Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Trsuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai

(1)

ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL

DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT

TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR

BADAN AIR KHUSUSNYA AIR SUNGAI

TUGAS AKHIR

OLEH:

ASRI SARASWATY

NIM 112410063

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT TRSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED

SOLID) PADA AIR BADAN AIR KHUSUSNYA AIR SUNGAI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ASRI SARASWATY

NIM 112410063

Medan, Juni 2014

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

NIP 195112231980032002

Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt.

Disahkan Oleh: Dekan,

NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir berjudul Analisi Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Soid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapar menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bimbingan dan dukungan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silahahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.


(4)

4. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan dan Staf Laboratorium Kimia di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Medan.

5. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal akademis setiap semester.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Sahabat-sahabatku Anggun, Dini, Kiki, Alfia, Dian Sally, Dwi, Syilvi, Yaya, Irma, Sakinah, Uci, Liza, Ola, Zahra yang telah memberikan semangat dan dukungan.

8. Teman-teman mahasiswa Analisa Farmasi dan Makanan stambuk 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Teristimewa, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Suhariono dan Ibunda Yusnawati Damanik yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta dari kecil hingga saat ini, memberikan motivasi dan restu rasa materi yang tak ternilai harganya dengan apapun beserta adik-adikku, Afif Fiqri Naufal dan Annisa Fadiah dan yang selalu memberikan dukungannya Alfi Bayu Rabani.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang


(5)

sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Juni 2014 Penulis,

Asri Saraswaty NIM 112410063


(6)

Analisa Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Total Zat Paat Tersuspensi (Total Suspended Solid) pada Air Badan Air Khususnya Air

Sungai Abstrak

Total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yang terdapat pada air sungai, sedangkan total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan ini untuk mengetahui apakah air sungai yang dianalisis memenuhi standarisasi, sesuai dengan baku mutu PP Nomor 82 Tahun 2001.

Analisis total zat padat terlarut dilakukan dengan meggunakan TDS meter. Sedangkan analisis total zat padat tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

Hasil analisis total zat padat terlarut adalah 4 mg/l dan 2 mg/l dan hasil analisis total zat padat tersuspensi adalah 12 mg/l dan 27,66 mg/l, hasil yang diperoleh memenuhi syarat baku mutu PP Nomor 82 Tahun 2001.


(7)

Analysis of Total Dissolved Solids (Total Dissolved Solid) and Total Suspended Solids (Total Suspended Solid) Body Water Particularly in River

Water Abstrac

Total dissolved solids ( Total Dissolved Solid ) is a measure of the solute( both organic and inorganic , for example : salt , etc.) contained in the river water. The total suspended solids (Total Suspended Solid) are solids that are in suspension , can be distinguished according to their size as suspended colloidal particles (colloidal particles) and particles suspended regular (suspended particles). The purpose of to determine whether the water meets the river that were analyzed in accordance with the quality standards established by PP No. 82 of 2001.

Analysis of total dissolved solids is done by using a TDS meter . While the analysis of total suspended solids carried by the gravimetric method performed repeatedly until a constant weight or to change less than 4 % of the previous weighing or less than 0.5 mg .

The results of the analysis of total dissolved solids is 4 mg / l and 2 mg / l and the results of the analysis total suspended solids is 12 mg / l and 27.66 mg / l, results are eligible quality standards established by PP No. 82 of 2001.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air Sungai ... 4

2.1.1 Sumber Air Sungai ... 4

2.1.1.1 Air Angkasa (Hujan) ... 4

2.1.1.2 Air Permukaan ... 5

2.1.1.3 Air Tanah ... 5

2.1.2 Peranan Air Dalam Kehidupan ... 6

2.1.3 Pencemaran Air Sungai ... 6

2.1.4 Pengendalian Pencemaran Air Sungai ... 8

2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) ... 9

2.3. Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) ... 11

BAB III METODE PENGUJIAN ... 15

3.1 Tempat ... 15

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.2.1 Alat ... 15

3.2.2 Bahan ... 15

3.3 Prosedur ... 16

3.3.1 Prosedur Analisa Total Zat Padat Terlarut ... 16

3.3.2 Prosedur Analisa Total Zat Padat Tersuspensi ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan ... 19

5.2 Saran ... 19


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Data Analisa ... 18 Tabel Baku Mutu Air Badan Air ... 19


