Prediksi Intrusi Air Laut berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik dan Total Dissolved Solid di Kabupaten Tangerang

PREDIKSI INTRUSI AIR LAUT BERDASARKAN NILAI
DAYA HANTAR LISTRIK DAN TOTAL DISSOLVED SOLID
DI KABUPATEN TANGERANG

SILVIA KUSUMARINI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Intrusi Air
Laut Berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik dan Total Dissolved Solid di
Kabupaten Tangerang, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Silvia Kusumarini
NIM F44090026

ABSTRAK
SILVIA KUSUMARINI. Prediksi Intrusi Air Laut Berdasarkan Nilai Daya Hantar
Listrik dan Total Dissolved Solid di Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh ROH
SANTOSO BUDI WASPODO.
Intrusi air laut adalah meresapnya air laut ke dalam tanah. Hal ini dapat
disebabkan oleh eksplorasi airtanah yang berlebih. Kabupaten Tangerang
merupakan salah satu wilayah berpotensi besar mengalami intrusi. Penelitian ini
bertujuan untuk menduga batas intrusi air laut berdasarkan nilai Daya Hantar
Listrik (DHL) dan Total Dissolved Solid (TDS). Pengambilan data primer
dilakukan dengan menggunakan alat EC meter TOA CM-14P yang kemudian
diolah menggunakan software Surfer 9.0 dan ArcGIS. Hasil yang diperoleh dari
pengukuran dibandingkan dengan Keputusan PAHIAA (1986) dan Klasifikasi
Carroll (1962). Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah yang terkena intrusi
dapat diidentifikasi melalui nilai DHL dan TDS. Di wilayah yang terletak jauh

dari tepi pantai intrusi dipengaruhi oleh keberadaan sungai di wilayah tersebut.
Hal ini terlihat dari hasil analisis regresi yang menunjukkan korelasi (R) antara
jarak dan nilai TDS dengan kemiringan bernilai negatif. Berdasarkan parameter
DHL dan TDS di lokasi pengamatan, terlihat bahwa kondisi airtanah di
Kabupaten Tangerang yang berada dalam radius 0.095 km hingga 5 km dari
pesisir pantai termasuk dalam kategori zona intrusi sedang (air agak payau)
dengan nilai DHL 1500-1999 μmhos/cm dan nilai TDS 1000-3000 mg/L.
Kata kunci: airtanah, analisis regresi linear, DHL, intrusi air laut, TDS

ABSTRACT
SILVIA KUSUMARINI. Prediction of Sea water Intrusion Based on Electrical
Conductivity and Total Dissolved Solid in Tangerang District. Supervised by
ROH SANTOSO BUDI WASPODO.
Intrusion of sea water is the infiltration of sea water into the soil. This might
be caused by a groundwater excessive exploration. Tangerang District is one of
the areas that have great potential sea water intrusion. The aim of research was to
predict the limit of salt water intrusion based on the value of DHL and TDS. The
primary data were measured using a TOA EC meter CM-14P and then were
processed using Surfer 9.0 software and ArcGIS. The measurement results was
compared with PAHIAA Decision (1986) and Carroll’s Classification (1962). The

results showed that the intrusion area could be identified by DHL and TDS values.
On the area located far from the beach, intrusion was influenced by the presence
of a river in the region. This was indicated by the regression analysis that showed
a correlation between distance and value DHL/TDS with a negative slope value.
Based on DHL and TDS parameters in observation area, the groundwater
conditions in Tangerang District within a radius of 0.095 km to 5 km from the

littoral areas were categorized as medium intrusion zone (slightly brackish water)
with DHL 1500-1999 μmhos/cm and TDS values 1000-3000 mg/L.
Keywords: DHL, groundwater, linear regression analysis, sea water intrusion,
TDS

Judul Skripsi: Prediksi Intrusi Air Laut Berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik
dan Total Dissolved Solid di Kabupaten Tangerang
: Silvia Kusumarini
Nama
: F44090026
NIM

Disetujui oleh


Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T
NIP 19620714 198703 1 004

Indra Setiawan M.A
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

o5 ェuセ@

2113

PREDIKSI INTRUSI AIR LAUT BERDASARKAN NILAI
DAYA HANTAR LISTRIK DAN TOTAL DISSOLVED SOLID
DI KABUPATEN TANGERANG

SILVIA KUSUMARINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Prediksi Intrusi Air Laut Berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik
dan Total Dissolved Solid di Kabupaten Tangerang
Nama
: Silvia Kusumarini
NIM
: F44090026

Disetujui oleh


Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T
NIP 19620714 198703 1 004

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tugas akhir yang berjudul
“Prediksi Intrusi Air Laut Berdasarkan Nilai Daya Hantar Listrik dan Total
Dissolved Solid di Kabupaten Tangerang” ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 hingga Maret
2013 di daerah Pesisir Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Terima kasih diucapkan kepada Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T
selaku pembimbing, serta Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA; M. Fauzan, ST, MT
dan Bapak Jajang Ruhyana ST yang telah banyak memberi saran. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah (alm), ibu, serta seluruh keluarga, atas
`segala doa dan kasih sayangnya serta semangat yang diberikan. Terimakasih pula
kepada teman-teman SIL 46 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Disadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penelitian
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2013
Silvia Kusumarini

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI



DAFTAR TABEL


vi 

DAFTAR GAMBAR

vi 

DAFTAR LAMPIRAN

vi 

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Perumusan Masalah




Tujuan Penelitian



Ruang Lingkup Penelitian



TINJAUAN PUSTAKA



Kondisi Fisik Lokasi Penelitian



Airtanah




Analisis Regresi Linear



METODE



Waktu dan Tempat



Alat dan Bahan



Prosedur Penelitian




HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai DHL dan TDS Sumur Dangkal dan Sumur Dalam




Pencitraan Zona Intrusi Menggunakan Peta

10 

Korelasi antara Nilai TDS terhadap Jarak Wilayah Pengukuran

14 

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

17 
177 
18 
188
20
310 

DAFTAR TABEL

1
2
3
4

Klasifikasi tingkat keasinan airtanah berdasarkan nilai DHL dan TDS
Klasifikasi jenis air berdasarkan nilai TDS
Hubungan antara nilai R dengan korelasi
Nilai identifikasi TDS daerah pesisir Kabupaten Tangerang






DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Diagram alir penelitian
Kontur sebaran nilai TDS sumur dangkal
Kontur sebaran nilai DHL sumur dangkal
Kontur sebaran nilai TDS sumur dalam
Kontur sebaran nilai DHL sumur dalam
Kontur muka airtanah pada sumur dangkal
Peta zonasi intrusi air laut di Kabupaten tangerang
Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Mekar Baru
Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Kronjo
Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Mauk
Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Paku Haji
Korelasi antara jarak dan TDS (●) Kecamatan Teluk Naga
Korelasi antara jarak dan TDS (●) Kecamatan Sukadiri
Grafik korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Kosambi
Grafik korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Kemiri


10  
11  
11  
12 
12  
13 
14 
14 
15 
15 
16 
16 
17 
17 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Gridding Report pada software Surfer 9.0 data muka air tanah
Peta administrasi Kabupaten Tangerang
Peta tutupan lahan Kabupaten Tangerang
Peta geologi Kabupaten Tangerang
Peta hidrogeologi Serang-Jakarta
Jarak dan panjang pantai desa yang terkena intrusi di Kabupaten Tangerang 
(pada sumur dangkal/akuifer bebas)
Jarak dan panjang pantai desa yang terkena intrusi di Kabupaten Tangerang  
(pada sumur dalam/akuifer tertekan)
Titik pengambilan sampel airtanah dalam dan dangkal

20 
23 
24
25 
26 
27 
28 
29 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah yang memiliki daerah
pantai yang cukup luas dan memiliki beberapa sektor perindustrian serta sebaran
penduduk di sepanjang daerah pesisir. Berdasarkan letaknya yang sebagian besar
berada di daerah pesisir, airtanah pada sistem akuifer merupakan sumberdaya
yang sangat penting untuk digunakan dalam berbagai kegiatan industri/jasa,
fasilitas umum, penduduk/domestik hingga perkantoran. Eksplorasi airtanah yang
berlebihan dapat menyebabkan intrusi air laut.
Intrusi air laut merupakan penyusupan air laut ke dalam aliran airtanah
daratan. Pengambilan airtanah yang berlebihan akan menimbulkan ruang kosong
di bawah tanah yang dapat memungkinkan terjadinya pengisian ruang tersebut
dengan air laut. Beberapa penelitian mengenai intrusi air laut dengan
menggunakan parameter Daya Hantar Listrik (DHL) menurut Indriatmoko dan
Myra (2005), terdapat kaitan antara peningkatan jumlah pengambilan airtanah
dengan pergerakan air asin dalam sistem akuifer. Pemetaan zonasi airtanah asin
telah dilakukan di daerah pantai Kota Semarang dengan pendekatan nilai DHL
airtanah secara langsung (Widada, dkk 2000 dan Nurwidiyanto, dkk 2004). Dalam
pengelolaan air, pemodelan intrusi air laut sangat penting untuk digunakan dalam
mengambil keputusan pengelolaan airtanah dan merencankan tingkat pemompaan
airtanah (Warman dan Notodarmojo 2008).
Menurut Samsuhadi (2009), penurunan kualitas dan muka airtanah dapat
disebabkan oleh ketidak seimbangan kuantitatif isi airtanah. Penyebab paling
dominan adalah keberadaan bangunan dan pengambilang airtanah yang
berpengaruh hingga 17.5%. Pengambilan airtanah berlebih terjadi akibat dari
kurangnya pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum di daerah pesisir. Masalah
keberadaan air payau dapat juga diakibatkan oleh keberadaan air asin di akuifer
sejak ribuan tahun lalu. Pendugaan intrusi dapat ditentukan oleh beberapa
parameter, diantaranya DHL yang menggambarkan kemampuan air untuk
menghantarkan listrik serta berkolerasi langsung dengan nilai Total Dissolved
Solid (TDS) yang menggambarkan kandugan garam-garam mineral secara tidak
langsung. Menurut Canadian Water Quality Guidelines (1987), nilai TDS dapat
diperkirakan dengan mengalikan nilai DHL dengan bilangan 0.55-0.75. Nilai
keasinan airtanah dapat ditentukan menggunakan pendekatan nilai DHL (Irham,
dkk 2006). Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, penelitian ini dilakukan
untuk menentukan prediksi masuknya air laut pada airtanah (intrusi) di
Kabupaten Tangerang dengan pendugaan berdasarkan parameter DHL dan TDS.
Perumusan Masalah
Sumberdaya airtanah merupakan salah satu sumberdaya yang dibutuhkan
oleh masyarakat pesisir. Eksplorasi yang berlebihan dapat mengakibatkan
masuknya air laut menggantikan airtanah dalam akuifer yang kosong (intrusi),
sehingga kualitas airtanah yang dimanfaatkan menurun. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah:

2

1. Bagaimana korelasi antara nilai DHL dan TDS terhadap jarak serta
pengaruh terjadinya intrusi
2. Seberapa jauh terjadinya intrusi air laut di kawasan pantai daerah pesisir
Kabupaten Tangerang
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga batas intrusi air laut berdasarkan
nilai DHL dan TDS di daerah pesisir Kabupaten Tangerang, dengan klasifikasi
zona tawar, agak payau, payau, asin dan brine berdasarkan Keputusan PAHIAA
(1986) dan Klasifikasi Carroll (1962).

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: dilakukan pada airtanah dalam dan
dangkal di daerah pesisir Kabupaten Tangerang dengan membahas pengaruh nilai
DHL dan TDS terhadap jenis kualitas airtanah sehingga pola batasan intrusi pada
aliran airtanah dangkal maupun dalam dapat digambarkan melalui peta zonasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Fisik Lokasi Penelitian
Daerah Pengukuran
Kabupaten Tangerang memiliki luas kurang lebih 959.61 km2 yang berada
diantara Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduk pada tahun
2010 menurut Kemendagri adalah 2 393 897 Jiwa. Menurut BLHD Kabupaten
Tangerang (2012), Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Provinsi
Banten pada koordinat 106°20’-106°44’ BT dan 5°58’-6°21’ LS. Kabupaten
Tangerang termasuk salah satu daerah yang menjadi bagian dari wilayah Provinsi
Banten.
Batas administrasi wilayah Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai
± 51 Km.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan,Kota
Tangerang dan DKI Jakarta
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa
Barat) dan Kabupaten Lebak
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.
Klimatologi
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas
dengan kelembaban yang tinggi. Temperatur udara Kabupaten Tangerang rata-rata

