Keragaman Jenis dan Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu

KERAGAMAN JENIS DAN POLA PENYEDIAAN HIJAUAN
PAKAN TERNAK SAPI DI DESA AIR SULAU, KECAMATAN
KEDURANG ILIR, KABUPATEN BENGKULU SELATAN,
PROPINSI BENGKULU

SKRIPSI
MONICA PERMANA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN
MONICA PERMANA. D24070040. 2012. Keragaman Jenis dan Pola Penyediaan
Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir,
Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Skripsi. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr.
Pembimbing Anggota : Ir. Muhammad Agus Setiana, M.S.
Air Sulau merupakan salah satu desa dengan mata pencaharian sebagian

besar penduduknya sebagai petani sekaligus peternak yang terdapat di wilayah
Bengkulu Selatan. Ternak sapi merupakan ternak yang diunggulkan di desa ini.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengevaluasi jenis dan pola penyediaan
hijauan pakan yang diberikan pada ternak sapi serta menentukan kapasitas
peningkatan populasi ternak ruminansia di Desa Air Sulau.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Air Sulau. Responden dalam penelitian
ini sebanyak 68 peternak. Ternak yang digunakan adalah ternak sapi yang dimiliki
oleh 15 peternak di Desa Air Sulau untuk analisis keragaman konsumsi jenis hijauan.
Metode yang digunakan adalah survey lapang yaitu pengamatan keadaan peternakan
dan pola penyediaan hijauan pakan. Analisis data yang digunakan yaitu analisis
deskriptif yang meliputi karakteristik peternak, gambaran keragaman jenis hijauan
pakan dan sistem pemeliharaan serta pola penyediaan pakan ternak sapi, analisis
komposisi botani dengan menggunakan metode Dry Weight Rank Mannetje dan
Haydock (1963), analisis keragaman konsumsi hijauan berdasarkan famili, dan
analisis daya tampung lokasi menggunakan metode Nell dan Rollinson (1974).
Analisis botani menunjukkan bahwa peringkat pertama hijauan yang
diberikan pada ternak sapi di kandang adalah Paspalum commersonii Lam.,
kemudian Paspalum conjugatum P.J. Bergius., dan Pennisetum purpureum Schum.
Konsumsi jenis hijauan berdasarkan jumlah kepemilikan ternak menunjukkan bahwa
persentase penggunaan hijauan jenis rumput paling tinggi.

Jenis rumput yang diberikan pada ternak sapi yaitu Centotheca lappacea (L.)
Desv., Eragrostis unioloides (Retz) Nees., Imperata cylindrica (L.) P. Beauv.,
Leersia hexandra Swartz., Macaranga triloba (Thunb.) Mull. Arg., Oplismenus
compositus (L.) P. Beauv., Oryza minuta Presl., Panicum maximum Jacq., Paspalum
cartilagineum Presl., Paspalum commersonii Lam., Paspalum conjugatum P.J.
Bergius., Pennisetum polystachion (L.) Schult., Pennisetum purpureum Schum., dan
Setaria splendida Stapf. Hijauan jenis kacangan yaitu Albizzia falcata Backer.,
Gliricidia sepium Jacq., Leucaena leucocephala Lamk., dan Pueraria javanica
Benth. Hijauan jenis ramban yaitu Ageratum conyzoides L., Cyperus kyllingia Endl.,
Fimbristylis miliacea (L.) Vahl., Melastoma affine D. Don., Melastoma
malabathricum L., Mikania cordata (Burm.f) B.L. Robinson., dan Theobroma cacao
L.
Sistem pemeliharaan yang diterapkan di Desa Air Sulau yaitu sistem intensif
(73,53%) dan semi-intensif (26,47%). Pola penyediaan hijauan di Desa Air Sulau
yaitu secara cut and carry dengan hijauan yang bersumber dari pakan alami dan
budidaya. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas peningkatan populasi ternak
ruminansia efektif, Desa Air Sulau masih berpotensi menampung ternak ruminansia
sebesar 191,227 ST.

i


Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis hijauan pakan ternak sapi di Desa
Air Sulau beragam, terdiri dari 14 jenis rumput, 4 jenis kacangan, dan 7 jenis
ramban. Pola penyediaan hijauan pakan ternak sapi yaitu secara cut and carry
dangan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif. Kapasitas peningkatan
populasi ternak ruminansia dengan pendekatan potensi lahan sebesar 191,227 ST.
Kata-kata kunci : pola penyediaan, rumput, kacangan, ramban, sapi

ii

ABSTRACT
The Diversity of Type and Pattern Providing of Ruminant Forage in Air Sulau
Village, Kedurang Ilir Subdistrict, South Bengkulu Regency,
Bengkulu Province
Permana, M., S. Jayadi, and M. A. Setiana
Air Sulau is one of the villages in South Bengkulu where found cattle breeding farm.
Breed of cattle is bali cattle. The aim of this experiment were evaluating kind and
pattern of provision of ruminant forage, and determining of carrying capacity in Air
Sulau. This experiment used descriptive analysis, forage diversity analysis,
composition of botany analysis, and analysis of carrying capacity base on Nell and

Rollinson method. The results on composition of botany showed that the first rank
kind of forage was Paspalum commersoni Lam., the second was Pennisetum
purpureum Schum., and the third was Paspalum conjugatum P.J. Bergius. The result
of analysis of carrying capacity based on Nell and Rollinson method showed that Air
Sulau village could still intercept animals as many 191.227 animal unit. The
conclusion of this experiment that the type of forages on cattle breeding farm in Air
Sulau village were diverse, consisted of 14 species of grass, 4 species of legume, and
7 species of ramban (other than grass and legume). The pattern providing of cattle
forage were cut and carry with intensive and semi-intensive system.
Keywords: pattern providing, grass, legume, ramban, cattle

iii

KERAGAMAN JENIS DAN POLA PENYEDIAAN HIJAUAN
PAKAN TERNAK SAPI DI DESA AIR SULAU, KECAMATAN
KEDURANG ILIR, KABUPATEN BENGKULU SELATAN,
PROPINSI BENGKULU

