Pencarian Kondisi Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI) Dengan Pereaksi Kromogenik Campuran

PENCARIAN KONDISI PEMBENTUKAN SENYAWA
KOMPLEKS Cr(III & VI) DENGAN PEREAKSI
KROMOGENIK CAMPURAN

MIRAH SUMINAR

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
MIRAH SUMINAR. Pencarian Kondisi Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI)
dengan Pereaksi Kromogenik Campuran. Dibimbing oleh ETI ROHAETI dan
MOHAMAD RAFI.
Kromium adalah suatu logam yang unik, karena dalam bentuk Cr(III) diperlukan
untuk kesehatan manusia, sedangkan dalam bentuk Cr(VI) dikenal sebagai suatu zat yang
bersifat karsinogen. Saat ini kromium masih digunakan secara luas dalam industri baja
dan penyamakan kulit sehingga dengan semakin banyaknya penggunaan kromium dalam
bidang industri akan meningkatkan jumlah kromium yang terbuang ke lingkungan. Oleh

karena itu penentuan secara simultan Cr(III) dan Cr(VI) yang selektif dan sensitif
diperlukan untuk mengetahui jumlah kromium yang terkandung dalam limbah industri
tersebut. Penelitian ini menggunakan pereaksi kromogenik campuran
untuk
mengkompleks Cr(III) dan Cr(VI). Pereaksi kromogenik untuk Cr(III) adalah 2hidroksibenzaldiminoglisin (HBIG) dan Cr(VI) adalah bromopirogalol merah (BPR).
Penggunaan pereaksi kromogenik campuran ini bertujuan menentukan secara simultan
kedua bentuk oksidasi kromium dengan UV-VIS spektrofotometri.
Panjang gelombang terbaik pengukuran senyawa kompleks Cr(III)-HBIG adalah
576.4 nm, sedangkan untuk senyawa kompleks Cr(VI)-BPR adalah 635 nm. Pemilihan
larutan bufer pH 6.0 menunjukkan larutan bufer asetat lebih baik dibandingkan dengan
larutan bufer fosfat dengan waktu inkubasi terbaik 60 menit pada suhu kamar. Pengaruh
beberapa pereaksi menunjukkan bahwa kehadiran pereaksi BPR tidak berpengaruh pada
bentuk spektrum serapan Cr(III)-HBIG, demikian juga pereaksi HBIG tidak berpengaruh
pada bentuk spektrum serapan Cr(VI)-BPR. Kehadiran surfaktan setiltrimetilamonium
bromida (CTAB) tidak berpengaruh pada bentuk spektrum serapan Cr(III)-HBIG, tetapi
pada pengukuran Cr(VI)-BPR kehadiran CTAB sangat diperlukan karena mempunyai
efek katalis. Linearitas terbaik pada penentuan kurva standar Cr(III) dan Cr(VI) masingmasing adalah 0.9929 pada kisaran konsentrasi 40-100 µg/ml untuk Cr(III) dan 0.25-0.29
µg/ml untuk Cr(VI). Pereaksi kromogenik yang digunakan merupakan pereaksi yang
selektif untuk kedua spesi kromium, akan tetapi pengukuran kadar kromium dalam
campurannya belum dapat ditentukan secara akurat karena masih terdapat beberapa

parameter lain yang perlu dioptimasi.

ABSTRACT
MIRAH SUMINAR. Determination Cr(III & VI) Complex Compound Formation
Condition using Mixed Chromogenic Reagent. Under the direction of ETI ROHAETI and
MOHAMAD RAFI.
Chromium is a unique metal, because Cr(III) form, chromium is needed for human
health, while Cr(VI) is known as a carcinogenic agent. Until now chromium is still
widely used in steel and leather tanning industries, which means that the more chromium
used in industries the more chromium disposed to the environment. Therefore a sensitive
and selective simultaneous determination of Cr(III) and Cr(VI) is needed to monitor the
effluent of industries mentioned above. In this study, mixed chromogenic reagents used to
complex Cr(III) and Cr(VI). For Cr(III) the chromogenic reagent were 2hydroxybenzaldiminoglycine (HBIG) and Cr(VI) were bromopyrogallol red (BPR). The
mixed chromogenic reagent used for simultaneous determination of the two oxidation
states of chromium by UV-VIS spectrophotometry.
The best wavelength for Cr(III)-HBIG complex compound was 576.4 nm, while
for Cr(VI)-BPR was 635 nm. From pH 6.0 buffer solution selection, it was shown that
acetate buffer solution is better than phosphate buffer solution and best incubation time is
60 minutes in room temperature. It was shown that the present of BPR reagent did not
affect the Cr(III)-HBIG absorption spectrum form, and the HBIG reagent did not affect

the Cr(VI)-BPR absorption spectrum form likewise. The presence of
cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) did not affect the Cr(III)-HBIG absorption
spectrum form, but from Cr(VI)-BPR measurements the presence of CTAB was needed
for its catalytic effect. The best linearity for the standard curve determination was 0.9929
with 40-100 µg/ml concentration range for Cr(III) and 0.25-0.29 µg/ml for Cr(VI). The
chromogenic reagent used in this experiment was a selective reagent for both chromium
specimens, but the chromium level in the solution form could not be determined
accurately because there was still some parameters to be optimized.

PENCARIAN KONDISI PEMBENTUKAN SENYAWA
KOMPLEKS Cr(III & VI) DENGAN PEREAKSI
KROMOGENIK CAMPURAN

MIRAH SUMINAR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul : Pencarian Kondisi Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI) dengan
Pereaksi Kromogenik Campuran
Nama : Mirah Suminar
NIM : G44202038

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Eti Rohaeti, M.S.
NIP 131663015


