Analyze of Potential and Ecological Carrying Capacity of Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi Beach for Coastal Tourism, Diving and Snorkeling in Sijuk, Belitung District

ANALISIS POTENSI DAN DAYA DUKUNG EKOLOGI
KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG KELAYANG
DAN TANJUNG TINGGI UNTUK WISATA PANTAI,
WISATA SELAM DAN SNORKELING
DI KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG

ALDINO AKBAR

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Potensi dan
Daya Dukung Ekologi Kawasan Wisata Pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung
Tinggi untuk Wisata Pantai, Wisata Selam dan Snorkeling di Kecamatan Sijuk,
Kabupaten Belitung” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Aldino Akbar
NRP. C252090191

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

RINGKASAN
Aldino Akbar. Analisis Potensi dan Daya Dukung Ekologi Kawasan Wisata
Pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi untuk Wisata Pantai, Wisata Selam
dan Snorkeling di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Dibimbing oleh Hefni
Effendi dan Isdradjad Setyobudiandi.
Pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi merupakan objek wisata
pantai yang menjadi tujuan utama bagi wisatawan lokal, domestik, maupun

wisatawan manca negara di Kabupaten Belitung. Akibatnya kedua objek wisata
tersebut selalu ramai didatangi oleh wisatawan, bahkan kondisinya bisa menjadi
sangat ramai dan padat bila ada penyelenggaraan acara tertentu. Kondisi tersebut
tentu saja akan memperbesar potensi terjadinya degradasi lingkungan dan
keindahan alam di dalam objek wisata tersebut, sehingga dapat mengancam
pengembangan dan keberlanjutan industri wisata. Selain kondisi alam pantainya
sangat indah, di perairan kedua objek wisata pantai tersebut juga terdapat
ekosistem terumbu karang yang belum dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata
dan mungkin berpotensi untuk dijadikan objek wisata bahari sebagai tempat
aktivitas menyelam dan snorkeling. Besarnya potensi tersebut dapat diketahui dari
tingkat kesesuaian ekosistem terumbu karang tersebut untuk dijadikan objek
wisata selam dan snorkeling. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar potensi dan tingkat kesesuaian wisata ekosistem
terumbu karang di kedua perairan ini.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis : (1) Kondisi
dan kesesuaian ekosistem terumbu karang di peraian pantai Tanjung Kelayang
dan Tanjung Tinggi untuk dikembangkan sebagai objek wisata selam (diving) dan
snorkeling. (2) Daya dukung ekologi wisata pantai di pantai Tanjung Kelayang
dan Tanjung Tinggi. (3) Daya dukung ekologi wisata selam (diving) dan
snorkeling di ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan pantai Tanjung

Kelayang dan Tanjung Tinggi.
Penelitian ini dilakukan di objek wisata pantai Tanjung Kelayang dan pantai
Tanjung Tinggi yang terletak di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Adapun
metode yang digunakan meliputi Indeks kesesuaian wisata dan besarnya kapasitas
lingkungan untuk menampung jumlah wisatawan. Pengambilan data dilakukan
dengan pendekatan partisipatif dan eksploratif. Pengambilan data biofisik
lapangan untuk komunitas karang menggunakan metode garis menyinggung,
untuk komunitas ikan karang menggunakan metode pencacahan langsung, untuk
mengetahui luasan area pantai dan karang dengan menggunakan metode tracking
GPS. Pengukuran beberapa parameter fisik dilakukan secara insitu. Data
pelengkap dan pembanding didapatkan dengan melakukan wawancara dengan
stakeholder. Metode analisa data untuk menilai kesesuaian wisata menggunakan
matriks yang melibatkan parameter biofisik. Metode analisa data untuk daya
dukung ekologi pantai, ekosistem terumbu karang, air tawar dan akomodasi
dihitung berdasarkan parameter yang didapatkan dari hasil pengukuran di
lapangan untuk kemudian ditentukan pengelolaan yang lebih baik secara
deskriptif.

Hasil rata-rata persen penutupan karang hidup di perairan Tanjung Kelayang
adalah sebesar 78,625%, sedangkan di perairan Tanjung Tinggi adalah sebesar

76,8%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang
masih tergolong sangat baik. Hanya terdapat satu lokasi yang terkategori sangat
sesuai untuk aktivitas wisata snorkeling di perairan Tanjung Kelayang, yaitu di
stasiun 4, sedangkan lima stasiun penelitian lainnya terkategori cukup sesuai.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa seluruh stasiun pengamatan di perairan
Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi terkategori cukup sesuai untuk wisata
selam. Perairan pantai Tanjung Kelayang memiliki daya dukung sebesar 91
wisatawan/hari untuk wisata selam dan 76 wisatawan/hari untuk snorkeling.
Namun, bentuk pertumbuhan tutupan karang mengisyaratkan bahwa stasiun 1, 2
dan 3 adalah cukup rentan dan stasiun 4 sangat rentan untuk terjadi kerusakan
akibat kayuhan fin penyelam. Sedangkan di pantai Tanjung Tinggi, daya dukung
untuk wisata selam adalah sebesar 182 wisatawan dan 152 wisatawan/hari untuk
wisata snorkeling. Akan tetapi, ekosistem terumbu karang di stasiun 5 memiliki
kondisi cukup rentan dan di stasiun 6 tidak rentan untuk terjadinya kerusakan
karang.
Daya dukung untuk aktivitas wisata pantai di pantai Tanjung Kelayang
adalah sebesar 288 wisatawan/hari dan di pantai Tanjung Tinggi adalah sebesar
98 wisatawan/hari. Informasi yang didapat dari pihak pengelola mengatakan
bahwa jumlah kunjungan wisatawan di pantai Tanjung Kelayang rata-rata adalah
tidak kurang dari 300 wisatawan/hari, sedangkan di Pantai Tanjung Tinggi tidak

kurang dari 500 wisatawan/hari. Berdasarkan kondisi tersebut, maka pantai
Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi sudah melebihi batas daya dukung
pantainya sedangkan ekosistem terumbu karang belum dimanfaatkan secara
optimal sebagai objek wisata bahari untuk selam dan snorkeling. Hal tersebut
mengisyaratkan pihak pengelola perlu mengoptimalkan pemanfaatan wilayah
perairan untuk pengembangan pariwisata. Selain itu juga perlu dilakukan
penambahan fasilitas dan akomodasi wisata.
Kata kunci :

potensi wisata, daya dukung ekologi.

