Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap terhadap Naungan

IDENTIFIKASI TOLERANSI TANAMAN
LANSKAP TERHADAP NAUNGAN

AHMAD NAFIS NUGRAHA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Toleransi
Tanaman Lanskap terhadap Naungan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Ahmad Nafis Nugraha
NIM A44090063

ABSTRAK
AHMAD NAFIS NUGRAHA. Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap terhadap
Naungan. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.
Cahaya merupakan faktor penting dalam proses fotosintesis pada tumbuhan,
sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci berlangsungnya
proses metabolisme yang lain di dalam tumbuhan. Faktor cahaya dan toleransi
tanaman terhadap naungan dalam suatu perancangan lanskap merupakan hal
penting yang harus diperhatikan guna menjaga keberlangsungan ekosistem
lanskap yang mampu menghasikan produk perancangan yang tepat dan
berkelanjutan secara visual dan ekologis. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survey deskriptif. Keluaran dari proses identifikasi ini berupa
daftar tanaman toleran naungan. Hasil dari proses identifikasi menunjukkan
bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan berbeda-beda, yang pada organ daun
dapat dimunculkan melalui peningkatan pigmen klorofil (daun berwarna hijau
gelap/tua), pertambahan jumlah daun (tajuk padat), maupun pertambahan luas
daun (bentuk daun melebar atau meluas). Kestabilan pertambahan jumlah daun,

luas permukaan daun, dan performa warna daun yang baik sesuai dengan ciri
visual tanaman mengindikasikan tingkat toleransi tanaman yang tinggi terhadap
naungan.
Kata kunci: Cahaya, naungan, toleransi tanaman, performa tanaman

ABSTRACT
AHMAD NAFIS NUGRAHA. Identification of Landscape Plants Tolerance to
Shade. Supervised by NIZAR NASRULLAH.
Light is an important factor in plants photosynthesis process, while
photosynthesis is a key of other metabolic processes in plants. Factors of light and
plants shade tolerance in a landscape design is an important thing to be consider in
order to safeguard the landscape ecosystem, which is able to generate the visually
and ecologically suitable and sustainable design product. The method used in this
study is a descriptive survey. The output of this identification is a list of shadetolerant plants. Results of the identification indicate that adaptation of plants to the
shade is different, which at leaf organs can be raised through increased
chlorophyll pigment (leaves are dark green), in the number of leaves (dense
canopy), and increased leaf area (widened). The stability of increase number of
leaves, leaf surface area, and good leaf color performance according to the visual
features of the plant indicated a high level of plant tolerance to shade.
Key words: Light, shade, plants tolerance, plants performance


IDENTIFIKASI TOLERANSI TANAMAN
LANSKAP TERHADAP NAUNGAN

AHMAD NAFIS NUGRAHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap terhadap Naungan
Nama

: Ahmad Nafis Nugraha
NIM
: A44090063

Disetujui oleh

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
menjadi pokok pembahasan dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei

2013 ini ialah naungan, dengan judul Identifikasi Toleransi Tanaman Lanskap
terhadap Naungan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah selaku
pembimbing dan Ibu Dr Ir Tati Budiarti serta Bapak Dr Kaswanto yang telah
memberi saran dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian karya
ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir
Bambang Sulistyantara yang telah membantu selama proses pengumpulan data,
serta kepada saudari Amanda Yuli Tahira atas dukungannya selama penelitian
berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, teman,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menghasilkan
kerangka acuan perancangan penanaman lanskap yang efektif dan efisien serta
memberikan suatu alternatif solusi dalam kegiatan pengelolaan tanaman lanskap
terkait faktor toleransi tanaman terhadap keberadaan naungan. Semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2013
Ahmad Nafis Nugraha

