Aspek Genetik Kelenturan Fenotipik Bobot Badan Itik Tegal dan Mojosari Sebagai Respon terhadap Perubahan Alfatoksin dalam Ransum

ASPEK GENETIK セlentura@
FENOTIPIK
BOBOT BADAN ITiK TEGAL DAN MOJOSARI
SEBAGAIRESPONSTERHADAPPERUBAHAN
AFLATOKSIN DALAM RANSUM

Oleh

I KETUT SUKADA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

RINGKASAN

I KETUT SUKADA. 1999. Aspek Genetik Kelenturan Fenotipik Dobot Dadan

Itik Tegal dan

Mojosari sebagai Respons terhadap Perubaban Aflatoksin


dalam Ransum (Dibimbing oleh H. Harirnurti Martojo sebagai kelDa, Ronny
Rachman Noor dan L. Hardi Prasetyo sebagai anggota).

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak (Balitt:lak), Ciawi - Bogor, yang
berlangsung dari bulan Agustus 1997 sampai dengan April 1998.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari
mengestimasi nilai heritabilitas kelenturan

aspek genetik dan

fenotipik bobot hadan itik Tegal dan

Mojosari sebagai respans terhadap perubahan aflatoksin dalam ransum. PeDelitian ini
menggunakan dua populasi itik yaitu itik Tega! (TT), dan itik mojosart (MM) yang

masing-masing populasi dikawinkan dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 4 .
Anak betina dati setiap induk dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

diberikan ransum kontrol (RO) dari minggu pertama sampai minggu ke-18. Kelompok

kedua,

mulai dari minggu pertama sampai akhir minggu ke-3 diberikan ransum

kontrol (RO) dan dart awal minggu ke-4 sampai akhir minggu ke-8 diberikan ransum
kontrol yang mengandung 150 ppb aftatoksin (RI50) selanjutnya dart awal minggu
ke-9 sampai akbir minggu ke -18 kembali diberikan ransum kontrol (RO). Setelah itu

kelompok kedua itik dipelihara dengan diberikan ransum kontrol (tanpa mengandung
aflatoksin) sampai bertelur.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4
x 4 yang terdiri alas dua faktoL Faktor pertama adalah populasi itik, faktor kedua
adaJah kaodungan aflatoksin dalam raosum. Untuk mengetahui adaItidaknya

keJenturan fenotipik pada sifat yang diamati digunakan sidik ragam (Anova) satu
arab, sedangkao untuk mengetahui perlledaao kelenturan digunakao sidik ragam dua

arab. Nilai kelenturan dihitung menggunakan selisih bobot harlan sebagai respon dari


ransum yang mengandung aflatoksin yang berbeda. Perbedaan arab kelenturan
diantara populasi digambarkan dengan grafik norma reaksi. Nilai heritabilitas
hubungan antara saudara tin maupun saudara kandung dan heritabilitas kelenturan
dihitung menggunakao model Becker (1964), Scheiner dan Goodnight (1984).

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

fenomena kelenturan fenotipik

khususnya pada bobot badan sebagai respons terhadap ransum yang mengandung
aflatoksin yang berbeda. Hal ini ditunjukkao oleh adaoya pengaruh nyata aflatoksin
yang nampak pada minggu ke-4 sampai ke-6. Terdapat juga perbedaao kelenturao

fenotipik antar populasi itik Tegal dan Mojosari. Itik Tegal memiliki nilai kelenturan
lebib besar dibaodingkao itik Mojosari. Allatoksin lohib baoyak berpengaruh nyata
terhadap itik Tegal (P