MONICA PERMANA
D24070040


Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
iv

Judul

:

Keragaman Jenis dan Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi
di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten Bengkulu
Selatan, Propinsi Bengkulu


Nama

:

Monica Permana

NIM

:

D24070040

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

(Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc. Agr.)
NIP. 19660226 199003 1001

Pembimbing Anggota,


(Ir. Muhammad Agus Setiana, M.S.)
NIP. 19570824 198503 1001

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.)
NIP. 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian: 29 Maret 2012

Tanggal Lulus:

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manna pada tanggal 17 September 1989 dari pasangan
Bapak Sapiin dan Ibu Asmawati. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 5 Kota Manna pada tahun

2001, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Kota Manna
pada tahun 2001-2004. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 1
Kota Manna pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
USMI. Selama pendidikan penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan
diantaranya penulis pernah menjadi anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB
periode 2007-2008 dan aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak
(HIMASITER) periode 2009-2010 sebagai sekretaris biro Nutrisi dan Industri. Selain
itu penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Dekan Cup tahun
2009, D’ Farm Festival tahun 2009, dan Seminar Susu Segar Sejahterakan
Indonesiaku tahun 2010.

vi

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas segala rahmat kesehatan
serta kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik
dalam penyelesaian studi pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Keragaman Jenis dan Pola Penyediaan Hijauan
Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir, Kabupaten
Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu”. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
sampai September 2011 di Desa Air Sulau. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
jenis-jenis dan pola penyediaan hijauan pakan yang diberikan pada ternak sapi di
Desa Air Sulau.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, April 2012

Penulis

vii

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN ......................................................................................................

i

ABSTRACT .........................................................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................

iv

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................

v

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................

vi


KATA PENGANTAR .........................................................................................

vii

DAFTAR ISI.........................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

xii

PENDAHULUAN ...............................................................................................

1

Latar Belakang .........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................

3

Hijauan Pakan Ternak ...............................................................................
Rumput .........................................................................................
Kacangan ......................................................................................
Ramban ........................................................................................
Ternak Sapi ...............................................................................................
Sapi Bali ...................................................................................................
Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi ............................................................
Usaha Ternak Sapi ....................................................................................

3
3
4
4
5
5
6
6

MATERI DAN METODE ....................................................................................

8

Lokasi dan Waktu .....................................................................................
Materi ........................................................................................................
Prosedur ....................................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .................................................................
Pengumpulan dan Sumber Data ....................................................
Pembuatan Herbarium ..................................................................
Penimbangan Konsumsi Jenis Hijauan Pakan ..............................
Identifikasi Hijauan Pakan ............................................................
Analisis Data .............................................................................................
Analisis Deskriptif ........................................................................
Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan ...................................
Analisis Keragaman Konsumsi Jenis Hijauan Pakan ...................
Analisis Daya Tampung Lokasi ....................................................

8
8
9
9
9
9
9
10
10
10
10
10
11

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................

14

viii

Keadaan Umum Lokasi ............................................................................
Keadaan Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan ..........................
Keadaan Umum Desa Air Sulau ..................................................
Keadaan Umum Peternakan di Desa Air Sulau ...........................
Keadaan Peternakan Sapi di Desa Air Sulau ...........................................
Penggunaan Lahan ........................................................................
Karakteristik Peternak ..................................................................
Usaha Ternak Sapi .......................................................................
Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau ...........
Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau ..............
Keragaman Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau .............
Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau ...........................................
Moda Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau ..........
Pola Penyediaan Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau .............
Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau ..............................................
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Metode Nell dan
Rollinson (1974) .......................................................................................

13
13
13
14
15
15
16
18
18
20
21
23
25
26
28

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................

31

Kesimpulan ..............................................................................................
Saran .........................................................................................................

31
31

UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

33

LAMPIRAN..........................................................................................................

36

28

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Sumber Hijauan Pakan Ternak dan Nilai Konversi Kesetaraan ..........

12

2. Keadaan Umum Desa Air Sulau ..... ....................................................

14

3. Populasi Ternak di Desa Air Sulau .....................................................

14

4. Luas Penggunaan Lahan Desa Air Sulau ............................................

15

5. Status dan Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi .....................................

18

6. Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau ......

19

7. Persentase Konsumsi Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi
Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak di Desa Air Sulau .............

21

8. Jenis Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau ...........................

22

9. Sistem Pemeliharaan dan Tenaga Kerja ..............................................

24

10. Sumber Hijauan dan Frekuensi Pemberian Pakan ... ...........................

27

11. Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau ...............................

28

12. Konversi Lahan Garapan di Desa Air Sulau terhadap Padang
Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson (1974) ... .

29

13. Hasil Perhitungan berdasarkan Metode Nell dan Rollinson di Desa
Air Sulau .............................................................................................

29

x

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Potensi Lahan Sumber Hijauan Pakan Ternak Sapi ........................

16

2.

Hijauan Pakan Ternak Sapi (Peringkat 1, 2, dan 3) .........................

20

3.

Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi di Desa Air Sulau .....................

25

4.

Moda Penyediaan Hijauan Pakan ....................................................

26

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Peta Desa Air Sulau ...........................................................................

37

2. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata di Desa Air Sulau Selama
5 Tahun Terakhir (2006-2010) ..........................................................

38

3. Populasi Sapi di Kecamatan Kedurang Ilur, Kabupaten
Bengkulu Selatan ..............................................................................

38

4. Karakteristik Peternak .......................................................................

39

5. Gambar Hijauan Pakan Jenis Rumput di Desa Air Sulau .................

40

6. Gambar Hijauan Jenis Kacangan di Desa Air Sulau ........................

42

7. Gambar Hijauan Pakan Jenis Ramban di Desa Air Sulau ................

43

8. Gambar Hijauan Pakan Potensial di Desa Air Sulau ........................

44

9. Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Metode Nell
dan Rollinson (1974) .........................................................................