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir

2

Ruang Lingkup Penelitian

3


TINJAUAN PUSTAKA

4

Cahaya dan Intensitas Cahaya

4

Naungan

4

Tanaman Lanskap

5

Toleransi Tanaman

5


Vigor Tanaman

5

Rancangan Penanaman

6

METODE

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Alat dan Bahan

8


Batasan Penelitian

8

Metode dan Tahapan Penelitian

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Profil Umum Tapak

13

Data Pencahayaan Penuh

15


Inventarisasi Tanaman

16

Identifikasi Vigor Tanaman

20

Aspek Toleransi Tanaman

27

Proses Fisiologis pada Tanaman

39

SIMPULAN DAN SARAN

42

Simpulan

42

Saran

43

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN

46

RIWAYAT HIDUP

89

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Teknik pengambilan data lapang
Alat dan tujuan penggunaan
Bahan dan tujuan penggunaan
Jenis, sumber, dan cara pengambilan data
Jenis, sumber, dan tujuan penggunaan data sekunder
Kriteria dan skala numerik uji skor warna daun tanaman
Pengelompokan data pengamatan tiap spesies tanaman
Kriteria dan skala numerik uji skor luas daun tanaman
Kriteria dan skala numerik uji skor jumlah daun tanaman
Hasil pengukuran intensitas cahaya penuh pada masing- masing tapak
Interval kelas naungan
Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Viaduct Latuharhari
Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Menteng
Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Kodok
Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Suropati
Inventarisasi tanaman ternaungi di Taman Situ Lembang
Inventarisasi tanaman ternaungi di Benara Nurseries Indonesia
Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan
sangat teduh (taraf < 25%)
Hasil pengamatan tiga parameter vigor tanaman pada kelas naungan
teduh (taraf 25% - 50%)
Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas
naungan sangat teduh (taraf < 25%)
Hasil skoring kualitatif tiga parameter vigor tanaman pada kelas
naungan teduh (taraf 25% - 50%)
Peringkat tanaman pada kelas naungan sangat teduh (taraf < 25%)
Peringkat tanaman pada kelas naungan teduh (taraf 25% - 50%)

7
8
8
9
10
11
11
12
12
15
16
16
17
17
18
18
19
20
21
22
24
25
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Kerangka pikir penelitian
Peta lokasi penelitian
Bagan lokasi pengambilan data tapak
Berbagai komposisi tanaman penaung,
Taman Viaduct Latuharhari
Berbagai komposisi tanaman penaung,
Taman Menteng
Berbagai komposisi tanaman penaung,
Taman Kodok
Berbagai komposisi tanaman penaung,
Taman Suropati
Berbagai komposisi tanaman penaung,
Taman Situ Lembang

3
7
7
semak, dan groundcover pada
13
semak, dan groundcover pada
13
semak, dan groundcover pada
14
semak, dan groundcover pada
14
semak, dan gorundcover pada
14

9
10
11
12
13
14
15

16

Perlakuan naungan pada tanaman semak dan groundcover di shade
house Benara Nurseries Indonesia
Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Viaduct Latuharhari
Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Menteng
Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Kodok
Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Suropati
Kondisi umum tanaman ternaungi di Taman Situ Lembang
Model sederhana untuk menjelaskan bagaimana energi cahaya yang
menerpa molekul klorofil dibebaskan kembali setelah molekul
tereksitasi
Perbedaan tanggapan antara tanaman cocok-ternaung dengan tanaman
cocok-terbuka terhadap intensitas cahaya matahari

15
16
17
17
18
18

40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Sampling daun tanaman dengan penanda label elastis
Pengukuran luas daun tanaman dengan metode fotografi kertas
milimeter transparan
Pengamatan warna daun tanaman dengan menggunakan Color Chart
Data pengamatan parameter vigor tanaman

