Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia acidissima L.) di Kabupaten Rembang

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN ANATOMI KAWISTA
(Limonia acidissima L.) DI KABUPATEN REMBANG

IRWANTO ADHI NUGROHO

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK
IRWANTO ADHI NUGROHO. Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia acidissima L.)
di Kabupaten Rembang. Dibimbing oleh ALEX HARTANA dan DORLY.
Kawista atau Kawis (Limonia acidissima L.) merupakan buah unggulan Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah, bahan untuk membuat sirup kawista yang aromanya serupa cola. Populasi
pohon kawista di Rembang cukup banyak, tetapi dikhawatirkan berkurang karena peremajaan melalui
biji memerlukan waktu 15 tahun sampai berbuah. Keragaman kawista di daerah ini belum pernah
dilaporkan. Penelitian ini bertujuan menganalisis keragaman kawista di Kabupaten Rembang. Pohon
contoh yang diamati diambil secara acak dan proporsional sesuai banyaknya pohon kawista di tiap
kecamatan. Morfologi tanaman yang diamati berupa panjang dan lebar daun, warna daun, diameter

dan warna buah, dan warna batang. Anatomi daun diamati dari sediaan sayatan paradermal dan
transversal daun. Data morfologi, anatomi, dan keduanya dianalisis menggunakan NTSYS versi 2.1,
dan hubungan antar pohon kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang dikelompokkan
berdasarkan dendrogram kemiripan. Berdasarkan morfologi daun, buah, dan warna batang, pohon
kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang tidak semuanya mempunyai kemiripan 100% dan
cukup beragam, walaupun beberapa pohon sangat mirip, tetapi tidak semuanya berada di kecamatan
yang sama. Keragaman pohon kawista cukup besar berdasarkan anatomi daun, dan kemiripan kawista
berdasarkan keragaman morfologi dan anatomi tidak mencapai 75% baik dari kecamatan yang sama
maupun yang berbeda dalam Kabupaten Rembang.
Kata kunci: Kawista, Limonia acidissima, kemiripan, keragaman, Rembang

ABSTRACT
IRWANTO ADHI NUGROHO. The Morphology and Anatomy Diversity of Kawista (Limonia
acidissima L.) in Rembang Regency. Supervised by ALEX HARTANA and DORLY.
Kawista or Kawis (Limonia acidissima L.) is a unique fruit in Rembang Regency, Center of
Java that used to produce syrup tasted like cola favour. Kawista trees in Rembang are quite a lot, but
their population could decrease due to replanting from seeds need 15 years to be fruiting. Kawista
diversity in this area has not been reported. The objective of this research was to analyze the diversity
of kawista in Rembang. Tree samples were taken randomly and proportionally according to the
number of kawista trees in five subdistricts in Rembang regency. Morphological characters observed

were length and width of leaf, leaf color, fruit diameter, fruit color, and stem color. Anatomical
characters were observed on the paradermal and transversal leaf section preparates. Morphological,
anatomical data, and both were analyzed separately using NTSYS ver. 2.1 and the relationship among
kawista tree samples from 5 subdistricts in Rembang was grouped on similarity dendrogram. Based on
the leaf morphology, fruit, and stem color of kawista trees, from 5 subdistricts in Rembang regency
have not 100% similarity and quite diverse, although some trees were very similar, but not always
from the same subdistrict. Kawista tree based leaf anatomy was diversed if compared to their
morphology. However, based on morphology and anatomy character of kawista tree in Rembang has
75% similarity.
Key word: Kawista, Limonia acidissima, similarity, diversity, Rembang

KERAGAMAN MORFOLOGI DAN ANATOMI KAWISTA
(Limonia acidissima L.) DI KABUPATEN REMBANG

IRWANTO ADHI NUGROHO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

iv

Judul
Nama
NRP

: Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia acidissima L.) di
Kabupaten Rembang
: Irwanto Adhi Nugroho
: G34070083

Disetujui,
Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Ir. Dorly, M.Si.
NIP 19640416 199103 2 002

Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc.
NIP 19491230 197503 1 001

Diketahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
NIP 19641002 198903 1 002

Tanggal Lulus:

v

PRAKATA

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dengan lancar serta dapat menyelesaikan karya
ilmiah dengan judul Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia acidissima L.) di
Kabupaten Rembang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2011. Karya
ilmiah ini telah diseminarkan di Seminar Nasional Biologi PBI XXI di Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh, pada 26-27 November 2011.
Saya menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak bisa terlepas dari bimbingan dan
saran dari pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc. sebagai
pembimbing I dan Ibu Dr. Ir. Dorly, M.Si. sebagai pembimbing II atas bimbingan dan arahan
kepada saya selama menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih pula kepada Ibu Dr. Dra.
Triadiati, M.Si. selaku penguji dari wakil Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan
saran dalam penulisan karya ilmiah ini.
Demikian pula saya ucapkan terima kasih kepada Henny, Nisful, dan Rita atas
bantuannya di laboratorium. Tidak lupa juga ucapan terimakasih atas dukungannya kepada orang
tua, teman-teman Biologi 44, dan berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki kekurangan
dalam laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita
semua.

Bogor, Februari 2012


Irwanto Adhi Nugroho

vi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 3 Maret 1989 dari ayah Mochammad Zuhdi
dan ibu Sri Sunarti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA
Negeri 1 Rembang pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Anatomi dan
Morfologi Tumbuhan, Biologi Dasar, Fisiologi Tumbuhan, Ilmu Lingkungan, dan Pertumbuhan
dan Perkembangan Tumbuhan tahun 2011. Selain itu, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan
antara lain sebagai anggota badan semi otonom “Bioworld” di Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMABIO) IPB 2008-2010, ketua Himpunan Keluarga Rembang di Bogor 2009/2010, ketua
divisi Dekorasi dan Dokumentasi ”Grand Biodiversity” tahun 2010.
Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan tahun 2009 di Wana Wisata Cangkuang,
Sukabumi dengan judul Ragam Cendawan Entomopatogen di Wana Wisata Cangkuang yang
dibimbing oleh Ir. Agustin Wydia Gunawan, MS. Penulis melakukan kegiatan praktik lapangan

tahun 2010 di Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) dengan judul Efektivitas
Gula Hasil Ekstrak Tembakau terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura L.) yang dibimbing
oleh Dr. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan Sujak SP. Penulis mengambil Supporting Course (SC)
untuk mata kuliah Meteorologi Dasar, Klimatologi Dasar, Pengantar Manajemen, Perdagangan
Pertanian, dan Agrogeologi.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. vii
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
Tujuan ...................................................................................................................................... 2
BAHAN DAN METODE ............................................................................................................ 2
Waktu dan Tempat .................................................................................................................... 2
Bahan dan Alat ......................................................................................................................... 2
Metode ..................................................................................................................................... 2