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Perhitugan dan Data... 21 Lampiran 2 Alat, Bahan, dan Sampel ... 23 Lampiran 3 Baku Mutu Air Badan Air ... 25


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Alat TDS meter ... 21 Gambar 2 Kertas Whatman 934-AH ... 22 Gambar 3 Sampel Air Badan Air ... 23


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah besar, kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat mengakibatkan bahaya fatal bagi makhluk hidup. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk. Dibeberapa daerah dapat terjadi kasus-kasus penyakit seperti kolera yang disebabkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi bakteri. Kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat (Situmorang, 2007).

Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan makhluk hidup. Air merupakan segalanya dalam kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat atau benda lainnya, namun dapat pula sebaliknya, apabila air tidak dijaga nilainya akan sangat membahayakan dalam kehidupan, akibatnya sungai harus selalu berada pada kondisi yang baik dengan cara dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan (Subagyo, 1992).

Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang sebenarnya harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang terdapat didalam air dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kualitas air


(13)

dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis kimia dilakukan untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifikasi yang menyebabkan bahaya di dalam air (Situmorang, 2007).

Dalam air sungai ditemukan zat padat secara umum diklasifikasikan kedalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Berdasarkan hal diatas maka dipilihlah judul tentang “Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai” karena analisis tersebut sangat penting untuk menilai kualitas air sungai.

1.2 Tujuan Dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi adalah:

1. Analisis total zat padat terlarut bertujuan untuk mengetahui ukuran zat terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat didalam suatu larutan.

2. Analisis total zat padat tersuspensi bertujuan untuk mengetahui jumlah berat dalam mg/l lumpur kering yang ada didalam air sungai setelah mengalami proses penyaringan.


(14)

3. Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bertujuan untuk mengetahui apakah air sungai yang diperiksa memenuhi persyaratan yang sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001.

1.2.2 Manfaat

Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bermanfaat untuk menambah wawasan dari penulisan agar dapat mengetahui cara menganalisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi pada air badan air juga pengaruh padatan tersuspensi serta padatan terlarut dalam air sungai.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Sungai

Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran air ini disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai atau air badan air (Sosrodarsono, 1985).

2.1.1 Sumber air sungai

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan dan air tanah (Chandra, 2012).

Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi, komponen fisika kimia dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harus mencakup ketiga komponen tersebut (Effendi, 2003).

2.1.1.1 Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung


(16)

di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen dan ammonia (Chandra, 2012).

2.1.1.2 Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (suface water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau

drainage basins. Air yang mengalir dari suatu daratan menuju badan air disebut limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah disekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin

(Effendi, 2003).

2.1.1.3 Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2012).

Air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah


(17)

mengandung zat-zat mineral seperti magnesium, kalsium dan logam berat misalnya besi dapat menyebabkan kesadahan air. Untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa (Chandra, 2012).

2.1.2 Peranan air dalam kehidupan

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain (Chandra, 2012).

Makhluk hidup yang ada di bumi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 1995).

2.1.3 Pencemaran air sungai

Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan kegunaannya, yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagi tolak


(18)

ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air. Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada kegunaannya (Designated benefical water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya, oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan kegunaannya perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi air akan dapat dihitung berapa beban pencemar yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tetap berfungsi sesuai dengan kegunaannya. Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan apakah air itu layak dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional, maupun standar perusahaan.

Di dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwa mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut.

2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


(19)

3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.1.4 Pengendalian pencemaran air sungai

Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk menghubungkan wilayah satu dengan lainnya. Pemerintah memperhatikan manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya (Subagyo, 1992).

Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak dijaga, baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Dengan tercemarnya air oleh zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga merusak lingkungan dan apabila dari segi pengamanan tidak dilakukan pengawasan atau tanggul-tanggul tidak memenuhi persyaratan dapat mengakibatkan banjir, tanah longsor dan sebagainya (Subagyo, 1992).


