145
variabel hasil pembelajaran nilai sejarah variabel terikat atau Y. Pendekatan kuantitatif berusaha mencari kecenderungan pengaruh X terhadap Y. Dari penelitian blanded
tersebut memperoleh temuan penelitian yang berifat kualitatif maupun kualitatif. Berikut ini dijelaskan pelaksanaan penelitian sejarah, penggalian dan identifikasi nilai,
dan penelitian pembelajaran nilai sejarah.
A. Penelitian Sejarah
Untuk dapat merekonstruksi peristwa yang telah terjadi, diperlukan kaidah- kaidah tertentu seperti yang disyaratkan dalam metode penelitian sejarah. Metode
penelitian sejarah, yang biasa disebut juga dengan metode sejarah dapat diartikan sebagai suatu proses menganalisis secara kritis rekaman dan pengalaman masyarakat
masa lampau Gottschalk, 1975: 32. Secara lebih rinci dapat dicermati kutipan berikut: Historical method may therefore be defined as a systematic body of priciples and
rules designed to aid effectively in gathering the source materials of history, appraising them critically, and presenting a synthesis generally in written form
of the results achieved. More briefly it may be defined as “a system of right procedure for the attainment of historical truth” Garraghan,1957: 33.
Metode sejarah menyangkut seperangkat prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang sistematis untuk membantu secara efektif dalam mengumpulkan sumber-sumber materi
sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan suatu sintesa hasil yang dicapai yang pada umumnya dalam bentuk tertulis. Metode sejarah tidak lain adalah sebagai suatu
prosedur yang benar untuk mencapai kebenaran sejarah. Bertitik tolak dari pernyataan di atas, maka rekonstruksi salah satu aspek dari
masa lampau harus mendasarkan diri pada jejak-jejak sejarah yang ditinggalkan oleh masa lampau itu melalui suatu penelitian. Dengan kata lain, penelitian dilakukan secara
saksama terhadap suatu subyek, dimaksudkan untuk menemukan data-data atau fakta-
146
fakta guna menghsilkan produk baru, memecahkan suatu masalah, bahkan dapat pula untuk mendukung atau menolak suatu teori Alfian, 1994: 1. Dalam pelaksanaannya,
penelitian ini menempuh langkah-langkah tertentu seperti yang telah dibakukan dalam metode sejarah, yang meliputi kegiatan heuristik, kritik, interpretasi, historiografi, dan
eksplanasi. Pada dasarnya penelitian sejarah mengikuti pola penelitian yang bersifat siklus, yang dapat didesain sebagai berikut:
Gambar 3.2 Pola Penelitian Sejarah yang Bersifat Siklus
Sumber: Dimodifikasi dari Spradley, J.P.,1980, Partisipant Observation, New York, Holt, Rinehart, and Winston, hal. 83.
Desain penelitian sejarah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Heuristik, merupakan kegiatan menghimpun jejak-jejak sejarah yang berasal dari jaman itu, yang berupa benda-benda, bahan-bahan tercetak, tertulis,
maupun lisan yang relevan Renier, 1997: 113. Mengingat peristiwa sejarah perubahan sosial yang akan diteliti meliputi periode 1830-1900, maka
sumber-sumber sejarah atau jejak-jejak yang mungkin dicari adalah sumber
2 K R I T I K
1 HEURISTIK
3 INTERPRETASI
4 HISTORIOGRAFI
PEMILIHAN STUDI 5
EKSPLANASI
147
dokumenter yang berupa rekaman sezaman pihak kolonial dalam periode itu. Sumber dokumenter tersebut berupa arsip-arsip kolonial yang merupakan
rekaman situasi dan memuat berbagai aktivitas, baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya dan keagamaan. Dalam penelitian sejarah, sumber
dokumenter menunjuk kepada sumber-sumber tertulis yang memuat informasi sejarah Gottschlak, 1975: 38. Penelitian sejarah yang dilakukan
ini menggunakan beberapa dokumen arsip kolonial sebagai sumber primer, terutama yang berupa: a Administrstief Verslag de Residentie Banjoemas, b
Algemeen Verslag der Residentie Banjoemas, c Politiek Verslag over de Residentie Banjoemas, d Statistiek der Residentie Banjoemas, e Jaarboek
voor Suikerfabrikanten op Java, 1896, Vol. Ie, dan 1906, Ie, Amsterdam, J.H. de Bussy. Tidak menutup kemungkinan penggunaan sumber dokumenter
pada tingkat sekunder, yang berupa hasil analisis berdasarkan sumber primer yang dipublikasikan dalam jurnal, terutama a Tijdschrift voor het
Binnenlandsch Bestuur, 1897, Vol. XII, Batavia, Kalft Co., b Tijdschrif t voor Nederlandsch Indie,1850, II, dan 1890, I, Groningen, De Erven C.M.
van Bolhuis., c De Indische Gids, 1886, VIII, dan 1889, I, Amsterdam, De Bussy., d Bijdragen tot de Taal-Land-en Volkenkunde, 1850, No. 133.