Pengambilan Contoh. .......................................................................................................... 2
Pengamatan Morfologi. ....................................................................................................... 2
Pengamatan Anatomi........................................................................................................... 2
Analisis Keragaman............................................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
SIMPULAN .............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 11
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 13

viii

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah pohon kawista di 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ...................................................5
2 Morfologi daun, buah, dan batang kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ..................6
3 Hasil pengamatan sayatan paradermal daun kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ...9
4 Hasil pengamatan sayatan transversal daun kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang ....9

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1 Bagian-bagian kawista...............................................................................................................1
2

Peta Kabupaten Rembang..........................................................................................................3

3

Pengukuran daun kawista. .........................................................................................................4

4

Pengukuran buah kawista. .........................................................................................................4

5 Perbedaan warna dan bentuk daun kawista ................................................................................5
6

Perbedaan warna batang kawista ...............................................................................................5

7 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi. .......................................................6
8 Sayatan paradermal daun kawista ..............................................................................................7

9 Sayatan transversal daun lemon dan daun kawista......................................................................7
10 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri anatomi. ........................................................ 10
11 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi dan anatomi. ............................... 11

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Klasifikasi tanaman kawista..................................................................................................... 14
2 Komposisi larutan seri Johansen .............................................................................................. 14
3 Komposisi larutan Gifford ....................................................................................................... 14

1

Kawista termasuk pohon buah langka
yang jarang dikenal orang. Pohon ini
tumbuh alami di daerah kering di India, Sri
Lanka, Myanmar, Indocina, Malaysia, dan
Indonesia. Di Indonesia, pohon ini tumbuh
di daerah pantai Sumatera, Jawa, Madura,
Bali, dan Nusa Tenggara Barat (Jones 1992).
Nama lokal untuk kawista antara lain kawis

(Jawa), kusta (Bali), dan buah batok (Aceh).
Kawista lebih cocok tumbuh di daerah yang
beriklim monsun atau tropika kering pada
ketinggian sampai 450 mdpl. Pohon ini
banyak tumbuh di daerah pantai dan toleran
terhadap kekeringan serta telah beradaptasi
baik pada tanah yang kurang subur
(Sukamto 2000). Sifat toleran kering pohon
kawista menyebabkan pohon ini dapat
digunakan sebagai batang bawah pohon
jeruk yang membuat pohon jeruk berbunga
lebih awal dan terus menerus (Jones 1992).
Kawista memiliki beberapa manfaat.
Duri dan kulit batang kawista digunakan
dalam pengobatan pada sakit menstruasi,
gangguan hati, gigitan dan sengatan
serangga, serta mabuk laut. Kayunya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
rumah dan peralatan pertanian. Gum yang
berasal dari batangnya dapat digunakan
sebagai pengganti gum arab. Selain itu,
gumnya dapat pula digunakan sebagai obat
untuk diare dan disentri (Qureshi et al.
2010). Kawista juga menghasilkan senyawa
kimia seperti kumarin yang diperoleh dari
akar kawista (Agrawal et al. 1989), zat anti
tumor pektat polisakarida (Saima et al.
2000), sebagai anti mikroba yang berasal
dari bagian kulit kayunya (Rahman & Gray
2002), dan sebagai larvasida (Rahuman et al.
2000).

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawista (Limonia acidissima L. syn
Feronia limonia Swingle.) termasuk suku
Rutaceae. Klasifikasi lengkap tanaman ini
dapat dilihat pada Lampiran 1. Tanaman ini
merupakan genus monotipe yaitu dalam satu
genus hanya terdapat satu spesies. Swingle
pertama kali mengajukan nama F. limonia
pada 1914 dan menyatakan bahwa L.
acidissima merupakan nama ambigu.
Namun, Airy-Shaw (1939) mendukung
nama L. acidissima. Panigrahi (1977)
mengajukan penolakan terhadap nama L.
acidissima dengan mengajukan nama L.
elephantum, namun Stone dan Nicolson
(1978) menolaknya (Krueger & Navarro
2007).
Kawista merupakan pohon
yang
meranggas, tinggi mencapai 12 m.
Percabangan berduri runcing dan ramping,
duri lurus panjangnya sampai 4 cm. Daun
majemuk menyirip dengan rakis dan tangkai
daun yang bersayap; anak daun saling
berhadapan dalam 2 - 3 pasang dan 1 anak
daun di bagian ujung, anak daun bundar
telur terbalik, panjang sampai 4 cm, terdapat
bercak-bercak kelenjar minyak yang apabila
diremas berbau aromatik. Posisi bunga
aksiler atau terminal. Bunga berwarna merah
biasanya dengan malai longgar, kepala sari
berwarna merah, terletak di ujung ranting
atau di ketiak daun. Buah buni berbentuk
bulat panjang, bergaris tengah sampai 10
cm, berkulit keras, daging buah aromatik
dan mengandung banyak biji yang kotor
(Gambar 1). Panjang biji 5 - 6 mm,
berambut dan berkulit tebal, berkotiledon
hijau (Jones 1992).

a

b

2 cm

c

1 cm

d

2 cm

Gambar 1 Bagian-bagian kawista, (a) Pohon kawista, (b) Ranting kawista (Reuther et al. 1967),
(c) Bunga kawista, (d) Buah kawista.

