BENTUK PENYAJIAN KESENIAN REBANA NURUL FAJAR MADRASAH ALIYAH NEGERI KENDAL

(1)

BENTUK PENYAJIAN KESENIAN REBANA

NURUL FAJAR MADRASAH ALIYAH NEGERI KENDAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan

Prodi Pendidikan Seni Musik

Oleh

MS. VIKTOR PURHANUDIN 2503405516

JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Sarjana Fakultas Bahasa dan Seni Universitas negeri Semarang pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 16 Agustus 2011

Penguji I

Drs. Syahrul Syah Sinaga, M. Hum NIP. 19640804 199102 1 001

Penguji II Penguji III

Prof. Dr. F. Totok Sumaryono, M.Pd Dr. Sunarto, M. Hum NIP. 19641027 199102 1 001 NIP. 19691215 199903 1 001

Mengetahui, Dekan

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum NIP.


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Sunarto, M. Hum Prof. Dr. F. Totok Sumaryono, M.Pd NIP. 19691215 199903 1 001 NIP. 19641027 199102 1 001


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya :

Nama : MS. Viktor Purhanudin

NIM : 2503405516

Prodi / Jurusan : Pendidikan Seni Musik / Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi / Tugas Akhir yang berjudul :

BENTUK PENYAJIAN KESENIAN REBANA NURUL FAJAR

MADRASAH ALIYAH NEGERI KENDAL”

Yang saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ini benar-benar merupakan karya saya sendiri, yang saya hasilkan setelah melalui penelitian, bimbingan, diskusi, dan pemaparan/ujian. Semua kutipan baik yang langsung maupun tidak langsung, baik yang diperoleh dari sumber kepustakaan, wahana elektronik, maupun sumber lainnya, telah disertai keterangan mengenai identitas sumbernya dengan cara sebagaimana yang lazim dalam penelitian karya ilmiah. Dengan demikian walaupun tim penguji dan pembimbing penulisan skripsi/tugas akhir ini membubuhkan tanda tangan keabsahannya, seluruh karya ilmiah ini tetap menjadi tanggungjawab saya sendiri. Jika kemudian ditemukan ketidakberesan, saya bersedia menerima akibatnya.

Demikian harap pernyataan ini dapat digunakan seperlunya.

Semarang, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

¾ “Dunia Islam salah satu dunia yang tak luput dari terobosan musik. Musik masuk ke dalam dunia Islam dan akhirnya membentuk budaya musik yang ikut memperkaya kebudayaan Islam”

¾ “Yang lebih penting adalah bahwa menyanyi atau memainkan instrumen musik dianggap haram atau halal tergantung daripada niatnya. Haram bila ia menuju jalan yang tidak diridloi oleh Allah SWT dan halal bila ia tidak menyimpang dari Al-Qur’an dan hadist”

¾ “Music, the greatest good that mortals know, and all of heaven we have bellow”

(Musik, adalah kebajikan paling besar yang dikenal oleh makhluk hidup, hingga membuat kita merasa di atas surga).

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

• Kedua orangtuaku Papa Munadi dan Mama Sabar Purwantini • Saudaraku Agatha Aditina AS • Almamater


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahNya, penulis berhasil menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “BENTUK PENYAJIAN KESENIAN REBANA NURUL FAJAR MAN KENDAL”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas serta memenuhi sebagian persyaratan untuk meperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil, langsung maupun tidak langsung yang tak ternilai harganya bagi penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sudijono Sastro Atmodjo, Rektor UNNES yang telah memberi kesempatan kuliah di UNNES.

2. Bapak Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin penelitian skripsi ini. 3. Bapak Drs. Syahrul Syah Sinaga, M.Hum, Ketua Jurusan pendidikan Seni

Drama Tari dan Musik yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sunarto, M.Hum, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama persiapan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. F. Totok Sumaryanto, Dosen Pembimbing II yang telah memebrikan bimbingan kepada penulis selama persiapan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. . Kasnawi, M.Ag, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kendal yang telah memberikan ijin penelitian dalam penulisan skripsi ini. 7. Semua pengurus dan pembina Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal


(7)

8. Orang tua dan saudara tercinta yang dengan tulus ikhlas selalu mendakan dan mendorong penulis dalam menyelesaikan studi dan menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah berkenan

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan bahwa skripsi ini masih perlu disempurnakan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.

Semarang, Agustus 2011


(8)

ABSTRAK

Purhanudin, Viktor MS. 2011. Bentuk Penyajian Kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal. Skripsi Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : bentuk, peran, rebana

Skripsi yang berjudul “Bentuk Penyajian Kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal” ini dimotivasi oleh semakin derasnya pluralitas budaya barat yang semakin menjajah dan hampir mungkin menjadi tuan rumah di tanah air sendiri, namun tidak rebana Nurul Fajar MAN Kendal tetap eksis untuk melestarikan kebudayaan tanah air sendiri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud untuk membuat pencandraan. Lokasi penelitian adalah MAN Kendal. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan mereduksi data, kemudian disimpulkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, MAN Kendal lebih mengembangkan seni rebana daripada jenis kesenian lain karena sesuai dengan visi dan misinya sebagai tempat pembinaan dan pengembangan agama Islam. Dalam konteks ilmiah seni rebana sebagai sistem simbol bagi komunitas sekolah tersebut, apalagi setelah ditetapkan dan diumumkan dengan nama Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal. Kedua, peran seni rebana bagi sekolah, yaitu (1) sebagai hiburan para siswa, (2) sebagai seni pertunjukan pada peringatan hari-hari besar Islam, (3) Sarana pengagungan kebesaran Allah SWT dan nabi Muhamamd SAW, serta sebagai sarana dakwah atau syiar agama, (4) Sarana promosi bagi keberadaan MAN Kendal. Bagi MAN Kendal seni rebana merupakan alat dan bentuk pernyataan diri dalamrangka pengembangan nilai-nilai Islami. Dengan demikian, seni rebana lebih berfungsi sosial. Ketiga, upaya MAN Kendal dalam mengembangkan seni rebana Nurul Fajar dilakukan secara keekluargaan, yaitu dengan sistem manajemen kebersamaan, tidak ada spesialisasi keahlian, dan dengan struktur organisasi yang tidak kompleks. Dengan sistem seperti itu, grup seni rebana Nurul Fajar di MAN Kendal telah mampu menjadi seni komersil. Dengan demikian, keberadaan seni rebana menjadi kebutuhan primer. Keempat, bentuk penyajian seni rebana Nurul Fajar di MAN Kendal tidak jauh berbeda dengan seni pertunjukan tradisional lainnya. Secara struktural terdiri atas tiga bagian, yaitu pembukaan (awal), bagian inti (pokok), dan bagian penutup (akhir). Substansi seni rebana tetap mengarah pada nilai-nilai Islami, yaitu melalui isi atau pesan yang direfleksikan dalam syair-syair lagu dan simbol bahasa yang indah serta mengagungkan kebesaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Dalam kontek inilah sesungguhnya seni rebana merupakan bentuk baru ari tradisi diluar budaya Indonesia, yang kemudian dibawa dan dikembangkan oleh MAN Kendal seperti halnya membaca Al Qur’an (Qiroaah) dan membaca puisi (Tahmid dan Malih).

Sesuai dengan hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut (1) apabila seni rebana Nurul Fajar di MAN Kendal sudah mengarah kepada seni komersial, maka tidak perlu ragu dan berpandnagan konservatif. Sebaliknya harus selalu proaktif mengikuti perkembangan selera masyarakat luas,


(9)

(2) sehubungan dengan pengembangan sarana pertunjukan, grup seni rebana Nurul Fajar perlu menambah peralatannya, seperti Keyboard, melengkapi dengan tata busana yang lebih variatif dan aspek penunjang lainnya. Dengan demikian, penyajian atau penampilannya lebih bisa variatif dan dinamis, sehingga akan semakin menarik perhatian publik, khusunya dalam merespon lagu-lagu baru yang sedang populer atau sedang naik daun di tengah khalayak luas.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesenian ... 6

2.2 Bentuk Penyajian Musik ... 9

2.3 Pengertian Rebana ... 16

2.4 Bentuk dan Penyajian Tari ... 18

2.5 Fungsi Seni ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Sasaran penelitian ... 27

3.3 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 30


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi ... 33 4.2 Bentuk penyajian Kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal . 42 4.3 Peran Seni Rebana Bagi MAN Kendal ... 59 4.4 Sistem pengelolaan Seni rebana ... 62 4.5 Pembahasan... 66 BAB V SARAN DAN SIMPULAN

5.1 Simpulan ... 68 5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Terbang Genjring ... 44

Gambar 2 Ketiplak Kenthing ... 45

Gambar 3 Sandhungan Jidur ... 46

Gambar 4. Gerak Kuntulan Pertama... 50

Gambar 5. Ragam Gerak Potong atau Gondang-gandung ... 51

Gambar 6. Ragam Gerak Kuntulan kedua ... 51

Gambar 7. Ragam Gerak Kuntulan ketiga ... 52

Gambar 8. Gerak Kuntulan keempat ... 53

Gambar 9 Busana Penari ... 55


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Nama Informan

2. Formulir Pembimbingan Penulisan Skripsi 3. Surat Permohonan Ijin Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian 5. Daftar Guru dan Karyawan


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Islamisasi dipulau jawa memang banyak menggunakan unsur-unsur serapan dari kebudayaan yang sebelumnya yang sudah ada di dalam masyarakat Jawa, yaitu Hindu dan Budha. Hal ini patut didasari, karena sebelum kedatangan islam, budaya Hindu dan Budha telah mengakar kuat dalam masyarakat Jawa. Unsur-unsur serapan ini memang dipergunakan oleh Ulama islam untuk mnyebarkan agamanya, supaya tidak terjadi keterkejutan di kalangan penduduk Jawa, karena sarana yang digunakan tersebut tidak jauh menyimpang dari istilah-istilah yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Jawa, seperti dalam kata santri, yang oleh beberapa pendapat dikatakan berasal dari bahasa sansekerta, sastrin, yang berarti pelajar agama Hindu atau Budha. Kata sastrin ini di dalam Islamisasi di Jawa diubah menjadi santri, yang artinya sama dengan aslinya, yaitu pelajar agama Islam. (Ricklef, 1991:19)

Islamisasi di Jawa banyak melibatkan unsur kesenian. Dengan menggunakan media seni, maka dakwah-dakwah Islam di Jawa mampu beradaptasi dengan keadaan penduduk Jawa yang sudah lama mengenal Hindu dan Budha. Karena pada dasarnya, bahwa agama Hindu dan Budha condong kepada hal-hal yang mempunyai nilai estetis atau dapat dikatakan bahwa agama Hindu adalah kesenian. Hal ini bisa dibuktikan dengan kebhinekaannya


(15)

bentuk-bentuk kesenian yang dihasilkan oleh Agama Hindu. Sedangkan agama Budha, keseniannya lebih didasarkan pada kesederhanaan, seperti tertuang dalam kesederhanaan Tari Boedoyo. Banyak bentuk kesenian islam yang digunakan sebagai unsur penunjang didalam islamisasi di Jawa, seperti Rebana, yang oleh para ulama diajarkan kepada para santrinya agar setelah keluar dari tempat mengaji atau pesantren bisa memanfaatkan kesenian tersebut untuk kepentingan-kepentingan dakwah. Dengan mengapresiasikan keindahan-keindahan dari jenis-jenis kesenian tertentu, maka diharapkan masyarakat mampu memahami keindahan Ilahi yang membawa kepada ketaqwaan kepada-Nya. (Israr, 1978:45)

Rebana adalah salah satu bentuk kesenian Islam yang salah satu fungsinya untuk kepentingan dakwah. Permainan dalam Rebana membawa nilai-nilai estetis yang begitu agung dari suara Islam yang disampaikan untuk peserta Rebana dan atau pun siapa saja yang mendengarkannya. Rebana membawa nilai-nilai yang luhur dan puji-pujian kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW. Dengan Rebana semua orang yang mendengarkannya diajak larut dalam bersuka cita didalamnya, walaupun dengan bentuk ssederhana mungkin, tetapi dalam fungsinya amat berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa. (Parto, 1990:107)

Dapatlah disampaikan bentuk ungkapan, banwa kesenian memainkan peranan penting di dalam Islamisasi di Pulau Jawa. Hal ini mungkin didasarkan pertimbangan, bahwa paham Hindu yang lebih condong ke kesenian dan paham Budha yang walaupun dengan kesederhanaannnya juga mempunyai bentuk-bentuk kesenian, datang lebih dahulu daripada Islam dipulau Jawa dan mampu membentuk akar kebudayaan yang begitu kuat. Atas dasar fenomena tersebut,


(16)

maka Islam pun datang dengan membawa bentuk-bentuk kesenian yang sarat dengan nilai-nilai estetis Islami yang mampu menggelarkan penduduk Jawa.