SUMMARY
Aldino Akbar. Analyze of Potential and Ecological Carrying Capacity of
Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi Beach for Coastal Tourism, Diving and
Snorkeling in Sijuk, Belitung District. Under direction of Hefni Effendi and
Isdradjad Setyobudiandi.
Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi beach are the main coastal tourism
destination in Belitung district for local, domestic and foreign country tourists.
That’s why both coastal tourism objects always visited by many tourists and the
condition can be saturated when special even is holded there. The saturated

condition can stimulates the potential of environment and the beauty of nature
degradation there become larger that will threat the sustainability of the tourism it
selves. Except for the beautiful beach feature, there are also coral reef ecosystem
in both of Tanjung kelayang and Tanjung Tinggi sea water which may have
potential becoming marine tourism object for diving and snorkeling that have not
been used as a attractive feature to attract the tourists. Therefor, it’s need to be
done a research to reveal the potential of the coral reef ecosystem and it’s level of
suitability as a marine tourism destination spot for diving and snorkeling.
The general goal of this research are to analyse : (1) The condition and the
suitability level of coral reef ecosystem that existed in Tanjung Kelayang and
Tanjung Tinggi sea water to be develoved as a marine tourism objects for diving
and snorkeling. (2) The Ecological carrying cappacity of beach and sand tourism
activities at Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi beaches. (3) The ecological
carrying cappacity of diving and snorkeling activities on coral reef ecosystems
that existed in Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi sea waters.
This research is conducted at coastal tourism objects Tanjung Kelayang
and Tanjung Tinggi which is sited at Sijuk subdistrict, Belitung district. The
methods are used are suitability tourism index and the capacity of tourism
destination area to receive and accommodate the visitors. The observation for
biological and physics of coral reef community data collecting used line intercept

transect method, while the observation and data collecting for reef fishes
community uses visual cencus method, and to collect data the extensive of coral
reef area and shore area are using Global Possitioning System (GPS) tracking
method. Some of physics parameter are measured on the research site.
Complemented and comparising datas that are needed are collected by
interviewing with the stakeholders. Analysis methods to the datas for knowing the
tourism suitability is used matrix method which involved some physic and
biological parameters. Analysis methods for shore ecological carrying capacity,
coral reef ecosystem, fresh waters and accommodation are counted based on
parameters which is collected from the measurements on the sites, then it’s used
to determine the better management system descriptively.
Average percentage of living coral reef cover at Tanjung Kelayang sea is
78,625%, while at Tanjung Tinggi sea is 76,8%. Those percentage values shows
that coral reef ecosystem at Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi sea are rated
as a very good category. There is only one area that is categories as very suitable
for snorkeling tourism activity, it is the station 4, while the five others are
categories as suitable enough. The result of data analysis shows that all the

observation stations at Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi sea waters are
suitable enough for diving activity. Tanjung Kelayang coastal waters has its

carrying capacity as many as 91 visitors per day for the diving activity and 76
visitors per day for snorkeling activity. The lifeform of coral reef presupposing
that observation sation 1, 2 and 3 are susceptible enough while the station 4 is
very susceptible to be broken by divers fin kicks. Tanjung Tinggi has the carrying
capacity for diving and snorkeling activity as many as 182 visitors per day and
152 visitors per day respectively. But then, the coral reef ecosystem at station 5
posses susceptible condition while the station 6 is not susceptible to coral
destruction by divers fin kicks.
The carrying capacity of shore based tourism activity at Tanjung Kelayang
beach is 288 visitors per day while at Tanjung Tinggi is 98 visitors per day.
Informations which is collected from the manager of the site says that the average
visits of tourists at Tanjung Kelayang beach is at least 300 visitors per day, while
at Tanjung Tinggi beach is at least 500 visitors per day. Based on that conditions,
it can be said that the visitors of Tanjung Kelayang and Tanjung Tinggi beach are
exceed it’s ecological carrying capacity, but, the coral reef ecosystem in the sea
water has not been used optimally as a marine tourism object for diving and
snorkeling. Those all things presupposing that the managers of the Tanjung
Kelayang and Tanjung Tinggi need to optimize the use of sea water area to
develop the tourism there. Besides that, it is very needed to build more
infrastructure, facility and accommodation for the visitors in quantity and

quanlity means.
Key words : tourism potential, ecological carrying capacity

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS POTENSI DAN DAYA DUKUNG EKOLOGI
KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG KELAYANG
DAN TANJUNG TINGGI UNTUK WISATA PANTAI,
WISATA SELAM DAN SNORKELING
DI KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG


ALDINO AKBAR

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc

Judul Penelitian

: Analisis Potensi dan Daya Dukung Ekologi Kawasan Wisata
Pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi untuk Wisata
Pantai, Wisata Selam dan Snorkeling di Kecamatan Sijuk,

Kabupaten Belitung

Nama

: Aldino Akbar

NIM

: C252090191

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Hefni Effendi, MPhil

Dr.Ir.Isdradjad Setyobudiandi,MSc

Ketua

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Dan Lautan

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA

Tanggal Ujian : 12 Juli 2013

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan ridho-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
dengan judul Analisis Potensi dan Daya Dukung Ekologi Kawasan Wisata Pantai
Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi untuk Wisata Pantai, Wisata Selam dan
Snorkeling di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis hingga menyelesaikan studi ini, sebagai berikut :
1.
Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil, selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir.
Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc selaku anggota atas segala arahan dan
bimbingan kepada penulis mulai dari penyusunan Proposal Penelitian
sampai penulisan Tesis ini.
2.
Bapak Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc selaku dosen Penguji Luar Komisi, yang
telah bersedia menjadi penguji dan atas saran dan masukan yang sangat
berharga demi perbaikan tesisi ini.
3.
Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku Ketua Program Studi,
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan atas segala arahan selama masa
studi.
4.
Rekan & teman yang telah membantu proses pengambilan data Rizza
Muftiadi, Dedy dll.
5.
Teman-teman Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Angkatan 16 Tahun 2009 Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
(Mohammad Akbar, Fery Kurniawan, James Walalangi, Mohamad Sayuti
Djau, Mochamad Idham Shilman, Sudirman Adibrata, Syultje M.
Latukolan, Suryo Kusumo, RM. Puji Rahardjo, Dewi Dwi Puspitasari
Sutedjo, Ita Karlina, Al Azhar, Rieke Kusuma Dewi, Yofi Mayalanda,
Destilawaty, Andi khodijah).
6.
Penghargaan yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada kedua
orang tua, ayahanda Sahani Saleh dan ibunda Asmara yang telah
membesarkan, mendidik dan memberikan bantuan dan doa. Terimakasih
yang tak terhingga bagi istriku Ana Chandra Sari & putraku tercinta
Irsyadzaky Sandriano serta atas segala bantuannya dari adekku Dedek
Kusvianti.
Akhirnya, terima kasih dan hormat yang sangat mendalam penulis
persembahkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa. Penulis berharap,
semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bogor, Juli 2013