2

Salah satu tempat dijumpai banyak
terdapat tanaman kawista ialah di Kabupaten
Rembang. Kabupaten Rembang terletak di
ujung Timur Laut Provinsi Jawa Tengah dan
dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur
Pantura). Secara astronomis berada pada
garis koordinat 111º 00′ – 111º 30′ Bujur
Timur dan 6 º 30′ – 7 º 60′ Lintang Selatan
(Pemkab Rembang 2011).
Buah kawista telah banyak dimanfaatkan
oleh warga Kabupaten Rembang. Buahnya
telah diolah menjadi sirup dan minuman
penyegar. Sirup kawis atau Cola van
Java ini mulai diproduksi massal oleh
masyarakat Rembang, Jawa Tengah, sejak
puluhan tahun yang lalu. Banyaknya buah
kawista sebagai bahan baku utama di
Rembang mendorong masyarakat Rembang
untuk
memproduksi
sirup
kawis
sebagai usaha pokok mereka sehari-hari. Tak
heran bila keberadaan sirup kawis mudah
ditemukan di pasaran kota Rembang.
Sensasi rasanya yang unik membuat
minuman segar ini sering dijadikan sebagai
oleh-oleh wajib bagi para wisatawan yang
berkunjung ke kota tersebut. Buahnya dapat
pula diolah menjadi dodol, selai, dan
madumongso.
Di Kabupaten Rembang, pohon kawista
kurang lebih berjumlah 1400 pohon
(Distanak 2010). Kawista termasuk pohon
yang tumbuhnya lambat. Pohon yang berasal
dari biji memerlukan waktu hingga 15 tahun
untuk berbuah. Buahnya banyak dibutuhkan
untuk industri rumah tangga, sedangkan
jumlah pohon semakin berkurang. Selain itu,
pohon ini juga masih jarang diteliti
khususnya keragamannya. Oleh sebab itu,
perlu adanya studi keragaman yang
diharapkan dapat memudahkan dalam
pelestarian dan sebagai dasar bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisis
keragaman kawista di Kabupaten Rembang
berdasarkan ciri morfologi tanaman dan
anatomi daun.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April sampai Agustus 2011 di Kabupaten
Rembang dan Laboratorium Mikroteknik
Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah pohon
kawista, alkohol 70%, dan alkohol 100%,
HNO3 (50-100%), kloroks, entelan, larutan
fiksatif
FAA
(Formaldehid:Asam
asetat:Alkohol = 5:5:90), larutan seri
Johansen I-VII (Lampiran 2), parafin,
albumin-gliserin, pewarna safranin, dan
fastgreen. Alat-alat yang digunakan antara
lain gunting pohon, penggaris, jangka
sorong, alat tulis, mikroskop, mikrotom,
tabung film, gelas arloji, pinset, kuas, pipet
tetes, oven, cutter, dan kamera digital.
Metode
Pengambilan Contoh. Penelitian ini
bersifat eksploratif. Pohon contoh dipilih
dengan kriteria sudah pernah berbuah dan
memiliki diameter batang 30-40 cm. Contoh
pohon diambil dari 5 kecamatan di
Kabupaten Rembang, yaitu 7 pohon dari
Kecamatan Rembang, 3 pohon dari
Kecamatan Lasem, dan masing-masing 2
pohon dari Kecamatan Pamotan, Kecamatan
Sulang, dan Kecamatan Kaliori. Lokasi
pengambilan contoh tertera pada Gambar 2.
Untuk keperluan pengamatan anatomi
diambil daun dewasa yang berukuran lebar
penuh dari 3 cabang per contoh pohon. Daun
untuk sayatan paradermal diambil dari daun
majemuk ke-4 dari pucuk, dan daun untuk
sayatan transversal diambil dari daun
majemuk ke-3 dari pucuk. Contoh daun
dimasukkan dalam alkohol 70%.
Pengamatan Morfologi. Pohon kawista
diamati dan dicatat ciri morfologinya
meliputi warna batang, warna daun, panjang
dan lebar daun (Gambar 3), ukuran buah
(Gambar 4), dan warna buah matang
fisiologis yang telah jatuh dari pohon.
Pengukuran panjang dan lebar daun
dilakukan 5 ulangan dari 3 cabang dalam 1
pohon, sedangkan pengukuran buah
dilakukan 5 ulangan dari 1 pohon.
Pengamatan Anatomi. Struktur anatomi
daun kawista diamati perbedaannya.
Pengamatan anatomi dilakukan terhadap
sediaan mikroskopis sayatan paradermal dan
transversal. Sayatan paradermal dibuat
dalam bentuk preparat semi permanen
dengan metode sediaan utuh (Sass 1951).
Daun yang telah difiksasi dalam alkohol
70% dicuci akuades dan direndam dalam
larutan asam nitrat 50-100% selama 30
menit sampai beberapa jam hingga lunak
kemudian dibilas dengan air dalam cawan
petri.

3

Laut Jawa

Gambar 2 Peta Kabupaten Rembang, (
Daun diletakkan pada gelas arloji
kemudian disayat dengan silet pada lapisan
epidermis atas (adaksial) maupun bawah
(abaksial) kemudian direndam dalam larutan
kloroks selama 1-5 menit. Tahap
selanjutnya, lapisan epidermis tersebut
dibilas dengan akuades lalu diwarnai dengan
safranin 1%, kemudian diletakkan pada
gelas obyek yang diberi gliserin 30% dan
ditutup dengan gelas penutup. Pengamatan
sediaan mikroskopis sayatan paradermal
dilakukan dengan menggunakan mikroskop
pada 5 ulangan bidang pandang. Karakter
yang diamati pada sediaan sayatan
paradermal ialah kerapatan dan indeks
stomata, serta panjang dan lebar stomata.
Karakter sayatan paradermal diamati pada
permukaan daun bagian atas (adaksial) dan
permukaan bagian bawah (abaksial).
Kerapatan stomata (KS) dan indeks stomata
(IS) dihitung dengan rumus:
KS =

IS =

∑ Stomata
Luas Bidang Pandang

∑ Stomata
x 100
∑ Stomata + ∑ Sel Epidermis

Kabupaten
Rembang

) lokasi pengambilan contoh.
Untuk sayatan transversal, contoh daun
difiksasi dengan larutan FAA. Sayatan
transversal dibuat dengan metode parafin
(Johansen 1940). Daun yang difiksasi
selama 48 jam dalam larutan FAA dicuci
dengan larutan alkohol 50% sebanyak 4 kali
dengan selang waktu 1 jam. Daun lalu
direndam dalam larutan seri Johansen I-VII
(Lampiran 2). Infiltrasi parafin dilakukan
secara bertahap di oven pada suhu 60˚C.
Daun kemudian ditanam dalam blok parafin,
dibiarkan beku, dan direndam dalam larutan
Gifford (Lampiran 3). Selanjutnya daun
diiris setebal 10µm dengan mikrotom putar.
Pita yang diperoleh direkatkan pada gelas
objek
dengan
albumin-gliserin
dan
dikeringkan pada hot plate suhu 40˚C
selama 24 jam. Selanjutnya diwarnai dengan
safranin 2% dan fastgreen 0,5%. Preparat
kemudian ditetesi entelan dan ditutup
dengan
gelas
penutup.
Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan mikroskop
pada 2 ulangan bidang pandang.
Parameter pengamatan pada sayatan
transversal daun ialah tebal lapisan kutikula
atas dan kutikula bawah, jaringan epidermis
atas, jaringan epidermis bawah, jaringan

4

hipodermis, jaringan palisade, dan jaringan
bunga karang, serta tebal daun.

a

0,5 cm

b
Gambar 3

Pengukuran daun kawista, (a)
panjang dan (b) lebar.

a

2 cm

b
Gambar 4

Pengukuran buah kawista, (a)
diameter logitudinal dan (b)
diameter transversal.