Namun seiring dengan era postmodernisme ksenian islami rebana tersebut mulai punah, pola pandangan masyarakat pada umumnya terpengaruh oleh budaya barat, sehingga mengakibatkan dakwah kultural yang dilakukan oleh para Ulama pendahulu dengan menggunakan cara kesenian rebana tergantikan dengan berbagai kesenian yang banyak terpengaruhi oleh musik barat, di Kendal tepatnya di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Kendal terdapat Group Kesenian Musik Rebana Nurul Fajar yang tetap eksis berkomitmen untuk melestarikan budaya dakwah cultural para Ulama pendahulu yang secara serius dibina dengan rutinitas latihannya. Adapun keunikan dari pertunjukan musik rebana ini dalam setiap akhir pementasan menampilkan gerak tari bersama dengan ragam gerak. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana bentuk penyajian kesenian Rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal.

1.2

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang akan dikaji adalah 1.2.1 Bagaimana bentuk penyajian kesenian rebana Nurul Fajar Madrasah

Aliyah Negeri Kendal?

1.2.2 Bagaimana fungsi kesenian rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal?

1.2.3 Bagaimana sistem pengelolaan kesenian rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal?


(17)

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1.3.1 Untuk mengetahui bentuk penyajian kesenian Musik Rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal.

1.3.2 Untuk mengetahui fungsi kesenian rebana Nurul Fajar MAN Kendal 1.3.3 Untuk mengetahui sistem pengelolaan kesenian rebana Nurul Fajar

MAN Kendal

1.4

Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan maka dapat diambil suatu manfaat secara umum sebagai berikut

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang musik.

b. Bagi pengamat Musik Rebana, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai bagaimana bentuk penyajian Musik Rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal

c. Untuk menambah wawasan cakrawala Apresiasi musik tradisional d. Untuk menambah kepustakaan musik tradisional

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Memperoleh data tentang Rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal dan mengetahui bagaimana bentuk penyajiannya


(18)

b. Bagi mahasiswa diharapkan penlitian ini berguna sebagai bahan informasi terutama bagi Mahasiswa Universitas Ngeri Semarang Jurusan Sendratasik pada umumnya dan mahasiswa seni musik pada khususnya

c. Bagi Rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal, hasil penelitian ini diharapkan dapat disajikan acuan untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas berkesenian.

1.5

Sistematika Penulisan

1.5.1 BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, ermasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

1.5.2 BAB II Landasan Teori

Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini.

1.5.3 BAB III Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan dikemukakan teknik penentuan objek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis yang digunakan untuk mengolah data

1.5.4 BAB IV Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian 1.5.5 BAB V Penutup


(19)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1

Kesenian

Kesenian merupakan salah satu bagian dari unsur kebudayaan. Kata seni telah lama dikenal di Indonesia, namun tidak mempunyai arti sebagai kegiatan manusia karena lebih berarti sebagai kata sifat (Syafii, tt : 1). Menurut Sudarmadji (dalam Syafii, tt : 1). Seni merupakan istilah untuk menamai kegiatan manusia menjadi popular semenjak jaman Jepang sampai sekarang. Siapa pencetusnya tidak ada sumber yang mencatatnya, tetapi paling tidak merupakan pengembangan dari kata seni yang mempunyai arti halus (Ngrawit) atau kecil. Hal ini disebabkan karya seni pada waktu itu sering dihubungkan dengan pengertian bahwa pada umumnya karya seni adalah karya yang halus seperti ukir, tatahan wayang kulit, dan seni batik yang biasanya dikerjakan dengan penuh kerapian dan ketelitian.

Diungkapkan oleh Muchtar (dalam Supardi, 1983 : 26) bahwa seni merupakan kegiatan yang telah terjadi oleh proses cipta, rasa, dan karsa. Tidak sama tetapi tidak seluruhnya berbeda dengan pengetahuan dan teknologi, maka cipta dalam bidang seni mengandung pengertian terpadu antara kreativitas, penemuan, serta sangat dipengaruhi oleh rasa. Rasa timbul karena dorongan kehendak naluri yang biasa disebut dengan karsa. Karsa dapat bersifat personal atau kolektif tergantung dari lingkungan atau keadaan masyarakat. Seni berkaitan dengan bahasa, organisasi sosial, sistem ekonomi, kepercayaan, dan pengetahuan.


(20)

Seni merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan karena seni senantiasa melekat pada diri manusia. Hal ini diertegas oleh Triyanto (1993 : 1) yang mengatakan bahwa seni dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Masyarakat sebagai suatu kesatuan dalam beberapa hal tergantung pada seni sebagai ikatan dan pemberian kekuatan. Di dalam kehidupan empiric, masyarakat dan seni bersumber dari hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Menurut Dewantara 9dalam Bastomi, 1992 : 20) seni adalah perbuatan manusia yang menimbulkan perasaan dan bersifat indah, sehingga menggetarkan perasaan manusia. Hal ini dipertegas Tolstoy (dalam Gie, 1976 : 61) yang menyatakan bahwa seni adalah suatu kegiatan manusia secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain, sehingga mereka kejangkitan perasaan-perasaan ini dan juga mengalaminya.

Seni senantiasa hadir dalam kehidupan manusia. Meskipun peran seni senatiasa berubah-ubah di dalam perjalanan sejarah manusia dari masa ke masa, secara fungsional ia tetap mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Secara jelas masyarakat dan seni di dalam kehidupan empiric selalu saling berkaitan, berinteraksi, saling mempengaruhi, dan membentuk (baca dalam Triyanto, 1993 : 1).

Baca (dalam Syafii, 1987 : 4) mendefinisikan seni sebagai aktivitas manusia mulai dari pembentukan gagasan sampai pada kenyataan. Aktivitas tersebut dibagi dalam tiga tingkatan yaitu Pertama, pengamatan terhadap kualitas material (warna, suara, sikap, dan reaksi fisis lainnya). Kedua, penyusunan hasil


(21)

pengamatan menjadi bentuk serta pola yang menyenangkan. Ketiga, penyusunan atas hasil persepsi tersebut dihubungkan dengan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumnya.

Pada hakekatnya seni adalah budi manusia dalam menyatakan nilai-nilai keindahan dan keluhuran lewat berbagai media sebagai berikut : Seni gerak sebagai medianya adalah gerak dan sikap, seni suara lewat nada dan suara, seni bangun lewat ruang dan substansi, seni rupa lewat garis dan warna dan seni sastra lewat pengertian kata (Wardhana, 1990 : 6-7). Selain itu Triyanto (1993 : 1) berpendapat bahwa seni adalah cara ekspresi, yaitu suatu bahasa yang menggunakan beragam media untuk menyajikan suatu nilai atau makna. Dalam suatu aktivitasnya yang hakiki, seni mencoba menceritakan kepada kita mengenai sesuatu, sesuatu mengenal alam, tentang lingkungan sosial budayanya, atau tentang diri penciptanya sendiri.

Miharja (dalam Bastomi, 1992 : 20) mengemukakan bahwa seni merupakan kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realita dalam satu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya atau membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani manusia.

Dengan demikian dapat disampaikan bahwa seni merupakan suatu proses yang pada akhirnya menghasilkan ungkapan perasaan atas ekspresi manusia yang diwujudkan dalam bentuk tambang atau simbol-simbol menurut subjektivitas pencipta yang di dasari prinsip estetika sesuai dengan nilai budaya penciptanya, yang dinayatakan dalam bentuk karya seni yang mempunyai sitarasa indah. Sedangkan cabang-cabang kesenian yang mempunyai nilai estetis, antara lain seni rupa, seni tari, seni musik, seni suara, dan seni drama.


(22)

2.2

Bentuk Penyajian Musik

Bentuk lahiriah suatu hasil karya seni adalah wujud yang menjadi wadah seni. Wujud seni tidak akan menimbulkan rasa kagum pesona apabila wujud itu tanpa isi. Wujud seni dikatakan bermutu apabila wujud itu mampu memperlihatkan keindahan serta berisi suatu pesan dan dapat menyampaikan pesan tertentu kepada orang lain. (Bastomi, 1992:80). Penyajian dalam kamus besar bahasa Indonesia (1988:662), berarti pengaturan penampilan tentang pertunjukan. Jadi bentuk penyajian dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang disajikan dalam suatu pertunjukan untuk dapat dinikmati atau diperlihatkan.

Menurut Murgiyanto (1992:14), bentuk dalam kesenian dapat dibagi dua yaitu isi dan bentuk luarnya. Isi berhubungan dengan tema atau cerita dalam sebuah karya itu sendiri. Bentuk luarnya merupakan hasil pengaturan dan pelaksanaan elemen-elemen penggerak atau aspek-aspek yang diamati dan dilihat. Sedangkan penyajian diartikan tontonan, sesuatu yang ditempatkan dari awal sampai akhir. Jadi yang dimaksud bentuk penyajian kesenian adalah suatu tatanan atau susunan dari sebuah pertunjukan kesenian yang ditampilkan untuk dapat dilihat dan dinikmati.

Bentuk penyajian kesenian mempunyai aspek-aspek yangberkaitan dengan suatu tampilan kesenian. Aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu penyajian musik, menurut Margiyanto (1992:14), meliputi :

2.2.1 Musik atau lagu

Musik yaitu rangkaian suara atau bunyi yang dihasilkan dari instrument musik yang dimainkan secara harmonis oleh seseorang atau kelompok pemusik


(23)

(orang yang memainkan alat msuik). Lagu yaitu rangkaian nada atau melodi yang disertai syair dan dibawakan oleh seorang atau sekelompok penyanyi.

2.2.2 Alat musik

Alat musik adalah segala jenis instrument musik baik melodi (bernada) maupun ritmis (tak bernada) yang berfungsi sebagai pembawa melodi atau sebagai iringan dalam sebuah karya musik.

2.2.3 Pemain

Pemain adalah orang yang memainkan alat musik yang menyajikan lagu dalam sebuah pertunjukan musik

2.2.4 Tempat pementasan

Temat peemntasan adalah tempatdimana sebuah pertunjukan kesenian tersebut akan dipertontonkan.