Aldino Akbar

DAFTAR ISI

1

2

3

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Wisata Pantai dan Wisata Bahari
Dampak Pariwisata Terhadap Ekosistem Pantai dan Terumbu
Karang
Konsep Daya Dukung Wisata
Daya Dukung Ekosistem Terumbu Karang
Daya Dukung Wisata Berkaitan Dengan Ketersediaan Air Tawar
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Penentuan Potensi Ekosistem Terumbu Karang
Pengamatan Komunitas Karang
Pengamatan Komunitas Ikan Karang
Pengukuran Parameter Fisik Perairan
Kecerahan Perairan
Kecepatan Arus
Kedalaman Terumbu Karang
Pengukuran Parameter Kimia Perairan
Analisis Data
Analisis Data Biofisik dan Parameter Fisik Perairan
Persen Penutupan Karang Hidup dan Jumlah Lifeform
Karang
Jumlah Spesies Ikan Karang
Kecerahan Perairan
Kecepatan Arus
Analisis Kesesuaian Wisata Snorkeling
Analisis Kesesuaian Wisata Selam
Analisis Daya Dukung Ekologi Wisata
Analisis Daya Dukung Ekologi Wisata Pantai
Analisis Daya Dukung Ekologi Wisata Selam dan
Snorkeling
Analisis Daya Dukung Ekolgi Wisata Berdasarkan
Ketersediaan Air Tawar

Halaman
xv
xvi
xvii
1
1
2
2
3
3
5
5
7
11
12
13
14
14
14
14
14
15
16
16
18
18
18
19
19
19
19
19
19
20
20
21
22
22
23
25

Analisis Daya Dukung Ekolgi Wisata Berdasarkan
Ketersediaan Akomodasi Wisata
Strategi Pengelolaan
4

5

26
26

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Daerah Penelitian
Kondisi Umum Desa Keciput
Kondisi Umum Pengelolaan Pantai Tanjung Kelayang
Kondisi Umum Pengelolaan Pantai Tanjung Tinggi
Kondisi Ekosistem Terumbu Karang
Kondisi Komunitas Karang
Kondisi Komunitas Karang di Perairan Pantai Tanjung
Kelayang
Kondisi Komunitas Karang di Perairan Pantai Tanjung
Tinggi
Kondisi Komunitas Ikan Karang
Indeks Kesesuaian Wisata Selam dan Snorkeling
Konsentrasi Nitrat & Fosfat Perairan
Daya Dukung Ekologi Wisata
Daya Dukung Ekologi Wisata Pantai
Daya Dukung Ekologi Wisata Selam dan Snorkeling
Daya Dukung Ekologi Wisata Selam dan Snorkeling di
Pantai Tanjung Kelayang
Daya Dukung Ekologi Wisata Selam dan Snorkeling di
Pantai Tanjung Tinggi
Daya Dukung Akomodasi Wisata
Daya Dukung Air Tawar
Daya Dukung Air Tawar di Pantai Tanjung Kelayang
Daya Dukung Air Tawar di Pantai Tanjung Tinggi
Strategi Pengelolaan

27
27
28
30
31
32
32

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

60
60
60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

61
69
75

34
36
38
42
45
47
47
48
48
50
52
54
54
56
57

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8

9

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Kebutuhan Data, Alat, Bahan dan Metode Yang Digunakan
Dalam Penelitian
Kategori pengamatan data komunitas karang
Matriks kesesuaian wisata bahari untuk kategori wisata
snorkeling
Matriks kesesuaian wisata bahari untuk kategori wisata selam
Jenis pekerjaan dan jumlah pekerja di Desa Keciput Tahun 2011
Hasil pengamatan komunitas karang di perairan pantai Tanjung
Kelayang dan Tanjung Tinggi
Nilai indeks mortalitas karang (IMK)
Jumlah spesies dan kelimpahan ikan karang di tiap stasiun
pengamatan dan di kawasan perairan pantai Tanjung Kelayang
dan Tanjung Tinggi
Jumlah spesies, kelimpahan ikan karang, persen penutupan
karang hidup dan jumlah liveform karang di tiap stasiun
pengamatan
Nilai indeks kesesuaian wisata tiap stasiun pengamatan
Hasil pengukuran parameter kesesuaian wisata selam dan
snorkeling
Kesesuaian wisata tiap stasiun pengamatan
Hasil pengukuran fosfat dan nitrat di perairan Tanjung Kelayang
dan Tanjung Tinggi
Luas ekosistem terumbu karang di tiap stasiun pengamatan
Nilai daya dukung ekologi untuk wisata selam dan snorkeling
beserta jumlah wisatawan per trip di pantai Tanjung Kelayang
Persen penutupan karang hidup dengan bentuk pertumbuhan
ACB, ACT, CB, CF di perairan pantai Tanjung Kelayang
Nilai daya dukung ekologi untuk wisata selam dan snorkeling
beserta jumlah wisatawan per trip di pantai Tanjung Tinggi
Hasil pengukuran contoh sumur di pantai Tanjung Kelayang
Debit air sumur contoh di kawasan pantai Tanjung Tinggi
Tabulasi seluruh daya dukung ekologi

15
17
20
21
28
33
34

38

41
42
43
45
45
49
49
50
51
55
56
57

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7

Kerangka pemikiran penelitian
Peta Lokasi Penelitian
Pengamatan ikan karang dengan metode pencacahan langsung
Peta kondisi pantai Tanjung Kelayang dan lokasi penelitian
Peta kondisi pantai Tanjung Tinggi dan lokasi penelitian
Peta daya dukung dan kerentanan ekosistem terumbu karang di
perairan pantai Tanjung Kelayang
Peta daya dukung dan kerentanan ekosistem terumbu karang di
perairan pantai Tanjung Tinggi

Halaman
4
14
18
31
32
50
52

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3

Hasil penghitungan tutupan ekosistem terumbu karang di tiap
stasiun pengamatan
Hasil penghitungan jumlah family, spesies dan kelimpahan ikan
karang di perairan Tanjung Kelayang
Hasil penghitungan jumlah family, spesies dan kelimpahan ikan
karang di perairan Tanjung Tinggi

