Alternatif pengelolaan lahan optimal untuk pelestarian sumber daya air di pulau ambon

ALTERNATIF PENGELOLAAN LAHAN OPTIMAL
UNTUK PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
DI PULAU AMBON

AGUSTINUS JACOB

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan denga n sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi
ini yang berjudul :

Alternatif Pengelolaan Lahan Optimal
Untuk Pelestarian Sumber daya Air
Di Pulau Ambon
Adalah karya saya sendiri dengan pembimbingan komisi pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi maupun sumber

informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

BOGOR, Januari 2009

Agustinus Jacob
NRP. A 23610071

Abstract
AGUSTINUS JACOB. Alternative of Optimum Land Management for Water
Resources Sustainability in Ambon Island. Supervised by NAIK SINUKABAN
as chairman, HIDAYAT PAWITAN and A. NGALOKEN GINTINGS as
members .
Land degradation on the upper stream area in Ambon island has reduced the
water resources discharge and fresh water availability significantly to the people.
For Ambon city in particular, fresh water capacity provided by PDAM, the local
government fresh water company, can serve only 19,14% of total household s. Fresh
water discharge reduction is attributable to the change in forest land use to
agriculture and settlement at the upper stream area. In order to solve the problem of
fresh water resources in Ambon island, Batugantung watershed had been chosen as

a representative of critical watershed in Ambon island for this research with the
objectives as follows : 1) to evaluate the effect of a change of land use towards
watershed hydrology characteristic (distribution and water yield) in Ambon island;
2) Determine erosion rate at each land unit and income of existing “dusun” farming
at Batugantung watershed; and 3) to determine alternative optimum land
management in order to reduce the rate of soil erosion, incline of land productivity
and farmer income, as well as to protect and conserve water resource in Ambon
island.
The result shows that the change of forest area to become none forest area in
Batugantung watershed from the year 1989 to 2005: increased the Qmax/Qmin from
11.68 to 12.13; runoff from 592.32 mm to 638.65 mm; and water yield from
1,377.74 to 1,441.87mm. Optimum land management Scenario for Batugantung
watershed was scenario-5 (30% forest); and for Ambon island was scenario-6 (40%
forest). The augmented of forest area at Batugantung watershed up to 30%
reduce fluctuation of monthly water discharge (Qmax/Q min ) from 13.66 down to
6.19; runoff from 606.23 mm to 462.22 mm; and water yield from 1,412.16 mm to
1,341.16 mm. By keeping at least 40% forest area in Ambon island watersheds in
the frame of ‘dusun’ land management, it will sustain fresh water potency about
1.66 x 106 m3 .day-1 ; exceeding daily fresh water requirement of the Ambon people
which only about 6.08x104 m3 .day-1 . Erosion rate at all of land unit with slope >

15% was greater than tolerable erosion rate (E-tol). Net income from existing
dusun farmer in Batugantung watershed was Rp.13.78 million ha-1 year-1 . It’s still
under the worth living criteria (KHL) which is Rp. 20 million family-1 year-1 . In
order to get level of income of that match to KHL criteria, dusun farmer have to
have minimum area of land farming is 1.45 hectare.
Key word: Water resources, Water yield, Dusun (agroforestry), income, erosion, sustainable

RINGKASAN
AGUSTINUS JACOB. Alternatif Pengelolaan Lahan Optimal Untuk Pelestarian
Sumber daya Air di Pulau Ambon. Dibimbing oleh NAIK SINUKABAN sebagai
ketua, HIDAYAT PAWITAN dan A. NGALOKEN GINTINGS masing- masing
sebagai anggota.
Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi lahan pertanian,
pemuk iman dan penggunaan lainnya, akibat pertambahan penduduk perlu dicermati
guna menentukan tindakan yang perlu dilakukan dimasa yang akan datang.
Kerusakan lahan yang terjadi sebagai dampak perubahan penggunaan lahan di hulu
DAS Batugantung dan DAS lainnya di pulau Ambon telah mengurangi penyediaan
air bersih bagi penduduk pulau Ambon. Kapasitas penyediaan air bersih (clean
water) oleh PDAM kota Ambon hanya dapat melayani 19,14% dari keseluruhan
rumah tangga di kota Ambon (BPS kota Ambon, 2007). Kondisi ini disebabkan

oleh menurunnya debit sumber daya air dari DAS hulu sebagai dampak dari alih
fungsi hutan menjadi non hutan. Untuk pulau-pulau kecil seperti pulau Ambon,
umumnya memiliki sumber daya air yang terbatas sebagai penciri utama. Untuk itu
pengelolaan sumber daya alam pada pulau-pulau kecil termasuk pulau Ambon
diperlukan kewaspadaan tinggi, untuk melindungi sumber daya alam ha yati
endemik lokal dari kepunahan.
Untuk menjawab permasalahan sumber daya air di pulau Ambon, DAS
Batugantung telah dipilih sebagai pewakil dari DAS kritis di pulau Ambon dalam
tujuan penelitian ini, dengan pertimbangan : (1) Sumber mata air “air kelua r” di,
DAS Batugantung pulau Ambon mensuplai lebih dari 30% kebutuhan air PDAM
kota Ambon saat kondisi debit normal (100 liter/det) dan kini mencapai debit
minimum 5 liter/det. (2) Efisiensi energi dan biaya operasional, karena letaknya
pada ketinggian 250 m dari permukaan laut sehingga tidak memerlukan pompa
untuk menyalurkan air (hanya dengan energi gravitasi), dan biaya yang dapat
dihemat separuh dari biaya operasional PDAM kota Ambon untuk membayar
rekening PLN dan BBM untuk menjalankan Genset yakni sekitar Rp. 700
juta/bulan; (3) Mewakili keragaman biofisik lahan daerah aliran sungai (DAS) di
pulau Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengevaluasi dampak perubahan
penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi DAS (distribusi dan hasil air) di
pulau Ambon 2) Menentukan laju erosi pada setiap satuan lahan dan pendapatan