2.2.5 Perlengkapan pementasan

Perlengkapan pementasan adalah segala peralatan atau ebnda yang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung dalam sebuah pementasan.

2.2.6 Urutan penyajian

Urutan penyajian adalah bagaimana cara sebuah pertunjukan kesenian akan ditampilkan dari awal sampai akhir pertunjukan.

Menurut Soewito (1996:37), bentuk penyajian musik ditinjau dari jumlah pemusik atau pendukungnya digolongkan menjadi empat golongan yaitu :

2.2.6.1Solo

Solo adalah bentuk penyajian musik yang dibawakan oleh seorang saja secara tunggal misalnya seorang membawakan sebuah lagu, yang tidak dibantu oleh orang lain atau seorang memainkan piano atau suling.


(24)

2.2.6.2Duet

Duet adalah dua orang yang membawakan suatu lagu secara vocal, atau memainkan suatu alat musik dalam menyajikan suatu lagu. Demikian juga selanjutnya trio (tiga orang), kwartet (empat orang), kwintet (lima orang), sektet (enam orang), septet (tujuh orang).

2.2.6.3Ansambel

Ansambel adalah penyajian atau permainan musik yang dimainkan secara ebrsama baik alat musik sejenis, beberapa jenis atau disertai nyanyian.

2.2.6.4Orkestrasi

Orkestrasi adalah penyajian musik yang terdiri dari gabungan berbagai alat musik, yang dimainkan menurut jenis lagunya. Orkestrasi ini terdiri dari: orkes keroncong, yang memainkan lagu-lagu keroncong: orkes melayu, yang memainkan lagu-lagu melayu; orkes gambus, yang memainkan lagu-lagu padang pasir.

Menurut Slamet Raharjo (1990:85) bentuk penyajian lagu dibagi menjadi : (1) Anthem yaitu sebuah karya kompoisi paduan suara yang syairnya diambil dari syair keagamaan atau yang bersifat religius dan banyak dipergunakan digereja-gereja protestan. Lagu-lagu kebangsaan dan lagu yang bersifat patriotik sering disebut juga termasuk Anthem. (2) Aria yaitu nyanyian tunggal yang merupakan petikan dari sebuah opera, oratorio, passion, atau karya lepas dari kantata. (3) Ballada yaitu Folksong yang mengutarakan sebuah kisah atau lagu-lagu pop yang sedih. (4) Barcarolle yaitu sebuah karya pendek untuk vocal yang menirukan tingkah laku seseorang. (5) Bercense yaitu sebuah karya musik pendek sebagai


(25)

lagu pengantar tidur. (6) Canon yaitu sebuah karya musik/lagu yang dilaksanakan secara susul-menyusul. (7) Cantata yaitu Suatu karya musik yang harus dinyanyikan. (8) Chorale yaitu hymne kaum Lutherania di Jerman. (9) Concerto yaitu karya musik untuk solis atau lebih dengan iringan orkes. (10) Mandrigal yaitu Sebuah karya nyanyian yang diperuntukan bagi paduan suara tanpa iringan insrumen dalam teknik kontrapuk. (11) Mass (misa) yaitu nyanyian rohani untuk melengkapi suatu misa suci dalam gereja Katholik, dengan susunan : Kyrie – Gloria – Credo – Sanctus – Agnus Dei. (12) Minuel yaitu karya musik yang menyerupai lagu pengiring tari. (13) Motet yaitu bentuk komposisi paduan suara yang sakral pada zaman renaissance. (14) Oratorio yaitu bentuk opera dengan tidak mempermasalahkan dekorasi panggung yang menunjang isi ceritera. (15) Overture yaitu introduksi dari karya musik vocal lainnya. (16) Passion Puji-pujian dan pesan-pesan jesus menjelang akhir hayatnya. (17) Recitative yaitu karya musik yang merupakan pengiring ungkapan syair dalam suara seperti sedang berkata-kata atau sedang berpidato secara dramatis.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa bentuk penyajian musik dalam hal ini adalah segala sesuatu yang disajikan atau disampaikan secara keseluruhan dari awal sampai akhir pertunjukan yang didalamnya terdiri dari berbagai unsur yaitu irama, melodi harmoni, tempo dan semua unsur yang mendukungnya. Dan berlangsung di atas panggung dengan berbagai perlengkapan pendukung musik lain, seperti : alat musik yang terdiri dari bass, drum, gitar, keyboard, dan sound system yang diselenggarakan secara live


(26)

penting lagi yaitu untuk para pemain musiknya harus sesuai dengan keahlian yang mereka miliki masing-masing dalam memainkan alat musik. Tetapi ada juga bentuk penyajian musik yang tidak langsung, yaitu berupa : pemutaran pita kaset, CD/VCD, televisi dan sebagainya.

Seiring perkembangannya, musik juga digunakan para ulama dalam menyebarkan agama Islam. Aliran musik ini disebut dengan musik islami. Adapun tingkatan musik islam seperti Isma’il Raji’ Al Faruqi, yang dikutip oleh Edi Sediawati dan Sal Murgianto (Dakwah islam dalam tontonan, Nafas Islam : Kebudayaan Indonesia. 1991 : 156) bahwa didalam islam ada lima bentuk penyajian untuk seni bunyi, yaitu : 1) Seni baca Alqur’an (Qiro’ah). 2) Adzan dan syair-syair religius, 3) Improvisasi vocal dan instrument. 4) Nyanyian religious, 5) Nyanyian sekuler.

Pertama, Seni baca Alqur’an (Qiro’ah). Sepanjang perjalanan sejarah diberbagai wilayah, qiro’ah dipertahankan dan tetap patuh kepada norma-norma pembacaan yang berlaku semasa kehidupan Rosulullah SAW. Perkembangan artistic membaca Alqur’an yang telah diketahui sebelumnya oleh Ibnu Kutaibah (wafat 889 M) yang menceritakan bahwa, muslim pertama yang mengucapkan atau mengindungkan Alqur’an dengan bunyi, ritme dan nada yang teratur (al han) dalah Abdullah bin Abu Bakar dan hal tersebut berkembang sebelum tahun 700 masehi (Farmer, 1988:34). Aliterasi dan Asonansi Suherman dan Diponegoro, 1988:5) “Alqur’an sekalipun dalam prosodi tradisionalnya merupakan musik dan syair sekaligus, meskipun secara tradisional ia tidak diklasifikasikan sebagai keduanya. Namun,karena ia merupakan firman Tuhan maka termasuk dalam


(27)

katagori di atas seluruh katagori seni manusia”. (Nasr, 1993:165). “sebagaimana halnya Alqur’an alkarim yang dengan melakukannya merupakan hidangan yang bergizi bagi jiwa kaum mukmin, sekalipun secara teknis melagukan Alqur’an tidak pernah disebut sebagai musik tetapi musiqo atau ghina”. Mengenai qiroah ini biasanya menggunakan tujuh modus pokok. Dan ketujuh modus tersebut dipakai sudah cukup lama. Adapun ketujuh modus pokok tersebut adalah : Bayati, Saba, Hijaz, Nahawan, Rast, Jiharkah, Sikah.

Kedua. Adzan, Madib, dan Tabuid. Panggilan atau seruan untuk

menunaikan ibadah sholat disebut adzan di beberapa belahan dunia islam seperti di Indonesia, adzan menurut kebiasaannya didahului dengan pemukulan bedug yang gemanya lebih jauh dari pada suara muadzin itu sendiri. Seyyed Hossein Nasr mengatakan, bahwa panggilan untuk menunaikan ibadah sholat (adzan) dalam pembawaannya hampir selalu dikumandangkan dengan berlagu. Nasr, 1993:165).

Ketiga, Improvisasi vocal dan instrument di dalam kesejarahan musik

arab, improvisasi vocal dan instrument merupakan hal yang sudah menjadi suatu kebiasaan atau tradisi musikalitas bangsa arab. Kebebasan dalam berimprovisasi ini merupakan cerminan keluasaan gurun pasir yang banyak menimbulkan kreativitas musikalitas bangsa arab, termasuk dalam improvisasi vocal dan instrumens. Kebiasaan improvisasi instrument petik yang memungkinkan untuk hal itu. Pengaruh improvisasi vocal dan instrument inipun memanjang dalam rentang sejarah musik islam.


(28)

Keempat, nyanyian religiuos. Jenis nyanyian ini, seperti qosidah dan gazal ditulis dalam bentuk syair dan diiringi dengan instrument musik. Qosidah adalah suatu bentuk saja yang dipakai oleh para penyair arab, Persia, Turki, dan Urdu. Qosidah bisa berupa tulisan puji-pujian atau satire (sindiran), bersifat filosofis, educative, ataupun religius. Qosidah lebih banyak dan panjang dari pada gazal dalam artian dalam qosidah bisa lebih dari seratus baris dan nama samara (nom de quare) penyair tidak ditulis diakhir baris. Kebesaran qosidah memang sudah berawal dari periode arab kuno yang telah mampu melahirkan penyair dan ahli qosidah yang bernama syadad. (Israr, 1978:27) sedangkan ghazal sajak monoritmik atau ode (syair/pujian), yang dipakai oleh para penyair arab, urdu, dan turki. Ghazal tidak lebih dari 12 baris, biasanya ditulis di akhir baris dan nama samaran (nom de guere) penyair ditulis di akhir baris. Qosidah dan ghazal lebih menanjak popularitasnya sewaktu terjadi benturan kebudayaan islam dan Persia. (Israr, 1978:65-66).

Kelima, Nyanyian sekuler. Bentuk nyanyian sekuler ini dibawakan baik

tunggal atau bersama-sama dan diiringi dengan instrument musik. Musik dalam tingkat terakhir ini banyak mendapat pengaruh dari gaya musik para pedagang islam dan juru dakwah. Teks yang digunakan dalam berbagai bentuk seni musik tersebut diatas sering sudah ditulis terlebih dahulu dalam bahasa local dan campuran dengan sumber-sumber setempat. Hal ini menunjukkan, bahwa 5 bentuk penyajian musik islam seperti yang dituliskan oleh Ismail Raji’ Al-Faruki telah meluas sejalan dengan perkembangan agama islam. Eksistensi dari kelima bentuk penyajian musik islam tersebut sampai sekarang tetap dipertahankan sebagai suatu kekayaan dalam bunga seni budaya islam.


(29)

2.3

Pengertian Rebana

Rebana menurut pengertiannya, memiliki garis tengah kepala lebih besar dari kedalaman badannya. Ada rebana yang diberi kerincingan (tamborin), ada yang tidak ada, dan ada pula rebana yang berkepala satu atau dua walaupun di Indonesia rebana bersisi satu lebih umum. Rebana bersisi satu sering disebut dengan nama lain, seperti terbang, rampa’i, rapano, dan gendang. Musik rebana diyakini pada mulanya digunakan untuk menyebarkan agama islam dan bahkan sampai sekarang musik rebana merupakan paduan antara seni dan ajaran keagamaan walaupun setelah berabad-abad syair berbahasa arab sudah tidak bisa dimengerti lagi dan bercampur baur dengan bahasa setempat. (Yapin, 1993:76)

Rampak rebana, jumlah rebana bersisi satu dalam sebuah rampak berkisar 2 atau 3 sampai dengan 20 atau 30, bahkan bisa lebih, untuk acara yang luar biasa, beberapa rebana lebih besar dari lainnya sehingga berpola nada lebih rendah dan beberapa rebana diberi fungsi musik berbeda-beda; misalnya rebana dengan nada paling rendah berfungsi sebagai gong, memberi iramakuat dengan pola berulang-ulang. Sering kali rampak rebana terbagi ke dalam berberapa kelompok yang memainkan pola saling bersahut- sahutan, sangat rumit, dan beragam.