46

10. Kuisioner Peternak ............................................................................

47

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bengkulu Selatan merupakan salah satu dari 10 kabupaten yang terdapat di
Propinsi Bengkulu bagian selatan dengan luas wilayah 118.610 ha dan jumlah
penduduk 142.722 jiwa (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu
Selatan, 2010). Salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bengkulu Selatan
adalah Kecamatan Kedurang Ilir yang terdiri dari 12 desa dengan luas wilayah 9.100
ha dan jumlah penduduk 7.068 jiwa. Desa Air Sulau merupakan desa yang berada di
Kecamatan Kedurang Ilir dengan jumlah penduduk 1.852 jiwa dan luas wilayah
2.146,160 ha (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir, 2010).
Sebagian besar penduduk di Desa Air Sulau mata pencahariannya sebagai
petani sekaligus peternak. Ternak sapi merupakan ternak yang diunggulkan di Desa
Air Sulau. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ternak sapi yang dimiliki oleh setiap
petani di desa ini, yaitu dengan jumlah populasi sapi sebanyak 671 ekor (Badan Pusat
Statistik, 2011). Peternak di desa ini menjadikan beternak sebagai usaha turuntemurun atau sebagai tabungan untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Sebagian
ternak di desa ini dipelihara dengan sistem gaduh atau merupakan ternak pemilik
modal yang dipelihara oleh peternak sebagai penggaduh. Selain itu terdapat beberapa
peternak yang merupakan pemilik ternak secara pribadi.
Jenis sapi yang dipelihara di desa ini yaitu sapi bali. Pemilihan jenis ternak ini
dikarenakan sapi bali memiliki produktivitas yang tinggi dengan sistem pemeliharaan
yang tergolong mudah dan mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan.
Desa Air Sulau mengembangkan peternakan dengan baik dibandingkan dengan
desa lain yang berada di Kecamatan Kedurang Ilir. Pemerintah daerah telah
merencanakan desa ini sebagai kantong ternak di Kabupaten Bengkulu Selatan. Sistem
pemeliharaan yang diterapkan di desa ini yaitu sistem pemeliharaan intensif yang
didasari dengan Peraturan Daerah (Perda) Bengkulu Selatan No. 03 Tahun 1997
tentang pemeliharaan dan penertiban hewan ternak yang mulai diberlakukan oleh
Pemerintah Daerah (PEMDA) pada tahun 2001. Sistem pemeliharaan intensif ini dapat
mempermudah peternak dalam mengawasi ternak dan mendapat perhatian khususnya
dari pemberian pakan.

1

Sumber pakan yang digunakan di desa ini berupa rumput alam yang tumbuh di
sekitar perkebunan maupun yang sengaja dibudidayakan seperti rumput gajah dan
rumput setaria. Meskipun hanya berasal dari sela-sela tanaman perkebunan, rumputrumput tersebut sengaja dipupuk oleh para petani. Jenis-jenis hijauan makanan ternak
yang terdapat di Desa Air Sulau sangat beragam. Keragaman jenis hijauan pakan ini
belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para peternak, selain itu belum diperoleh
data mengenai jenis hijauan apa saja yang diberikan kepada ternak tersebut.
Potensi wilayah dalam menyediakan hijauan makanan ternak dan kebutuhan
untuk mencukupi pakan ternak perlu diketahui agar dapat diusahakan pemanfaatan
sumber daya hijauan secara optimal dengan memperhatikan kesinambungan
penyediaan sepanjang tahun (Rukmana, 2005). Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis serta potensi penyediaan
hijauan pakan ternak sapi yang ada di Desa Air Sulau sehingga diharapkan dapat
meningkatkan peternakan sapi di desa tersebut, serta sebagai masukan yang
bermanfaat bagi pemerintah daerah dan peternak di daerah Bengkulu Selatan.
Tujuan
Mengevaluasi jenis dan pola penyediaan hijauan pakan yang diberikan pada
ternak sapi serta menentukan kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di
Desa Air Sulau.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan Pakan Ternak
Hijauan pakan merupakan bagian tanaman terutama rumput dan leguminosa
yang digunakan sebagai pakan ternak (Hartadi et al., 1993). Wilkins (2000)
menyatakan bahwa hijauan merupakan bagian tanaman yang dapat dimakan, termasuk
padi-padian yang diberikan dengan cara menggembalakan ternak maupun dipanen
untuk diberikan langsung pada ternak. Menurut keberadaannya, hijauan makanan
ternak terdiri dari hijauan yang tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia
seperti pastura alami dan hijauan yang sengaja ditanam oleh petani seperti rumput
gajah, gamal, lamtoro, dan waru (Budiasa, 2005).
Pemanfaatan produksi hijauan yang berlebih serta untuk mengatasi kekurangan
pakan ternak saat musim kemarau, rumput dapat diawetkan dalam bentuk silase
maupun hay. Silase merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan dengan cara
peragian atau fermentasi asam laktat (Siregar, 1996). McIlroy (1976) menyatakan
bahwa rumput gajah merupakan rumput yang sangat baik untuk silase. Hay merupakan
hijauan pakan ternak yang diawetkan melalui pengeringan hingga kadar air 15%
(Siregar, 1996). Waktu panen hijauan yang akan dibuat hay adalah pada masa
pertumbuhan terbaik saat fase mulai berbunga (McIlroy, 1976).
Rumput
Rumput (Gramineae) merupakan famili tumbuh-tumbuhan yang paling luas
penyebarannya. Rumput sebagai pakan ternak berupa rumput lapang (liar) dan rumput
pertanian. Rumput pertanian disebut juga dengan rumput unggul merupakan rumput
yang sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk persediaan pakan bagi ternak.
Rumput unggul ini dibagi menjadi dua jenis yaitu pertama rumput potongan seperti
rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.), rumput benggala (Pannicum
maximum Jacq.), rumput mexico (Euchlaena mexicana Schrad.), dan Setaria
spachelata Schum. Kedua yaitu rumput gembala seperti Brachiaria brizantha (Hochst.
ex A. Rich.) Stapf., rumput ruzi atau rumput kongo (Brachiaria ruziziensis R. Germ.
and C. M. Evrard), rumput australia (Paspalum dilatatum Poir.), Brachiaria mutica
(Forsk.) Stapf., Cynodon plectostachyus (K. Schum.) Pilg., rumput pangola (Digitaria
decumbens Stent.), dan Chloris gayana Kunth. (Sudarmono dan Sugeng, 2009).
3