Analisis Keragaman. Data kualitatif
diubah ke dalam bentuk skor bilangan. Data
kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan program
Numerical Taxonomy System (NTSYS) versi
2.1 hingga diperoleh dendrogram kemiripan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Contoh pohon yang diambil mewakili
jumlah pohon kawista di Kabupaten
Rembang. Semakin banyak jumlah pohon di
satu kecamatan, maka jumlah pohon yang
diamati akan semakin banyak (Tabel 1).

Pengamatan morfologi pohon ,kawista
meliputi morfologi daun, buah, dan batang.
Morfologi pohon kawista yang diamati dari
5 kecamatan di Kabupaten Rembang pada
umumnya serupa, hanya bervariasi ukuran
dan warna (Tabel 2).
Daun kawista diukur panjang dan lebar,
dan diamati warnanya. Daun kawista
memiliki panjang antara 2,0-3,2 cm,
sedangkan lebarnya antara 0,9-1,8 cm. Rasio
daun kawista antara 1,7-2,2. Semakin tinggi
rasio daun, maka bentuk daun akan semakin
lonjong (Gambar 5).
Warna daun kawista RBG5 dan RBG6
dari Kecamatan Rembang hijau muda,
sedangkan warna daun contoh kawista
lainnya hijau tua (Gambar 5). Warna batang
yang diamati juga menunjukkan hal yang
sama, RBG5 dan RBG6 memiliki warna
batang cokelat cerah, sedangkan warna
batang kawista yang lain berwarna cokelat
(Gambar 6).
Buah kawista matang berwarna khas
yaitu krem hingga coklat muda yang
cenderung sama pada semua pohon yang
diambil dari 5 kecamatan. Buah kawista
diukur diameter longitudinal dan diameter
transversal. Diameter longitudinal buah
kawista antara 6,7-8,0 cm, sedangkan
diameter transversalnya antara 7,9-8,9 cm.
Perbedaan ciri morfologi yang ada
diduga terjadi karena pengaruh lingkungan.
Warna daun dan batang sangat dipengaruhi
oleh cahaya dan unsur hara. Demikian juga
dengan ukuran buah yang dipengaruhi hara
di tanah.
Kemiripan
kawista
berdasarkan
morfologi daun, buah, dan batang diolah
menggunakan NTSYS ver 2.1 yang
menghasilkan
dendrogram
kemiripan
(Gambar 7).
Secara umum, ada 3 kelompok utama
dalam dendrogram berdasarkan karakter
morfologi. Kelompok I dan II memiliki
kemiripan 66%. Beberapa contoh pohon
kawista memiliki kemiripan yang sangat
tinggi mendekati 100% yaitu RBG1, RBG4,
SLG1, SLG2, dan KAL2 di kelompok I dan
RBG3 dan KAL1 dari cabang lain di
kelompok yang sama, sedangkan di
kelompok II kemiripan hampir 100% ada
pada RBG7 dan PMT1. Kelompok III yang
beranggotakan RBG5 dan RBG6 yang
berasal dari Kecamatan Rembang terpisah
dari kelompok I dan II, dan mengelompok
kembali dengan kemiripan sekitar 39%.

5

a
Gambar 5

1 cm

1 cm

b

Perbedaan warna dan bentuk daun kawista, (a) hijau tua bentuk membulat dan (b)
hijau muda bentuk lonjong

b
a

Gambar 6 Perbedaan warna batang kawista, (a) cokelat dan (b) cokelat cerah
Tabel 1 Jumlah pohon dan contoh pohon kawista di 5 kecamatan di Kabupaten Rembang
Kecamatan

Jumlah Pohon*

Jumlah contoh

Kode Contoh

Rembang

918

7

RBG1, RBG2, RBG3, RBG4, RBG5, RBG6, RBG7

Lasem

30

3

LSM1, LSM2, LSM3

Pamotan

13

2

PMT1, PMT2

Sulang

13

2

SLG1, SLG2

Kaliori

15

2

KAL1, KAL2

*(Distanak 2010)

6

Tabel 2 Morfologi daun, buah, dan batang kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten Rembang
Kecamatan

Rembang

Lasem

Pamotan
Sulang
Kaliori

Kode

Ukuran daun (cm)
lebar

Rasio
Daun

Warna Daun

Panjang
RBG1
RBG2
RBG3
RBG4
RBG5

3,1
2,3
3,0
2,7
2,0

1,6
1,1
1,5
1,6
1,1

1,9
2,0
2,0
1,7
1,9

RBG6

2,2

1,1

1,9

RBG7
LSM1
LSM2
LSM3
PMT1
PMT2
SLG1
SLG2
KAL1
KAL2

2,2
2,8
2,7
2,0
2,1
2,7
2,6
3,2
3,1
2,7

1,3
1,4
1,5
0,9
1,2
1,5
1,8
1,8
1,6
1,6

1,7
1,9
1,8
2,2
1,8
1,8
1,4
1,8
1,9
1,7

Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau
Muda
Hijau
Muda
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua

Warna
Batang
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cerah
Cokelat
Cerah
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat

Diameter buah (cm)
Longitudinal
7,5
7,9
6,7
7,5
7,3

Transversal
8,1
8,2
7,8
8,3
7,9

Rasio
Diameter
1,1
1,0
1,2
1,1
1,1

7,7

8,6

1,1

6,9
7,9
7,9
8,0
6,6
6,7
7,7
8,0
7,0
7,9

8,0
8,5
8,9
8,9
7,8
7,8
8,3
8,5
8,1
8,2

1,2
1,1
1,1
1,1
1,2
1,2
1,1
1,1
1,2
1,0

I
66%

39%

II
III

Koefisien kemiripan morfologi
Gambar 7 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi
RBG1, RBG4, SLG1, SLG2, dan KAL2
memiliki ciri yang relatif serupa pada semua
ciri morfologi yang diamati. RBG 3 dan
KAL1 memiliki diameter longitudinal buah
yang lebih kecil yang membedakannya
dengan RBG1, RBG4, SLG1, SLG2, dan
KAL2. LSM2 memiliki diameter buah relatif
lebih besar dari pohon yang lain dari
kelompok yang sama, sehingga membuatnya
terpisah dengan lainnya.
RBG 7 dan PMT1 memiliki ciri yang
relatif serupa, dan berbeda dengan RBG2
yang memiliki diameter longitudinal dan
transversal buah yang lebih besar. LSM1 dan

PMT2 mengelompok dengan kemiripan 86%.
Diameter longitudinal dan transversal buah
yang lebih besar memisahkan LSM1 dari
PMT2. Daun LSM1 dan PMT2 cenderung
lebih panjang dibandingkan daun RBG2,
RBG7, dan PMT1, sehingga keduanya
terpisah pada kemiripan 79%. LSM3 memiliki
daun berukuran kecil dan buah dengan
diameter yang relatif besar dibandingkan
dengan
contoh
lainnya,
sehingga
memisahkannya dari anggota lain di
kelompok II pada kemiripan 71%.
RBG5 dan RBG6 terlihat memisah dengan
kemiripan yang kecil dibandingkan kelompok

7

lainnya. Kedua pohon ini memiliki ciri warna
daun dan batang yang berbeda dengan contoh
pohon lainnya. Selain itu, ukuran daun yang
relatif lebih kecil dibandingkan pohon lainnya
membuatnya terpisah jauh dengan kelompok
lainnya.
Ciri morfologi tidak membedakan antara
contoh pohon yang berasal dari daerah
kecamatan dekat pantai atau yang jauh dari
pantai terlihat dari dendrogram yang tidak
mengelompokkan contoh pohon kawista
berdasarkan lokasi yang dekat atau jauh dari
pantai. Namun, ada contoh kawista dari
daerah yang dekat pantai yang berbeda dari
daerah yang jauh dari pantai, yaitu RBG5 dan
RBG6 yang memiliki warna daun dan batang
yang lebih muda.
Kecamatan Kaliori, Kecamatan Rembang,
dan Kecamatan Lasem merupakan kecamatan
yang berbatasan langsung dengan pantai,
sedangkan
Kecamatan
Pamotan
dan
Kecamatan Sulang jauh dari pantai.

Pengamatan morfologi tanaman kawista
dilengkapi dengan pengamatan struktur
anatomi daun kawista. Pengamatan struktur
anatomi daun kawista dilakukan pada sediaan
sayatan paradermal dan transversal. Hasil
sayatan paradermal menunjukkan bahwa
seluruh contoh kawista memiliki tipe stomata
aktinositik. Aktinositik yaitu stoma yang
dikelilingi sel tetangga yang tersusun
melingkar (Evert 2006). Stomata dapat
ditemukan pada permukaan adaksial dan
abaksial (Gambar 8). Daun dengan stomata di
kedua sisinya disebut daun amfistomatik
(Hidayat 1995). Jumlah stomata pada bagian
abaksial lebih banyak daripada permukaan
adaksial. Daerah Kabupaten Rembang
merupakan daerah yang kering, sehingga
untuk mengurangi laju penguapan, jumlah
stomata di bagian adaksial lebih sedikit.
Rembang merupakan daerah terkering di Jawa
Tengah dengan curah hujan 1.140 mm/tahun
dan hari hujan hanya 55 hari (Dephut 2006).

stomata
epidermis

stomata
epidermis

a

b
Gambar 8 Sayatan paradermal daun kawista, (a) adaksial dan (b) abaksial
2

1

2

1
3

4
4
5
6

5
6
7

a
Gambar 9

8

b

7
8

Sayatan transversal (a) Daun lemon (Citrus limon) (Esau 1977), (b) Daun kawista,
(1) kutikula atas, (2) epidermis atas, (3) hipodermis, (4) jaringan palisade, (5)
jaringan pembuluh, (6) jaringan bunga karang, (7) epidermis bawah, (8) kutikula
bawah

8

Hasil pengamatan sayatan paradermal
daun dapat dilihat pada Tabel 3. Daun kawista
SLG1 memiliki kerapatan stomata adaksial
terbanyak yaitu 54,8 stomata/mm2. Kerapatan
stomata adaksial kawista RBG1 tersedikit
yaitu 39,0 stomata/mm2. Indeks stomata
adaksial terbesar dijumpai pada kawista SLG1
dan PMT2, yaitu 1,6. Kawista RBG1 memiliki
indeks stomata adaksial terkecil yaitu 1,0.
Panjang stomata adaksial antara 24,3-26,7
µm, sedangkan lebar stomata adaksial antara
15,4-17,7 µm.
KAL2 memiliki kerapatan stomata
abaksial
yang
paling
rapat
519,3
stomata/mm2. Kawista KAL1 memiliki
kerapatan stomata abaksial kurang rapat 353,5
stomata/mm2. Indeks stomata abaksial yang
paling tinggi terdapat di KAL2 yaitu 12,5,
sedangkan yang terendah terdapat pada LSM1
yaitu 9,0. Panjang stomata abaksial antara
24,2-26,1 µm, sedangkan lebar stomata
abaksial antara 14,9-17,0 µm.
Anatomi sayatan transversal dari semua
daun contoh kawista dari 5 kecamatan di
Kabupaten Rembang memiliki susunan dan
struktur yang sama (Gambar 9). Struktur
susunan anatomi daun kawista yaitu lapisan
kutikula atas, jaringan epidermis atas, jaringan
hipodermis, jaringan palisade, jaringan bunga
karang, jaringan epidermis bawah, lapisan
kutikula bawah. Jaringan hipodermis kawista
berisi eksudat yang diduga merupakan
senyawa metabolit sekunder. Jaringan
palisade kawista ada di bagian atas daun,
sedangkan jaringan bunga karang berada di
bagian bawah. Daun yang seperti ini disebut
daun dorsiventral atau bifasial (bermuka dua)
(Hidayat 1985). Hasil pengamatan pada
sediaan mikroskopis transversal daun dapat
dilihat pada Tabel 4. Kutikula atas kawista
memiliki tebal antara 2,3-4,0 µm, sedangkan
kutikula bawah memiliki tebal antara 0,7-1,5
µm. Kutikula atas yang tebal dijumpai pada
kawista SLG1 setebal 4 µm, sedangkan daun
kawista LSM2 memiliki kutikula atas yang
tipis yaitu 2,3 µm. Daun kawista KAL1
memiliki kutikula bawah yang paling tebal,
sedangkan daun kawista RBG2 memiliki
kutikula bawah yang paling tipis. Kutikula
merupakan senyawa lemak yang ada di
permukaan epidermis. Kutikula yang tebal
merupakan ciri adaptasi tumbuhan xerofit
yang berguna untuk mengurangi penguapan
(Fahn 1991).