Para pemain, biasanya lelaki bernyanyi bersama sambil memainkan rebana membawakan lagu bernuansa islami: puji-pujian Allah dan Muhammad atau pernyataan mengenai hukum dan ajaran islam. Teks yang sering dinyanyikan adalah syair arab yang dikenal sebagai barzanji, menurut pengarangnya; banyak pula teks Indonesia atau bahasa daerah. Sementara nyanyian berlangsung, rebana dimainkan dengan lembut dan berpola berulang-ulang. Bila ada jeda dalam


(30)

nyanyian, pemain rebana menjadi nyaring atau meledak-ledak dengan pola saling bersahutan. Di beberapa adat tidak ada tarian; yang lain, pemusik menari sambil bernyanyi dan memukul rebana, menggerakkan seluruh tubuh bila berdiri, atau tubuh bagian atas bila duduk atau berlutut; dan daerah lain ada kelompok penari yang terpisah. Dabus di Aceh, Jawa Barat, dan Maluku, Indang di Sumatra Barat, rebana binyang di Jakarta, dan selawatan di Jawa merupakan jenis khas yang menampilkan rampak rebana. (Widjojo, 1941:32)

Ragam Rebana banyak ragam serta perluasan berkembang dari paduan antara jenis musik rebana dan muatan atau kaitan islamik. Instrument melodi misalnya gitar dan keyboard listrik ditambahkan, paduan suara perempuan menggantikan laki - laki menjadi bentuk umum, yang disebut qosidah atau nasib. Ensambel Gambus menggunakan kecapi petik, gambus dapat berupa ud bergaya arab atau gambus asli Indonesia, dengan 3 sampai 5 rebana kecil bersisi 2, marwas atau marwis yang mengiringi lagu pemain gambus. Cara memainkannya sama dengan rampak rebana. Di Banyuwangi, ujung timur pulau jawa, kuntulan menambah genderang militer eropa pada kelompok sepuluh rebana, juga beberapa instrument khas tari tradisional setempat (gandrung banyuwangi) dan tampaknya apa saja yang ada seperti reong bali, penyanyi, penyanyi atau keyboard elektronk dimungkinkan. Rebana dan genderang militer cenderung dimainkan bergantian dengan instrument lain, tidak sekaligus, musik yang berbeda ini mencerminkan sejarah kuntulan sebagai jenis musik yang berasal dari pertunjukan keagamaan, hadrah, dan seiring berlalunya waktu oleh memperoleh unsur hiburan.


(31)

2.4

Bentuk dan Penyajian Tari

Kata “bentuk” di dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti wujud yang ditampilkan. Bentuk adalah suatu media atau alat komunikasi untuk menyampaikan arti yang dikandung oleh bentuk itu sendiri, atau untuk menyampaikan pesan tertentu dan penciptanya kepada masyarakat sebagai penerima.

Di dalam seni, bentuk dimaksudkan sebagai rupa indah yang menimbulkan kenikmatan artistik melalui penglihatan dan pendengaran. Bentuk indah dicapai karena keseimbangan struktur artistik keseluruhan / harmoni dan relevansi (Shadily, 1986 : 448). Dalam seni tari akan menghasilkan suatu bentuk gerak yang indah bila anggota tubuh kita seperti: tangan, jari tangan, lengan, kaki, kepala dan lainnya ditata, dirangkai dan disatupadukan menjadi kesatuan gerak yang utuh dan selaras dengan aspek-aspek yang mendukungnya (Jazuli, 1986 : 4).

Bentuk tari dapat dikategorikan berdasarkan pola garapan, jumlah penari, dan temanya. Berdasarkan pola garapannya tari terdiri dari tradisional dan tari kreasi. Berdasarkan jumlah penari, bentuk tari terdiri atas tari tunggal dan tari kelompok (berpasangan, masal, drama tari). Sedangkan berdasarkan temanya, tari dibagi menjadi tari pantomim, tari erotik, dan tari kepahlawanan (Jazuli, 1994: 70-86).

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “Struktur” mempunyai arti susunan menurut Spranger (dalam Shadily, 1986: 3688) struktur diartikan sebagai bangunan kenyataan bila semua itu merupakan suatu keseluruhan. Setiap bagian dan setiap fungsi bagian mengerjakan suatu pekerjaan tiap bagiannya ditentukan lagi oleh keseluruhan dan hanya bisa dimengerti dari keseluruhan. Kant (data


(32)

Shadily, 1986 : 3314) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan struktur adalah keadaan dan hubungan dari bagian-bagian organisme yang membentuk diri menurut satu tujuan keseluruhan yang sama.

Substansi atau unsur pokok dalam tari adalah gerak, tetapi gerak-gerak di dalam tari bukanlah gerak yang realistis melainkan gerak-gerak yang diberi bentuk ekspresi. Seperti dikemukakan Martin (dalam Soedarsono, 1972 :9) bahwa unsur dasar tari adalah gerak. Gerak merupakan pengalaman fisik manusia yang paling elemneter dalam kehidupan manusia. Sesuai sifat seni yang mengutamakan segi kehidupan maka gerak-gerak yang terdapat dalam tari adalah gerak estetis, yaitu gerak yang mengutamakan unsur keindahan.

Di samping gerak-gerak estetis gerak yang digunakan dalam tari adalah gerak yang bermakna, yaitu gerak yang merefleksikan dunis nyata. Adapun gerak yang indah adalah gerak-gerak yang sudah mengalami stilisasi dan distorsi, yaitu perubahan gerak wantah menjadi tidak wantah, baik diperhalus maupun dirubah dari bentuk semula. Selain itu gerak dalam arti berkaitan dengan unsur-unsur lain, misalnya : iringan, tempat, tata rias, dan busana,

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur tari meliputi dua hal, yaitu unsur pokok dan unsur pelengkap atau pendukung. Unsur pokok dalam tari adalah rerak, sedangkan unsur pelengkap atau pendukung meliputi iringan, tempat, tata rias dan busana. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait dalam penyajian materi.

Soedarsono (1994 : 56-58) mengemukakan unsur-unsur pendukung tari di dalam penyajiannya terdiri atas tema, musik, tata busana, atau kostum, tata rias, tempat pentas, tata lampu dan tata suara.


(33)

2.4.1 Tema

Tema adalah pikiran, gagasan utama atau ide dasar biasanya merupakan suatu ungkapan atau komentar mengenai kehidupan. Kehidupan bisa mengenai kehidupan alam, manusia, dan binatang (Jazuli, 1994 : 14) dalam seni tari, tema lahir secara spontan dari pengalaman hidup seseorang (seniman) yang telah diteliti dan dipertimbangkan agar dapat dituangkan ke dalam gerak tari. Sumber tema bisa berasal dari yang kita dengar, kita lihat, kita pikir, dan kita rasakan serta tidak lepas dari faktor Tuhan, manusia dan lingkungan. (Soedarsono, 1994 : 53 -54)

2.4.2 Musik

Musik (iringan) dan tari merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya bersumber dari dorongan atau naluri ritmis. Pada mulanya manusia menggunakan suaranya dengan teriakan, jeritan, dan tangisan untuk mengungkapkan perasaan sedih, gembira, takut, haru, marah dan sebagainya.

Curt Sachs dalam bukunya World History of The Dance (dalam Jazuli,1994:9-10) menyatakan bahwa pada jaman prasejarah andaikata musik dipisahkan dari tari maka musik itu tidak akan memiliki nilai artistik apapun. Hal ini terlihat pada tarian primitif yang menggunakan suara-suara untuk mengiringi tariannya, sebagai ungkapan emosi atau penguat ekspresi emosionalnya.

Secara terperinci fungsi musik di dalam tari dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.4.2.1Sebagai penunjang tari, yaitu mengiringi atau menunjang penampilan tari sehingga tidak menentukan isi tariannya.


(34)

2.4.2.2Sebagai pemberi suasana, berguna sekali bagi tari yang berbentuk drama tari karena terdapat pembagian adegan yang memerlukan suasana tertentu. 2.4.2.3Sebagai pengantar atau ilustrasi, yaitu musik sebagai pengiring atau

pemberi suasana pada saat tertentu saja, tergantung kebutuhan garapan tari (Jazuli, 1994 : 10-12)

Musik atau iringan dalam tari dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk internal seni musik yang berasal dari diri penari itu sendiri yang berupa tarikan nafas, suara penari, tepukan tangan, dan hentakan kaki penari, atau efek yang ditimbulkan dari perhiasan maupun pakaian penari, dan bentuk eksternal yaitu bentuk iringan yang berasal dari luar diri penari misalnya : nyanyian, puisi, instrument gamelan, orkestra, perkusi dan sebagainya (Jazuli, 1994 : 13).

2.4.3 Tata Busana atau Kostum

Pakaian yang dipakai para penari jaman dulu adalah pakaian sehari-hari, namun dalam perkembangannya disesuaikan dengan kebutuhan tari itu sendiri. Fungsi busana atau kostum adalah untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Busana tidak hanya untukmenutup tubuh semata, tetapi harus mendukung desain ruang pada saat penati sedang menari (Jazuli, 1994 : 17).

2.4.4 Tata Rias

Rias bagi seorang penari senantiasa menjadi perhatian yang sangat penting. Fungsi rias adalah untuk merubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yangdiperankan, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya


(35)

tari dalam penampilannya. Dengan melihat rias penari penonton akan mengetahui peran apa yang dibawakan oleh penari. (Jazuli, 1994 : 19).

2.4.5 Tempat atau Pentas

Suatu pertunjukan akan memerlukan tempat atau ruangan guna menyelenggarakan pertunjukan itu sendiri.tempat atau ruangan untuk pertunjukkan tersebut dengan pentas atau panguung, yaitu bagian dari arena pertunjukkan yang di tata sedemikian rupa sebagai tempat bermain (Hadi, 1987 : 42).

Di Indonesia kita mengenal tempat pertunjukan seperti lapangan terbuka atau arena terbuka, pendapa dan pemanggungan. Arena terbuka biasanya digunakan untuk pertunjukan tari tradisional atau tari rakyat. Dalam kalangan bangsawan jawa pertunjukan kesenian sering diadakan di pendapa, yaitu bangunan yang berbentuk joglo dengan tiang pokok empat tanpa penutup dinding pada tiap sisinya. Sedangkan pemanggungan merupakan istilah yang berasal dari luar negara kita. Pemanggungan dipergunakan untuk menyebutkan pertunjukan yang diangkat ke atas pentas, bisa berbentuk proscentum, tapal kuda (Jazuli, 1994 : 20-21)

2.4.6 Tata Lampu dan Tata Suara

Tata lampu dan tata suara adalah unsur pelengkap tari yang berfungsi untuk membantu kesuksesan pergelaran tari. Tata lampu di dalam pertunjukan tari tidak hanya untuk penerangan saja, melainkan untuk menciptakan suasana dan efek dramatis, memberi daya hidup terhadap busana maupun perhiasan penari (Jazuli, 1994 : 24-25).


