Kelenterun Fenotipik Sifat Sifat Produksi Pada Itik Lokal dan Silangnya Sebagai Respon Terhadap Ransum Dengan Kandungan Aflatoksin yang Berbeda
RINGKASAN
MADE DEWANTARI.
1998. Kelenturan Fenotipik Sifat-sifat Produksi
pada Itik Lokal dan Silangannya sebagai Respon terhadap Ransum
dengan Kandungan Aflatoksin yang Berbeda (Dibimbing oleh H.
Harimurti Martojo sebagai ketua, Ronny Rac-hman Noor dan L. Hardi
Prasetyo sebagai anggota).
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak),
Ciawi
-
Bogor, yang berlangsung dari bulan Januari 1997 sampai dengan
September 1997.
L
ni adalah untuk mengidentifikasi keberadaan gen-
gen pengatur kelenturan fenotipik sifat-sifat produksi pada itik lokal dan
silangannya yang diberi ransum dengan kandungan aflatoksin yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan empat populasi itik yaitu itik Mojosari
(MM), Tegal (TT), Tegal Mojosari (TM), dan Mojosari Tegal (MT) yang'
7%
dipelihara pada ransum dengan level aflatoksin!: 0\ pb, 50 ppb, 100 ppb dan
,,
iP
.__I
150 ppb selama satu bulan.%telah
itu itik dipelihara dengan
diberikan
ransum konh.01 (tanpa mengandung aflatoksin) sampai bertelur. Untuk
masing-masing populasi terdiri atas 80 ekor itik betina dan 20 ekor itik
jantan, sehingga jumlah itik seluruhnya 320 ekor itik betina dan 80 ekor itik
jantan. Peubah yang diamati adalah sifat-sifat produksi ( bobot badan, umur
dewasa kelamin, bobot dewasa kelamin, bobot telur pertanla , konsumsi
ransum dan produksi telur).
.
I
L
Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola
.
.,.I_. .
Faktorial 4 x 4 yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah populasi
itik, faktor kedua adalah kandungan aflatoksin dalam ransum. Untuk
mengetahui ada/tidaknya kelenturan fenotipik pada sifat yang diamati
digunakan sidik ragam (Anova) satu arah. Sidik ragarn dua arah digunakan
untuk rnengetahui perbedaan kelenturan fenotipik di antara keempat
populasi. Untuk mengetahui populasi mana yang berbeda digunakan Anova
Berpasangan. Besar nilai kelenturan dihitung menggunakan koefisien variasi
(CV) Least Square Means. Perbedaan arah kelenturan di antara populasi
digambarkan dengan grafik norma reaksi dan arahnya diuji dengan
menggunakan uji Korelasi Ranking Spearman.
menunjukkan adanya fenomena kelenturan fenotipik
sifat-sifat produksi khususnya pada bobot badan sebagai reaksi terhadap
ransum dengan kandungan
aflatoksin yang berbeda. Terdapat juga
perbedaan kelenturan fenotipik antar populasi itik Mojosari (MM), Tegal
(y)
Tegal
,
Mojosari (TM) dan Mojosari Tegal (MT). Itik persilangan (TM
dan MT) memiliki nilai kelenturan lebih rendah dibandingkan dengan itik
,,
murninya (MM dan 'IT).
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini,
yaitu
dengan
dideteksinya
kelenturan fenotipik ini, maka disarankan penelitian ini dilanjutkan untuk
meneliti seberapa jauh kelenturan fenotipik suatu sifat dapat diturunkan d a n
dapat diseleksi, seliingga nantinya cliliarapkan dapat terbentuk galur ternak
itik yang tahan terliadap perubalian kandungan aflatoksin d a i a ~ i iransum
tanpa liarus mengalami penurunan produktivitas yang besar.
MADE DEWANTARI.
1998. Kelenturan Fenotipik Sifat-sifat Produksi
pada Itik Lokal dan Silangannya sebagai Respon terhadap Ransum
dengan Kandungan Aflatoksin yang Berbeda (Dibimbing oleh H.
Harimurti Martojo sebagai ketua, Ronny Rac-hman Noor dan L. Hardi
Prasetyo sebagai anggota).
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak),
Ciawi
-
Bogor, yang berlangsung dari bulan Januari 1997 sampai dengan
September 1997.
L
ni adalah untuk mengidentifikasi keberadaan gen-
gen pengatur kelenturan fenotipik sifat-sifat produksi pada itik lokal dan
silangannya yang diberi ransum dengan kandungan aflatoksin yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan empat populasi itik yaitu itik Mojosari
(MM), Tegal (TT), Tegal Mojosari (TM), dan Mojosari Tegal (MT) yang'
7%
dipelihara pada ransum dengan level aflatoksin!: 0\ pb, 50 ppb, 100 ppb dan
,,
iP
.__I
150 ppb selama satu bulan.%telah
itu itik dipelihara dengan
diberikan
ransum konh.01 (tanpa mengandung aflatoksin) sampai bertelur. Untuk
masing-masing populasi terdiri atas 80 ekor itik betina dan 20 ekor itik
jantan, sehingga jumlah itik seluruhnya 320 ekor itik betina dan 80 ekor itik
jantan. Peubah yang diamati adalah sifat-sifat produksi ( bobot badan, umur
dewasa kelamin, bobot dewasa kelamin, bobot telur pertanla , konsumsi
ransum dan produksi telur).
.
I
L
Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola
.
.,.I_. .
Faktorial 4 x 4 yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah populasi
itik, faktor kedua adalah kandungan aflatoksin dalam ransum. Untuk
mengetahui ada/tidaknya kelenturan fenotipik pada sifat yang diamati
digunakan sidik ragam (Anova) satu arah. Sidik ragarn dua arah digunakan
untuk rnengetahui perbedaan kelenturan fenotipik di antara keempat
populasi. Untuk mengetahui populasi mana yang berbeda digunakan Anova
Berpasangan. Besar nilai kelenturan dihitung menggunakan koefisien variasi
(CV) Least Square Means. Perbedaan arah kelenturan di antara populasi
digambarkan dengan grafik norma reaksi dan arahnya diuji dengan
menggunakan uji Korelasi Ranking Spearman.
menunjukkan adanya fenomena kelenturan fenotipik
sifat-sifat produksi khususnya pada bobot badan sebagai reaksi terhadap
ransum dengan kandungan
aflatoksin yang berbeda. Terdapat juga
perbedaan kelenturan fenotipik antar populasi itik Mojosari (MM), Tegal
(y)
Tegal
,
Mojosari (TM) dan Mojosari Tegal (MT). Itik persilangan (TM
dan MT) memiliki nilai kelenturan lebih rendah dibandingkan dengan itik
,,
murninya (MM dan 'IT).
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini,
yaitu
dengan
dideteksinya
kelenturan fenotipik ini, maka disarankan penelitian ini dilanjutkan untuk
meneliti seberapa jauh kelenturan fenotipik suatu sifat dapat diturunkan d a n
dapat diseleksi, seliingga nantinya cliliarapkan dapat terbentuk galur ternak
itik yang tahan terliadap perubalian kandungan aflatoksin d a i a ~ i iransum
tanpa liarus mengalami penurunan produktivitas yang besar.