Rumput memiliki sistem perakaran berbentuk serabut yang mempunyai
peranan dalam pembentukan struktur tanah, titik tumbuh yang berada dekat pada
pangkal tanaman memungkinkan tumbuh kembali setelah pemotongan, kemampuan
membentuk anakan membantu menutup tanah dengan cepat pada fase pertumbuhan
pertama (McIlroy, 1976).
Kacangan
Kacangan merupakan jenis hijauan lain yang digunakan untuk pakan ternak
dari famili Leguminoceae. Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan bahwa
Leguminoceae terdiri lebih dari 1.800 spesies. Leguminoceae terbagi menjadi tiga
subfamili yaitu Papilionoideae, Mimosoideae, dan Caesalpinioideae (Wojciechowski,
2006). Papilionoideae (Papilionaceae) merupakan subfamilia yang spesiesnya
merupakan tanaman legum makanan manusia dan ternak, sedangkan Mimosoideae
(Mimosaceae) dan Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae) merupakan tanaman legum
yang khusus untuk hijauan makanan ternak (Reksohadiprodjo, 1985).
Rukmana (2005) menyatakan bahwa kacangan dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu kacangan yang tumbuh menjalar, kacangan yang tumbuh tegak berupa pohon,
dan kacangan hasil sisa tanaman pangan. Kacangan yang tumbuh menjalar digunakan
sebagai penutup tanah di perkebunan, seperti sentro, kalopo, dan kudzu. Kacangan
yang tumbuh tegak biasanya ditanam di tegalan atau pinggir kebun, seperti lamtoro,
gamal, kaliandra. Sedangkan kacangan hasil sisa tanaman pangan merupakan hasil
ikutan dari proses usaha tani seperti kacang tanah dan kacang kedelai.
Legum (kacangan) memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada
Gramineae. Kandungan protein kacangan (Leguminoceae) lebih dari 20%, sedangkan
rumput kurang dari 10%. Selain kandungan protein yang tinggi, Leguminoceae
mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, tembaga dan kobal
(Sudarmono dan Sugeng, 2008). Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan bahwa
saat musim kemarau, jenis kacangan pohon mampu menyediakan hijauan dengan
kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi.
Ramban
Ramban merupakan jenis lain hijauan pakan yaitu selain rumput dan legum.
Kelompok tumbuhan lain ini mencakup tumbuhan tahunan, serta tumbuhan semak dan
pohon berkayu (Martin, 1993). Suminar (2011) menyatakan bahwa hijauan yang
4

termasuk jenis ramban di Desa Cigobang yaitu daun kedondong kecil (Spondias lutea
LINN.), daun kelor (Moringa oleifera LAMK.), daun singkong (Manihot utilissima
POHL.), daun jambu air (Eugenia aquena BURM.f.), daun randu (Ceiba petandra
GAERTN.), daun nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK.), daun mangga
(Mangifera indica L.), daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis LINN.), daun
kersem (Mutingia calabura L.), daun kawijaran (Lannea grandis ENGL.), daun benalu
mangga (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.).
Ternak Sapi
Sapi termasuk dalam filum Chordate, (yaitu hewan-hewan yang memiliki
tulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Atiodaktil (berkuku atau berteracak
genap), sub ordo Ruminansia (pemamah biak), famili Bovidae (tanduk berongga),
genus Bos (pemamah biak berkaki empat). Spesiesnya terbagi dua, yaitu Bos taurus
(sebagian besar bangsa sapi yang ada) dan Bos indicus (sapi-sapi yang memiliki
punuk) (Blakely dan Bade, 1991).
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli
Indonesia dan sapi yang diimpor. Bangsa ternak sapi yang digunakan dalam usaha sapi
potong di Desa Air Sulau yaitu sapi bali. Sapi bali yang banyak dijadikan komoditi
daging atau sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar
ke beberapa wilayah di Indonesia.
Sapi Bali
Sarwono dan Arianto (2001) menyatakan bahwa sapi bali adalah sapi asli
Indonesia yang merupakan domestikasi banteng (sapi yang hidup liar di hutan).
Kemampuan reproduksi sapi bali mampu beranak setiap tahun. Pertambahan berat
badan hariannya mencapai 0,7 kg/hari (Abidin, 2008). Sapi bali mampu tumbuh baik
walaupun pakan yang diberikan bernilai gizi rendah (Williamson dan Payne, 1993).
Yulianto dan Saparinto (2010) menyatakan bahwa daging sapi bali bertekstur lembut
dan tidak berlemak. Sapi bali merupakan sapi lokal dengan penampilan produksi yang
cukup tinggi sehingga menjadi primadona di kalangan peternak di Indonesia.
Sapi bali memiliki ciri yaitu berukuran sedang, berdada dalam, kaki bagus.
Warna bulu merah, keemasan, coklat tua. Bibir, kaki dan ekor hitam dan kakinya putih
dari lutut ke bawah, dan terdapat warna putih di bawah paha dan bagian oval putih
yang sangat jelas pada bagian pantat. Terdapat suatu garis hitam yang jelas pada
5