(36)

2.5

Fungsi Seni

Fungsi dalam kesenian mengandung arti kegunaan suatu kesenian yang mempunyai peranan dalam kehidupan suatu masyarakat. Fungsi menunjuk pada sesuatu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi bila dihubungkan sengan sesuatu yang lain akan mempunyai arti dan makna tertentu (Peursen, 1984:85).

Berdasarkan kajian sejarah, kesenian selalu hadir dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Hal ini karena dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan santapan-santapan estetis yang berupa seni. Sadar atau tidak orang sering mengekspresikan perasaan seninya dengan cara bersiul, bersenandung, berdendang, dan sebagainya. Kesenian sebagai salah satu unsur budaya masyarakat dalam kehidupannya tidak pernah berdiri sendiri. Oleh karena itu, segala bentuk dan fungsi seni berkaitan dengan masyarakat tempat kesenian itu tumbuh dan berkembang. Dalam konteks kemasyarakatan, terdapat kelompok-kelompok pendukung jenis-jenis kesenian tertentu. Atas dasar inilah, maka kesenian dapat mempunyai fungsi dan bentuk pada hasil seni dapat juga disebabkan oleh dinamika masyarakat (Sedyawati, 1986: 4) maupun oleh sejarah timbulnya bentuk seni itu sendiri (Jazuli, 1994: 60). Mariam (dalam Jazuli, 2001a: 163) mengemukakan sembilan fungsi musik sebagai seni pertunjukan bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai : (1) sarana upacara, (2) hiburan, (3) media komunikasi, (4) persembahan simbolis, (5) respons pisik, (6) untuk menjaga keharmonisan norma masyarakat, (7) penopang institusi sosial dan keagamaan, (8) untuk stabilitas kebudayaan, (9) untuk wahan integritas kemasyarakatan.


(37)

Tentunya pembagian kesembilan fungsi itu selalu mengalami pergeseran atau perubahan sesuai dengan kondisi dan kepentingan masyarakat pendukungnya.

Seni bukan saja berfungsi sebagai alat pernyataan diri, melainkan juga merupakan bentuk pernyataan diri (Jazuli, 2001a: 10). Hal ini dapat diartikan bahwa fungsi seni dalam masyarakat merupakan sarana komunikasi, baik antarindividu maupun antarkelompok di dalam masyarakat. Adapun yang dikomunikasikan adalah pengalaman yang terjadi secara indah masyarakat. Adapun yang dikomunikasikan adalah pengalaman yang terjadi secara indah dan menarik (Rustopo, 1992: 2). Komunikasi antara seniman dengan penghayatnya tampak pada informasi yang disampaikan melalui pesan-pesan simbolik dalam karya seni. Mozart mampu berkomunikasi dengan orang-orang di seluruh dunia dengan rangkaian nada-nada, Affandi berkomunikasi dengan penghayatnya dengan pelototan catnya di atas kanvas.

Latifah dan Sulastianto (1994: 13) membedakan fungsi seni menjadi tiga, yaitu fungsi pribadi, fungsi sosial, dan fungsi fisik. Fungsi pribadi berkaitan dengan seniman, yaitu sebagai alat untuk mengungkapkan pengalaman batin secara leluasa. Fungsi sosial mencakup beberapa aspek, yaitu fungsi edukatif, inspiratif, rekreatif, sakral, sekuler (ekonomi) dan informatif (komunikasi). Fungsi fisik erat hubungannya dengan kegunaan benda seni bagi manusia. Terutama yang terwujud tiga dimensi, seperti cincin, gelang, pakaian sampai bentuk arsitektur. Rasjoyo (1995: 12) membedakan dua fungsi seni, yaitu fungsi individual dan fungsi sosial. Fungsi individual mencakup pemenuhan kebutuhan fisik dan


(38)

kebutuhan emosional. Fungsi sosial terangkum dalam empat bidang, yaitu rekreasi, komunikasi, pendidikan, dan keagamaan.

Bertolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi seni dalam masyarakat meliputi: rekreasi (hiburan), komunikasi (informatif), pendidikan (edukatif), sakral (religius), dan sekuler (ekonomis).


(39)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Pendekatan Penelitian

Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Sumaryanto, 2007:75) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh (holistik), tidak mengisolasi individu atau organisasi.

Kirk dan Miller (dalam Sumaryanto, 2007:75) juga mendefnisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam penelitian sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis mengenai bentuk penyajian musik rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal.

Jadi peneliti terfokus pada apa yang dilihat, tentunya dengan mengolah apa yang dilihat tersebut menjadi sebuah data yang sistematis sehingga dapat dimengerti khalayak ramai sebagai suatu karya ilmiah.


(40)

3.2

Lokasi dan Sasaran Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Kendal yang mana disitu grup musik rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal yang beralamat di komplek Islamic Centre jalan raya barat Kabupaten Kendal.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana bentuk penyajian musik rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer dan data sekunder untuk keeprluan penelitian. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan melalui objek. Data sekunder adalah data yang sudah jadi yaitu publikasi (Supranto, 1997:6). Teknik pengumpulan data dilaksanakan untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan terandalkan yang bertujuan untuk menciptakan hasil-hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data adalah : 3.2.1.1Observasi

Menurut Arikunto (1993 : 123) metode observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi dapat dilakukan dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Dalam penelitian observasi dapat juga dilakukan dengan angket, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar (Sutopo, 2002:64).


(41)

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang nampak pada objek atau sasaran penelitian (Rahman, 1953:71).

Observasi dapat dilakukan baik secara langsung atau tidak langsung. Observasi langsung dapat dilakukan dengan mengambil peran atau tak mengambil peran. Menurut Spadley 1980 (dalam Sutopo, 1996 : 59) menjelaskan bahwa peran dalam observasi dapat dibagi menjadi 1) tak berperan sama sekali, 2) berperan pasif, 3) berperan aktif, 4) berperan penuh dalam artian peneliti benar-benar menajdi warga anggota kelompok yang diteliti.

Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, artinya peneliti tidak terlibat dalam situasi yang sedang diamati, dengan kata lain peneliti tidak berinteraksi atau mempengaruhi obyek yang diamati.

3.2.1.2Wawancara

Dalam dunia penelitian wawancara didefinisikan sebagai hal yang sangat penting dalam pengumpulan data, untuk menemukan apa yang ada dalam pikiran orang yang diwawancarai, apa yang dipikirkannya, dan apa yang dirasakan (Sigit, 1999 : 159).

Jenis-jenis wawancara menurut Gaba dan Lincoln (dalam Sumaryanto, 2000:137-139) meliputi : a) wawancara oleh tim panel; b) wawancara tertutup dan wawancara terbuka; c) wawancara riwayat secara lisan dan wawancara struktur dan tak terstruktur. Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara terbuka yaitu pihak yang diwawancarai tahu bahwa dia sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan dari wawancara tersebut.


(42)

Pertanyaan yang digunakan peneliti adalah bentuk pertanyaan yang dapat dikembangkan. Peneliti mempunyai sasaran wawancara adalah kepala sekolah, pelatih rebana serta anggota musik rebana Nurul Fajar Madrasah Aliyah Negeri Kendal. Tujuan wawancara adalah mengumpulkan data berdasarkan pengalaman pribadi dari narasumber.

3.2.1.3Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berhubungan dengan dokumen baik dalam bentuk laporan surat-surat resmi maupun catatan harian dan sebagainya, baik yang ditertibkan maupun yang tidak ditertibkan.

Menurut Moleong (2000 : 161) dokumentasi adalah bahan tertulis atau film lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumentasi digunakan untuk memperluas penelitian, karena adanya alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan dokumentasi adalah pengumpulan data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,notulen, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 1998:236).

Dokumentasi dalam hal ini adalah ebrupa gambar foto dan rekaman wawancara dengan narasumber. Teknik ini dilakukan guna memperoleh data sekunder untuk melengkapi data yang telah diperoleh melalui tehnik observasi dan wawancara. Kemudian hasil dokumentasi ini disusun sedemikian rupa menjadi data primer.


(43)

3.3

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data tersebut Moleong, 1996: 178)

Menurut Sumaryanto (2001:27) triangulasi adalah verifikasi penemuan melalui informasi dari berbagai sumber, menggunakan multi metode dalam menggunakan data dan sering juga digunakan oleh banyak peneliti. Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi data. Triangulasi sumber : mengecek bahwa derajat kepercayaan melalui alat yang berbeda dengan metode yang sama. Triangulasi data : memanfaatkan pengamatan untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

3.3.1 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola-pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data (Moeloeng, 2000: 203).

Pengolahan dan analisis data adalah proses penyusunan, pengaturan dan pengolahan data agar dapat digunakan untuk membenarkan atau menyalahkan hipotesis tersebut. Dengan mengolah dimaksudkan pengubahan data kasar menjadi data yang lebih halus, lebih bermakna, sedangkan analisis dimaksudkan


(44)

untuk mengkaji data dalam hubungannya dengan keperluan pengujian hipotesis penelitian (Sudjana, 1999:76).

Dalam pengolahan data peneliti melalui beberapa tahapan. Adapun langkah-langkah analisis data menurut Miller dan Huberman terjemahan Rohidi (1993:10) adalah :

3.3.1.1Reduksi Data : adalah proses seleksi, emilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan penggambaran (dari data kasar) yang muncul dari catatan tertulis dilapangan.

3.3.1.2Sajian Data : kumpulan informasi yang tersusun untuk memebrikan kemungkinan adanya pengambilan tindakan dan penarikan kesimpulan analisis yang sahih hanya dapat diperoleh melalui penyaian data yang baik.

3.4

Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan setelah data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara serta dokumentasi telah direduksi dan diklarifikasi serta diinterpresentasikan secara sistematis.

Gambar 1 : Bagan Sirkulasi Analisis data Kualitatif Miller dan Huberman, terjemahan Rohidi (1993: 10)

Pengumpulan

Data Penyajian data

Reduksi data Kesimpulan-Kesimpulan : Penarikan / verifikasi


(45)

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dipahami. Teknik analisis data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai informan.


(46)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Lokasi

4.1.1 Tinjauan Historis

Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Kendal diawali dengan terbitnya SK Menteri (K.H. Moch Dahlan) No. 14 tahun 1969 tanggal 4 Februari 1969 tentang pengangkatan panitia pendiri sekolah persiapan IAIN Al-Djami’ah di Kendal yang diketuai oleh K.H. Abdul Chamid, sekretaris K. Achmad Slamet dengan susunan pelindung Muspida Kabupaten Kendal. Diikuti dengan SK Menteri Agama (K.H. Moch Dahlan) nomor 153 tahun 1969 tanggal 4 November 1969, tentang perubahan status sekolah persiapan IAIN Kendal menjadi Sekolah Persiapan Negeri IAIN Al-Djami’ah dibawah pembinaan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Melalui SK Menteri Agama (H.A. Mukti Ali) Nomor 38 tahun 1974 tanggal 21 Mei 1974, pembinaan IAIN Al-Djami’ah Kendal dialihkan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kepada IAIN Walisongo Semarang. Sejak tanggal 16 Maret 1978 SPN IAIN Al-Djami’ah Kendal berubah fungsi mnenjadi Madrasah Aliyah Negeri Kendal yang diperkuat dengan turunnya SK Menteri Agama (H.A. Mukti Ali) Nomor 17 tahun 1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja Madrasah Aliyah Negeri.


(47)

MAN Kendal ditetapkan sebagai satu di antara dua Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model (percontohan) di Jawa Tengah selain MAN Magelang berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tanggal 20 Februari 1989 no F.IV/PP.00.6/KEP/17.4/98.