usahatani dusun saat ini di DAS Batugantung, pulau Ambon; (3) Menentukan
alternatif pengelolaan lahan optimal yang dapat menekan laju erosi tanah,
peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani dusun, serta melindungi dan
melestarikan sumber daya air di pulau Ambon.
Penelitian ini dilaksanakan di DAS Batugantung menggunakan metode
survai untuk pengumpulan data biofisik lahan, pengukuran permeabilitas profil di
lapang; dan untuk data sosek digunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan terdiri
dari data primer (data biofisik lahan) dan data sekunder dari instansi terkait antara
lain: data debit sungai (Dinas PU propinsi dan kabupaten/kota), data iklim
(stasiun BMG Karang Panjang, dan stasiun BMG Lanud Pattimura, Ambon).

Analisis data dilakukan dalam 3 tahap yakni : (1) Analisis neraca air
lahan, untuk mengevaluasi dampak perubahan alih guna lahan hutan terhadap
karakteristik hidrologi DAS; (2) Analisis Agroteknologi, untuk mengevaluasi
dampak dari sistem pengelolaan lahan dusun terhadap aliran permukaan, dan erosi
serta pilihan agroteknologi yang cocok untuk menekan erosi tanah menjadi = E-tol,
dan (3) Analisis finansial usahatani dusun, dan alternatif pengembangannya untuk
peningkatan pendapatan petani dusun (Agroforestry) dan kelestarian sumber daya
air di daerah aliran sungai (DAS) di pulau Ambon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Penurunan luas hutan sebesar

64,32 ha (100%) di DAS Batugantung dari tahun 1989 ke tahun 2005,
meningkatkan: aliran permukaan dari 592,32 mm menjadi 638,65 mm (7,82%);
Qmax /Qmin dari 11,68 menjadi 12,13 ; dan water yield dari 1.377,74 mm menjadi
1.441,87 mm (4,65%), untuk curah hujan rata-rata 3.270,0mm pada tahun 1989,
2000, dan 2005; (2) Skenario pengelolaan lahan terbaik untuk DAS Batugantung
adalah skenario 5 (30% hutan), dan pulau Ambon skenario 6 (40% hutan).
Pertambahan luas hutan hingga 30% pada DAS Batugantung menurunkan : aliran
permukaan dari 606,23 mm menjadi 464,22 mm (turun 30,56%); Qmax/Qmin dari
13,66 menjadi 6,19; dan water yield menurun dari 1.412,16 mm menjadi 1.341,16
mm (turun 5,29%); (3) Potensi sumber daya air yang dapat dicapai jika program
reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis memenuhi minimal 30% hutan untuk DAS
Batugantung dan 40% hutan untuk pulau Ambon, masing- masing adalah: Untuk
DAS Batugantung : 2,16 x 104 m3 /hari (mampu mensuplai 50,0 % kebutuhan air
bersih penduduk kota Ambon atau 35,53% kebutuhan penduduk pulau Ambon) dan
pulau Ambon 1,66 x 106 m3 /hari (melebihi kebutuhan air bersih penduduk pulau
Ambon : 6,08 x 104 m3 /hari). Jika luas hutan minimal yang disyaratkan pada skala
DAS maupun pulau Ambon dapat terpenuhi maka sumber daya air di pulau Ambon
dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduknya secara berkelanjutan; (4) Laju
Erosi pada satuan lahan dengan lereng >15 % pada semua penggunaan lahan yang
ada kecuali alang-alang di DAS Batugantung, masih lebih besar dari erosi yang

dapat ditoleransi. Karakteristik biofisik lahan pulau Ambon yang didominasi lereng
> 15%, penerapan metode konservasi tanah dan air secara vegetatif lebih cocok; (5)
Pendapatan neto usahatani dusun di DAS Batuga ntung saat ini adalah Rp. 13.78
juta/ha/tahun, belum memenuhi
standar hidup layak (KHL) yaitu Rp. 20
juta/KK/tahun. Untuk mencapai pendapatan usahatani agar hidup layak diperlukan
luas lahan usahatani minimal 1,45 ha/KK. Peluang pengembangan luas usahatani
dusun masih dimungkinkan karena pemilikan lahan petani dusun = 2 hektar/KK.;
(6) Alternatif pengelolaan lahan usahatani dusun melalui penataan pola tanam dan
diversifikasi jenis tanaman agroforestry dalam kerangka sistem pertanian konservasi
dapat meningkatkan pendapatan neto hingga Rp. 20,55 juta/ha/tahun; (7)
Optimalisasi pengelolaan lahan “dusun alternatif” di DAS Batugantung terhadap
fungsi tujuan : ketersediaan dan kecukupan sumber daya air, pendapatan usahatani
dusun memenuhi KHL, dan menurunkan erosi lahan sampai = E-tol, diperoleh
hasil sbb. : debit aliran 0,21 m3 /detik atau 18.144,0 m3 /hari (memenuhi 41,9 %
kebutuhan air bersih/hari dari penduduk kota Ambon, atau 158,15% dari kebutuhan
air bersih bulanan PDAM kota Ambon tahun 2007 yakni 344.187,4 m3 /bulan);
pendapatan neto Rp. 20,35 juta/ha/tahun; sedangkan laju erosi lahan mengalami

deviasi positif sebesar 8,30 ton/ha/tahun terhadap erosi yang dapat ditoleransi

untuk mencapai CP maksimum yakni 16,87 ton/ha/tahun.
Diperlukan partisipasi aktif dari semua pihak dalam pengelolaan sumber
daya alam yang ketersediaannya terbatas secara arif dan bijaksana demi
kesejahteraan manusia dan lingkungannya secara berkelanjutan.

