Pemanfaatan Metoda Rasio TM/TR

5.7. Pemanfaatan Metoda Rasio TM/TR

Berikut ini akan dilihat kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan Metoda Rasio TM/TR. Beberapa hal menarik yang dapat dibaca dari kurva referensi dan posisi titik operasi, maupun hasil perhitungan susut teknik dan nonteknik adalah:

a) Titik operasi dari tiap-tiap bagian jaringan yang mengandung susut non teknik, akan berada di sekitar kurva referensi. Makin jauh posisi titik operasi suatu bagian jaringan dari kurva referensi berarti makin besar susut non teknik di bagian jaringan ini; semakin dekat titik operasi suatu bagian jaringan berarti bagian jaringan tersebut makin mendekati keadaan operasi idealnya.

b) Kurva referensi merupakan tempat kedudukan titik operasi dalam kondisi operasi yang terjadi sebenarnya. Oleh karena itu susut teknik yang dihitung berdasarkan kurva referensi merupakan nilai susut yang dapat dianggap wajar terjadi di jaringan distribusi, dalam kondisi fisik jaringan dan pola pembebanan sebagaimana adanya pada waktu analisis dilakukan.

c) Karena kurva referensi dapat memberikan kewajaran nilai susut, maka kurva ini juga dapat memberikan referensi untuk menetapkan target dalam upaya penurunan susut.

d) Dengan diperolehnya susut teknik dan nonteknik di tiap bagian jaringan, diperoleh pula peta susut yang sangat diperlukan dalam menetapkan langkah-langkah usaha penurunan susut.

Evaluasi Kinerja Jaringan. Sebagai contoh evaluasi kinerja jaringan kita ambil Jawa Tengah. Gb.4.2. di Bab-4 memperlihatkan kurva referensi berimpit dengan titik operasi H karena H dijadikan referensi. Bagian jaringan yang lain, yang titik operasinya terletak atau sangat dekat dengan kurva referensi adalah C, F, dan G. Susut total dari empat APJ ini adalah H 5,2%, C 9,7%, F 9,8%, dan G 9,2%. Walaupun susut total dari ketiga bagian jaringan terakhir ini 4% lebih besar dari H, akan tetapi susut nontekniknya tidak jauh berbeda. Dari sisi ini keempat bagian jaringan tersebut dapat dianggap memiliki kinerja yang hampir sama. Susut total yang lebih besar di C, F, dan G lebih disebabkan oleh komposisi beban yang dominan di sisi tegangan rendah dan bukan karena susut nonteknik yang besar.

E memiliki susut total 11,9% dengan susut nonteknik 1,3%, sedangkan B memiliki susut total 8,2% dengan susut nonteknik 1,7%. Dua APJ ini juga memiliki kinerja hampir sama. Susut total yang lebih besar di E disebabkan oleh komposisi beban yang dominan di sisi tegangan rendah.

Titik operasi A, I, dan J, terlihat cukup jauh di luar kurva referensi, dan ketiganya berada di atas kurva. Hal ini menandakan bahwa susut nonteknik cukup besar persentasenya. Apa yang perlu dilakukan di bagian jaringan ini dalam usaha menurunkan susut adalah mengurangi susut nonteknik dan ini merupakan upaya prioritas. Titik operasi ketiga bagian jaringan ini harus diusahakan berimpit atau mendekati kurva referensi.

Dua bagian jaringan yang lain yaitu D dan K, memiliki titik operasi yang terletak di bawah kurva referensi. Hasil perhitungan memberikan persentase susut nonteknik yang bernilai negatif. Dalam menghadapi susut nonteknik negatif ini perlu dilakukan beberapa tindakan, yaitu:

a). Verifikasi data penjualan energi untuk menghilangkan penambahan secara administratif pada data penjualan.

b). Verifikasi apakah data penerimaan energi (ITM) tidak terlalu kecil. c). Verifikasi apakah data pengiriman energi ke unit lain tidak terlalu besar. d). Satu hal yang dapat pula dilakukan di bagian jaringan dengan susut nonteknik negatif adalah

menerapkan Metoda Rasio TM/TR secara internal di bagian jaringan ini untuk tiap penyulang. Kurva referensi ditentukan dengan mengambil penyulang yang diketahui bebas dari susut nonteknik.

Dengan menggunakan cara evaluasi ini, upaya penurunan susut dapat dilakukan dengan mengikuti suatu urutan prioritas.