Mohamad Rafi, S.Si
NIP 132321454

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP 131473999

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Cr(III) dan Cr(VI) dengan judul Pencarian Kondisi
Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI) dengan Pereaksi Kromogenik Campuran.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Eti Rohaeti, M.S dan Mohamad Rafi,
S.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penulisan karya ilmiah ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada Om Eman, Bapak
Ridwan, Bapak Manta, Ibu Nunung, Bapak Kosasih, Bapak Dede beserta staf
Laboratorium Kimia Analitik, Mbak Siti Rachma, Mbak Ii, Mbak Dewi beserta staf
Laboratorium Terpadu IPB, Mas Heri, Kak Budi, serta Bapak Farid atas sarannya. Selain
itu ucapan terima kasih kepada Steven, Nita, Miranti, Karin, Cherry, Yudi PH, Ari, Intan,
Kak Akbar, dan rekan-rekan Kimia 39 atas kebersamaannya yang indah. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibunda tercinta, kakak dan kedua adikku,
serta seluruh keluarga atas segala doa, semangat, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2007

Mirah Suminar

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 November 1983 dari ayah (Alm) Oey
Ho Goan dan ibu Titing Sumarsih. Penulis merupakan putri satu-satunya dari empat
bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih
Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia
Dasar TPB alih tahun ajaran 2004/2005, Kimia Analitik I tahun ajaran 2005/2006, Kimia
Analitik IV tahun ajaran 2005/2006, Kimia Lingkungan tahun ajaran 2005/2006, Kimia
TPB alih tahun ajaran 2006/2007, Analisis Instrumen tahun ajaran 2006/2007, serta
Pemeliharaan dan Pengoperasian Alat pada tahun 2006/2007. Pada tahun 2005 penulis
melaksanakan praktik lapangan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Kromium.................................................................................................................. 2
Kromium(III) ........................................................................................................... 2
Kromium(VI)........................................................................................................... 3
Spektrofotometri ...................................................................................................... 3
Analisis Multikomponen ......................................................................................... 4

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................................ 5
Metode ..................................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan λmaks ......................................................................................................... 7
Pengaruh Larutan Bufer pH 6.0............................................................................... 8
Pengaruh Waktu Pengukuran .................................................................................. 8
Pengaruh Beberapa Pereaksi.................................................................................... 9
Penentuan Kurva Standar Cr(III) dan Cr(VI) ........................................................ 11
Pengujian Kadar Cr(III) dan Cr(VI) dalam Campuran Sintetik............................. 11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan................................................................................................................ 12
Saran ...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
LAMPIRAN..................................................................................................................... 15

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Spektrum serapan dua zat yang tercampur terpisah sempurna, bertumpang tindih
sebagian, dan bertumpang tindih sempurna...................................................................4

2 Struktur HBIG................................................................................................................6
3 Struktur BPR..................................................................................................................6
4 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG......................................................7
5 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR........................................................8
6 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan larutan bufer pH 6.0
asetat dan fosfat...............................................................................................................8
7 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dengan larutan bufer pH 6.0
fosfat dan asetat...............................................................................................................8
8 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan penambahan
CTAB dan tanpa penambahan CTAB . .......................................................................... 9
9 Spektrum serapan tunggal BPR dan spektrum serapan senyawa kompleks
Cr(VI)-BPR tanpa penambahan CTAB...............................................................................9
10 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan pengaruh BPR
dan tanpa pengaruh BPR......................................................................................... ...10
11 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dengan pengaruh HBIG
dan tanpa pengaruh HBIG...........................................................................................10
12 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-BPR dan spektrum serapan
larutan stok standar Cr(III)..........................................................................................10
13 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dan Cr(VI)-HBIG.......................10
14 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan penambahan

Cr(VI) dan tanpa penambahan Cr(VI).........................................................................11
15 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dengan penambahan
Cr(III) dan tanpa penambahan Cr(III).........................................................................11
16 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III) 70 µg/ml dan Cr(VI) 0.27 µg/ml.........11

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan alir penelitian ................................................................................................. 16
2 Perhitungan preparasi larutan stok standar Cr(III) dan Cr(VI) ................................... 17
3 Penentuan konsentrasi HBIG...................................................................................... 18
4 Hubungan serapan larutan Cr(III)-HBIG (bufer asetat) dengan waktu
pengukuran (menit)..................................................................................................... 19
5 Hubungan serapan larutan Cr(III)-HBIG (bufer fosfat) dengan waktu
pengukuran (menit)......................................................................................................19
6 Hubungan serapan larutan Cr(VI)-BPR (bufer fosfat) dengan waktu
pengukuran (menit).....................................................................................................20
7 Hubungan serapan larutan Cr(VI)-BPR (bufer asetat) dengan waktu
pengukuran (menit).....................................................................................................20
8 Kurva standar Cr(III) dan Cr(VI).................................................................................21
9 Pengaruh penambahan larutan stok standar kromium terhadap linearitas kurva

standar Cr(III) dan Cr(VI)............................................................................................22
10 Pengujian kadar Cr(III) dan Cr(VI) dalam campuran sintetik .................................... 23

