Keberdayaan dan Strategi Pelaksanaan Penyuluhan Masyarakat Nelayan Kota Bengkulu

KEBERDAYAAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN
PENYULUHAN MASYARAKAT NELAYAN
KOTA BENGKULU

NOUR FAROZI AGUS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

141

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Keberdayaan dan Strategi
Pelaksanaan Penyuluhan Masyarakat Nelayan Kota Bengkulu” adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, ...... November 2009

Nour Farozi Agus
NIM P.061050041

i
153

ABSTRACT
Nour Farozi Agus, 2009. EMPOWERMENT AND STRATEGY IMPLEMENTATION
OF EXTENSION OF FISHERMEN IN BENGKULU. Supervisory Commision: Ma’mun
Sarma (Chairperson), Pang Asngari and Djoko Susanto (Members)
Development has not yet significantly improved the life of fishermen who have
from generation to generation practiced fishing as their main source of life to support
themselves and their families. The fishermen’s welfare state is still poor and this can be
seen from their low income obtained from catching fish on the sea. The low income has
made them unable to meet various living needs of their own and families. The research
was intended (1) to indentify the capacity level of fishermen in Bengkulu, (2) to analyze
factors that affect the capacity of fishermen in Bengkulu, and (3) to design an extension
for the empowerment of fishermen in Bengkulu. The research result showed that (1) the

ability of Bengkulu fishermen community are still on the low level; (2) internal and
external characteristic of fishermen have significant correlation and effect on capacity of
fishermen, capacity of fishermen have significant correlation and effect on ability of
fishermen; and (3) extension strategy for empowering fishermen community in Bengkulu
should be focused on inerasing of internal characteristic factor. characteristics of
fishermen in terms of their educational level and status affected their capacity. The
hypotheses of the research were proved based on the research results, namely (1) the
empowerment of fishermen in Bengkulu was influenced by their capacity; (2) the
capacity of fishermen was determined by the internal and external characteristics; and (3)
the empowerment of fishermen in Bengkulu was affected by the internal and external
characteristics.
Keywods : empowerment of fishermen, extension implementation, capacity, internal and
external characteristics.

ii
150

RINGKASAN
Nour Farozi Agus, 2009. KEBERDAYAAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN
PENYULUHAN MASYARAKAT NELAYAN KOTA BENGKULU. Komisi

Pembimbing: Ma’mun Sarma (Ketua), Pang S. Asngari dan Djoko Susanto (Anggota).
Pembangunan masih belum mampu meningkatkan secara nyata kehidupan
nelayan yang secara turun temurun telah menjadikan usaha menangkap ikan di laut
sebagai mata pencaharian utama untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.
Keberdayaan masyarakat nelayan masih rendah, hal ini dapat dilihat dari masih
rendahnya kapasitas diri nelayan yang dicirikan dengan rendahnya penghasilan yang
diperoleh dari hasil usaha menangkap ikan di laut, sehingga rendah juga kemampuan
nelayan memenuhi berbagai kebutuhan hidup, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
keluarganya.
Kapasitas diri masyarakat nelayan terlihat dari rendahnya tingkat pengetahuan,
sikap serta keterampilan para nelayan dalam memberikan kontribusi terhadap proses
peningkatan kehidupan sosial ekonomi mereka dan juga peran pemerintah daerah yang
masih kurang dalam memberikan lingkungan usaha yang kondusif bagi masyarakat
nelayan, seperti ketersediaan sarana dan prasarana fisik maupun modal merupakan
penyebab dari berbagai kondisi kehidupan masyarakat nelayan sekarang ini. Dampak dari
semuanya ini adalah rendahnya produksi yang mampu di hasilkan oleh nelayan guna
mencukupi kebutuhan hidup mereka. Dengan kondisi yang demikian menyebabkan
tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan masih jauh dari indikator kesejahteraan atau
dikatakan termasuk golongan masyarakat miskin.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi keberdayaan masyarakat

nelayan Kota Bengkulu; (2) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberdayaan masyarakat nelayan Kota Bengkulu; dan (3) menetapkan strategi
pelaksanaan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat nelayan Kota Bengkulu.
Unit analisis adalah masyarakat nelayan Kota Bengkulu. Ukuran populasi adalah
811 nelayan. Sampel diambil secara proporsional random sampling dari populasi,
ukurannya ditentukan dengan rumus Slovin pada α = 0.05, berjumlah 150 nelayan.
Data utama dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner,
dilanjutkan dengan diskusi fokus grup dan wawancara mendalam terhadap nelayan, dan
para informan, yaitu: pemuka masyarakat, dinas terkait, pengurus kelompok, pengurus
koperasi, dan pengurus organisasi profesi. Pendekatan analisis yang digunakan adalah
deskriptif, secara kuantitatif maupun kualitatif, selanjutnya dilakukan uji statistik
korelasi, regresi, uji beda dan analisis SEM. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keberdayaan masyarakat nelayan Kota
Bengkulu masih tergolong rendah; (2) Karakterisitik internal nelayan memiliki hubungan
dan pengaruh yang nyata terhadap kapasitas diri nelayan, karakteristik eksternal nelayan
memiliki hubungan dan pengaruh yang nyata terhadap kapasitas diri nelayan, dan
kapasitas diri nelayan memiliki hubungan dan pengaruh yang nyata terhadap tingkat
keberdayaan nelayan; dan (3) strategi pelaksanaan penyuluhan dalam pemberdayaan
masyarakat pesisir nelayan Kota Bengkulu diarahkan kepada penguatan faktor


iii148

karakteristik internal dengan melakukan pelaksanaan penyuluhan dengan metode
pembelajaran nonformal.
Kata kunci: Keberdayaan, penyuluhan, kapasitas diri, karakteristik eksternal, dan
karakteristik internal

iv149

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencatumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


v
147

KEBERDAYAAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN
PENYULUHAN MASYARAKAT NELAYAN
KOTA BENGKULU

NOUR FAROZI AGUS

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
vi
156


Penguji pada ujian tertutup: Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Dr. Ir. Basita Ginting. S. MA
Penguji pada ujian terbuka: Dr. Sudirman Saad
Dr. Ir. Arif Satria, M.Si

158

Judul Disertasi

: KEBERDAYAAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN PENYULUHAN MASYARAKAT
NELAYAN KOTA BENGKULU

Nama

: Nour Farozi Agus

NRP


: P. 061050041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec
Ketua

Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota

Prof. (Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM
Anggota

Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc.