3

berkisar antara 22.8 – 33.9 oC. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas
matahari sekitar 78.3 % dan 59.3 %. Keadaan curah hujan tertingi terjadi pada
bulan Februari sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177.3 mm.
Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 20 hari
(BLHD Kab. Tangerang).
Sumberdaya Lahan
Berdasarkan data dari Dinas Tata Ruang dalam Review RPJMD Kabupaten
Tangerang Tahun 2008 sebagian besar lahan Kabupaten Tangerang merupakan
lahan non bangunan dengan total 74.80 % dari luas wilayah yang terdiri dari
kebun campuran 8.87 %, sawah teknis dan tadah hujan 46.78 %, tegalan 4.21 %,
hutan 1.53 %, lain-lain 19.73 %. Kawasan terbangun didominasi oleh perdesaan
19.04 %, kota 4.68 %, industri dan perdagangan jasa 3.99 %.
Geologi/Geomorfologi
Keadaan topografi Kabupaten Tangerang termasuk ke dalam Zona I yaitu,
daerah pantai di bagian utara dan daerah dataran rendah di bagian selatan.
Ketinggian rata-rata 0-10 meter di atas permukaan laut. Sebagian daerah pesisir
berupa endapan pematang pantai dimana terdiri dari pasir halus/kasar dengan
pemilahan dari pelapukan moluska.
Hidrogeologi
Hidrogeologi adalah suatu studi interaksi antara kerja kerangka batuan dan
airtanah yang dalam prosesnya menyangkut aspek-aspek kimia dan fisika yang
terjadi di dekat atau di bawah permukaan bumi (Kodoatie 1996). Studi yang
dimaksud mencakup ke dalam transportasi massa, material, reaksi kimia,
perubahan temperatur, perubahan topografi, dan lainnya.

Airtanah
Akuifer
Akuifer merupakan lapisan pembawa air yang mempunyai susunan
sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air. Formasiformasi yang berisi dan memancarkan airtanah disebut sebagai akuifer (Linsley
dan Franzini, 1991 dalam Zain 2012). Secara umum akuifer merupakan lapisan
kedap air yang berada pada susunan tanah. Keseimbangan hidrostatis antara
airtanah tawar dan airtanah asin dapat berubah oleh proses alam dan aktivitas
manusia. Pengambilan airtanah secara berlebihan dapat menyebabkan perubahan
kemiringan lapisan antar muka (interface) yang cenderung semakin ke darat
(Indriatmoko dan Myra 2005).
Airtanah
Airtanah adalah semua air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah. Airtanah dapat berasal dari masuknya air hujan, salju,
atau bentuk curahan lain dari permukaan yang mencapai lapisan akuifer
(infiltrasi), sedangkan pergerakannya di dalam akuifer disebut perkolasi. Airtanah

4

pada sistem akuifer subcekung Jakarta sangat berpengaruh terhadap siklus air. Air
hujan menjadi suplai utama pada jumlah airtanah.
Berdasarkan kedalamannya, sumur dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu sumur dangkal (akuifer bebas) dan sumur dalam (akuifer tertekan). Sumur
dangkal bersifat fluktuatif dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kualitasa air
sangat dipengaruhi kondisi lingkungan. Sedangkan pada sumur dalam kuantitas
air bersifat tidak fluktuatif dan tidak terlalu dipengaruhi oleh lingkungan, kualitas
airnya hanya bergantung kepada jenis lapisan tanah yang menyusun akuifer. Akan
tetapi apabila terjadi retakan dinding akuifer pada sumur dalam dapat
mempengaruhi kualitas air pada sumur dalam tersebut.
Pengambilan airtanah dapat merubah tekanan hidrostatik airtanah sehingga
mengalami penurunan. Pengambilan airtanah pada daerah pesisir pantai yang
dilakukan secara berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya intrusi air laut. Pada
umumnya terjadi di daerah pesisir perkotaan, dimana intensitas pengambilan
airtanah cukup besar (Effendi 2003).
Intrusi Air Laut
Menurut Herlambang (2012) intrusi air laut terjadi akibat kekosongan pada
akuifer yang disebabkan oleh pengambilan airtanah yang berlebihan sehingga
menyebabkan perubahan kesetimbangan hidrolik antara tekanan air laut dan air
tawar, yang menyebabkan masuknya air laut ke arah akuifer darat. Secara umum
penurunan tekanan air tawar yang relatif terhadap tekanan air laut dapat
diakibatkan oleh:
a.
b.
c.
d.

Pengambilan airtanah yang berlebihan
Suplai airtanah dari pegunungan yang berkurang
Naiknya muka air laut
Volume pengisian (recharge) yang tidak sesuai dengan pengambilan airtanah.

Daya Hantar Listrik (DHL)
Perbedaan antara airtanah dan air laut adalah keberadaan ion klorida (Cl),
dimana air laut yang terbentuk dari beberapa ion utama seperti sodium (Na),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfat (SO4) bereaksi dengan Cl sehingga
menyebabkan air bersifat asin. Keberadaan ion-ion bebas ini dapat mempengaruhi
sifat kelistrikan dari air laut.
Daya Hantar Listrik merupakan sifat menghantarkan listrik. Menurut
Effendi (2003), DHL merupakan gambaran numerik dari kemampuan air untuk
meneruskan aliran listrik. Sehingga dapat menggambarkan nilai garam-garam
terlarut yang dapat menggambarkan nilai keasinan suatu air. Konduktivitas
dinyatakan dalam satuan µmhos/cm yang setara dengan µsiemens/cm. Air suling
memiliki nilai DHL 1 µmhos/cm sedangkan perairan alami memiliki nilai DHL
±20-1500 µmhos/cm. Hubungan antara nilai DHL dan kualitas air menurut
Keputusan Panitia Ad Hoc Intrusi Air Asin (PAHIAA) 1986 (Sihwanto 1991)
dijelaskan pada Tabel 1.

5

Tabel 1 Klasifikasi tingkat keasinan airtanah berdasarkan nilai DHL dan TDS
Kualitas

TDS (mg/L)

Tawar
Agak Payau
Payau
Asin
Brine

35000

DHL (µmhos/cm)

Cl-(mg/L)

50000

< 500
500-2000
2000-5000
5000-19000
>19000

(PAHIAA, 1986 dalam Widada, 2007).