46
46
46
47

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembahasan mengenai ekologi tanaman tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yang terdiri dari faktor biotik
dan abiotik. Berdasarkan prinsip biologi, mahkluk hidup sangat bergantung
kepada faktor- faktor yang ada diluar tubuhnya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara alami, kehidupan tumbuhan dibatasi oleh jumlah dan variabilitas
unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (nutrien dan faktor fisik) sebagai
kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah
faktor lingkungan tersebut. Salah satu faktor fisik lingkungan yang sangat
mempengaruhi toleransi, pertumbuhan, dan perkembangan tumbuhan adalah
cahaya.
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang merupakan sumber energi utama
bagi ekosistem. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya
fotosintesis pada tumbuhan, sementara fotosintesis merupakan proses yang
menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam
tumbuhan (Kramer dan Kozlowski, 1979). Makanan yang dihasilkan dari proses
metabolisme akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tumbuhan mulai dari proses
perkecambahan biji hingga sampai pada fase tumbuhan dewasa. Dengan demikian,
cahaya dapat menjadi faktor pembatas utama di dalam semua ekosistem.
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila
cahaya melebihi titik kompensasinya (Wirakusumah, 2003). Kompensasi cahaya
adalah kondisi penyinaran di mana jumlah CO2 yang digunakan pada proses
fotosintesis sama dengan jumlah CO2 yang dikeluarkan pada proses respirasi
(Bidwell, 1979).
Dalam proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas
dan lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya. Intensitas
cahaya berpengaruh terhadap pembesaran dan diferensiasi sel. Bila intensitas
cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap
luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Gardner et al., 1991).
Kondisi kekurangan cahaya berakibat pada terganggunya proses metabolisme,
sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat
(Sopandie et al., 2003).
Selain memberikan pengaruh bagi proses pertumbuhan, cahaya juga akan
mempengaruhi arah dan bentuk pertumbuhan dari tumbuhan. Cahaya
mengendalikan wujud tanaman, yaitu dari perkembangan struktur atau
morfogenesisnya. Arah pertumbuhan bagian tanaman akan mengikuti arah sumber
cahaya. Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan
terhadap cahaya. Ada tanaman yang tumbuh baik pada tempat terbuka dan ada
tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh atau ternaungi. Ada
pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode
hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah
dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi
(Soekotjo,1976 dalam Faridah, 1995).

2
Pertimbangan terhadap faktor cahaya dan toleransi tanaman terhadap
naungan dalam suatu perancangan lanskap, baik pada skala kecil maupun besar,
merupakan hal penting yang harus diperhatikan guna menjaga keberlangsungan
ekosistem lanskap yang mampu menghasikan produk perancangan yang tepat
serta berkelanjutan. Penempatan tanaman yang kurang tepat dapat memberikan
pengaruh besar terhadap proses adaptasi tanaman, khususnya terkait faktor cahaya,
yang menentukan tingkat vigor tanaman. Vigor mengindikasikan kualitas visual
sekaligus fungsi ekologis tanaman dalam suatu sistem lanskap, yang
merefleksikan kualitas produk perancangan lanskap secara keseluruhan.

Perumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini didasarkan pada
kesalahan umum yang terjadi pada berbagai produk desain lanskap terkait
penggunaan elemen tanaman, khususnya pada kondisi naungan. Penempatan
tanaman yang kurang atau bahkan tidak toleran dapat berdampak pada rendahnya
kualitas ekologis dan visual tanaman dalam menampilkan performa tanaman
secara utuh, yang pada akhirnya dapat mengurangi kualitas fungsi dan estetika
lanskap. Lokasi studi yang dipilih mencirikan penggunaan elemen tanaman semak
dan groundcover yang beragam, sehingga dari proses identifikasi tanaman dapat
dihasilkan keluaran yang optimal.

Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah
mengidentifikasi tingkat toleransi tanaman terhadap naungan pada taman-taman
kota di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat dan Benara Nurseries Indonesia.
Secara khusus tujuannya adalah sebagai berikut.
1. mengidentifikasi tingkat toleransi tanaman terhadap naungan;
2. menyusun daftar tanaman toleran naungan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. menambah acuan dan informasi baru bidang penataan tanaman dalam
keilmuan Arsitektur Lanskap terkait produk penelitian tentang identifikasi
toleransi tanaman terhadap naungan;
2. menghasilkan kerangka acuan perancangan penanaman lanskap yang
efektif dan efisien terkait faktor toleransi tanaman terhadap naungan.
Kerangka Pikir
Tingkat intensitas cahaya kaitannya dengan keberadaan naungan merupakan
faktor lingkungan yang perlu dipertimbangkan dalam proses perancangan lanskap.

3
Toleransi tanaman terhadap naungan dapat ditampilkan melalui ciri ekologis
(pertumbuhan dan perkembangan tanaman) maupun ciri visual (performa warna),
yang berbeda tingkatannya pada intensitas cahaya yang berbeda. Dari proses
identifikasi dan analisis terhadap tingkat dan aspek toleransi tanaman terhadap
naungan, diperoleh daftar tanaman toleran naungan.
Cahaya
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Faktor lingkungan lain yang mempengaruhi tingkat
optimasi intensitas cahaya (naungan)
Aspek toleransi tanaman terhadap naungan
Ciri ekologis

Ciri visual

Jumlah dan luas daun

Warna daun

Performa dan vigor tanaman secara keseluruhan
Identifikasi tingkat dan aspek toleransi tanaman
Analisis
Daftar tanaman toleran naungan

