NOTARIS SEBAGAI PROFESI

C. NOTARIS SEBAGAI PROFESI

Pengertian Notaris

Dalam pemahaman masyarakat awam, profesi notaris ini seringkali dicampuradukkan dengan jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Antara kedua jabatan ini tidaklah sama walaupun orangnya sama. Tidak seperti notaris, seorang pejabat PPAT diangkat oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, serta tugas pokok untuk melaksanakan sebagian Dalam pemahaman masyarakat awam, profesi notaris ini seringkali dicampuradukkan dengan jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Antara kedua jabatan ini tidaklah sama walaupun orangnya sama. Tidak seperti notaris, seorang pejabat PPAT diangkat oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, serta tugas pokok untuk melaksanakan sebagian

Menurut Black’s Law Dictionary, notarius berarti seorang petugas yang menyiapkan akte dan bermacam-macam perjanjian. Kemudian ada istilah lain, yaitu notary public yang sering disingkat notary, a person authorized by a state to administer oaths, certify documents, attest to the authenticity of signatures, and perform official acts in commercial matters, such as protesting negotiable instruments – seorang yang diberikan kewenangan oleh negara untuk mengambil sumpah, mensertifikasi dokumen, membuktikan keotentikan tanda tangan, serta melakukan tidakan resmi dalam jabatan untuk hal-hal komersial, misalnya menyatakan surat berharga. Menurut John Proffatt dalam buku A Treatise on the Law Relating to the Office and Duties of Notaries Public (John F. Tyler & John J. Stephens edisi 2 tahun 1892), mengartikan notaris sebagai ‘A notary public is an officer long known to the civil law, and designated as registrarius, actuarius, or scrivarius.’ Kemudian disebutkan istilah notarial (kata sifat) yang berarti sesuatu yang terkait dengan tindakan-tindakan notaris. sedangkan notarial act (tindakan notaris) diartikan sebagai fungsi resmi dari notaris.

Menurut Benjamin F. Rex (The Notaries' Manual, U.H. McMillan edisi 6 tahun 1913) "The notary public, or notary, is an official known in nearly all civilized countries. The office is of ancient origin. In Rome, during the republic, it existed, the title being tabelliones forenses, or personae publicae; and there are records of the appointment of notaries by the Frankish kings and the Popes as early as the ninth century. They were chiefly employed in drawing up legal documents; as scribes or scriveners they took minutes and made short drafts of writings, either of a public or a private nature. In modern times their more characteristic duty is to attest the genuineness of any deeds or writings, in order to render the same available as evidence of the facts therein contained.".

Sedangkan menurut Saul Litvinoff (5 Louisiana Civil Law Treatise: The Law of Obligations 296-97, edisi 2 tahun 2001). "In jurisdictions where the civilian law prevails, such as in the countries of continental Europe, a notary public is a public official who serves as a public witness of facts transacted by private parties ... and also serves as impartial legal advisor for the parties involved .... In colonial Louisiana, the notary public had the same rank and dignity as his continental civilian ancestor .... Although notaries still constitute a protected profession in present-day Louisiana, holding office for life provided they renew their bonds periodically in compliance with the governing statute, the importance of their function has diminished Sedangkan menurut Saul Litvinoff (5 Louisiana Civil Law Treatise: The Law of Obligations 296-97, edisi 2 tahun 2001). "In jurisdictions where the civilian law prevails, such as in the countries of continental Europe, a notary public is a public official who serves as a public witness of facts transacted by private parties ... and also serves as impartial legal advisor for the parties involved .... In colonial Louisiana, the notary public had the same rank and dignity as his continental civilian ancestor .... Although notaries still constitute a protected profession in present-day Louisiana, holding office for life provided they renew their bonds periodically in compliance with the governing statute, the importance of their function has diminished

Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, pengertian notaris adalah “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”. Kemudian dalam pasal 2 ditentukan bahwa seorang Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang kenotariatan, yaitu Menteri Hukum dan HAM.

Bila mengacu pada peraturan perundang-undangan lama, bunyi pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris (Staatsblad 1860 Nomor 3), bahwa yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain.

Berdasarkan bunyi pasal-pasal tersebut, dapat diambil suatu pengertian bahwa notaris adalah pejabat yang diangkat oleh negara, khusus untuk menangani perkara-perkara tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kewenangan khusus dari notaris adalah sebagai pembuat akta otentik.

Mengenai akta otentik ini dapat ditemukan dalam bunyi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada Buku IV mengenai Pembuktian dan Daluwarsa. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1867 menyatakan “Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan di bawah tangan.”, dimana pengertian akta otentik tercantum dalam pasal 1868 “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.”

Sebagai pelengkap, ditambahkan pemahaman akta yang tidak dapat dikategorikan sebagai akta otentik, yaitu sesuai bunyi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1869 “Suatu akta yang tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik, baik karena tidak berwenang atau tidak cakapnya pejabat umum yang bersangkutan maupun karena cacat dalam bentuknya, mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan bila ditandatangani oleh para pihak.”

