Aset Tetap
2.3 Aset Tetap
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa PT. ABC melakukan sewa operasi dengan menyewakan asset tetapnya. Aset tetap secara umum adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempuyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Menurut PSAK No. 16 (Revisi 2011 pada paragraf 6), aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Memiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif ; dan
b. Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Di samping itu terdapat pengertian lain mengenai aset tetap yaitu aset yang diperoleh yang digunakan dalam kegiatan perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan perusahaan, dan pengeluaran yang nilainya besar atau material. (Dunia, 2005: hal 151)
Kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempuyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan ciri-ciri aset tetap, yaitu sebagai berikut.
1. Aset ini berwujud fisik yang diperoleh dan digunakan untuk membantu jalannya kegiatan operasional normal perusahaan.
2. Aset ini memiliki umur yang terbatas. Pada akhir manfaatnya aset ini harus diganti.
3. Pada umumnya aset yang digolongkan menjadi aset tetap ini memberikan jasa-jasa kepada perusahaan lebih dari satu tahun.
4. Aset ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan usaha normal perusahaan dan tidak untuk diperjualbelikan.
5. Manfaat aset tetap akan timbul jika aset tetap ini dapat digunakan secara normal dan hasil yang didapat dari penjualan jasa-jasa atau produksi bukan dari konversi aset ini kedalam sejumlah uang tertentu.
2.3.1 Perolehan Aset Tetap
Menurut PSAK No 16 (Revisi 2011 pada paragraf 6), biaya perolehan atau cost adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.”
Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Harga perolehan aset tetap adalah semua biaya-biaya untuk memperoleh aset tetap sampai siap untuk dipakai. (Dunia, 2005: hal 152). Perolehan aset tetap dapat dilakukan melalui empat cara yaitu:
2.3.1.1 Pembelian Tunai
Pembelian tunai dapat terjadi dalam bentuk jadi maupun dalam proses, yaitu perolehan aset tetap dengan cara perusahaan mengeluarkan sejumlah uang tunai. Semua biaya-biaya terkait dengan aset tetap yang akan membawa manfaat di masa yang akan datang, diperhitungkan sebagai penambahan atas aset tetap. Jurnal perolehan aset tetap dengan pembelian tunai:
D Aset tetap
Menurut PSAK No 16 (Revisi 2011 paragraf 24), satu atau lebih aset tetap mungkin diperoleh dalam pertukaran aset non-moneter, atau kombinasi aset moneter dan nonmoneter. Pembahasan berikut mengacu pada pertukaran satu aset nonmoneter dengan aset nonmoneter lainnya.
Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar kecuali:
(a)
Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
(b)
Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
2.3.1.3 Donasi atau Sumbangan
Menurut PSAK No 16 (Revisi 2011 paragraf 28),Jumlah asset tetap dapat dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai dengan PSAK 61 tentang Akuntansi Hibah Pemerintah dan pengungkapan bantuan pemerintah.
2.3.2 Pencatatan Harga Perolehan Aset Tetap
Menurut PSAK 16 (Revisi 2011 paragraf 15), suatu aset tetap yang memenuhi syarat pengakuan sebagai aset ditukar pada biaya perolehan. Pada paragraf 16, komponen biaya perolehan aset tetap meliputi:
(a)
harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lainnya;
(b)
biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen
(c)
estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentuuntuk tujuan selain untuk manghasilkan persediaan.
