Knowledge management system development for soybean’s pest at PUSTAKA (Indonesian Center for Agricultural Library and Technology Dissemination).

PEMBANGUNAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN
HAMA KEDELAI PADA PUSAT PERPUSTAKAAN DAN
PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN

HENDRA YUNIAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pembangunan Sistem
Manajemen Pengetahuan Hama Kedelai pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Hendra Yuniar
NRP G651110411



Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

RINGKASAN

HENDRA YUNIAR. Pembangunan Sistem Manajemen Pengetahuan Hama
Kedelai Pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.Dibimbing
oleh YANI NURHADRYANI dan RETNO SRI HARTATI MULYANDARI.
Sistem manajemen pengetahuan adalah sebuah pengetahuan yang
mempelajari bagaimana pengetahuan dikumpulkan, disimpan, dikelola dan
disebarluaskan.Bagi sebuah organisasi atau perusahaan pengetahuan adalah
sumberdaya yang penting.Oleh karena itu pengetahuan berusaha untuk dikelola
agar dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kinerja bagi perusahaan

atau organisasi.Melalui manajemen pengetahuanakan teridentifikasi pengetahuanpengetahuan yang dimiliki sebuah organisasi, mengetahui sumber daya dalam
organisasi, menggunakan kembali pengetahuan yang sudah ada, mempercepat
proses penciptaan pengetahuan baru dari pengetahuan yang sudah ada, dan
menjaga pergerakan organisasi tetap stabil meskipun terjadi arus keluar-masuk
SDM. Selain itu pengetahuan yang sudah didapatkan organisasi tidak akan hilang
karena tidak disimpan dalam bentuk pengetahuan tacit, dan semua orang dapat
memanfaatkan pengetahuan tersebut agar tercipta sebuah standar prosedur kerja
yang sama meskipun orang yang mengetahui pengetahuan tersebut tidak berada
ditempat.
Salah satu komoditas penting yang harus dikembangkan di Indonesia adalah
kedelai.Hal ini karena kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan
berkembangnya industri pangan. Produk pangan berupa tahu, tempe dan kecap
membutuhkan pasokan kedelai yang cukup besar untuk menjaga kelangsungan
ketersediaan bahan pangan tersebut. Indonesia sampai saat ini belum mampu
memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, sehingga harus melakukan impor kedelai
dari negara lain. Salah satu ancaman dalam usaha untuk mencapai target
swasembada kedelai adalah gangguan hama. Oleh karena itu memiliki
dokumentasi pengetahuan yang konfrehensif tentang hama kedelai dengan
teknologi pengendaliannya yang mudah diakses merupakan suatu kebutuhan guna
mengurangi kerugian akibat serangan hama kedelai.

Metodologi penelitian ini diambil dari sistem manajemen pengetahuan life
cyle yang terdiri atas beberapa tahapan proses yaitu evaluasi kms, membentuk tim,
menangkap pengetahuan, merancang cetak biru sistem, mengembangkan sistem
dan menguji aplikasi.
Hasil pembangunan sistem manajemen pengetahuan hama kedelai dapat
dijadikan sebagai sarana untuk
menangkap, mengumpulkan, menyimpan,
memelihara dan menyebarkan pengetahuan. Diharapkan dengan adanya sistem ini
maka para petani dapat memperoleh informasi seputar hama kedelai yang
kemudian dapat diterapkan dalam usaha pertanaman kedelai. Selain itu sistem ini
dapat membantu para penyuluh dan para pakar hama kedelai untuk
memperkenalkan hama kedelai dan teknologi pengendalinya kepada para petani,
sehingga akan mengurangi kerugian petani ketika bertanam kedelai.
Kata kunci :KMSLC, sistem manajemen pengetahuan, kedelai, hama kedelai

SUMMARY

HENDRA YUNIAR. Knowledge Management System Development for
Soybean’s Pest at PUSTAKA (Indonesian Center for Agricultural Library and
Technology Dissemination). Supervised byYANI NURHADRYANI and RETNO

SRI HARTATI MULYANDARI.
Knowledge management system is knowledge that learning how knowledge
collected, stored, managed and disseminated. For an organization or enterprise,
knowledge is an important resource. Those,well-organized knowledge established
in order to provide value-added for enterprise or organization performance
improvement. Through knowledge management, knowledgesfrom organization
would be identified, resources of the organization would be known, existing
knowledge could be re-used, accelerate the process of creating new knowledge
from existing knowledge, and maintain the organization stability due to human
resourceshifting. Besides, the existing organization knowledge would not
disappear because it is not stored as a tacit knowledge, and everyone couldutilize
the knowledge to create standard procedures even though the people who has the
tacit knowlede are not in a place.
One of the most important commodities that should be developed in
Indonesia is soybean. This is because the soybean demand continues to increase
along with the food industry development. Food products such as tofu, tempeh
and soy sauce require large enough amount to supply its sustainability. Recently,
Indonesia has not been able to maintain the soybeans demands, so imports must
be done. One of the threats in an attempt to achieve self-sufficiency soybeans are
a nuisance pest. There are 111 species of soybean pests that been recorded.

Therefore, have a comprehensive documentation knowledge about soybean pest
control technology-that is easily accessible-is a major issue in order to reduce
losses due to pests.
This research methodology adapted from life cyle knowledge management
system that consists of several stages.The stages are knowledge management
system evaluation, teamforming, knowledgecapturing, blueprintsdesigning,
systemdeveloping, andsystem applications testing process.
Result of the soybean pest knowledge management system development
could be used as a means to capture, collect, store, preserve and disseminate
knowledge. Hopefully with this system, farmers could obtain more information
about soybean pests that applied in the soybean cultivation. Furthermore, the
system could assist trainers and experts to introduce the soybean pests and their
control technology to the farmers, so that farmers could reduce the losses when
planting soybeans.
Keyword : KMSLC, Knowledge Management System, Soybean, soybean’s pest

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMBANGUNAN SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN
HAMA KEDELAI PADA PUSAT PERPUSTAKAAN DAN
PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN

HENDRA YUNIAR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Komputer
pada
Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Muhammad Arifin

Judul Tesis

Nama
NIM

: Pembangunan Sistem Manajemen Pengetahuan Hama
Kedelai pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi
Pertanian
: Hendra Yuniar
: G651110411

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Yani Nurhadryani, SSi, MT
Ketua


Dr Ir Retno Sri Hartati Mulyandari, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Komputer

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Yani Nurhadryani,SSi,MT

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal ujian : 16 September 2013