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan penelitian mencakup
survei pendahuluan dan observasi lapang untuk menentukan lingkup lokasi dan
sample penelitian. Setelah itu, dilakukan pengumpulan data melalui observasi
intensif di lapang dan penyusunan data secara terstruktur dalam bentuk tabular
dan deskriptif. Kegiatan analisis dilakukan untuk mengidentifikasi aspek dan
tingkat toleransi tanaman terhadap naungan guna menghasilkan sintesis berupa
daftar tanaman toleran naungan dan rekomendasi aplikasi perancangan
penanaman toleran naungan.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya dan Intensitas Cahaya
Cahaya mempunyai peranan yang besar dalam proses fisiologi tanaman,
dalam hal fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan
pembukaan stomata, serta berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan (Taiz
dan Zeiger, 1991). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa tanaman yang
tumbuh pada intensitas cahaya tinggi umumnya mengabsorbsi ion lebih cepat
daripada tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah. Hal ini terjadi
karena gula yang dihasilkan dari fotosintesis ditranslokasikan ke akar,
direspirasikan, dan energy yang dihasilkan digunakan untuk menyerap ion.
Kekurangan intensitas cahaya menyebabkan jumlah energi yang tersedia
untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat rendah, akibatnya
pembentukan karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan
senyawa lain juga rendah. Widiastoety et al. (2000) menyatakan bahwa intensitas
cahaya yang kurang menyebabkan laju fotosintesis menurun, sehingga hasil
fotosintesis dapat habis terombak oleh proses respirasi, cadangan makanan
berkurang sehingga pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Apabila intensitas
cahaya terus meningkat, laju fotosintesis tidak lagi meningkat tetapi mulai
mendatar. Pada kondisi yang demikian disebut kondisi jenuh cahaya.
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting
sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/spasial
maupun dalam waktu atau temporal. Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah
tropika, terutama daerah kering (zona arid), karena sedikit cahaya yang
direfleksikan oleh awan.
Naungan
Menurut Taiz dan Zeiger (1991) tanaman toleran naungan dapat mengatur
dan mengorientasikan daun sesuai dengan arah dan intensitas cahaya sehingga
pada kondisi ternaungi mengarahkan kloroplas agar mengumpul ke dekat lapisan
epidermis, akibatnya warna daun menjadi lebih hijau. Percobaan dengan daun Iris
yang ditumbuhkan pada intensitas cahaya yang berbeda-beda memperlihatkan
bahwa jumlah stomata berkurang dengan menurunnya intensitas cahaya (Afriana,
2003). Tinggi tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya persentase
naungan, tapi sebaliknya untuk jumlah buku, jumlah batang dan diameter batang.
Pemanjangan batang ditujukan untuk memaksimumkan intensitas radiasi surya
yang diterima dan untuk mempertahankan laju fotosintesis.
Aplikasi naungan dimaksudkan untuk memodifikasi lingkungan mikro
tanaman, karena akan mengubah kuantitas dan kualitas faktor lingkungan yang
ada, antara lain radiasi matahari, suhu, dan kelembaban. Tanaman beradaptasi
terhadap naungan melalui dua cara yaitu: peningkatan luas daun untuk
meminimalkan penggunaan metabolit dan pengurangan jumlah cahaya yang
ditransmisikan dan direfleksikan.