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan

Visi Madrasah Aliyah Negeri Kendal adalah untuk mewujudkan MAN Model yang menghasilkan keluaran yang unggul baik intelektual maupun moral dan terpakai di masyarakat. Misinya, antara lain :

4.1.2.1 Mengajarkan materi pengetahuan agama dan akhlakul karimah. 4.1.2.2 Mengajarkan materi pengetahuan umum IPA, IPS, dan Bahasa.

4.1.2.3 Mengajarkan ketrampilan yang dapat menciptakan lapangan kerja sendiri di masyarakat.

4.1.2.4 Memberikan pengetahuan yang mempunyai daya saing tinggi di bursa tenaga kerja di dalam atau di luar negeri.

Sedangkan tujuannya adalah :

4.1.2.5 Menghasilkan output yang memiliki akhlak mahmudah, berilmu, beriman dan ikhlas.

4.1.2.6 Mengupayakan peserta didik yang memiliki tingkat keberhasilan ilmiah yang tinggi baik regional maupun nasional.

4.1.2.7 Menumbuh kembangkan secara optimal bakat dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik.

4.1.2.8 Menjadikan pusat keunggulan sehingga tercipta persaingan yang sehat dan mandiri.


(48)

4.1.3 Letak Geografis

Madrasah Aliyah Negeri Kendal merupakan satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang ada di kabupaten Kendal. Letak Madrasah ini di jalan Raya Barat yang saat ini beralih nama menjadi Jl. Soekarno Hatta Kelurahan Bugangin Kecamatan Kota Kendal, Kabupaten Kendal. Lokasinya terbagi menjadi dua bagian, utara dan selatan, dipisahkan oleh perumahan penduduk dan persawahan sepanjang lebih kuran 250 meter, dengan luas tanah MAN Kendal selatan kurang lebih 5.443 m² (hak milik) dan MAN Kendal utara kurang lebih 10.500 m² (hak guna bangunan).

Dapat dikatakan untuk letak geografis MAN Kendal strategis, yaitu mudah dijangkau dengan transportasi, selain itu terletak di lingkungan kompleks Pendidikan Islamic Center. Dengan keadaan sosial ekonomi penduduk sekitar adalah petani agraris, sehingga kesederhanaan dan motivasi agama mendukung kemandirian Madrasah.

Adapun lokasi MAN Kendal berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut :

4.1.3.1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sukolilan dan Bangunharjo. 4.1.3.2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jetis.

4.1.3.3 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Langenharjo. 4.1.3.4 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Jambearum.


(49)

4.1.4 Struktur Organisasi

Organisasi sangat penting dan sangat berperan demi suksesnya program-program kegiatan pada suatu sekolah. Hal ini agar satu program-program dengan program-program yang lain tidak berbenturan dan agar lebih terarah tugas dari masing-masing personal pelaksana pendidikan. Selain itu organisasi diperlukan dengan tujuan agar terjadi pembagian tugas yang seimbang dan obyektif, yaitu memberikan tugas sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing orang.

Stuktur organisasi sekolah merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam suatu sekolah. Lebih-lebih dari segi pelaksanaan kegiatan sekolah dalam rangka pencapaian tujuan, stuktur organisasi hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan suatu sekolah.

Dengan demikian stuktur organisasi yang dimiliki sekolah mempunyai bentuk yang beranekaragam, seperti di Madrasah Aliyah Negeri Kendal, jabatan tertinggi di tangan Kepala Sekolah.


(50)

STRUKTUR ORGANISASI MAN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010-2011 Berdasarkan SE Dirjen Lembaga Islam

No.E.IV/PP.006/ED/1381/10 tanggal 29 Agustus 2010

Keterangan :

Garis komando Garis konsultas

Kep. Tata Usaha H. Chusaini, BA

Koordinator BP Dra. Hj. Lailati

Kodis Perpus Drs. Tri Parmudi, S.Pd

Wali Kelas GURU SISWA Wkmd.Kesis Drs.Pujianto Wkmd. Kur Drs. Edi Sujanto Wkmd.SarPras H.A.Aziz Setyadi BA Wkmd. Humas AH.Machrus,S.P d Wkmd.P.Ketrm p Dra Meini L Komite Drs. Sofian Kepala Madrasah Drs. H.Kasnawi.M HUM Kor Dewan Pendidik


(51)

4.1.5 Keadaan Guru, Siswa Dan Karyawan

Guru, siswa dan karyawan merupakan komponen dari sekolah yang tidak bisa dipisahkan dan saling bekerjasama. Komponen-komponen ini secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil dari proses belajar mengajar. Adapun keadaan Guru, siswa dan karyawan dari Madrasah Aliyah Negeri Kendal adalah sebagai berikut.

4.1.5.1 Guru

Guru adalah salah satu faktor penentu dari belajar mengajar. Tugas guru saat ini adalah sebagai fasilitator dari siswa. Tugas guru bukan hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepada siswa, akan tetapi juga bertugas memberikan bimbingan yang diperlukan oleh para siswa. Untuk lebih jelasnya jumlah guru di MAN Kendal sebagai berikut.

1) Jumlah guru terdiri dari : PNS 73 orang, guru tidak tetap 13 orang,guru bantu. 2) Jumlah guru tersebut dengan jumlah kelompok belajar masih jauh dari yang

dibutuhkan, terlebih guru BK, Bahasa Indonesis dan ekonomi

3) Jumlah guru mata pelajaran masih kurang, sehingga ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu.

4.1.5.2 Siswa

Siswa merupakan komponen pendidikan yang sangat penting, kreatifitas pendidikan terfokus pada kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu kajian tentang perkembangan siswa mutlak harus dilakukan suatu lembaga pendidikan. Adapun kondisi siwa di MAN Kendal, dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang terdaftar pada tahun 2010-2011 sebanyak 709 siswa, terdiri dari


(52)

351 siswa dari SLTP dan 358 siswa dari MTs. Sedangkan siswa lulus seleksi dan diterima sebanyak 432 siswa dengan perincian sebagai berikut :

Asal Sekolah L P Jumlah

MTs SLTP

81 91

140 114

221 205

Jumlah 172 254 426

Dari keterangan diatas dapat di ketahui bahwa jumlah keseluruhan siswa adalah 1224 yang terdiri dari 537 siswa putra dan 687 siswi putrid, dengan pembagian kelas sebagai berikut : Kelas I sebanyak 426 siswa terbagi menjadi 9 lokal, Kelas II sebanyak 403 siswa terbagi menjadi 9 lokal (IPA 4 lokal, IPS 4 lokal, dan bahasa 1 lokal), Kelas III sebanyak 396 siswa terbagi menjadi 9 lokal (IPA 4 lokal, IPS 4 lokal, dan bahasa 1 lokal).

Kegiatan belajar mengajar di MAN Kendal dilaksanakan pada pagi hari dari jam 00.70 s/d 13.30 dan sore hari jam 14.00 s/d 17.30, (khusus untuk siswa yang ikut pendidikan keterampilan workshop)

4.1.5.3Karyawan

Karyawan merupakan salah satu komponen yang juga menentukan sukses dan tidaknya program suatu sekolah. Jumlah kaaryawan MAN Kendal sebagai berikut :

1) Jumlah pegawai tata usaha terdiri dari 11 orang PNS dan 12 orang pegawai tidak tetap.

2) Mengingat kondisi MAN Kendal ada 2 lokasi, maka dari jumlah tersebut operasionalnya masih kurang.


(53)

4.1.6 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang di maksud adalah segala sesuatu yang dapat membantu dan menunjang pelaksanaan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sarana prasarana yang dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan terdiri dari fasilitas tanah, gedung, perangkat kerja serta sarana fisik lain. Tanah yang ditempati MAN Kendal adalah +15.993 m2 yang terdiri dari +5.493 m2 (hak milik) area MAN Kendal Selatan dan + 10.500 m2 (hak guna bangunan) untuk area MAN Kendal Utara. Untuk selanjutnya dapat dilohat pada tabel berikut :

SARANA DAN PRASARANA DI MAN KENDAL

No Nama/Macam Barang Jumlah Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Ruang kegiatan belajar Perpustakaan Laboratorium IPA Laboratorium Bahasa Ruang komputer Gudang Workshop PSBB Musholla Ruang BP Ruang pembayaran 27 lokkal 2 lokal 2 lokal 2 lokal 1 lokal 2 lokal 4 lokal 1 unit 3 lokal 2 lokal 1 lokal

@ 9 x 8 m2

13 x 8 m dan 9 x 8 m2 @ 12 x 8 m2

9 x 8 m dan 13 x 8 m2 13 x 8 m2

@ 5 x 8 m2 @12 x 8 m2 2 lantai @ 3 x 5 m2 @ 3 x 4 m2 4 x 9 m2


(54)

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Ruang UKS Ruang toilet/WC Ruang OSIS Ruang kantor guru

Ruang kantor TU / Kepala Kursi siswa Meja siswa Kursi guru Meja guru Kursi TU Meja TU Ruang kesenian 2 lokal 22 lokal 1 lokal 2 lokal 1 lokal 1.272 buah 636 buah 98 buah 98 buah 20 buah 20 buah 1 lokal

@ 3 x 4 m2 @ 2 x 2 m2 6 x 4 m2

15 x 8 m dan 15 x 9 m2 13 x 8 m2

6

x 4 m2

4.1.7 Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal 4.1.7.1 Seni Rebana

Rebana merupakan alat musik perkusi termasuk membranofon, disebut juga juga rebab, redap, kompangan atau gendangan rebana. Bentuk dan ukuran rebana bermacam-macam. Bingkai rebana dibuat dari kayu berbentuk lingkaran dengan diameter 20 cm hingga 30 cm atau bias lebih. Satu sisi di tutupi dengan kulit kambing yang telah diletakan (dipaku) pada bagian pinggir bingkainya. Ada pula jenis rebana yang diberi kepingan-kepingan logam dibingkainya sehingga berbunyi gemerincing (Ensikopedia Musik Indonesia, 1986:48). Pengertian tersebut tidak berbeda dengan pengertian yang dipahami oleh para siswa siswi MAN Kendal.


(55)

Rebana biasanya di fungsikan untuk mengiringi shalawatan, yaitu satu ungkapan yang penuh dengan nuansa-nuasa sastra yang berisi puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW, umumnya dilagukan (dinyanyikan) dengan ritmis. Menurut kamus bahasa Arab, shalawat berasal dari kata ashalawat yang merupakan bentuk jamak dari kata ashalat yang artinya do’a sembahyang (Yunus,1973:221). Shalawat atau sering disebut terbangan merupakan ungkapan seni vocal dan instrumental yang diwariskan secara tradisional, dan diduga telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, syair-syair shalawatan bersumber dari riwayat hidup Nabi dalam bentuk nyanyian yang diiringi oleh musik instrumental bersifat ritmis (Ensiklopedia Musik Indonesia, 1986: 68). Adapun cerita atau teks biasanya bersumber pada kitab Maulid. Kata “mailed” berarti waktu atau saat kelahiran, yaitu peristiwa yang meriwayatkan seputar kelahiran Nabi Muhammad SAW, baik pada diri pribadi maupun keluarga Nabi yang terjadi di Mekah, Medinah atau tempat lainya. Kisah Maulid sendiri pada dasarnya berisi tentang riwayat Nabi Muhammad SAW dari lahir hingga wafatnya.