Tanggal lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai September 2013 ini
ialah sistem manajemen pengetahuan, dengan judul Pembangunan Sistem
Manajemen Pengetahuan Hama Kedelai pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Yani Nurhadryani, SSi, MT
dan Ibu Dr Ir Retno Sri Hartati Mulyandari, MSi, selaku pembimbing, serta Bapak
Prof Dr Muhammad Arifin yang telah banyak memberi saran. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir Wedanimbi Tengkano, MS, Ibu Ir
Sri Wahyu Indiati, MS dan bapak Suntono, SP, peneliti pada Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, yang telah banyak
membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
bapak, ibu serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Hendra Yuniar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


ii

DAFTAR GAMBAR

iii

1 PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

4

Ruang Lingkup


4

Manfaat Penelitian

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

5

Data Informasi dan Pengetahuan

5

Sistem Manajemen Pengetahuan

5

Penciptaan dan Perubahan Bentuk Pengetahuan

6

Elemen Manajemen Pengetahuan

7

Menangkap Pengetahuan

8

Pengkodean Pengetahuan

10

Arsitektur Manajemen Pengetahuan

10

Metode Membangun Sistem Manajemen Pengetahuan

11

Hama Kedelai

14

3 METODE

17

Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan

17

Membentuk Tim Manajemen Pengetahuan

18

Menangkap Pengetahuan

18

Merancang Cetak Biru Sistem

18

Mengembangkan Sistem Manajemen Pengetahuan

19

Menguji Sistem Manajemen Pengetahuan

20

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

23

Evaluasi Sistem Manajemen Pengetahuan

23

Membentuk Tim Manajemen Pengetahuan

25

Menangkap Pengetahuan

25

Merancang Cetak Biru Sistem

31

Mengembangkan Sistem Manajemen Pengetahuan

34

Menguji Sistem Manajemen Pengetahuan

49

5 KESIMPULAN DAN SARAN

51

3

Kesimpulan

51

Saran

51

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

57

RIWAYAT HIDUP

96

DAFTAR TABEL
1

Jenis serangga hama yang berasosiasi selama masa pertumbuhan

15

2

Anggota tim sistem manajemen pengetahuan

18

3

Pengujian lapisan arsitektur sistem

20

4

Daftar bagian yang akan diuji

21

5

Tingkat terpenuhinya klasifikasi manajemen pengetahuan

24

6

Anggota tim sistem manajemen pengetahuan

25

7

Decision tables menentukan jenis pengendalian hama

31

8

Production rules penanaman pohon perangkap

33

9

Aktor yang terlibat dan use case

34

10 Pengujian lapisan arsitektur sistem

49

DAFTAR GAMBAR
1

Model konversi pengetahuan Nonaka dan Takeuchi (1995)

6

2

Model sistem manajemen pengetahuan

7

3

Metodologi siklus hidup sistem manajemen pengetahuan

17

4

Knowledge map menentukan jenis hama kedelai

32

5

Diagram use case

33

6

Halaman antar muka pengguna

35

7

Halaman hama kedelai

36

8

Halaman musuh alami

37

9

Halaman hasil penelitian

37

10 Halaman mencari hama

38

11 Halaman teknologi pengendali

40

12 Halaman sosial media

42

13 Halaman ahli kedelai

42

14 Halaman histori konsultasi

43

15 Halaman administrator

44

16 Halaman menjawab pertanyaan

44

17 Lapisan hak akses

45

18 Lapisan collabarative filtering dan intelligence

45

19 Lapisan transport

46

20 Pencarian hama

47

21 Solusi teknologi pengendali hama

48

22 Sarana berkomunikasi

48

DAFTAR LAMPIRAN
1

Hama kedelai yang menyerang pertanaman kedelai

59

2

Serangan dan status hama kedelai berdasarkan umur tanaman

60

3

Hama kedelai dan bagian tanaman yang diserang

61

4

Ciri-ciri hama kedelai

62

5

Gejala serangan hamakedelai pada areal pertanaman

64

6

Teknologi pengendali hama kedelai

66

7

Diagram aktifitas

69

8

Diagram sekuensial

73

9

Diagram kelas

77

10 Struktur program sistem manajemen pengetahuan

78

11 Tabel daftar uji blackbox

79

12 Daftar pertanyaan wawancara

80

13 Daftar validasi pengetahuan

81

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengetahuan merupakan sumberdaya yang penting.Setiap organisasi
berupaya untuk menghimpun pengetahuan yang dimilikinya agar dapat dikelola
dan memberikan nilai tambah berupa peningkatan performa atau kinerja
organisasi.Pengetahuan yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja
suatu perusahaan, baik dari efektifitas kerja, efisiensi waktu dan dapat menunjang
dalam pengambilan keputusan manajemen.Nonaka dan Takeuchi (1995)
menyebutkan bahwa yang menjadi kunci keberhasilan perusahaan-perusahaan di
Jepang adalah kemampuan dan keahlian mereka dalam mengorganisasikan
pengetahuan.Perusahaan Jepang memiliki kemampuan untuk menciptakan
pengetahuan baru, menyebarkannya dalam organisasi dan mewujudkannya dalam
produk, jasa serta sistem.
Salah satu upaya mengelola pengetahuan adalah dengan menerapkan
knowledge management (KM). Melalui KM akan teridentifikasi pengetahuanpengetahuan yang dimiliki sebuah organisasi untuk meningkatkan kinerja dan
menghasilkan berbagai inovasi. Menurut Munir (2008) untuk memperoleh
manfaat sebesar-besarnya dari pengetahuan yang dimiliki, perusahaan seharusnya
mengelola pengetahuan melalui manajemen pengetahuan.Melalui manajemen
pengetahuan, pengetahuan yang dimiliki seorang karyawan tetap tinggal dan
menjadi aset perusahaan meskipun secara fisik karyawan tersebut telah
meninggalkan perusahaan.Mulyanto (2009) mengatakan implementasi manajemen
pengetahuan dalam organisasi akan memberi manfaat bagi organisasi antara lain :
mengetahui sumber daya dalam organisasi, menggunakan kembali pengetahuan
yang sudah ada, mempercepat proses penciptaan pengetahuan baru dari
pengetahuan yang sudah ada, dan menjaga pergerakan organisasi tetap stabil
meskipun terjadi arus keluar-masuk SDM. Selain itu Tan (2010) menyebutkan
keunggulan-keunggulan bagi sebuah organisasi yang menerapkan manajemen
pengetahuan seperti : bahwa pengetahuan yang sudah didapatkan organisasi tidak
akan hilang karena tidak disimpan dalam bentuk pengetahuan tacit, dan bahwa
semua orang dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut agar tercipta sebuah
standar prosedur kerja yang sama meskipun orang yang mengetahui pengetahuan
tersebut tidak berada ditempat.
Indonesia adalah negara pertanian yang besar dengan luas lahan pertanian
mencapai 70,20 juta ha (BPS 2008). Hampir 60% penduduknya tinggal didesa
dengan kegiatan utama di sektor pertanian (Sudaryanto dan Rusastra 2006).Belum
lagi didukung dengan alam yang subur.Tetapi produktivitas hasil pertanian
Indonesia belum maksimal. Sehingga Indonesia harus mengimpor hasil pertanian
dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.Ini adalah
permasalahan yang dihadapi pertanian Indonesia.
Perusahaan-perusahaan Jepang dapat maju dan berkembang pesat dengan
menerapkan knowledge management dimana melalui knowledge managementakan
dapat diidentifikasi, ditangkap, dimanfaatkan, di-sharing, didistribusikan
pengetahuan yang merupakan aset yang berguna perusahaan. Maka demikian pula
halnya dengan pertanian di Indonesia. Jika kita mampu untuk melakukan hal yang