5
Tanaman Lanskap
Tanaman lanskap merupakan tanaman yang digunakan di dalam suatu
lanskap dan mampu berfungsi baik secara ekologi maupun visual terhadap sistem
lanskap tersebut. Dengan demikian, tanaman lanskap dapat didefinisikan sebagai
tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di
suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki
seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu
kesatuan yang harmonis. Tanaman merupakan elemen utama di dalam lanskap
(Carpenter, Walker, dan Lanphear, 1975).
Menurut Booth (1983), unsur tanaman memiliki beberapa sifat yang
membedakan dari unsur-unsur perancangan arsitektur lanskap lainnya.
Karakteristik penting adalah bahwa tanaman merupaka n unsur yang hidup dan
tumbuh. Unsur tanaman bersifat dinamis, yaitu secara teratur berubah warna,
tekstur, kelebatan daun, dan karakter keseluruhan sesuai musim dan
pertumbuhannya. Kualitas dinamis dari unsur tanaman ini mempunyai implikasi
penggunaan dalam perancangan lanskap. Karakteristik kedua yang menonjol
adalah bahwa tanaman merupakan unsur perancangan yang hidup sehingga
memerlukan beberapa persyaratan lingkungan untuk hidup dan tumbuh dengan
baik. Setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan tertentu untuk pertumbuhan
optimal, sehingga salah satu langkah di dalam perancangan lanskap adalah
menetapkan syarat-syarat pertumbuhan tanaman pada tapak.
Toleransi Tanaman
Tanaman menanggapi kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
melalui dua cara, yaitu dengan meniadakan atau menghindari cekaman dan toleran
terhadap cekaman. Mekanisme resistensi tanaman terhadap kondisi cekaman
lingkungan tergantung pada kemampuan tanaman sendiri dalam menghindari atau
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
tersebut. Apabila tanaman masih mampu untuk menyesuaikan diri maka tanaman
tersebut akan mampu hidup, tumbuh dan berkembang di wilayah tersebut.
Toleransi mencerminkan tanggapan relatif suatu genotip terhadap kendala,
sehingga toleransi sering digunakan sebagai kriteria seleksi. Toleransi
didefinisikan sebagai selisih antara hasil di lingkungan tanpa kendala dan hasil di
lingkungan berkendala, atau secara nisbi adalah persentase penurunan hasil
sebagai akibat cekaman lingkungan (Rosielle dan Hamblin, 1981).
Vigor Tanaman
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan bobot (massa), volume,
jumlah sel, jumlah protoplasma dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan pada
tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu, yang terdiri dari
sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di
dalam meristem (Salisbury & Ross, 1995).

6
Vigor adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh normal pada kondisi
suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang
suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum (Sadjad 1994).
Vigor kekuatan tumbuh, vigor daya simpan, vigor konservasi sebelum
simpan dan vigor kekuatan tumbuh setelah tanam merupakan parameter
vigor tanaman yang menghadapi cekaman dari luar. Faktor-faktornya bersifat
eksternal tetapi dampaknya juga ditentukan oleh faktor internal, yang dapat
dibedakan sebagai faktor innate, induced dan enforced. Vigor biokimia dan vigor
genetik bukan vigor tanaman terhadap cekaman, tetapi lebih merupakan
informasi tentang vigor yang berasal dari pengaruh faktor internal atau innate
(Sadjad et.al, 1999).
Rancangan Penanaman
Desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di
masa yang akan datang (Carpenter et al. 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata
diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam
suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Desain
penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman
merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi
maupun estetika atau desain.
Hakim dan Utomo (2003) menyatakan bahwa peletakan tanaman haruslah
disesuaikan dengan tujuan dari perancangannya tanpa melupakan fungsi dari
tanaman yang dipilih. Pada peletakan ini harus dipertimbangkan kesatuan dalam
desain. Dalam memilih tanaman untuk desain penanaman, faktor- faktor yang
harus diperhatikan antara lain sifat fisik yang mencakup warna, tekstur, ukuran,
bentuk, aroma dan fungsi, serta sifat ekologis atau hayati tanaman. Sifat ekologis
ini meliputi persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air, udara,
perbanyakan dan pemeliharaan. Faktor yang mempengaruhi desain penanaman
antara lain biaya konstruksi dan pemeliharaan jangka panjang, serta kondisi tapak
yang mencakup jenis tanah, topografi, drainase, iklim, lokasi, serta existing
features.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian bertempat di lima taman kota di Kecamatan Menteng
Jakarta Pusat, diantaranya: (a) Taman Viaduct Latuharhari, (b) Taman Menteng,
(c) Taman Kodok (Situbondo), (d) Taman Situ Lembang, dan (e) Taman Suropati,
serta Benara Nurseries Indonesia yang terletak di Jalan Inspeksi POJ Tarum
Timur Desa Cimahi Tamelang Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang Timur.
Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga Juli 2013.