4.2

Bentuk Penyajian Kesenian Rebana

Pemaparan yang dimaksud mencakup peralatan rebana di bedakan menjadi dua, yaitu musikalisasi dan struktur penyajian.

4.2.1 Musikalitas Seni Rebana

Musikalitas yang dimaksudkan mencakup peralatan, warna suara dan volume, serta syair lagu.


(56)

4.2.2 Alat Musik

Seperti halnya jenis musik yang lain, seni rebana Nurul Fajar di MAN Kendal juga menggunakan peralatan. Alat yang digunakan termasuk jenis instrument musik perkusi (musik yang teknik permainannya dilakukan dengan cara dipukul)

Adapun peralatannya adalah terbang yang terdiri atas tiga jenis, yaitu :

terbang genjring, ketiplak kenthing, dan sandhungan jidur.

Pertama, Terbang Genjring merupakan alat yang terbuat dari kayu berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 30 cm, salah satu sisinya ditutup dengan kulit kambing dan dipinggirnya diberi kepingan logam. Terbang genjring yang digunakan telapak tangan, dan masing-masing terbang dipukul dengan saling mengisi.


(57)

Gambar 1 : Terbang Genjring (Foto : Viktor, 22 April 2011)

Kedua, Terbang Ketipak Kenthing adalah jenis instrument terbang yang terbuat dari kayu berbentuk lingkakran dan salah satu sisinya ditutup dengan kulit kambing. Instrument ini terdiri dari 3, buah yang masing-masing berdiameter 25 cm, 26 cm, dan 27 cm. cara memainkannya dengan dipukul menggunakan telapak tangan atau memakai alat yang terbuat dari bamboo berbentuk lidi.


(58)

Gambar 2 : Ketiplak Kenthing (Foto : Viktor, 24 April 2011)

Ketiga, Sandhungan Jidur merupakan instrument sejenis terbang, yang terdiri dari 2 buah, yaitu dengan ukuran diameter kurang lebih 45 cm dan diametr kurang lebih 60 cm. instrument ini berfungsi sebagai pembawa irama atau dalam gamelan Jawa disebut gong. Cara memainkanya yaitu dengan menggunakan alat pemukul yang terbuat dari kayu.


(59)

Gambar 3 : Sandhungan Jidur (Foto : Viktor, 22 April 2011)

4.2.3 Warna Suara dan Volume

Warna suara (timbre) seni rebana di MAN Kendal memiliki 4 macam, yaitu “tak”, “jring”, “dung”, “dong”. Instrument terbang genjring dapat menghsilkan bunyi “jring” dengan cara menggetarkan atau memukulkan pada tangan yang lainnya, dan bunyi “dung” dengan cara memukul dengan posisi jari-jari tangan rapat atau dengan menggunakan alat pemukul dari bamboo kecil yang ujungnya diberi karet. Terbang kethiplak kenthing menghasilkan bunyi “tak” dihasilkan dari dengan caara memukul dengan telapak tangan dan jari-jari agak merenggang. Bunyi “dong” dihasilkan oleh rebana sandhungan jidur dengan cara memukulkan alat pemukul dari kayu.

Pada dasarnya setiap jenis instrument terbang memiliki pola ritme sendiri-sendiri, dan setiap ritme tersebut diulang-ulang hingga membentuk suara


(60)

bunyi yang saling mengisi secara harmonis. Volume suara (penyanyi maupun instrument) pada umumnya tetap (monotone, ajeg), artinya tidak pernah keras

(crescendo) atau lembut sekali (decressendo). Demikian pula dengan temponya,

yaitu selalu konstan atau ajeg, sangat jarang dengan tempo lambat maupun tempo cepat. Lagu maupun instrument yang dimainkan biasanya bersukat 4/4.

4.2.4 Syair dan lagu

Syair dan lagu dalam seni (musik) rebana merupakan musik utama, tetapi bukan berarti sumber penunjang yang lain tidak penting. Syair dilagukan dengan peralatan oral atau suara, baik dengan iringan maupun tanpa iringan terbangan.

Syair-syair lagu rebana sebagian besar berisi sanjungan-sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari peristiwa kelahiran sampai Nabi wafat. Sebagian dari syair dan lagu berupa dakwah Islam, yaitu seruan dan ajakan kepada setiap orang agar selalu ingat kepada Allah SWT. Misalnya lagu-lagu yang berjudul Makhal Qoim, An Nabi, Shalawat Badar, Ahlan wa Sahlan, dan Al Madad.

Sumber syair yang dinyanyikan oleh rebana Nurul Fajar bersumber dari kitab Simtuth Dluror, yang berarti untaian mutiara. Kitab ini merupakan kisah Maulid Nabi besar Muhammad SAW yang dikarang oleh Habib Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husein, dan Al-Habsyi. Namun syair-syair lagu tersebut tetap bernuansa Islam yang berlandaskan pada dalil Al-Quran dan Hadits. Selain itu, agar penampilan grup seni rebana Nurul Fajar dapat menyesuaikan dengan acara keperluan atau hajatyang sedang dilaksanakan, maka syair-syair yabg disajikan biasanya juga disesuaikan dengan keperluannya.


(61)

Berikut ini adalah contoh syair lagu yang berisi sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW yang biasanya dinyanyikan untuk menyambut kedatangan pengantin, orang yang dihormati, dan atau untunk keperluan perhormatan lainnya.

Ya Nabi salam ‘alaika Ya Rasul salam ‘alaika

Yaa Habib salam ‘alaika Shalawattullah ‘alaika

As roqol badru ‘alaika Fakhtafat minhul buduuru

Mitsla husnik maa roaina Qoththu yaa wajhas suruuri

Anta syamsun anta badrun Anta nuurun fauqa nuuri

Anta Iksiiru wagholi Anta mishbaa hus-shuduuri

Ya habiibi ya Muhammad Ya ‘aruusal kho fiqoini

Ya Muayyad yaa mumajjad Ya imaamal Qiblalaini

(kaset An Nabi,vol. 1 Th 1999, Pusaka Record) Terjemahanya :

Ya Nabi, salam untukmu, Ya Rasul, Kedamaian bagi Mu Wahai kekasih Allah, salam atasmu, shalawat Allah atasmu Bulan purnama sempurna telah tampak bagi kita

Beringsutlah pernama-purnama yang lain

Keindahanmu tidak tertandingi, wahai yang senantiasa berseri Engkaulah matahari, Engkaulah pernama sempurna Engkaulah Nur Yang mengungguli semua cahaya Engkaulah Sang penawar, Engkaulah pelita hati Wahai kekasihku, Wahai Muhammad

Wahai penghias langit dan bumi

Wahai Sang penolong, wahai yang dimuliakan Wahai Imam dua kiblat, Imam di dunia dan akhirat.


(62)

Syair pujian tersebut terjadi ketika Nabi Muhammad diperintah Allah untuk berhijrah ke Madinah. Setelah kabar tersebut sampai ke Madinah, maka pada hari menjelang kehadiran Nabi penduduk, khususnya kaum Anshor berbondong-bondong ke perbatasan kota dengan maksud menyambut kedatangan Rasulullah dengan mengucapkan syair puji-pujian kepada Rasulullah.

Dalam setiap pementasannya kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal mempunyai bentuk penyajian sebagai berikut :

1) Persiapan

Persiapan pementasan meliputi penataan tempat atau pang-gung,penjelasan dari pemimpin, pemakaian busana dan tata rias.

2) Pembukaan

Pembukaan terdiri atas penyampaian isi atau maksud pementasan dan diteruskan dengan lagu sholawatan.

3) Permainan

Bagian ini merupakan inti dari pementasan kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal pada puncak acara.

4) Penutup

Kuntulan IV dengan iringan lagu Pamitan,bagian pementasan yang menampilkan gerak tari yang bersama dengan ragam gerak itu, karena lagu tersebut sebagai pengiringnya. Lebih jelasnya uraian gerak tari kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal beserta dokumentasinya sebagai berikut : Ragam Kuntulan pertama, Jalan masuk,tangan kiri.

ukel lurus depan maju kaki kanan, ukel tangan kanan Lurus depan,


(63)

Gambar 4. Gerak Kuntulan Pertama (Foto : Viktor 24 April 2011)

Ragam Potong atau Gondang-gandung Penari depan jongkok ,ukel

tangan kanan, maju kaki kanan, tangan kiri trap pinggang, penari belakang berdiri ukel tangan kiri, maju kaki kiri, tangan kanan trap pinggang, dilakukan bergantian arah hadap depan belakang.


(64)

(Foto : Viktor,24 April 2011)

Ragam Kuntulan kedua tangan kanan ukel trap kepala, tangan kiri lambaian, sedangkan kaki kanan diangkat untuk meloncat dilakukan bergantian.

Gambar 6. Ragam Gerak Kuntulan kedua (Foto : Viktor, 24 April 2011)

Ragam Kuntulan Ketiga tangan kanan ngrayug diatas bahu, tangan kiri

ukel, kaki kanan melangkah ke depan sedangkan kaki kiri bergerak ke


(65)

Gambar 7. Ragam Gerak Kuntulan ketiga (Foto : Viktor,24 April 2011)

Ragam Kuntulan Keempat tangan kanan dan kiri mengepal di depan dada, kaki kanan dan kiri jalan di tempat berputar, dilakukan bergantian.

Gambar 8. Gerak Kuntulan keempat (Foto : Viktor,24 April 2011)


(66)

4.2.5 Gerak

Ragam gerak pindahan dari gerak yang ada dalam kesenian Rebana Nurul Fajar bentuknya sangat sederhana seperti halnya bentuk tari-tari kerakyatan pada umumnya selain bentuk gerak yang sangat sederhana, gerak tari dalam kesenian ini selalu diulang-ulang mengingat ragam tarinya sangat sedikit. Ragam geraknya mendapat pengaruh dari gerak-gerak tari klasik yang telah ada, antara lain bentuk gerak ukel,gejlug dan seblak sampur.Walaupun dalam melakukan gerak-gerak tersebut sangat sederhana tidak berpola seperti halnya tari klasik jawa.Hal ini terlihat jelas dalam melakukan gerak tangan tidak jelas bentuk yang dikehendaki, misalnya bentuk kapang-kapang,ngithing, atau ngepel. Ragam-ragam gerak tari yang ada dalam kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal banyak menggunakan tekanan atau kekuatan tangan dan kaki.Ragam gerak tarinya terdiri dari lima macam gerak sesuai dengan jumlah tari yang dibawakan. Setiap ragam gerak merupakan satu bentuk isian gerak terhadap satu lagu atau tembang yang dibawakan oleh penyanyi (vokalis) baik tunggal atau bersama-sama dengan pengiringnya. Panjang pendeknya lagu yang mengiringi dan setiap lagu dibawakan dua kali. Setiap ragam gerak mempunyai pola hitung satu sampai delapan ketukan, tanpa adanyagerak sendi atau penghubung. Pada awalnya, seperti halnya tari kerakyatan yang lain bentuk atau ragam gerak tari dalam kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal tidak mempunyai nama.Namun pada perkembangannya, untuk memudahkan didalam latihan ragam gerak tersebut diberi nama ragam kuntulan, ragam potong atau gondang-gandung. Ragam


(67)

diilhami dari gerak serta wana burung kuntul. Sedang gerak potong atau gondang-gandung mempunyai maksud saling mengisi.