@Hak Cipta milik IPB, Tahun 2009
Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang

mengutip

sebagian

atau

seluruh

karya


tulis

ini

tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

ALTERNATIF PENGELOLAAN LAHAN OPTIMAL
UNTUK PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR
DI PULAU AMBON

AGUSTINUS JACOB
A 236010071


Disertasi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar

DOKTOR
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan DAS
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup :
Nama

:

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc.


Instansi

:

Fakultas Pertanian IPB
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya Lahan

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka :
1. Nama
Instansi

2. Nama

Instansi

:

Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc.

:

Fakultas Pertanian IPB
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya Lahan

:

Dr. Ir. Harry Santoso
(Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman)

:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Departemen Kehutanan Republik Indonesia

Judul Disertasi

: Alternatif Pengelolaan Lahan Optimal untuk
Pelestarian Sumber daya Air di Pulau Ambon

Nama

: Agustinus Jacob

NRP

: A.23610071

Program Studi

: Ilmu Pengelolaan DAS

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, MSc.
Anggota

Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, MS.
Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan DAS,

Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc.

Tanggal Ujian: 25 Nopember 2008

Dekan Sekolah Pascasarjana,

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Jesus Kristus atas
kasih,

anugerah dan penyertaanNya selalu, sehingga Disertasi dengan judul :

“Alternatif Pengelolaan Lahan Optimal untuk Pelestarian Sumber daya Air di pulau
Ambon” dapat diselesaikan. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan baik
menyangkut keterbatasan data yang telah dikumpulkan selama penelitian maupun
kajian ilmiah yang disampaikan lewat disertasi ini. Untuk itu segala saran, dan
kritik yang konstruktif dari pembaca dan semua pihak yang berkepentingan, penulis
terima dengan senang hati.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus penyusun haturkan kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc., Prof. Dr.Ir. Hidayat Pawitan, MSc., dan
Dr. Ir. A. Ngaloken Ginting, MS., masing- masing sebagai ketua dan anggota
komisi pembimbing atas bimbingan, arahan, serta dorongannya sejak awal
penyusunan proposal penelitian sampai disertasi ini dapat diselesaikan.
2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa BPPS Tahun 2002.
3. Pimpinan IPB melalui Sekolah Pascasarjana, Program Studi Ilmu Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai (DAS) beserta

seluruh staf pengajar yang telah

memberikan kesempatan belajar dan suasana akademik yang menunjang.
4. Pimpinan Universitas Pattimura dan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
yang telah memberi ijin bagi saya untuk melanjutkan Studi Program Doktor
(S3) di Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
5. Penguji luar komisi pembimbing : Dr. Ir. Suria D. Tarigan, MSc., dan Dr.Ir.
Harry Santoso; atas kesediaannya untuk bertindak sebagai Penguji dalam ujian
terbuka saya, dan koreksi serta masukan-masukan yang sangat bermanfaat dalam
melengkapi disertasi saya.
6. Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Maluku atas dukungan dan bantuan dana
penelitian yang diberikan kepada penulis.
7. Pimpinan Yayasan

TOYOTA & ASTRA

penelitian yang diberikan kepada penulis.

bersama staf

atas bantuan dana

8. Pimpinan Yayasan Dana Beasiswa Maluku (YDBM) bersama staf atas bantuan
dana penelitian yang diberikan kepada penulis.
9. Pimpinan Yayasan Satyabhakti Widya bersama staf atas bantuan dana penelitian
yang diberikan kepada penulis.
10. Pimpinan Yayasan Putra Mama bersama staf atas dukungan bantuan beasiswa
yang telah diberikan, saya ucapkan terima kasih.
11. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana
segala bantuan,

Program Studi Pengelolaan DAS atas

persahabatan dan diskusi yang membangun serta dukungan

semangat untuk terus berjuang dalam menghadapi segala tantangan dan ujian
dalam setiap proses studi penulis.
12. Terima kasih yang tulus kepada keluarga, istri dan kedua putri tercinta Grace
dan Caroline atas kesabaran, pengertian, kasih dan dukungan doanya.
13. Bapak Prof. Dr.Ir. J.E. Louhenapessy bersama keluarga, yang telah memberikan
perhatian, bantuan moril maupun materil, dukungan doa serta motivasi sejak
awal penulis memasuki bangku perguruan tinggi hingga saat ini. Tuhan Jesus
memberkati selalu.
14. Terima kasih yang tulus kepada kakak terkasih: Drs. C. Jacob, Mpd. bersama
keluarga di Bandung yang telah memberikan dukungan moril, materil dan
doanya.
15. Teman-teman dari Perkumpulan Mahasiswa Maluku (PERMAMA) atas bantuan,
dorongan dan dukungan doanya. Khusus untuk Dr. Ir. Jan Masrikat, MSi. atas
curahan waktu dan tenaga yang diberikan kepada penulis dalam proses
pembuatan/pengeditan peta-peta yang diperlukan dalam disertasi ini, penulis
ucapkan terima kasih.

Demikian pula untuk Ir. Son Liubana, Msi.; Ir. Jems

Unitly,Msi.; Dr. Ir. Tony Ongkers, MS., dan teman-teman yang lain yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan yang
diberikan hingga rampungnya
kasih.

draf disertasi ini,

penyusun ucapkan terima

Segala

amal baik dari Komisi Pembimbing dan semua pihak yang telah

mendukung saya dalam doa dan dana sejak

penyusunan proposal hingga

rampungnya disertasi ini, saya sampaikan terima kasih dan doaku semoga Tuhan
Jesus memberkati selalu.