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian: 13 November 2009

Tanggal lulus: …………………… 2009

vii
144

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena dengan
rakhmat dan hidayahNya disertasi dengan judul: “KEBERDAYAAN DAN STRATEGI
PELAKSANAAN

PENYULUHAN

MASYARAKAT


NELAYAN

KOTA

BENGKULU” dapat diselesaikan.
Disertasi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan Program Studi Doktor pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan
kepada: Bapak Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS. M.Ec., Bapak Prof. Dr. H. Pang S. Asngari,
dan Bapak Prof. (Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM., yang telah memberikan bimbingan
dan dukungan yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
disertasi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terimaksih kepada responden nelayan serta
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi ini, yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu. Namun secara khusus penulis mengucapkan terimaksih
yang sebesar-besarnya kepada istri penulis Karika Sari Dewi, ananda Roka Pratama, Olga
Dwi Zika dan Rifani Hafidza yang telah banyak berkorban dan berdoa bagi penulis.
Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada Ibunda Hj. Najasiah Arsyik Hawab
yang banyak mendukung dan berdo’a untuk penulis dan almarhum Ayahanda tercinta

Drs. M. Arsyik Hawab yang semasa hidup beliau mengharapkan putranya untuk
memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan, guna penyempurnaan
disertasi ini. Semoga disertasi ini dapat bermanfaat, Amin.
Bogor,

November 2009

Penulis,

Nour Farozi Agus

vii
145

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 23 Agustus 1960 sebagai anak
pertama dari empat bersaudara pasangan bapak Drs. M. Arsyik Hawab dan ibu Hj.
Najasiah. Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas penulis tempuh di
Kota Bengkulu. Sarjana Ekonomi Jurusan Perusahaan lulus pada tahun 1985 dari
Universitas Jayabaya Jakarta. Program Pascasarjana Jurusan Administrasi Negara
diselesaikan pada tahun 2000 di Universitas Brawijaya Malang. Pendidikan Program
Doktor pada Ilmu Penyuluhan Pembangunan mulai pada tahun ajaran 2005 dengan biaya
bea siswa BPPS dari Dikti.
Sejak tahun 1989 sampai sekarang penulis bekerja sebagai dosen Pegawai Negeri
Sipil Diperbantukan (PNSD) Kopertis Wilayah II Palembang dipekerjakan pada Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Bengkulu.

viii
146

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ......
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xi
xii
xiii

PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar belakang …………………………………………………..
Masalah Penelitian …………………………………………….
Tujuan Penelitian ……………………………………………….
Kegunaan Penelitian …………………………………………….
Definisi Istilah …………………………………………………..

1
1
5
6
6
7

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Nelayan ……………………………………………………………..
Penggolongan Nelayan ……………………………………..
Karakteristik Nelayan ………………………………………
Kemiskinan Nelayan ………………………………………..
Pemberdayaan Masyarakat ………………………………………..
Konsep Pemberdayaan …………………………………….
Partisipasi ....................................................................................
Proses Pemberdayaan ..............................................................
Pemberdayaan dan Penyuluhan ...............................................
Pemberdayaan dan Partisipasi …………………………….
Pengembangan Kapasitas
Diri Sumber Daya Manusia Nelayan………………………
Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan ……………
Kelompok Sosial …………………………………………………
Otonomi Daerah Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ……………….
Penyuluhan ………………………………………………………….
Penyuluhan Pembangunan ………………………………….
Ilmu Penyuluhan dan Perubahan Perilaku ……………………
Jasa Penyuluhan Pembangunan ………………………………
Penyuluhan dalam Otonomi Daerah ………………………….
Falsafah Penyuluhan ………………………………………….
Proses Penyuluhan …………………………………………….
Metode Penyuluhan ………………………………………….
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ...................................................
Kerangka Berpikir …….……………………………………………..
Hipotesis Penelitian …………………………………………………

10
10
10
10
11
13
13
17
19
21
22

METODE PENELITIAN ......................................................................................
Disain Penelitian…………………………………………………………..
Populasi dan Sampel …………………………………………………….
Data ………………………………………………………………………..

42
42
43
47

23
25
28
30
31
31
33
34
35
36
38
38
39
39
41

ix
142

Peubah dan Skala …………………………………………………………
Pengumpulan Data ………………………………………………………..
Instrumentasi .............................................................................................
Validitas Instrumen ...................................................................................
Reliabilitas Instrumen ..............................................................................
Analisis Data ..............................................................................................

48
50
51
52
53
55

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 60
Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................................... 60
Deskripsi Keberdayaan Masyarakat Nelayan ............................................. 74
Karakteristik Internal ......................................................................... 74
Karakteristik Eksternal ...................................................................... 77
Faktor yang Berhubungan dan Mempengaruhi Keberdayaan
Masyarakat Nelayan .................................................................................... 113
Faktor yang Berhubungan dengan Keberdayaan Nelayan....................... 114
Faktor yang Mempengaruhi Keberdayaan Nelayan .............................. 115
Dekomposisi Efek Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberdayaan Nelayan ................................................................................ 124
Strategi Pelaksanaan Penyuluhan dalam Pemberdayaan Nelayan ............. 126
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 131
Kesimpulan .................................................................................................. 131
Saran ............................................................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

133

LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 141

x
143

DAFTAR TABEL
No.