70
72
74

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai Tanjung Tinggi merupakan objek
wisata pantai yang terdapat di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung, kedua objek wisata
pantai tersebut termasuk ke dalam wilayah yang peruntukkannya adalah untuk
pengembangan pariwisata. Kedua pantai tersebut merupakan tujuan utama bagi
wisatawan lokal untuk berwisata, khususnya pada hari libur. Jumlah wisatawan
yang ramai dan padat selalu terkonsentrasi di kedua pantai ini. Jumlah wisatawan
akan bertambah padat pada saat saat hari-hari libur atau diselenggarakannya
even-even khusus yang rutin diselenggarakan seperti “Festival Muang Jong”, “Sail
Belitung”, dll. Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai Tanjung Tinggi merupakan
objek wisata alam (nature-based tourism) yang mengandalkan keindahan alam
berupa hamparan pasir putih halus yang panjang membentang, susunan bebatuan
granit besar yang unik dan air lautnya yang jernih membiru. Pariwisata
berbasiskan alam adalah pariwisata yang menampilkan/ menyajikan alam, dan
merupakan bagian yang penting dari industri pariwisata dunia (Lindberg dkk
1998).
Sampai saat ini, bentuk pengelolaan objek wisata pantai Tanjung Kelayang
adalah wisata masal (mass-tourism) yang berupaya mendatangkan wisatawan
sebanyak-banyaknya, sehingga pihak pengelola akan lebih banyak mendapatkan
keuntungan dari tiket masuk bila semakin banyak wisatawan yang datang. Pantai
Tanjung Tinggi belum ada pengelolaan seperti tersebut, dan setiap wisatawan
bebas masuk untuk menikmati keindahan alam tanpa harus membayar. Bila
kondisi seperti tersebut di atas terus berlanjut, maka potensi untuk terjadinya
kerusakan lingkungan dan ekologi di kedua pantai tersebut juga akan semakin
besar. Kerusakan lingkungan yang telah terjadi di kedua pantai tersebut adalah
banyaknya sampah yang mengotori pantai, dan khusus di Pantai Tanjung Tinggi,
batu-batu besar di sekitar pantai tersebut telah banyak yang tercoret-coret oleh
wisatawan sehingga mengurangi keindahannya. Aktivitas wisata masal
diperkirakan bertanggungjawab terhadap timbulnya dampak negatif yang paling
buruk dari pariwisata. Di antara semua jenis aktivitas bersenang-senang, wisata
masal adalah yang paling sering harus bertanggungjawab terhadap kerusakan
yang berkaitan dengan pariwisata (Budeanu 2005). Kekhawatiran terbesar yang
dapat terjadi bila terjadi kerusakan lingkungan dan ekologi, maka keberlanjutan
pariwisata di tempat tersebut dapat terancam. Hal tersebut dikarenakan objek
wisata yang bersifat nature-based, keberlanjutannya sangat tergantung pada
kondisi alam sebagai daya tarik utama bagi wisatawan. Pariwisata yang bersifat
nature-based di masa yang akan datang akan sangat tergantung pada sumberdaya
alam tersebut dan membutuhkan akses-akses pada lingkungan alami yang
berkualitas tinggi (Priskin 2001).
Suatu objek wisata sering dikunjungi oleh wisatawan selain disebabkan
oleh menariknya objek wisata tersebut, juga disebabkan oleh tercapainya tujuan
berwisata dari wisatawan. Konsentrasi wisatawan yang tinggi di daerah pantai
pada saat beraktivitas dan menikmati keindahan alam dapat menyebabkan

2

berkurangnya kenyamanan yang bermuara pada tidak tercapainya tujuan
berwisata, padahal, potensi keindahan alam yang terdapat di bawah lautnya belum
dimanfaatkan dengan optimal. Adapun aktivitas wisata yang biasa dilakukan di
ekosistem terumbu karang tersebut yaitu menyelam (diving) dan snorkeling. Atau
dengan kata lain, mungkin dapat dilakukan pengembangan wisata di kedua pantai
tersebut yang semula hanya berorientasi pada pantai saja menjadi objek wisata
pantai dan wisata bahari. Berdasarkan informasi dari masyarakat setempat,
terdapat ekosistem terumbu karang di perairan sekitar Pantai Tanjung Kelayang
dan Tanjung Tinggi. Namun, belum diketahui seberapa besar potensi dan
kesesuaiannya untuk dijadikan objek wisata selam dan snorkeling. Sehingga,
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar potensi tersebut
berdasarkan analisis kesesuaiannya.
Aspek keindahan alam, lingkungan dan ekologi yang terjaga pada objek
wisata yang mengandalkan keindahan alam merupakan hal yang penting sebagai
daya tarik utama wisatawan, sehingga diperlukan keseimbangan antara jumlah
wisatawan yang datang dengan tetap terjaganya keindahan alam di objek wisata
tersebut. Pengaruh fisik yang bersifat merugikan mungkin dapat dikurangi jika
terjadi hubungan simbiotik antara pariwisata yang bersifat nature-based dengan
konservasi, hal tersebut jika pariwisata dikembangkan dengan cara berkelanjutan
secara ekologi (Priskin 2001). Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencapai
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan secara ekologi tersebut adalah
dengan menentukan daya dukung ekologi suatu objek wisata. Maka dari itu, selain
mengetahui besarnya potensi ekosistem terumbu karang di kawasan tersebut, juga
perlu dilakukan analisis daya dukung ekologi pada objek wisata pantai dan objek
wisata bahari (ekosistem terumbu karang) yang terdapat di Pantai Tanjung
Kelayang dan Pantai Tanjung Tinggi tersebut.
Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pada
objek wisata pantai Tanjung Kelayang dan pantai Tanjung Tinggi tersebut, yaitu :
1. Bagaimana kesesuaian ekosistem terumbu karang di perairan pantai
Tanjung Kelayang dan pantai Tanjung Tinggi tersebut untuk
dikembangkan sebagai objek wisata selam (diving) dan snorkeling.
2. Bagaimana daya dukung ekologi untuk wisata pantai di pantai Tanjung
Tinggi dan di pantai Tanjung Kelayang.
3. Bagaimana daya dukung ekologi untuk wisata selam dan snorkeling di
ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan pantai Tanjung Tinggi
dan pantai tanjung Kelayang.
Kerangka Pemikiran
Pantai Tanjung Kelayang dan pantai Tanjung Tinggi merupakan objek
wisata pantai utama di Pulau Belitung yang selalu dikunjungi oleh wisatawan
lokal, domestik maupun wisatawan mancanengara. Selain itu, ekosistem terumbu
karang yang terdapat di perairan pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi
mungkin memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari
untuk wisata selam dan snorkeling. Potensi yang dimaksud dapat tercermin dari

3

kondisi ekosistem terumbu karang dan tingkat kesesuaiannya untuk dijadikan
objek wisata selam dan snorkeling. Agar wisata pantai dan wisata bahari dapat
terlaksana secara berkelanjutan dan ekosistem pantai dan ekosistem terumbu
karang di perairannya dapat terus terjaga dan lestari, maka perlu diketahui daya
dukung untuk wisata pantai dan wisata bahari di kedua objek wisata tersebut.
Adapun bagan alir kerangka pemikiran pada penelitian ini seperti yang
digambarkan pada Gambar 1.
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
menjawab permasalahan-permasalahan tersebut dengan pencapaian tujuan sebagai
berikut :
1. Mengetahui kondisi dan kesesuaian ekosistem terumbu karang di peraian
pantai Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi untuk dikembangkan
sebagai objek wisata selam (diving) dan snorkeling.
2. Mengetahui daya dukung ekologi wisata pantai di pantai Tanjung
Kelayang dan Tanjung Tinggi.
3. Mengetahui daya dukung ekologi wisata selam (diving) dan snorkeling di
ekosistem terumbu karang yang terdapat di perairan pantai Tanjung
Kelayang dan Tanjung Tinggi.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan dan
pengelolaan pariwisata di Kabupaten Belitung untuk lebih mempertimbangkan
kelestarian alam dan lingkungan sehingga pariwisata yang telah ada dapat terus
berkembang dengan meminimalkan kerusakan akibat aktivitas-aktivitas wisata
tersebut.