PENCARIAN KONDISI PEMBENTUKAN SENYAWA
KOMPLEKS Cr(III & VI) DENGAN PEREAKSI
KROMOGENIK CAMPURAN

MIRAH SUMINAR

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ABSTRAK
MIRAH SUMINAR. Pencarian Kondisi Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI)
dengan Pereaksi Kromogenik Campuran. Dibimbing oleh ETI ROHAETI dan
MOHAMAD RAFI.
Kromium adalah suatu logam yang unik, karena dalam bentuk Cr(III) diperlukan
untuk kesehatan manusia, sedangkan dalam bentuk Cr(VI) dikenal sebagai suatu zat yang
bersifat karsinogen. Saat ini kromium masih digunakan secara luas dalam industri baja
dan penyamakan kulit sehingga dengan semakin banyaknya penggunaan kromium dalam
bidang industri akan meningkatkan jumlah kromium yang terbuang ke lingkungan. Oleh
karena itu penentuan secara simultan Cr(III) dan Cr(VI) yang selektif dan sensitif
diperlukan untuk mengetahui jumlah kromium yang terkandung dalam limbah industri
tersebut. Penelitian ini menggunakan pereaksi kromogenik campuran
untuk
mengkompleks Cr(III) dan Cr(VI). Pereaksi kromogenik untuk Cr(III) adalah 2hidroksibenzaldiminoglisin (HBIG) dan Cr(VI) adalah bromopirogalol merah (BPR).
Penggunaan pereaksi kromogenik campuran ini bertujuan menentukan secara simultan
kedua bentuk oksidasi kromium dengan UV-VIS spektrofotometri.
Panjang gelombang terbaik pengukuran senyawa kompleks Cr(III)-HBIG adalah
576.4 nm, sedangkan untuk senyawa kompleks Cr(VI)-BPR adalah 635 nm. Pemilihan
larutan bufer pH 6.0 menunjukkan larutan bufer asetat lebih baik dibandingkan dengan
larutan bufer fosfat dengan waktu inkubasi terbaik 60 menit pada suhu kamar. Pengaruh
beberapa pereaksi menunjukkan bahwa kehadiran pereaksi BPR tidak berpengaruh pada
bentuk spektrum serapan Cr(III)-HBIG, demikian juga pereaksi HBIG tidak berpengaruh
pada bentuk spektrum serapan Cr(VI)-BPR. Kehadiran surfaktan setiltrimetilamonium
bromida (CTAB) tidak berpengaruh pada bentuk spektrum serapan Cr(III)-HBIG, tetapi
pada pengukuran Cr(VI)-BPR kehadiran CTAB sangat diperlukan karena mempunyai
efek katalis. Linearitas terbaik pada penentuan kurva standar Cr(III) dan Cr(VI) masingmasing adalah 0.9929 pada kisaran konsentrasi 40-100 µg/ml untuk Cr(III) dan 0.25-0.29
µg/ml untuk Cr(VI). Pereaksi kromogenik yang digunakan merupakan pereaksi yang
selektif untuk kedua spesi kromium, akan tetapi pengukuran kadar kromium dalam
campurannya belum dapat ditentukan secara akurat karena masih terdapat beberapa
parameter lain yang perlu dioptimasi.

ABSTRACT
MIRAH SUMINAR. Determination Cr(III & VI) Complex Compound Formation
Condition using Mixed Chromogenic Reagent. Under the direction of ETI ROHAETI and
MOHAMAD RAFI.
Chromium is a unique metal, because Cr(III) form, chromium is needed for human
health, while Cr(VI) is known as a carcinogenic agent. Until now chromium is still
widely used in steel and leather tanning industries, which means that the more chromium
used in industries the more chromium disposed to the environment. Therefore a sensitive
and selective simultaneous determination of Cr(III) and Cr(VI) is needed to monitor the
effluent of industries mentioned above. In this study, mixed chromogenic reagents used to
complex Cr(III) and Cr(VI). For Cr(III) the chromogenic reagent were 2hydroxybenzaldiminoglycine (HBIG) and Cr(VI) were bromopyrogallol red (BPR). The
mixed chromogenic reagent used for simultaneous determination of the two oxidation
states of chromium by UV-VIS spectrophotometry.
The best wavelength for Cr(III)-HBIG complex compound was 576.4 nm, while
for Cr(VI)-BPR was 635 nm. From pH 6.0 buffer solution selection, it was shown that
acetate buffer solution is better than phosphate buffer solution and best incubation time is
60 minutes in room temperature. It was shown that the present of BPR reagent did not
affect the Cr(III)-HBIG absorption spectrum form, and the HBIG reagent did not affect
the Cr(VI)-BPR absorption spectrum form likewise. The presence of
cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) did not affect the Cr(III)-HBIG absorption
spectrum form, but from Cr(VI)-BPR measurements the presence of CTAB was needed
for its catalytic effect. The best linearity for the standard curve determination was 0.9929
with 40-100 µg/ml concentration range for Cr(III) and 0.25-0.29 µg/ml for Cr(VI). The
chromogenic reagent used in this experiment was a selective reagent for both chromium
specimens, but the chromium level in the solution form could not be determined
accurately because there was still some parameters to be optimized.

PENCARIAN KONDISI PEMBENTUKAN SENYAWA
KOMPLEKS Cr(III & VI) DENGAN PEREAKSI
KROMOGENIK CAMPURAN

MIRAH SUMINAR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul : Pencarian Kondisi Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI) dengan
Pereaksi Kromogenik Campuran
Nama : Mirah Suminar
NIM : G44202038

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Eti Rohaeti, M.S.
NIP 131663015

Mohamad Rafi, S.Si
NIP 132321454

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP 131473999

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Cr(III) dan Cr(VI) dengan judul Pencarian Kondisi
Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI) dengan Pereaksi Kromogenik Campuran.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Eti Rohaeti, M.S dan Mohamad Rafi,
S.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penulisan karya ilmiah ini. Penghargaan penulis sampaikan kepada Om Eman, Bapak
Ridwan, Bapak Manta, Ibu Nunung, Bapak Kosasih, Bapak Dede beserta staf
Laboratorium Kimia Analitik, Mbak Siti Rachma, Mbak Ii, Mbak Dewi beserta staf
Laboratorium Terpadu IPB, Mas Heri, Kak Budi, serta Bapak Farid atas sarannya. Selain
itu ucapan terima kasih kepada Steven, Nita, Miranti, Karin, Cherry, Yudi PH, Ari, Intan,
Kak Akbar, dan rekan-rekan Kimia 39 atas kebersamaannya yang indah. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibunda tercinta, kakak dan kedua adikku,
serta seluruh keluarga atas segala doa, semangat, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2007

Mirah Suminar

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 November 1983 dari ayah (Alm) Oey
Ho Goan dan ibu Titing Sumarsih. Penulis merupakan putri satu-satunya dari empat
bersaudara.
Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih
Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia
Dasar TPB alih tahun ajaran 2004/2005, Kimia Analitik I tahun ajaran 2005/2006, Kimia
Analitik IV tahun ajaran 2005/2006, Kimia Lingkungan tahun ajaran 2005/2006, Kimia
TPB alih tahun ajaran 2006/2007, Analisis Instrumen tahun ajaran 2006/2007, serta
Pemeliharaan dan Pengoperasian Alat pada tahun 2006/2007. Pada tahun 2005 penulis
melaksanakan praktik lapangan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Kromium.................................................................................................................. 2
Kromium(III) ........................................................................................................... 2
Kromium(VI)........................................................................................................... 3
Spektrofotometri ...................................................................................................... 3
Analisis Multikomponen ......................................................................................... 4
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ........................................................................................................ 5
Metode ..................................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan λmaks ......................................................................................................... 7
Pengaruh Larutan Bufer pH 6.0............................................................................... 8
Pengaruh Waktu Pengukuran .................................................................................. 8
Pengaruh Beberapa Pereaksi.................................................................................... 9
Penentuan Kurva Standar Cr(III) dan Cr(VI) ........................................................ 11
Pengujian Kadar Cr(III) dan Cr(VI) dalam Campuran Sintetik............................. 11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan................................................................................................................ 12
Saran ...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
LAMPIRAN..................................................................................................................... 15