7

Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Sumber: (1) http://streetdirectory.co.id; (2) http://earth.google.com

Gambar 3 Bagan lokasi pengambilan data tapak
Tabel 1 Teknik pengambilan data lapang
Lokasi
pengamatan
Taman-taman kota
di Kecamatan
Menteng, Jakarta
Pusat
Benara Nurseries
Indonesia

Tahapan
pengamatan
Pengamatan awal dan
sampling tanaman
Pengamatan terhadap
parameter pertumbuhan
Pengamatan awal dan
sampling tanaman
Pengamatan terhadap
parameter pertumbuhan

1

2

3

Minggu
4
5

6

7

8

8
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
Tabel 2 Alat dan tujuan penggunaan
Alat
Luxmeter LX-107
Colour Chart
Meteran dan kertas milimeter transparan
Kamera digital
Laptop

Tujuan penggunaan
Mengukur intensitas cahaya
Mengamati warna daun
Mengukur luas daun
Merekam data eksisting tanaman
Mengolah dan menyusun data,
menggambar grafis komputer

serta

Tabel 3 Bahan dan tujuan penggunaan
Bahan
Tanaman eksisting
Studi pustaka
Peta eksisting tapak (Site Plan)

Tujuan penggunaan
Obyek dan indikator penelitian
Data pendukung dan acuan analisis
Acuan rekomendasi

Batasan Penelitian
Kegiatan penelitian dibatasi pada masalah- masalah terkait faktor lingkungan
(eksternal) dan faktor tanaman (internal), yaitu sebagai berikut:
1) Karakter lokasi, yang diteliti terbatas pada taman-taman kota yang
mengindikasikan penggunaan beragam jenis tanaman hias, serta pada nursery
tanaman hias yang memiliki perlakuan (treatment) khusus untuk tanaman yang
tumbuh pada kondisi naungan;
2) Faktor-faktor yang membentuk kondisi lingkungan tanaman, yang dibatasi
pada faktor cahaya, keberadaan naungan, dan pengelolaan tanaman. Obyek
tanaman yang diteliti terlepas dari pengaruh berbagai faktor lainnya seperti
kondisi tanah, iklim, dan sebagainya;
3) Jenis tanaman, yang diteliti terbatas pada jenis penutup tanah (groundcover),
dan semak;
4) Aspek naungan, yang dibatasi pada tingkat intensitas cahaya relatif yang
diterima oleh tanaman yang ada di bawahnya sebagai obyek pengamatan,
terlepas dari jenis dan kerapatan naungan.
Metode dan Tahapan Penelitian
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah metode survei
deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat mengenai
fakta yang ada di lapang melalui kegiatan survei dan observasi (pengamatan
intensif), khususnya yang terkait dengan aspek toleransi tanaman terhadap
naungan. Data diskrit yang diperoleh melalui kegiatan observasi kemudian diolah
untuk mendapatkan solusi masalah melalui proses interpretasi data.

9
Kegiatan penelitian dilakukan dalam empat tahapan, yaitu: (1) survei
pendahuluan dan sampling, (2) pengumpulan data, (3) pengolahan dan analisis
data, dan (4) sintesis.
1) Survei Pendahuluan dan Sampling
Untuk menentukan lokasi spesifik penelitian, terlebih dahulu dilakukan
survei pendahuluan untuk mengidentifikasi keberadaan tanaman penutup tanah
dan semak yang menerima pengaruh langsung dari keberadaan naungan.
Dokumentasi foto dan penitikan lokasi tanaman yang akan diamati pada peta
eksisting tapak dilakukan untuk mempermudah proses pengumpulan data lanjut.
Setelah itu, dilakukan penentuan sample tanaman secara acak, yang
diwakili oleh organ daun (berdasarkan literatur) sebanyak tiga helai untuk
setiap spesies tanaman yang akan diamati pada masing- masing kondisi
naungan. Sample ditandai dengan melapisi bagian tangkai daun dengan label
elastis.
2) Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan metode survei lapang atau
observasi langsung dan studi pustaka. Observasi atau studi lapang dilakukan
untuk memperoleh data terkait fakta di lapang. Studi pustaka dilakukan untuk
mengumpulkan informasi- informasi lain sebagai data pendukung dan sumber
acuan dalam kegiatan analisis data hasil penelitian.
Tahapan inventarisasi dan pengumpulan data dilakukan pada masingmasing lokasi untuk mengidentifikasi jenis-jenis tanaman eksisting, jumlah,
dan kondisi fisiknya dikaitkan dengan tingkat vigor tanaman.
Tabel 4 Jenis, sumber, dan cara pengambilan data
Kelompok Data
Aspek naungan dan
pencahayaan
Aspek tanaman