Total Dissolved Solid (TDS)
Total Dissolved Solid merupakan jumlah garam terlarut yang terkandung di
dalam air (Susiloputri 2009). Hal ini disebabkan oleh bahan anorganik yang
berupa ion-ion padatan yang terdapat di perairan dan dinyatakan dalam satuan
mg/L atau ppm. Hubungan antara nilai TDS dan klasifikasi air menurut Carroll
(1962) tertera pada Tabel 2. Nilai TDS dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:

TDS = 0.64 × EC
Hem (1959) dalam Pradhan and Pirasteh (2011)

Ket: TDS = Total Dissolved Solid (ppm)
EC = DHL (µmhos/cm)
Tabel 2 Klasifikasi jenis air berdasarkan nilai TDS
Klasifikasi
Total Dissolved Solid (mg/L)
Fresh Water
Brackish Water
Saline Water
Brine

0-1000
1000-10000
10000-100000
>100000

Carroll (1962) dalam Todd (1980)

Analisis Regresi Linear
Analisis regresi linear merupakan model matematika yang sederhana dan
menggambarkan hubungan peubah bebas dan terikat. Analisis memiliki pangkat
paling tinggi satu dengan bentuk pada persamaan (2) dimana a dan b merupakan
konstanta/parameter.
y = ax + b ...........................................................................................................(2)
Linear yang digambarkan pada analisis ini berupa garis linear dengan nilai
R sebagai koefisien regresi. Koefisien regresi diperoleh dengan menarik nilai akar

6

dari R2 yang diperoleh. Analisis regresi adalah cara analisis data yang
menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang diketahui,
berdasarkan besarnya nilai R yang diperoleh. Pengelompokkan nilai R dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hubungan antara nilai R dengan korelasi

Nilai Kofisien R

Korelasi

0.0 - 0.199
0.20 - 0.399
0.40 - 0.599
0.60 - 0.799
0.80 - 1.000

Sangat rendah
Rendah
Cukup
Kuat
Sangat kuat

Sumber: Sudjana (1982) dalam Anggraeni (2008)

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian “Zonasi Sebaran Total Dissolve Solid (TDS), Daya Hantar Listrik
(DHL), dan Prediksi Instrusi Air Laut di Kabupaten Tangerang” dilaksanakan
pada bulan Oktober–Maret 2013. Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah
pesisir Kabupaten Tangerang yang meliputi 8 kecamatan dengan 60 titik sampel
sumur.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Electrical Conductivity (EC) meter TOA CM-14P
2. GPS (Global Positioning System) Garmin 60i
3. Kabel yang dihubungkan dengan avometer
4. Multi meter merek WTW Multi 3401
5. Intelgent Meter merek Lutron YK-2001PH
6. Alat tulis
7. Kalkulator
8. Seperangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak
Microsoft Office, Surfer 9.0 dan ArcGIS.
9. Sampel airtanah sumur dangkal dan sumur dalam warga daerah pesisir
Kabupaten Tangerang
10. Peta administrasi, topografi, tataguna lahan/tutupan lahan, dan geologi.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua kali pengukuran nilai DHL dan analisis
nilai kandungan DHL yang dikorelasikan dengan nilai TDS.

7

a. Tahap Evaluasi dan Koordinasi
Sebelum dilakukan pengukuran dilapangan, dilakukan evaluasi dan
koordinasi terhadap wilayah pesisir. Penentuan jumlah titik dan letak kecamatan
yang akan diukur nilai Daya Hantar Listrik berdasarkan peta administrasi yang
telah diperoleh, sehingga pengukuran nilai DHL dapat mencakup sebaran intrusi
di daerah pesisir.
b. Pengukuran nilai DHL dan kedalaman muka airtanah
Pengukuran nilai DHL dilakukan melalui penentuan titik pengambilan
sampel menggunkan GPS yang kemudian dicatat. Mengukur kedalaman sumur
dangkal diukur menggunakan avometer-kabel, sedangkan pada sumur dalam
dilakukan wawancara dengan masyarakat. Airtanah yang diambil diukur
menggunakan EC meter TOA CM-14P selama tiga kali pengulangan untuk
mendapatkan nilai rataan DHL sumur tersebut.
c. Verifikasi nilai Daya Hantar Listrik menjadi nilai Total Dissolved Solid
Verifikasi data dilakukan untuk mengetahui nilai konstan hubungan antara
DHL dan TDS. Verifikasi data dilakukan dengan menggunakan akuades netral
yang kemudian ditambahkan dengan NaCl (garam dapur) dengan dosis sesuai
nilai DHL di lapangan. Mengukur nilai TDS menggunakan Intelegentmeter
Lutron YK-2001PH. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan
dengan menggunakan 15 titik. Hasil pengukuran kemudian diplotkan pada MS.
Excell yang kemudian diperoleh persamaan y = ax + b. Konstanta yang diambil
adalah nilai a dimana nilai a menggambarkan hubungan antara nilai DHL dan
TDS.
d. Pengolahan Data
Data nilai Daya Hantar Listrik yang telah diperoleh kemudian diolah untuk
memperoleh nilai TDS (Total Dissolved Solid). Data DHL kemudian diolah
menggunakan persamaan 1.
TDS = DHL × 1000 × 0.68 ........................................................................... (1)
e. Analisis nilai Daya Hantar Listrik dan Total Dissolved Solid
Mengacu pada Keputusan Panitia Ad Hoc Intrusi Air Asin (PAHIAA) 1986
dan Pradhan and Pirasteh (2011) serta Klasifikasi Carrol 1962, analisis data yang
digunakan berdasarkan nilai DHL dan TDS. Kemudian penyelarasan hasil dari
plotting data koordinat dan niali DHL menggunakan Surfer 9.0. Gambaran umum
zona batasan intrusi terlihat melalui peta yang dibuat menggunakan perangkat
lunak ArcGIS. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

8

Mulai

Pengumpulan data
• Sekunder: peta adminstrasi,
hidrologi, topografi, lahan
• Primer: MAT, DHL, TDS

Analisis data menggunakan:
• Keputusan PAHIAA 1986
• Klasifikasi Carroll (1962)

• Pembuatan kontur DHL TDS sumur dangkal dan dalam
menggunakan Surfer 9.0
• Pembuatan kontur MAT menggunakan Surfer 9.0

Pembuatan peta batas
intrusi menggunakan

Penentuan korelasi nilai TDS
terhadap jarak dari tepi pantai

Selesai
Gambar 1. Diagram alir penelitian

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai DHL dan TDS Sumur Dangkal dan Sumur Dalam
Pengukuran Nilai DHL dan TDS
Pengukuran nilai DHL dilakukan pada 60 titik di wilayah pesisir Kabupaten
Tangerang yang terbagi menjadi 47 titik sumur dangkal dan 13 titik sumur dalam.
Gambaran titik lokasi sampeling dapat dilihat pada Lampiran 5. Terdapat nilai
DHL yang berada dibawah baku mutu menurut Keputusan PAHIAA 1986 tentang
klasifikasi kualitas airtanah. Terdapat beberapa nilai DHL sumur dalam yang tidak
sesuai dengan teori yang ada, yaitu semakin jauh suatu wilayah maka intrusi yang
terjadi akan semakin kecil. Hal ini dapat diakibatkan oleh letak topografi daerah
pengukuran yang dipengaruhi keberadaan sungai. Hasil pengukuran dapat pula
dipengaruhi oleh keadaan pasang surut air laut pada saat pengukuran. Desa
Pagedangan Ilir merupakan daerah yang berada ±4 km dari tepi pantai memiliki
sumur dalam dengan nilai TDS cukup tinggi. Hal ini dapat diakibatkan oleh
intrusi air laut yang terjadi melalui Sungai Cimanceuri. Hasil identifikasi nilai
TDS pada daerah pesisir Kabupeten Tangerang disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4 Nilai identifikasi TDS daerah pesisir Kabupaten Tangerang