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 April 1959, di Wonreli Kecamatan Pulaupulau Terselatan Kabupaten Maluku Tenggara, Propinsi Maluku; anak keenam dari
delapan bersaudara dari ibu : Elizabeth Daniel (almarhuma) dan ayah : Dominggus
Jacob (almarhum).
Pendidikan dasar diselesaikan penulis di SD Negeri 1 Wonreli tahun 1972;
pendidikan menengah pertama di SMP Negeri Wonreli tahun 1975; dan pendidikan
menengah atas di SMA Kristen Ambon tahun 1979. Pendidikan tinggi dimulai tahun
1979, dengan memasuki Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Jurusan Budidaya
Pertanian Program Studi Ilmu Tanah, dan memperoleh gelar sarjana pertanian tahun
1985.
Penulis adalah staf pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Pattimura,
Program Studi Ilmu Tanah sejak tahun 1987 hingga sekarang. Tahun 1992 penulis
memperoleh gelar Magister Sains (S2) pada Fakultas Pascasarjana IPB, Program
Studi Ilmu Tanah, atas bantuan beasiswa TMPD dari Dirjen DIKTI Depdikbud
tahun 1989.

Tahun 2001 penulis memperoleh ijin dari pimpinan Universitas

Pattimura, dan Fakultas Pertanian UNPATTI, untuk melanjutkan studi ke Program
Pascasarjana IPB pada Program Studi

Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

(DAS).
Pada tahun 1993-2000 penulis mendapat kepercayaan selaku Kepala
Laboratorium Analisis Kimia Tanah – Tanaman, Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon.

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ...………………………………………………......
DAFTAR GAMBAR ..……………………………………………......
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

xvi
xvii
xviii

PENDAHULUAN ……..………………………………………............ .
Latar Belakang ……………..……………………………….................. .
Permasalahan ..........................................................................................
Kerangka Pemikiran ...............................................................................
Tujuan Penelitian ……………..………………………………...............
Manfaat Penelitian …….………..…………………………….............
Kebaharuan Penelitian ............................................................................

1
1
5
5
8
11
11

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...........

12

Pengertian, Fungsi dan Konsep Pengelolaan DAS…………..................
Pendekatan Sistem Dalam Pengelolaan DAS …………….....................
Pemodelan Sistem …………………...............................................
Analisis dan Sintesis Sistem..............................................................
Simulasi Model ................................................................................
Review Pemodelan Hidrologi DAS .........................................................
Model Inti : Pengembangan Proses Algorithm ................................
Stanford Watershed Model ................................................................
Soil and Water Assesstament Tool (SWAT) ……………………….
Model Neraca Air ..................................................................................
Beberapa Model Hirologi DAS yang telah dikenal di Indonesia............
Model- model Hidrologi: TOPOC, ANSWER, dan AGNPS ............
Model TOPOC ........................................................................
TOPMODEL ............................................................................
Model Hidrologi ANSWERS .................................................
Model AGNPS .........................................................................
Upaya Pelestarian Sumber daya Air ………………………….................
Pendekatan Model Hidrologi .......................................................
Pendekatan Model Agroteknologi ..............................................
Pendekatan Model Pendapatan .................................................
Dampak Penggunaan Lahan Terhadap Sumber daya Air
Dampak Penggunaan Lahan Terhadap Regim Hidrologi .....................
Pengaruh Hutan terhadap Water Yield ................................................
Sistem Dusun Di Maluku .........................................................................

12
17
19
20
21
22
23
23
28
30
32
32
33
33
33
34
35
36
38
44
46
47
48
48

xiii
BAHAN DAN METODE ……………………............................................

52

Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………........................
Bahan dan Alat ………………………………………………..........................
Metode Penelitian .............................................................................................
Teknik Pengumpulan Data ………………................. ...........................
Analisis Data ...........................................................................................
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan ..........................................
Analisis Lahan untuk Pengembangan Sumber daya Air ………….
Analisis Subsistem Hidrologi …………………………………
Analisis Subsistem Agroteknologi…………………………….
Analisis Subsistem Pendapatan Usahatani Dusun (Agroforestry )
Analisis Finansial Usahatani Dusun ................................................
Standar Kebutuhan Fisik Minimum dan Hidup Layak ...........
Alternatif Pengembangan Usahatani Dusun Berkelanjutan ..................
Optimalisasi Pengelolaan Lahan dengan Multiple Goal Programming
Analisis Investasi Sumber daya Air .......................................................

52
52
52
52
53
53
54
55
61
62
64
65
66
67
72

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN …………………….........

76

Pulau Ambon .................................................................................................
Letak Geografis ......................................................................................
Keadaan Penduduk.................................................................................
Kondisi Biofisik Lahan Pulau Ambon ................................................
Iklim …………………………………………………………….
Hidrologi ....................................................................................
Geologi ..........................................................................................
Topografi ......................................................................................
Penggunaan Lahan ......................................................................
DAS Batugantung ...........................................................................................
Letak Administratif ................................................................................
Keadaan Penduduk ..............................................................................
Kondisi Biofisik Lahan .........................................................................
Geologi ........................................................................................
Jenis Tanah …………………………….........…………….........
Penggunaan Lahan Sekarang .....…......... ................................
Topografi . .................................................................................
Hidrologi ....................................................... ...........................

76
76
77
78
78
79
81
81
83
83
83
84
84
84
85
87
88
89

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................

95

Karakteristik Lahan Pulau Ambon .............................................................
Perubahan Penggunaan Lahan Pulau Ambon ....................................
Topografi ..........................................................................................
Analisis Satuan Peta ..........................................................................

95
95
97
98

xiv
Karakteristik Lahan DAS Batugantung ...........................................................
Perubahan Penggunaan Lahan ………………………………………..
Topografi .............................................................................................
Analisis Satuan Peta DAS Batugantung ...............................................
Karakteristik Hidrologi DAS Batugantung ..................................................
Kalibrasi dan Validasi Model Neraca Air .....................................................
Analisis Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Karakteristik
Hidrologi DAS Batugantung ........................................................................
Skenario Pengelolaan Lahan DAS Batugantung untuk Konservasi Sumber
daya Air ...........................................................................................
Potensi Sumber daya Air DAS Batugantung ....................................
Ekstrapolasi Hasil Neraca Air dari DAS Batugantung ke pulau
Ambon ................................................................................................
Analisis Agroteknologi ...............................................................................
Pendugaan Erosi ..................................................................................
Analisis Pendapatan Usahatani .....................................................................
Alternatif Pengembangan Usahatani Dusun Berkelanjutan di Pulau Ambon
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Dusun dengan Multiple Goal Programming
Analisis Finansial Usahatani Dusun ............................................................
Analisis Sensivitas Usahatani Dusun ...............................................
Analisis Investasi Sumber daya Air DAS Batugantung ..............................
Arahan Pengelolaan Lahan DAS di Pulau Ambon ……….........................