2

sama terhadap sumber-sumber pengetahuan pertanian di Indonesia maka pertanian
di Indonesia akan maju.
Salah satu komoditas pentingyang harus dikembangkan di negeri ini adalah
kedelai.Hal ini karena kebutuhan kedelai terus meningkat seiring
denganberkembangnya industri pangan. Produk pangan berupa tahu, tempe dan
kecap membutuhkan pasokan kedelai yang cukup besar untuk menjaga
kelangsungan ketersediaan bahan pangan tersebut. Sementara Indonesia belum
mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Untuk itu Indonesia terpaksa
melakukan imporkedelai dari negara lain. Statistik lima tahun terakhir dari BPS
menunjukkan nilai imporyang cukup besar yang dilakukan Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Tercatat untuk tahun 2011 Indonesia
terpaksa mengimpor kedelai sebesar 2 juta ton.
Kementerian Pertanian berupaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dengan memasukkannya dalam Renstra 2010-2014. Didalamnya dicanangkan
target utama yang hendak dicapai, yang salah satunya adalah swasembada
(kedelai, gula, daging sapi) dan swasembada berkelanjutan (padi dan jagung).
Untuk mencapai target tersebut dilakukan langkah-langkah oleh pemerintah dalam
upayanya memenuhi kebutuhan kedelai nasional pada tahun 2011 diantaranya
melalui : (1) Penciptaan dan penelitian varietas unggul dimana telah dihasilkan
satu varietas unggul baru, (2) Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) kedelai seluas 300 ribu hektar yang dilaksanakan
oleh 30 ribu kelompok tani, dan (3) Bantuan benih unggul bermutu sebanyak 12
ribu ton untuk pertanaman kedelai seluas 300 ribu hektar, (4) Bantuan benih
melalui cadangan benih nasional (CBN) seluas 20 ribu hektar, (5) Pengembangan
kedelai melalui GP3K seluas 73.500 hektar dan perluasan areal tanam/panen
melalui GP3K seluas 51.000 hektar, dan (6) penyuluhan (Laporan Kinerja
Kementerian Pertanian 2011).
Dalam upaya mewujudkan hal tersebut ternyata masih banyak permasalahan
yang harus dihadapi.Gangguan hama, gangguan penyakit dan ketidakseimbangan
hara menjadi permasalahan penting yang harus dihadapi petani dalam usahanya
bertanam kedelai. Salah satu ancaman dalam usaha untuk mencapai target
swasembada kedelai adalah gangguan hama (Tengkano dan Soehardjan 1985).
Gangguan hama dapat menurunkan hasil kedelai sampai dengan 80%, bahkan jika
tidak ada tindakan pengendaliannya dapat menyebabkan puso (Djuwarso et al.
1990). Tanaman kedelai dari mulai tumbuh sampai tanaman siap panen tidak
luput dari serangan hama. Tercatat sebanyak 111 jenis hama yang mengganggu
tanaman kedelai (Okada et al 1988). Oleh karena itu memiliki dokumentasi
pengetahuan yang konfrehensif tentang hama kedelai dengan teknologi
pengendaliannya yang mudah diakses merupakan suatu kebutuhan guna
mengurangi kerugian akibat serangan hama kedelai.Selain itu guna mendukung
PUSTAKA sebagai unit organisasi yang bertanggung jawab untuk
menyebarluaskan hasil inovasi pertanian, ditengah-tengah peran penyuluh
pertanian yang mengalami penurunan secara signifikan dari tahun ke
tahun.Misalnya tahun 1999 penyuluh pertanian berjumlah 37.636orang,berkurang
menjadi 33.659 orang pada tahun 2001. Dan sampai akhir tahun 2009jumlah
penyuluh pertanian berkurang drastis menjadi 25.708 orang (Laporan Kinerja
Kementerian Pertanian 2011)

3

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA)
memerlukan mekanisme yang sistematis untuk memetakan, mengumpulkan dan
mendokumentasikan agar aset pengetahuan, baik yang berupa pengetahuan yang
bersifat explicit yang tertulis, terarsip baik cetak maupun elektronik dan
pengetahuan yang bersifat tacit berupa pengalaman, skill dan pemahaman para
peneliti ketika menangani hama kedelai dapat diakses dengan mudah. Mekanisme
ini berupa aplikasi berbasis sistem manajemen pengetahuan dimana pengetahuan
individu, kelompok dan organisasi dicapture, diciptakan, dikodifikasi, dibagi,
diakses, diaplikasikan dan digunakan ulang dalam siklus manajemen
pengetahuan.Selain itu guna mendukung PUSTAKA sebagai unit organisasi yang
bertanggung jawab untuk menyebarluaskan hasil inovasi pertanian, ditengahtengah peran penyuluh pertanian yang mengalami penurunan secara signifikan
dari tahun ke tahun. Misalnya tahun 1999 penyuluh pertanian berjumlah 37.636
orang, berkurang menjadi 33.659 orang pada tahun 2001. Dan sampai akhir tahun
2009 jumlah penyuluh pertanian berkurang drastis menjadi 25.708 orang (Laporan
Kinerja Kementerian Pertanian2011).
Pengembangan sistem manajemen pengetahuanhama kedelai pada
PUSTAKA merupakan topik penelitian yang penting untuk dilakukan. Rancangan
ini diharapkan dapat mendokumentasikan pengetahuan hama pada kedelai dengan
teknologi pengendaliannya yang tersebar di berbagai institusi pemerintah,
berbagai jurnal penelitian atau pengetahuan yang masih tersimpan dalam benak
peneliti sehingga mudah diakses. Selain itu diharapkan dapat membantu para
penyuluh pertanian menjalankan tugasnya.
Fakhrurroja H (2010) mengembangkan sistem manajemen pengetahuan
yang dapat diaplikasikan untuk menciptakan knowledge, berbagi knowledge,
menyimpan knowledge, dan memanfaatkanknowledge pegawai LIPI, sehingga
pengetahuan yang tersimpan dibenak para pegawainya yang akan memasuki
pensiun dapat disimpan. Sistem dikembangkan dengan metode Soft System
Methodology (SSM).Metodologi ini didasarkan atas pemahaman dan pandangan
partisipan tentang solusi yang mungkin dapat dilaksanakan sesuai
keinginan.Partisipan dilibatkan dari awal kemudian juga diajak untuk bersamasama mendiskusikan perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan untuk situasi
tersebut.Suhitarini dan Togar (2009) mengembangkan sebuah sistem manajemen
pengetahuan di Dinas Sosial DKI sebagai sarana berbagi pengetahuan bagi para
pegawai sebagai upaya meningkatkan kinerja institusi. Sistem ini dibangun
dengan menggunakan open source web platform MOODLE, serta dibuat dengan
arsitektur yang terdiri dari user interface yang menghubungkan antara pengguna
dengan sistem, transport layer yang menyediakan kemampuan networking dan
distribusi pengetahuan serta physical layer sebagai tempat menyimpan
pengetahuan dalam database. Kamilah N (2012) membangun sistem manajemen
pengetahuan dalam pemilihan benih dan varietas unggul padi. Pengetahuan
varietas padi disajikan dalam dua bentuk, yaitu pengetahuan berdasarkan
klasifikasi kriteria varietas yaitu jenis padi, spesifikasi lahan, bentuk gabah,
tekstur nasi, hama, penyakit dan umur. Bentuk yang kedua yaitu berdasarkan
nama varietas yang ditampilkan. Kedua bentuk pengetahuan ini ditampilkan
dalam web sehingga para petani dapat kapan saja mengakses pengetahuan ini.

