Kapasitas Sangga Sub Sektor Produksi Tanaman Keras di Daerah Penyangga Taman Nasionai Gunung Gede Pangrango Jawa Barat (Studi Kasus di Resort Bodognl, Resort Cimande, Resort Goalpara dan Resort Selabintana)

RINGKASAN

WIABALIA (E03496002). Kapasitas Sangga Sub Sektor Produksi Tanaman Keras di Daerah
Penyangga Taman Nasionai Gunung Gede Pangrango Jawa Barat (Studi Kasus di Resort
Bodognl, Resort Cimande, Resort Goalpara dan Resort Selabintana). Pembimbing Ir. JOJO
ONTARJO,MM dan Ir. A. SAMBAS BASUNI, MS.

Elemen

masyarakat

IokaYsekitar kawasan

mempakan

komponen penting

untuk

dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tindakan pengelolaan kawasan yang dilindungi. Pada
satu sisi elemen ini dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan pengelolaan kawasan yang

dilindungi, namun di sisi lain elemen ini juga dapat menjadi faktor kendala dalam pengelolaan
kawasan yang dilindungi. Kegiatan untuk mengumpulkan produk-produk alami dari daerah sekitar
pedesaan mempakan salah satu bak bagi rakyat setempat. Namun dalam prakteknya juga dijumpai
kasus masyarakat pedesaan masuk ke dalam kawasan dilindungi untuk mengumpulkan hasil butan
karena kebutuhan akan sumberdaya tersebut tidak cukup tersedia di lingkungan tempat tinggalnya.
Pengembangan daerah penyangga (bzrffer zone) membuka peluang pemanfaatan sumberdaya
alam oleh masyarakat setempat sebingga kebutuhan hidup mereka tetap terpenuhi dan memperkecil
peluang pemsakan terhadap kawasan yang dilindungi akibat masuknya masyarakat yang mengambil
basil hutan dan sumberdaya alam lainnya dari dalam kawasan tersebut. Keberhasilan pengembangan
daerah penyangga akan menentukan eksistensi kawasan yang dilindungi dan sekaliys menjadi
parameter kesejahteraan masyarakat setempat. Jika sumberdaya alam daerah penyangga berada pada
kapasitas yang mampu menyangga kehidupan masyarakat setempat, maka ha1 tersebut akan dapat
memperkecil bahkan menghilangkan kemungkinan masyarakat mengambil sumberdaya alam dari
dalam kawasan yang dilindungi. Keefektifan keberadaan suatu daerah penyangga dalam menjalankan
fungsinya, baik terhadap perlindungan kawasan yang dilindungi (taman nasional) maupun terhadap
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat pedesaan di sekitar kawasan tersebut, dapat dianalisis dengan
menggunakan pendekatan bagaimana kemampuan daerah tersebut memasok hasil-hasil hutan (kayu
dan non kayu) dan sumberdaya alam lainnya (hewan temak dan ikan) yang menyokong kebutuhan
bidup rakyat pedesaan. Jenis sumberdaya yang diteliti adalah tanaman keras.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi sub sektor produksi tanaman keras di

daerah penyangga dan mengetabni seberapa besar kapasitasnya dalam memasok kebutuhan masyarakat
di daerah yang bersangkutan melalui penghitungan daya dukundkapasitas sangga sumber daya alam
yang bersangkutan dan untuk mengetahui peranan sub sektor produksi tanaman keras terhadap
perekonomian daerah penyangga, serta untuk menganalisis profitabilitas berbagai tipe penggunaan
lahan yang mendukung produksi tanaman keras yang selama ini diterapkan pada daerah penyangga

sehubungan dengan orientasi pembangunan pedesaan, yaitu peningkatan taraf hidup dan kesejabteraan
rakyat.
Penelitian ini dilaksanakan pada 12 desa contoh yang terletak di dalam kawasan daerah
penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dan te~masukdalam wilayab kerja 4
resort TNGGP yaitu