Tebal epidermis atas daun kawista
berukuran 11,7-15,4 µm. Daun kawista yang
memiliki lapisan epidermis atas paling tebal
ialah daun kawista PMT1 dengan tebal 15,4
µm. Tebal epidermis bawah daun kawista
berkisar antara 13,1-17,9 µm . Kawista PMT2
memiliki tebal epidermis bawah yang paling
tebal, sedangkan RBG1 memiliki epidermis
yang paling tipis.
Tebal hipodermis daun kawista berukuran
26,0-31,5 µm. Daun LSM3 memiliki lapisan
hipodermis yang paling tebal yaitu 31,5 µm.
Daun kawista RBG6 memiliki palisade paling
tebal yaitu 120,8 µm, sedangkan yang paling
tipis pada kawista RBG1 dengan tebal 82,3
µm. Tebal bunga karang yang diukur
menunjukkan bahwa SLG1 memiliki bunga
karang yang paling tebal yaitu 129,0 µm,
sedangkan yang paling tipis pada kawista
KAL1 yaitu 100,4 µm. Tebal daun yang
paling tebal ialah SLG 1 dengan tebal 311,7
µm, sedangkan RBG 1 memiliki ketebalan
yang paling tipis yaitu 247,5 µm. Daun yang
tebal tidak berarti bahwa jaringan-jaringan
penyusunnya juga tebal (Tabel 4).
Faktor penting yang dapat mempengaruhi
perkembangan daun ialah ketersediaan air dan
cahaya (Esau 1977). Chartzoulakis et al.
(2002) melaporkan bahwa pada Persea
americana yang diairi memiliki ketebalan
yang lebih tinggi daripada yang diberi
cekaman. Sementara itu, Allard dan Nelson
(1991) melaporkan bahwa pada Festuca
arundinacea Schreb. berkurangnya intensitas
cahaya akan menurunkan kerapatan stomata.
Selain itu, intensitas cahaya yang rendah
menyebabkan area daun menjadi lebih luas
dan daun menjadi lebih tipis. Daun tumbuhan
dikotil berkayu kebanyakan memiliki daun
dengan mesofil yang berdiferensiasi dengan
baik menjadi parenkim palisade dan bunga
karang dengan letak parenkim palisade berada
di bagian adaksial daun. Sayatan anatomi
daun kawista memiliki perbedaan dengan
sayatan melintang daun lemon (Citrus limon)
yang berasal dari anggota Rutaceae. Daun
lemon memiliki palisade yang kompak dan
tidak memiliki hipodermis, sedangkan daun
kawista memiliki palisade yang agak longgar
dan memiliki hipodermis. Kesamaannya ialah
memiliki jaringan bunga karang yang longgar
dan tebal (Gambar 9) (Esau 1977).

9

Tabel 3

Hasil pengamatan sayatan paradermal sisi adaksial dan abaksial daun kawista dari 5
kecamatan di Kabupaten Rembang
Adaksial
Kerapatan
Stomata
(∑stomata
/mm2)

Indeks
Stomata

Panjang
Stomata
(µm)

Lebar
Stomata
(µm)

Kerapatan
Stomata
(∑stomata
/mm2)

Abaksial
Indeks
Panjang
Stomata Stomata
(µm)

Lebar
Stomata
(µm)

Kecamatan

Kode

Rembang

RBG1

39,0

1,0

24,7

15,7

383,8

9,4

24,9

16,3

RBG2

40,0

1,2

25,9

16,9

378,9

10,9

25,3

16,4

RBG3

50,9

1,5

26,6

17,3

357,9

9,6

26,1

16,8

RBG4

46,1

1,3

25,2

15,5

496,1

12,0

25,4

16,7

RBG5

50,9

1,4

25,7

17,3

400,9

11,9

25,0

16,5

RBG6

44,3

1,2

25,6

16,9

390,4

10,5

24,8

16,3

RBG7

47,8

1,2

25,3

16,4

393,4

11,0

25,2

16,4

LSM1

41,2

1,1

25,6

16,2

368,4

9,0

24,9

16,3

LSM2

44,3

1,4

24,9

16,4

414,5

9,8

23,3

14,9

LSM3

52,2

1,4

24,8

16,4

367,1

10,4

25,9

16,4

PMT1

41,2

1,1

25,7

16,6

411,4

11,3

24,9

17,0

PMT2

49,6

1,6

24,8

16,3

361,4

9,8

24,2

16,2

SLG1

54,8

1,6

24,3

15,4

407,0

11,1

25,9

16,9

Lasem

Pamotan
Sulang
Kaliori

Tabel 4

SLG2

44,3

1,2

24,6

15,7

416,2

9,9

24,6

17,0

KAL1

43,0

1,2

25,5

16,4

353,5

9,9

25,9

16,9

KAL2

46,1

1,3

26,7

17,7

519,3

12,5

25,4

16,6

Hasil pengamatan sayatan transversal daun kawista dari 5 kecamatan di Kabupaten
Rembang
Kode

Tebal
Kutikula Atas
(µm)

Tebal
Kutikula Bawah
(µm)

Tebal
Epidermis Atas
(µm)

Tebal
Epidermis
Bawah
(µm)

Tebal
Hipodermis
(µm)

Tebal
Palisade
(µm)
(µm)

Tebal
Bunga
Karang
(µm)

Tebal
Daun
(µm)