Kemudian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1870 berbunyi “Bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli warisnya ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya.”

Jadi, yang dimaksud dengan akta otentik dalam tulisan ini adalah suatu akte mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan, yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum (dalam hal ini notaris), dalam bentuk tertentu yang ditentukan undang-undang.

Mengenai kewenangan notaris, dipaparkan dalam Undang-Undang 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yakni dalam Pasal 15 ayat (1) diatur mengenai wewenang pokok notaris, yaitu: “Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.”

Sedangkan menurut Undang-Undang 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Pasal 15 ayat (2) notaris memiliki kewenangan lain pula, yaitu:

1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

2. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

3. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

4. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;

6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

7. Membuat akta risalah lelang. Selain kewenangan di atas, kewenangan lain dari notaris diatur dalam peraturan perundang-

undangan yang secara khusus mengatur hal itu.

Syarat Menjadi Notaris

Dalam pasal 3 Undang-Undang 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris adalah:

1. Warga negara Indonesia Karena notaris adalah pejabat umum yang menjalankan sebagian dari fungsi publik dari negara, khususnya pada bagian hukum perdata. Kewenangan ini tidak dapat diberikan kepada warga negara asing karena dalam menjalankan profesinya menyangkut penyimpanan dokumen-dokumen yang bersifat rahasia. Selain itu, berdasarkan pasal 4 Undang-Undang 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, seorang notaris diwajibkan untuk bersumpah patuh dan setia pada Negara Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sesuatu yang tidak mungkin bisa ditaati sepenuhnya oleh warga negara asing.

2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Dengan persyaratan ini diharapkan notaris tidak akan melakukan perbuatan asusila, amoral, dan lain sebagainya yang dapat mencoreng profesi notaris.

3. Berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun; Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 330, kedewasaan seseorang diukur berdasarkan umur, yaitu bila telah mencapai umur genap dua puluh satu (21) tahun dan telah kawin. Dalam pemahaman Undang-Undang 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, usia 21 tahun belumlah cukup bagi seseorang untuk menjadi stabil secara mental dan emosional, sehingga ditentukan umur 27 tahun sebagai batas usia minimal.

4. Sehat jasmani dan rohani; Dengan persyaratan ini, seorang notaris diharapkan dapat menjalankan tugasnya sehari-hari dengan baik, dalam kondisi fisik dan mental yang prima.

5. Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan; Persyaratan ini mengindikasikan bahwa seorang notaris harus telah menguasai dan memahami dasar-dasar hukum yang berlaku di Indonesia, serta ditambah lagi dengan penguasaan keilmuan hukum khusus kenotariatan. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kemungkinan seorang notaris yang dalam menjalankan kewajibannya bertindak diluar atau secara melawan hukum.

6. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan. Hal ini dibutuhkan agar seorang calon notaris telah mengetahui praktek notaris, memahami praktek hukum dalam bidang kenotariatan, terutama dalam hal pembuatan akta, baik otentik ataupun di bawah tangan, serta mengetahui seluk beluk administrasi notaris.

7. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris. Dalam persyaratan ini, seorang notaris tidak boleh merangkap jabatan karena notaris dilarang memihak (sebagai pihak yang sepenuhnya netral) sehingga dapat dihindarkan terjadinya benturan kepentingan antara pihak lain dengan notaris tersebut.

Berdasarkan bunyi pasal 3 Undang-Undang 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tersebut di atas, dapat diketahui bahwa syarat seseorang yang ingin diangkat menjadi notaris

haruslah telah menempuh pendidikan formal minimal strata satu (S1) Ilmu Hukum serta jenjang strata dua (S2) Kenotariatan. Kemudian, bagi yang telah memenuhi syarat tersebut haruslah mempunyai pengalaman nyata dalam bidang kenotariatan, yaitu dengan cara bekerja sebagai karyawan notaris selama minimal 12 (dua belas) bulan berturut-turut pada sebuah Kantor Notaris. Dengan dua persyaratan ini, seorang notaris diharapkan mampu menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik dengan tercukupinya pengetahuan dan keahliannya, serta pemahaman yang mendalam dan luas mengenai teori maupun praktek hukum di Indonesia.

Kemudian dalam Pasal 17 Undang-Undang 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, larangan jabatan notaris adalah:

1. Menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;

2. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dan 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah;

3. Merangkap sebagai pegawai negeri;

4. Merangkap jabatan sebagai pejabat negara;

5. Merangkap jabatan sebagai advokat;

6. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta;

7. Merangkap jabatan sebagai pejabat pembuat akta tanah di luar wilayah jabatan notaris;

8. Menjadi notaris pengganti; atau

9. Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan Notaris.