(20)

Penggunaan sungai ini disesuaikan dengan kualitas air sungainya yaitu dengan melihat komposisi zat-zat kimia yang ada di dalam air tersebut. Mengingat air itu semakin langka karena rusaknya sumber-sumber air sebagai akibat tidak terkendalinya pemanfaatan air melalui sumur-sumur artesis sehingga pencemaran dalam bentuk perembesan air laut terjadi dikawasan yang tidak jauh dengan daerah lautan. Untuk penggunaan/pengelolaannya dilakukan dengan monitoring Pemerintah atau melalui pejabat yang ditunjuk. Sungai dengan segala bentuknya merupakan tulang punggung kehidupan sehingga pemanfaatannya secara terkoordinir, pencemaran terhadap air tersebut akan membawa dampak yang lebih luas mengingat antara lain perikanan, peternakan, pertanian sangat menggantungkan sekali air sungai, maka dengan kewaspadaan Pemerintah melakukan pemantauan kualitas air limbah melalui program kali bersih (PROKASIH) (Subagyo, 1992).

2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid)

Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai Total Dissolved Solid

(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di dalam air, sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam, kelihatan keruh yang disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi di dalam air, sedangkan pada musim kemarau, air kelihatan berwarna hijau. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).


(21)

Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan ini kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses fotosintesis, apabila sinar matahari tidak ada maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung, akibatnya kehidupan mikroorganisme jadi terganggu (Wardhana, 1995).

TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula, akibatnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Slamet, 1994).

Zat padat terlarut di dalam air perlu diketahui untuk mengetahui produktivitas air, karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat ditentukan oleh kelarutan zat padat di dalamanya. Produktivitas air akan tinggi terhadap kehidupan organisme seperti tumbuhan dan mikroba apabila zat padat terlarut tersebut berupa nutrien berarti mempunyai daya dukung rendah terhadap organisme disebut oligotrofik (Situmorang, 2007).

Zat padat didalam air juga merupakan indikasi ketidak normalan air, yaitu terjadi penyimpangan air dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan keadaan air ini paling banyak disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pembuangan sampah dapat berupa kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga dll.


(22)

Dengan demikian kesadaran manusia terhadap lingkungan dapat mengurangi kelarutan zat padat di dalam air (Situmorang, 2007).

Dalam kenyataan sesuatu molekul organis polimer tetap bersifat yang terlarut, walaupun panjangnya lebih dari 10 µm sedangkan beberapa jenis zat padat koloid mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat zat-zat yang terlarut (Alearts, 1987).

Pengukuran zat padat terlarut dapat dilakukan secara percobaan di laboratorium melalui penguapan air di dalam oven, kemudian mengukur berat beker sebelum dan sesudah pengeringan air, dinyatakan sebagai total zat padat terlarut yang dinyatakan sebagai mg per liter atau part permillion (ppm) (Situmorang, 2007).

2.3 Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid)

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspense dapat bertahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu oleh zat-zat lain sehingga mengakibatkan terjadi penggumpalan, kemudian diikuti dengan pengendapan (Fardiaz, 1992).


(23)

TSS adalah zat-zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid dan partikel tersuspensi biasa (Alearts, 1987).

Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air (efek Tyndall) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus suspensi tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual sedangkan larutannya (tanpa partikel koloid) yang terdiri dari ion-ion dan moleku-molekul tidak pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan yang merupakan keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia. Partikel-partikel tersuspensi biasa, mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang akan menembus suspensi, sehingga suspensi tidak dapat dikatakan keruh, karena sebenarnya air diantara partikel-partikel tersuspensi tidak keruh dan sinar tidak menyimpang (Alearts, 1987).

Kekeruhan yang terjadi karena zat padat yang tersuspensi baik organik maupun anorganik. Zat organik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik biasanya berasal dari lapukan tanaman dan hewan. Buangan industri dapat menjadi sumber utama kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangbiakan. Bakteri ini merupakan zat organik tersuspensi sehingga pertumbuhannya akan menambah pula kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindungi oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan bila mikroba itu patogen (Slamet, 1994).


(24)

Analisis padatan tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri. Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang dianalsis menjadi senyawa lain yang murni dan stabil sehingga dapat diketahui berat tetapnya (Rohman, 2007).

Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya (Rohman, 2007).

Penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan, dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang dianalisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang itu dibedakan cara-cara gravimetri: cara evolusi dan cara pengendapan (Harjadi, 1990).

Syarat-syarat endapan gravimetri yang perlu diperhatikan agar hasil analisa dapat dianggap baik dan benar. Faktor-faktor tersebut adalah kesempurnaan endapan, kemurnian endapan dan susunan endapan (Harjadi, 1990).

Menurut Harjadi (1990), kalau ketiga sifat endapan tersebut diatas bersumber pada syarat-syarat teoritis, maka untuk mempermudah pembicaraan diatas ketiga persoalan ini, sebaiknya kita tinjau proses analisa gravimetri. Proses ini terdiri dari tahap-tahap :


(25)

a. Melarutkan analit

b. Mengatur keadaan larutan, misalnya pH dan tempratur c. Membentuk endapan

d. Menumbuhkan kristal-kristal endapan (digestion atau aging) e. Menyaring dan mencuci endapan

f. Memanaskan atau memijarkan untuk memperoleh endapan kering dan dengan susunan tertentu dan untuk menghilangkan kertas saring

g. Mendinginkan lalu menimbang endapan

Nilai TSS biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air dengan volume tertentu, biasanya dalam ukuran liter, melalui sebuah filter dengan ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami pengeringan. Berat filter tersebut akan bertambah disebabkan oleh terdapatnya partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan anorganik. Satuan TSS adalah milligram per liter (mg/l) (Suharto, 2011).


(26)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat

Analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) dan total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Medan yang bertempat di jalan Wahid Hasyim no. 15 Medan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah TDS meter, tisu, gelas ukur, beker gelas, desikator yang berisi silika gel, oven dengan suhu 1030C s/d 1050C, neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg, corong penyaring, Erlenmeyer, botol semprot, pengaduk magnetik dan penjepit.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah air badan air dengan kode 395/K/ABA/02/2 014 (tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau) dan 432/K/ABA/02/2014 (agak keruh, tidak berasa, tidak berbau), air suling, kertas saring dengan beberapa jenis (whatman 934 AH dengan ukuran pori 1,5 µm, gelemen A/F dengan ukuran pori 1,0 µm, saringan dengan ukuran pori 0,45 µm).


(27)

3.3 Prosedur

3.3.1 Prosedur Analisis Total Zat Padat Terlarut

1. Dihidupkan alat TDS meter yang sudah dibilas dengan air suling dan sampel

2. Dicelupkan alat TDS meter ke dalam gelas ukur yang berisi sampel 3. Ditunggu 2-5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil

4. Dicatat hasil tanpa mengangkat TDS meter dari permukaan sampel 5. Dimatikan TDS meter

6. Dibilas dengan air suling dan keringkan dengan kertas tisu

3.3.2 Prosedur Analisa Total Zat Padat Tersuspensi A. Penimbangan kertas saring kosong

a. Diletakkan kertas saring diatas corong penyaring. Sebagai penampung gunakan Erlenmeyer

b. Dibilas kertas saring tersebut dengan air suling sebanyak 20 ml

c. Dikeringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 1030C s/d 1050C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian timbang

d. Diulangi langkah pada butir ke 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg

B. Penimbangan residu tersuspensi

a. Disiapkan kertas saring yang sudah ditimbang tadi di atas corong penyaring. Sebagai penampung gunakan Erlenmeyer


(28)

b. Dipipet 100 ml smapel, masukkan ke dalam gelas ukur lakukan pengadukkan untuk mendapatkan sampel yang lebih homogen

c. Disaring sampel dan lakukan pembilasan dengan air suling sebanyak 10 ml dan lakukan 3 kali pembilasan

d. Dikeringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 1030C s/d 1050C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian timbang

e. Diulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg

C. Perhitungan

TSS (mg/L) = (a−b) x 1000

Volume sampel

Dimana :

A = Berat kertas saring = residu kering (mg) B = Berat kertas saring kosong (mg)

Catatan :

a. Jika penyaringan sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume sampel

b. Jika berat kering residu kurang dari 2,5 mg, perbesar volume sampel sampai 1000 ml


(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) pada air sungai dengan nomor kode 395/K/ABA/02/2014 dan 432/K/ABA/02/2014 menggunakan alat TDS meter diperoleh hasilnya 4 mg/l dan 2 mg/l, baku mutu total zat padat terlarut menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 yaitu 1000 mg/l.

