Lembaga Penyiaran Swasta Lembaga Penyiaran di Indonesia

bermanfaat menurut publik, namun ratingnya rendah, maka ia tetap akan diproduksi dan diupayakan tetap dipertahankan penayangannya. Tentu kontras dengan penyiaran komersial. Effendi Gazali, 2003.

2.1.2. Lembaga Penyiaran Swasta

Lembaga Penyiaran Swasta LPS menurut Peraturan Menkominfo No 47 Tahun 2009 adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. LPS jasa penyiaran radio, dan jasa penyiaran televisi hanya dapat menyelenggarakan 1 satu siaran dengan 1 satu saluran siaran pada 1 satu wilayah cakupan siaran. LPS dapat menyelenggarakan sistem stasiun berjaringan dengan 1 satu LPS yang berdomisili di Ibukota provinsi bertindak sebagai stasiun induk jaringan dengan LPS-LPS yang berdomisili di wilayah cakupan yang lain dengan wilayah cakupan siaran stasiun induk jaringan sebagai stasiun anggota jaringan. LPS jasa penyiaran televisi berjaringan, stasiun induk jaringan danatau stasiun anggota jaringan yang berdomisili di Ibukota provinsi dapat memancarluaskan siaran berjaringan ke seluruh wilayah provinsi masing-masing melalui stasiun relai, kecuali provinsi DKI Jakarta dan Yogyakarta. Lembaga Penyiaran Swasta terdiri dari stasiun-stasiun radio swasta Trijaya FM, Smart FM, maupun stasiun televisi swasta, seperti RCTI, SCTV, Indosiar, Borobudur TV, Bali TV dan sebagainya. Dalam Peraturan Menkominfo No 43 Tahun 2009, yang dimaksud dengan Lembaga Pemyiaran Swasta adalah lembaga yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran televisi. Lembaga ini menjual usaha berupa waktu tayang air time, iklan, dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Di Indonesia untuk menjalankan usaha penyiaran komersial terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari negara setelah memperoleh 4 persetujuan dari Komisi Penyiaran Indonesia KPI dan mendapatkan izin dari Kementerian Kominfo. Modal pendirian seluruhnya harus berasal dari warga negara Indonesia, dan atau badan hukum Indonesia. Untuk penambahan modal, dapat menggunakan modal asing yang jumlahnya tidak lebih dari 20 dari seluruh modal, dan minimum dimiliki oleh dua pemegang saham. Warga negara asing dilarang menjadi pengurus Lembaga Penyiaran Swasta, kecuali untuk bidang keuangan dan bidang teknik. Lembaga Penyiaran Swasta wajib memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memiliki saham perusahaan dan memberikan bagian laba perusahaan.

2.1.3. Lembaga Penyiaran Komunitas