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Spektrum serapan dua zat yang tercampur terpisah sempurna, bertumpang tindih
sebagian, dan bertumpang tindih sempurna...................................................................4
2 Struktur HBIG................................................................................................................6
3 Struktur BPR..................................................................................................................6
4 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG......................................................7
5 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR........................................................8
6 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan larutan bufer pH 6.0
asetat dan fosfat...............................................................................................................8
7 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dengan larutan bufer pH 6.0
fosfat dan asetat...............................................................................................................8
8 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan penambahan
CTAB dan tanpa penambahan CTAB . .......................................................................... 9
9 Spektrum serapan tunggal BPR dan spektrum serapan senyawa kompleks
Cr(VI)-BPR tanpa penambahan CTAB...............................................................................9
10 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan pengaruh BPR
dan tanpa pengaruh BPR......................................................................................... ...10
11 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dengan pengaruh HBIG
dan tanpa pengaruh HBIG...........................................................................................10
12 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-BPR dan spektrum serapan
larutan stok standar Cr(III)..........................................................................................10
13 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dan Cr(VI)-HBIG.......................10
14 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III)-HBIG dengan penambahan
Cr(VI) dan tanpa penambahan Cr(VI).........................................................................11
15 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(VI)-BPR dengan penambahan
Cr(III) dan tanpa penambahan Cr(III).........................................................................11
16 Spektrum serapan senyawa kompleks Cr(III) 70 µg/ml dan Cr(VI) 0.27 µg/ml.........11

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan alir penelitian ................................................................................................. 16
2 Perhitungan preparasi larutan stok standar Cr(III) dan Cr(VI) ................................... 17
3 Penentuan konsentrasi HBIG...................................................................................... 18
4 Hubungan serapan larutan Cr(III)-HBIG (bufer asetat) dengan waktu
pengukuran (menit)..................................................................................................... 19
5 Hubungan serapan larutan Cr(III)-HBIG (bufer fosfat) dengan waktu
pengukuran (menit)......................................................................................................19
6 Hubungan serapan larutan Cr(VI)-BPR (bufer fosfat) dengan waktu
pengukuran (menit).....................................................................................................20
7 Hubungan serapan larutan Cr(VI)-BPR (bufer asetat) dengan waktu
pengukuran (menit).....................................................................................................20
8 Kurva standar Cr(III) dan Cr(VI).................................................................................21
9 Pengaruh penambahan larutan stok standar kromium terhadap linearitas kurva
standar Cr(III) dan Cr(VI)............................................................................................22
10 Pengujian kadar Cr(III) dan Cr(VI) dalam campuran sintetik .................................... 23

PENDAHULUAN
Kromium merupakan salah satu logam
berat yang berada pada golongan VIB dan
periode keempat, dengan nomor atom 24 dan
nomor massa 52. Bentuk kromium yang stabil
di alam adalah kromium trivalen (Cr(III)) dan
kromium heksavalen (Cr(VI)). Kromium
trivalen memiliki tingkat toksisitas yang lebih
rendah dibandingkan dengan kromium
heksavalen.
Kromium
trivalen
dalam
konsentrasi yang rendah berguna untuk
metabolisme karbohidrat pada mamalia dan
mengaktifkan insulin, selain itu apabila terjadi
kekurangan Cr(III) maka akan mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme lemak dan
protein. Namun pada konsentrasi yang lebih
tinggi Cr(III) dapat menimbulkan keracunan
baik secara akut maupun kronis. Kromium
heksavalen merupakan bentuk komersial yang
lebih penting karena sering digunakan dalam
industri. Hampir semua kromium yang
bervalensi +6 ada di dalam lingkungan
kegiatan manusia yang berasal dari oksidasi
industri, tambang kromium, pembakaran
minyak bumi, kertas, dan kayu. Kromium
heksavalen biasanya stabil di udara dan air,
tetapi kestabilannya akan berkurang jika
terjadi kontak dengan bahan organik lainnya
(Kusnoputranto 1996).
Saat ini penggunaan kromium dalam
bidang industri semakin meningkat, sehingga
secara langsung akan meningkatkan pula
jumlah kromium yang terbuang ke dalam
lingkungan. Kromium banyak ditemukan
dalam limbah industri pelapisan logam
(elektroplating), penghambat korosi besi,
penyamakan kulit, dan sebagainya. Air limbah
yang tercemar kromium ini merupakan racun
yang berbahaya bagi kehidupan organisme.
Kromium bila
masuk ke dalam tubuh
manusia dapat menyebabkan gangguan dalam
sistem saraf pusat, sistem koordinasi otot,
cacat lahir, dan kanker. Menghirup kromium
dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan penyakit asma, ginjal, alergi
kulit bahkan kanker paru-paru (Bobrowski et
al. 2004). Oleh karena itu sangat penting
melakukan kontrol dengan mengukur jumlah
kedua spesi kromium dibandingkan dengan
hanya mengukur kromium total pada limbah
industri dan sumber air minum.
Beberapa
teknik
analisis
telah
dikembangkan untuk penetapan kadar Cr(III)
dan Cr(VI) pada suatu contoh secara individu
maupun simultan. Spektrofotometri sinar
tampak dan spektrofotometri serapan atom
(AAS) merupakan teknik yang paling umum