bagian punggung, dari bahu dan berakhir di atas ekor. Warna bulu pada jantan lebih
gelap daripada betina, dan akan menjadi coklat tua sampai hitam pada saat dewasa.
Bulunya pendek, halus, dan licin. Kulit berpigmen dan halus. Kepala lebar dan pendek
dengan puncak kepala yang datar; telinga berukuran sedang dan berdiri. Tanduk sapi
bali jantan besar, tumbuh ke samping dan kemudian ke atas dan runcing. Tanduk
betina sangat kecil. Jantan memiliki kepala yang jelas dan gelambirnya tubuh baik
pada jantan dan betina. Ambing pada betina pertumbuhannya jelek dan ditutupi bulu
(Williamson dan Payne, 1993).
Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi
Sudarmono dan Sugeng (2009) menyatakan bahwa pemeliharaan sapi potong
di Indonesia dilakukan dengan tiga sistem yaitu ekstensif, semi intensif dan intensif.
Sistem ekstensif merupakan sistem dimana sapi dilepaskan di padang penggembalaan
dan digembalakan sepanjang hari (pagi sampai sore), kemudian digiring ke kandang
terbuka (tanpa atap) dengan tidak memberikan pakan tambahan lagi. Sistem semi
intensif merupakan sistem pemeliharaan dimana pada siang hari sapi diikat dan
ditambatkan di ladang, kebun, atau pekarangan yang rumputnya tumbuh subur,
kemudian sapi dikandangkan pada sore hari, dan pada malam harinya diberi pakan
tambahan berupa hijauan rumput atau daun-daunan.
Pemeliharaan sistem intensif merupakan sistem pemeliharaan dimana sapi
dikandangkan sepanjang hari dengan pemberian pakan sebanyak dan sebaik mungkin
sehingga menjadi cepat gemuk (Sudarmono dan Sugeng, 2009). Sistem pemeliharaan
intensif (ternak di kurung dalam suatu kandang), kebutuhan pakannya tergantung dari
apa yang diberikan peternak kepada ternak tersebut. Sistem pemeliharaan ternak
dengan cara intensif (dikandangkan) di Desa Air Sulau dilakukan berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) Bengkulu Selatan No. 03 Tahun 1997 tentang pemeliharaan
dan penertiban hewan ternak yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA)
pada tahun 2001.
Usaha Ternak Sapi
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor
produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk
peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit,
pakan, dan manajemen atau pengelolaan (Abidin, 2008).
6

Yulianto dan Saparinto (2010) menyatakan bahwa usaha ternak sapi dapat
dilakukan secara perorangan atau kerjasama dengan orang lain. Sebagian besar ternak
ruminansia dihasilkan oleh peternakan rakyat yang berskala kecil dan merupakan
usaha sampingan, teknologi sederhana, pengetahuan mengenai cara beternak yang
masih rendah, produktivitas ternak yang rendah, dan kualitas ternak yang belum
seragam. Pemeliharaan sapi bibit bagi petani di pedesaan terutama dalam pemeliharan
induk sebagai penghasil bakalan/pedet, hampir 90% usaha ini dilakukan oleh peternak
kecil.
Bentuk usaha kerjasama dalam usaha ternak sapi biasanya disebut sistem
gaduh. Sistem ini dilakukan seseorang yang memilik cukup modal dan ingin beternak
sapi tetapi tidak memiliki tempat dan pengetahuan mengenai ternak sapi, sehingga sapi
diserahkan pada orang yang dipercaya mampu memelihara ternak (penggaduh) hingga
ada hasilnya (Yulianto dan Saparinto, 2010).

7

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Air Sulau, Kecamatan Kedurang Ilir,
Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja (purposive sampling) atas dasar pertimbangan bahwa sebagian besar penduduk
desa tersebut memelihara ternak sapi dan sapi potong merupakan komoditi unggulan
daerah, serta desa ini merupakan daerah pertanian yang subur yang memiliki potensi
dalam penyediaan hijauan pakan ternak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
sampai dengan September tahun 2011.
Materi
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Proportional Cluster Random Sampling dengan menggunakan persamaan :
N
n=

1 + N e2

Keterangan :
N = jumlah peternak
e = galat (10%)
n = jumlah sampel
Peternak sebagai responden yaitu sebanyak 68 KK (Kepala Keluarga) dengan
menggunakan kuisioner untuk mengetahui informasi mengenai peternak, ternak, serta
pola penyediaan hijauan pakan ternak. Satu wilayah desa terdiri dari 5 blok, kemudian
responden diperoleh dari masing-masing blok yang diambil secara acak sebanyak 1314 KK.
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak sapi yang dimiliki
oleh 15 peternak di Desa Air Sulau untuk analisis keragaman konsumsi jenis hijauan.
Ternak berasal dari segala umur, jenis kelamin, dan kondisi reproduksi yang berbedabeda. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel hijauan pakan
segar yang terdapat di kandang, timbangan, plastik, kamera, alkohol 70 %, kertas
koran, tali rapia dan kuisioner.

8

Prosedur
Pelaksanaan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapang yaitu
pengamatan keadaan ternak dan pola penyediaan hijauan pakan, mengambil hijauan
pakan yang diberikan pada ternak untuk dijadikan herbarium, memotret hijauan dan
keadaan peternakan sebagai dokumentasi, serta menimbang hijauan yang diberikan
pada ternak, dan memperediksi komposisi botani di kandang ternak. Wawancara
dengan responden peternak mengenai ternak, pakan, dan keadaan umum peternakan.
Pengumpulan dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara langsung dengan

peternak sebagai responden dengan

menggunakan daftar kuisioner berstruktur, wawancara dengan petugas penyuluh
lapang dan pihak terkait lainnya. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang
terkait antara lain desa/kelurahan, kecamatan, Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan.
Data yang dikumpulkan meliputi data populasi ternak ruminansia, luas lahan
berdasarkan penggunaannya, data cuaca, jumlah penduduk, dan data-data lain yang
mendukung.
Pembuatan Herbarium
Metode yang digunakan dalam membuat herbarium hijauan pakan yaitu
dengan metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan
buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium koleksi kering. Herbarium kering
dibuat dengan cara mengambil satu helai tiap jenis hijauan kemudian disemprotkan
alkohol 70 % pada seluruh bagian tanaman, setelah seluruh bagian disemprot merata
hijauan tersebut ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan
dipadatkan dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali.
Penimbangan Konsumsi Jenis Hijauan Pakan
Penimbangan konsumsi jenis hijauan dilakukan dengan memisahkan jenis
hijauan yang diberikan pada ternak menurut famili kemudian dicatat dan dilakukan
penimbangan berat awal masing-masing jenis famili hijauan sebelum diberikan pada
ternak. Setelah akhir konsumsi, berat akhir masing-masing famili dicatat kembali
9

