dan molusca. Selairi
faktor pakan, kondisi habitat waduk berupa zone mengal'ir dan zone tergenang
dengan kondisi kimia air yang cukup konstan memungkinkan ikan jambal siam

tumbuh dengan baik menyerupai habitat alaminya di sungai besar dan muara yang
relatif tenang. Hasil penelitian Asyari, er crl (1997), di Sungai Musi SUMSEL
menunjukkan bahwa ikan jambal lokal yang dipelihara s-

intensif selama

24 bulan dapat mencapai bobot 2445 gram. Sedangkan hasil penelitian Legendre
(2000) di kolam perwbaan ikan air tawar Sukamandi bahwa ikan jambal siam
yang dipelihara dapat mencapai bobot 3000 gram setelah dipelihara secara intensif
selama 21 bulan.

Data fkkuensi ukuran panjang ikan jambal siam yang tertangkap

tiap

bulan di berbagai lokasi (Tabel 3) menunjukkan bahwa pada awal penebaran ke
dalam waduk,

ikan yang tertangkap masih bedcuran kecil. Pada bulan

selanjutnya ukuran ikan yang tertangkap

terus bertambah panjang, mencapai

ukuran 43 cm. Hal ini dapat diduga bahwa lingkungan wad& dapat mendukung
pertumbuhan ikan jambal siam.
Perbandingan pertumbuhan ikan jambal siarn yang bertanda (49 ekor)
dengan ikan jambal siam tidak bertanda (352 ekor) menunjukkan bahwa
pertumbuhan ikan jambal siam yang tertangkap kembali dapat memberikan
gambaran pertumbuhan secara keseluruhan dari 15000 ekor ikan jambal siam
yang ditebar di Waduk Jatiluhur
Penyebaran

Jumlah ikan jambal siam yang ditebar baik yang bertanda dan

tidak

adalah 1:4, sedangkan jumlah ikan yang tertangkap kernbali, baik yang bertanda
maupun tidak bertanda adalah 1:7 (Tabel 2).

Berkurangnya jumlah ikan yang

tertangkap kembali, kemungkinan karena; ikan yang diberi tanda rnati akibat luka
pada waktu penandaan, tidak sampainya ikan ketempat penangkapan, lepasnya
kemungkinan ikan yang tertangkap tidak dilaporkan oleh nelayan ke

tanda,

tempat yang telah ditentukan.
&an jambal siam yang ditebar ke dalam wad&

menyebar secara tidak

acak (Tabel 4) dan sebagian besar menempati daerah pinggir waduk.

Hal ini

dapat diketahui dengan tertangkapnya ikan hanya pada tujuh lokasi yaitu; Tajur
Sindang, Ciganea, Cilongohar, Sukamulya, Pasir Jangkung, Pagadungan dan
Sodong.

Lokasi penangkapan ikan meliputi daerah dengan habitat yang berbeda
dan dapat dikelompokkan berdasarkan surnber pemasukan air (lampiran 3) yaitu;
Wilayah

I adalah

daerah pemasukan air Sungai Cilalawi, Wilayah I1 daerah

tengah perairan waduk, Wilayah I11 daerah perbatasan antara wilayah tengah dan
wilayah pemasukan air Sungai Citarum dan wilayah I V daerah pemasukan air
Sungai Citarum. Perbedaan wilayah ini rnemberikan dampak terhadap perbedaan
faktor fisika-kimia air, terutilma NO3 dan PO4 Kedua MOT
ini merupakan fakor

cukup penting dalam mendukung kehidupan ikan dalam perairan.
Wilayah I merupakan daerah pemasukan air sungai Cilalawi yang
meliputi

Tarumasari, Ciganea dan Ubrug. Pada daerah Ciganea, ikan jambal

siam bertanda yang tertangkap sebanyak sembilan ekor. Daerah ini merupakan
daerah budidaya karamba jaring apung yang termasuk kedalam daerah transisi
dengan konsentrasi sisa pakan lebih tinggi. Sisa pakan ini berupa senyawa organik
NO3 dan PO4 mampu meningkatkan kesuburan perairan, akibatnya ikan juga
terkonsentrasi d m banyak tertangkap didaerah kaya pakan ini. Sedangkan di
daerah Tarumasari dan Ubmg tidak dilaporkan adanya ikan tertangkap. Hal ini
disebabkan karena daerah ini mempakm daaah yang termasuk ke dalam zona
mengalir (reverine) dengan arus yang cukup deras sehingga ketersediaan pakan
untuk mendukung kehidupan ikan ditempat ini tidak cukup. alcibatnya tidak
dijumpai ikan pada kedua daerah ini .
Witayah I1 merupakan daerah lakustrin yang relatif dalarn dan tenang,
meliputi: Ciparos. Cibulak, Pasir Astana, Pasirkole, Pasir Jangkung dan Tajur
Sindang. Lokasi penyebaran ikan di wilayah ini hanya berada disekitar daerah
Tajur Sindang, sedangkan pada daerah lainnya tidak ditemukan lagi ikan bertanda

yang tertangkap.