digunakan untuk penetapan logam tersebut
(Yalcin & Apak 2004).
Selain spektrofotometri sinar tampak
dan AAS, ada beberapa teknik lain yang
digunakan
seiring
dengan
kemajuan
instrumentasi seperti Inductively Coupled
Plasma-Atomic Emission Spectrometry (ICPAES) (Zhu et al. 2002, Sumida et al. 2006),
Inductively
Coupled
Plasma-Mass
Spectrometry (ICP-MS) (Stewart & Olesik
2000),
High
Performance
Liquid
Chromatography (HPLC) yang digabungkan
dengan sistem detektor seperti pada AAS
(Lintschinger et al. 1995), LC-ICP-MS
(Chang & Jiang 2001), HPLC-ICP-MS (Seby
et al. 2003), kromatografi ion dengan detektor
UV (Michalski 2004), elektroda ion selektif
(Singh et al. 2004, Hassan et al. 2005), dan
elektroforesis kapiler (Himeno et al. 1998).
Namun untuk menentukan kadar kedua spesi
kromium, yaitu Cr(III) dan Cr(VI) teknikteknik ini tetap memerlukan tahapan
prekonsentrasi maupun separasi.
Analisis
kromium
dengan
menggunakan spektrofotometri sinar tampak
dapat dilakukan berdasarkan kemampuan ion
kromium dalam membentuk senyawa
kompleks berwarna dengan beberapa pereaksi
pembentuk warna (kromogenik). Ada
beberapa pereaksi kromogenik yang dapat
digunakan untuk menganalisis kromium,
tetapi tidak semuanya memberikan hasil yang
sesuai dengan yang diharapkan karena di
antara pereaksi kromogenik tersebut dapat
juga membentuk kompleks dengan ion logam
lain, contohnya saja reaksi kromium dengan
1,5-difenilkarbazida (DPC). Pereaksi ini tidak
hanya bereaksi dengan kromium tetapi juga
dapat bereaksi dengan logam transisi seperti
merkuri, molibdenum, vanadium, dan besi
yang mungkin dapat mengganggu pengukuran
kromium jika logam tersebut berada
bersamaan dengan kromium dalam analat.
Selain itu, pereaksi DPC juga tidak dapat
menentukan kadar Cr(III) dan Cr(VI) secara
simultan karena pereaksi yang diberikan
hanya untuk Cr(VI) saja. Penentuan kadar
kedua spesi kromium tersebut dapat diketahui
dengan perlakuan oksidasi Cr(III) menjadi
Cr(VI) sehingga diperoleh kadar kromium
total, maka dengan pengurangan kadar
kromium total oleh kadar Cr(VI) dapat
diperoleh kadar spesi kromium lainnya atau
Cr(III). Namun karena banyaknya tahap
analisis yang dilalui membuat waktu analisis
yang dilakukan relatif lama. Oleh karena itu
sangat diperlukan pereaksi kromogenik yang
sensitif dan selektif untuk penentuan kedua

spesi kromium. Kumar & Muthuselvi (2006)
telah melakukan analisis Cr(III) dengan
pereaksi
2-hidroksibenzaldiminoglisin
(HBIG), sementara Huang et al. (1997) telah
melakukan analisis Cr(VI) dengan pereaksi
bromopirogalol merah (BPR). Kedua pereaksi
kromogenik tersebut digunakan juga dalam
penelitian ini dan diharapkan tidak saling
berinteraksi satu sama lain, sehingga
pengukuran kadar kromium dapat menjadi
lebih akurat. Ion kompleks yang terbentuk
akan memiliki konstanta kestabilan yang
berbeda-beda tergantung pada kuat lemahnya
ligan yang bergabung dengan ion tersebut.
Oleh karena itu pengujian terhadap beberapa
pereaksi yang dapat mempengaruhi bentuk
spektrum
serapan
senyawa
kompleks
kromium dan penetapan kondisi seperti waktu
pengukuran dan larutan bufer perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan menetapkan
kondisi terbaik pengukuran simultan Cr(III)
dan Cr(VI) dalam pereaksi kromogenik
campuran (HBIG dan BPR) dengan
mempelajari pengaruh beberapa pereaksi,
waktu pengukuran, dan larutan bufer melalui
metode spektrofotometri sinar tampak.

TINJAUAN PUSTAKA
Kromium
Kromium merupakan salah satu logam
berat yang termasuk ke dalam unsur transisi
golongan VIB dan berada pada periode 4
dalam daftar periodik. Kromium merupakan
logam yang mengkilap dengan massa jenis 7.9
g/cm3, memiliki titik didih tinggi (2658 oC),
dan titik leleh 1875 oC. Kromium ditemukan
di alam sebagai tiga bentuk stabil, yaitu
kromium metal/logam, kromium(III), dan
kromium(VI).
Kromium
metal/logam
merupakan unsur dengan nomor atom 24
dalam tabel periodik, terbentuk secara luas
dalam penambangan kromit, dan sangat
resisten terhadap bahan kimia (korosif dan
oksidatif), sehingga menjadi pertimbangan
untuk digunakan dalam baja tahan karat dan
pelapisan kromium. Kromium(III) dan
kromium(VI) adalah bentuk-bentuk krom
yang bergabung dengan unsur-unsur lain
untuk membentuk senyawa (Kusnoputranto
1996).
Kromium merupakan zat yang unik,
karena disatu pihak dibutuhkan untuk
kesehatan manusia dalam bentuk tertentu
(Cr(III)), tetapi dilain pihak merupakan zat
yang dapat menyebabkan kanker paru-paru
dalam bentuk yang lain (Cr(VI)). Logam berat