Kecamatan
Mekar Baru
Kronjo
Kemiri
Mauk
Sukadiri
Paku Haji
Teluk Naga
Kosambi

Nilai TDS (mg/L)
Sumur Dangkal
Sumur Dalam
1052-1359
577-1179
643-1359
579-1359
205-1244
436-1359
173-1359
464-1238

301-967
252-1359
464
1074
632
-

Desa Jenggot (Kecamatan Mekar Baru) merupakan daerah bukan pesisir
yang berada pada radius ±3 km memiliki sumur akuifer bebas yang memiliki
kategori air agak payau diakibatkan intrusi yang terjadi melalui Sungai Cidurian.
Sedangkan pada daerah Salembaran Jaya dan Salembaran Jati (Kecamatan
Kosambi) yang berada ±5 km dari tepi pantai beberapa daerah telah mengalami
intrusi yang dapat diakibatkan oleh letaknya yang berada diapit oleh dua cabang
Sungai Tahang yang menjadi jalur masuknya intrusi air laut. Gambaran
penggunaan lahan dapat dilihat pada Lampiran 2. Eksploitasi airtanah yang
dilakukan secara berlebihan (penggunaan sumur bor) khususnya pada daerah
berpantai atau pesisir dapat menyebabkan suatu persoalan dimana air laut akan
masuk dan terpenetrasi pada daerah pedalaman (Suhartanto, dkk 2006).
Pengukuran dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2012 dengan
kondisi curah hujan yang lebih tinggi, sehingga nilai DHL sumur dangkal lebih
kecil karena bercampur dengan air hujan yang turun. Desa Pulo Cangkir
merupakan daerah yang berdekatan dengan tepi pantai, akan tetapi airtanah yang

10

digunakan oleh warga rata-rata tidak asin. Hal ini dapat diakibatkan oleh airtanah
yang berasal dari lapisan deposit pasir memiliki kandungan karbondioksida yang
tinggi, sehingga nilai TDS yang terkandung dapat tereduksi. Nilai TDS yang kecil
ini mengindikasikan salinitas yang rendah pula (Effendi 2003). Data pengukuran
DHL dan TDS pada sumur dangkal serta jarak dan panjang pantai secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 6, sedangkan Pengukuran nilai DHL dan TDS pada
sumur dalam serta jarak dan panjan pantai dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pencitraan Zona Intrusi Menggunakan Peta
Hasil sebaran TDS dan DHL sumur dangkal dapat terlihat pada Gambar 2
dan Gambar 3, sedangkan sumur dalam disajikan pada Gambar 4 dan 5. Gambar
tersebut menggambarkan besarnya nilai TDS dan DHL pada masing masing desa.
Kontur yang memiliki nilai DHL dan TDS yang tinggi ditandai dengan puncak
yang berbentuk bukit dan warna yang berbeda setelah dilakukan klasifikasi
kategori air.
Pembuatan kontur nilai DHL dan TDS pada sumur dangkal dan dalam ini
menggunakan perangkat lunak Surfer 9.0. Proses plot data dalam perangkat lunak
ini menggunakan koordinat lintang dan bujur berdasarkan nilai TDS dan DHL.
Penurunan muka airtanah dapat pula menjadi salah satu parameter yang
menggambarkan penurunan kualitas airtanah.

Gambar 2 Kontur sebaran nilai DHL pada sumur dangkal

11

Gambar 3 Kontur sebaran nilai TDS pada sumur dangkal
Kajian mengenai penurunan kualitas airtanah ini dibahas dalam Kepmen
ESDM Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pemerintah di
Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Kriteria mengenai kerusakan airtanah
dibedakan menjadi empat, yaitu: aman (penurunan < 40%), rawan (penurunan 4060%), kritis (penurunan 60-80%), dan rusak (penurunan > 80%). Berdasarkan
klasifkasi ini maka keadaan penurunan muka airtanah di wilayah pesisir
Kabupaten Tangerang tergolong dalam kondisi rawan yang ditandai dengan
penurunan kualitas air berdasarkan nilai DHL dan TDS di setiap kedalaman muka
airtanah. Kontur muka airtanah dapat terlihat pada Gambar 6.

Gambar 4 Kontur sebaran nilai DHL pada sumur dalam

12

Gambar 5 Kontur sebaran nilai TDS pada sumur dalam
Sumur dangkal pada titik pengukuran memiliki rentang antara 0.5 hingga 20
meter. Menurut Sriyono dkk (2012) ini termasuk ke dalam kategori sumur
dangkal yang baik. Apabila berdasarkan nilai DHL, keadaan airtanah ini tidak
layak untuk dijadikan sebagai air minum.
Secara menyeluruh, dapat dibuat zona batas intrusi yang berdasarkan
sebaran nilai DHL maupun TDS di lapangan. Berdasarkan peta zona intrusi yang
digambarkan pada Gambar 7, dapat terlihat bahwa daerah pesisir Kabupaten
Tangerang secara umumnya telah terkena intrusi. Beberapa daerah yang bukan
daerah pesisir yang terkena intrusi seperti Kecamatan Kemiri dan Kosambi
diakibatkan oleh keberadaan sungai yang terletak dengan wilayah tersebut.

Gambar 6 Kontur muka airtanah pada sumur dangkal

13

 

Gambar 7 Peta zona intrusi air laut di KabuptenTangerang

14

Korelasi antara Nilai TDS terhadap Jarak Wilayah Pengukuran
Nilai keseragaman hasil pengukuran nilai TDS yang telah dikonversi
terhadap jarak dibagi menjadi kedalam delapan kecamatan berdasarkan korelasi
kesesuaian gejala intrusi terhadap jarak wilayah dengan tepi pantai dengan
menggunakan perhitungan regresi. Pada Gambar 8 ditunjukkan hubungan antara
jarak terhadap nilai TDS pada Kecamatan Mekar Baru. Pada Gambar 8 diperoleh
persamaan y = -3.7165 + 13119 dengan nilai regresi diperoleh sebesar R2 0.94
sehingga diperoleh hasil R = 0.97 dimana nilai tersebut menggambarkan korelasi
jarak terhadap waktu yang sangat kuat. Nilai minus pada x menunjukkan
kemiringan slope yang menurun. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa pengukuran pada Kecamatan Mekar Baru sesuai dengan teori semakin jauh
letak wilayah dari tepi pantai, maka semakin kecil kemungkinan terjadi intrusi dan
semakin dekat suatu wilayah dengan tepi pantai, maka akan semakin besar
kemungkinan wilayah tersebut terkena intrusi.