4

Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah membangun sistem
manajemen pengetahuan hama kedelai sebagai sarana untuk mendukung petani
dan penyuluh lapang dengan menyajikan informasi tentang hama kedelai yang
merupakan salah satu ancaman dalam usaha untuk mencapai target swasembada
kedelai dan mengurangi kerugian ditingkat petani.

Ruang Lingkup
Kegiatan penelitian dilakukan denganmelakukan evaluasi sistem manajemen
pengetahuan di PUSTAKA, membentuk timknowledge developer, menangkap
pengetahuan yang tersimpan dalam jurnal-jurnal penelitian, buku-buku, prosiding
dan benak para ahli yang dilakukan dengan wawancara dan kunjungan lapang,
merancang cetak biru sistem, mengembangkan sistem dan menguji sistem.

Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari pembangunan sistem manajemen
pengetahuan hama kedelai adalah :
1.
Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan tentang hama kedelai dan
penanganannya bagi para petani dan penyuluh pertanian.Sehingga
diharapakan petani dan penyuluh lapang dapat dengan mudah mendapatkan
informasi tersebut.
2.
Memiliki materi untuk membangun database yang lengkap tentang hama
kedelai. Database hama kedelai sangat diperlukan mengingat saat ini belum
ada database yang menghimpun pengetahuan tersebut. Hal ini menyebabkan
petani dan penyuluh mengalami kesulitan untuk mendapatkan pengetahuan
hama kedelai.
3.
Meningkatkan competitive advantage bagi Badan Litbang Pertanian sebagai
lembaga penelitian. Badan Litbang Pertanian dituntut tidak saja mampu
menghasilkan inovasi dibidang teknologi pertanian tetapi juga memiliki
kemampuan yang baik dalam menyebarkan hasil-hasil inovasi pertanian
kepada masyarakat petani.

5

2 TINJAUAN PUSTAKA
Data Informasi dan Pengetahuan
Menurut Bergeron (2003) pada dasarnya data, informasi dan pengetahuan
adalah konsep yang saling berhubungan.Data adalah angka atau atribut yang
bersifat kuantitas yang berasal dari hasil observasi atau eksperimen.Informasi
adalah kumpulan data yang telah diolah yang terkait dengan penjelasan dan
interpretasi.Sedangkan pengetahuan adalah informasi yang telah diorganisasi
untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman.
Secara garis besar pengetahuan terdiri atas 2 jenis, yaitu pengetahuan
explicit danpengetahuan tacit, yang dijabarkan sebagai berikut :
1.
Pengetahuan explicit adalah pengetahuan yang dapat diekspresikan dengan
kata-kata atau bilangan dan disimpan dalam dokumen atau database. Dalam
organisasi, pengetahuan ini terdiri dari kebijakan, petunjuk prosedural,
kertas putih, laporan, desain, strategi, tujuan dan misi. Ini adalah
pengetahuan yang telah dikodekan (didokumentasikan) sehingga dapat
didistribusikan kepada orang lain (Turban et al. 2005).
2.
Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang baik berupa
tindakan, pengalaman, maupun idelaisme. Pengetahuan ini bersifat sangat
personal dan sulit dirumuskan sehingga membuatnya sangat sulit untuk
dikomunikasikan atau disampaikan kepada orang lain. Perasaan pribadi,
intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik serta petunjuk praktis adalah contoh
dari pengetahuan ini.

Sistem Manajemen Pengetahuan
Sistem manajemen pengetahuan adalah penggunaan teknologi informasi
modern untuk sistematisasi guna meningkatkan dan mempercepat pengelolaan
pengetahuan di dalam dan antar organisasi (Ahlawat2006). Sedangkan definisi
menurut Laudon dan Laudon (2012) adalah kumpulan dari proses-proses yang
dibangun didalam perusahaan untuk menciptakan, mengumpulkan, menyimpan,
memelihara serta menyebarkan pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan.
Suatu sistem dikatakan sistem manajemen pengetahuan apabila sistem
tersebut memiliki klasifikasi sebagai berikut (Elias dan Hassan 2004):
1.
Adanya sistem untuk menemukan pengetahuan. Sebuah sistem manajemen
pengetahuan yang baik haruslah mengandung sebuah modul untuk
menemukan pengetahuan. Modul ini merupakan sebuah alat untuk para
pengguna menemukan pengetahuan-pengetahuan baru yang dibutuhkan.
Bisa berupa mesin pencari yang dapat digunakan untuk menemukan sebuah
artikel.
2.
Adanya sistem untuk menangkap pengetahuan. Yaitu sebuah modul dari
sistem yang berfungsi untuk menangkap pengetahuan yang baru yang belum
ada dalam sistem yang berjalan. Bisa berupa entry data sebuah pengetahuan
baru yang berhasil ditangkap.

6

3.

4.

Adanya sistem untuk berbagi pengetahuan. Yaitu sebuah modul dari
aplikasi dimana aplikasi menyediakan akses untuk dapat mengambil
pengetahuan. Bisa berupa aplikasi upload/download pengetahuan.
Adanya sistem untuk aplikasi pengetahuan. Yaitu bentuk pengetahuan yang
tersedia dalam sebuah sistem sehingga mudah untuk diakses oleh mereka
yang membutuhkan.

Penciptaan dan Perubahan Bentuk Pengetahuan
Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) penciptaan pengetahuan selalu
dimulai dari individu. Pengetahuan tersebut dikumpulkan dan kemudian
dibakukan dalam sebuah perusahaan sehingga dapat menjadi pengetahuan bagi
orang lain. Dalam model ini terdapat empat model konversi pengetahuan yaitu :

Gambar 1 Model konversi pengetahuan Nonaka dan Takeuchi (1995)
1.

2.

3.

4.

Tacit knowledge ke tacit knowledge disebut dengan proses sosialisasi.
Tacit knowledge di share kepada orang lain dengan cara mengamati,
mencontoh dan melatih tanpa mendokumentasikan dan mempublikasikan
knowledge tersebut.
Tacit knowledge ke explicit knowledge disebut dengan proses eksternalisasi.
Tacit
knowledge
di
share
kepada
orang
lain
dengan
caramendokumentasikan pengetahuan dari para ahli sehingga mudah
dimengerti oleh orang lain.
Explicit knowledge ke explicit knowledge disebut dengan proses kombinasi.
Adalah proses mengubah laporan atau dokumen dalam bentuk kertas atau
hardcopy menjadi digital atau softcopy sehingga dapat ditampilkan dalam
bentuk media yang lain.
Explicit knowledge ke tacit knowledge disebut dengan proses internalisasi.
Explicit knowledge yang sudah ada dipelajari dan dipraktekkan untuk
mendapatkan tacit knowledge yang baru dan bermanfaat.

7

Elemen Manajemen Pengetahuan
Menurut Setiarso et al. (2009) manajemen pengetahuan memiliki komponen
yang saling terkait antara satu dengan yang lain, dan saling melengkapi.
Komponen ini merupakan komponen penting yang dapat menentukan
keberhasilan implementasi sistem.Tanpa komponen tersebut sistem manajemen
pengetahuan tidak dapat berfungsi dengan baik. Komponen tersebut adalah :
1.
Manusia, merupakan pemegang peranan yang penting. Tanpa ketersediaan
manusia yang berkompeten sulit untuk menjalankan proses manajemen
pengetahuan. Oleh karena itu pengembangan kompetensi manusia dalam
organisasi ditambah dengan pengetahuan peran dan tanggung jawab masingmasing dengan jelas dalam mengelola dan menjalankan pengetahuan
merupakan hal pokok yang harus dikembangkan.
2.
Proses, merupakan teknik pengambilan nilai-nilai pengetahuan ke kedalam
suatu media dan kemudian didistribusikan ke setiap individu untuk
digunakan kembali.Rangkaian proses dikenal dengan model SECI
(Socialization, Externalization, Combination dan Internalization) dari
Nonaka dan Takeuchi (1995).
3.
Teknologi, diperlukan untuk membantu kolaborasi dan komunikasi yang
terjadi dalam proses manajemen pengetahuandiantaranya dengan
menangkap, menyimpan dan mempermudah menggunakan informasi. Oleh
sebab itu perlu dibangun sarana pendukung kolaborasi berbasis teknologi
seperti misalnya basis data penyimpanan, server, portal, atau perangkat
teknologi informasi lainnya.
4.
Content (isi), yaitu database knowledge dan dokumen yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

Gambar 2 Model sistem manajemen pengetahuan Setiarso et al. (2009)

8

Menangkap Pengetahuan
Langkah ini berupa menangkap pengetahuan baik dari dokumen-dokumen
tercetak mengenai hama kedelai maupun dari para pakarnya. Jika pengetahuan itu
berupa pengetahuan explicitmaka menangkap pengetahuan dilakukan dengan
merubah dokumen berupa buku-buku, prosiding, hasil-hasil penelitian dan jurnaljurnal menjadi dokumen yang dapat disimpan secara elektronik didalam sebuah
database. Sementara untuk pengetahuan yang berada di dalam benak manusia
sangat sulit untuk didokumentasikan. Oleh karena itu diperlukan sebuah proses
untuk mengeluarkan pengetahuan yang berada di dalam kepala pemiliknya.
Pengetahuan tersebut kemudian didokumentasikan. Proses untuk menggunakan
pemikiran dan pengalaman para ahli yang kemudian didokumentasikan disebut
dengan menangkap pengetahuan (Elias dan Hassan 2004).
Dalam upaya untuk menangkap pengetahuan yang berada didalam kepala
manusia digunakan metode wawancara. Wawancara dapat dikategorikan dalam
tiga jenis, yaitu :
1.
Terstruktur adalah bentuk wawancara dengan mempergunakan pertanyaan
yang jawabannya telah disediakan. Contohnya pertanyaan pilihan ganda,
pertanyaan dengan skala urutan (1-10) dll.
2.
Tidak terstruktur adalah bentuk wawancara dengan jawaban bebas dan
biasanya digunakan dalam kasus untuk mencari solusi permasalahan.
3.
Semi terstruktur adalah wawancara dengan bentuk jawaban yang telah
disediakan, tetapi juga diberi kebebasan untuk mengekspresikan
jawabannya.
Selain itu ada beberapa teknik lain yang dapat digunakan untuk menangkap
pengetahuan tacityaitu :
1.
On-Site Observation
Adalah sebuah teknik menangkap pengetahuan dengan cara mengamati,
merekam dan menafsirkan proses pemecahan masalah yang dilakukan para
ahli secara langsung. Dalam teknik ini hendaknya pengembang pengetahuan
lebih banyak diam dan mencatat, lebih banyak mendengarkan daripada
berbicara, menghindari memberikan nasehat dan berdebat dengan para
ahli.Teknik ini memiliki keunggulan dibanding dengan wawancara dimana
dalam teknik ini pengembang pengetahuan mendapatkan contoh nyata
pemecahan permasalahan lengkap dengan teknik dan prosedur yang
digunakan para ahli.Tetapi juga memiliki kelemahan diantaranya tidak
semua ahli mau diamati ketika melakukan pekerjaannya dan hasil
pengamatan berkurang oleh adanya kesenjangan antara pengamatan dan
waktu pencatatan.
2.
Brainstorming
Adalah teknik untuk mendapatkan sebanyak mungkin ide-ide berupa solusi
untuk memecahkan suatu masalah dengan melibatkan 2 orang ahli atau
lebih.Dalam teknik ini para ahli diminta untuk sebanyak mungkin
melemparkan ide-ide pemecahan masalah tetapi tidak diperkenankan untuk
berdebat mempertahankan ide-ide.
3.
Electronic Brainstorming

9

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Adalah teknik untuk mendapatkan sebanyak mungkin ide-ide berupa solusi
untuk memecahkan suatu masalah dengan melibatkan 2 orang ahli atau lebih
dengan dibantu oleh perangkat komputer.Dengan perangkat komputer para
ahli bisa langsung melemparkan ide-ide pemecahan masalah tanpa harus
menunggu giliran untuk berbicara.
Protocol Analysis
Adalah teknik untuk mendapatkan ide-ide dengan mengumpulkan skenario
dari para ahli dengan meminta para ahli mengungkapkannya secara verbal
mengenai proses pengambilan keputusan yang mereka lakukan.
Consensus Decision Making
Teknik pengambilan keputusan dengan melakukan diskusi yang mengacu
kepada pemecahan masalah, menciptakan sudut pandang yang sama
terhadap masalah serta memikirkan tindakan yang paling mungkin
dilakukan berdasarkan suatu kondisi tertentu dimana hal tersebut merupakan
keputusan yang dibuat dalam kelompok dan disetujui bersama. Pada teknik
ini para ahli yang terlibat diberikan kesempatan yang sama dan memadai
untuk menyampaikan pandangannya. Ide-ide tersebut kemudian
didiskusikan secara bersama-sama sehingga didapatkan solusi sebagai hasil
keputusan bersama.Teknik ini bisa jadi sangat membosankan karena
memakan waktu yang panjang.
Nominal Group Technique
Teknik pengambilan keputusan yang menggunakan suatu pertemuan yang
terstruktur dengan cara mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta yang
kemudian diberikan voting dan rangking terhadap ide-ide yang mereka pilih.
Ide yang dipilih adalah yang paling banyak skor-nya, yang berarti
merupakan konsensus bersama.
Delphi Method
Suatu teknik untuk mendapatkan solusi terbaik dengan cara melakukan
survei kepada para pakar dengan memberikan kuesioner untuk
mengumpulkan pendapat para pakar untuk menyelesaikan suatu masalah.
Hasil dari kuesioner tersebut akan dievaluasi ulang untuk menyusun
kuesioner berikutnya, dan seterusnya.
Repertory Grid
Grid adalah suatu skala untuk mengukur elemen-elemen dari masalah
dimana grid dipakai untuk menangkap dan mengevaluasi model dari pakar.
Concept Mapping
Pemetaan suatu konsep dengan menggunakan titik dan garis untuk
menghubungkan titik-titik tersebut.Sebuah titik merepresentasikan suatu
konsep dan sebuah garis merepresentasikan hubungan antar konsep
tersebut.Tujuan dari pemetaan ini adalah merancang struktur yang
kompleks, menghasilkan ide, mengkomunikasikan ide, dan untuk
mendiagnosa kesalahpahaman.
Blackboarding
Mengumpulkan pakar untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan
blackboard sebagai medianya. Pakar diberikan kesempatan yang sama untuk
memberikan solusi masalah di blackboard tersebut. Blackboard sendiri
adalah suatu struktur memori global, sebuah database, atau sebuah gudang

10

yang digunakan untuk menyimpan semua solusi sementara dan data-data
penting lain yang berhubungan dengan pemecahan masalah tersebut.

Pengkodean Pengetahuan
Pengetahuan yang telah ditangkap kemudian didokumentasikan. Proses ini
adalah melakukan dokumentasi pengetahuan tacit kedalam bentuk pengetahuan
explicit dimana pengetahuan tersebut diatur, dikategorikan, diindeks dan dapat
diakses. Elias dan Hassan (2004) menyebutkan beberapa alat/prosedur yang dapat
digunakan untuk melakukan pengkodean pengetahuan, yaitu :
1.
Knowledge Mapadalah sebuah representasi visual dari suatu pengetahuan
dimana dalam knowledge map dijabarkan kejadian yang saling terhubung
antara satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian proses.
2.
Decision Treeadalah suatu pohon keputusan dengan titik dan garis yang
menunjukkan kondisi dan tindakan yang dapat dilakukan.
3.
Decision Tablesadalah suatu tabel yang berisi matriks dari beberapa kondisi,
aturan dan tindakan yang dapat dilakukan. Digunakan sebagai alat bantu
dalam pengambilan keputusan. Misalnya dengan kondisi A dan aturan B
maka akan dilakukan tindakan C.
4.
Framesdigunakan untuk melakukan pengkodean pengetahuan melalui
pengalaman sebelumnya
5.
Production Rulesadalah pernyataan kondisional untuk menentukan tindakan
yang akan diambil dalam kasus tertentu. Sintaksnya adalah : IF(premise)
THEN(action).
6.
Case-Based
Reasoningadalah
teknik
yang
mencatat
dan
mendokumentasikan suatu kasus dan mencari kasus yang sesuai untuk
memecahkan kasus baru yang dibawakan ke pakar. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan kasus dari masa lalu yang paling mirip dengan kasus yang
dihadapi sekarang. Dokumentasi dari kasus-kasus tersebut akan
diklasifikasikan sehingga jika ada kasus baru bisa dicari kasus yang paling
mirip untuk kemudian dipelajari dan diambil tindakan.

Arsitektur Manajemen Pengetahuan
Agar suatu sistem manajemen pengetahuan dapat menjalankan fungsinya
untuk menciptakan, mendokumentasikan, menggolongkan dan menyebarkan
pengetahuan, maka perlu dibuat arsitektur manajemen pengetahuan. Arsitektur itu
terdiri dari lapisan-lapisan sebagai sebagai berikut (Elias dan Hassan 2004):
1.
User Interface Layeradalah lapisan yang menghubungkan orang dengan
sistem manajemen pengetahuan. Biasanya web browser digunakan sebagai
antarmuka antara pengguna dan sistem manajemen pengetahuan. Dalam
membuat lapisan ini yang perlu diperhatikan adalah konsistensi, relevansi,
kejelasan visual, navigasi dan kegunaan. Hal ini patut diperhatikan agar
tampilan muka berfungsi dengan baik.
2.
Authorized Access Controladalah lapisanyangbertugas melakukan
pengecekan terhadap data otentik dari pengguna, menjagakeamanan

11

3.

4.

5.

6.

7.

danmenjamin aksesyang berwenang untukpengetahuanyang ditangkap
dandisimpan dalamrepositoriorganisasi. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah adanya penyalahgunaan wewenang. Misalnya penggunaan
password, firewall, security dan authentication.
Collaborative Intelligence and Filteringadalah lapisan tempat fungsi-fungsi
yang akan membantu pengguna dalam menggunakan sistem manajemen
pengetahuan, belajar pengetahuan baru dan berkontribusi pengetahuan
dalam sistem manajemen pengetahuan. Fungsi tersebut contohnya fungsi
pencarian artikel, pencarian dokumen, fungsi rekomendasi dan filtering.
Knowledge Enabling Aplications adalah lapisan tempat penyimpanan
direktori keterampilan, sarana berkolaborasi, konferensi video, sistem
pendukung keputusan, dan whiteboard digital.
Transport Layer adalah lapisan yang menyediakan kemampuan networking
dan distribusi manajemen pengetahuan. Biasanya memuat teknologi seperti
web server, e-mail server, pendukung untuk alur video dan audio, dan
sebagainya.
Middleware adalah lapisan yang berfungsi sebagai penghubung sistem
manajemen pengetahuan dengan database. Biasanya berupa suatu software.
ODBC (Open Database Connectivity) merupakan suatu middleware yang
memungkinkan pengguna dapat mengakses data dari database dengan cara
menerjemahkan data query dalam suatu perintah yang dimengerti oleh
database.
The Physical Layer adalah lapisan paling bawah yang menyediakan fasilitas
penyimpanan database operasional, database hasil diskusi, web forum dan
arsip dokumen digital yang terintegrasi dengan sistem manajemen
pengetahuan.

Metode Membangun Sistem Manajemen Pengetahuan
Agar sebuah sistem manajemen pengetahuan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, maka dalam membangun sebuah sistem haruslah dilakukan dengan
perencanaan yang baik.Beberapa model dalam membangun sistem manajemen
pengetahuan telah dihasilkan, diantaranya :
1.
Model Zack
Siklus manajemen pengetahuan Zack terdiri dari tahapan-tahapan:
a. Akuisisi data/informasi, merupakan tahap pengumpulan data dan
informasi yang dilakukan dengan sistem jemput bola dengan
menghubungi langsung dan melakukan survei.
b. Perbaikan, merupakan tahap perbaikan data yang telah berhasil
dikumpulkan
c. Penyimpanan/pengambilan, merupakan tahap penemuan kembali
pengetahuan yang disimpan dalam database.
d. Distribusi, merupakan tahap berbagi pengetahuan.
e. Presentasi atau penggunaan, merupakan tahap menghadirkan
pengetahuan dalam sebuah sistem manajemen pengetahuan.

12

2.

Model Bukowitz dan Williams
Pada model ini adalah bagaimana suatu organisasi mampu menghasilkan
pengetahuan, mampu memelihara pengetahuan, dan mampu mengumpulkan
pengetahuan yang sehingga mampu menciptakan nilai baru bagi
pengetahuan. Secara umum model Bukowitz dan William dimulai dari
mendapatkan pengetahuan(Get), menggunakan (use), mempelajari (learn),
mengkontribusikannya (contribute), mengkaji (asses), membangun
(build/sustain) atau divestasi (divest). Penjelasan model tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Dapatkan (Get): Terdiri dari mencari informasi yang diperlukan dalam
rangkauntuk membuat keputusan, memecahkan masalah, atau
berinovasi.
b. Gunakan (Use): Bagaimana menggabungkan informasi dengan cara
baru danmenarik dalam rangka mendorong inovasi organisasi.
Fokusnya adalah terutama pada individu dan kemudian pada kelompok.
c. Belajar (learn): mengacu pada proses belajar formal dari pengalaman
sebagaisarana untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
d. Kontribusi (contribute): berhubungan dengan mencari karyawan
untukmemposting apa yang telah mereka pelajari ke basis pengetahuan
komunal(misalnya, repositori)
e. Mengkaji (asses): lebih banyak berurusan dengan kelompok dan
tingkatorganisasi. Penilaian merujuk pada evaluasi modal intelektual
danmensyaratkan bahwa organisasi mendefinisikan misi-kritis
pengetahuan danpeta modal intelektual saat ini terhadap masa depan
yang membutuhkanpengetahuan.
f. Membangun dan Mempertahankan (build/sustain): memastikan
bahwamodal intelektual masa depan organisasi akan menjaga organisasi
yang layakdan kompetitif.
g. Divestasi (divest): Organisasi tidak harus berpegang pada aset-fisik atau
intelektual jika mereka tidak lagi menciptakan nilai.

3.

Model McElroy
Tahapan pembentukan sistem manajemen pada model ini meliputi :
a. Knowledge production, merupakan tahap penciptaan pengetahuan
dalam sebuah organisasi. Bagaimana suatu data diolah menjadi
informasi kemudian dengan bercampur dengan pengalaman, intuisi
diolah menjadi pengetahuan.
b. Organizational Knowledge, merupakan tahap mengumpulkan
pengetahuan-pengetahuan yang tersebar sehingga menjadi sebuah
pengetahuan organisasi.
c. Knowledge Integration, merupakan tahap menyatukan kumpulan
pengetahuan menjadi sebuah sistem manajemen pengetahuan.

4.

Model Wiig
Tahapan pembentukan sistem manajemen pada model ini meliputi :
a. Build Knowledge, adalah tahap membangun pengetahuan yang
ditangkap dari berbagai sumber seperti pengalaman, pendidikan formal,
training, media, buku dan lainnya.

13

b.
c.

d.
5.

Hold Knowledge,adalah tahap mengumpulkan berbagai sumber
pengetahuan yang telah berhasil ditangkap
Pool Knowledge, adalah tahap bagaimana kumpulan pengetahuanpengetahuan yang telah ditangkap bisa ditempatkan dalam satu tempat
seperti misalnya database.
Use Knowledge adalah tahap mengimplementasikan pengetahuan.

Tiwana dan Amrit (2000) dengan 10 langkahknowledge management
roadmap. Langkah-langkahnyasebagai berikut :
a. Analisa infrastruktur yang ada, yaitu dengan melakukan identifikasi
manajemen pengetahuan yang sedang berjalan.
b. Menyelaraskan antara manajemen pengetahuan dengan strategi bisnis,
yaitu bagaimana membuat manajemen pengetahuan mampu mendukung
strategi bisnis suatu perusahaan/organisasi.
c. Merancang arsitektur dan disain manajemen pengetahuan, yaitu
menentukan platform apa yang akan digunakan sesuai dengan kriteria
manajemen pengetahuan, yaitu :
(i) Efficient protocols, yaitu memungkinkan pengetahuan di share
dengan aman dan cepat.
(ii) Portable operation, yaitu memungkinkan sistem dapat berjalan
pada semua sistem operasi yang berbeda.
(iii) Consistent and easy to use, yaitu mudah digunakan oleh pengguna.
(iv) Scalability, yaitu pada saat pengguna semakin banyak maka sistem
harus dapat memenuhi permintaan seluruh pengguna.
(v) Legacy integration, yaitu sistem harus dapat mengintegrasikan data
ke interface.
(vi) Security, yaitu mempunyai pengamanan terhadap data.
(vii) Flexibility, yaitu mudah untuk diubah sesuai kebutuhan pengguna.
d. Mengaudit aset dan sistem pengetahuan yang ada, yaitu dengan
mengetahui pengetahuan apa saja yang penting untuk disimpan pada
aplikasi dan pengetahuan apa saja yang sudah atau belum
didokumentasikan.
e. Membentuk tim untuk perancangan dan pengembangan aplikasi sistem
beserta tugas, tanggung jawab dan karakteristik yang dibutuhkan dari
masing-masing tim.
f. Membuat cetak biru sistem, yaitu membuat perencanaan untuk
membangun aplikasi dengan menggambarkan workflow, interaksi antar
modul dan fungsi-fungsi yang akan dibangun pada aplikasi.
g. Membangun sistem, yaitu membangun lapisan arsitektur sistem seperti
lapisan antar muka pengguna, lapisan otentik dari pengguna, lapisan
collaborative intelligence, lapisan aplikasi, lapisan transport, lapisan
middleware dan lapisan repository.
h. Prototipe dan uji coba, yaitu uapaya menguji prototipe yang telah dibuat
dan memperbaiki jika ada kesalah nantinya. Dilakukan dengan
menggunakan metode Result-Driven Incremental (RDI) atau perbaikan
yang didorong oleh hasil.
i. Pengelolaan perubahan, kultur dan struktur penghargaan yaitu
menyadari bahwa kesuksesan menerapkan sistem tidak hanya

14

j.

6.

bergantung kepada teknologi saja, tetapi juga ditentukan oleh
perubahan kultur dan perubahan didalam struktur penghargaan.
Melakukan evaluasi sistem, yaitu mengukur keberhasilan sistem apakah
sudah sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pengguna.

Elias dan Hassan (2004) dengan Knowledge Management System Life
Cycle. Dengan tahapan pembentukan sistem manajemen sebagai berikut :
a. Evaluasi infrastruktur berjalan, yaitu dengan melakukan analisa
infrastruktur manajemen pengetahuan yang sedang berjalan sehingga
infrastruktur tersebut dapat dikembangkan dan diperbaiki sesuai dengan
kebutuhan.
b. Pembentukan tim, yaitu dengan melakukan identifikasi stakeholder
yang kemudian mereka dilibatkan dalam pembuatan sistem manajemen
pengetahuan.
c. Menangkap pengetahuan, yaitu menangkap pengetahuan baik berupa
pengetahuan tacit maupun explicit untuk kemudian di dokumentasikan.
Dilakukan dengan merubah buku, jurnal, prosiding menjadi cd atau filefile elektronik. Selain itu bisa juga dilakukan dengan wawancara atau
alat-alat lainnya seperti kunjungan lapang, sarasehan dan yang lainnya.
d. Merancang blueprint sistem, yaitu menggambarkan secara detail
mengenai rancangan dari prototype aplikasi sistem manajemenen
pengetahuan yang akan dikembangkan.
e. Menguji aplikasi, yaitu melihat apakah sistem yang telah dibuat dapat
berfungsi dengan baik atau tidak untuk kemudian melakukan perbaikan
jika ada kekurangan.
f. Menerapkan sistem yang telah dibuat didalam organisasi atau institusi.
g. Mengelola perubahan.
h. Evaluasi sistem, yaitu mengukur keberhasilan sistem apakah sudah
sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pengguna.

Hama Kedelai
Serangan hama kedelai adalah salah satu kendala dalam usaha peningkatan
produksi kedelai (Tengkano dan Soehardjan 1993). Lebih dari 20 spesies hama
menyerang tanaman kedelai di Indonesia (Okada et al. 1988), tetapi hanya 12-14
spesies yang secara ekonomi perlu diperhatikan dan disiapkan cara-cara
pengendaliannya, antara lain lalat kacang (Ophiomya phaseoli), lalat batang
(Melanagromyza sojae), lalat pucuk (Melanagromyza dolichostigma), pemakan
daun (Chrysodeixes chalcites dan Spodoptera litura), penggerek polong (Etiella
zinckenella), penghisap polong (Nezara viridula,Piezodorus hybneri danRiptortus
linearis). Beberapa tahun terakhir pemakan polong (Helicoverpa armigera), kutu
kebul (Bemisia tabaci), dan kutu cabuk (Aphis glycines) meledak populasinya
mengakibatkan kerugian yang besar di sentra-sentra tanaman kedelai (Tengkano
2006).

15

Tabel 1 Jenis serangga hama yang berasosiasi selama fase pertumbuhan
di Indonesia
Umur tanaman (hari)
Jenis Hama
70
++
++
++
?
?
+
+
-

+
= kurang membahayakan
++
= membahayakan
+++ = sangat membahayakan
(viii) = kemungkinan kehadirannya kecil
?
= belum ada data
Sumber : Tengkano dan Soehardjan (1993); Iman dan Tengkano (2002)
Tabel 1 memperlihatkan hama kedelai yang menyerang tanaman
berdasarkan umur tanaman. Serangan hama kedelai dikelompokkan kedalam
kategori sangat membahayakan, membahayakan, kurang membahayakan, dan
kemungkinan kehadirannya kecil.

16

Kerusakan akibat serangan hama kedelai ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu tinggi rendahnya populasi hama, bagian tanaman yang dirusak, daya tahan
tanaman terhadap serangan hama dan umur tanaman (Marwoto 2007). Sementara
gagalnya petani dalam mengatasi hama kedelai disebabkan oleh lemah dalam
identifikasi hama dan gejala serangan, tindakan pengendalian yang terlambat dan
aplikasi insektisida yang kurang tepat. Selain itu faktor petani juga turut andil
menimbulkan masalah hama, seperti (Marwoto 2007) :
1.
Keragaman waktu tanam : sering menimbulkan masalah karena stadia
pertumbuhan yang dikehendaki hama selalu ada.
2.
Keragaman benih : keberhasilan pengembangan kedelai tidak luput pada
penggunaan bibit kedelai yang bebas hama dan penyakit.
3.
Keragaman ketersediaan air : semakin kekurangan air semakin parah
serangan hama dan penyakit tanaman.
4.
Keragaman kondisi kesuburan tanah.
5.
Keragaman pengendalian hama : semakin beragam cara pengendaliannya
semakin besar tingkat ketidakefektifannya.
6.
Keragaman dalam penanganan pascapanen.

17

3 METODE
Metodologi penelitian ini diambil dari sistem manajemen pengetahuan life
cyle Elias dan Hassan (2004) yang terdiri atas beberapa tahapan proses yaitu
evaluasi kms, membentuk tim, menangkap pengetahuan, merancang cetak biru
siste