100
100
103
104
106
108

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................

141

Kesimpulan ………………………………………………………......
Saran …………………………………………………………………...

141
142

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

144
151

LAMPIRAN ....…………………………………………………………

110
114
120
121
122
123
125
127
129
131
132
133
136

xv

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Tabel 18.
Tabel 19.
Tabel 20.
Tabel 21.
Tabel 22.

Tabel 23.
Tabel 24.
Tabel 25
Tabel 26.
Tabel 27.
Tabel 28.

Klasifikasi Permasalahan Analisis – Sintesis Sistem Hidrologi ……....
Pengaruh Teknik Konservasi Tanah terhadap Aliran Permukaan dan
Aliran Dasar DAS Citere, Jawa Barat (Sinukaban et al. 1998).............
Pengaruh Berbagai Jenis Vegetasi terhadap Aliran Permukaan dan Erosi
(Coster, 1938) dalam Arsyad (2004) …………………................
Batas Tingkat Pengeluaran (Garis Kemiskinan) Untuk Penduduk
Pedesaan dan Perkotaan Menurut Kategori Kemiskinan …………....
Skenario Pengelolaan Lahan DAS Batugantung, pulau Ambon ...........
Nilai UZSN sebagai Fungsi dari LZSN ……………………………...
Jumlah Penduduk di Pulau Ambon Menurut Kabupaten/Kota ……....
Hasil Analisis Tanah di Wilayah DAS Batugantung …………….........
Data Sungai di Kota Ambon ………………………………………..
Prasarana Air Yang berada di Kota Ambon ………………….............
Sumber dan Kapasitas Produksi Beberapa Sumber Mata Air Milik
PDAM Kota Ambon …………………………......................................
Penggunaan Lahan Pulau Ambon .........................................................
Kelas Kemiringan Lereng Pulau Ambon ...............................................
Satuan Lahan Pulau Ambon ...................................................................
Perubahan Penggunaan Lahan DAS Batugantung Tahun 1989-2005.....
Kelas Kemiringan Lereng DAS Batugantung .........................................
Satuan Lahan DAS Batugantung .............................................................
Hasil Analisis Hidrograf Aliran Sungai Batugantung Tahun 1998.........
Analisis Debit hasil Pengukuran dan Model Neraca Air Sungai
Batugantung …........................................................................................
Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Dinamika Aliran
Sungai Batugantung ................................................................................
Dinamika Debit aliran sungai Batugantung pada berbagai Skenario
Penggunaan Lahan di DAS Batugantung ...............................................
Potensi dan Perubaha n Water Yield pada Bulan Basah (BB), Bulan
Lembab (BL), dan Bulan Kering (BK) pada Sungai Batugantung ..........
Kering pada sungai Batugantung, pulau Ambon ..................................
Ekstrapolasi hasil skenario DAS Batugantung ke Pulau Ambon ..........
Erosi Prediksi pada setiap Penggunaan Lahan di DAS Batugantung .....
Sumber pendapatan usahatani masyarakat di DAS Batugantung ..........
Prediksi Pendapatan Usahatani Dusun berkelanjutan di Daerah Aliran
Sungai (DAS) di pulau Ambon ............................................................
Hasil Optimalisasi Penggunaan Lahan DAS Batugantung .......................
Analisis NPV (Net Present Value) Usahatani Dusun Pada Discount Rate
(DR) 12 %, Untuk Jangka Waktu 15 Tahun ……………………...

20
39
41
46
56
59
77
85
91
92
93
95
97
99
100
103
106
107
109
111
115
119
121
124
126
128
130
132

xvi

Tabel 29.
Tabel 30.
Tabel 31.

Analisis Sensivitas pada Usahatani Dusun di DAS Batugantung, pulau
Ambon untuk Jangka Waktu 15 Tahun ……………………..................
Jumlah Pelanggan dan Cakupan Pelayanan Air Baku PDAM Kota
Ambon Tahun 2007 ................................................................................
Penilaian Ekonomi Air Untuk Berbagai Penggunaan ……………......

133
134
135

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.

Diagram Alir Tahapan Analisis Sistem Pemodelan Neraca Air …...

Gambar 2.