ini berada dalam urutan kedua setelah benzena
sebagai penyusun utama pencemar udara
toksik (Kusnoputranto 1996).
Kromium(III)
Kromium(III) atau kromium trivalen
adalah bentuk yang paling penting berada di
lingkungan, karena bentuknya lebih stabil
dibandingkan
kromium
logam
dan
kromium(VI). Kromium trivalen hampir
semuanya berbentuk kationik atau netral,
cenderung membentuk senyawaan kompleks
stabil dengan spesi organik ataupun anorganik
yang bermuatan negatif. Sebagai contoh,
Cr(III) akan membentuk senyawaan kompleks
kuat dengan amina dan akan teradsorbsi oleh
mineral tanah. (U.S Department of Commerce
1980 diacu dalam Yanto 2004).
Kromium(III)
dibutuhkan
untuk
kesehatan manusia, yaitu bersama-sama
dengan insulin dapat menjaga kadar gula
darah yang sesuai (glucose tolerance).
Glucose tolerance adalah waktu yang
diperlukan agar gula dalam darah kembali
pada kadar normal bila manusia yang puasa
mengkonsumsi gula. Waktu yang normal
sekitar 2.5 jam. Bila lebih dari waktu tersebut
dianggap
glucose
tolerance-nya
akan
terganggu, dan dengan pemberian kromium
dapat diperbaiki. Kromium banyak dikandung
dalam keju, biji-bijian, krim kacang, daging,
dan ragi (Winarno 1997).
Kromium dapat masuk ke dalam tubuh
bergantung pada sifat kimia dan sifat fisiknya.
Bentuk Cr(III) berada di dalam pencernaan
makanan dengan tingkat penyerapan kira-kira
3-6%, setelah terjadi penyerapan, kromium
akan dikeluarkan bersama dengan urin sebesar
0.5-1.5 µg. Krom trivalen juga secara bebas
terdapat di udara dan dapat masuk ke dalam
jaringan paru-paru jika terhirup oleh manusia,
selanjutnya akan masuk ke bagian dalam
saluran pernafasan dan konsentrasinya akan
semakin bertambah karena kromium akan
terakumulasi.
Metode analisis yang telah ada untuk
menentukan kadar Cr(III) secara langsung
berdasarkan pembentukan kompleks dengan
spektrofotometer masih sangat sedikit.
Beberapa metode yang telah ada selalu
dilakukan pemanasan dengan cara refluks
yang disebabkan oleh lambatnya reaksi
pembentukan kompleks Cr(III) dengan
pereaksi kromogeniknya. Pereaksi yang telah
dilaporkan untuk menentukan kadar Cr(III)
secara spektrofotometri sinar tampak, yaitu 3thianaftenoiltrifluoroaseton
(Johnston
&

Holland 1971), kalium heksasianoferat(II)
(Malik & Bembi 1975), EDTA (Rengasamy &
Oades 1977), tropolon (Rizvi 1983), senyawa
turunan tiazolilazo seperti 4-(-2-tiazolilazo)
resorsinol (Carvalho et al. 2004), HBIG
(Kumar & Muthuselvi 2006), dan α-benzoin
oksim (Ghaedi et al. 2006).
Kromium(VI)
Kromium(VI)
atau
kromium
heksavalen merupakan bentuk yang paling
berbahaya dan dapat menimbulkan efek yang
merugikan kesehatan manusia. Kromium
heksavalen hampir semuanya berbentuk
senyawaan anionik, sangat larut dalam
perairan dan relatif stabil meskipun
senyawaan ini merupakan zat pengoksidasi
yang kuat di dalam larutan asam, selain itu
juga Cr(VI) tidak berada dalam bentuk
senyawaan koordinasi tetapi ditemukan dalam
material biologis, dan memiliki afinitas
terhadap sel darah merah.
Senyawaan
Cr(VI)
di
dalam
lingkungan berasal dari limbah industri,
tambang kromium, pembakaran minyak bumi,
kertas dan kayu. Sampah padat yang
mengandung Cr(VI) dapat menjadi suatu
bahaya jika dibuang ke dalam penimbunan
sampah berlapis (landfill) karena bentuk dari
kromium tersebut sangat mudah bergerak di
dalam air tanah (Kusnoputranto 1996).
Kromium
heksavalen
dapat
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal,
pendarahan di dalam tubuh, dermatitis,
kerusakan saluran pernafasan, dan kanker
paru-paru. Namun kasus dermatitis akibat
keracunan Cr(VI) relatif sudah jarang
ditemukan. Bahaya jangka panjang terhadap
saluran
pernafasan
dan
kulit
dapat
menyebabkan peradangan rongga hidung,
pendarahan hidung, dan kerusakan jaringan
kulit. Respon yang lebih umum terjadi adalah
reaksi alergi kulit terhadap produk yang
mengandung kromium seperti kulit, semen,
ragi bir, pengawet kayu, cat, lem, dan pewarna
kayu.
Reaksi-reaksi
tersebut
dapat
disembuhkan dengan krim hidrokortison atau
larutan asam askorbat (vitamin C).
United
States
Environmental
Protection
Agency
(USEPA)
telah
menempatkan Cr(VI) sebagai senyawa yang
karsinogenik.
Percobaan
laboratorium
membuktikan
bahwa
senyawa-senyawa
Cr(VI) atau hasil-hasil reaksi antaranya di
dalam sel dapat menyebabkan kerusakan pada
materi genetik. Studi lain pada binatang
percobaan menunjukkan bahwa bentuk

kromium tersebut dapat menyebabkan
masalah reproduksi. Efek yang sangat
berbahaya
dari
Cr(VI)
menyebabkan
pemerintah memasukkan Cr(VI) dalam
kriteria nilai baku mutu air. Kementerian
Negara
Lingkungan
Hidup
Republik
Indonesia
telah
menetapkan
bahwa
konsentrasi kromium total sebesar 2 µg/ml
sebagai batas maksimum yang diperbolehkan
untuk limbah industri sedangkan untuk air
minum konsentrasi Cr(VI) sebesar 0.05
µg/ml.
Kromium
heksavalen
banyak
dimanfaatkan juga untuk produksi zat kimia
kromium, pigmen untuk cat dan tekstil,
penyamakan kulit, bahan pengawet kayu, serta
dapat digunakan dalam pendingin pembangkit
tenaga listrik untuk mencegah karat. Namun
harus tetap diperhatikan juga bahwa meskipun
Cr(VI) dapat membawa manfaat tetapi limbah
industrinya dapat menyebabkan pencemaran.
Penentuan
kadar
Cr(VI)
secara
spektrofotometer sinar tampak dengan
pereaksi DPC merupakan metode yang paling
umum, akan tetapi gangguan dari Fe(III),
Mo(VI),
Cu(II),
dan
Hg(II)
sangat
mempengaruhi hasil yang diperoleh dan hanya
membentuk kompleks yang stabil selama 30
menit dengan adanya bufer fosfat. Pereaksi
lain juga telah diteliti untuk digunakan dalam
menentukan kadar Cr(VI), yaitu ferpenazin
(Mohamed & El-Shahat 2000), asam sitrazinat
(Revanasiddappa
&
Kumar
2001),
trifluoroperazin hidroklorida (Revanasiddappa
& Kumar 2002), 2-[2-(4-metoksi-fenilamino)vinil]-1,3,3-trimetil-3H-indolium
klorida
(Andruch et al. 2003), BPR (Huang et al.
1997), dan variamin biru (Narayana &
Cherian 2005).
Spektrofotometri
Dasar teknik spektrofotometri adalah
interaksi antara radiasi elektromagnetik
dengan bahan yang akan dianalisis. Yang
dimaksud radiasi elektromagnetik adalah
suatu bentuk dari energi yang diteruskan
melalui ruang dengan kecepatan sebesar
2.99792 x 1010 cm/detik dalam ruang vakum.
Besar energi radiasi bergantung pada
frekuensi atau panjang gelombang radiasi
yang dimiliki. Apabila suatu bahan yang akan
dianalisis diberi radiasi elektromagnetik atau
energi yang cukup dan sesuai dengan tingkat
elektronik atom atau molekul pada bahan
maka akan terjadi kenaikan elektron atom atau
molekul dari keadaan dasar ke keadaan
tingkat energi yang lebih tinggi (keadaan
eksitasi). Secara sederhana, peristiwa ini