4

Daya dukung ekologi di
wisata Tanjung Kelayang &
Tanjung Tinggi

Daya dukung ekologi
wisata pantai

Data Biofisik
Pantai

Kesesuaian terumbu karang
sebagai objek wisata selam &
snorkeling

Data Biofisik
Ekosistem
Terumbu Karang

Analisis Daya
Dukung Wisata
Pantai
Analisis Kesesuaian
Wisata Selam &
Snorkeling
Daya Dukung
Ekologi Wisata
Pantai

Pariwisata
Berkelanjutan

Upaya
Peningkatan
Kelas
Kesesuaian
Sesuai ?

Ya
Analisis Daya Dukung
Ekologi Wisata Selam
& Snorkeling

Daya Dukung Wisata
Selam & Snorkeling

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Tidak

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Wisata Pantai dan Wisata Bahari
Pariwisata menurut Agenda 21 untuk perjalanan dan industri pariwisata
tahun 1996 adalah seluruh kegiatan orang yang melakukan perjalanan ke dan
tinggal di suatu tempat di luar lingkungan kesehariannya untuk jangka waktu
tidak lebih dari setahun untuk bersantai (leisure), bisnis dan berbagai maksud lain
(www.world-tourism.org). Pariwisata di Indonesia menurut UU Kepariwisataan
No. 9 tahun 1990 pasal 1 (5) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidangnya.
Berikut adalah definisi-definisi pariwisata yang biasa digunakan.
Pariwisata yaitu pergerakan temporal ke daerah-daerah tujuan di luar rumah dan
tempat kerja, aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan selama tinggal disana, dan
fasilitas-fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (Mathieson &
Wall 1982). Sebuah studi terhadap permintaan dan penyediaan akomodasi dan
pelayanan-pelayanan yang mendukung untuk tinggal jauh dari rumah, dan polapola yang dihasilkan dari pengeluaran, penghasilan, dan pekerjaan (Ryan 1991).
Hal-hal yang dicari orang-orang yang menguntungkan secara psikologi yang
meningkat dari pengalaman-pengalaman di tempat-tempat baru, dan situasi-situasi
baru yang durasinya temporer, sementara bebas dari keharusan pekerjaan, atau
pola-pola normal kehidupan sehari-hari di rumah (McIntosh & Goeldner 1991).
Akan tetapi, definisi ini dapat diperbaiki. Pertama, bagian terakhir sepertinya
terlalu menyulitkan dan membatasi, dan penghilangannya dapat meningkatkan
ekspresi ekonomi. Kedua, istilah komunitas setempat dapat dikembangkan
menjadi komunitas setempat dan komunitas lingkungan untuk memperhitungkan
lingkungan fisik seperti komunitas manusia. Ketiga, perlu dipertimbangkan tidak
hanya bisnis dan individu di dalam pembangkitan pariwisata negara tetapi juga
pemerintah, masyarakat, dan lingkungan dalam pengembangan negara-negara ini.
Sehingga, definisi pariwisata yang dimodifikasi seharusnya dibaca : Penjumlahan
dari fenomena dan hubungan-hubungan yang bangkit dari interaksi dalam
pembangkitan dan negara-negara penyelenggara pariwisata, penyedia bisnis,
pemerintahan, masyarakat dan lingkungan (Tribe 1997).
Dahuri et al. (2004) menyatakan bahwa daya tarik wilayah pesisir untuk
wisatawan adalah keindahan dan keaslian lingkungan, seperti misalnya kehidupan
di bawah air, bentuk pantai (gua-gua, air terjun, pasir dan sebagainya), dan hutanhutan pantai dengan kekayaan jenis tumbuh-tumbuhan, burung dan hewan-hewan
lain. Karena daya tariknya, maka daerah pesisir sering menjadi tujuan utama para
wisatawan. Daerah pesisir secara fisik dapat dibagi menjadi daerah daratan dan
perairan, sehingga berdasarkan kondisi tersebut, maka aktivitas wisata di daerah
pesisir bisa diklasifikasikan sebagai wisata pantai dan wisata bahari.
Konsep pariwisata pesisir mencakup seluruh selang pariwisata, bersantai,
dan aktivitas-aktivitas yang berorientasi rekreasi yang bertempat di zona pesisir
dan perairan pesisir lepas pantai (offshore). Juga termasuk pengembangan
pariwisata pesisir (akomodasi, restoran, industri makanan, dan rumah kedua), dan
infrastruktur pendukung pengembangan pesisir (contoh : bisnis retail (pengecer),
marina dan penyedia aktivitas). Juga termasuk aktivitas wisata seperti rekreasi