dengan cara ditimbang. Pengambilan sampel tersebut dilakukan selama lima hari pada
15 peternak sapi dengan masing-masing lima peternak dengan kepemilikan ternak
kurang dari 2 ekor, lima peternak dengan kepemilikan ternak 2-5 ekor, dan lima
peternak dengan kepemilikan ternak lebih dari 5 ekor.
Identifikasi Hijauan Pakan
Identifikasi dilakukan dengan mengamati jenis hijauan yang telah dibuat
herbarium kemudian membandingkan ciri-ciri fisiknya dengan text book terkait untuk
menemukan nama latinnya. Hijauan dipisahkan berdasarkan jenisnya yaitu rumput
(Gramineae), kacangan (Leguminoseae), dan ramban (selain Gramineae dan
Leguminoseae).
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah dan
ditabulasi. Data dianalisis secara metode deskriptif, analisis komposisi botani, analisis
keragaman konsumsi jenis hijauan dan analisis daya tampung lokasi.
Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan keadaan umum di lokasi
penelitian, karakteristik peternak yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, sumber
modal, pengalaman beternak dan tanggungan keluarga, gambaran keragaman jenis
hijauan pakan yang diberikan pada ternak dan menganalisa sistem pemeliharaan ternak
serta pola penyediaan hijauan pakan ternak sapi.
Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode Dry Weight Rank
Mannetje dan Haydock (1963). Data ditabulasikan untuk dibuat ranking menurut
dominasinya yaitu dari ranking 1, 2 dan 3. Persentase bahan kering masing-masing
komponen dihitung dengan mengalikan setiap ranking dengan faktor untuk ranking
satu dikalikan 70,2; ranking dua dikalikan 21,1; dan ranking tiga dikalikan 8,7.
Analisis Keragaman Konsumsi Jenis Hijauan Pakan
Data yang diperoleh dari hasil penimbangan konsumsi jenis hijauan
selanjutnya dibuat rataan berat awal dan berat akhir masing-masing famili, serta rataan
berat awal keseluruhan hijauan tersebut. Persamaan yang digunakan untuk
10

menentukan persentase jumlah masing-masing famili hijauan yang dikonsumsi secara
matematis adalah sebagai berikut :
Total Berat Awal (kg) Famili (X)
A=
n
Total Berat Akhir (kg) Famili (X)
B=
n
Total Berat Awal (kg) Seluruh Famili (X)
C=
n
A – B x 100%
Y=
C
Keterangan :
Y

= Persentase (%) konsumsi famili hijauan (X)

A

= Rataan total berat awal (kg) famili (X)

B

= Rataan total berat akhir (kg) famili(X)

C

= Rataan berat total (kg) semua famili yang diberikan

X

= Famili hijauan yang sedang diukur

n

= Banyaknya pengukuran
Setelah diperoleh persentase masing-masing famili hijauan yang dikonsumsi

dilakukan klasifikasi peringkat famili hijauan yang diberikan oleh peternak dengan
jumlah kepemilikaan ternak yang berbeda.
Analisis Daya Tampung Lokasi
Metode pengolahan data analisis daya tampung lokasi yang digunakan adalah
metode Nell dan Rollinson (1974). Metode ini merupakan metode komparatif yang
membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau
ukurannya dalam laporan statistik. Potensi penyediaan (supply) dari sumber-sumber
tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput alami dengan koefisien
pemanfaatan yang rasional dengan perhitungan sebagai berikut :

11

Tabel 1. Sumber Hijauan Pakan Ternak dan Nilai Konversi Kesetaraan
Sumber Hijauan

Nilai Konversi Kesetaraan
Terhadap Padang Rumput Permanen
20% luas sawah x 10%*) x 15 ton BK/ha/thn

Sawah Bera
Tegalan

1% Luas Tegalan x 15 ton BK/ha/thn

Perkebunan

5% Luas Perkebunan x 15 ton BK/ha/thn

Hutan Rakyat

7,5% Luas Hutan Rakyat x 15 ton BK/ha/thn

Keterangan: *) Produktivitas sawah bera terhadap padang rumput permanen
Sumber : Nell dan Rollinson (1974).

a.

Analisis Daya Dukung (ST)
Rumus

:

Potensi hijauan pakan
Konsumsi ternak/hari x 365 hari

Keterangan :
1. Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kg/tahun.
2. Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK/ ST/hari.
3. 365 hari=1 tahun.
b.

Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya Dukung – POPRIIL
Keterangan : POPRIIL adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun
tertentu.

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi
Keadaan Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan
Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Bengkulu, berada di pantai barat Pulau Sumatera yang merupakan wilayah paling
selatan dari wilayah Propinsi Bengkulu yang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas
wilayah 1.185,70 km2. Bengkulu Selatan terletak pada 4o 1’ – 4o 34’ Lintang Selatan
dan 102o 48’ – 103o 17’ Bujur Timur (Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan, 2010).
Berdasarkan topografi, kabupaten ini terletak pada tiga jalur yaitu jalur pertama
0–100 m di atas permukaan laut dan terklasifikasi sebagai daerah low land luasnya
mencapai 50,93%. Jalur kedua 100–1000 m di atas permukaan laut dan terklasifikasi
sebagai daerah bukit range luasnya mencapai 43%. Jalur ketiga terletak di sebelah
utara-timur sampai ke puncak Bukit Barisan luasnya mencapai 6,07% (Badan Pusat
Statistik Bengkulu Selatan, 2010).
Berdasarkan kondisi teksturnya, tanah di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan
sebagian besar bertekstur halus sampai sedang (84,52%), sebagian kecil bertekstur
agak kasar sampai kasar (15,48%). Topografi bergelombang dengan ketinggian
maksimal lebih dari 1.000 m dari permukaan laut. Suhu maksimum rata-rata 30-33 oC
dan suhu minimum rata-rata 22-23 oC, dengan kelembaban rata-rata 80%-88 %.
Keadaan Umum Desa Air Sulau
Air Sulau merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kedurang Ilir
Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu. Secara administratif, batas-batas
daerah Desa Air Sulau adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Suka Raja,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kaur, sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Suka Jaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Lubuk Ladung. Desa Air Sulau
dengan jumlah penduduk sebanyak 1.852 jiwa memiliki luas wilayah 2.146,160 ha.
Penduduk di desa ini sebagian besar merupakan pendatang (transmigran) yang berasal
dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta.
Jenis tanah di Desa Air Sulau pada umumnya podsolik merah kuning. Desa ini
memiliki kemiringan tanah 8%–59% dengan asal tanah batuan atau koral. Curah hujan