Kerangka Pikir Proses Optimalisasi Pengelolaan Lahan dusun
untuk Pelestarian Sumber daya Air di Pulau Ambon ……................
Diagram Alir dari Stanford Watershed Model IV …………… ....
Skema Distribusi Luas untuk Submodel Infiltrasi dan Interflow
dari Stanford Watershed Model IV …………………………….....
Struktur Dasar Model Neraca Air Lahan………….………..….....
Diagram Alir Perumusan Program Computer Model Neraca Air …
Alur Pengumpulan Data dan Tahapan Analisisnya ……………....
Profil Pulau Ambon, Propinsi Maluku………..................................
Peta Penyebaran Bahan Induk di DAS Batugantung ……………..
Hubungan curah hujan dan debit minimum sumber mata air
”Air Keluar” di desa Kusu-kusu Sereh, DAS Batugantung..............
Peta Lokasi Sungai di pulau Ambon.................................................
Peta Penggunaan Lahan Pulau Ambon Tahun 2007...........................
Peta Kemiringan Lereng Pulau Ambon ............................................
Peta Satuan Lahan Pulau Ambon …………………………….........
Peta Penggunaan Lahan DAS Batugantung Tahun 2005 .................
Peta Kemiringan Lereng DAS Batugantung ....………………….....
Peta Satuan Lahan DAS Batugantung , pulau Ambon ......................
Perbandingan Hidrograf Debit Aliran Sungai Batugantung Hasil
Pengukuran dengan Debit simulasi hasil Model Neraca Air ..........
Dampak alih guna lahan hutan menjadi non hutan terhadap hidrograf
Debit Prediksi Sungai Batugantung antara tahun 1989, 2000,
dan 2005 ...................................................................
Penurunan Debit Sumber Mata Air (”Air keluar”) di desa KusuKusu Sereh sebagai gambaran dari keseluruhan sumber mata air
yang berada di DAS Batugantung, kota Ambon ................................
Hubungan antara aliran permukaan (A) dan debit prediksi sungai
Batugantung (B) dengan pola penggunaan lahan dusun pada 30%
dan 40% hutan ...................................................................................
Perubahan Hidrograf Aliran Sungai Batugantung pada Bulan Basah
untuk Skenario-5(30% hutan) dan Skenario-6 (40% hutan) .............
Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan DAS Batugantung.................
Peta Rekomendasi Penggunaan Lahan Pulau Ambon.......................

Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Gambar 18.
Gambar 19.

Gambar 20.

Gambar 21.

Gambar 22.
Gambar 23.
Gambar 24.

9
10
25
26
57
58
63
76
84
90
92
96
97
99
102
103
104
110

111

112

117
119
137
138

xviii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2-1.
Lampiran 2-2.
Lampiran 2-3.
Lampiran 2-4.
Lampiran 2-5.
Lampiran 2-6.
Lampiran 2-7.
Lampiran 2-8.
Lampiran 2-9.
Lampiran 2-10
Lampiran 2-11
Lampiran 2-12
Lampiran 3-1.
Lampiran 3-2.
Lampiran 3-3.
Lampiran 3-4.
Lampiran 3-5.
Lampiran 3-6.
Lampiran 3-7 .

Data Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun BMG Karang
Panjang, Ambon Tahun 1997 – 2006 ..........................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 1989 ………………..........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 1997 ………………..........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 1998 ………………..........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 1999 ………………..........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 2000 ………………..........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 2001 ………………..........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 2002 ………………..........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Pulau
Ambon Tahun 2003 ………………............................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 2004 ……………….........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 2005 ……………….........................................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 2006 ……………….............................................
Data Curah Hujan Harian Stasiun BMG Karang Panjang, Ambon
Tahun 2006 ……………….............................................
Data Cuaca Bulanan Stasiun BMG Lanud Pattimura, Ambon
Tahun 1997 - 2006 …………………………………….
Data Cuaca Bulanan Stasiun BMG Lanut Pattimura, Ambon
Tahun 1989 .......................................................................
Data Cuaca Bulanan Stasiun BMG Lanut Pattimura, Ambon
Tahun 1998 .......................................................................
Data Cuaca Bulanan Stasiun BMG Lanut Pattimura, Pulau
Ambon Tahun 2000 .......................................................................
Data Cuaca Bulanan Stasiun BMG Lanut Pattimura, Pulau
Ambon Tahun 2005 .......................................................................
Data Cuaca Bulanan Stasiun BMG Lanut Pattimura, Ambon
Tahun 2006 .....................................................................
Data Cuaca Bulanan Stasiun BMG Lanut Pattimura, Ambon
Tahun 2007 .....................................................................

151
152
153
153
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
164
165

165
166
166
167

xix
Lampiran 4.

Rating Curve Debit Aliran Sungai Batugantung …………………

168

Lampiran 5.
Lampiran 6.

Data Pengukuran Debit Aliran Sungai Batugantung Tahun 1998...
Keterangan Penggunaan Beberapa Singkatan dalam Model
Neraca Air .....................................................................................
Ringkasan Formula Dalam Model Neraca Air ........
Neraca Air Prediksi DAS Batugantung Tahun 1998, Hasil
Simulasi. (Menggunakan data Iklim Pulau Ambon Tahun 1998)...
Hasil Neraca Air DAS Batugantung Tahun 1989 (Menggunakan
Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1989) ..........................................
Prediksi Neraca Air DAS Batugantung Tahun 2000
(Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 2000) .................
Hasil Prediksi Neraca Air DAS Batugantung Tahun 2005
(Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 2005) ................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario Berbagai
Pengelolaan Lahan Dusun, menggunakan data iklim pulau
Ambon Tahun 1997-2006 ..............................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-0
(Existing) (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 19972006) ...............................................................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-1 (9,56 %
hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1997 2006) .............................................................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-2 (26,02 %
hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1997 2006) .............................................................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-3 (83,64 %
hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1997 2006) .............................................................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-4 (20 %
hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1997 2006) .............................................................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-5 (30 %
hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1997 2006) ...............................................................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-6 (40 %
hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1997 2006) .............................................................................................
Neraca Air DAS Batugantung Hasil Simulai Skenario-7 (50 %
hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 1997 2006) ..............................................................................................
Perubahan Neraca Air Lahan Pulau Ambon Hasil Ekstrapolasi
dari DAS Batugantung (manggunakan Data Iklim pulau Ambon
tahun 1997– 2006..........................................................................
Neraca Air pulau Ambon Hasil Ektrapolasi, Simulasi Skenario-0
(Existing) (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun 19972006) ............................................................................................

169

Lampiran 7.
Lampiran 8
Lampiran 9-1.
Lampiran 9-2.
Lampiran 9-3.
Lampiran 10.

Lampiran 10-1.

Lampiran 10-2.

Lampiran 10-3.

Lampiran 10-4

Lampiran 10-5.

Lampiran 10-6.

Lampiran 10-7.

Lampiran 10-8.

Lampiran 11.

Lampiran 12-1.