Gambar 8 Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Mekar Baru

Gambar 9 Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) di Kecamatan Kronjo

15

Pada grafik korelasi pada Kecamatan Kronjo yang ditampilkan pada
Gambar 9 diperoleh persamaan y = -0.26 + 2210.2 dengan nilai R2 sebesar 0.64
sehingga diperoleh nilai R sebesar 0.8 masuk kedalam kategori korelasi sangat
kuat. Pada analisis korelasi jarak dan nilai TDS pada Kecamatan Mauk, Paku Haji
dan Teluk Naga memiliki nilai koefisien korelasi sangat kuat, dengan nilai R
berturut-turut sebesar 0.93; 0.66; dan 0.65.
Secara rinci nilai persamaan Kecamatan Mauk, Paku Haji, dan Teluk Naga
berturut-turut disajikan dalam Gambar 10 – Gambar 12 dengan korelasi antara
jarak dan nilai TDS dilambangkan dengan (●).

Gambar 10 Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) di Kecamatan Mauk
Kecamatan Sukadiri memiliki nilai R sebesar 0.57 (Gambar 13) dengan kategori
korelasi cukup, Kecamatan Kosambi memiliki nilai R sebesar 0.32 dengan
kategori rendah, dan Kecamatan Kemiri memiliki nilai R sebesar 0.10 dengan
kategori korelasi sangat rendah.

Gambar 11 Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Paku Haji

16

Gambar 12 Korelasi antara jarak dan nilai TDS  ●  Kecamatan Teluk Naga

Nilai korelasi yang sangat rendah pada Kecamatan Kemiri dapat diakibatkan
oleh pengaruh keberadaan Sungai Cimanceuri yang menjadi jalur penyusupan air
laut ke dalam akuifer dangkal. Pada Kecamatan Kosambi yang memiliki kategori
relasi cukup, diakibatkan oleh pengaruh keberadaan Sungai Tahang, sehingga
jarak tidak mempengaruhi nilai TDS. Grafik hubungan antara jarak dan nilai TDS
Kecamatan Kosambi dan Kecamatan Kemiri secara berturut-turut disajikan pada
Gambar 14 dan Gambar 15. Berdasarkan nilai regresi yang diperoleh kedua
Kecamatan tersebut memiliki pola intrusi air laut yang dipengaruhi oleh
keberadaaan sungai. Pendugaan pola intrusi air laut tidak hanya dilihat dari jarak
suatu wilayah dengan tepi pantai, namun keberadaan lintasan sungai pada wilayah
tersebut dapat mempengaruhi pola intrusi air laut.

Gambar 13 Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Sukadiri

17

 

Gambar 14 Korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Kosambi

Gambar 15 Grafik korelasi antara jarak dan nilai TDS (●) Kecamatan Kemiri.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
• Kabupaten Tangerang yang berada dalam radius 0.095 km hingga 5
km dari pesisir pantai termasuk klasifikasi air agak payau menurut
PAHIAA, sedangkan berdasarkan Klasifikasi Carroll (1962), nilai
TDS pada radius tersebut termasuk ke dalam jenis air payau.
• Prediksi masuknya airtanah berdasarkan analisis korelasi antara jarak
dan nilai TDS saling berkorelasi, akan tetapi lintasan sungai pada
suatu daerah dapat mempengaruhi masuknya air laut ke dalam aliran
airtanah. Prediksi ini dapat ditampilkan dalam peta prediksi intrusi.

18

Saran




Pengendalian intrusi air laut perlu dilakukan dengan melibatkan
semua pihak, baik pemerintah maupun peran serta masyarakat secara
langsung
Pada proses pengambilan data sebaiknya memperhitungkan waktu
pasang dan surut air laut, sehingga dapat diperoleh hasil pengukuran
yang lebih akurat
Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai peraturan pembagian
klasifikasi jenis air berdasarkan nilai DHL dan TDS dengan
menggunakan peraturan terbaru.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, M. 2008 . Kajian Penggunaan Poly Alumunium Chloride (PAC)
Dalam Proses Pemurnian Nira Aren dan Lama Pemurnian Terhadap
Karateristik Nira Aren (Arenga pinnata Merr)(skripsi).Bandung (ID)
Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
[BLHD] Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tangerang. 2012 . Kajian
Identifikasi Kerusakan Lingkungan atau Permasalahan Pantai dan Muara di
Kabupaten Tangerang. Tangerang (ID): BLHD Tangerang
Canadian Council of Resource and Environment Minister. 1987 . Canadian Water
Quality. Ontario [CA]: Canadian Council of Resource and Environment
Minister.
Effendi, H. 2003 . Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Herlambang A, Indriatmoko RH. 2005. Pengelolaan Airtanah dan Intrusi Air
Laut. Jurnal Air 1ndonesia BPPT 1(1):88-98
Indriatmoko RH, Myra EJ. 2005 . Evaluasi Kandungan Klorida (Cl-) dan Daya
Hantar Listrik (DHL) Airtanah pada Sistem Akuifer Jakarta Perioda 19902000. Jurnal Air 1ndonesia BPPT (2):211-225
Irham MN, Achmad RT, Widodo S. 2006 . Pemetaan Sebaran Air Tanah Asin
pada Aquifer Dalam di Wilayah Semarang Bawah. Jurnal Fisika
ISSN:1410-9662. 9(3):137-14.
Kodoatie RK. 1996. Penghantar Hidrogeologi. Jogjakarta (ID): Penerbit Andi.