13

rata-ratanya yaitu 243,444 mm/bln (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang
Ilir, 2010).
Jenis iklim di Desa Air Sulau adalah tropis. Musim penghujan terjadi antara
bulan September sampai dengan April dengan curah hujan terbanyak pada bulan
Desember sampai Januari. Keadaan umum Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Keadaan Umum Desa Air Sulau
Keadaan Lokasi Penelitian

Keterangan

Luas Wilayah (km2)

21,4*

Jumlah Penduduk (jiwa)

1.852*
2

Kepadatan Penduduk (jiwa/km )

86,29

Pola Dasar Pembangunan

Lahan Pertanian ; Pemukiman

Ketinggian tempat (m/dpl)

0 – 800

Curah Hujan (mm/bln)

243,444

Jenis iklim

Tropis

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010 dan BPS Bengkulu Selatan
2011(*).

Keadaan Umum Peternakan di Desa Air Sulau
Sebagian besar penduduk di Desa Air Sulau bermatapencaharian sebagai
petani. Beternak merupakan pilihan usaha untuk menambah pendapatan dalam
memenuhi kebutuhan hidup penduduk desa ini. Jenis ternak yang dipelihara di Desa
Air Sulau yaitu sapi, kambing, ayam kampung, dan itik. Ternak ruminansia yang
dipelihara di desa ini adalah sapi dan kambing dengan jumlah masing-masing 671 dan
170 ekor. Ternak sapi merupakan ternak ruminansia yang paling banyak dipelihara di
desa ini. Jumlah populasi ternak di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Populasi Ternak di Desa Air Sulau
Ternak

Populasi (ekor)

Sapi

671

Kambing

170

Ayam kampung
Itik

1.024
650

Sumber: BPS Bengkulu Selatan (2011).

14

Keadaan Peternakan Sapi di Desa Air Sulau
Ternak sapi di Desa Air Sulau merupakan yang tertinggi yaitu dengan jumlah
671 ekor (53,42%) dari 1.256 ekor ternak sapi di Kecamatan Kedurang Ilir. Menurut
petugas penyuluh setempat, sapi bali merupakan ternak yang paling disukai oleh
peternak untuk dipelihara di desa ini karena menurut peternak pemeliharaan sapi bali
tergolong mudah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeprapto dan Abidin (2006)
bahwa sapi bali sangat diminati untuk dipelihara oleh peternak kecil di Indonesia
karena tingkat kesuburannya tinggi, efisien memanfaatkan sumber pakan, dan daya
adaptasi terhadap lingkungan tinggi.
Secara umum ternak sapi di Desa Air Sulau dipelihara dengan dikandangkan di
pekarangan belakang maupun samping rumah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
peternak mengawasi ternaknya. Selain itu, pemeliharaan dengan dikandangkan
bertujuan untuk mencegah terjadinya perusakan tanaman pertanian oleh ternak karena
sebagian besar lahan di desa ini dimanfaatkan untuk perkebunan.
Penggunaan Lahan
Desa Air Sulau memiliki luas wilayah 2.146,16 ha. Sebagian besar lahan di
desa ini dimanfaatkan sebagai lahan untuk perkebunan. Pemanfaatan lahan pada suatu
daerah sangat mempengaruhi ketersediaan pakan bagi ternak. Lahan yang digunakan
sebagai perkebunan maupun pertanian sangat berpotensi dalam penyediaan pakan bagi
ternak yaitu dari hijauan yang tumbuh di sela tanaman di lahan tersebut. Penggunaan
lahan secara rinci di Desa Air Sulau disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan Desa Air Sulau
Jenis Penggunaan

Luas

Sawah

74 Ha

Perkebunan

1.845,1 Ha

Pemukiman

34,5 Ha

Tegalan

51,5 Ha*

Hutan Rakyat

141 Ha*

Sumber: BPS Bengkulu Selatan 2011 dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kedurang Ilir 2010
(*).

Lahan di Desa Air Sulau sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan
perkebunan yaitu 64% dari total luas desa. Sebagian besar perkebunan yang
15

diusahakan di desa ini adalah perkebunan karet dan sawit. Rumput yang tumbuh di
sela tanaman perkebunan secara alami (Gambar 1.a) diperoleh peternak di perkebunan
milik sendiri maupun orang lain yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya. Sedangkan
rumput budidaya seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.) dan Setaria
splendida Stapf. (Gambar 1.b) diperoleh peternak dari lahan milik sendiri yang sengaja
ditanam dan dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Sawah dan tegalan juga merupakan lahan hijauan pakan bagi ternak baik
hijauan yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja ditanam oleh peternak. Selain
itu, lahan pinggir jalan (Gambar 1.c) merupakan lahan lain yang berpotensi
menyumbang sumber hijauan rumput seperti alang-alang (Imperata cylindrica (L.) P.
Beauv.). Gambar potensi lahan sumber hijauan pakan ternak sapi ditampilkan pada
Gambar 1.

a. Perkebunan (rumput alami)

c. Pinggir Jalan

b. Perkebunan (rumput budidaya)
Gambar 1. Potensi Lahan Sumber Hijauan Pakan Ternak Sapi
Sumber: Dokumentasi penelitian (2011).