Penentuan Target Usaha Penurunan Susut. Dari evaluasi susut jaringan sebagaimana dijelaskan di atas, diperoleh gambaran tentang situasi yang ada. Dari keseluruhan jaringan dapat diketahui bagian-bagian mana yang posisi titik operasinya menyimpang cukup jauh dari kurva referensi. Langkah pertama dalam usaha penurunan susut adalah mengusahakan agar semua bagian jaringan memiliki titik operasi berimpit atau setidak-tidaknya sangat dekat dengan kurva referensi. Ini berarti bahwa penurunan susut non teknik harus menjadi prioritas, dan langkah ini memberikan target penurunan susut minimal yang seharusnya dicapai dan merupakan target yang wajar.

Langkah berikutnya adalah menentukan target susut dengan menetapkan kurva referensi yang baru, dengan nilai [ST/JuTR] ref lebih kecil dari nilai [ST/JuTR] ref dari kurva referensi sebelumnya. Kurva referensi yang baru ini akan lebih rendah posisinya dari kurva referensi sebelumnya. Dengan kurva referensi yang baru ini, titik operasi semua bagian jaringan bisa berada di atas kurva. Dengan prosedur perhitungan seperti sebelumnya maka akan diperoleh persentase susut teknik yang baru di semua bagian jaringan yang hanya mungkin dicapai melalui pembenahan jaringan. Beberapa hal perlu diingat.

a). Kurva referensi yang pertama diambil dari bagian jaringan yang memiliki persentase susut total terendah. Namun bagian jaringan referensi ini belum tentu bebas dari susut nonteknik. Memperlakukan STNTPS bagian jaringan referensi ini sebagai ST akan menyebabkan perhitungan susut teknik menghasilkan nilai persentase yang lebih besar dari seharusnya.

b). Adanya bagian jaringan yang memiliki susut nonteknik negatif juga memberikan indikasi bahwa kurva referensi terlalu tinggi. Apabila bagian jaringan yang memiliki susut nonteknik negatif telah diverifikasi data-datanya, dan ia tetap memiliki susut nonteknik negatif, maka bagian jaringan ini dapat dijadikan referensi yang baru.

c). Karena hasil perhitungan tidak dapat memisahkan antara susut nonteknik murni dengan pemakaian sendiri, maka penyimpangan dari kurva referensi dapat dianggap wajar bila penyimpangan tersebut tidak melebihi suatu nilai batas tertentu diperkirakan, misalnya 0,3%.

d). Apabila semua bagian jaringan telah masuk ke koridor nilai batas toleransi susut nonteknik yang dimaksudkan pada butir c), maka penurunan kurva referensi merupakan usaha penurunan susut melalui upaya teknik. Dalam hal demikian ini keseimbangan antara pembiayaan dan kemanfaatan harus menjadi pertimbangan.

Evaluasi Upaya Penurunan Susut Teknik. Upaya penurunan susut teknik memerlukan investasi. Berapa jauh usaha ini berhasil hendaknya dapat secepatnya dievaluasi. Metoda Rasio TM/TR memungkinkan hal ini dilakukan. Jika suatu tahap perbaikan jaringan (misalnya pemberatan) Evaluasi Upaya Penurunan Susut Teknik. Upaya penurunan susut teknik memerlukan investasi. Berapa jauh usaha ini berhasil hendaknya dapat secepatnya dievaluasi. Metoda Rasio TM/TR memungkinkan hal ini dilakukan. Jika suatu tahap perbaikan jaringan (misalnya pemberatan)

Pemetaan Susut. Dalam ujicoba di Bab-4, susut di tiap bagian jaringan dapat diperoleh. Apabila di tiap outgoing penyulang di Gardu Induk dilakukan pengukuran energi, dan jika penjualan energi dari tiap penyulang dapat diukur (baik tegangan menengah maupun tegangan rendah) maka metoda Rasio TM/TR dapat diterapkan pada sekumpulan penyulang. Dengan demikian peta susut energi di penyulang dapat diperoleh dan akan sangat bermanfaat dalam menentukan langkah usaha penurunan susut.

Dalam hal suatu penyulang hanya memiliki penjualan di sisi tegangan rendah, perlu dilakukan pengukuran energi di sisi incoming beberapa trafo distribusi dan hasil pengukurannya diperlakukan sebagai JuTM. (lihat penjelasan berikut).

Kasus Penjualan Hanya di Sisi Tegangan Rendah . Dalam hal suatu bagian jaringan hanya melakukan penjualan di sisi tegangan rendah maka pengiriman ke unit lain di sisi tegangan menengah, yaitu KTM, diperlakukan sebagai penjualan di tegangan menengah, JuTM. Jika pengiriman ke unit lain juga tidak ada, maka perlu dilakukan pengukuran energi di incoming beberapa trafo distribusi dan hasil pengukuran ini diperlakukan sebagai JuTM. Dalam hal terakhir ini, penjualan tegangan rendah dari trafo yang bersangkutan harus tidak diperhitungkan lagi.