dilihat sebagai penyerapan radiasi oleh bahan
dan merupakan dasar dari spektroskopi
(Adijuwana & Nur 1989).
Spektrofotometer adalah alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diserap.
Jadi spektrofotometer digunakan untuk
mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang. Pengukuran absorbansi atau
transmitansi
dalam
spektrofotometer
ultraviolet dan sinar tampak digunakan untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia
(Khopkar 2003). Spektrum ultraviolet
terentang dari 100 hingga 400 nm, sedangkan
spektrum sinar tampak terentang dari 400
hingga 750 nm (Fessenden RJ & JS Fessenden
1980).
Komponen-komponen
utama
spektrofotometer adalah sumber radiasi,
monokromator, wadah untuk larutan contoh,
detektor, dan peralatan pembacaan hasil
(Hargis 1988).
Spektrum
serapan
pada
spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet
diukur dalam bentuk larutan, oleh karena itu
apabila analat tersedia dalam bentuk padatan
maka
harus
beri
perlakuan
yang
memungkinkan untuk mendapatkan larutan
komponen yang dapat diukur. Analat yang
dapat diukur dengan spektrofotometri sinar
tampak adalah analat yang berwarna atau
dapat dibuat berwarna. Oksidasi merupakan
salah satu proses yang digunakan untuk
membuat analat tertentu menjadi berwarna.
Proses lainnya yang dapat digunakan adalah
pembentukan senyawa kompleks. Suatu
kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam
yang dinamakan ion pusat dan komponenkomponen lain yang berupa ion negatif atau
molekul yang dinamakan ligan. Jumlah ligan
dalam sebuah kompleks berbeda-beda. Jumlah
ikatan dengan ligan disebut bilangan
koordinasi (Harjadi 1986).

bertumpang tindih sempurna. Spektrum
terpisah sempurna artinya sinar pada panjang
gelombang maksimum (λmaks) yang diserap
komponen 1 (misalnya komponen X) tidak
diserap oleh komponen 2 (misalnya
komponen Y) dan sebaliknya komponen Y
tidak menyerap sinar pada λmaks komponen X.
Spektrum bertumpang tindih sebagian artinya
sinar pada λmaks yang diserap oleh komponen
X tidak dapat diserap oleh komponen Y.
Sementara sinar pada λmaks yang diserap oleh
komponen Y dapat diserap oleh komponen X.
Spektrum bertumpang tindih sempurna artinya
sinar pada λmaks yang diserap oleh komponen
X dapat diserap pula oleh komponen Y dan
sebaliknya sinar pada λmaks yang diserap oleh
komponen Y dapat diserap pula oleh
komponen X. Spektrum serapan dua zat
tersebut akan menentukan berapa kurva
standar yang harus dibuat dalam penentuan
kadar kedua zat tersebut.

a
X
Y

b
X
Y

c
Y
X

Analisis Multikomponen
Suatu
analat
kadang-kadang
mengandung lebih dari satu komponen yang
bisa diukur dengan cara spektrofotometri.
Penentuan komposisi campuran tersebut perlu
diketahui terlebih dahulu spektrum serapan
dari masing-masing komponennya. Pada
dasarnya ada tiga kemungkinan spektrum
serapan dua zat yang tercampur, yaitu terpisah
sempurna, bertumpang tindih sebagian, dan

Gambar 1

Spektrum serapan dua zat yang
tercampur terpisah sempurna (a),
bertumpang tindih sebagian (b)
dan bertumpang tindih sempurna
(c).

Campuran yang spektrum serapannya
terpisah sempurna (Gambar 1a), bila dibaca
serapannya pada λ1 maka serapan (A1) yang
terukur hanya disebabkan oleh komponen X,
dan bila dibaca pada λ2 maka serapan (A2)
yang terukur hanya disebabkan oleh
komponen Y. Berapapun besarnya komponen
Y tidak mengubah serapan pada λ1, begitu
pula sebaliknya. Sehingga apabila dimasukkan
ke dalam persamaan Lambert-Beer menjadi
A1 = k1.Cx dan A2 = k2.Cy. Nilai Cx dan Cy
dapat dihitung jika nilai k1 dan k2 diketahui.
Kedua tetapan tersebut dapat diketahui dari
kurva standar X pada λ1 dan Y pada λ2,
sehingga diperlukan dua kurva standar.
Sedangkan bila X dan Y mempunyai
spektrum serapan bertumpang tindih sebagian
seperti pada Gambar 1b, maka A1
menunjukkan serapan yang hanya disebabkan
oleh X, sedangkan A2 disebabkan oleh X dan
Y sehingga persamaan Lambert-Beer menjadi
A1 = k1x.Cx dan A2 = k2x.Cx + k2y.Cy. Nilai k1x
tidak sama dengan k2x karena panjang
gelombangnya berbeda dan k2x tidak sama
dengan k2y karena zatnya berbeda. Pada kasus
ini ketiga nilai k diperoleh dari kurva standar
X pada λ1 dan λ2 dan Y hanya pada λ2. Dua
komponen yang mempunyai spektrum serapan
bertumpang tindih sempurna (Gambar 1c)
persamaan Lambert-Beer-nya adalah A1 =
k1x.Cx + k1y.Cy dan A2 = k2x.Cx + k2y.Cy.
Keempat tetapan tersebut diperoleh dari kurva
standar masing-masing senyawa pada λ1 dan
λ 2.
Beberapa contoh pemakaian metode ini
adalah pada analisis kromium dan mangan
dari sampel baja tanpa melakukan pemisahan
terlebih
dahulu.
Oksidasi
mangan
menghasilkan KMnO4 yang memiliki serapan
maksimum pada 545 nm sedangkan kromium
menghasilkan K2Cr2O7 dengan serapan
maksimum 440 nm. Penentuan konsentrasi
paladium dan platinum juga dapat ditentukan
secara simultan dengan spektrofotometri.
Keduanya membentuk kompleks dengan
SnCl2 dalam media HClO4 dan mempunyai
serapan maksimum pada 635 nm dan 405 nm
(Khopkar 2003).