4.2.6 Tata Busana

Busana yang dipergunakan dalam kesenian Rebana Nurul Fajar meliputi busana untuk penari putera, busana pengiring musik putera, dan busana untuk pengiring putri. Seperti halnya kesenian kerakyatan yang berna-faskan Islam, busana yang dipakai didominasi oleh warna putih dan hitam (gelap).

4.2.6.1 Busana yang dipergunakan oleh penari meliputi :

Topi, bentuknya seperti topi yang dipergunakan oleh Polisi dengan warna hijau, Baju lengan pendek berwarna coklat, Celana berwarna biru tua, Selampang berwarna hijau dan putih yang dipakai melilit leher pemain, Kaos kaki berwarna putih.

Gambar 9 : Busana Penari (Foto : Viktor,24 April 2011)


(68)

4.2.6.2 Busana yang dipergunakan oleh pengiring putera meliputi :

Topi berbentuk kerucut warna kuning, Baju lengan panjang berwarna biru, Celana panjang berwarna biru, memakai selendang berwarna merah.

Gambar 10 : Penampilan Grup Rebana Nurul Fajar MAN Kendal (Foto : Dokumentasi MAN Kendal, 12 Maret 2010)

4.2.6.3 Busana yang dipergunakan oleh pengiring wanita, terdiri dari : Kerudung berwarna biru, Baju kebaya berwarna biru muda, jarik warna oranye, dan selendang berwarna merah.

4.2.7 Tata Rias

Dalam kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal, tata rias tidak diutamakan sehingga dalam pementasannya lebih banyak yang polos tanpa make up. Pemakaian tata rias atau make up hanya dilakukan untuk pementasan dalam festival (Kesenian Rakyat).

Tata rias yang digunakan adalah tata rias cantik atau bagus tanda adanya rias untuk karakter atau penokohan. Pemain yang menggunakan rias hanya penari. Perlengakapan rias yang dipergunakan antara lain : Pembersih wajah, Alas bedak


(69)

dan bedak, Pemerah pipi, Pemulas mata, Lipstik, Pensil alis, Peralatan pembantu, Perlengkapan tata rias tersebut dapat berubah menyesuaikan perkembangan teknologi kosmetika dan kemampuan kelompok atau pendukung kesenian tersebut.

4.2.8 Pola Lantai

Pola lantai atau penempatan posisi penari pada kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal sangat sederhana. Pola lantai yang dibentuk oleh penari selalu tetap sesuai dengan jumlah penari dan cenderung berbentuk segi empat atau persegi panjang. Dari pola lantai tersebut dikombinasikan dengan gerak maju mundur, atau pergantian level rendah, sedang,dan tinggi.

4.2.9 Waktu Pementasan

Pementasan kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal tidak terikat pada waktu-waktu tertentu. Pementasan dapat dilakukan siang atau malam hari sesuai dengan permintaan dari pihak pengundang. Walaupun demikian seperti halnya dengan seni pertunjukan yang lain, pementasan lebih sering diadakan pada malam hari. Hal ini untuk menghindari sinar matahari yang dapat mengaburkan warna busana dan tata rias. Persiapan yang dibutuhkan untuk rias dan busana kurang lebih 2 jam sedangkan pementasan memerlukan waktu 5 jam. Persiapan pentas dimulai pukul 19.00 WIB dan diteruskan pementasan pada pukul 21.00 WIB sampai dengan 01.00 WIB.


(1)

70

DAFTAR PUSTAKA

Abu Syuhbah, Dr. M. M. Kutubus Sittah, diterjemahkan oleh Ahmad Ustman, Surabaya: Pustaka Progresif, cetakan pertama, April 1993.

Al-Bahdadi, Abdurrohman, Seni dalam Pandangan Islam: Seni Vokal, Musik dan Tari, Jakarta: Gema Insani Press, Cetakan ertama, November 1991.

Al-Ghazali, Kimis Kebahagiaan, diterjemahkan oleh Haidar Bagir, Bandung: Mizan, Cetakan Kelima, September 1986.

Al-Ghazali, Syikh Muhammad, Studi Kritis Atas Hadits Nabi SAW: Antara Pemahaman Tekstual dan Kontekstual, diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir, Bandung: Mizan, Cetakan Pertama, Oktober 1991.

Al-Hikmah: Jurnal Studi-studi Islam No. 1, Bandung: Yayasan Muthahhari Untuk Pencerahan Pemikiran Islam, Maret – Juni 1990.

Al-Jazairi, Abi Bakr Jabir, Haramkah Musik dan Lagu?, diterjemahkan oleh Awfal Ahdi, Jakarta: CV. Cakrawala Persada, Cetakan pertama, Maret 1992.

Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Armahadi Mahzar, Islam Masa Depan, Bandung: Pustaka, Cetakan Pertama, 1993.

Bagus Susetyo. 2005. “Perubahan Musik Rebana Menjadi Kasidah Modern di Semarang Sebagai Suatu Proses Delkulturasi Dalam Musik Indonesia” dalam Harmonia Vol. 6 No. 2 / Mei-Agustus 2005 : Sendratasik Unnes. Baines Anthony, 1977. Wood Wind Instrument and Their history, Faber

paperbacks.

Baker, J.W.M., Agama Asli Indonesia (Pro-Maniscripto), Yogyakarta: S.T, Pradywidya – Yogyakarta, 1976.

Barmawi Umari, Drs., Sistematik Tasawwuf, Solo CV. Ramadhani, Oktober 1990. Bastomi, Suwaji, 1992. Apresiasi Kesenian Tradisional. Semarang. Semarang

Press.

Dawam Rahardjo, M., Presepsi Gerakan Islam Terhadap Kebudayaan, di dalam Alfian (ed.), Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan, Jakarta: Gramedia, 1995.


(2)

Djamil Soeherman dan Muhamamd Diponegoro, Kabar Dari Langit, Bandung: pustaka, Cetakan pertamam 1998.

Djoko Suryo, et al., Gaya Hidup Masyarakat Jawadi Pedesaan: Pola Kehidupan Sosial – Ekonomi dan Budaya, Yogyakarta: Proyek Penelitian dan pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), 1985.

Edi Sedyawati dan Sal Murgianto, “Dakwah Islam Dalam Tontonan”, Nafas Islam: Kebudayaan Indonesia, Jakarta-Indonesia, Festival Istiqlal, 1991. Endang Syaifudin Ansharim H.,M.A., Agama dan Kebudayaan, Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1980.

Ensiklopedia Musik Indonesia Jilid I, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, cetakan Kedua.,1929.

Fazlur Rahman. Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam, diterjemahkan dari beberapa artikel berbahasa Ingrris karangan Fazlur Rahman oleh Yustiono dan Edy Sutrisno, Bandung, Pustaka, Cetakan Pertama, 1998. HAMKA, Prof. Dr., Sejarah Umat Islam Jilid II, Jakarta: Bulan Bintang, Cetakan

kedua, 1976.

Hart C. Michael. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh, diterjemahkan oleh Mahbub Junaedi, jakarta: Pustaka Jaya, Cetakan keempatbelas, 1992. Israr, Sejarah Kesenian Islam Jilid I, Jakarta: Bulan Bintang, cetakan Pertama,

1978.

Jamalus. 1988. Pengajaran Seni Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Joseph, W. 2001. Teori Musik Dasar. Semarang. Jurusan Sendratasik, FBS UNNES.

Kuntowijoyo. Tema Islam dalam Pertunjukan Rakyat Jawa: Kajian Aspek Sosial, Keagamaan dan Kesenian, Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), 1986.

Latifah Koodijat, 1983. Istilah-istilah Musik. Jakarta. Jambatan

Ling, Martin, Wali Sufi Abad XX, diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M, Bandung: Mizan, Cetakan Kedua, 1991.

Loren Bagus, Metafisika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cetakan Pertama, 1991.

Madchan Anies, Drs., Peringatan Maulid Nabi Muhamamd SAW dan terjemahan Al-Barzanji, Yogyakarta: Balai Ilmu, Cetakan Pertama, 1983


(3)

72

Mahmud Ahmad AL-Hifni, Dr, Musik di dalam Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan, Komisi Mesir untuk UNESCO, diterjemahkan oleh Ahmad Tafsir, Bandung: Pustaka, Cetakan Pertama, 1986.

Miller, Hugh M 2001. Apresiasi Musik. Yogyakarta. Yayasan Lentera Budaya. Moleong, J. Lexy. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud

Nasr, Seyyed Hossein, Spiritualitas dan Seni Islam, diterjemahkan Drs. Sutejo, Bandung: Mizan, Cetakan Pertama, 1993.

Nasution, 1996. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nicholson, Reynold, Jalaluddin Rumi: Ajaran dan Pengalaman Sufi,

diterjemahkan Drs Sutejo, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Noor, Matwadam, Drs. M., Lintasan Kebudayaan Sejarah Islam, Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1987.

Parto, S. 1996. Seni Musik Barat dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, cetakan Kelima, 1976

Prier. S.J. Edmund. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi. _______.1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

_______.1993. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. _______.2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Ganes Exsact.

Bandung.

Quraish Shihab, Dr. M, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1993.

Sunarto. 1994. “Studi Shalawat Diba’an di Dusun Watukarung I, Kelurahan Margoagung Kabupaten Sleman, Yogyakarta Dalam Kontek Adanya Pengaruh Idiom Persia”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Seni Pertunjukan.ISI Indonesia.

Syahrul Syah Sinaga. 2006. “Fungsi dan Ciri Khas Kesenian Rebana di Pantura Jawa Tengah” dalam Harmonia Vol. VII No. 3 / September-Desember 2006: Sendratasik Unnes.

Widjojo, R. 1941. Serat Menak. Batavia: Balai Pustaka.


(4)

73

INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pedoman Observasi

1. Keadaan lokasi Madrasah Aliyah Negeri Kendal

a. Keadaan Fisik yang meliputi kondisi fisik MAN Kendal.

b. Keadaan non Fisik : Aktivitas siswa dengan lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.

2. Proses kegiatan Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal, meliputi : a. Aktivitas siswa dalam Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal. b. Aktivitas guru dalam Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal.

B. Pedoman Wawancara

1. Wawancara dengan Kepala Sekolah Hal yang diwawancarakan :

a. Sejarah berdirinya MAN Kendal b. Visi Misi dan Tujuan MAN Kendal. c. Letak Geografis MAN Kendal d. Struktur Organisasi MAN Kendal

e. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan MAN Kendal. f. Sarana prasarana.

2. Wawancara dengan Guru / Pelatih Hal yang diwawancarakan :


(5)

74

b. Jumlah siswa yang ikut kegiatan Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal.

c. Pengelolaan Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal. d. Pementasan Grup Seni Rebana Nurul Fajar MAN Kendal.

3. Wawancara dengan anggota kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal Hal yang diwawancarakan :

a. Peran mereka dalam melestarikan kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal.

b. Apa yang di dapat dengan mengikuti kesenian Rebana Nurul Fajar MAN Kendal.


(6)

DAFTAR NAMA INFORMAN

1. Nama : Drs. H. Kasnawi, M.Ag

Umur : 45 Tahun

Jabatan : Kepala Sekolah 2. Nama : Ahmad Khatib, S.Ag

Umur : 42 Tahun

Status : Guru / Pelatih

3. Nama : Winarsih

Umur : 16 Tahun

Kelas : X

Status : Penari

4. Nama : Kustini

Umur : 16 Tahun

Kelas : X

Status : Penari

5. Nama : Komid

Umur : 16 Tahun

Kelas : X