6

berperahu, ekoturisme berbasis pesisir dan laut, pelayaran, berenang, rekreasi
memancing, snorkeling dan menyelam (Miller & Auyong 1991; Miller 1993).
Wisata bahari sangat erat berkaitan dengan konsep wisata pesisir tetapi juga
termasuk wisata berbasis laut seperti memancing di laut dalam dan pelayaran
menggunakan kapal pesiar. Orams (1999) mendefinisikan wisata bahari termasuk
aktivitas rekreasi dengan bepergian dari tempat tinggal untuk fokus pada
lingkungan laut (air yang bersalinitas dan dipengaruhi pasang-surut). Yayasan
biologi dan rekreasi juga menekankan bahwa wisata pesisir dan laut harus juga
memasukkan aktivitas-aktivitas yang berbasis di pantai, seperti pengamatan paus
dari pantai, berjalan di batu karang, kapal layar dan kegiatan berlayar/pesiar, di
dalam keseluruhan keinginan wisata bahari (Hall 2001).
Anonimous diacu dalam Aryanto (2003) berpendapat bahwa wisata bahari
merupakan jenis kegiatan pariwisata yang berlandaskan pada daya tarik kelautan
dan terjadi di lokasi atau kawasan yang didominasi perairan dan kelautan. Daya
tarik itu mencakup perjalanan dengan moda laut, kekayaan alam bahari serta
peristiwa-peristiwa yang diselenggarakan di laut dan di pantai, seperti misalnya
lomba memancing, selancar, menyelam, lomba layar, olah raga pantai, dayung,
upacara adat yang dilakukan di laut. Wisata bahari dalam PPRTKIM (1995)
didefinisikan sebagai kumpulan dari segala bentuk wisata yang berhubungan
dengan laut, mulai dari wisata di pesisir pantai, wisata di permukaan laut
(berenang, snorkeling, berlayar, berselancar dan sebagainya) bahkan sampai
wisata di dasar laut (selam, selam SCUBA). Supriharyono (2000) menyatakan
bahwa daerah pantai yang mempunyai ekosistem terumbu karang, hewan-hewan
laut yang beraneka ragam dan pantai pasir putih secara alamiah akan memberikan
daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Andalan utama kegiatan wisata bahari
yang banyak diminati oleh para wisatawan adalah aspek keindahan dan keunikan
terumbu karang. Terumbu karang dapat dimanfaatkan untuk objek wisata bahari
karena memiliki nilai estetika yang sangat tinggi. Dari definisi-definisi di atas,
maka dapat diasumsikan bahwa wisata selam merupakan salah satu bentuk dari
wisata bahari yang fokus pada menikmati keindahan alam bawah laut seperti
keindahan ekosistem terumbu karang dll.
Hal yang menarik bagi penyelam di terumbu karang adalah petualangan
untuk memasuki medium untuk menikmati kebebasan dari grafitasi dan
kemampuan bergerak secara bebas dalam tiga dimensi. Pemandangan menarik
dapat ditingkatkan oleh struktur-struktur tiga dimensi seperti bebatuan, karang
atau kapal tenggelam (wreck). Jika pemandangan tersebut ditambah dan dihuni
oleh organisme-organisme yang beraneka warna, hal tersebut menyediakan atraksi
tambahan dan pada puncaknya yaitu hewan-hewan yang besar dan berbahaya
dapat diamati, menjadikannya semakin lengkap (Van Treek & Schumacher 1998).
Wisata pantai dan wisata bahari (selam dan snorkeling) adalah jenis wisata
yang mengandalkan keindahan alam sebagai daya tarik utamanya. Pariwisata
berbasis alam (nature-based) adalah bagian yang penting dari industri pariwisata
dunia (Lindberg et al. 1998). Pariwisata berbasis alam sering disinonimkan
dengan istilah seperti eco, sustainable, green, alternative dan responsible tourism
(Weaver et al. 1998; Weiler & Hall 1992). Pariwisata berbasiskan alam
didefinisikan sebagai pariwisata yang menampilkan/menyajikan alam (Komisi

7

Pariwisata Austraia Barat dan Departemen Konservasi dan Manajemen Lahan
1997). Baik pariwisata berbasiskan alam dan ekowisata keduanya bergantung
pada sumberdaya alam. Penggunaan yang lebih berani dari area alam termasuk,
mengendarai off-road, memanjat tebing dan menyelam (Wong 1998; Orams
1999). Teori pariwisata telah mengenal kunci pentingnya kualitas lingkungan
untuk menjamin daya saing dari kebanyakan tipe daerah tujuan wisata (Inskeep
1991; Mihalic 2000). Dengan demikian, daerah yang alami memiliki peran yang
penting dalam mempromosikan produk wisata.
Dampak Pariwisata Terhadap Ekosistem Pantai dan Terumbu Karang
Lingkungan pesisir, utamanya garis pantai berpasir lebih rentan terhadap
pengaruh fisik yang bersifat negatif (Wong 1998; Orams 1999). Pengaruh negatif
terhadap pesisir termasuk degradasi pada bukit pasir (dune), hilangnya
keanekaragaman, erosi, eutrofikasi dan pengotoran (Wong 1998; Agen
Pemerintah Jerman untuk Konservasi Alam 1997). Jika sumberdaya yang menjadi
dasar tersebut berkurang maka potensi untuk menarik wisatawan juga berkurang
(Priskin 2001). Pariwisata dapat berdampak membahayakan lingkungan fisik dan
laut yang sekarang telah banyak diketahui (Hanna & Wells 1992). Akan tetapi,
bahwa pariwisata secara otomatis memiliki pengaruh-pengaruh negatif, sekarang
telah menjadi suatu kebenaran di dalam banyak literatur perjalanan di jaman
sekarang ini. Tidak diragukan lagi, pengembangan pariwisata tanpa perencanaan
dan pengelolaan yang jelek dapat merusak lingkungan alami, tetapi pemahaman
keseluruhan dari interaksi antara pariwisata dan lingkungan utamanya di daerah
pesisir sangat sedikit, dengan debat tentang dampak pengembangan pariwisata
sering berhadapan dalam keadaan umum dibanding hasil penelitian ilmiah tentang
dampak pariwisata di suatu lingkungan yang spesifik atau terhadap suatu spesies
spesifik (Hall 1996). Walaupun demikian, peningkatan perekonomian pariwisata
yang signifikan, pertumbuhan aktivitas pariwisata yang berbasis alam, dan
keinginan banyak konsumen untuk merasakan pengalaman di lingkungan yang
alami dari gambaran wisata telah berkontribusi pada peningkatan dalam penelitian
dampak fisik dari pariwisata (Hanna & Wells 1992).
Memelihara integritas ekosistem harus menjadi tujuan utama manusia,
walaupun sulit untuk dicapai karena sedikit yang diketahui tentang skala spasial
dan temporal ekosistem mana yang seharusnya diselamatkan dan dilindungi,
batas-batas untuk menggantikan fungsi-fungsi mereka, atau batas gangguan yang
dapat mereka tahan sebagai sistem-sistem yang kompleks, saling berinteraksi dan
saling bergantung satu dengan lainnya (Costanza 2000). Adalah hal yang penting
untuk mengerti kontribusi manusia terhadap perubahan ekosistem, dan bagaimana
aktivitas-aktivitas tersebut mungkin dapat mengurangi kapasistas ekosistem untuk
mencapai pelayanan- pelayanan yang terus-menerus (Gossling 2002). Aktivitasaktivitas wisatawan mempengaruhi ekosistem secara langsung maupun secara
tidak langsung. Terumbu karang, sebagai contoh, dapat rusak karena terinjakinjak, pembelian, atau pengumpulan spesies karang sebagai sebuah pengaruh
negatif yang terjadi secara lokal (IPCC 2001). Selain itu, bersantai berkaitan
dengan pembukaan lahan mungkin sering terkonsentrasi di daerah yang relatif
kecil yang sensitif secara ekologi, atau daerah-daerah yang produktivitas
biologinya, secara ekologi berharga. Sehingga, pariwisata adalah faktor yang