Judul

Halaman

1. Jumlah populasi nelayan ..........................................................................

45

2. Jumlah sampel pada masing-masing kelurahan .......................................

48

3. Indikator dan Parameter Peubah X

49

………………………………

4. Indikator dan Parameter Peubah Y (Keberdayaan) ………………………

50

5. Peubah Bebas (X) ………………………………………………………..

51

6. Peubah terikat (Y) ………………………………………………………..

52

7. Nilai Cronbach Alpha pada Instrumen Kuisioner ………………………..

56

8. Etnis masyarakat nelayan di daerah penelitian ..................…………… ..

63

9. Jenis Alat Tangkap Nelayan Kota Bengkulu …………………………….

69

10. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan .........………………

75

11. Sebaran responden berdasarkan umur .......................................................

77

12. Sebaran responden berdasarkan kategori dinamika kelompok......................

78

13. Sebaran responden berdasarkan kategori Kebijakan Pemerintah Daerah …… 83
14. Sebaran responden berdasarkan kategori pelaksanaan Penyuluhan ………… 87
15. Sebaran responden berdasarkan kategori Tataniaga Perikanan ……………..

89

16. Sebaran responden berdasarkan kategori Pascapanen ………………………

92

17. Sebaran responden berdasarkan kategori pengetahuan ……………………..

95

18. Sebaran responden berdasarkan kategori sikap…………………………….

100

19. Sebaran responden berdasarkan kategori keterampilan …………………….

103

20. Sebaran responden berdasarkan kategori memiliki kesempatan....................

106

21. Sebaran responden berdasarkan kategori memiliki kemauan ......................

108

22. Sebaran responden berdasarkan kategori memiliki kemampuan …………

110

23. Nilai koefisien korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
Keberdayaan nelayan ………………………………………………….......

115

24. Hasil analisis regresi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
Keberdayaan nelayan ...................................................................................

116

25. Dekomposisi efek faktor-faktor yang mempengaruhi
keberdayaan nelayan .....................................................................................

125

xi
155

DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar

Halaman

1. Kerangka Berpikir Penelitian ..................................................................

42

2. Model struktural dari faktor-faktor yang berpengaruh pada
Keberdayaan ..................................................................................................

118

3. Faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat Keberdayaan ...................

120

4. Model strategi kegiatan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat
pesisir nelayan Kota Bengkulu...................................................

127

xii
154

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Lampiran

Halaman

1. Pernyataan responden terhadap partisipasi .............................................

141

2. Pernyataan responden terhadap tujuan kelompok .......................................

142

3. Pernyataan responden terhadap pembinaan kelompok ................................

143

4. Pernyataan responden terhadap suasana kelompok .....................................

144

5. Pernyataan responden terhadap fungsi tugas kelompok ...............................

145

6. Uji beda t .........................................................................................................

146

7. Pernyataan responden terhadap kebijakan pembinaan dan penyuluhan ........

147

8. Pernyataan responden terhadap kebijakan permodalan .................................

148

9. Pernyataan responden terhadap kebijakan pemasaran ...................................

149

10. Pernyataan responden terhadap kebijakan penangkapan ...............................

150

11. Pernyataan responden terhadap kebijakan tataruang dan wilayah ...............

151

12. Pernyataan responden terhadap metode belajar penyuluhan .........................

152

13. Pernyataan responden terhadap pengangkutan .............................................

153

14. Pernyataan responden terhadap penyimpanan ................................................

154

15. Pernyataan responden terhadap pengolahan ..................................................

155

16. Pernyataan responden terhadap penanganan ikan segar ..............................

156

17. Pernyataan responden terhadap pengawetan ikan ........................................

157

18. Pernyataan responden terhadap packing ....................................................

158

19. Pernyataan responden terhadap pengetahuan ..............................................

159

20. Pernyataan responden terhadap pemahaman ...............................................

160

21. Pernyataan responden terhadap aplikasi ......................................................

161

22. Pernyataan responden terhadap kemampuan analisis ...................................

162

23. Pernyataan responden terhadap sintesis .......................................................

163

24. Pernyataan responden terhadap evaluasi ......................................................

164

25. Pernyataan responden terhadap pengenalan ................................................

165

26. Pernyataan responden terhadap pemberian respon ......................................

166

27. Pernyataan responden penghargaan terhadap nilai ......................................

167

28. Pernyataan responden terhadap pengorganisasian .......................................

168

xii
151

29. Pernyataan responden terhadap pengamalan ...............................................

169

30. Pernyataan responden terhadap peniruan ..............................................

170

31. Pernyataan responden terhadap penggunaan .........................................

171

32. Pernyataan responden terhadap ketepatan .................................................

172

33. Pernyataan responden terhadap perangkaian .............................................

173

34. Pernyataan responden terhadap naturalisasi ..............................................

174

35. Pernyataan responden terhadap mengikuti pelatihan ..................................

175

36. Pernyataan responden terhadap mengikuti penyuluhan ...............................

176

37. Pernyataan responden terhadap mengikuti pembinaan ..................................

177

38. Pernyataan responden terhadap mempunyai semangat .................................

178

39. Pernyataan responden terhadap mengetahui potensi diri ............................

179

40. Pernyataan responden terhadap memiliki kesadaran .....................................

180

41. Pernyataan responden terhadap mempunyai tanggung jawab individual .......

181

42. Pernyataan responden terhadap tanggung jawab kelompok .........................

182

43. Pernyataan responden terhadap memiliki keterampilan ................................

183

44. Pernyataan responden terhadap memiliki kemampuan modal .....................

184

45. Pernyataan responden terhadap memiliki kemampuan pemasaran ................. 185
46. Pernyataan responden terhadap memiliki kemampuan diversifikasi ..............