Resort Bodogol (Desa Nangerang, Wates Jaya dan Pasir Buncir), Resort

Ci~nande(Desa Tangkil, Lemah Duhur dati Pancawati), Resott Goalpara (Desa Margaluyu, Langensari
dan Cisa~ua)dan Resort Selabintaua (Desa Sudajaya Girang, Karawang dan Gede Pangrango). Waktu
penelitian selama kurang lebih dua bulan, yaitu pada Bnlan Juni - Agustus 2000.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data pokok (baik data primer ~ ~ i a u p udata
n sekunder)
dan data penunjang. Pengumpula11 data primer dilakukan melalui observasi di lapangan dan

wawancara dengan rakyat pernilik lahan, terdiri da-i data umum rumali tangga, data potensi lalian, data
pendapatan dan biaya pengusahaan suatu jenis penggunaan lahan. Sedangkan data sekunder diperoleh
yang
melalui studi be]-bagai literatur baik itu berasal dari studi pnstaka maupun data-data dan info~n~asi
diperoleh langsung dari instansi yang terkait, meliputi data kependudukan, potensi lahan dan produksi
jenis tanatnan keras, PDRB sub sektor produksi tanaman keras di wilayah kecamatan dan kabupateu
dan PDRB selu~ulisektor di wilayali kecamatan dan kabupaten. Data penunjang diperoleh dari studi
data pokok, terdiri dari keadaan urnuln lokasi penelitian
literatur yaug relevan dan bersifat ~~ienunjang
dan ko~idisisosial ekonorni masyarakat. Data non kuantitatif dianalisa secara deshiptif, sedaugkan
data kuantitatif diolah dengan meuggunakan tiletode penghituigan dan analisis kapasitas sanggaldaya
dukung (Ks), metode analisis Locatioi7 Q~iotierlt(LQ) dan metode analisis NPV dan IRR.
Kapasitas sangga tidak tergantung pada besa~nyanilai produksi, melainkan lebih ditentukan
oleh jumlah penduduk desa yang membutuhkannya.

Kapasitas sangga tanatnan keras di daerah

penyangga ditentukan oleb kapasitas sangga desa-desa yang termasuk didalamnya, sebab masingmasing desa memiliki nilai produksi dan tingkat kebutuhan terhadap tauaman keras yang berbeda
sesuai dengan besamya sumberdaya tanaman keras yang tersedia dan jumlah penduduk desa tersebut.
-.-


Sehinggakemampuan suatu desa dalam memasok kebutuhan suatu jeNs tanaman keras tertentu juga
berheda-beda sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya. Dalam kawasan daerah penyangga
TNGGP iN, desa dengan kapasitas saugga tanaman keras terbesar adalah desa dengan indek Kx
kunulatif terbesar, yaitu Desa Sndajaya Girang, sedangkan desa dengan kapasitas sangga tanaman
keras terkecil adalah Desa Pancawati.
Keberadaan suatu penggunaan lahan yaug ~nendukungproduksi tanaman keras dalam skala
usaha yang besar temyata membantu menciptakan kapasitas sangga tanaman keras di desa yang
bersangkutan, sepe16 perkebunan teh baik milik rakyat maupun milik negara, perkebunan buah-buahan
Perhutau,
milik swasta dao milik rakyat, areal hutan rakyat, areal hutan produksi yang dikelola P e ~ m
dan perkebunan tanaman keras lainnya, sepe~ticengkeh, kayu manis, murbei, bambu dan lain-lain.
Peningkatan kapasitas sangga kawasali penyangga dalam produksi tanaman keras dapat dilakukan

antara lain dengan mengembangkan kegiatan agroindustri dengan bahan baku yang berasal dari
produksi tanaman keras dan penerapan teknologi s e ~ t apengembangannya terhadap praktek-praktek
pengolahan lahan inaupun dalam proses produksi suatu agroindustri.
Nilai LQ menggambarkan tingltat spesialisasi sub sektor tanaman keras di masing-masing
wilayah kecamatan. Keterbatasan data yang tersedia pada unit desa menyebabkan unit analisis dalan
metode LQ ini bukan lagi berupa desa-desa contoh, melainkan dianalisis pada tingkat kecamatan

dimana desa-desa contoh tersebut tennasuk didalamnya. Hasil identifikasi menunjukan bahwa sub
sektor tanaman keras di Icecamatan Sukaraja, Cije~ukdan Caringin be~peransebagai sektor basis, yang
ditunjukan dengan nilai LQ>l. Dengan demikian sub sektor tanaman keras di ketiga kecamatan ini
telah lnampu memenuhi kebutuban tanaman keras di dalaln wilayahnya, bahkan mainpu meinberikan
suiplus produksi bagi daeralmya yang menurut teori ekonomi basis dapat diekspor ke luar wilayahnya.
Sedangkan hasil perhitungan LQ untuk ketiga kecamatan yang lainnya menunjukan nilai LQ kurang
dari 1, yaitu Kecamatan Sukabumi,I