RBG1

2,8

1,3

11,7

13,1

25,8

82,3

109,4

247,5

RBG2

3,1

0,7

11,9

15,0

27,9

97,9

112,7

284,2

RBG3

2,8

0,8

12,5

17,3

26,0

115,8

118,8

295,8

RBG4

3,2

0,8

13,3

14,4

27,9

95,6

115,8

275,0

RBG5

2,4

0,9

12,9

14,4

27,7

114,8

107,3

286,7

RBG6

3,3

1,3

12,7

15,6

29,0

120,8

116,0

297,5

RBG7

3,2

0,8

14,2

15,2

29,0

105,6

121,3

280,8

LSM1

3,3

1,3

11,9

13,3

28,5

114,0

108,3

277,5

LSM2

2,3

0,8

13,8

14,6

27,7

104,2

113,8

280,0

LSM3

3,3

1,7

14,2

15,6

31,5

112,9

113,1

302,5

PMT1

3,4

1,9

15,4

17,1

29,0

115,4

112,5

293,3

PMT2

2,6

0,8

12,7

17,9

24,8

104,0

113,3

270,0

SLG1

4,0

1,1

13,1

15,6

30,4

117,5

129,0

311,7

SLG2

3,0

1,4

12,1

13,5

25,0

102,7

106,9

271,7

KAL1

3,7

2,3

12,3

13,3

26,3

112,9

100,4

267,5

KAL2

3,4

1,5

12,7

15,4

28,5

99,0

123,3

274,2

Kecamatan

Rembang

Lasem

Pamotan
Sulang
Kaliori

Untuk memudahkan melihat keragaman
atau
kemiripan
kawista
berdasarkan
pengamatan anatomi daunnya, maka data
anatomi daun kawista dianalisis menggunakan
NTSYS ver 2.1 yang menghasilkan
dendrogram kemiripan (Gambar 10).

Ada 5 kelompok utama dalam dendrogram
kemiripan berdasarkan ciri anatomi pada
kemiripan sekitar 30%. Kelompok pertama
terdiri dari RBG1, LSM1, RBG7, RBG2,
RBG 6, dan PMT1 yang memiliki kemiripan
44%.

10

I
30%

II
23%

III

14%
IV
V
Koefisien kemiripan anatomi
Gambar 10 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri anatomi
Kelompok kedua terdiri dari RBG3,
RBG4, RBG5, SLG2, dan KAL2. RBG4 dan
RBG5 memiliki kemiripan 50%. Kelompok
ketiga ialah LSM2, LSM3, dan PMT2.
Ketiganya bersatu pada kemiripan 25%.
Kelompok keempat hanya terdiri dari KAL1
dan kelompok kelima hanya terdiri dari SLG1.
RBG1 dan LSM1 memiliki kemiripan
yang terbesar dibandingkan kawista lainnya.
Panjang dan lebar stomata abaksial keduanya
serupa sehingga memiliki kemiripan yang
lebih tinggi dibandingkan lainnya. Selain itu,
keduanya memiliki indeks stomata, tebal
kutikula atas, tebal kutikula bawah, tebal
epidermis atas, tebal epidermis bawah, dan
tebal bunga karang yang relatif sama. Contoh
kawista lainnya hanya mempunyai satu hingga
dua karakter saja yang serupa, sehingga
kemiripan di antara mereka menjadi rendah.
KAL1 dan SLG1 memiliki kemiripan yang
paling rendah dengan anggota lainnya. KAL1
dan SLG1 memiliki lapisan kutikula atas yang
jauh lebih tebal daripada yang lain. KAL1
juga memiliki lapisan kutikula bawah yang
paling tebal, sedangkan SLG1 memiliki
kerapatan stomata, tebal hipodermis, tebal
palisade, tebal bunga karang, dan tebal daun
yang paling tinggi dibandingkan dengan yang
lain.
KAL1 dan SLG1 masing-masing terpisah
membentuk kelompok yang anggotanya hanya
1 pohon kawista. Dendrogram tersebut

menunjukkan bahwa contoh yang sebelumnya
berkelompok ketika menggunakan morfologi
sebagai ciri pembeda menjadi terpencar dan
lebih beragam. RBG1, RBG4, SLG1, SLG2,
dan KAL2 yang pada dendrogram kemiripan
morfologi dalam satu kelompok ternyata
terpencar ketika menggunakan ciri anatomi.
Bahkan SLG1 terpisah jauh dengan kemiripan
hanya 14%, demikian juga pada RBG3 dan
KAL 1 yang terpisah cukup jauh, dan hanya
RBG1 dan PMT1 yang masih dalam satu
kelompok walaupun dengan kemiripan yang
rendah.
Dendrogram tersebut menunjukkan tidak
adanya hubungan antara ciri morfologi dengan
anatomi. Hampir tidak ada anggota yang
ketika menggunakan ciri morfologi dan ciri
anatominya tetap dalam satu kelompok.
Dendrogram tersebut juga menunjukkan tidak
ada perbedaan yang khas antara kawista yang
tumbuh dekat pantai dengan yang jauh dari
pantai.
Ciri anatomi yang telah diukur tidak
menunjukkan
hubungan
dengan
ciri
morfologinya. Ukuran ciri morfologi tidak
berhubungan dengan ukuran ciri anatomi.
Keragaman dan kemiripan kawista di
Kabupaten Rembang dianalisis lebih lanjut
dengan menggunakan keragaman morfologi
dan anatominya menggunakan NTSYS ver 2.1
yang menghasilkan dendrogram pada Gambar
11.

11

48%
I

33%
32%

II
III

42%
IV

Koefisien kemiripan morfologi dan anatomi
Gambar 11 Dendrogram kemiripan kawista berdasarkan ciri morfologi dan anatomi
Dendrogram
dari
Gambar
12
menggunakan ciri morfologi dan anatomi
kawista menghasilkan 4 kelompok utama.
Kelompok pertama, yaitu RBG1, LSM1,
RBG4, SLG2, KAL2, RBG3, dan KAL1.
Kelompok ini bergabung dengan kelompok
kedua, yaitu LSM2, LSM3, dan PMT2 dengan
kemiripan 43%. Kedua kelompok tersebut
bergabung dengan kelompok ketiga, yaitu
SLG1 pada kemiripan 33%. Kelompok
keempat terdiri dari RBG2, RBG7, PMT1,
RBG5, dan RBG6. Kelompok ini kemudian
bergabung dengan kelompok lainnya dengan
kemiripan 32%. Hasil dari penggabungan
antara
ciri
morfologi
dan
anatomi
menunjukkan adanya perbedaan dengan hasil
dari analisis kemiripan pada ciri morfologi
atau ciri anatomi saja.
RBG1. RBG4, SLG2, dan KAL2 yang
memiliki kemiripan hampir 100% ketika
menggunakan ciri morfologi dan terpencar
ketika menggunakan ciri anatomi kembali
menyatu dalam satu kelompok. Hanya SLG1
yang terpisah dari kelompoknya. Begitu pula
dengan RBG3 dan KAL1 serta RBG7 dan
PMT1 yang kembali menyatu dalam satu
kelompok. Hampir semua kelompok kembali
menjadi satu kelompok ketika ciri morfologi
dan anatomi digabung. Morfologi tumbuhan
berperan besar dalam pengelompokkan
berdasarkan kemiripan pohon dibandingkan
berdasarkan anatomi daun kawista.
Perbedaan yang tampak pada tiap
anggota
spesies menyebabkan
adanya