8

paling penting penyebab dampak negatif pada lingkungan pesisir dan laut yang
sensitif (WWF 2001).
Secara ekologi, ekspansi aktivtas rekreasi mungkin mengancam daerah
yang belum terganggu dan daerah-daerah hutan belantara demi keuntungan
ekonomi jangka pendek (Wanhill & Buhalis 1999; Hohl & Tisdell 1995).
Ekspansi aktivitas rekreasi tersebut merubah komposisi flora dan fauna,
menciptakan polusi, erosi dan pengaruh-pengaruh secara visual, dan merusak
sumberdaya alam (Cooper et al. 1998). Aktivitas rekreasi mengganggu sistem
ekologi melalui berbagai cara (Garrigos et al. 2004). Dampak aktivitas rekreasi
dapat menyebabkan pertukaran biota dan kepunahan spesies-spesies liar. Vitousek
et al. (1997) menyatakan bahwa mobilitas manusia telah menyebabkan pertukaran
spesies-spesies yang pada akhirnya berdampak pada keanekaragaman biologi dan
fungsi ekosistem melalui penghomogenan biota dan gangguan pada sistem-sistem
alam. Gossling (2002) menyebutkan bahwa jalan utama bagi spesies-spesies
tersebut untuk memasuki lingkungan-lingkungan yang baru yaitu seperti melalui
perdagangan internasional, perdagangan organisme hidup, dan dilintaskan oleh
wisatawan. Pariwisata juga dapat berkontribusi dalam pemunahan spesies melalui
gangguan, pengoleksian, menginjak-injak dan membeli spesies hewan dan
tumbuhan.
Survey secara regional telah sering membuktikan nilai dalam indentifikasi
dampak pariwisata terhadap ekosistem-ekosistem laut. Sebagai contoh, dampak
merugikan di Karibia yang telah dilaporkan termasuk perusakan dari jangkar
kapal kecil, pendaratan kapal, dan pesnorkel dan penyelam scuba. Sebagai
tambahan, laporan pengembangan pulau telah menyebabkan erosi, runoff
pestisida, limbah cair, juga cemaran minyak dan penangkapan ikan berlebih.
Perusakan oleh jangkar diduga sebagai salah satu ancaman paling serius terhadap
sumberdaya laut di Karibia utamanya oleh jumlah pertumbuhan kapal layar
berukuran sedang dan besar yang beroperasi di daerah tersebut (Allen 1992).
Berikut adalah dampak kerusakan lingkungan dan ekologi yang
diakibatkan oleh pariwisata, studi kasus di pulau-pulau di Pasifik (Hall 2001) :
1. Degradasi lingkungan dan polusi :
− Degradasi dan polusi lingkungan oleh pelatihan golf
− Polusi karena pengotoran
2. Penghancuran habitat dan perusakan ekosistem :
− Pariwisata dengan manajemen yang jelek mungkin menghasilkan
− Kehancuran pada lingkungan alam yang berkualitas tinggi
− Tidak diaturnya gangguan manusia terhadap flora dan fauna
spesies yang spesifik
− Letusan dinamit dan penangkapan berlebih
3. Hilangnya sumberdaya pesisir dan laut :
− Gangguan berupa proses-proses alam di darat dan pesisir, ekstraksi
air tanah yang berlebihan oleh penginapan-penginapan besar
menyebabkan intrusi air asin dan penurunan kualitas air dan
pengisian pada aquifer

9

− Hancurnya dan rusaknya ekosistem pesisir melalui pengembangan
pariwisata
− Limpasan air dari daratan dan pengerukan di daerah pesisir
merusak terumbu karang dan sumberdaya laut disebabkan oleh
pembangunan infrastruktur wisata seperti landasan pesawat,
marina, pelabuhan, area parkir dan jalan, dan penggunaan batu
kapur karang dalam pembangunan hotel dan penginapan
− Aktivitas wisata menghancurkan terumbu karang, laguna,
mangrove, rumput air asin, dan lahan basah melalui kunjungan
yang terlalu banyak dan/atau tidak diaturnya eksploitasi terhadap
sumberdaya tersebut gangguan pada kehidupan organisme akuatik
dekat pantai oleh getaran kapal dan kapal tour
− Perusahaan pariwisata merubah integritas lingkungan dan
melanggar batas gaya hidup masyarakat lokal dengan mngimpor
spesies-spesies eksotis untuk perburuan
− Kerusakan pada ekosistem pasir berlumpur
− Kerusakan pada ekosistem mangrove
− Kerusakan pada ekosistem hutan hujan pesisir
− Hilangnya pantai berpasir dan erosi garis pantai melalu
pembangunan di pantai dan konstruksi dinding pantai (seawalls).
4. Polusi pantai :
− Pembuangan dan polusi limbah cair
− Polusi perairan pesisir dan siltasi oleh konstruksi penginapan di
dekat pantai dan limpasan permukaan dari daerah penginapan
menyebabkan kerusakan pada habitat alami, karang dan daerah
mencari makan ikan
− Polusi laut dan pelabuhan, polusi minyak di pesisir melalui
kendaraan dan kapal-kapal bermesin
Salah satu hal yang nyata dimana pembangunan yang berhubungan dengan
pariwisata telah berdampak pada lingkungan pesisir adalah pengaruh aktivitas
wisata dan wisatawan terhadap terumbu karang. Terumbu karang sangatlah
rentan, dan aktivitas manusia yang merugikan mungkin menghasilkan kapasitas
yang lebih rendah unuk beregenerasi, atau kematian dari seluruh koloni karang
(TCSP 1988). Wisatawan dapat secara langsung berdampak pada terumbu karang
dalam beragam cara. Skin diver dan pesnorkel dapat merusak karang melaui
kayuhan kaki katak (fin) mereka. Dalam hal mencegah kerusakan tersebut,
Vanuatu secara aktif melatih penyelam dalam mendapatkan gaya apung yang
benar. Di Great Barrier Reef Australia, berjalan di karang oleh wisatawan pada
saat surut telah menyebabkan kerusakan terhadap karang di bagian yang mudah
didatangi dari pantai (Hall & Lew 1998). Ekspansi besar-besaran yang
direncanakan melalui utara Laut Merah mengancam ekosistem karang dan
memperingatkan bahwa meskipun kecepatan pengembangan wisatawan
dikurangi, daya dukung terumbu karang dapat dilampaui dengan kemungkinan
menyebarluasnya degradasi karang (Hawkins & Roberts 1994).
Aspek utama secara tidak langsung pariwisata yang berdampak pada
terumbu karang adalah dampak lingkungan dari pembangunan penduduk dan
penginapan, pembersihan lahan, dan polusi. Polusi dapat datang dari daratan,