19

Pradhan B dan Pirasteh S. 2011. Hydro-Chemical Analysis of the Ground Water
of the Basaltic Catchments: Upper Bhatsai Region, Maharastra. The Open
Hydrology Journal, 2011, 5, 51-57.
Samsuhadi. 2009. Pemanfaatan Airtanah Jakarta. Jurnal Air 1ndonesia BPPT
5(1):9-22
Sihwanto, Satriyo. 1991. Metode Penentuan Penyebab Keasinan Air Tanah :
Studi Kasus Daerah Dataran Pantai Dumai, Riau[Kumpulan Makalah Ikatan
Ahli Geologi Indonesia]. Bandung(ID). Hal 26-40.
Sriyono, Qudus N, Setyowati DL. 2012 . Model Spasial Ketersediaan Airtanah
dan Intrusi Air Laut Untuk Penentuan Zona Konservasi Airtanah [jurnal
skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Susiloputri S, Farida SNQ. 2009 . Pemanfaatan Air Tanah untuk Memenuhi Air
Irigasi di Kabupaten Kudus Jawa Tengah [skripsi]. Semarang (ID): Jurusan
Teknik Sipil, Universitas Diponegoro.
Todd DK.1980. Groundwater Hydrology 2nd Edition. California (US): Jhon
Willey & Sons.
Warman H, Notodarmojo S. 2008 . Pemodelan Intrusi Air Laut pada Akifer
Dangkal Menggunakan Aplikasi HST3D (skripsi). Bandung (ID): Jurusan
Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Widada S. 2007 . Gejala Intrusi Air Laut di Daerah Pantai Kota Pekalongan.
Jurnal Ilmu Kelautan ISSN 0853-7291. 12(1): 45-52.
Zain AHMK. 2012 .Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Airtanah dan Prediksi
Intrusi Air Laut di Kota Tangerang Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.

20

Lampiran 1 Gridding Report pada software Surfer 9.0 data muka air tanah
——————————
Gridding Report
——————————
Sat Jun 22 03:50:20 2013
Elasped time for gridding: 0.02 seconds
Data Source
Source Data File Name:
D:\Kerjaan\DATA PEMANTAUAN SUMUR
KABUPATEN TANGERANG\data excel\MAT.xlsx (sheet 'Sheet1')
X Column:
D
Y Column:
E
Z Column:
F
Data Counts
Active Data: 44
Original Data: 44
Excluded Data:
Deleted Duplicates:
Retained Duplicates:
Artificial Data:
Superseded Data:

0
0
0
0
0

Inter-Variable Covariance
——————————————————————————————
X
Y
Z
——————————————————————————————
X:
0.0063078551
0.00027240614
-0.031066634
Y:
0.00027240614
0.00037048464
-0.0051908592
Z:
-0.031066634
-0.0051908592
0.96517442
——————————————————————————————
Inter-Variable Correlation
————————————
X
Y
Z
————————————
X:
1.000 0.178 -0.398
Y:
0.178 1.000 -0.275
Z:
-0.398 -0.275 1.000
————————————
Inter-Variable Rank Correlation
————————————
X
Y
Z
————————————
X:
1.000 0.041 -0.382
Y:
0.041 1.000 -0.308
Z:
-0.382 -0.308 1.000

21

Principal Component Analysis
—————————————————————————————————
PC1
PC2
PC3
—————————————————————————————————
X:
0.999252057501
0.999252057501
-0.0211871585663
Y:
0.0210238356355
0.0210238356355
0.999764495481
Z:
0.0324549520779
0.0324549520779
0.999764495481
Lambda:
0.966207866028
0.00530456558262 0.000340326724915
—————————————————————————————————
Planar Regression: Z = AX+BY+C
Fitted Parameters
—————————————————————————————————
A
B
C
—————————————————————————————————
Parameter Value:
-4.46167355163
-10.7304635868 413.042689418
Standard Error:
1.75453982002
7.23967350307
199.542816651
—————————————————————————————————
Inter-Parameter Correlations
————————————————
A
B
C
————————————————
A:
1.000 -0.178 -0.976
B:
-0.178 1.000 0.386
C:
-0.976 0.386 1.000
————————————————
ANOVA Table
—————————————————————————
Source
df
Sum of Squares
Mean Square F
Regression:

2

8.35530876809
4.17765438405
5.16737085044
Residual:
41
33.1471912319
0.808468078827
Total:
43
41.5025
—————————————————————————
Coefficient of Multiple Determination (R^2): 0.201320613652
Complete Spatial Randomness
Lambda:
Clark and Evans:
Skellam:

2176.14701082
0.436113558138
32.9789578725

22

Gridding Rules
Gridding Method:
Kriging
Kriging Type: Point
Polynomial Drift Order:
Kriging std. deviation grid:

0
no

Semi-Variogram Model
Component Type:
Linear
Anisotropy Angle:
0
Anisotropy Ratio:
1
Variogram Slope:
1
Search Parameters
No Search (use all data):

true

Output Grid
Grid File Name:
D:\Kerjaan\DATA PEMANTAUAN SUMUR
KABUPATEN TANGERANG\data excel\MAT.grd
Grid Size:
26 rows x 100 columns
Total Nodes: 2600
Filled Nodes: 2600
Blanked Nodes:
0
Blank Value: 1.70141E+038
Grid Geometry
X Minimum: 106.4222222
X Maximum: 106.7062223
X Spacing:
0.0028686878787879
Y Minimum: -6.08925
Y Maximum: -6.018055555
Y Spacing:
0.0028477778

14

Lampiran 2 Peta administrasi Kabupaten Tangerang

23

Sumber: BLHD Kab. Tangerang

14
Lampiran 3 Peta tutupan lahan Kabupaten Tangerang
24

Sumber: BLHD Kab. Tangerang

14

Lampiran 4 Peta geologi Kabupaten Tangerang

25

Sumber: BLHD Kab. Tangerang

14

Sumber: BLHD Kab. Tangerang

26

Lampiran 5 Peta hidrogeologi Serang-Jakarta

27

Lampiran 6 Jarak dan panjang pantai desa yang terkena intrusi di Kabupaten
Tangerang (pada sumur dangkal/akuifer bebas)
Koordinat
No

Kecamatan

Desa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

Mekar Baru
Kronjo
Kronjo
Kronjo
Kemiri
Kemiri
Kemiri
Mauk
Mauk
Mauk
Mauk
Mauk
Sukadiri
Sukadiri
Sukadiri
Sukadiri
Sukadiri
Sukadiri
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Paku Haji
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Teluk Naga
Kosambi
Kosambi
Kosambi
Kosambi

Jenggot
Pagedangan Ilir
Pasilian
Pasilian
Lontar
Lontar
Lontar
Mauk Barat
Marga Mulya
Marga Mulya
Marga Mulya
Tanjung Anom
Karang Serang
Karang Serang
Karang Serang
Sukadiri
Sukadiri
Sukadiri
Suryabahari
Sukawali
Sukawali
Kramat
Kramat
Kramat
Kohod
Kohod
Kohod
Kohod
Kohod
Tanjung Burung
Tanjung Burung
Tanjung Burung
Tanjung Pasir
Tanjung Pasir
Tanjung Pasir
Tanjung Pasir
Lemo
Lemo
Lemo
Lemo
Muara
Muara
Muara
Salembaran Jaya
Salembaran Jaya
Dadap
Dadap

