Keefektifan Beberapa Isolat Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk Menekan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw) pada Tanaman Jagung Manis

KEEFEKTIFAN BEBERAPA ISOLAT
PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA UNTUK
MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis
(Rac.) Shaw) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS

AMALYA REZA OKTAVIANI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keefektifan
Beberapa Isolat Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk Menekan
Penyakit Bulai (Peronoscerospora maydis (Rac.) Shaw) pada Tanaman
Jagung Manis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
Amalya Reza Oktaviani
NIM A34090092

ABSTRAK
AMALYA REZA OKTAVIANI. Keefektifan Beberapa Isolat Plant Growth
Promoting
Rhizobacteria
untuk
Menekan
Penyakit
Bulai
(Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw) pada Tanaman Jagung Manis.

Dibimbing oleh SURYO WIYONO.
Bulai adalah penyakit penting yang menyerang tanaman jagung di
Indonesia. Pada penelitian ini digunakan tanaman jagung manis sebagai
model tanaman penelitian. Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan
aplikasi plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) untuk menekan
penyakit bulai pada tanaman jagung manis. Isolat bakteri PGPR yang diuji
yaitu P14, J8, G4, dan campuran bakteri P14 dan J8. Isolat diencerkan pada
media air steril kemudian diaplikasikan pada benih dengan cara perendaman
benih. Terdapat dua percobaan, yaitu percobaan untuk mengamati pengaruh
PGPR terhadap sifat agronomis tanaman jagung manis dan percobaan untuk
mengamati pengaruh PGPR terhadap keparahan dan kejadian penyakit bulai
pada tanaman jagung manis. Perlakuan yang diberikan terdiri atas 7
perlakuan yaitu aplikasi PGPR, formulasi komersial Benprima, fungisida
berbahan aktif metalaksil, dan kontrol. Seluruh bakteri PGPR yang diujikan
memiliki potensi untuk meningkatkan perkecambahan dan bobot basah
tajuk, tapi tidak dapat menekan kejadian penyakit bulai. Bakteri G4 yang
berasal dari guano dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot basah tajuk,
dan bobot basah akar tanaman.
Kata kunci: bulai, plant growth promoting rhizobacteria, jagung manis


ABSTRACT
AMALYA REZA OKTAVIANI. The Effectiveness of Plant Growth
Promoting Rhizobacteria to Suppress Downy Mildew (Peronosclerospora
maydis (Rac.) Shaw) of Sweet Corn. Supervised by SURYO WIYONO.
Downy mildew is one of the important diseases of maize in Indonesia
This research used sweet corn crop as a research model. This study aims to
test the effectiveness of the application of plant growth promoting
rhizobacteria (PGPR) to suppress downy mildew attack in sweet corn.
PGPR tested were P14, J8, G4, and mixed of P14 and J8. Isolates were
diluted in sterile water and then applied to the seed by soaking the seeds.
There were two experiments, first experiment to observe the effect of PGPR
on agronomic character of sweet corn and second experiments to observe
the effect of PGPR on the incidence of downy mildew of sweet corn. The
first experiment carried out by planting sweet corn seeds in polybag and
second experiment carried out in the field. Treatment consisted of seven
treatments, that is five applications of PGPR, Benprima formulation,
fungicide metalaxyl, and control. All the PGPR tested did not reduce downy
mildew disease, but had significant effect on seed germination and shoot
fresh weight. G4 isolate significantly enhanced plant height, shoot fresh
weight, and root fresh weight.

Keywords: downy mildew, plant growth promoting rhizobacteria, sweet
corn

©

Hak Cipta Milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEEFEKTIFAN BEBERAPA ISOLAT
PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA UNTUK
MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis
(Rac.) Shaw) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS


AMALYA REZA OKTAVIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Keefektifan Beberapa Isolat Plant Growth Promoting
Rhizobacteria untuk Menekan Penyakit Bulai
(Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw) pada Tanaman
Jagung Manis
Nama
: Amalya Reza Oktaviani

NIM
: A34090092

Disetujui oleh

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Segala syukur penulis ucapkan atas rahmat Allah SWT, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul
Keefektifan Beberapa Isolat Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk

Menekan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw) pada
Tanaman Jagung Manis. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi
Tanaman dan Kebun Percobaan Cikabayan dari bulan Januari hingga Juli
2013.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terkasih, Bapak
Abdurakhman karena telah memberikan banyak motivasi, nasihat, dan
suntikan semangat untuk terus berkarya di berbagai bidang. Ibu Indiani atas
doa, kasih sayang, dan kesabarannya yang luar biasa. Rani Rahmawati dan
Arju Jannaka, atas segala dukungan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono MSc.Agr. yang penuh dedikasi
dalam membimbing saya selama mengerjakan tugas akhir dan telah
memberikan banyak nasehat sehingga penulis menjadi berani dan mandiri
dalam berpikir. Kepada teman-teman seperjuangan di Proteksi Tanaman 46
atas persahabatannya. Serta kepada seluruh civitas akademika Departemen
Proteksi Tanaman IPB yang telah banyak memberikan bantuan dan
masukan yang bermanfaat.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai penambah
ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang proteksi tanaman.

Bogor, Desember 2013
Amalya Reza Oktaviani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Penyiapan Suspensi Bakteri PGPR

Pengaruh PGPR Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung
Manis di Polybag
Pengaruh PGPR terhadap Penyakit Bulai dan Sifat
Agronomis pada Tanaman Jagung Manis di Lapangan
Pengamatan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Aplikasi PGPR terhadap Penyakit Bulai
Pengaruh Aplikasi PGPR terhadap Sifat Agronomis Tanaman di
Lapangan
Pengaruh Aplikasi PGPR terhadap Sifat Agronomis Tanaman di
Polybag
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi

vii
vii

















11 

16 
16 
16 
17 
19 
26 

DAFTAR TABEL
Perlakuan PGPR di polybag .................................................................... 4 
Perlakuan PGPR di lapangan................................................................... 5 
Kejadian penyakit tanaman jagung pada berbagai perlakuan PGPR ...... 7 
Perkecambahan benih tanaman jagung manis pada berbagai .................. 9 
Tinggi tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan PGPR .............. 9 
Jumlah daun tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan
PGPR ..................................................................................................... 10 
7 Bobot basah (BB) tajuk, akar, panjang dan lebar daun tanaman ........... 11 
8 Perkecambahan benih tanaman jagung manis pada berbagai ................ 11 
9 Tinggi tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan PGPR ............ 12 
10 Jumlah daun tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan .............. 13 
11 Bobot basah (BB) tajuk, akar, panjang daun dan lebar daun ................ 14 
12 Panjang akar tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan ............. 15 
1
2
3
4
5
6

DAFTAR GAMBAR
1

Gejala penyakit bulai yaitu: a.klorosis, b.tepung putih, dan c.kerdil



DAFTAR LAMPIRAN
1 Tanaman jagung manis di lahan umur 2 MST
2 Tanaman jagung manis di polybag umur 2 MST
3 Panjang akar tanaman jagung pada berbagai perlakuan PGPR: a.
P14, b. J8, c. G4, d. Campuran, e. Benprima, d. Metalaksil, e.
Kontrol
4 Bakteri PGPR yang digunakan dalam aplikasi: a. P14, b. J8, c. G4
5 Hasil analisis ragam kejadian penyakit pada 1 mst
6 Hasil analisis ragam kejadian penyakit pada 2 mst
7 Hasil analisis ragam kejadian penyakit pada 3 mst
8 Hasil analisis ragam kejadian penyakit pada 4 mst
9 Hasil analisis ragam perkecambahan tanaman di lahan
10 Hasil analisis ragam tinggi tanaman di lahan pada 1 mst
11 Hasil analisis ragam tinggi tanaman di lahan pada 2 mst
12 Hasil analisis ragam tinggi tanaman di lahan pada 3 mst
13 Hasil analisis ragam tinggi tanaman di lahan pada 4 mst
14 Hasil analisis ragam jumlah daun di lahan pada 1 mst
15 Hasil analisis ragam jumlah daun di lahan pada 2 mst
16 Hasil analisis ragam jumlah daun di lahan pada 3 mst
17 Hasil analisis ragam jumlah daun di lahan pada 4 mst
18 Hasil analisis ragam bobot basah tajuk di lahan
19 Hasil analisis ragam bobot basah akar di lahan
20 Hasil analisis ragam panjang daun di lahan
21 Hasil analisis ragam lebar daun di lahan
22 Hasil analisis ragam perkecambahan tanaman di polybag

19 
19 
20 
20 
20 
21 
21 
21 
21 
21 
21 
22 
22 
22 
22 
22 
22 
23 
23 
23 
23 
23

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Hasil analisis ragam tinggi tanaman di polybag pada 1 mst
Hasil analisis ragam tinggi tanaman di polybag pada 2 mst
Hasil analisis ragam tinggi tanaman di polybag pada 3 mst
Hasil analisis ragam tinggi tanaman di polybag pada 4 mst
Hasil analisis ragam jumlah daun di polybag pada 1 mst
Hasil analisis ragam jumlah daun di polybag pada 2 mst
Hasil analisis ragam jumlah daun di polybag pada 3 mst
Hasil analisis ragam jumlah daun di polybag pada 4 mst
Hasil analisis ragam bobot basah tajuk di polybag
Hasil analisis ragam panjang daun di polybag
Hasil analisis ragam panjang daun di polybag
Hasil analisis ragam lebar daun di polybag
Hasil analisis ragam panjang akar di polybag

23 
24 
24 
24 
24 
24 
24 
25 
25 
25 
25 
25 
25 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung manis atau sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) termasuk
keluarga Graminae. Kandungan gizi utama yang terdapat pada jagung
adalah karbohidrat, lemak dan protein. Kandungan karbohidrat jagung
adalah pati, gula pentosan dan serat kasar. Pati merupakan komponen
terbesar, dimana sekitar 85% dari total pati terdapat pada endosperm. Pati
jagung terdiri kira-kira 27% amilosa dan 73% amilopektin untuk jenis pati
normal. Kandungan gulanya sekitar 1-3% terdiri dari sukrosa 57% yang
terdapat dalam lembaga dan sisanya terdapat dalam endosperm (Leonard
dan Martin 1963). Tanaman jagung manis tidak jauh berbeda dengan
tanaman jagung biasa. Perbedaan yang mendasar adalah pada rasa dan
kandungan gizi jagung manis yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung
biasa. Rasa dan kandungan gizi inilah yang membuat banyak konsumen
menyukai jagung manis. Konsumen yang biasa mengonsumsi jagung biasa
mulai mengonsumsi jagung manis, sehingga permintaan meningkat dan
menyebabkan banyak petani yang menanam jagung manis.
Jika dibandingkan dengan jagung biasa, sweet corn lebih peka
terhadap hama dan penyakit. Kandungan gula yang lebih tinggi pada
tanaman jagung manis juga menyebabkan tanaman jagung manis lebih
rentan terserang patogen dari jenis cendawan daripada tanaman jagung biasa
karena cendawan lebih membutuhkan glukosa dalam penyerapan nutrisi.
Masalah utama hama dan penyakit pada jagung adalah ulat grayak,
penggerek jagung, bulai, hawar daun, karat, bercak daun, dan busuk tongkol
(FFTC 2001).
Penyakit yang diketahui paling merugikan adalah bulai. Penyakit bulai
dapat mengakibatkan panen menurun hingga 90% (Fitriani 2009), kegagalan
panen, bahkan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh sama sekali.
Penyakit ini terutama menyerang saat musim hujan, ketika udara lembap.
Cendawan patogen penyakit ini berasal dari kelas Oomycetes, yaitu
Peronosclerospora maydis. Tanaman yang terinfeksi pada waktu masih
sangat muda biasanya tidak membentuk buah. Bila infeksi terjadi pada
tanaman yang lebih tua, tanaman dapat tumbuh terus dan membentuk buah.
Buah sering mempunyai tangkai yang panjang, dengan kelobot yang tidak
menutup pada ujungnya, dan hanya membentuk sedikit biji (Semangun
2004). Tongkol yang hanya membentuk sedikit biji sangat merugikan petani
karena tidak dapat dijual di pasar.
Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan penggunaan
varietas tahan, pemusnahan tanaman terinfeksi, pencegahan dengan
fungisida berbahan aktif metalaksil, pengaturan waktu tanam agar serempak,
dan pergiliran tanaman (Fitriani 2009). Pengendalian dengan fungisida
dapat berdampak pada pencemaran lingkungan. Berdasarkan penelitian
Talanca et al.(2011) di Kediri, Jawa Timur, perlakuan fungisida berbahan
aktif metalaksil kurang berpengaruh terhadap penekanan penyakit bulai. Hal
ini karena tanaman dengan perlakuan fungisida mencapai intensitas
serangan 78%, sedangkan tanpa fungisida intensitas serangan sebesar 83%.

2
Oleh karena itu perlu dicari alternatif pengendalian lain. Salah satu alternatif
pengendalian yang dapat dipilih adalah pengendalian hayati yang ramah
lingkungan.
Menurut Soesanto (2008) pengendalian hayati adalah semua kondisi
atau praktik yang berpengaruh terhadap penurunan daya tahan atau kegiatan
patogen tanaman melalui interaksi dengan agensia organisme hidup lainnya
(selain manusia), yang menghasilkan penurunan keberadaan penyakit yang
disebabkan oleh patogen. Salah satu pengendalian hayati yang sekarang
sedang dikembangkan adalah pengendalian hayati dengan Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR adalah bakteri pengoloni akar
yang memberikan efek menguntungkan terhadap pertumbuhan tanaman.
Pada beberapa penelitian, PGPR telah diteliti mampu memacu pertumbuhan
tanaman dan menginduksi ketahanan tanaman sehingga dapat mencegah
serangan patogen.
Penelitian Kusumadewi (2011) mengenai aplikasi PGPR pada
tanaman mentimun dengan menggunakan bakteri yang dieksplorasi dari
perakaran jagung (bakteri J8) dan paria (bakteri P14) dapat memperlambat
munculnya gejala dan menekan keparahan penyakit embun bulu pada
mentimun masing-masing sebesar 36.48% dan 33.86%. Penelitian Sasmito
(2007), aplikasi pupuk guano kelelawar pemakan serangga yang diketahui
mengandung mikroorganisme bakterti, dapat meningkatkan tinggi tanaman,
kualitas tanaman, jumlah bunga, dan buah tanaman tomat. Pada penelitian
Raj et al.(2003), lima jenis formulasi PGPR yang diuji dapat melindungi
jewawut dari bulai di rumah kaca, tapi tingkat perlindungan yang
ditawarkan berbeda tergantung kepada jenis formulasi. Setiap perlakuan
secara nyata mengurangi jumlah tanaman yang terserang bulai bila
dibandingkan dengan kontrol.
Penelitian untuk menemukan teknik pengendalian yang ramah
lingkungan untuk pertanian yang berkelanjutan, sangat penting dilakukan.
PGPR yang memiliki potensi menjadi bioprotektan dan biostimulan dalam
pertumbuhan tanaman dapat diteliti manfaatnya dalam pengendalian
penyakit bulai. Penelitian ini menggunakan tanaman jagung manis sebagai
model tanaman penelitian.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan beberapa isolat
bakteri PGPR untuk mengendalikan penyakit bulai (P. maydis) pada
tanaman jagung manis.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat diketahui
jenis isolat bakteri PGPR yang efektif untuk digunakan dalam
mengendalikan penyakit bulai (P. maydis) pada tanaman jagung manis
sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian hayati.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian dan Kebun Percobaan
Cikabayan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan
Januari sampai Juli 2013.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih
jagung manis varietas SD 3, media triptone soya agar (TSA), isolat bakteri
koleksi Klinik Tanaman yaitu G4 yang berasal dari guano (Sasmito 2007),
P14 yang berasal dari perakaran paria, dan J8 yang berasal dari perakaran
jagung (Kusumadewi 2011), formulasi PGPR komersial yang mengandung
bakteri Bacillus polymixa dan Pseudomonas fluorescens dengan merk
dagang Benprima produksi CV Wish Indonesia, fungisida berbahan aktif
metalaksil, kompos, dan pupuk kimia. Alat yang digunakan adalah cawan
petri, tabung reaksi, jarum inokulasi, laminar air flow, autoklaf, polybag,
timbangan, lahan seluas 2.5 m x 20 m, dan penggaris.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Lahan
pengamatan di lapangan terdiri atas empat blok sebagai ulangan, masingmasing blok terdapat tujuh perlakuan, setiap perlakuan dalam blok terdapat
10 tanaman, dan setiap petak terdiri atas 70 tanaman. Total tanaman yang
diamati di lapang adalah 280 tanaman. Skema lahan pengamatan di polybag
sama dengan di lapangan dengan jumlah tanaman di setiap perlakuan dalam
blok yaitu 5 tanaman. Jumlah tanaman yang diamati sebanyak 140 tanaman.
Penyiapan Suspensi Bakteri PGPR
Bakteri G4, P14, dan J8 diremajakan pada media TSA. Suspensi
bakteri dibuat dengan menggunakan metode pengenceran berseri dengan
menggunakan air steril untuk mendapatkan kerapatan 107 cfu/ml. Bakteri
diencerkan dengan pengenceran berseri menggunakan 1 lup, 2 lup, dan 3 lup
bakteri pada tingkat pengenceran 10-7 dan 10-8. Pengenceran 10-7 dan 10-8
kemudian dituang kembali ke media TSA sebanyak 500μl. Kerapatan
bakteri dihitung setelah 48 jam dengan menggunakan metode Plate Viable
Count, yaitu menghitung jumlah koloni bakteri pada suatu cawan.
Pengenceran berseri yang digunakan adalah 2 lup bakteri dengan tingkat
pengenceran 10-8 karena menghasilkan kerapatan bakteri yang diinginkan.
Hasil kerapatan bakteri tersebut yaitu kerapatan koloni P14 45 koloni, J8
106 koloni, dan G4 71 koloni. Rumus yang digunakan untuk menemukan
suspensi bakteri dengan kerapatan 107 cfu/ml adalah sebagai berikut:

4
Pengaruh PGPR Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis di
Polybag
Penyiapan media tanam. Media untuk perlakuan adalah tanah dan
kompos dengan perbandingan 10:1. Tanah yang sudah dicampur dengan
kompos tersebut kemudian dimasukkan ke dalam polybag dan disiram
terlebih dahulu supaya lembap sebelum digunakan sebagai media tanam.
Perendaman benih jagung manis. Perlakuan yang diujikan terhadap
benih jagung manis adalah perendaman benih dengan suspensi isolat bakteri
PGPR, Benprima, dan fungisida berbahan aktif metalaksil. Isolat bakteri
yang digunakan untuk aplikasi dapat dilihat pada tabel 1. Benih jagung
manis yang akan direndam terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan air
biasa untuk mengurangi fungisida yang menyelimuti benih. Benih yang
telah dicuci direndam selama 30 menit di dalam suspensi bakteri dan
dikeringanginkan agar siap ditanam.
Tabel 1 Perlakuan PGPR di polybag
Kode
Perlakuan
K
Benih tanpa perlakuan bakteri (kontrol)
M
Fungisida berbahan aktif metalaksil
B
Formulasi komersial BenprimA
G4
Bakteri G4
J8
Bakteri J8
P14
Bakteri P14
C
Bakteri J8+bakteri P14
Keterangan: K= kontrol, M= fungisida berbahan aktif metalaksil, B= formulasi PGPR
komersial Benprima, G4= bakteri koleksi Klinik Tanaman dari Guano, J8=bakteri koleksi
Klinik Tanaman dari perakaran tanaman jagung, P14= bakteri koleksi Klinik Tanaman dari
perakaran tanaman paria, C= campuran bakteri J8+P14

Penanaman benih jagung manis. Penanaman benih jagung manis
tanpa infeksi patogen dilakukan untuk mengamati pengaruh PGPR terhadap
sifat agronomis tanaman jagung. Benih yang telah diberi perlakuan
perendaman kemudian ditanam di dalam polybag yang telah diisi dengan
media tanam, kemudian diberi Carbofuran 3G. Polybag yang telah ditanami
benih jagung manis diberi pupuk kimia sesuai dosis. Pupuk yang digunakan
adalah ZA, Sp-36, dan KCl dengan masing-masing perbandingan
280:210:35.
Pemeliharaan tanaman di dalam polybag dilakukan dengan menyiram
tanaman setiap hari dengan air, namun menjaganya agar tidak terlalu
lembap, dan melakukan pemupukan kembali pada 15 dan 45 hari setelah
tanam (HST). Pengamatan pertumbuhan tanaman diamati setiap hari, mulai
dari benih berkecambah. Pengamatan dilakukan dengan mengamati sifat
agronomis tanaman jagung pada masa vegetatif.
Penyiraman suspensi bakteri PGPR. Perlakuan penyiraman
suspensi bakteri PGPR dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah

5
tanam (MST). Kerapatan bakteri yang digunakan untuk penyiraman adalah
±107 cfu/ml. Media yang digunakan untuk penyiraman adalah air mineral
dengan pH 7. Tiap tanaman disiram dengan suspensi bakteri sebanyak 50 ml.
Kontrol dan perlakuan fungisida metalaksil disiram dengan air mineral
dengan pH 7 tanpa kandungan bakteri.
Pengaruh PGPR terhadap Penyakit Bulai dan Sifat Agronomis pada
Tanaman Jagung Manis di Lapangan
Penyiapan lahan pertanaman. Lahan pertanaman yang digunakan
adalah Kebun Percobaan Cikabayan. Lahan terlebih dahulu diolah dengan
cara membalik tanah, membuat guludan, membuat tugal, mengatur jarak
tanam, membuat lubang tanam, dan alur pupuk. Jarak tanam yang
digunakan adalah 80 cm x 25 cm, yaitu 80 cm antar perlakuan dalam satu
blok dan 25 cm antar tanaman dalam satu perlakuan. Jarak antar blok
sebesar 1 m. Alur pupuk dipersiapkan dengan jarak sekitar 10 cm dari
lubang tanam.
Perendaman benih jagung manis. Perlakuan yang diujikan terhadap
benih jagung manis adalah perendaman benih dengan suspensi isolat bakteri
PGPR, Benprima, dan fungisida berbahan metalaksil. Proses pembuatan
suspensi bakteri dan perendaman, sama dengan perendaman pada benih
yang ditanam di dalam polybag.
Penanaman benih jagung manis. Terdapat tujuh perlakuan (Tabel
2) yang diaplikasikan pada tanaman jagung manis di lapang. Pada masingmasing lubang tanam dengan kedalaman 5 cm, dimasukkan 2 benih jagung
manis yang telah diberi perlakuan benih. Benih yang telah ditanam diberi
Carbofuran 3G agar benih tidak dimakan serangga. Pada alur pupuk diberi
pupuk sesuai dosis. Saat tanaman sudah berumur 14 HST, tanaman
dijarangkan hingga menjadi 1 tanaman. Pemeliharaan tanaman dilakukan
dengan pemupukan lagi pada 15 HST dan 45 HST.
Tabel 2 Perlakuan PGPR di lapangan
Kode
Perlakuan
K
Benih tanpa perlakuan bakteri (kontrol)
M
Fungisida berbahan aktif metalaksil
B
Formulasi komersial BenprimA
G4
Bakteri G4
J8
Bakteri J8
P14
Bakteri P14
C
Bakteri J8+bakteri P14
Keterangan: K= kontrol, M= fungisida berbahan aktif metalaksil, B= formulasi PGPR
komersial Benprima, G= bakteri koleksi Klinik Tanaman dari Guano, J=bakteri koleksi
Klinik Tanaman dari perakaran tanaman jagung, P= bakteri koleksi Klinik Tanaman dari
perakaran tanaman paria, C= campuran bakteri J8+P14

6
Inokulasi penyakit yang diharapkan adalah inokulasi alami karena
patogen merupakan parasit obligat. Penanaman dilakukan pada saat musim
hujan sehingga faktor lingkungan dapat mendukung terjadinya inokulasi
alami. Pengamatan dimulai sejak tanaman berumur 1 MST, sambil
menyulam benih yang tidak tumbuh. Pengamatan dilakukan hingga tanaman
jagung manis dapat dipanen dengan rentang pengamatan satu minggu.
Penyiraman suspensi bakteri PGPR. Perlakuan penyiraman
suspensi bakteri PGPR dilakukan saat tanaman berumur 2 MST. Kerapatan
bakteri yang digunakan untuk penyiraman adalah ±107 cfu/ml. Media yang
digunakan untuk penyiraman adalah air mineral dengan pH 7. Tiap tanaman
disiram dengan suspensi bakteri sebanyak 50 ml. Kontrol dan perlakuan
fungisida metalaksil disiram dengan air mineral dengan pH 7 tanpa
campuran bakteri.
Pengamatan
Perkecambahan benih. Perkecambahan benih dihitung pada
pengujian di polybag dengan menghitung jumlah benih yang berkecambah
dibagi jumlah benih yang dikecambahkan. Benih yang berkecambah
dihitung saat pengamatan 1 MST.
∑ Benih yang berkecambah
∑ Benih yang dikecambahkan

Perkecambahan

%

Kejadian penyakit. Perhitungan kejadian penyakit dilakukan pada
pengujian di lahan dengan menghitung jumlah tanaman yang terserang
penyakit bulai dibandingkan dengan keseluruhan jumlah tanaman pada tiap
perlakuan. Perhitungan kejadian penyakit dilakukan sejak pengamatan 1
MST.
Kejadian



tanaman yang terserang
∑ seluruh tanaman

%

Sifat agronomis. Sifat agronomis yang diamati pada tanaman jagung
manis di polybag adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah tajuk,
bobot basah akar, panjang daun, lebar daun, dan panjang akar tanaman.
Tanaman jagung manis di lapangan diukur tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot tongkol,
panjang daun, dan lebar daun tanaman.
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 4 kali ulangan. Data hasil pengujian diolah secara
statistik menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dan uji lanjut
menggunakan uji selang ganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf nyata α=5% menggunakan program Statistical Program for Social
Science (SPSS) for Windows versi 16.0.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Aplikasi PGPR terhadap Penyakit Bulai
Pengamatan untuk mengetahui efektifitas aplikasi PGPR yang
dilakukan mulai minggu pertama sampai minggu keempat setelah tanam
menunjukkan bahwa aplikasi bakteri PGPR tidak dapat menekan kejadian
penyakit bulai. Hal ini ditunjukkan pada tabel 3 bahwa kejadian penyakit
pada tanaman yang diaplikasi bakteri PGPR tidak berbeda nyata dengan
tanaman kontrol yang tanpa perlakuan. Pada 1 MST, kejadian penyakit pada
tanaman yang diaplikasi dengan bakteri PGPR yaitu 0%, berbeda nyata
dengan tanaman yang diaplikasi Benprima dan tanaman kontrol yang sudah
terserang sebanyak 20%. Pengamatan pada 2 MST hingga 4 MST, kejadian
penyakit antara berbagai perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata
Tabel 3 Kejadian penyakit tanaman jagung pada berbagai perlakuan PGPR
Rata-rata kejadian penyakit (%)1
Perlakuan
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
P14
0.00±0.00 a
21.10±11.70 a
60.00±17.32 a 72.57± 4.45 a
J8
0.00±0.00 a
38.15±25.59 a
64.03±17.43 a 74.77± 7.17 a
G4
0.00±0.00 a
36.67±25.17 a
50.00±10.00 a 73.33±15.28 a
C
0.00±0.00 a
31.10±20.09 a
53.33± 5.77 a 82.57± 6.54 a
B
20.00±17.32 b 41.11± 8.39 a
52.20±34.57 a 89.17±10.10 a
M
0.00±0.00 a
33.33± 5.77 a
42.93±11.39 a 71.43± 5.69 a
K
20.00±10.00 b
30.37±19.45 a
71.80±10.22 a 79.23±20.04 a
1

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Menurut penelitian Kusumadewi (2011), aplikasi bakteri PGPR P14
dan J8 dapat menekan penyakit embun bulu (Pseudoperonospora cubensis)
pada tanaman mentimun dengan tingkat penekanan hingga 36,48% dan
33.86%. Penelitian lain di India oleh Raj et al (2003) terhadap penyakit
bulai pada jewawut, diketahui perlakuan PGPR pada benih dapat menekan
penyakit bulai secara signifikan dibanding tanaman kontrol tanpa perlakuan.
Suspensi segar PGPR beberapa strain dapat menekan kejadian penyakit
bulai hingga hanya sebesar 40.5%, 38.6%, dan 30.2%.
Pada penelitian ini, aplikasi bakteri PGPR tidak dapat secara
signifikan menekan penyakit bulai. Beberapa faktor dapat mempengaruhi
efektifitas aplikasi bakteri PGPR dalam menekan penyakit bulai. Salah satu
faktor yang mempengaruhi diduga adalah kepadatan bakteri yang kurang
saat aplikasi perendaman. Kepadatan yang digunakan adalah 107 cfu/ml,
sama dengan kepadatan bakteri yang digunakan dalam penelitian
Kusumadewi 2011 untuk menekan penyakit embun tepung pada mentimun.
Pada penelitian Raj et al 2003, aplikasi bakteri dilakukan dengan kepadatan
108 cfu/ml dan menunjukkan hasil yang efektif. Ada kemungkinan bahwa
bakteri PGPR yang dibutuhkan untuk menekan penyakit bulai secara efektif
adalah 108 cfu/ml.

8
Diduga juga terdapat pengaruh yang berasal dari fungisida
metalaksil. Fungisida metalaksil yang bersifat sistemik, masih dapat
tertinggal pada benih walaupun telah melalui proses pencucian. Menurut
Soesanto (2008), PGPR peka terhadap fungisida tertentu yang dapat
mempengaruhi keefektifannya. Fungisida tersebut antara lain etazol,
mankozeb, dan metalaksil, yang mampu mengurangi daya tahan dan
pengolonian PGPR dan Pseudomonas sp. pada umumnya. Dari penyataan
tersebut, diduga bahwa beberapa isolat bakteri bersifat PGPR yang diujikan,
terpengaruh oleh bahan aktif dalam fungisida yang menempel pada benih,
yaitu metalaksil, sehingga daya kolonisasi bakteri PGPR menurun.
Diamati dari sisi penghambatan infeksi, kejadian penyakit pada
tanaman yang diaplikasi bakteri P14, J8, G4, dan C baru memperlihatkan
gejala pada pengamatan 2 MST. Diduga bahwa aplikasi bakteri PGPR
tersebut dapat menghambat infeksi patogen P. maydis. Menurut Semangun
(1996), bila terdapat air gutasi atau embun, patogen P. maydis dapat
menyelesaikan infeksinya selama 8-10 jam di malam hari. Tidak munculnya
gejala penyakit bulai hingga pengamatan 2 MST pada tanaman yang diberi
perlakuan bakteri PGPR menunjukkan bahwa aplikasi beberapa bakteri
PGPR yang diuji diduga dapat menghambat infeksi patogen P. maydis.

a

b

c

Gambar 1 Gejala penyakit bulai yaitu: a.klorosis, b.tepung putih, dan c.kerdil
Tanaman jagung yang diamati menunjukkan gejala klorosis sejak 1
MST. Pada 2 MST, spora cendawan P. maydis yang seperti tepung putih di
bagian bawah daun mulai dapat terlihat jelas. Pada 3 MST dan 4 MST,
tanaman yang menunjukkan gejala kerdil mulai terlihat, serta terjadi
nekrosis yang menyebabkan kematian beberapa tanaman.
Pengaruh Aplikasi PGPR terhadap Sifat Agronomis Tanaman di
Lapangan
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa benih yang
ditanam di lapangan memiliki persentase perkecambahan yang tinggi karena
benih yang tidak tumbuh di masing-masing perlakuan tidak mencapai 20%
sehingga tidak diperlukan penyulaman. Menurut hasil penelitian Nezarat
dan Gholami (2009), seluruh isolat bakteri PGPR yang diuji mampu
meningkatkan perkecambahan benih hingga 18.5 % dibanding benih tanpa
perlakuan. Pada hasil penelitian ini, benih yang diberi perlakuan bakteri G4
dan C memiliki persentase perkecambahan hingga 100%, yaitu sama dengan
nilai perkecambahan aplikasi bakteri PGPR komersial Benprima dan
fungisida metalaksil yang digunakan sebagai pembanding. Bakteri PGPR

9
G4 dan Campuran mampu meningkatkan perkecambahan tanaman hingga
5% dibandingkan dengan kontrol, walaupun tidak ada perbedaan nyata.
Tabel 4 Perkecambahan benih tanaman jagung manis pada berbagai
perlakuan PGPR
Perlakuan
Persentase perkecambahan (%)1
P14
97.50±5.00a
J8
97.50± 5.00a
G4
100.00±0.00a
C
100.00±0.00a
B
100.00±0.00a
M
100.00±5.48a
K
95.00± 5.00a
1

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Pendukungan pertumbuhan tanaman pada beberapa strain PGPR
disebabkan oleh pengaruh senyawa bak-hormon yang dihasilkan oleh PGPR
dalam kepadatan populasi yang sangat tinggi. Banyak bakteri pengoloni
akar termasuk Pseudomonas sp. dikenal sebagai penghasil auksin, giberelin,
dan sitokin (Soesanto 2008). Auksin diketahui sebagai hormon yang dapat
mempengaruhi pertambahan panjang batang. Keberadaan bak-hormon pada
bakteri PGPR yang diaplikasi inilah yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman jagung.
Tabel 5 Tinggi tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan PGPR
Perlakuan
P14
J8
G4
C
B
M
K

1 MST
10.47±0.94 a
11.43±1.05 a
11.01±0.58 a
11.11±0.41 a
10.60±0.14 a
10.39±0.04a
10.20±1.00 a

Rata-rata tinggi tanaman (cm)1
2 MST
3 MST
26.36±2.63 abc 40.01±7.14 ab
26.95±1.44 c
44.29±6.92 bc
26.61±3.19 bc 46.91±10.14 c
24.80±3.19 ab 36.89± 5.76 a
24.28±0.89 a
36.72± 5.28 a
24.46±2.09 a
36.51± 6.28 a
25.02±0.89 abc 36.51± 4.37 a

4 MST
60.68±16.96 bc
62.51±13.63 bc
66.45±16.82 c
52.26± 9.70 ab
47.26±15.40 a
54.35± 9.49 abc
50.61± 7.38 ab

1

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Pada 3 MST, tinggi tanaman telah menunjukkan perbedaan nyata.
Perbedaan nyata tersebut yaitu antara perlakuan J8 dan G4 dengan kontrol.
Pada perlakuan P14, tinggi tanaman cenderung berbeda nyata dengan
kontrol. Perbedaan tinggi tanaman saat pengamatan 4 MST juga terlihat
nyata antara perlakuan G4 dengan kontrol. Perlakuan P14, J8, dan C
menunjukkan kecenderungan tinggi tanaman berbeda nyata dengan kontrol.
Perbedaan tinggi tanaman yang diberi perlakuan PGPR dengan kontrol baru
terlihat pada saat 3 MST diduga karena dipengaruhi adanya penyiraman

10
suspensi bakteri pada 2 MST. Penyiraman suspensi bakteri ini memang
ditujukan untuk dapat menambah kolonisasi bakteri pada perakaran.
Tanaman jagung yang diaplikasi bakteri G4 menunjukkan tinggi
tanaman yang paling tinggi dari perlakuan bakteri lain. Bakteri G4 adalah
bakteri yang berasal dari guano. Beberapa penelitian telah mengungkapkan
bahwa bakteri yang terkandung dalam guano memiliki beberapa peran
menguntungkan dalam ekologi, yaitu melakukan proses nitrifikasi,
mengandung enzim kitinase, dan sebagai bakteri penunjang pertumbuhan
tanaman. Penelitian Sasmito (2007) menunjukkan bahwa kompos guano
yang mengandung bakteri dapat meningkatkan tinggi tanaman, kualitas
tanaman, jumlah bunga, dan jumlah buah tanaman tomat. Hal ini berarti
bakteri G4 yang berasal dari guano memiliki sifat PGPR untuk mendukung
pertumbuhan tinggi tanaman, meskipun cara kerja bakteri tersebut dalam
meningkatkan tinggi tanaman belum diketahui.
Tabel 6 Jumlah daun tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan PGPR
Rata-rata jumlah daun1
Perlakuan
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
P14
2.44±0.25 a
4.18±0.21 ab
5.36±0.68a 6.23±0.92 a
J8
2.50±0.12 a
4.46±0.24 a
5.77±0.46 a 6.18±0.86 a
G4
2.43±0.23 a
4.18±0.22 ab
5.60±0.51 a 6.15±0.79 a
C
2.38±0.20 a
4.07±0.23 ab
5.57±0.51 a 6.06±0.70 a
B
2.43±0.25 a
4.06±0.21 ab
5.17±0.31 a 6.22±0.45 a
M
2.29±0.22 a
4.09±0.33 ab
5.20±0.56 a 6.18±0.82 a
K
2.24±0.21 a
4.01±0.38 b
5.27±0.64 a 6.24±0.94 a
1

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Data jumlah daun yang diamati menunjukkan jumlah daun tanaman
hanya menunjukkan perbedaan pada pengamatan 2 MST. Tanaman yang
diberi perlakuan isolat J8 menunjukkan jumlah daun yang lebih banyak dan
jumlahnya berbeda nyata dengan tanaman kontrol. Secara keseluruhan, pada
saat 2 MST, tanaman dengan perlakuan bakteri PGPR selain J8 serta
fungisida berbahan metalaksil memiliki kecenderungan berbeda dengan
kontrol. Pada pengamatan 3 MST hingga 4 MST, jumlah daun tanaman
tidak memperlihatkan perbedaan nyata. Tidak adanya perbedaan nyata
antara berbagai perlakuan dengan kontrol menunjukkan bahwa aplikasi
beberapa isolat bakteri PGPR yang digunakan tidak dapat mempengaruhi
jumlah daun tanaman.
Pada pengamatan sifat agronomis tanaman yang lain, perlakuan
bakteri PGPR memberikan pengaruh positif pada bobot basah tajuk dan akar
tanaman. Bobot basah tajuk tanaman yang diberi perlakuan bakteri G4
berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan bakteri lain memiliki
kecenderungan berbeda nyata dengan kontrol, tapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan fungisida. Pada bobot basah akar, perlakuan bakteri G4
juga memberikan pengaruh positif, yaitu bobot basah akar lebih berat dan
berbeda nyata dari kontrol. Perlakuan bakteri J8 juga menunjukkan

11
kecenderungan untuk berbeda nyata dari kontrol. Sifat agronomis yaitu
panjang dan lebar daun pada tanaman yang diaplikasi bakteri PGPR tidak
menunjukkan perbedaan nyata dengan kontrol.
Tabel 7 Bobot basah (BB) tajuk, akar, panjang dan lebar daun tanaman
Sifat agronomis tanaman1
Perlakuan
Panjang
Lebar daun
BB tajuk (g)
BB akar (g)
daun (cm)
(cm)
20.35±11.81 ab
3.40±1.89 b
53.41 ± 8.76 a
3.94±0.36 a
P14
23.60±12.20 ab
3.76±2.00 ab 48.99 ± 5.19 a
3.75±0.96 a
J8
28.59±15.50 a
5.34±2.56 a
51.72 ± 5.64 a
4.71±0.32 a
G4
18.49± 9.81 ab
2.58±1.10 b
47.30 ± 7.74 a
3.72±0.52 a
C
17.92±11.68 ab
2.89±1.37 b
41.41±10.18 a
3.67±0.95 a
B
22.29±11.13 ab
3.42±1.35 b
45.69±14.08 a
3.71±1.38 a
M
13.54± 5.66 b
2.84±1.01 b
49.04±10.00 a
3.79±1.01 a
K
1

Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Bakteri J8 merupakan bakteri yang diambil dari perakaran tanaman
jagung sehat di antara tanaman jagung sakit, sehingga bakteri ini
diperkirakan memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Bakteri G4 yang berasal dari guano, diketahui dalam penelitian Mulyono
(2008), aplikasi pupuk guano yang mengandung mikroorganisme yaitu
bakteri, dapat meningkatkan rata-rata bobot produktivitas tanaman cabai.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat bakteri di dalam guano yang dapat
menunjang pertumbuhan tanaman.
Pengaruh Aplikasi PGPR terhadap Sifat Agronomis Tanaman di
Polybag
Benih jagung manis yang ditanam di polybag diukur persentase
perkecambahannya. Diketahui bahwa nilai perkecambahan tanaman jagung
di polybag menunjukkan hasil yang berbeda dengan nilai perkecambahan
benih di lapangan.
Tabel 8 Perkecambahan benih tanaman jagung manis pada berbagai
perlakuan PGPR
Perlakuan
Persentase perkecambahan (%)1
P14
86.67±11.55 ab
J8
100.00±0.00 b
G4
100.00±0.00 b
C
100.00±0.00 b
B
93.33±0.00 b
M
100.00±0.00 b
K
73.33±23.09 a
1

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

12
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa benih tanaman
kontrol yang tidak diberi perlakuan memiliki persentase rendah yaitu
sebesar 73.33%, sedangkan benih yang diberi perlakuan memiliki persentase
dari 86.67%-100%.
Tanaman kontrol yang memiliki persentase
perkecambahan
rendah
kemudian
disulam
hingga
persentase
perkecambahan mencapai 80%. Pada saat pengamatan terdapat kematian
pada tanaman kontrol, sehingga meskipun telah disulam, jumlah unit
tanaman kontrol yang diamati tetap kurang dari jumlah tanaman pada
perlakuan lain. Kematian tanaman kontrol disebabkan oleh batang yang
patah karena angin. Batang tanaman kontrol yang patah diduga karena
ukuran batang yang kurus. Kematian tanaman kontrol yang mengakibatkan
unit tanaman yang diamati berkurang akhirnya mempengaruhi data sifat
agronomis yang diamati.
Tanaman jagung adalah tanaman cuaca hangat. Tanaman ini
membutuhkan kelembapan dan kehangatan yang sesuai dari mulai
penanaman sampai akhir periode pembungaan (Berger 1962). Kondisi
lingkungan pertanaman tanaman jagung di polybag terdapat banyak
naungan pohon sehingga diduga tanaman jagung tidak mendapat sinar
matahari yang cukup untuk berkecambah. Beberapa benih jagung juga
terserang oleh cendawan yang dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
yang terlalu lembap. Dari data ini dapat dilihat bahwa aplikasi PGPR dapat
meningkatkan perkecambahan tanaman bahkan pada keadaan lingkungan
yang tidak menguntungkan.
Hasil aplikasi PGPR untuk tanaman di polybag menunjukkan isolat
bakteri PGPR tidak memberikan pengaruh dalam meningkatkan tinggi dan
jumlah daun tanaman jagung. Data pada tabel 9 dan tabel 10 menunjukkan
tidak ada perbedaan nilai tinggi dan jumlah daun tanaman jagung antara
tanaman yang diaplikasi PGPR dengan tanaman kontrol tanpa aplikasi.
Hasil ini berbeda dengan salah satu penelitian tentang aplikasi PGPR pada
serealia, yaitu penelitian Khalid et al (2003) terhadap tanaman gandum yang
menunjukkan bahwa aplikasi PGPR pada tanaman serealia di dalam polybag
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen.
Tabel 9 Tinggi tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan PGPR
Perlakuan
P14
J8
G4
C
B
M
K
1

1 MST
10.55±1.07 a
10.08±3.06 a
10.65±1.06 a
10.46±2.05 a
12.49±1.74 a
11.52±1.70 a
11.95±1.95 a

Rata-rata tinggi tanaman (cm)1
2 MST
3 MST
27.76±4.17 a 41.30±3.96 a
30.04±5.31 a 43.69±3.12 a
27.22±2.57 a 40.45±1.73 a
26.98±4.25 a 41.54±7.50 a
30.51±2.56 a 45.69±2.53 a
28.78±4.43 a 45.20±3.56 a
29.75±4.85 a 47.67±3.53 a

4 MST
61.44±6.78 a
61.92±5.49 a
59.06±4.49 a
56.81±5.92 a
60.30±7.46 a
60.56±6.05 a
63.01±6.87 a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

13
Tabel 10 Jumlah daun tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan
PGPR
Perlakuan
P14
J8
G4
C
B
M
K

1 MST
2.35±0.24 a
2.28±0.22 a
2.23±0.26 a
2.25±0.30 a
2.48±0.41 a
2.60±0.37 a
2.38±0.29 a

Rata-rata jumlah daun1
2 MST
3 MST
3.88±0.14 a
5.21±0.50 a
3.90±0.15 a
5.34±0.29 a
3.88±0.14 a
5.00±0.28 a
3.90±0.20 a
5.10±0.20 a
3.90±0.20 a
5.38±0.48 a
3.92±0.15 a
5.28±0.25 a
3.92±0.16 a
5.42±0.29 a

4 MST
6.11±0.43 a
6.39±0.58 a
5.73±0.62 a
5.80±0.59 a
5.89±0.32 a
6.12±0.11 a
6.05±0.10 a

1

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Hasil tinggi tanaman pada aplikasi bakteri G4 di polybag juga berbeda
dengan hasil di lapangan. Pada hasil di lapangan, aplikasi bakteri G4 dapat
meningkatkan tinggi tanaman hingga berbeda nyata dengan kontrol,
sementara pada aplikasi G4 di polybag tidak menunjukkan perbedaan nyata.
Tidak ada perbedaan nyata nilai tinggi dan jumlah daun antara tanaman
jagung perlakuan dengan kontrol dapat disebabkan oleh faktor jumlah
tanaman kontrol yang lebih sedikit dari jumlah tanaman perlakuan karena
persentase perkecambahan tanaman kontrol yang lebih rendah dari tanaman
perlakuan. Nilai persentase perkecambahan yang rendah ditambah dengan
kematian pada tanaman kontrol selama pengamatan, mengakibatkan nilai
rata-rata tinggi dan jumlah daun tanaman terpengaruh.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tinggi tanaman adalah
nutrisi dalam tanah. Tanaman jagung di polybag memiliki jumlah tanah
yang terbatas dengan kandungan nutrisi yang didukung hanya dari kompos
dan pupuk anorganik. Kandungan nutrisi dalam tanah ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Gardner et al (2008)
tanah yang kaya dengan bahan organik memiliki kapasitas pertukaran kation
yang tinggi dan mengandung ion-ion nutriea yang dapat bertukar dalam
jumlah yang banyak sekali, dan sebagian tersedia untuk pertumbuhan
tanaman.
Hasil pengamatan pada daun juga tidak menunjukkan perbedaan nyata.
Diduga bahwa aplikasi bakteri PGPR yang diuji tidak dapat mempengaruhi
jumlah dan ukuran daun karena hasil pengamatan sifat agronomis jumlah
daun dan ukuran daun di lapangan dan polybag tidak menunjukkan
perbedaan antara tanaman yang diberi perlakuan dengan kontrol dan
Benprima sebagai pembanding.
Pengamatan sifat agronomis yang lain dalam penelitian ini
menunjukkan pengaruh positif aplikasi PGPR hanya terhadap bobot basah
akar. Bobot basah akar tanaman dengan perlakuan Benprima memiliki nilai
lebih tinggi dan berbeda nyata dari tanaman kontrol. Tanaman jagung lain
yang diaplikasi dengan bakteri PGPR menunjukkan kecenderungan untuk
berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Jogaiah (2008) yang menunjukkan bahwa aplikasi PGPR pada benih dapat

14
meningkatkan bobot basah tanaman hingga 45% dibanding kontrol.
Peningkatan bobot basah akar juga menunjukkan bahwa terjadi
pengolonisasian bakteri PGPR pada akar tanaman sehingga menyebabkan
penyerapan nutrisi tanah oleh tanaman meningkat.
Tabel 11 Bobot basah (BB) tajuk, akar, panjang daun dan lebar daun
tanaman
Sifat agronomis tanaman1
Panjang daun
Lebar daun
Perlakuan BB tajuk (g)
BB akar (g)
(cm)
(cm)
P14
9.75±1.53 a 1.12±0.15 ab 44.24± 5.27 a 2.49±0.21 a
J8
9.51±0.95 a 1.23±0.09 ab 43.55± 4.69 a 2.58±0.28 a
G4
7.68±2.27 a 1.22±0.54 ab 46.05±12.48 a 3.30±2.14 a
C
7.19±3.26 a 1.13±0.31 ab 41.11± 6.02 a 2.23±0.31 a
B
10.27±3.16 a
1.51±0.38 b 46.34± 4.39 a 2.64±0.52 a
M
8.00±1.79 a 1.09±0.25 ab 46.30± 6.28 a 2.56±0.26 a
K
8.45±2.01 a
0.90±0.15 a 51.83± 7.24 a 2.56±0.23 a
1

Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Pengamatan sifat agronomis dalam penelitian ini menunjukkan
pengaruh positif aplikasi PGPR hanya terhadap bobot basah akar. Bobot
basah akar tanaman dengan perlakuan Benprima memiliki nilai lebih tinggi
dan berbeda nyata dari tanaman kontrol. Tanaman jagung lain yang
diaplikasi dengan bakteri PGPR menunjukkan kecenderungan untuk
berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Jogaiah (2008) yang menunjukkan bahwa aplikasi PGPR pada benih dapat
meningkatkan bobot basah tanaman hingga 45% dibanding kontrol.
Peningkatan bobot basah akar juga menunjukkan bahwa terjadi
pengolonisasian bakteri PGPR pada akar tanaman sehingga menyebabkan
penyerapan nutrisi tanah oleh tanaman meningkat.
Aplikasi bakteri PGPR dengan cara perendaman benih diduga dapat
memberikan pengaruh positif. Pengaruh perlakuan PGPR pada awal
pertumbuhan tanaman menyebabkan adanya perubahan morfologi tanaman.
Misalnya, kotiledon dan daerah daun meningkat dengan meningkatnya berat
kering dan segar akar dan bagian tanaman lain (Soesanto 2008). Bagian
tanaman lain yaitu bobot basah tajuk, luas dan lebar daun tidak
menunjukkan perbedaan nilai yang nyata dengan kontrol.
Pengamatan pada sifat agronomis yang lain pada tanaman, yaitu
dengan mengukur akar tanaman. Pengukuran akar tanaman dilakukan
dengan mengambil tanaman contoh secara acak, masing-masing satu
tanaman dari tiap perlakuan pada tiap blok. Berdasarkan data dari tanaman
contoh yang diambil secara acak, diketahui bahwa perlakuan isolat bakteri
PGPR G4 dan Benprima, menghasilkan panjang akar yang lebih panjang
dibanding perlakuan bakteri PGPR lain. Panjang akar tanaman jagung
dengan perlakuan bakteri G4 mencapai 11 cm, sedangkan panjang akar
tanaman dengan perlakuan Benprima mencapai 10 cm dan berbeda nyata

15
dengan kontrol. Panjang akar tanaman kontrol tanpa perlakuan hanya 4,5 cm.
Hal ini membuktikan bahwa bakteri PGPR yang berasal dari guano serta
Benprima dapat menunjang pertumbuhan akar.
Tabel 12 Panjang akar tanaman jagung manis pada berbagai perlakuan
PGPR
Perlakuan
Panjang akar (cm)1
P14
5.00 ± 1.08 ab
J8
5.00 ± 1.41 ab
G4
11.00± 2.35 c
C
7.00 ± 0.70 b
B
10.00± 1.96 c
M
7.00 ± 1.24 b
K
4.5 ± 1.10 a
1

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Soesanto (2008) menjelaskan bahwa suatu penerapan PGPR pada
rizosfer sangat dikaitkan dengan kemampuannya mengoloni perakaran
tanaman. PGPR harus mampu menyelubungi sepanjang permukaan akar.
Adanya keaktifan pengolonian akar tersebut, menyebabkan akar menyerap
produk mikroba yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan
fisiologi akar. Pada penelitian ini, diketahui tanaman yang diberi perlakuan
G4 memiliki akar yang paling panjang. Panjang akar ini menunjukkan
bahwa ada aktifitas pengolonian akar oleh bakteri G4 dan Bacillus polymixa
serta Pseudomonas fluorescens dalam formulasi Benprima sehingga dapat
mempengaruhi fisiologi akar.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Aplikasi berbagai isolat bakteri PGPR pada tanaman jagung manis
tidak dapat menekan kejadian penyakit bulai. Seluruh bakteri PGPR yang
diuji memiliki potensi dalam meningkatkan perkecambahan benih di lapang
atau di polybag dan meningkatkan bobot basah tajuk di lapang. Bakteri G4
yang berasal dari guano dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot basah
tajuk, bobot basah akar, dan panjang akar tanaman jagung manis.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lain mengenai konsentrasi kepadatan
bakteri G4 yang lebih efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
serta penelitian lebih lanjut mengenai bahan pembawa bakteri yang sesuai.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ashrafuzzaman M, Hossen FA, Ismail MR, Hoque MA, Islam MZ, Meon S.
2009. Efficiency of plant growth promoting rhizobacteria (PGPR)
for the enhancement of rice growth. African Journal of
Biotechnology. 8(7):12471252.
[Balittra] Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa. 2001.
Perkembangan dan Program Penelitian ke Depan. Banjarbaru (ID):
Balittra.
Berger Y. 1962. Maize Production and The Manuring of Maize. Geneva
(NZ): Department of Agriculture.
[FFTC] Food and Fertilizer Technology. 2001. Corn Production in Asia.
Taipei (TW): FFTC.
Fitriani F. 2009. Hama dan penyakit jagung manis (Zea mays saccharata
Sturt.) di Desa Benteng, Cibanteng dan Nagrog, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Susilo H, penerjemah. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press.
Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.
Goldsworthy PR, Fisher NM. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Tohari, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Terjemahan dari:The Physiology of Tropical Field Crops.
Jogaiah S, Shivanna RK, Gnanaprakash PH, Hunthrike SS. 2008.
Evaluation of plant growth-promoting rhizobacteria for their
efficiency to promote growth and induce systemic resistance in pearl
millet against downy mildew disease. Archives of Phytopathology
and Plant Protection. 43(4):368-378.
Khalid A, Arshad M, Zahir ZA. 2004. Screening plant growth-promoting
rhizobacteria for improving growth and yield of wheat. Journal of
Applied
Microbiology.
96:473-480.
doi:10.1046/j.13652672.2003.02161.x.
Kusumadewi EA. 2011. Seleksi plant growth promoting rhi