Jenis Data
(a) Sumber cahaya
(b) Intensitas cahaya
(c) Periode penutupan
naungan
(a) Spesies tanaman
(b) Kondisi fisik tanaman
eksisting
(c) Parameter pengamatan
vigor tanaman

Tapak
Tapak
Tapak

Cara
Pengambilan
Survei lapang
Survei lapang
Survei lapang

Tapak
Tapak dan
literatur
Tapak dan
literatur

Survei lapang
Survei lapang,
studi pustaka
Survei lapang,
studi pustaka

Sumber

Pengumpulan data sekunder meliputi kunjungan ke dinas terkait dan studi
pustaka/literatur. Data sekunder ini digunakan untuk memperjelas batasan
penelitian terkait kondisi umum sekaligus melengkapi bahan analisis lanjutan
dalam menghasilkan rekomendasi akhir.

10
Tabel 5 Jenis, sumber, dan tujuan penggunaan data sekunder
Jenis data
Peta eksisting tamantaman kota di
Kecamatan Menteng
Jakarta Pusat

Sumber
Dinas Pertamanan
dan Pemakaman
Provinsi DKI
Jakarta

Parameter
pengamatan kondisi
fisik dan vigor
tanaman

Studi pustaka/
literatur

Tujuan penggunaan
Mengidentifikasi titik-titik lokasi
keberadaan tanaman penaung dan
tanaman bawah yang potensial; sebagai
bahan acuan dalam menyusun
rekomendasi
Menentukan kriteria dan bobot penilaian
terhadap kondisi fisik dan vigor tanaman
yang diamati

Data survei yang dikumpulkan mencakup aspek naungan dan
pencahayaan serta aspek tanaman. Pengumpulan data dilakukan satu kali dalam
seminggu untuk tiap lokasi. Spesifikasi pengumpulan data sebagai berikut:
a. Data naungan dan pencahayaan
Pengumpulan data mencakup pengamatan intensitas cahaya penuh dan
ternaungi serta periode penutupan naungan, diamati dengan bantuan alat
Luxmeter LX-107 dan observasi berkala pada tiap titik lokasi. Pengukuran
terhadap intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
Luxmeter LX-107 yang telah dikalibrasi. Kelas naungan dikelompokkan
dalam dua kelas, yaitu:
1. Teduh (N1), yaitu intensitas cahaya berada pada kisaran 25% - 50%
2. Sangat Teduh (N2), yaitu intensitas cahaya berada pada taraf < 25%
Interval intensitas cahaya ini dipilih karena adanya indikasi pengaruh
naungan yang kuat terhadap toleransi tanaman, yang berpengaruh nyata
terhadap vigor tanaman. Intensitas cahaya penuh (pada tingkat 100%)
diperoleh dari hasil pengukuran pada setiap waktu pengamatan untuk
masing- masing lokasi. Pengukuran dilakukan di tempat terbuka pada saat
aktivitas matahari meningkat, yaitu pada rentang waktu pukul 11.00-14.00
sebanyak tiga kali dengan selang pengukuran satu jam sekali dan kemudian
diambil rataannya.
b. Data tanaman
Pengumpulan data meliputi kegiatan inventarisasi dan pengamatan
terhadap kondisi fisik tanaman yang diamati di lapang. Parameter vigor
tanaman yang diteliti mencakup tiga aspek yang mengacu pada literatur
fisiologi tumbuhan oleh Lakitan (2008) dan analisis pertumbuhan tanaman
oleh Sitompul dan Guritno (1995), diantaranya:
1. Jumlah daun tanaman
Parameter jumlah daun diamati pada tiap sampel tanaman utuh
pada setiap waktu pengamatan. Daun yang dihitung adalah daun yang
telah membuka sempurna.
2. Luas permukaan daun tanaman
Diukur dengan menggunakan metode fotografi kertas millimeter
transparan. Permukaan daun ditempelkan pada suatu alas papan, lalu
kertas millimeter transparan diletakkan di atas permukaan daun dan
kemudian dipotret. Luas daun dihitung berdasarkan jumlah kotak yang
terdapat dalam pola daun, dengan perhitungan sebagai berikut:

11

LD = n x Lk
keterangan : n = jumlah kotak
Lk = luas setiap kotak
Ukuran luas kotak (Lk) yang digunakan sebagai acuan memiliki
ketelitian 1 cm2 (ukuran kotak 1 cm x 1 cm). Kotak yang menutupi pola
daun dimasukkan dalam perhitungan apabila memiliki ukuran pola daun
tertutupi > 0,5 ukuran acuan, atau sama dengan 0,5 cm2 .
3. Warna daun tanaman, yang diamati dengan Color chart dan
menggunakan metode skoring kualitatif berdasarkan kriteria vigor warna
daun. Deskripsi warna dilambangkan dengan notasi Munsell yang ada
pada Color Chart.
Tabel 6 Kriteria dan skala numerik uji skor warna daun tanaman
Kriteria
Sangat vigor
Vigor
Kurang vigor
Tidak vigor

Skala
numerik

Deskripsi warna
Warna asli daun muncul, segar, merata, dan tidak pucat,
permukaan daun mengkilap
Warna asli daun sedikit mengalami perubahan, segar dan
tidak pucat
Warna daun pucat, tidak merata, dan permukaan daun
kusam
Warna daun sangat pucat dan kusam, dengan sedikit atau
hampir tidak ada perbedaan level warna pada jenis warna
yang berbeda

4
3
2
1

3) Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh pada masing- masing titik lokasi pengamatan
dikelompokkan ke dalam bentuk tabular seperti yang disajikan pada Tabel 7.
Untuk parameter kuantitatif (jumlah dan luas daun), dihitung selisih hasil
pengukuran pada setiap pengamatan guna memperoleh tingkat atau presentase
pertumbuhan tanaman.
Tabel 7 Pengelompokan data pengamatan tiap spesies tanaman
Intensitas
cahaya

Sampel
tanaman
(1)

Waktu
pengamatan
M1
M2
M3

(2)

M1
M2
M3

(3)

M1
M2
M3

JD

JD

Parameter pengamatan
LD
LD
WD

Skor WD

Minggu 1 (M1), M inggu 2 (M2), M inggu 3 (M3), Ju mlah Daun (JD), Pertambahan Jumlah Daun
( JD), Luas Daun (LD), Pertambahan Jumlah Daun ( LD), Warna Daun (WD)

12
Untuk dapat memperoleh bobot vigor tanaman dari parameter jumlah
dan luas daun tanaman, dilakukan uji skor kualitatif terhadap rataan masingmasing parameter dengan kriteria deskripsi yang bersifat umum untuk semua
spesies tanaman yang diamati. Untuk parameter warna daun tanaman, bobot
yang digunakan tetap menggunakan skoring kualitatif awal yang diambil skor
dominasinya atau dengan pembulatan rataan.
Tabel 8 Kriteria dan skala numerik uji skor luas daun tanaman
Kriteria

Deskripsi

Vigor
Kurang vigor
Tidak vigor

Luas daun mengalami pertambahan di atas 5%
Luas daun mengalami pertambahan 2.5-5%
Luas daun tetap atau mengalami pertambahan di bawah
2.5%

Skala
numerik
3
2
1

Tabel 9 Kriteria dan skala numerik uji skor jumlah daun tanaman
Kriteria

Deskripsi

Vigor
Kurang vigor
Tidak vigor

Jumlah daun mengalami pertambahan di atas 5%
Jumlah daun mengalami pertambahan 2.5-5%
Jumlah daun tetap atau mengalami pertambahan di
bawah 2.5%

Skala
numerik
3
2
1

Uji skor dimaksudkan untuk memperoleh peringkat performa tanaman
secara keseluruhan pada tiap intensitas cahaya yang diamati. Bobot parameter
jumlah daun dan luas daun masing- masing adalah sebesar 30%, sedangkan
parameter warna daun memiliki bobot sebesar 40%. Data skor total parameter
pengamatan tanaman yang diperoleh diklasifikasikan kembali dalam tiga
kategori toleransi tanaman (T) secara keseluruhan, yaitu:
a) peringkat 1 (toleransi tinggi)
Tanaman menampilkan performa ekologis dan visual yang sangat
baik dan sehat (vigor), dengan interval 9 < T < 10
b) peringkat 2 (toleransi sedang)
Tanaman menampilkan performa ekologis dan visual yang cukup
baik dan berada dalam kondisi yang sehat (cukup vigor), dengan interval
7