10

contoh: penginapan; dan sumberdaya-sumberdaya di laut, contoh: kapal-kapal
wisatawan. Polusi dari daratan sering bermuatan terlalu banyak nutrient yang
berasal dari limbah rumah tangga dan pupuk. Sementara kedua tipe polutan
tersebut mungkin datang dari sumber non-pariwisata seharusnya dicatat bahwa
septic tanks atau sistem limbah rumah tangga yang tidak layak di penginapan,
atau larian permukanan pupuk dari lapangan golf mungkin berdampak pada
sistem karang (Kuji 1991). Kandungan nutrient yang tinggi dapat menyebabkan
pertumbuhan alga yang menyebabkan penutupan karang dan pada akhirnya
mematikannya. Hal yang serupa, sedimentasi menyebabkan pelumpuran dan
kekeruhan air yang menghalangi cahaya matahari menuju karang juga dapat
membunuh mereka. Pada kasus konstruksi jalan tanjung Tribulation dekat
Daintree di utara Queensland oleh pemerintah pada pertengahan 1980 dalam
sebuah usaha pengembangan wisata, sedimentasi pada karang di dekatnya
meningkat lebih dari 6 kali lipat dibandingkan dengan daerah yang tidak diganggu
di wilayah yang sama (Hopley et al. 1993).
Degradasi terhadap karang terjadi ketika pariwisata bahari berkembang.
Kemajuan teknis peralatan juga peningkatan minat terhadap alam, konservasi dan
masalah-masalah lingkungan (Ceballos-Lascurain 1993) telah menghasilkan
peningkatan popularitas rekreasi terumbu karang, utamanya menyelam scuba.
Perusakan oleh penyelam beragam tergantung tipe karang yang ada. Karang
bercabang adalah yang paling menderita dan paling banyak patah (Rouphael &
Inglis 1997; Garrabou et al. 1998) meskipun Hawkins et al. (1999) menemukan
bahwa walau pertumbuhan mereka cepat, persen penutupan karang bercabang di
Bonaire meningkat 8,2% di area yang padat penyelam, adalah merupakan
korbanan dari karang-karang yang tumbuh lebih lambat. Karakteristik penyelam
juga berkaitan dengan kerusakan karang oleh penyelam. Penyelam yang kurang
berpengalaman (< 100 penyelaman) sepertinya lebih merusak karang
dibandingkan penyelam yang sudah berpengalaman (Roberts & Harriott 1994).
Penyelam pria, penggunaan kamera dan fase pendahuluan dari penyelaman juga
berkaitan dengan tingkat kerusakan karang (Rouphael & Inglis 2001). Fin (kaki
katak) penyebab utama kerusakan karang, diikuti oleh tangan, lutut dan alat
pengukur tekanan dan kedalaman (Rouphael 1997). Kayuhan fin juga dapat
meresuspensi sedimen yang kemudian tertinggal di substrat sekitar, termasuk pada
karang (Rouphael & Inglis 1995; Zakai & Chadwick-Furman 2002).
Kontak penyelam dengan karang di St. Lucia umumnya terjadi selama 10
menit awal penyelaman, ketika penyelam mengatur peralatan dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan bawah air. Kebanyakan kontak dengan karang (81,4%)
disebabkan oleh kayuhan fin, dan lebih dari setengah menyebabkan menaiknya
sedimen. Kebanyakan kontak (81,2%) tampak disebabkan oleh teknik berenang
yang rendah, tidak benar memakai pemberat dan ketidakpedulian. Pengguna
kamera lebih banyak melakukan kontak dengan karang dan merusak lebih banyak
dibanding yang tidak menggunakan kamera, yaitu ketika berpegangan dengan
atau berlutut di atas karang ketika akan memotret. Menyelam dari pantai lebih
merusak dari menyelam dari perahu, kebanyakan karena penyelam berenang
melintasi daerah berpasir yang dangkal pada awal dan akhir penyelaman (Barker
& Callum 2004).

11

Konsep Daya Dukung Wisata
Telah banyak publikasi yang menyatakan dampak negatif pariwisata
terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati (Misal : Tribe 1997). Raffaelli &
Hawkins (1996) menyatakan Selain pengumpulan secara langsung untuk
makanan, invertebrata laut banyak dikumpulkan untuk digunakan sebagai umpan
untuk pemancingan komersil dan rekreasi. Pengumpulan cangkang kerang dan
binatang pantai lainnya sebagai suvenir telah menjadi sumber pemasukkan berarti
di banyak bagian dunia. Pariwisata juga telah merupakan bagian penting dari
perekonomian di suatu negara. Laporan Team Coastal Area Management Program
di Mediterania pariwisata dipandang sebagai industri yang paling penting,
mewakili hampir 30 persen persinggahan wisatawan dunia dan pemasukan dari
pariwisata (CAMP 1999). Dengan adanya dampak negatif terhadap daerah wisata
baik secara ekologi maupun secara ekonomi dan sosial budaya, maka perlu
dilakukan pembatasan dalam berbagai hal dalam industri pariwisata. Pembatasan
tersebut dilakukan untuk menjaga keberlanjutan dari industri pariwisata itu
sendiri. Adapun salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai pariwisata
berkelanjutan tersebut adalah dengan mengetahui daya dukung wisata.
Daya dukung wisata adalah kapasitas untuk mengakomodasi pengunjung
dan pembangunan tanpa mengganggu dan merusak lingkungan laut dan
sumberdaya-sumberdayanya atau berdampak pada berkurangnya kepuasan
wisatawan (WTO & UNEP 1992). Daya dukung untuk daerah tujuan wisatawan
mengimplikasikan bahwa ada batas pada jumlah pengembangan pariwisata dan
aktivitas di suatu daerah, diantaranya yaitu kejenuhan fasilitas-fasilitas, wisatawan
menjadi tidak puas dan degradasi lingkungan. Daya dukung wisata di masa yang
akan datang dapat menjadi rusak pada komponen yang paling mendasar dari daya
dukung ekologi, lingkungan, fisik, sosial ekonomi. Daya dukung secara fisik yaitu
batas ruang, dimana fasilitas-fasilitas telah dalam kondisi jenuh (Getz 1982). Daya
dukung sosial dapat dilihat dari dua perspektif, pertama yaitu kapasitas dari
penduduk lokal dalam mentoleransi kehadiran wisatawan dan yang kedua yaitu
tingkat dimana hilangnya kesenangan pengunjung dan terjadi ketidakpuasan
wisatawan (O'Reily 1986). Daya dukung ekonomi adalah tingkat dimana campur
tangan pariwisata dengan aktivitas non-wisata menjadi tidak da