Etika Dalam Menjalankan Profesi Notaris

Hal-hal yang mengenai etika dalam bidang kenotariatan diatur oleh Kode Etik Notaris yang disusun oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI) yang dibentuk berdasarkan pasal 1 angka 5

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang berbunyi “Organisasi Notaris adalah organisasi profesi jabatan notaris yang berbentuk perkumpulan yang berbadan hukum.”. Kemudian dalam pasal 82 ayat (1) dinyatakan bahwa “Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris.”.

Dalam Kode Etik Notaris pasal 1 angka 1 berbunyi “Ikatan Notaris Indonesia disingkat I.N.I. adalah Perkumpulan/organisasi bagi pars Notaris, berdiri semenjak tanggal 1 Juli 1908, diakui sebagai Badan Hukum (rechtspersoon) berdasarkan Gouvernements Besluit (Penetapan Pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9, merupakan satu-satunya wadah pemersatu bagi semua dan setiap -orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai pejabat umum di Indonesia, sebagaimana hal itu telah diakui dan mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2- 1022.HT.01.06 Tahun 1995, dan telah diumumkan di dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 7 April 1995 No. 28 Tambahan Nomor 1/P-1995, oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 117.”

Dengan demikian, legalitas organisasi Ikatan Notaris Indonesia ini telah jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan, serta semakin jelas pula kenyataan bahwa jabatan notaris ini adalah sebagai jabatan umum.

Berdasarkan bunyi pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang berbunyi “Ketentuan mengenai tujuan, tugas, wewenang, tata kerja, dan susunan organisasi ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.”, maka dapat diketahui bahwa Kode Etik Notaris yang berlaku dalam Ikatan Notaris Indonesia disusun oleh organisasi itu sendiri. Kemudian Pasal 83 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menegaskan kembali bunyi pasal tersebut dengan bunyi “Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik Notaris.”

Kode Etik Notaris Pasal 1 angka 2 berbunyi “Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan lkatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut "Perkumpulan" berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk didalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.”

Bila dihubungkan dengan Pasal 83 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang berbunyi “Organisasi Notaris memiliki buku daftar anggota dan salinannya disampaikan kepada Menteri dan Majelis Pengawas.”, maka Kode Etik Notaris tersebut adalah kumpulan dari kaidah moral (etika) yang bersifat mengikat terhadap seluruh notaris yang terhimpun sebagai anggota dalam Ikatan Notaris Indonesia (INI).

Dengan demikian, bagi seluruh notaris yang merupakan anggota Ikatan Notaris Indonesia haruslah tunduk dan taat pada ketentuan yang diatur oleh Ikatan Notaris Indonesia, khususnya yang terangkum dalam Kode Etik Notaris. Hal ini tentu saja membutuhkan rasa

tanggung jawab dan disiplin yang tinggi bagi setiap anggotanya, sebagaimana yang disebutkan dalam Kode Etik Notaris Pasal 1 angka 3 yang berbunyi “Disiplin Organisasi adalah kepatuhan anggota Perkumpulan dalam rangka memenuhi kewajiban-kewajiban terutama kewajiban administrasi dan kewajiban finansial yang telah diatur oleh Perkumpulan.”. Ruang ligkup keberlakuan kode etik ini dinyatakan dalam pasal 2 Kode Etik Notaris bahwa Kode Etik Notaris ini berlaku bagi seluruh anggota Perkumpulan maupun orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris balk dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Terhadap pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris ini diatur pula mengenai sanksi yang dapat dikenakan oleh Ikatan Notaris Indonesia terhadap anggota yang melanggar Kode Etik, dimana berat atau ringannya sanksi haruslah disesuaikan dengan kwantitas dan kwalitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut. Sanksi yang diatur dalam Kode Etik Notaris tercantum dalam pasal 6 Kode Etik Notaris, adalah dalam bentuk sebagai berikut:

1. Teguran;

2. Peringatan;

3. Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;

4. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;

5. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan. Dalam penegakan Kode Etik Notaris, pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik itu dilakukan

dengan cara yang berjenjang, sesuai dengan bunyi Pasal 7 Kode Etiik Notaris, adalah sebagai berikut:

1. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Daerah;

2. Pada tingkat banding oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia dan Dewan Kehormatan Wilayah;

3. Pada tingkat akhir oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris. Indonesia dan Dewan Kehormatan Pusat.

Berdasarkan seluruh uraian di atas, dapat dipahami bahwa bagi seseorang yang memiliki jabatan atau profesi sebagai notaris, maka ia telah terikat dan harus tunduk pada nilai-nilai etika dan moral yang sangat ketat yang merupakan standar minimal bagi etika seorang notaris, baik dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenangnya dalam jabatan notaris maupun dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari di tengah-tengah masyarakat.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Implikasinya pada Model Pengembangan Strategi Perusahaan di masa Depan

0 38 1

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17