Leiden, KITLV Press. Hal ini dilakukan, mengingat sangat terbatasnya sumber primer yang dapat dijangkau.
2. Kritik ekstern dan intern, berupa langkah verifikasi untuk mengkritisi
sumber-sumber yang ditemukan, baik mengenai otentisitas maupun kredibelitasnya. Dengan demikan setelah ditemukan dokumen-dokumen,
maka masing-masing harus ditetapkan kelayakannya melalui dua pengujian.
148
Pertama, kritik ekstern untuk mengkritisi keaslian otentisitas yang diarahkan pada segi fisik dokumen yang bersangkutan. Mengingat kritik ini
berkaitan dengan persoalan-persoalan fisik suatu dokumen, maka yang mendapat perhatian adalah unsur bahan-bahan material dari dokumen itu,
seperti kertas, tinta, model tulisan, ejaan, gaya bahasa, dan lain-lain. Kedua, kritik intern yang ditujukan untuk mengkritisi unsur isi dokumen itu,
berkaitan dengan tingkat kredibilitasnya. Hal ini erat kaitannya dengan pertanyaan, apakan isi dari dokumen yang otentik itu dapat diparcaya.
3. Interpretasi, yaitu kegiatan penafsiran dan penyimpulan kesaksian yang dapat
dipercaya. Pada tahap ini juga dilakukan pemberian makna terhadap data dan menentukan saling hubungan di antara data-data itu, sehingga dapat dijadikan
sebagai dasar untuk penarikan fakta-fakta. Dari tahap ini dihasilkan dua jenis fakta, yaitu fakta yang masih harus dijelaskan explanadum dan fakta yang
dapat berfungsi sebagai alat penjelas explanans. 4.
Historiografi, merupakan proses menggarap fakta-fakta tunggal yang masih terisolasi yang belum punya makna explanandum. Fakta-fakta semacam itu
dihubungkan dengan fakta-fakta lain yang berfungsi sebagai penjelas explanans, sehingga menghasilkan rangkaian fakta yang lengkap dan
membentuk penjelasan yang lebih bermakna. Tahap ini merupakan penyusunan kisah naratif untuk menggambarkan deskripsi dari peristiwa
yang direkonstruksi. Dalam prakteknya kegiatan ini melibatkan kemapuan imajinatif peneliti sejarah, yang berkaitan dengan apa yang mungkin terjadi,
dan bagaimana proses kejadiannya.
149
5. Eksplanasi atau penjelasan sejarah. Mengingat permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini sangat kompleks, maka perlu dijelaskan dengan menggunakan pendekatan multidimensional. Dalam rangka menjelaskan
peristiwa yang terjadi memerlukan bantuan konsep dan teori ilmu sosial agar dapat melacak berbagai gejala yang bergerak dalam masyarakat masa lampau
dan mengungkap kondisi yang menentukan peristiwa historis yang serba kompleks.Untuk memahami konsep dan teori ilmu sosial yang lain
diperlukan pemahaman yang bersifat interdisiplin. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan sosiologi, antropologi, ekonomi, ilmu politik. Melalui
sosiologi, dapat dipahami peran-peran sosial yang menentukan adanya konfigurasi sosial, kelembagaan sosial, interaksi sosial, nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat. Sementara itu, melalui antropologi dapat membantu penjelasan tentang sistem budaya, adat-istiadat, dan simbol-
simbol yang ada dalam masyarakat Banyumas. Pendekatan ekonomi dapat membantu untuk mengungkap kaitan eksploitasi ekonomi kolonial dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Ilmu politik sangat membantu dalam rangka menjelaskan kekuatan power elit sosial dan benturan yang terjadi di
antara mereka . Melalui pendekatan multidimensional, penelitian sejarah dapat menghasilkan
rekonstrusi pertistiwa perubahan sosial di Banyumas 1830-1900 yang penjelasannya bersifat sinkronik, sehingga dapat dijadikan materi pembelajaran sejarah sosial. Untuk
jelasnya, penjelasan sejarah dengan pendekatan multidimensional dapat digambarkan sebagai berikut
150
Gambar 3.3 Strategi Pendekatan Multidimensional
RUANG
S Antropologi i
n Sosiologi
k r
Ekonomi o
n Ilmu Politik
i
D i a k r o n i k WAKTU
Sumber: Diadopsi dari Kartodirdjo, 1992, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta, Gramedia, hal. 122.
Berdasarkan gambar tersebut di atas dapat dikemukakan, bahwa pendekatan multidimensional memberi peluang kepada peneliti untuk melakukan penjelasan sejarah
tentang berbagai aktivitas masyarakat masa lampau yang kompleks, baik aktivitas politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan bantuan konsep dan teori ilmu sosial
tersebut penjelasannya mampu mengungkap berbagai kegiatan masyarakat secara mendalam sampai pada kehidupan masyarakat petani di pedesaan wong cilik. Alur
penjelasannya bersifat sinkronik yang yang melebar dalam ruang dan memanjang dalam waktu dan ditandai dengan begitu kompleksnya kehidupan mereka.
B. Penggalian dan Identifikasi Nilai Sejarah