terjauh daerah pengaliran guna mencapai pelepasannya, dibagi dalam beberapa waktu interval yang sama. C.D Soemarto, 1995.
2.3.2 Cara Empiris
Jika tidak terdapat data hidrologi yang cukup, maka perkiraan debit banjir dihitung dengan rumus empiris yang banyak dikemukakan. Hampir semua rumus jenis ini adalah yang
menyatakan korelasi dengan satu atau dua variable yang sangat berhubungan dengan debit banjir. Karakteristik yang tidak diketahui dari debit banjir diperkirakan dengan rumus jenis ini
adalah frekuensi rata-rata. Mengingat ada kira-kira 15-20 variabel yang mempengaruhi debit banjir pada suatu frekuensi tertentu, maka perkiraan debit banjir yang hanya mengkorelasikannya
dengan satu atau dua variable sudah tentu tidak mungkin diperoleh hasil yang dapat dipercaya. Rumus-rumus debit banjir itu mempunyai bentuk sebagai berikut:
Q = K.A
n-
Atau:
Dimana: Q
: debit banjir maksimum. K
: koefesien mengenai karakteristik curah hujan dan daerah aliran. n
: tetapan yang kurang dari 1.
a,b,c : tetapan-tetapan Faktor daerah aliran adalah factor yang paling penting yang mempengaruhi debit banjir.
Faktor daerah pengaliran ini dapat dengan mudah diperkirakan. Jadi rumus-rumus debit banjir itu mempunyai bentuk yang langsung berhubungan dengan daerah pengaliran. Tetapi mengingat
interval variasi koeffisien dan eksponen dalam rumus itu sangat besar, maka adalah sangat sulit untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Sosrodarsono, 2003.
2.3.3. Hidrograf Satuan Dan Analisis Distribusi Hujan
Dalam tahun 1932, Dr. L.K. Sherman menyarankan cara hidrograf satuan yakni sebuah cara untuk memperoleh hidrograf limpasan permukaan dari curah hujan lebih. Cara hidrograf
satuan ini beserta cara grafik distribusi yang dikemukakan oleh Dr. M. M. Bernard adalah cara yang sangat berguna dan terbaik untuk perhitungan debit banjir.
Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan permukaan yang diakibatkan oleh curah hujan jangka waktu yang relative singkat dengan intensitas tinggi yang disebut hujan satuan.
Grafik distribusi adalah gambar yang absisnya menunjukka perubahan waktu seperti pada hidrograf satuan dan ordinatnya menunjukkan persentasi debit rata-rata dalam satuan waktu
berurutan sembarang terhadap debit total. Di samping persentasi tersebut di atas, maka pada ordinat dicantumkan juga satuan limpasan permukaan per km
2
yang dinyatakan dengan m
3
detik. Sosrodarsono, 2003.
Dalam analisis Frekuensi data hujan atau data debit guna memperoleh nilai hujan rencana, dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yang paling
banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah : Normal, Log Normal, Log Pearson III,
Gumbel. Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan data dilakukan dengan mencocokkan parameter data tersebut dengan syarat masing-masing jenis distribusi.
Persyaratan parameter statistik suatu distribusi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Persyaratan parameter statistik suatu distribusi No
Distribusi Persyaratan
1 Gumbel
C
s
= 1,14 C
k
= 5,4
2 Normal
C
s
≈ 0 C
k
≈ 3
3 Log Normal
C
s
= C
v 3
+ 3C
v
C
k
= C
v 8
+ 6C
v 6
+ 15C
v 4
+ 16C
v 2
+ 3 4
Log Pearson III Selain dari nilai di atas
Sumber: I Made Kamiana 2010
1. Distribusi Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi Normal, jika data yang digunakan adalah sampel maka perhitungan dilakukan dengan rumus berikut:
X
T
= + K
T
x S dengan
X
T
: Hujan rencana dengan periode ulang T tahun : nilai rata-rata dari data hujan X mm
: Standar deviasi dari data hujan X mm
T
: Faktor Frekuensi, nilainya bergantung dari T Tabel Variabel Reduksi Gauss
2. Distribusi Log Normal
Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi Log Normal, jika data yang digunakan adalah sampel maka perhitungan dilakukan dengan rumus berikut:
Log X
T
= Log +
T
x S dengan
Log X
T
: nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T
Log : nilai rata-rata dari log X =
n
S : deviasi standar dari Log X =
T
: faktor frekuensi, nilainya bergantung pada T
3. Distribusi Log Pearson III
Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi Log Pearson III, jika data yang digunakan adalah sampel maka perhitungan dilakukan dengan rumus berikut:
Log X
T
= Log +
T
x S
dengan Log X
T
: nilai logaritmis hujan rencana dengan periode ulang T Log
: nilai rata-rata dari log X = n
S : deviasi standar dari Log X =
T
: variabel standar, besarnya bergantung koefisien kepencengan G
4. Distribusi Gumbel
Perhitungan hujan rencana berdasarkan Distribusi Gumbel, jika data yang digunakan adalah sampel maka perhitungan dilakukan dengan rumus berikut:
X
T
= + K x S Dengan:
X
T
: hujan rencana atau debit dengan periode ulang T X
: nilai rata-rata dari hujan X S
: standar deviasi dari data hujan X K
: faktor frekuensi Gumbel: K = YTr
: reduced variate = -Ln – Ln dapat juga dilihat pada Tabel nilai reduced
variate Y
t
Sn : reduced standard deviasi
Yn : reduced mean
2.4. Hujan Periode Ulang Dan Uji Kecocokan