Hasil analisis total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) pada air sungai dengan nomor kode 395/K/ABA/02/2014 dan 432/K/ABA/02/2014 dengan menggunakan metode gravimetri diperoleh hasilnya 12 mg/l dan 27,66 mg/l, baku mutu total zat padat tersuspensi menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 yaitu 50 mg/l.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan total zat padat terlarut pada Air Sungai masih memenuhi syarat karena telah melebihi baku mutu sesuai dengan ketentuan PP Nomor 82 Tanggal 14 Desember Tahun 2001.

5.2 Saran

Sebelum melakukan analisa, harus memahami metode, prinsip kerja serta prosedur analisa seperti saat menimbang kertas saring, memipet sampel, serta mengaduk sampel sampai homogen. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan analisa Total Dissolved Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS) pada Air Badan Air Khususnya pada Air Sungai.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. (1984).Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Offset Printing. Halaman 131.

Chandra, B. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 39-41.

Effendi, H. (2003).Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan,Yogyakarta: Kanisius. Halaman

Fardiaz, S. (1992).Polusi air dan Udara.Bogor: Kanisius. Halaman 26.

Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia. Halaman 85. Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman

58-59.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 91, 97-111.

Ryadi, S. (1984). Dasar-dasar dan Pokok-pokok Pencemaran Air dan Penanggulangannya. Surabaya: Karya Anda. Halaman 11-12.

Situmorang, M. (2007).Kimia Lingkungan. Medan: Universitas Negeri Medan. Halaman 36, 47.

Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Uiversitas Gajah Mada Press. Halaman 46.

Sosrodarsono, S. (1985). Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Halaman 1.

Subagyo, J. (1992). Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya.

Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 38-40.

Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Andi. Halaman 314.

Wardhana, W. (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Halaman 74, 79-80.


(32)

Lampiran 1

Berat kertas saring ditambah residu (Sampel 1) : 110,33 mg Berat kertas saring ditambah residu (Sampel 2) : 110,8 mg Berat kertas saring kosong (Sampel 1) : 111,53 mg Berat kertas saring kosong (Sampel 2) : 113,56 mg Volume sampel : 100 ml

Tabel Data Analisa No Parameter Satuan Baku

Mutu

Hasil Analisa Metode/Alat 395/K/ABA

/02/2014

432/K/ABA /02/2014

1 TDS mg/l 1000 4 2 TDS meter 2 TSS mg/l 50 12 27,66 Gravimetri

Perhitungan:

TSS (mg/L) = (A−B) x 1000

Volume sampel (ml )

Keterangan:

A = berat kertas saring ditambah residu kering (mg) B = berat kertas saring kosong (mg)

Sampel : 395/K/ABA/02/2014

TSS (mg/L) =(111,53−110,33) x 1000


(33)

TSS (mg/L) =(1,2) x 1000

100 ml

TSS = 12 mg/l

Sampel : 432/K/ABA/02/2014

TSS (mg/L) =(113,56−110,8) x 1000

100 ml

TSS (mg/L) =(2,76) x 1000

100 ml


(34)

Lampiran 2

Gambar 1 Alat TDS meter


(35)

Lampiran 2 lanjutan


(36)

LAMPIRAN: PP NO 82 TAHUN 2001

TANGGAL : 14 DESEMBER 2001 TENTANG : PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENCEMARAN AIR Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN I II III IV

FISIKA TEMPERATU

R °C

Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi temperatur dari alamiahnya

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000 Residu

Tersuspensi

mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu KIMIA ORGANIK

pH 6 – 9 6 – 9 6 – 9 5 – 9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0

Total fosfat sbg

P mg/L 0,2 0,2 1 5

Angka Batas Minimum

NO₃ sebagai N mg/L 10 10 20 20 NH₃-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi

Perikanan,kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH₃

Arsen mg/L 0,05 1 1 1 sKobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2 Barium mg/L 1 (-) (-) (-) Boron mg/L 1 1 1 1 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Cu < 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe < 5 mg/L