Harga perolehan aset tetap meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset yang siap untuk digunakan. Contoh, biaya angkut dan pemasangan perlengkapan termasuk di dalam perhitungan biaya perolehan. Sebagai ilustrasi, timbulnya biaya langsung pada suatu proses konstruksi yang sedang berjalan (construction in progress), sebaiknya dicatat pada posisi debit sebagai aset. Namun setelah konstruksi selesai dilakukan maka jurnal awal harus di reklasifikasikan dengan mendebit aset tetap dan menghilangkan akun construction in progress pada posisi kredit. (Soemarso, 2004 : hal 436)
Menurut PSAK No16 (Revisi 2007 paragraf 7), biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika
a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi di masa depan dari aset tersebut ; dan
b. Biaya perolehan aset tetap dapat diukur secara andal
Selain terdapat biaya yang merupakan komponen biaya perolehan, terdapat pula biaya- biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap. Menurut
PSAK No. 16 (Revisi 2011 paragraf 19), contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:
(a)
biaya pembukaan fasilitas baru;
(b)
biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi);
(c)
biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf); dan
(d)
administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
2.3.3 Penilaian Aset Tetap
Penilaian sebuah aset tetap dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
2.3.3.1 Model Biaya
Menurut PSAK No 16 (Revisi tahun 2011 paragraf 30), setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. Metode ini selalu menggunakan nilai perolehan aset tetap sejak aset tersebut diperoleh. Biaya perolehan aset tersebut meliputi biaya-biaya yang menyertai perolehan aset tersebut.
Berdasarkan prinsip biaya (cost principle), umumnya aset termasuk aset tetap disajikan dalam neraca dengan harga perolehan (cost). Harga perolehan aset tetap adalah semua biaya-biaya untuk memperoleh aset tetap sampai siap untuk dipakai. Dengan demikian, harga perolehan suatu aset tetap tidak hanya meliputi harga beli saja, tetapi juga termasuk biaya-biaya lainnya seperti biaya pengiriman, asuransi, bongkar muat, pemasangan, bea masuk, dan balik nama. Setiap unsur biaya dari harga perolehan akan berbeda berdasarkan kelompok aset tetap antara lain tanah, gedung, mesin dan peralatan, dan perbaikan tanah.
2.3.3.2 Model Revaluasi
Revaluasi dapat diartikan sebagai penilaian kembali aset tetap yang dilakukan karena nilai aset tetap dianggap tidak lagi mencerminkan nilai yang Revaluasi dapat diartikan sebagai penilaian kembali aset tetap yang dilakukan karena nilai aset tetap dianggap tidak lagi mencerminkan nilai yang
•
Jika tidak terdapat nilai pasar aset yang bersangkutan, tentukan nilai pasar aset sejenis
•
Jika tidak terdapat nilai pasar aset sejenis, lakukan penilaian dengan menggunakan teknik-teknik penilaian yang diterima secara umum, atau dengan menggunakan jasa penilai independen.
Menurut PSAK No 16 (Revisi tahun 2011 paragraf 31), setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal tevaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan
nilai wajar pada ahir periode pelaporan.
Menurut PSAK No 16 (Revisi tahun 2007 paragraf 34), beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan tersebut tidak perlu dilakukan untuk aset tetap yang perubahan nilai wajarnya tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
2.3.4. Biaya Setelah Masa Perolehan Aset Tetap
Menurut PSAK No 16 (Revisi tahun 2011 paragraf 12) , “...... entitas tidak boleh mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset tetap tersbut. Biaya tersebut diakui pada saat terjadiya. Biaya perawatan sehari- hari terutama terdiri atas biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai termasuk didalamnya suku cadang kecil. Pengeluaran-pengeluaran untuk hal tersebut sering disebut ’’biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap“
Menurut PSAK No 16 (Revisi 2011 paragraf 13), “....entitas mengakui biaya penggantian komponen suatu aset dalam jumlah
tercatat aset tetap ketika biaya itu terjadi jika pengeluaran tersebut memenuhi kriteria pengakuan.”
Biaya – biaya yang dapat dianggap sebagai beban (Emperdova’s weblog. 2008.) antara lain:
2.3.4.1 Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya ini bertujuan untuk mempertahankan aset tetap agar tetap berjalan dengan kondisi yang baik. Pengeluaran semacam ini biasanya berulang dan tidak akan meningkatkan manfaat aset maupun memperpanjang umurnya. Sehingga pengeluaran ini akan dibebankan sebagai biaya tahun berjalan.
Biaya – biaya yang dapat dikapitalisasi antara lain :
1) Penggantian
Penggantian terjadi karena komponen di dalam suatu aset tetap telah mengalami kerusakan. Pengeluaran ini tidak dicatat sebagai biaya, melainkan dicatat sebagai tambahan nilai dalam suatu aset.
2) Perbaikan
Pengeluaran akan meningkatkan efisiensi atau kapasitas operasi aset tetap selama umur manfaatnya. Jika masa manfaatnya bertambah selama lebih dari satu tahun maka harus ditambahkan ke harga perolehan aset, sedangkan jika dibawah satu tahun akan dibebankan menjadi biaya.
3) Penambahan
Suatu penambahan biasanya akan menambah besarnya fasilitas fisik. Penambahan ini akan menambah nilai perolehan aset yang akan disusutkan pula kemudian selama umur ekonomisnya.
2.3.5. Penghentian Aset Tetap
Menurut PSAK 16 ( Revisi 2007 paragraf 67), jumlah tecatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
a) pada saat pelepasannya; dan
b) ketika tidak ada manfaat ekonomik masa depan yang diekspektasikan dari penggunaan atau pelepasannya.
2.3.6. Penyusutan Aset Tetap
Menurut PSAK No 16 (Revisi 2011 pada paragraf 46), setiap bagian dari asset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset harus disusutkan secara terpisah. Beberapa faktor yang menentukan beban penyusutan, antara lain :
1) Biaya Perolehan Aset Tetap
Menurut PSAK No 16 (Revisi 2011 pada paragraf 6 ), nilai perolehan atau biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstuksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.”
2) Nilai Residu atau Nilai Sisa ( residual value )
Menurut PSAK N0 16 (Revisi 2011 pada paragraf 6), nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
“Nilai residu adalah harga taksiran dari aset tetap pada akhir masa manfaatnya. Manfaat taksiran menggambarkan kapasitas atau manfaat yang dapat diberikan oleh aset tetap selama dapat dipakai. (Dunia, 2005 : hal 156)”
Nilai residu merupakan suatu estimasi dari kebijakan manajemen perusahaan. Biasanya penentuan nilai ini ditentukan dari pengalaman manajemen. Suatu nilai perolehan aset tidak boleh lebih rendah daripada Nilai residu merupakan suatu estimasi dari kebijakan manajemen perusahaan. Biasanya penentuan nilai ini ditentukan dari pengalaman manajemen. Suatu nilai perolehan aset tidak boleh lebih rendah daripada
3) Masa Manfaat
Menurut PSAK No 16 (Revisi 2011 Paragraf 6), umur manfaat (useful life) adalah:
a) suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau
b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas.
Jika disimpulkan masa umur ekonomis yang terbatas dipengaruhi oleh:
1. Faktor fisik
a. Kemunduran kondisi fisik akibat penggunaan
b. Kemunduran kondisi fisik karena usia yang semakin tua
c. Kemunduran kondisi fisik akibat umur yang lebih disebabkan
faktor eksternal
2. Faktor Fungsional atau Ekonomis
a. Ketidaklayakan (inadequency)
Penurunan manfaat karena pengembangan perusahaan yang menyebabkan aset tidak memadai (permintaa pasar, dan lain- lain).
b. Supersasion
Penurunan manfaat karena perkembangan teknologi sehingga ada aset yang lebih canggih dan efisien dengan harga lebih murah.
c. Keusangan (Obsolescene)
Penurunan manfaat yang tidak tercakup dalam inadequency dan supersasion.
2.3.7. Metode Penyusutan
Berikut ini adalah metode – metode yang kita kenal dalam menghitung penyusutan, antara lain:
2.3.7.1 Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dalam metode ini beban penyusutan menunjukan nilai yang sama pada setiap tahunnya selama umur manfaatnya (Reeve, 2008 : 436). Beban penyusutan dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
Beban penyusutan per tahun =
Harga Perolehan – Nilai Sisa Manfaat Taksiran dalam tahun
Ketika sebuah aset digunakan pada tahun pertama, nilai beban
penyusutan tahunannya akan sama rata untuk tahun – tahun yang akan datang. Bisa pula digunakan cara lain, yaitu dengan cara mengalikan tarif penyusutan dengan dasar penyusutannya. Tarif penyusutan pada metode ini adalah 100 dibagi dengan estimasi masa manfaat, sedangkan dasar penyusutannya adalah haraga perolehan dikurangi dengan nilai sisa, berikut adalah rumus yang digunakan.
2.3.7.2 Metode Jumlah Unit Produksi (Unit of Activity Method)
Dalam metode jumlah unit produksi, penyusutan yang digunakan tidak ditentukan berdasarkan waktu tetapi beban penyusutan dihitung berdasarkan penggunaan dari aset, misalnya dengan jumlah unit yang diproduksi. Metode ini akan menghasilkan beban penyusutan yang berfluktuasi sesuai dengan pemakaian aset yang sesungguhnya. Untuk menghitung penyusutan dalam metode ini harus ditentukan terlebih dahulu estimasi nilai sisanya,jumlah produksi dari aset dan jumlah produksi per tahun. (Soemarso, 2008 : hal 431) Masa manfaat aset dinyatakan dari segi satuan kapasitas produksi.
Beban penyusutan per Unit Produksi = Biaya Perolehan – Nilai residu
Taksiran Jumlah Produksi
Beban penyusutan
= Satuan produksi selama satu periode
X Beban penyusutan per unit
2.3.7.3 Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Method)
Dalam metode saldo menurun ganda, penyusutan yang dibebankan pada tahun pertama dan tahun-tahun berikutnya akan semakin menurun. Dengan metode ini beban penyusutan dihitung dengan menggunakan tarif penyusutan 2 kali dari metode garis lurus, namun dasar penyusutannya adalah nilai buku aset, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Metode ini adalah metode yang tidak menggunakan nilai sisa sebagai dasar perhitungan penyusutannya. Dengan demikian beban penyusutan pada tahun pertama adalah tarif penyusutan dikali dengan harga perolehan saja, karena belum ada akumulasi penyusutan. Berikut adalah rumus yang digunakan dalam metode ini :
Beban Penyusutan per tahun = 2 X 100 X (Harga Perolehan – Akum.Penyusutan)
Masa Manfaat
2.3.7.4 Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Year of Digit Method)
Metode jumlah angka tahun sama dengan metode saldo menurun, di mana beban penyusutan semakin menurun setiap tahun selama masa pemakaiannya. Beban penyusutan dihitung dengan mengalikan harga perolehan yang dapat disusutkan dengan suatu angka tertentu, yaitu jumlah dari umur kegunaan aset tersebut. (Dunia, 2005 : hal 158)
Angka penyebut dari pecahan tersebut adalah jumlah angka dari angka-angka tahun. Sebagai contoh, suatu aset tetap dengan masa manfaat 5 tahun, angka penyebut dari pecahan adalah 15 ( 5+4+3+2+1).Rumus untuk menghitung secara lebih mudah jumlah angka tahun adalah : Jumlah angka tahun = N (N+1)
N adalah masa manfaat taksiran dari aset tetap yang dinyatakan dalam tahun. Angka pembilang dari pecahan dalam metode jumlah angka tahun untuk contoh aset yang mempunyai masa manfaat 5 tahun adalah 5 untuk tahun pertama, untuk tahun kedua adalah 4, untuk tahun ketiga adalah 3, untuk tahun keempat adalah 2, dan untuk tahun terakhir atau kelima adalah 1.
Beban penyusutan dalam metode ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Penyusutan = Tahun Manfaat X ( Harga perolehan – nilai sisa)
Jumlah digit tahun Masa manfaat suatu aset tetap harus ditelaah ulang secara periodik
dan jika harapan berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, beban penyusutan untuk periode sekarang dan yang akan datang harus disesuaikan.