171
172
175
176
177
178

179

180

181

182

183

184

185

186

187

188

189

xx

Lampiran 12-2. Neraca Air pulau Ambon Hasil Ekstrapolasi, Simulasi Skenario-1

Lampiran 13
Lampiran 14-1
Lampiran 14-2
Lampiran 15-1
Lampiran 15-2
Lampiran 15-3
Lampiran 16
Lampiran 17-1
Lampiran 17-2
Lampiran 18.
Lampiran 19
Lampiran 20.

(40% hutan), (Menggunakan Data Iklim Pulau Ambon Tahun
1997-2006) ......
Profil Pewakil Jenis Tanah yang dominan di DAS Batugantung…
Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (C) ........................................
Nilai Koefisien Kekasaran Manning Berbagai Tipe Penutup
Lahan ...........................................................................................
Klasifikasi Struktur Tanah ............................................................
Kelas Permeabilitas Tanah ............................................................
Nilai Faktor Tindakan Konservasi Tanah .....................................
Data Tarif Air PDAM Kota Ambon Tahun 2006 .........................
Data Sosek Petani Dusun di DAS Batugantung, pulau Ambon ….
Rancangan Model Dusun Berkelanj utan per hektar lahan di Pulau
Ambon ………...............................................................................
Analisis Parameter Ekonomi NPV (Net Present Value) Usahatani
Dusun di DAS Ba tugantung, pulau Ambon ……………………..
Analisis Sensivitas Usahatani Dusun di DAS Batugantung, pulau
Ambon, Menggunakan Faktor Diskonto (Discount Rate) 12 % …
Hasil Analisis Optimalisasi Pengelolaan Lahan Dusun di DAS
Batugantung ...................................................................................

190
191
198
198
199
199
199
200
201
203
204
205
207

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bagian dari pembangunan
wilayah pada hahekatnya merupakan optimalisasi pemanfaatan lahan dan konservasi
sumber daya alam untuk memenuhi berbagai kepentingan manusia secara
berkelanjutan (sustainable).

Namun

sampai saat ini pengelolaan DAS masih

diperhadapkan dengan berbagai permasalahan yang kompleks antara lain alih guna
lahan hutan menjadi non hutan (pertanian, pemukiman, industri, pariwisata, dll.) yang
berakibat pada laju penurunan luas kawasan hutan dan makin meluasnya lahan kritis,
baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Anwar (2007) melaporkan bahwa dari
hasil inventarisasi lahan kritis di Indonesia, terdapat lahan kritis 26,77 juta hektar di
luar kawasan hutan dan 51,03 juta hektar di dalam kawasan hutan. Untuk Propinsi
Maluku ditemukan lahan kritis di luar kawasan hutan

310.071 ha dan di dalam

kawasan hutan 2.762.754,0 ha; termasuk di dalamnya pulau Ambon 12.718,0 ha di
dalam kawasan hutan dan 24.489,0 ha di luar kawasan hutan (BPS. Propinsi Maluku,
2005/2006).
Alih guna lahan hutan menjadi non hutan khususnya di kawasan daerah aliran
sungai (DAS) berlangsung seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Wahyunto
et al. (2001), melaporkan telah terjadi pengurangan luas hutan dan sawah di DAS
Citarik, Jawa Barat akibat pertambahan penduduk, perkembangan pembangunan dan
industri. Penurunan luas hutan ini berdampak terhadap penurunan daya sangga air di
kawasan DAS (Talaohu et al., 2001). Dalam tahun 1987-1999, perubahan penggunaan lahan di Bopunjur (DAS Ciliwung), telah berdampak terhadap rendahnya
kapasitas DAS menginfiltrasi air hujan yang dicerminkan oleh penurunan debit
minimum harian dan peningkatan debit maksimum harian (Wahyunto et al., 2001).
Rendahnya kapasitas infiltrasi tanah di DAS akan meningkatkan aliran permukaan,
dan mengindikasikan ancaman banjir dimusim hujan (Agus et al., 2003).
Ambon sebagai ibukota propinsi Maluku, arus urbanisasi penduduk dari desa
ke kota Ambon terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan akan
lahan untuk pemukiman dan pertanian terus meningkat. Hal ini telah mendorong alih
guna lahan hutan terutama di wilayah DAS menjadi pemukiman, pertanian dan

2
penggunaan lainnya turut meningkat. Kondisi ini telah berakibat pada kerusakan
lahan, ancaman banjir dan kekeringan, erosi dan sedimentasi

di badan sungai,

rusaknya sistem hidrologi DAS, dan yang terparah adalah terancamnya sumber
daya air yang awalnya terbatas dan sumber daya hayati endemik lokal di wilayah
DAS pada pulau-pulau kecil (luas pulau < 2000 km2 ).
Untuk itu pembangunan yang dilakukan pada pulau-pulau kecil ini harus dapat
menjamin keberlanjutan penggunaan sumber daya alam yang dapat memberikan
kehidupan kepada generasi yang hidup dimasa datang.

Artinya

pemerintah,

masyarakat dan semua pelaku pembangunan, harus sadar lingkungan dan selalu
menyelenggarakan pembangunan yang bertumpu pada konsep pembangunan
berkelanjutan (environmental sustainable development). Kemampuan lingkungan
untuk mendukung beban perkembangan penduduk dan aktivitas penggunaan sumber
daya air untuk memenuhi kebutuhan hidup semakin terbatas dan cenderung semakin
langka bahkan menghadapi ancaman penurunan kualitas akibat pencemaran, yang
menyebabkan terbatas pula kesempatan penggunaannya.

Perma salahan yang kini

dihadapi adalah terjadi permintaan yang tidak seimbang dengan ketersediaan sumber
daya air untuk pemenuhannya.