Hal ini disebabkan karena wilayah ini merupakan wilayah

tengah wad& yang lebih dalam dan jauh dari sumber pemasukkan air. Pada

daerah ini

senyawa-senyawa

pakan cendrung mengendap sehingga tejadinya

sendimentasi partikel anorganik berjalan lebih lambat. Walaupun panetrasi cahaya
cukup unruk memicu pertumbuhan fitoplankton secara optimal, namun unsur hara
yang masih tersedia jumlahnya terbatas, karena telah dimanfaatkan oleh
fitoplanton maupun rnengendap melalui proses sedimentasi (Sukimin, 1999b) .
Selain itu dasar waduk yang dalam, tidak dapat menyediakan lingkungan tumbuh
yang baik bagi perkembangan ikan jambal siam. Hal ini berkaitan dengan sifat
ikan jambal

siam yang termasuk jenis ikan dasar yang sewaktu-waktu harus

muncul kepermukaan air

mengarnbil oksigen untuk pernapasan. Selain itu,

daerah tengah yang tergenang telah terjadi pengendapan pakan, sehingga
kosentrasi pakan rendah (Sukimin,l999a). Banyaknya jumlah ikan jambaI
bertanda yang dapat ditangkap di daerah Tajur Sindang (Tabel 4) yakni 11 ekor,
cendmng disebabkan karena daerah ini merupakan daerah yang dekat dengan
daerah penebaran dan
subur.

dekat dengan daerah karamba jaring apung yang lebih

Selain itu daerah

Tajur Sindang merupakan daerah yang berada pada

pinggir waduk dan lebih dangkal. Faktor fisik ini memungkmkan

panetrasi

cahaya mencapai dasar dan suhu waduk optimum bagi berlangsungnya proses
fotosintesa. Sehingga lingkungan dasar cukup subur bagi kehidupan ikan jambaI
siam. Menurut Sukimin (1999a) kualitas air yang baik menentukan pertumbuhan
dan penentu keberhasilan budidaya ikan selain faktor pakan.

Wilayah 111 merupakan daerah transisi yang meliputi: Kertamanan,
Cilangohar, Sukamulya, Pagadungan, Sukasari, Jamaras dan Cilendi. Wilayah ini
merupakan wilayah yang paling banyak ikan bertanda tertangkap yaitu; daerah
Sukamulya (7 ekor), Pagadungan (5 ekor) dan Cilongohar (7 ekor). Hal ini
disebabkan karena wilayah ini merupakan wilayah peralihan dengan kekeruhan

air yang sudah mulai menurun dan telah terjadi pemisahan antara pakan dengan
lumpur yang berasal dari air Sungai Citanun. Selanjutnya

pada kedalaman

tertentu, juga terjadi proses pencampuran antara produksi pakan

dengan bahan

organik autochonous yang cendrung lebih tebal sebagai sumber pakan pada
daerah ini. Faktor kedalaman perairan yang tidak terIalu dalam dibandingkan
dengan wilayah I1 memudahkan ikan untuk mengambil udam kepermukaan.
Wilayah IV merupakan daerah pemasukan air dari Sungai Citarum yang
rneliputi: Cipinang, Cidadap, Cimanggu, Ciseuti dan Warung Jeruk. Di Zone
reverine ini

tempat tertangkapnya ikan dan jumlah ikan jambal siam yang

tertangkap paling sedikit yaitu di daerah Sodong sebanyak 5 ekor.

Hal ini

disebabkan oleh tingginya konsentrasi lumpur dalam perairan sehingga pakan
masih dalam bentuk yang belum tersedia bagi ikan,

karena masih tercampur

Iumpur. Daerah ini memiliki kecepatan arus lebih deras dan waktu tinggd air
pendek, ketersediaan hara tinggi tapi kekeruhan juga lebih tinggi, sehingga
kekeruhan ini membatasi panetrasi cahaya,
sangat tipis.

akibatnya ketebalan lapisan fotik

Masih terdapamya ikan pada wilayah ini disebabkan oleh kondisi

habitatnya berupa perairan mengalir yang disukai oleh ikan jambd siam. Menurut
Robert dan Vidthyanon (1991) penyebaran alami ikan jambal siam adalah di

sungai-sungai besar dan muara sungai seperti sungai Mekong, Chaopraya dan
Meklong di Thailand.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa penyebaran ikan jambal siam di

Waduk Jatiluhur

menyebar secara tidak acak dan sebagian besar menempati

daerah dangkal di tepi waduk, kondisi ini mernudahkan ikan untuk mengambil
oksigen pada waktu-waktu tertentu (Susanto dan Amri 1998). Berdasarkan
tabel 4, hasil tangkapan ikan dan tempat tertangkapnya ikan, dapat diketahui
bahwa ikan jambal siam tersebar menelusuri pantai waduk dan tidak menyeberang
ke arah pantai berlawanan, yang merupakan daerah terdalam dari waduk yaitu
dearah Ciparos, Cibulak, Pasir Gembong d m DAM Utama . Hal ini disebabkan,
kurangnya pakan
perjalanan

berupa fitoplankton didaerah ini, akibat jauh dan larnanya

air menuju daerah tersebut. Dengan demikian, pakan yang dibawa

aliran air sudah semakin bakumng karena sudah dimanfaatkan didaaah hulu dan
sebagian besar telah mengalami sedimentasi .

Kualitas Air
Berdasarkan karakteristik fisika kimia air Waduk Jatiluhur termasuk
perairan dengan kesuburan sedang sampai tinggi (Mesoeutrofik).

Sifat fisika

kimia dari keempat wilayah pemasukan air secara keseluruhan berada pada batasbatas toleransi bagi kehidupan ikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor lingkungan yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan penyebaran ikan jambal siam di
Waduk Jatiluhur

adalah

faktor ketersediaan pakan berupa fitoplankton dan

zooplankton di perairan waduk. Hal ini jelas terlihat pada d a d budidaya
karamba jaring apung (KJA). Ketersediaan pakan

di daerah ini sangat

dipengaruhi oleh tersedianya NO3 clan Po4 terlarut yang berasal dari sisa pakan
ikan sekitar karamba. Nilai NO3

sekitar daerah KJA yakni wilayah I dan I1

berkisar antara 1,03-2,35 m g ~ l . Menurut Wetzel (1975) in Efendie (2000)
menyatakan tingkat kesuburan perairan yang kadar Nitratnya 1-5 mg/l termasuk
kesubu