keragaman dalam spesies. Keragaman dalam
spesies menyebabkan tiap anggota spesies
dapat dilihat adanya kekerabatannya satu
sama lain. Semakin banyak persamaan ciriciri
yang
dimiliki
semakin
dekat
kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit
persamaan dalam ciri-ciri yang dimiliki
semakin jauh kekerabatannya (Sofro 1994).

SIMPULAN
Keragaman
kawista
di
Kabupaten
Rembang masih cukup besar berdasarkan
morfologi sebagai pembeda. Tetapi, beberapa
pohon kawista memiliki kemiripan yang
mendekati 100%. Namun, tidak ada kawista
yang memiliki kemiripan lebih dari 75% jika
menggunakan anatomi maupun gabungan
morfologi dan anatomi sebagai ciri pembeda.
Keragaman anatomi daun kawista lebih besar
dari keragaman morfologi kawista, dan kedua
ciri tersebut tidak berhubungan.

DAFTAR PUSTAKA
Agrawal A, Siddiqui IR, Singh J. 1989.
Coumarins from the roots of Feronia
limonia. Phytochemistry 28: 1229-1231.
Allard G, Nelson CJ. 1991. Shade effects on
growth of tall fescue: i. Leaf anatomy and
dry matter partitioning. Crop Sci 31:163167

12

Chartzoulakis K, Patakas A, Kofidis G,
Bosabalidis A, Nastou A. Water stress
affects leaf anatomy, gas exchange, water
relations and growth of two avocado
cultivars. Sci Hort 95:39–50

Krueger RR, Navarro L. 2007. Citrus
Germplasm Resources. 2007. Di dalam:
Khan IA, editor. Citrus: Genetics,
Breeding,
and
Biotechnology.
Oxfordshire: CABI. Hlm 45-140.

[Dephut] Departemen Kehutanan. 2006.
Inventarisasi dan Identifikasi Mangrove
Wilayah Balai Pengelolaan DAS Pemali
Jratun Provinsi Jawa Tengah Tahun
Anggaran 2006. Semarang: Departemen
Kehutanan.

[Pemkab Rembang] Pemerintah Kabupaten
Rembang.
2011.
Keadaan
umum
Kabupaten
Rembang.
[Terhubung
berkala]. http:/rembangkab.go.id. [15
Oktober 2011].

[Distanak] Dinas Pertanian dan Peternakan.
2010.
Inventarisasi
Tanaman
di
Kabupaten Rembang. Rembang: Dinas
Pertanian dan Peternakan
Esau K. 1977. Anatomy of Seed Plants. 2nd
Ed. California: J Wiley.
Evert
FR.
2006.
Esau's
Plant
Anatomy: Meristems, Cells, and Tissues
Of The Plant Body: Their Structure,
Function, and Development. New Jersey:
J Wiley.
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Ed ke-3.
Soediarto A, Koesoemaningrat RMT,
Natasaputra M, Akmal H, penerjemah;
Tjitrosomo SS, editor. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Pr. Terjemahan
dari: Plant Anatomy.
Hidayat EB. 1995. Anatomi
Berbiji. Bandung: ITB Pr.

Tumbuhan

Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique.
New York: McGraw-Hill.
Jones DT. 1992. Edible Fruits and Nuts. Di
dalam: Verheij EWM, Coronel RE, editor.
Plant Resources of South-East Asia 2.
Bogor: Prosea. Hlm 190-191.

Qureshi AA, Kumar KE, Omar S. 2010.
Feronia limonia- a path less travelled. Int
J Res Ayurveda Phar 1: 98-106
Rahman MM, Gray AI. 2002. Antimicrobial
constituents from the stem bark of Feronia
limonia. Phytochemistry 59: 73-77.
Rahuman AA, Gopalkrishnan G, Ghouse BS,
Arumugam S, Himalayan B. 2000. Effect
of Feronia limonia on mosquito larvae.
Fitoterapia 71: 553-555
Reuther W, Batchelor LD, Webber HJ .1967.
The Citrus Industry. California: University
of California Pr.
Saima Y, Das AK, Sarkar KK, Sen AK, Sur P.
2000. An antitumor pectic polysaccharide
from Feronia limonia. Int J Biol
Macromol 27: 333-335.
Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique.
Iowa: Iowa State College.
Sofro ASM. 1994. Keanekaragaman Genetik.
Yogyakarta: Andi Offset.
Sukamto LA. 2000. Kultur biji kupas dan
tanpa kupas kawista secara in vitro. Di
dalam: Pengembangan Wilayah Lahan
Kering. Prosiding Seminar Nasional III;
Bandar Lampung, 3-4 Oktober 2000.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.
hlm 160-163.

13

LAMPIRAN

14

Lampiran 1 Klasifikasi Tanaman Kawista.
Kingdom
Divisi
Sub divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Dicotyledonae
: Sapindales
: Rutaceae
: Limonia
: Limonia acidissima L.

Lampiran 2 Komposisi Larutan Seri Johansen.
Komposisi
Air
Etanol 95%
Etanol 100%
Tertier butil alkohol
Minyak parafin

I
50%
40%
10%
-

II
30%
50%
20%
-

Larutan Johansen
III
IV
V
15%
50%
45%
25%
35%
55%
75%
-

Lampiran 3 Komposisi Larutan Gifford.
Komposisi

Volume (ml)

Alkohol 60%

80

Asam asetat glacial

20

Gliserin

5

VI
100%
-

VII
50%
50%