Karakteristik Peternak
Peternak di Desa Air Sulau memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan
umur, tingkat pendidikan, pekerjaan utama, pengalaman beternak, jumlah tanggungan,
16

dan pendapatannya. Data karakteristik peternak di desa ini diperoleh dari wawancara
menggunakan kuisioner yang dilakukan pada saat penelitian. Karakteristik peternak
disajikan pada Lampiran 4.
Ternak sapi yang dipelihara di Desa Air Sulau adalah sapi bali yang tersebar di
seluruh wilayah desa. Jumlah peternak di Desa Air Sulau sebanyak 209 kepala
keluarga dengan kisaran umur antara 23–74 tahun. Faktor umur sangat menentukan
produktivitas kerja peternak, dimana produktivitas kerja akan tinggi pada umur
produktif (15-54 tahun) (Ningsih, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat pendidikan responden peternak masih
rendah, umumnya sampai tingkat SD yaitu 60,29%, sedangkan lulusan SMP, SMA,
dan D3 masing-masing sebanyak 27,94%, 10,29%, dan 1,47%. Meskipun tingkat
pendidikan masih rendah, peternak di desa ini tidak membatasi masuknya teknologi
baru, sehingga pemeliharaan ternak tidak hanya dilakukan dengan cara tradisional. Hal
ini dikarenakan telah terbentuknya kelompok tani dan rutinnya dilaksanakan berbagai
jenis penyuluhan oleh petugas penyuluh lapang tentang peternakan di desa ini.
Pekerjaan utama sebagian besar peternak adalah sebagai petani yaitu 65
responden (95,59%), selain itu 2 responden memiliki pekerjaan sebagai pedagang
(2,94%), dan 1 responden (1,47%) sebagai PNS. Beternak bukan menjadi pekerjaan
utama peternak di desa ini melainkan hanya sebagai pekerjaan sampingan untuk
menambah penghasilan yang bersifat sebagai tabungan hidup yang sewaktu-waktu
dapat diuangkan jika dibutuhkan.
Pengalaman peternak dalam melakukan usaha peternakan ini berkisar antara 1–
38 tahun. Sebanyak 30,88% responden sudah menjalankan usaha ini lebih dari 10
tahun. Hoda (2002) menyatakan bahwa pengalaman beternak merupakan indikator
keberhasilan dalam beternak. Lama usaha berpengaruh terhadap pengetahuan dan
keahlian peternak dalam mengatasi permasalahn yang timbul sehingga dapat
meningkatkan produksi pada masa yang akan datang (Arbi, 2010).
Responden peternak sebagian besar memiliki pendapatan berkisar antara Rp
500.000–Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 75% dari 68 responden dengan tanggungan
rata-rata tiga orang. Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga
inti seperti suami, istri, dan anak, serta termasuk anggota keluarga lainnya seperti

17

saudara yang masih menjadi tanggungan. Pendapatan tambahan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga diperoleh yaitu salah satunya dengan beternak.
Usaha Ternak Sapi
Sebagian usaha ternak sapi yang dilakukan di Desa Air Sulau adalah dengan
sistem gaduhan atau sistem bagi hasil. Status dan jumlah kepemilikan ternak disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Status dan Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi
Jumlah
Peternak (KK)

Persentase
(%)

Jumlah
Ternak (ekor)

Jumlah
ternak
(ST)

a. Milik

49

72,06

142

100

b. Gaduhan

19

27,94

64

44

a. < 2

8

11,76

8

7

b. 2 – 5

53

77,94

154

106

c. >5

7

10,29

44

31

Uraian
Status kepemilikan ternak

Jumlah ternak (ekor)

Sumber: Data primer (2011).

Sebanyak 27,94% responden merupakan penggaduh dengan jumlah ternak
yang digaduh sebanyak 31,06%, sedangkan sebanyak 72,06% responden merupakan
pemilik ternak dengan jumlah ternak yang dimiliki sebanyak 68,93% dari 206 ekor
ternak sapi yang dimiliki oleh 68 responden peternak. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar peternak di desa ini telah mandiri dalam menjalankan usaha
peternakannya. Jumlah ternak sapi yang dipelihara masing-masing responden
bervariasi yaitu 1 sampai 8 ekor dengan rata-rata kepemilikan 3 ekor per kepala
keluarga.
Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau
Komposisi botani hijauan pakan di Desa Air Sulau dilakukan dengan metode
“Dry-Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock (1963). Komposisi dihitung
berdasarkan dugaan berat kering yang kemudian dilakukan peringkat (1, 2, dan 3)
terhadap jenis hijauan tertentu yang diberikan oleh peternak di kandang.
18

Semakin tinggi persentase ini menunjukkan tingginya jumlah hijauan tersebut
diberikan pada ternak. Komposisi botani hijauan pakan ternak sapi di Desa Air Sulau
secara rinci disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak Sapi di Desa Air Sulau
No.

Nama Hijauan

Jenis Hijauan

% tiap jenis

1.

Centotheca lappacea (L.) Desv.

Rumput

0,56

2.

Leersia hexandra Swartz.

Rumput

6,16

3.

Paspalum conjugatum P.J. Bergius.

Rumput

23,13

4.

Setaria splendida Stapf.

Rumput

6,97

5.

Pennisetum purpureum Schum.

Rumput

20,75

6.

Imperata cylindrica (L.) P. Beauv.

Rumput

2,42

7.

Paspalum commersoni Lam.

Rumput

32,53

8.

Oryza minuta Presl.

Rumput

5,14

9.

Leucaena leucocephala Lamk.

Kacangan

0,14

10.

Fimbristylis miliacea (L.) Vahl.

Ramban

2,20

Sumber: Data primer yang diolah (2011).

Berdasarkan Tabel 6, komposisi botani hijauan tertinggi (peringkat pertama)
yang diberikan pada ternak sapi di Desa Air Sulau adalah Paspalum com