Karena itu perhatian perlu diberikan secara

proporsional antara upaya untuk melestarikan sumber daya air dengan upaya untuk
pemanfaatannya.
Pulau Ambon dengan luas 761 km2 memiliki jumlah penduduk sekitar 380
ribu jiwa (500 jiwa/km2 ) hingga tahun 2008. Kurang lebih 270 ribu jiwa (71%)
penduduk pulau Ambon terkonsentrasi di wilayah administrasi kota Ambon yang
luas wilayah daratan hanya 359,45 km2 atau 751 jiwa/km2 . Peningkatan jumlah
penduduk di kota Ambon saat ini dibandingkan tahun 2005 sebesar 7.033 jiwa
(2,67%). Peningkatan jumlah penduduk di kota Ambon telah berdampak terhadap
kerusakan lahan pada sejumlah DAS yang mensuplai air baku bagi penduduk kota
Ambon. Kerusakan lahan di kawasan hulu DAS telah mengancam penyediaan dan
pelayanan jasa air baku bagi penduduk oleh PDAM kota Ambon. Sejumlah DAS di
pulau Ambon tergolong kritis, dan telah mengancam penyediaan air baku bagi
penduduknya. Permasalahan terpenting adalah menurunnya debit sumber mata air
dan debit aliran sungai yang menjadi sumber kebutuhan hidup yang paling vital bagi
semua organisme hidup termasuk manusia. Sumber mata air di daerah hulu DAS

3
yang menjadi sumber pasokan air bagi Perusahan Air Minum (PDAM) di Kota
Ambon juga ikut terancam. Hal ini tergambar dari suplai air bersih bagi penduduk
kota Ambon oleh PDAM tidak optimal. Data tahun 2007, tercatat ada 12.121
pelanggan PDAM dengan kebutuhan air baku 11.472,91 m3 /hari. Untuk pelanggan
rumah tangga hanya terlayani 11.343 KK (19,14%) dan selebihnya memperoleh air
baku dari sumber mata air di DAS dan sumber air tanah dari sumur yang dibuat
oleh masyarakat. Sebagian masyarakat yang bermukim jauh dari sumber air tanah
maupun sumber

mata air

di DAS,

membuat bak penampung air hujan untuk

keperluan mandi dan mencuci, sedangkan untuk kebutuhan air minum dibeli dari
mobil tangki air ya ng disediakan oleh swasta maupun PDAM kota Ambon.
Dengan demikian PDAM Ambon belum mampu melayani kebutuhan air bersih untuk
penduduk kota Ambon, apalagi penduduk pulau Ambon. Keadaan ini disebabkan
oleh beberapa DAS yang menjadi sumber mata air PDAM Ambon berada dalam
kondisi kritis, diantaranya DAS Batugantung.
(2004),

sekitar

Berdasarkan data PDAM Ambon

30 persen pasokan air PDAM Ambon bersumber dari DAS

Batugantung, sedangkan sisanya diperoleh dari sumber mata air

Wainitu,

wai

Batugajah (untuk pusat kota Ambon), dan Wai Pompa, untuk wilayah luar kota
Ambon.

Sumber mata air di DAS Batugantung pada 30 tahun yang lalu mempunyai

debit 100 liter/detik, namun pada tahun 2007 pada kondisi normal debitnya 30
liter/detik, sedangkan pada musim kemarau mencapai debit minimum 5 liter/detik.
Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, karena kontribusinya cukup besar bagi
pasokan air bersih PDAM, untuk masyarakat kota Ambon.
Penyebab utama dari permasalahan sumber daya air di kota Ambon
khususnya, adalah : (1) Kerusakan lahan khususnya pada sub-sistem hulu DAS di
pulau Ambon akibat tekanan penduduk yang terus meningkat; (2) Penggunaan lahan
yang tidak berdasarkan pada daya dukung lahan; (3) Peningkatan erosi tanah dan
sedimentasi di badan sungai dan di laut (teluk dalam pulau Ambon) ; (4) Tidak ada
sumur-sumur resapan air untuk membendung aliran air permukaan untuk mengisi
air tanah; (5) Untuk pulau-pulau kecil seperti pulau Ambon, waktu perjalanan air
(travel time of the water) relatif pendek sehingga laju infiltrasi air oleh tanah lebih
lambat dari pada laju aliran permukaan yang sangat dipengaruhi antara lain oleh
faktor topografi (walaupun sifat tanah mendukung penyerapan air ke dalam tanah),

4
mengakibatkan sebagian besar

dari air hujan yang jatuh hilang melalui aliran

permukaan menuju ke sungai dan akhirnya ke laut; sebelum air hujan tersebut
mengisi air bawah tanah

melalui proses infiltrasi dan perkolasi; dan (6) kondisi

sosial, ekonomi, budaya dan pengetahuan masyarakat yang terbatas tentang
pentingnya pelestarian sumber daya alam dan lingkungannya.
Untuk mengatasi permasalahan sumber daya air

di pulau Ambon,

DAS

Batugantung di desa Kusu-kusu Sereh, kota Ambon telah dipilih sebagai pewakil dari
DAS kritis di pulau Ambon untuk kajian penelitian ini, dengan pertimbangan : 1)
Sumber mata air “Air keluar” di desa Kusu-Kusu Sereh, DAS Batugantung mensuplai
+ 30% kebutuhan air untuk PDAM kota Ambon; 2) Efisiensi energi dan biaya
(mengandalkan energi grafitasi untuk mengalirkan air);

3)

Mewakili keragaman

biofisik lahan DAS di pulau Ambon.
Langkah konkrit yang perlu diambil adalah bagaimana mengoptimalkan
pengelolaan lahan ”dusun” (agroforestry system) yang berada di wilayah DAS, pulau
Ambon melalui pendekatan sistem pengelolaan DAS terpadu. Untuk menjawab
permasalahan sumber daya air di pulau Ambon ke depan diperlukan suatu
perencanaan berjenjang dengan melibatkan semua sektor terkait.
pertimbangan permasa