(37)

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN I II III IV

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Zn < 5 mg/L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-) Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-) Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai

N mg/L 0,6 0,6 0,6 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,NO2-N < 1 mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-) Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)

Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang

sebagai H2S

mg/L mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,S sebagai H2S < 0,1 mg/L

MIKROBIOLOGI

Fecal coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahann air minum secara

konvensional, fecal coliform

< 2000 jml/100 mL dan Total coliform < 10000 jml/100 Ml Total coliform Jml/100 ml 1000 5000 10000 10000

RADIOAKTIVITAS

Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1 Gross-B 1 1 1

1 Bq/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan

lemak ug/L 1000 1000 1000 (-) Detergen ug/L 200 200 200 (-)

Timbal mg/L 0,3 0,3 0,3 1

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Pb < 0,1 mg/L

FISIKA

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-) Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005


(38)

sebagai MBAS Senyawa Fenol

sebagai fenol ug/L 1 1 1 (-) BHC ug/L 210 210 210 (-) Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-) Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-) DDT ug/L 2 2 2 2

FISIKA

Heptachlor dan heptachlor

epoxide ug/L 18 (-) (-) (-) Lindane ug/L 56 (-) (-) (-) Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-) Endrin ug/L 44 (-) (-) (-) Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)


(39)

Keterangan :

Mg = milligram Ug = microgram Ml = milliliter L = liter Bq = bequerel

MBAS = Methyn Blue Active Substance ABAM = Air Baku Untuk Air Minum Logam berat merupaka logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.

Tanda < adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris Kabinet

Bidang Hukum dan Perundang-undangan, ttd


(1)

Lampiran 2

Gambar 1 Alat TDS meter


(2)

Lampiran 2 lanjutan


(3)

LAMPIRAN: PP NO 82 TAHUN 2001

TANGGAL : 14 DESEMBER 2001 TENTANG : PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENCEMARAN AIR

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN

I II III IV

FISIKA TEMPERATU

R °C

Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi temperatur dari alamiahnya

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000 Residu

Tersuspensi

mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, residu KIMIA ORGANIK

pH 6 – 9 6 – 9 6 – 9 5 – 9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0

Total fosfat sbg

P mg/L 0,2 0,2 1 5

Angka Batas Minimum

NO₃ sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH₃-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi

Perikanan,kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH₃

Arsen mg/L 0,05 1 1 1

sKobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron mg/L 1 1 1 1

Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05

Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 1

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Cu < 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe < 5 mg/L


(4)

PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN

I II III IV

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Zn < 5 mg/L

Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-) Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai

N mg/L 0,6 0,6 0,6 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,NO2-N < 1 mg/L

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-)

Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang

sebagai H2S

mg/L mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,S sebagai H2S <

0,1 mg/L

MIKROBIOLOGI

Fecal coliform Jml/100 ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahann air minum secara

konvensional, fecal coliform

< 2000 jml/100 mL dan Total coliform < 10000 jml/100 Ml Total coliform Jml/100 ml 1000 5000 10000 10000

RADIOAKTIVITAS

Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross-B 1 1 1

1 Bq/L 1 1 1 1

KIMIA ORGANIK Minyak dan

lemak ug/L 1000 1000 1000 (-)

Detergen ug/L 200 200 200 (-)

Timbal mg/L 0,3 0,3 0,3 1

Bagi pengolahan air minum secara konvensional,Pb < 0,1 mg/L

FISIKA

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)


(5)

sebagai MBAS Senyawa Fenol

sebagai fenol ug/L 1 1 1 (-)

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)

DDT ug/L 2 2 2 2

FISIKA

Heptachlor dan heptachlor

epoxide ug/L 18 (-) (-) (-)

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)

Methoxychlor ug/L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug/L 44 (-) (-) (-)


(6)

Keterangan :

Mg = milligram

Ug = microgram

Ml = milliliter

L = liter

Bq = bequerel

MBAS = Methyn Blue Active Substance ABAM = Air Baku Untuk Air Minum Logam berat merupaka logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.

Tanda < adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Salinan sesuai dengan aslinya

Deputi Sekretaris Kabinet

Bidang Hukum dan Perundang-undangan, ttd