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan antara
lain CrCl3.6H2O sebagai sumber Cr(III),
K2Cr2O7 sebagai sumber Cr(VI), glisin, KOH,
salisilaldehida, etanol 99%, BPR, CTAB,

bufer fosfat pH 6.0, bufer asetat pH 6.0, dan
air destilata bebas ion.
Alat-alat yang digunakan antara lain
spektrofotometer UV-VIS Shimadzu 1700 PC
dengan perangkat lunak UV-probe versi 2.21,
kuvet kuarsa dengan tebal 1 cm, hot plate,
pengaduk bermagnet, termometer, neraca
analitik, pH meter, dan peralatan kaca.
Metode
Penelitian terdiri atas beberapa
tahapan, yaitu pembuatan spektrum serapan
untuk penentuan λmaks senyawa kompleks
Cr(III)-HBIG dan Cr(VI)-BPR, pengujian
pengaruh larutan bufer asetat dan fosfat pH
6.0 terhadap λmaks, pengujian pengaruh waktu
pengukuran terhadap intensitas warna
kompleks untuk mengetahui kestabilan warna
larutan senyawa kompleks, pengujian
pengaruh beberapa pereaksi, yaitu CTAB,
BPR, dan HBIG terhadap bentuk spektrum
serapan dari senyawa kompleks kromium
yang terbentuk, penentuan kurva standar
Cr(III) dan Cr(VI) serta pengujian kadar
Cr(III) dan Cr(VI) dalam campuran sintetik
(Lampiran 1).
Preparasi Larutan Stok Standar Cr(III)
dan Cr(VI)
Larutan stok standar Cr(III) dan Cr(VI)
dengan konsentrasi 750 µg/ml dan 5 µg/ml
disiapkan dengan cara sebanyak 0.3844 g
Cr(III) dan 0.0056 g Cr(VI) ditimbang dari
masing-masing
garamnya
kemudian
dilarutkan dengan air destilata bebas ion pada
labu takar 100 ml (Lampiran 2).
Preparasi Larutan 2-Hidroksibenzaldimino
glisin (HBIG) (Kumar & Muthuselvi 2006)
Pereaksi ini dibuat dengan cara 100 ml
glisin 0.01 M dan 50 ml KOH 0.2 M
dicampurkan, kemudian dipanaskan (50-60oC)
dan diaduk dengan pengaduk bermagnet
selama 1 jam. Setelah itu sebanyak 1.1 ml
salisilaldehida dalam 20 ml etanol 99%
ditambahkan ke dalam campuran tersebut dan
dipanaskan kembali (50-60oC) sambil tetap
diaduk selama 2-3 jam. Warna larutan HBIG
yang diperoleh adalah cokelat kekuningan
dengan pH 9.78 dan konsentrasi dalam
campurannya 9.9219x10-4 M (Lampiran 3).
Larutan ini tidak memberikan serapan
maksimum pada panjang gelombang 450-800
nm. Selanjutnya pereaksi ini dapat digunakan
sebagai pereaksi kromogenik untuk Cr(III).

Berikut ini adalah struktur dari HBIG:

Gambar 2 Struktur HBIG.
Preparasi Larutan Bromopirogalol Merah
(BPR) 9x10-4 M (Huang et al. 1997)
Pereaksi ini dibuat dengan cara
sebanyak 0.0130 g BPR ditimbang dan
dilarutkan dengan air destilata bebas ion
hingga 25 ml. Selanjutnya pereaksi ini dapat
digunakan sebagai pereaksi kromogenik untuk
Cr(VI). Berikut ini adalah struktur dari BPR:

Gambar 3 Struktur BPR.
Preparasi Larutan Bufer pH 6.0
Larutan bufer fosfat disiapkan dengan
cara 12.8 ml larutan dinatrium hidrogen
ortofosfat (Na2HPO4) 0.01 M dicampurkan
dengan 87 ml larutan natrium dihidrogen
ortofosfat (NaH2PO4) 0.01 M. Sedangkan
larutan bufer asetat disiapkan dengan cara 4.4
ml larutan asam asetat 0.1 M dicampurkan
dengan 90 ml larutan natrium asetat 0.1 M.
Penentuan λmaks Senyawa Kompleks
Cr(III)-HBIG dan Cr(VI)-BPR
Senyawa kompleks Cr(III) dengan
pereaksi kromogenik HBIG selanjutnya ditulis
Cr(III)-HBIG disiapkan dengan cara sebanyak
2 ml larutan bufer asetat pH 6.0 dipipet dan
dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
kemudian ditambahkan 2.5 ml larutan Cr(III)
750 µg/ml, 3.5 ml larutan HBIG 9.9219x10-4
M, dan 0.2 ml larutan CTAB 2.7x10-3 M.
Larutan tersebut kemudian ditera dengan air
destilata bebas ion, dikocok, dan didiamkan
selama 60 menit. Serapan larutan diukur pada
kisaran panjang gelombang 450-800 nm
dengan larutan blanko yang berisi 3.5 ml
larutan HBIG 9.9219x10-4 M dan 0.2 ml

larutan CTAB 2.7x10-3 M lalu d