186

47. SEM out put......................................................................................................... 187

xiv
152

Secara normatif, masyarakat pesisir nelayan Kota Bengkulu memiliki peluang
untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonominya melalui peningkatan
produktivitas kerja mereka sebagai nelayan. Asumsi demikian dapat dibuktikan oleh
karena daya dukung potensi sumberdaya alam lautnya yang besar. Sebagai contoh potensi
sumber ikan di perairan provinsi Bengkulu adalah sebesar 149.740,8 ton/tahun menurut
hasil Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut LIPI (1998). Jumlah
yang boleh ditangkap 80 % dari kesediaan potensi 119.806,0 ton/tahun. Daerah Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupakan daerah tangkapan yang betul-betul potensial yang
di dalamnya terkandung jenis ikan Tuna Sirip Kuning (Yellowfin Tuna), Tuna Mata
Besar (Big Eye Tuna) dan ikan Cucut/Hiu (Shortfin Mako), sedangkan wilayah Zona
Ekonomi terdapat kandungan ikan layaran (Sailfish) dan Setuhuk Putih (White Markin).
Wilayah ini baru termanfaatkan sekitar 12 %, belum lagi ikan-ikan yang terdapat di
perairan laut sekitar pulau, Pulau Tikus, Pulau Mega dan Pulau Enggano, yang banyak
mengandung jenis ikan Krapu dan Bronang Lada (Engg). Pada musim-musim tertentu di
perairan laut Bengkulu juga terdapat jenis ikan Bawal Hitam (Black Fampret) dan Bawal
Putih (Silver Fampret) yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Ikan ini baru dapat
dimanfaatkan sekitar 56 % dari potensi ikan yang ada.
Potensi sumberdaya alam laut yang besar

belum memiliki hubungan yang

positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan, kondisi masyarakatnya masih
hidup pada tingkat kesejahteraan yang rendah atau miskin. Hal ini menunjukkan bahwa
potensi sumber daya alam yang cukup tinggi di wilayah pesisir tersebut belum mampu
dikelola secara optimal. Dampak yang dirasakan saat ini adalah kurang berdayanya
masyarakat nelayan tersebut terutama dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan
mereka. Sebagai contoh

masyarakat nelayan mempunyai sikap mudah sekali puas

terhadap nilai tambah hasil yang diperoleh pada musim tertentu sehingga mereka terlena
dan tidak ada persiapan untuk menghadapi musim-musim paceklik atau musim-musim
mereka tidak bisa melaut. Organisasi kelompok atau kelembagaan masyarakat nelayan,
khususnya kelembagaan kelompok nelayan, belum tertata sebagaimana yang diinginkan,
belum tertatanya manejemen

organisasi keuangan dan rantai niaga perikanan yang

memadai. Selain itu sarana yang dimiliki oleh nelayan umumnya masih skala kecil
sehingga belum mampu untuk meningkatkan pendapatan. Kurangnya perhatian dari

2

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat nelayan di daerah pesisir Kota Bengkulu memiliki sumber
penghasilan keluarga yang masih sangat tergantung kepada hasil tangkap ikan laut.
Kondisi sosial ekonominya masih sangat rendah yang menempatkannya pada kelompok
masyarakat yang tergolong miskin. Kemiskinan tersebut dapat terlihat dari fenomena
kehidupan yang mereka jalani sehari-hari. Mereka menjalani kehidupan pada kondisi
pemukiman yang sempit dan terkesan kumuh, dengan banyaknya anak-anak yang tidak
bersekolah, kurang terpenuhinya konsumsi makanan yang cukup gizi, pakaian serta
perumahan yang kurang sehat.
Kemiskinan mencerminkan suatu kondisi kehidupan yang dapat disebabkan
oleh rendahnya tingkat penghasilan yang mereka terima untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang diperlukan. Masyarakat nelayan Kota Bengkulu masih memperoleh
penghasilan yang masih belum mencukupi untuk membelanjakan pendapatannya guna
memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti makanan, pakaian, perumahan serta untuk
membiayai pendidikan anak-anak mereka. Persoalan kemiskinan yang mereka hadapi
adalah persoalan ketidak mampuan atau ketidak berdayaan mereka untuk mengenali serta
memanfaatkan potensi, baik potensi sumberdaya manusia seperti potensi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dimiliki maupun potensi sumberdaya alam khususnya
sumberdaya laut.
Rendahnya tingkat pengetahuan, sikap serta keterampilan para nelayan dalam
memberikan kontribusi terhadap proses peningkatan kehidupan sosial ekonomi mereka
dan juga peran pemerintah daerah yang masih kurang dalam memberikan lingkungan
usaha yang kondusif bagi masyarakat nelayan, seperti ketersediaan sarana dan prasarana
fisik maupun modal merupakan penyebab dari berbagai kondisi kehidupan masyarakat
nelayan sekarang ini. Dampak dari semuanya ini adalah rendahnya produksi yang mampu
di hasilkan oleh nelayan guna mencukupi kebutuhan hidup mereka. Dengan kondisi yang
demikian menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan masih jauh dari
indikator kesejahteraan atau dikatakan termasuk golongan masyarakat miskin.

1

pemerintah daerah terhadap kehidupan para nelayan seperti

bantuan permodalan,

pemasaran serta penyuluhan dan pembinaan menjadi penyebab rendahnya produktivitas
kerja mereka.
Masyarakat nelayan yang berdaya merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan itu sendiri. Pemberdayaan
masyarakat

merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat, lewat perwujudan

potensi kemampuan yang mereka miliki (Gunawan, 1996). Dengan demikian masyarakat
nelayan yang berdaya adalah nelayan yang memiliki potensi pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam hubungannya dengan aktivitas ekonomi maupun aktivitas sosial
mereka sebagai masyarakat nelayan. Sebagai contoh dapat diberi gambaran bahwa
sebagai nelayan yang berdaya, adalah nelayan yang memiliki:
(1) Pengetahuan yang luas tentang potensi yang dimiliki, penerapan teknologi tangkapan
ikan yang modern, teknologi pasca tangkap, manajemen pemasaran, manajemen
produksi, dan manajemen permodalan atau keuangan.
(2) Memiliki sikap kesadaran diri yang positif dengan tumbuhnya motivasi diri untuk
memperoleh penghidupan yang lebih baik. Dengan bekal tambahan pengetahuan yang
mereka miliki, tentu saja sikap yang demikian akan dapat tumbuh dan berkembang
dalam diri mereka, sehingga produktivitas kerja mereka dapat ditingkatkan.
(3) Keterampilan yang baik dalam mengggunakan peralatan atau dalam memanfaatkan
fasilitas yang mereka miliki. Seperti terampil dalam menggunakan pengetahuan
teknologi tangkapan, dan terampil dalam hal pengetahuan manajemen.
Hasil penelitian Pingkan (2007), menyatakan bahwa keberdayaan nelayan dapat
dilakukan melalui peningkatan kompetensi nelayan dengan satu strategi internal melalui
peningkatan, penyesuaian, dan pengembangan kompetensi yang dilakukan pada diri
nelayan dan empat strategi dukungan lingkungan eksternal, yaitu: (a) penyelenggaraan
muatan lokal pendidikan kenelayanan; (b) penyelenggaraan pendidikan nonformal
melalui penyuluhan; (c) penetapan orientasi pembangunan kelautan dan perikanan; dan
(d) pengembangan keterwakilan nelayan dalam bidang politik.
Dengan demikian pemberdayaan merupakan konsep yang berhubungan dengan
kemandirian individu dan juga masyarakat dalam pengertian terjadinya proses perubahan
dari ketergatungan kepada kemandirian. Kemandirian individu atau masyarakat

3

merupakan refleksi dari potensi yang dimiliki dalam hal pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang mereka miliki. Pemberdayaan masyarakat pesisir nelayan Kota
Bengkulu senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat
nelayan sebagai pihak yang harus diberdayakan dan pemerintah daerah yang merupakan
pihak yang diharapkan menaruh kepedulian terhadap masyarakatnya yang perlu
diberdayakan melalui perannya sebagai fasilitator dan regulator. Keberpihakan kebijakankebijakan pemerintah terhadap masyarakat nelayan dalam perspektif otonomi seperti
dikemukakan oleh Pasaribu (2001), daerah harus dipandang sebagai sebuah pemacu
untuk menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat nelayan, yang paling tidak memuat
lima hal pokok: pertama, bantuan dana sebagai modal usaha bagi masyarakat nelayan;
kedua, pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial
ekonomi masyarakat nelayan; ketiga, penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran
hasil produksi nelayan; keempat, pelatihan bagi aparat dan masyarakat nelayan; dan
kelima, penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat nelayan.
Kebijakan otonomi daerah bagi masyarakat nelayan akan memberikan ruang
bagi pemberdayaan masyarakat nelayan itu sendiri. Permasalahan yang serius yang
menyebabkan kondisi masyarakat nelayan yang

tidak berdaya atau kurang berdaya

antara lain disebabkan minimnya peranserta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan pengelolaan. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tetap tidak terangkat oleh
potensi-potensi

tersebut.

Kurangnya

koordinasi

dan

kerjasama

antara

pelaku

pembangunan kawasan pesisir, juga turut memberi andil yang besar terhadap persoalan
yang membuat potensi pesisir kurang terkelola. Hal itu diperburuk oleh kemiskinan
masyarakat pesisir, lemahnya penegakan hukum, belum adanya rencana tata ruang
pesisir, lautan dan pulau-pulau kecil. Padahal, misalnya, penataan ruang di kawasan
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan langkah yang sangat penting dan strategis.
Langkah tersebut, dimaksudkan untuk memanfaatkan ruang pesisir secara terpadu dan
terencana serta terkendali, dalam konsep ini yang terpenting adalah bagaimana nelayan
bisa lebih diberdayakan di era desentralisasi, sebab, semangat pengelolaan sumberdaya
kelautan adalah semangat otonomi yang meletakkan daerah sebagai sumbu utama
lokomotif pelaksanaannya. Dalam konteks ini, daerah memiliki kewenangan untuk

4

mengatur dan mengelola sumber daya kelautannya dengan tujuan utama

pada

kesejahteraan daerah dan masyarakat yang ada di dalamnya.
Kapasitas daerah yang sudah dimiliki sebelumnya dalam hal penangkapan ikan
perlu dipelihara, oleh karena itu, diperlukan sebuah tambahan wewenang pemerintah
provinsi dan Kota atau kabupaten untuk mengelola, yaitu memberikan izin penangkapan,
memantau kegiatan perikanan dalam hubungannya dengan eksplorasi, eksploitasi, dan
konservasi, karena pada dasarnya, praktik dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
dari pemerintah pusat kepada gubernur atau perangkat pemerintah pusat di daerah dan
praktik tugas perbantuan, bisa digunakan sebagai wahana untuk memberikan tambahan
wewenang bagi daerah dalam mengelola pemanfaatan sumberdaya ikan di atas batas 12
mil laut. Salah satu akselerator munculnya konsep otonomi (desentralisasi), khususnya di
bidang pengelolaan sumberdaya kelautan adalah, ketika para pemikir teori pembangunan
mengemukakan gagalnya pendekatan “centralized development plan” yang banyak
dipraktekkan pada era 1969 atau 1970-an.
Pendekatan pembangunan, termasuk dalam konteks sumberdaya kelautan,
seringkali meniadakan keberadaan organisasi lokal (local organization). Meningkatnya
perhatian terhadap berbagai peubah lokal menyebabkan pendekatan pembangunan dan
pengelolaan beralih dari sentralisasi ke desentralisasi yang salah satu turunannya adalah
konsep otonomi pengelolaan sumberdaya kelautan. Dalam konteks ini pula, kemudian
konsep community based management (CBM) dan Co-Management (CM) muncul
sebagai “policy bodies” bagi semangat ”kebijakan dari bawah” (bottom up policy).
Masalah Penelitian
Kondisi masyarakat nelayan Kota Bengkulu masih berada pada tingkat
kesejahteraan yang masih rendah atau tergolong miskin. Kemiskinan tersebut merupakan
permasalahan dari ketidak berdayaan mereka dalam melaksanakan aktivitas ekonomi
maupun aktivitas sosial mereka sebagai masyarakat nelayan. Diduga ketidak berdayaan
tersebut ditentukan oleh faktor-faktor pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mereka
miliki masih belum memiliki kapasitas yang dapat menjadikan mereka berdaya sebagai
masyarakat nelayan yang sejahtera. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini adalah :
(1) Bagaimana keberdayaan masyarakat nelayan Kota Bengkulu?

5

(2) Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap keberdayaan masyarakat nelayan
Kota Bengkulu?
(3) Bagaimana strategi pelaksanaan penyuluhan yang dapat diterapkan dalam
meningkatkan keberdayaan masyarakat nelayan di Kota Bengkulu?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran yang dikemukakan sebagai latar
belakang serta permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :
(1) Mengidentifikasi keberdayaan masyarakat nelayan Kota Bengkulu.
(2) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberdayaan masyarakat
nelayan Kota Bengkulu.
(3) Menetapkan strategi pelaksanaan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat
nelayan Kota Bengkulu.
Kegunaan Penelitian
Penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis sebagai berikut :
(1) Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam mengembangkan konsep keberdayaan masyarakat pesisir nelayan
Kota Bengkulu dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir
dalam era otonomi daerah.
(2) Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran terhadap pemerintah Provinsi Bengkulu dan khususnya bagi pemerintah
Kota Bengkulu, sebagai masukan dalam penyusunan program pembangunan dan
penyuluhan masyarakat nelayan yang berdaya. Sebagaimana diketahui daerah Kota
Bengkulu 2/3 wilayahnya adalah wilayah pesisir, dengan adanya pemberdayaan
masyarakat nelayan, dapat diharapkan pemanfaatan wilayah pesisir potensi ikan
dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi proses pemberdayaan masyarakat
nelayan.

6

Definisi Istilah
Keberdayaan masyarakat pesisir nelayan Kota Bengkulu akan menjadi lebih
jelas dan terukur dengan didefinisikannya secara operasional tentang keberdayaan
masyarakat pesisir nelayan Kota Bengkulu. Untuk keperluan penelitian ini, digunakan
beberapa istilah yang penting diketahui maknanya. Dengan adanya definisi istilah yang
jelas, diharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang tepat, sesuai kebutuhan
penelitian.
(1) Masyarakat nelayan Kota Bengkulu adalah masyarakat nelayan yang mendiami
wilayah pesisir dalam wilayah Kota Bengkulu yang bermata pencaharian sebagai
nelayan.
(2) Nelayan menunjuk pada individu, yang mata pencaharian utamanya adalah
melakukan penangkapan ikan, seperti disebut dalam Undang-undang no. 31 Tahun
2004 Tentang Perikanan.
(3) Nelayan tradisional adalah nelayan yang secara turun temurun menjadikan kegiatan
menangkap ikan sebagai mata pencaharian utama, dan pada saat ini masih
menggunakan armada, dan pola kebiasaan berusaha yang diwariskan secara turun
temurun
(4) Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
(5) Nelayan penangkap, menunjuk pada individu yang mencari nafkah tunggal dengan
hanya memiliki pekerjaan menangkap ikan di laut sebagai sumber penghasilan untuk
menghidupi kebutuhan keluarganya.
(6) Nelayan penangkap nafkah ganda,

adalah nelayan penangkap yang memiliki

pekerjaan sampingan sebagai pengolah dan pemasar untuk menambah penghasilan
keluarga.
(7) Pemilik kapal tradisional/ perahu dan pemilik peralatan penangkapan ikan menunjuk
pada orang yang memiliki perahu dan peralatan penangkapan ikan.
(8) Nelayan pengolah adalah nelayan yang melakukan kegiatan usaha pengolahan ikan
dalam bentuk produk yang berbahan baku ikan.
(9) Nelayan pemasar adalah nelayan yang melakukan kegiatan usaha menjual ikan
kepada konsumen ikan.

7

(10) Pemodal, menunjuk pada seseorang yang memberikan modal pada nelayan untuk
keperluan menangkap ikan.
(11) Perikanan tangkap adalah kegiatan yang berhubungan dengan penangkapan ikan di
laut.
(12) Pedagang pengumpul menunjuk pada kegiatan individu yang melakukan
perdagangan ikan yang diperoleh dari nelayan penangkap.
(13) Pedagang perantara mununjuk pada kegiatan individu yang memperdagangkan ikan
yang tidak langsung kepada konsumen akhir.
(14) TPI adalah singkatan dari Tempat Pelelangan Ikan, yaitu suatu tempat di mana
terjadi jual beli ikan dengan sistim jual lelang.
(15) Pedagang emberan adalah jenis pedagang ikan yang membawa ember dan membeli
ikan dari nelayan ketika nelayan mendaratkan ikannya di darat.
(16) Pedagang pengecer menunjuk pada pedagang yang menjual ikan pada konsumen
akhir.
(17) Kapasitas diri nelayan adalah upaya yang memperlihatkan adanya upaya mengubah
perilaku nelayan dengan perilaku yang baru yang meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
(18) Keberdayaan masyarakat nelayan adalah dimilikinya daya, kekuatan atau kemampuan
oleh masyarakat untuk mengidentifikasi potensi dan masalah serta dapat menentukan
alternatif pemecahannya secara mandiri.
(19) Pelanggan nelayan adalah orang-orang atau pihak-pihak yang harus dipenuhi
kebutuhannya oleh nelayan.
(20) Kebutuhan pelanggan adalah barang atau jasa yang dibutuhkan oleh pihak-pihak
yang harus dipenuhi kebutuhannya oleh nelayan.
(21) Pemberdayaan sumber daya manusia nelayan adalah upaya meningkatkan kapasitas
individu nelayan agar selalu adaptif sehingga dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik.
(22) Penghasilan nelayan adalah besarnya uang yang diperoleh nelayan dalam menjual
hasil tangkap (dalam rupiah) setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan.

8

(23) Pelaksanaan penyuluhan adalah kegiatan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran nonformal sehingga terjadi perubahan pada diri pribadi maupun
lingkungan para nelayan Kota Bengkulu ke arah yang lebih baik.
(24) Otonomi daerah adalah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
peningkatan kualitas sumber daya manusianya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah (terutama masyarakatnya).

Pusat hanya menetapkan

kebijaksanaan penyelenggaraan termasuk penyusunan pedoman dan standardisasi
hal-hal yang diperlukan dalam implementasi pedoman tersebut.
(25) Potensi adalah : (a) Potensi sumberdaya laut berupa ikan yang berada di wilayah
perairan laut propinsi Bengkulu dan Daerah Zone Ekonomi
Eksklusif (ZEE).
(b)

Potensi sumberdaya manusia, yaitu kemampuan komunitas
masyarakat nelayan yang berada di Kota Bengkulu.

9

TINJAUAN PUSTAKA
Nelayan
Penggolongan Nelayan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001), nelayan didefinisikan sebagai
orang yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di laut. Menurut Polinac
(Satria, 2002), nelayan dibedakan dalam dua kelompok yaitu : (1) large scale (nelayan
besar); dan (2) small fishermen (nelayan kecil). Perbedaan keduanya dijelaskan pada ciriciri yang ada, pada ciri-ciri perikanan skala besar adalah: (1) diorganisasi dengan caracara yang mirip dengan perusahaan agroindustri di negara-negara maju; (2) relatif lebih
padat modal; (3)

memberikan pendapatan yang lebih tinggi daripada perikanan

sederhana bagi pemilik maupun awak perahu dan (4) menghasilkan produk ikan kaleng
dan ikan beku berorientasi ekspor. Perikanan skala kecil beroperasi di daerah yang
tumpang tindih dengan kegiatan budidaya dan bersifat padat karya. Nelayan kecil juga
dapat dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada) maupun budaya yang
keduanya sangat terkait satu sama lain. Didalam Undang-undang No. 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan, nelayan kecil adalah “orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.”
Seorang nelayan yang belum menggunakan alat-alat tangkap maju biasanya
lebih berorientasi pada subsistensi atau pemenuhan kebutuhan sendiri sehingga sering
disebut sebagai peasant-fisher. Alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari (khususnya pangan) dan bukan diinvestasikan
kembali untuk pengembangan skala usaha. Berkembangnya motorisasi perikanan
menjadikan nelayan berubah dari peasant-fisher menjadi post peasant-fisher yang
dicirikan dengan penggunaan teknologi penangkapan lebih maju seperti motor tempel
atau kapal motor. Penggunaan sarana perahu motor tersebut semakin membuka peluang
bagi nelayan untuk menangkap ikan di wilayah perairan lebih jauh, bahkan hingga laut
lepas dan memungkinkan mereka memperoleh pendapatan yang lebih besar dari hasil
tangkapan.

10

Karakteristik nelayan
Satria (2002) mengatakan bahwa meskipun terjadi perubahan armada yang
selanjutnya mengubah status nelayan menjadi post-peasant, secara sosial nelayan masih
memiliki karakter yang relatif sama. Karekteristik itu dilihat antara lain: sistem
pengetahuan, sistem kepercayaan, struktur sosial, dan posisi nelayan.
Karakter sistem pengetahuan tentang teknik penangkapan ikan umumnya
didapatkan dari warisan orang tua atau pendahulu mereka berdasarkan pengalaman
empiris. Kuatnya pengetahuan lokal menjamin kelangsungan hidup mereka sebagai
nelayan. Pengetahuan lokal merupakan kekayaan intelektual mereka yang hingga kini
terus dipertahankan.
Pada karakter sistem kepercayaan, memperlihatkan nelayan masih percaya
bahwa laut memiliki kekuatan magis sehingga diperlukan pelakuan-pelakuan khusus
dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan agar keselamatan dan hasil tangkapan
semakin terjamin. Karakter struktur sosial memperlihatkan kuatnya ikatan patron-klien
sebagai institusi jaminan sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena hingga saat ini nelayan
belum menemukan alternatif institusi yang mampu menjamin kepentingan sosial ekonomi
mereka.
Salah satu ciri nelayan kecil lainnya adalah ketidakmampuan nelayan memberi
pengaruh pada kebijakan publik karena nelayan ada dalam posisi tidak bebas dan
marjinal. Dengan demikian, wujud ketertinggalan nelayan, tidak lain sebagai konsekuensi
karakteristik sosial tersebut.
Kemiskinan Nelayan
Isu-isu tentang kemiskinan nelayan di Indonesia membuktikan bahwa peluang
sumber daya laut yang dimiliki tidak diimbangi dengan keberdayaan sumber daya
manusia nelayan yang memadai. Keberdayaan sumber daya manusia nelayan masih
sangat lemah. Menurut Kusnadi (2004), jika diamati secara seksama kemiskinan nelayan
disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks yang saling terkait satu sama lain. Faktorfaktor tersebut dapat dikategorikan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan sumber daya manusia
nelayan dan aktivitas kerja mereka, meliputi: (1) keterbatasan kualitas sumber daya
nelayan; (2) keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan; (3)

11

hubungan kerja (pemilik perahu-nelayan buruh) dalam organisasi penangkapan yang
dianggap kurang menguntungkan nelayan; (4) kesulitan melakukan diversifikasi usaha
penangkapan; (5) ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut dan (6) gaya hidup
yang kurang berorientasi ke masa depan.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi di luar
diri dan aktivitas kerja nelayan, meliputi: (1) masalah kebijakan pembangunan yang lebih
berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, parsial
dan tidak memihak nelayan tradisional; (2) sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih
menguntungkan pedagang perantara; (3) kerusakan eksosistem pesisir dan laut karena
pencemaran dari wilayah darat; (4) praktek penangkapan dengan bahan kimia, perusakan
terumbu karang, dan konversi hutan bakau dikawasan pesisir; (5) penggunaan peralatan
tangkap yang tidak ramah lingkungan; (6) terbatasnya pengolahan teknologi pengolahan
hasil tangkapan pasca tangkap; (7) terbatasnya peluang-peluang kerja disektor-sektor non
perikanan yang tersedia didesa-desa nelayan; (8) kondisi alam dan fluktuasi musim yang
tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun; dan (9) isolasi geografis desa
nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal, dan manusia.
Menurut Raymond Firth (Sutawi dan Hermawan, 2004), kemiskinan nelayan
paling tidak dicirikan oleh lima karakteristik, yaitu: (1) pendapatan nelayan bersifat
harian dan jumlahnya sulit ditentukan, selain itu pendapatannya sangat tergantung pada
musim dan status nelayan, sebagai juragan pemilik alat produksi atau nelayan buruh; (2)
tingkat pendidikan nelayan atau anak-anak nelayan pada umumnya rendah. Kondisi
demikian mempersulit mereka dalam memilih atau memperoleh pekerjaan lain, selain
meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai nelayan, sedangkan anak-anak nelayan yang
berhasil mencapai pendidikan tinggi, maupun sarjana perikanan, enggan berprofesi
sebagai nelayan, karena menganggap profesi nelayan sebagai lambang ketidakmapanan;
(3) sifat produk yang mudah rusak dan harus segera dimusnahkan, menimbulkan
ketergantungan yang besar dari nelayan kepada pedagang. Hal ini menyebabkan harga
ikan dari nelayan dikuasai pedagang; (4) bidang perikanan membutuhkan investasi cukup
besar dan cenderung mengandung resiko yang besar dibandingkan sektor usaha lainnya.
Karena itu nelayan cenderung menggunakan peralatan tangkap yang sederhana, ataupun
hanya menjadi anak buah kapal; dan (5) kehidupan nelayan yang miskin diliputi

12

kerentanan, ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat
ikut dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu
mata rantai pencaharian, yaitu menangkap ikan.
Kelima faktor di atas merupakan faktor internal, selanjutnya dari sumber yang
sama disebutkan bahwa kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisisr
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti: (1) makin terbatasnya potensi sumber
daya laut yang bisa dimanfaatkan nelayan; (2) persaingan yang semakin intensif; (3)
irama musim; (4) mekanisme pasar; (5) keadaan infrastruktur pelabuhan dan (6)
kebijakan pengentasan kemiskinan nelayan yang kurang tepat.

Pemberdayaan Masyarakat
Konsep Pemberdayaan
Marginalisasi dan ketidakberdayaan komunitas lokal dapat merupakan akibat dari
masalah yang bersifat struktural. Untuk itu grand theory yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons sebagai titik tolak
paradigma untuk menjelaskan hubungan antara perubahan struktural dengan perubahan
fungsi-fungsi masyarakat. Perhatian utama dari fungsionalisme kemasyarakatan ini ialah
struktur sosial dan institusi masyarakat secara luas, hubungannya dan pengaruhnya
terhadap anggota masyarakat (individu/pemain).
Penggolongan sosial ekonomi masyarakat nelayan dapat dilihat dari tiga sudut
pandang (Kusnadi, 2004). Pertama, dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan
tangkap (perahu, jaring dan perlengkapan lainnya), struktur masyarakat nelayan terbagi
ke dalam golongan nelayan pemilik alat-alat produksi dan nelayan buruh. Nelayan buruh
tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatannya, nelayan buruh hanya
menyumbangkan jasa atau tenaganya dengan hak-hak yang sangat terbatas. Jumlah
nelayan buruh di desa nelayan sangatlah besar. Dilihat dari segi tingkat modal usaha,
struktur masyarakat nelayan terbagi menjadi golongan nelayan besar dan nelayan kecil.
Nelayan besar menanamkan modal usahanya dalam jumlah besar, sedangkan nelayan
kecil sebaliknya. Dipandang dari teknologi peralatan tangkapnya, masyarakat nelayan
terbagi menjadi nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan
teknologi peralatan tangkap yang canggih sehingga tingkat pendapatan dan kesejahteraan

13

sosial ekonominya jauh lebih tinggi. Nelayan modern ini jumlahnya relatif kecil
dibandingkan nelayan tradisional. Akan tetapi, posisi nelayan b