Keterangan:

Bujur Timur
106˚22'49"
106˚26'19"
106˚25'20"
106˚25'24"
106˚26'50"
106˚26'54"
106˚26'53"
106˚30'30"
106˚31'49"
106˚31'34"
106˚31'22"
106˚32'18"
106°34''02"
106°34'03"
106°34'02"
106˚33'29"
106˚33'25"
106˚33'26"
106o 34' 27"
106˚34'55"
106˚34'56"
106˚35'52"
106˚35'57"
106˚35'58"
106o 36' 37"
106o 38' 51"
106o 37' 50"
106o 37' 50"
106o 37' 49"
106°37''54"
106°37'53"
106°37'54"
106°40'15"
106°40'15"
106°40'16"
106°40'16"
106°40'27"
106°40'08"
106°40'13"
106°40'30"
106°40''53"
106°41'06"
106°41'33"
106°40'00"
106°40'02"
106°42''18"
106°42'22"
Zona Intrusi
Sedang

Lintang
Selatan
06°02'11"
06°04'14"
06°04'23"
06°04'16"
06°04'33"
06°04'35"
06°04'35"
06°03'26"
06°01'55"
06°02' 00"
06°02'20"
06°01'05"
06°02'11"
06°02'12"
06°02'11"
06°03'00"
06°03'01"
06°03'02"
06° 02' 15"
06°02'16"
06°02'16"
06°02'49"
06°02'45"
06°02'49"
06° 03' 12"
06°02' 50"
06° 02' 48"
06°02' 49"
06° 02' 51"
06°02'19"
06°02'17"
06°02'15"
06°01'11"
06°01'10"
06°01'11"
06°01'12"
06°02'30"
06°02'47"
06°02'36"
06°02'33"
06°02'17"
06°02'12"
06°02'04"
06°04'38"
06°04'40"
06°05'15"
06°05'21"

Nilai
DHL
1999
1734
1267
1721
1366
1038
1303
1286
851
1173
732
1999
1830
1823
1568
1330
338
1155
1999
1999
1999
1646
1999
1999
1999
731
930
1159
839
1345
860
255
1783
1765
1999
1607
514
687
663
714
688
1999
1999
1564
1821
1539
1600

TDS
1359
1179
862
1170
929
706
886
874
579
798
498
1359
1244
1240
1066
904
230
785
1359
1359
1359
1119
1359
1359
1359
497
632
788
571
915
585
173
1212
1200
1359
1093
350
467
451
486
468
1359
1359
1064
1238
1047
1088

jarak (m)
dari
panjang
pantai
pantai
3425
0
3993.62 1385.06
5017.09
0
3456.63
0
4475.06 1224.02
4442.23 1224.02
2670.18 1224.02
2014.09
718.28
882.26 2593.61
612.72 2593.61
998.22 2593.61
365.91 1851.45
1261.85 2405.87
1235.48 2405.87
1148.32 2405.87
2441.25 2405.87
2420.65 2405.87
2556.48 2405.87
623.39
830.07
665.27 1179.38
662.71 1179.38
2136.41 2441.98
2050.15 2441.98
2188.05 2441.98
3127 2619.35
3569.39 2619.35
3750.14 2619.35
3832.06 2619.35
3877.61 2619.35
2790.56 2551.07
2688.08 2551.07
2606.27 2551.07
102.15
5184.3
99.68
5184.3
118.59
5184.3
95.78
5184.3
2847.94 2269.94
3591.68 2269.94
2804.33 2269.94
2907.58 2269.94
2034.44
2348.6
1688.38
2348.6
1028.83
2348.6
5099.07 1544.76
5044.05 1544.76
1712.93
1727.4
1788.61
1727.4

28

Lampiran 7 Jarak dan panjang pantai desa yang terkena intrusi di Kabupaten
Tangerang (pada sumur dalam/akuifer tertekan)
Koordinat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kecamatan
Sukadiri
Kronjo
Kronjo
Mauk
Kronjo
Kronjo
Kronjo
Mekar Baru
Mekar Baru
Mekar Baru
Mekar Baru
Mekar Baru
Keterangan

Desa
Karang Serang
Kronjo
Pasilian
Mauk Barat
Pagedangan Ilir
Pagedangan Ilir
Pagedangan Ilir
Jenggot
Jenggot
Jenggot
Jenggot
Jenggot

Nilai

Bujur
Timur

Lintang
Selatan

DHL

106o33’25"
106˚25'38"
106˚25'19"
106˚30'37"
106˚26'20"
106˚25'57"
106˚25'43"
106˚22'47"
106˚22'48"
106˚22'53"
106˚22'52"
106˚22'47"

06o 01' 39"
06˚03'14"
06˚04'35"
06˚03'24"
06˚04'15"
06˚03'50"
06˚03'34"
06˚02'27"
06˚02'30"
06˚02'22"
06˚02'18"
06˚02'09"

1579
371
1118
682
1999
637
1407
713
789
442
481
1422

Zona Intrusi Sedang

Jarak (m)

TDS

dari
pantai

panjang
pantai

1074
252
760
464
1359
433
957
485
537
301
327
967

4453.15
2400.87
5328.09
1958.19
4230.3
3517.79
3362.18
3692.21
3763.61
3451.65
3422.82
3360.37

2405.87
2078.25
0
718.28
1385.06
1385.06
1385.06
0
0
0
0
0

32

Lampiran 8 Titik pengambilan sampel airtanah dangkal dan dalam

29

31

30

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Merauke, Papua pada
tanggal 09 Februari 1991 dari ayah Wenia Tappy (Alm) dan
ibu Kasni Sueb. Penulis adalah putri pertama dari empat
bersaudara, kakak dari Khairuddin Bagus, Sitty
Nurindaharry, dan Ade Khairina. Pada tahun 2006 penulis
lulus dari SMP N 2 Merauke dan diterima di SMAN 1
Merauke. Penulis lulus dari SMA pada tahun 2009 dan pada
tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik
Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota UKM
Futsal Perempuan IPB dan pernah mengikuti Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa
BPWC Cirata pada tahun 2012. Penulis juga pernah aktif pada beberapa
kepanitian pada tahun 2010-2012. Pada tahun 2011-2012 penulis menjadi Badan
Pengawas Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL)
dan tahun 2011-2012 menjadi anggota Departemen Komunikasi dan Jurnalistik di
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian.