Direction for Developing Community Forest Through Land Suitability in Central Lombok Regency

ARAHAN PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT MELALUI
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

HENDRA SETIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Arahan Pengembangan
Hutan Rakyat Melalui Analisis Kesesuaian Lahan di Kabupaten Lombok Tengah
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor,

Maret 2014

Hendra Setiawan
A156120374

RINGKASAN
HENDRA SETIAWAN. Arahan Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Analisis
Kesesuaian Lahan di Kabupaten Lombok Tengah. Dibimbing oleh BABA
BARUS dan SUWARDI.
Gangguan terhadap sumber daya hutan yang disebabkan oleh faktor
manusia telah menyebabkan kawasan hutan mengalami kerusakan dan
menurunnya produktivitas sehingga kurang mampu lagi memberikan manfaat
secara optimal. Hal ini menyebabkan hutan alam kurang mampu lagi menjadi
pemasok kayu untuk bahan baku industri perkayuan. Kebutuhan terhadap bahan
baku kayu di Kabupaten Lombok Tengah sebesar 43.445 m3/tahun, selama ini
kebutuhan kayu dipasok dari hutan rakyat sebesar 1.981 m3 per tahun, sedangkan

produksi kayu dari hutan alam selama ini tidak ada, sehingga salah satu alternatif
untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut adalah hutan rakyat. Permasalahannya
adalah belum tersedianya arahan perencanaan pengembangan hutan rakyat yang
baik di Kabupaten Lombok.
Dari beberapa alasan tersebut pada penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mendapatkan jenis tanaman yang berpotensi berdasarkan preferensi masyarakat
dan identifikasi tingkat kelayakan dari pengusahaan hutan rakyat, (2) Memetakan
kesesuaian jenis tanaman berdasarkan karaktristik lahan, (3) Menghitung potensi
ketersediaan lahan untuk pengembangan hutan rakyat dan (4) Menyusun arahan
pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanaman hutan rakyat yang
berpotensi untuk dikembangkan di Lombok Tengah berdasarkan preferensi
masyarakat adalah sengon, mahoni dan jati. Analisis finansial yang dilakukan
yaitu NPV, BCR dan IRR menunjukkan ketiga jenis tanaman tersebut layak untuk
dikembangkan di Lombok Tengah.
Luas lahan yang sesuai untuk jati 73.738 ha, mahoni 79.640 ha dan
sengon 32.915 ha. Berdasarkan kesesuaian dari lahan tersedia untuk
pengembangan hutan rakyat maka lahan potensial untuk pengembangan jati
adalah 8.826 ha dengan wilayah yang memiliki potensi terbesar adalah Kecamatan
Pujut dan Praya Barat. Untuk pengembangan mahoni sebesar 4.364 ha yang

terluas berada di Kecamatan Batukliang dan Kopang. Lahan potensial
pengembangan sengon adalah 2.552 ha dengan wilayah pengembangan terbesar
meliputi Kecamatan Batukliang dan Kopang.
Lokasi arahan pengembangan hutan rakyat sengon dan mahoni terdapat
di daerah bagian utara dengan curah hujan yang memadai, sedangkan
pengembangan hutan rakyat jati diarahkan ke daerah bagian selatan dengan curah
hujan rendah. Untuk arahan lokasi prioritas pengembangan memperhatikan luas
lahan tersedia yang sesuai berdasarkan RTRW serta beberapa kriteria yaitu: luas
wilayah, potensi hutan rakyat, jumlah penduduk, lahan tersedia serta kebutuhan
kayu per kecamatan dengan menggunakan MCDM-TOPSIS maka delapan
kecamatan yang menjadi wilayah prioritas pengembangan adalah Pujut, Praya
Barat, Batukliang, Praya Barat Daya, Batukliang Utara, Kopang, Praya Timur dan
Pringgarata.
Dari analisis AHP pola pengembangan yang diinginkan oleh para pihak
adalah pola subsidi yaitu petani hutan rakyat masih mengharapkan bantuan

pemerintah atau pihak lain yang peduli terhadap pembangunan hutan rakyat.
Untuk mendukung pengembangan hutan rakyat yang berkelanjutan di Lombok
Tengah perlu adanya pola pengembangan hutan rakyat yang bisa menciptakan
petani hutan rakyat yang mandiri yaitu melalui pola kemitraan berdasarkan atas

kerja sama yang saling menguntungkan serta dapat dikembangkan dengan pola
koperasi.
Beberapa masukan bagi arahan pengembangan hutan rakyat di Lombok
Tengah adalah: membuat database hutan rakyat melalui menginventaris hutan
rakyat secara menyeluruh, pembentukan kelompok tani yang dinamis dan mandiri,
mengintegrasikan keberadaan hutan rakyat dalam rencana pembangunan dan
pengembangan wilayah ke dalam RTRW kabupaten, mendorong tumbuhnya unit
manajemen hutan rakyat berasas koperasi dan pembuatan perda yang mendukung
keberadaan hutan rakyat.
Kata kunci: hutan rakyat, pola pengembangan hutan rakyat, pola subsidi,
prioritas pengembangan.

SUMMARY
HENDRA SETIAWAN. Direction for Developing Community Forest Through
Land Suitability in Central Lombok Regency. Supervised by BABA BARUS and
SUWARDI.
Disturbance to forest resources due to human factors has resulted in
damage and decreased productivity, supplying less raw materials for the timber
industry. The need for wood raw material in Central Lombok regency was 43,445
m3/year while there had been no timber production from natural forests, so that

one of the alternatives to meet the needs of the timber is community forest.
Based on the above issues, this study aimed to formulate the concept of
community forest development in Central Lombok by: (1) Identifying the type of
plants that have the potential and the feasibility level of business in community
forest in Central Lombok, (2) Learning the land suitability for the development of
community forest in Central Lombok, (3) Finding out the availability of land for
forest development, and (4) Developing community forest development in Central
Lombok regency.
The type of community forest plants that have the potential to be developed
in Central Lombok based on people’s preference are sengon, mahogany, and teak.
The financial analysis using NPV, BCR and IRR indicated that the three types of
plants were feasible to be developed in Central Lombok.
The land which is suitable and available for teak 73.738 ha, for mahogany
79.640 ha , and for sengon is 32.915 ha. Based on the suitability of land available
for the development of community forest, the land potential for the development
of teak is 8.826 ha with the largest development area including the sub-districts of
Pujut and West Praya. 4.364 ha is for the development of mahogany in the subdistricts of Batukliang and Kopang, and 2.552 ha is for sengon development area
in the sub-districts of Batukliang and Kopang.
The recommended location of community forest development of sengon
and mahogany is in upland areas with adequate rainfall, while the development of

community teak forest is directed to the lowlands with low rainfall. The
recommended location of development priority is related to the appropriate and
available land size based on RTRW and several criteria such as area size,
community forest potential, population size, land availibility, and the wood need
per capita using MCDM – TOPSIS. The eight sub-districts which become the
development priority are Pujut, West Praya, Batukliang, Southwest Praya, North
Batukliang, Kopang, East Praya and Pringgarata.
According to AHP analysis, the development pattern desired by the parties
was the subsidy pattern because the farmers of community forest still expected the
government assistance or other parties concerned with the development of
community forest. To support the sustainable development of community forest in
Central Lombok, it is necessary to have a development pattern of community
forest that can make the farmers independent, for example, through a partnership
pattern based on mutual benefit cooperation which could be developed with a
cooperative pattern.
Some inputs for the direction of community forest development in Central
Lombok are as follows: creating a database of community forest through the

inventory of community forest as a whole, forming dynamic and independent
farmer groups, integrating the existence of community forest in the development

plan and regional development, encouraging the growth of management units of
community forest based on cooperative principles, drafting regional regulations
that support the existence of community forest.
Keywords: community forest, development priority, pattern of community forest
development, subsidy pattern.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

ARAHAN PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT MELALUI
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH


HENDRA SETIAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Omo Rusdiana, MScFtrop

Judul Tesis : Arahan Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Analisis Kesesuaian
Lahan di Kabupaten Lombok Tengah
Nama
: Hendra Setiawan
NIM

: A156120374

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua

Dr Ir Suwardi, MAgr
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Santun RP Sitorus


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 26 Februari 2014

Tanggal Lulus:

Judul Tesis : Arahan Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Analisis Kesesuaian
Lahan di Kabupaten Lombok Tengah
: Hendra Setiawan
Nama
NIM
: A156120374

Diseh1jui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Baba Barus, MS..f
Ketua

Dr Ir Suwardi, MAgr

Anggota

Diketahui oleh .

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Prof Dr Ir Santun RP Sitorus

Tanggal Ujian: 26 Februari 2014

Tanggal Lulus:

1 4 MAR 2014

PRAKATA
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini Arahan Pengembangan Hutan Rakyat Melalui Analisis Kesesuaian
Lahan di Kabupaten Lombok Tengah.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan
setulus hati kepada :
1. Kedua Komisi Pembimbing Penulis. Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc selaku
Ketua Komisi pembimbing yang di tengah kesibukannya selalu meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan serta pengarahan
pada Penulis, dan Bapak Dr. Ir. Suwardi, M.Agr selaku pembimbing dua
yang sering Penulis repotkan tetapi tetap meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk membimbing Penulis, memberikan arahan dan masukan yang
sangat bermanfaat bagi Penulis.
2. Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc.Ftrop selaku penguji luar komisi yang telah
memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini.
3. Ketua Program Studi Prof. Dr. Ir. Santun RP Sitorus, serta segenap dosen
pengajar, asisten dan staff pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
(PWL) Sekolah Pascasarjana IPB.
4. Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas) beserta
jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis.
5. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat
khususnya Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang telah memberikan
kesempatan tugas belajar kepada Penulis,
6. Rekan-rekan satu angkatan di PWL 2012 kelas khusus maupun reguler untuk
kebersamaan yang indah, berbagi ilmu dan dukungan yang selalu
menyemangati Penulis.
7. Semua pihak yang berperan dalam proses penulisan karya ilmiah ini yang tak
bisa Penulis sebut namanya satu-satu tapi tetap tertulis dihati.
8. Dan yang terutama Penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang tak
terhingga kepada Kedua Orangtua dan Ketiga Saudara Penulis, serta seluruh
keluarga di Lombok Tengah atas segala do’a, dukungan, kasih sayang dan
pengorbanan yang telah dilimpahkan selama ini serta orang yang sangat saya
cintai (rn) atas doa dan restunya. Kepada mereka karya tulis ini Penulis
persembahkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.
Waalaikumussalam Warahmatullah.
Bogor, Maret 2014
Hendra Setiawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii 

DAFTAR GAMBAR

vii 

DAFTAR LAMPIRAN

viii 

1  PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran








2  TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan Rakyat
Peranan Hutan Rakyat
Sistem Informasi Geografis
Analisis Kesesuaian lahan
Komoditas Unggulan Daerah
Pewilayahan Komoditas Unggulan Pertanian
Komoditas Unggulan Hutan Rakyat
Analisis Multikriteria Spasial







10 
11 
11 

3  METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Prosedur dan Metode Analisis Data
Identifikasi Jenis Tanaman Prioritas Berdasarkan Preferensi Masyarakat
Identifikasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat
Identifikasi Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat
Analisis Kelayakan Pengusahaan Hutan Rakyat
Analisis Pola Pengembangan Hutan Rakyat
Penyusunan Arahan Pengembangan Hutan Rakyat

12 
12 
12 
14 
14 
14 
15 
17 
18 
20 

4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
Administrasi
Kependudukan
Sifat Fisik Dasar
Sektor Kehutanan di Kabupaten Lombok Tengah

21 
21 
22 
22 
25 

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Prioritas Tanaman Hutan Rakyat
Analisis Finansial Pengembangan Hutan Rakyat
Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Hutan Rakyat
Luasan Penggunaan Lahan
Analisis Ketersediaan Lahan

26 
26 
29 
31 
36 
38 

Kelembagaan Hutan Rakyat
41 
Arahan Pengembangan Hutan Rakyat
47 
Kebijakan Pengembangan Hutan Rakyat untuk Pengembangan Wilayah 61 
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

65 
65 
65 

DAFTAR PUSTAKA

66 

LAMPIRAN

71 

RIWAYAT HIDUP

87 

DAFTAR TABEL
1. Luas Lahan Kritis (Lahan Tidak Produktif) di Kabupaten Lombok
Tengah
2. Jenis, Sumber Data, Teknik Analisis Data dan Output yang
Diharapkan
3. Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Tengah
4. Satuan Tanah di Kabupaten Lombok Tengah
5. Satuan Tanah di Kabupaten Lombok Tengah
6. Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Lombok Tengah
7. Produksi Hutan Rakyat di Lombok Tengah tahun 2007-2011
8. Analisis Finansial Tanaman Sengon, Mahoni dan Jati per Hektar
9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sengon di Lombok Tengah
10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mahoni di Lombok Tengah
11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jati di Lombok Tengah
12. Penggunaan Lahan Aktual di Lombok Tengah
13. Ketersedian Lahan Hutan Rakyat berdasarkan RTRW
14. Jumlah Bangunan Oven Tembakau di Kabupaten Lombok Tengah
15. Kegiatan Pembuatan Hutan Rakyat di Lombok Tengah
16. Kebutuhan Bibit Hutan Rakyat
17. Arahan Pengembangan Hutan Rakyat di Kabupaten Lombok Tengah


13 
22 
24 
24 
25 
28 
30 
33 
35 
36 
37 
40 
41 
44 
58 
64 

DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian
2. Peta Wilayah Penelitian Kabupaten Lombok Tengah
3. Diagram Alir Penentuan Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Hutan
Rakyat Terpilih
4. Diagram Alir Analisis Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan
Hutan Rakyat
5. Kerangka Analisis Multi Criteria Evaluation
6. Hirarki Pola Pengembangan Hutan Rakyat
7. Diagram Alir Analisis dan Pengolahan Data
8. Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah
9. Peta Kelerengan Lahan Kabupaten Lombok Tengah
10. Peta Pewilayahan Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan Curah
Hujan Rata-rata
11. Peta Jenis Tanah di Kabupaten Lombok Tengah
12. Preferensi Masyarakat terhadap Tanaman Hutan Rakyat di Lombok
Tengah
13. Peta Penyebaran Jenis Tanaman Hutan Rakyat per Kecamatan
berdasarkan Jenis Kayu
14. Contoh Pola Tanam Hutan Rakyat: (a) Polikultur (b) Monokultur
15. Satuan Peta Tanah Lombok Tengah, BBPPSLP
16. Peta Kesesuaian Lahan untuk Hutan Rakyat Sengon di Lombok
Tengah


12 
15 
16 
16 
19 
20 
21 
23 
23 
25 
27 
27 
29 
32 
33 

17. Peta Kesesuaian Lahan untuk Hutan Rakyat Mahoni di Lombok
Tengah
18. Peta Kesesuaian Lahan untuk Hutan Rakyat Jati di Lombok Tengah
19. Peta Penggunaan Lahan Aktual di Lombok Tengah Tahun 2011
20. Ketersediaan Lahan Pengembangan Hutan Rakyat berdasarkan
Penggunaan Lahan aktual
21. Peta Ketersediaan Lahan Hutan Rakyat berdasarkan Penggunaan
Lahan Aktual
22. Peta Ketersediaan Lahan Hutan Rakyat berdasarkan RTRW
23. Pola Saluran Pemasaran Kayu Rakyat
24. Pola Hasil Pembobotan dari Kuesioner
25. Peta Kesesuaian Lahan dari Lahan Tersedia untuk Pengembangan
Hutan Rakyat Sengon di Lombok Tengah
26. Ketersediaan Lahan dari Lahan Sesuai Sengon per Kecamatan di
Lombok Tengah (ha)
27. Peta Kesesuaian Lahan dari Lahan Tersedia untuk Hutan Rakyat
Mahoni di Lombok Tengah
28. Kesesuaian Lahan dari Lahan Tersedia Mahoni per Kecamatan di
Lombok Tengah
29. Peta Kesesuaian Lahan dari Lahan Tersedia untuk Pengembangan
Hutan Rakyat Jati di Lombok Tengah
30. Kesesuaian Lahan dari Lahan Tersedia Jati per Kecamatan di
Lombok Tengah
31. Grafik Gabungan Kesesuaian dari Lahan Tersedia Jenis Tanaman
Hutan Rakyat
32. Grafik Ranking of Alternatives Jenis Tanaman Prioritas Sengon (S2)
dengan Mahoni (S2) untuk Pengembangan Hutan Rakyat
berdasarkan Analisis TOPSIS
33. Grafik Ranking of Alternatives Jenis Tanaman Prioritas Sengon (S3)
dengan Mahoni (S3) untuk Pengembangan Hutan Rakyat
berdasarkan Analisis TOPSIS
34. Grafik Ranking of Alternatives Jenis Tanaman Prioritas Jati (S2)
dengan Mahoni (S3) untuk Pengembangan Hutan Rakyat
berdasarkan Analisis TOPSIS
35. Peta Prioritas Pengembangan Komoditas Tanaman Hutan Rakyat
36. Grafik Ranking of Alternatives Wilayah Pengembangan Hutan
Rakyat per Kecamatan berdasarkan Analisis MCDM-TOPSIS
37. Peta
Arahan
Pengembangan
Hutan
Rakyat
di
Kabupaten Lombok Tengah

34 
35 
37 
38 
39 
39 
42 
43 
49 
49 
50 
51 
51 
52 
53 
55 
55 
56 
56 
57 
64 

DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Sengon
dengan Discount Rate 7,25%
2. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Sengon
dengan Discount Rate 5,75%

70 
71 

3. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Sengon
dengan Discount Rate 12,75%
4. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Mahoni
dengan Discount Rate 7,25%
5. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Mahoni
dengan Discount Rate 5,75%
6. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Mahoni
dengan Discount Rate 12,75%
7. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Jati
dengan Discount Rate 7,25%
8. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Jati
dengan Discount Rate 5,75%
9. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Hutan Rakyat Jati
dengan Discount Rate 12,75%
10. Analisis Arahan Pengembangan Lokasi HR
11. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Sengon (Paraserianthes falcataria)
12. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Mahoni (Swietenia macrophylla)
13. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Jati (Tectona grandis)
14. Perkembangan Luas Hutan Rakyat Lombok Tengah Tahun 2010 –
2012 (ha)
15. Produksi Hasil Hutan Rakyat Lombok Tengah berdasarkan
Kecamatan Tahun 2007 – 2011 (m3)
16. Tafsiran Produksi Hutan Rakyat Lombok Tengah berdasarkan
Komoditas (m3)
17. Tafsiran Jumlah Batang dan Volume Hutan Rakyat Komoditas
Kombinasi Jati dengan Mahoni per Kecamatan
18. Tafsiran Jumlah Batang dan Volume Hutan Rakyat Komoditas
Kombinasi Sengon dengan Mahoni per Kecamatan
19. Tafsiran Jumlah Batang dan Volume Hutan Rakyat Komoditas
Kombinasi Sengon dengan Mahoni per Kecamatan
20. Tafsiran Jumlah Batang dan Volume Hutan Rakyat Komoditas Jati
per Kecamatan
21. Tafsiran Jumlah Batang dan Volume Hutan Rakyat Komoditas
Mahoni per Kecamatan
22. Tafsiran Jumlah Batang dan Volume Hutan Rakyat Komoditas
Sengon per Kecamatan
23. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2011 - 2031

72 
73 
74 
75 
76 
77 
78 
79 
80 
81 
81 
82 
82 
83 
83 
84 
84 
85 
85 
85 
86 

1

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Nusa Tenggara Barat yang memiliki potensi sumber daya alam cukup besar.
Potensi tersebut diantaranya adalah potensi sektor agro (pertanian dan kehutanan),
kelautan dan pariwisata. Ketiga sektor ini apabila digarap dengan serius dan
profesional akan mampu mendorong peningkatan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja serta memberikan efek ganda bagi perkembangan sektor-sektor
lainnya.
Salah satu sumber daya yang sangat potensial dikembangkan di Kabupaten
Lombok Tengah adalah ragam jenis tanaman pada subsektor kehutanan. Ragam
jenis tanaman tersebut memiliki peranan yang cukup besar dalam menyokong
kehidupan masyarakat. Kabupaten Lombok Tengah memiliki luas areal kawasan
hutan sekitar 23.726 ha yang terdiri dari hutan produksi seluas 3.300 ha, hutan
lindung 11.453 ha dan hutan konservasi yang terdiri dari taman nasional dan
taman wisata alam masing – masing seluas 6.824 ha dan 2.149 ha (Dishutbun Kab.
Lombok Tengah 2010).
Untuk menjamin keberadaan dan kelestarian hutan alam, Kementerian
Kehutanan telah mengambil beberapa kebijakan diantaranya adalah mengurangi
peran hutan alam sebagai pemasok kayu untuk industri perkayuan, seperti kayu
lapis dan industri kayu pertukangan lain, dengan demikian hutan tanaman industri
dan hutan rakyat merupakan harapan yang diunggulkan untuk mengganti peran
hutan alam. Di sisi lain, kawasan hutan produksi di Kabupaten Lombok sampai
saat ini masih belum mampu memberikan manfaat secara optimal bagi masyarakat,
hal ini salah satunya disebabkan oleh kondisi vegetasi yang tidak layak untuk
memproduksi serta adanya faktor gangguan manusia sehingga sumber daya hutan
mengalami kerusakan.
Gangguan kawasan hutan di Kabupaten Lombok Tengah saat ini
disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor alam dan faktor aktifitas manusia.
Kedua faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan
menurunkan kualitas sumber daya hutan. Jumlah kasus gangguan keamanan
sumber daya hutan di Kabupaten Lombok Tengah cukup bervariasi dan fluktuatif.
Berdasarkan data Tahun 2011, total gangguan keamanan hutan yang terjadi di
Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 136 kasus. Faktor penyebab manusia
menyumbang paling besar yaitu sebanyak 120 kasus (88%) yaitu berupa
pencurian kayu dan perambahan hutan (Dishutbun Kab. Lombok Tengah 2012).
Kerusakan kawasan hutan di Kabupaten Lombok dapat menyebabkan
berbagai permasalahan lingkungan diantaranya:
1. Meningkatnya luas lahan kritis. Berdasarkan hasil analisis Rencana Teknik
Rehabilitasi Hutan dan Lahan BPDAS Dodokan Moyosari tahun 2010
menunjukan jumlah lahan terdegradasi di Kabupaten Lombok Tengah cukup
luas yaitu dengan kategori agak kritis seluas 7.278 ha dan lahan kritis seluas
1.003 ha.
2. Menurunnya secara drastis debit air sungai dan mata air pada musim kemarau.
Berdasarkan data BPDAS Dodokan Moyosari Tahun 2007, di kawasan hutan

2
Kabupaten Lombok Tengah setidaknya terdapat 40 mata air utama.
Ketersediaan air di kawasan ini telah dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi
pertanian, pensuplai air bersih bagi masyarakat dan sebagai sumber energi
melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Berdasarkan
survei BPDAS tahun 2007 mengidentifikasi setidaknya 43% dari sumber mata
air tersebut memiliki kinerja kurang baik.
Dalam mendorong peningkatan produksi hasil hutan, pengembangan
hutan rakyat menjadi salah satu alternatif yang diharapkan mampu memberikan
kontribusi nyata bagi penyediaan bahan baku kayu. Hal ini didasarkan pada
kondisi penyediaan bahan baku kayu di Kabupaten Lombok Tengah yang saat ini
hanya mengandalkan produksi dari hutan milik/hutan rakyat yang hanya
menghasilkan kayu sebesar 1.981 m3 per tahun, sedangkan kebutuhan tehadap
bahan baku di Kabupaten Lombok Tengah sebesar 43.445 m3/tahun.
Komoditas hutan rakyat sangat potensial untuk dikembangkan mengingat
Kabupaten Lombok Tengah memiliki lahan tidak produktif yang cukup luas yaitu
sekitar 8.356 ha, diantaranya terdapat pada lahan-lahan milik masyarakat yaitu
seluas 4.871 ha. Lahan-lahan tidak produktif tersebut sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai hutan rakyat. Hal ini juga sejalan dengan pendapat
Darusman dan Hardjanto (2006) bahwa hutan rakyat menyimpan potensi yang
sangat berarti dalam percaturan pengelolaan hutan nasional. Menurut Attar (2000),
manfaat dari pengembangan hutan rakyat juga dapat menjadi salah satu alternatif
untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi masyarakat di pedesaan.
Luas lahan kritis/tidak produktif di Kabupaten Lombok Tengah yang dapat
dimanfaatkan untuk hutan rakyat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas Lahan Kritis (Lahan Tidak Produktif) di Kabupaten Lombok Tengah
Luas lahan lahan
Persentase
No.
Status lahan
tidak produktif
(%)
(ha)
1
Kawasan Hutan
3.485
42
2
Lahan Masyarakat
4.871
58
3
Jumlah
8.356
100
Sumber : Dishutbun Kab. Lombok Tengah (2012)
Secara garis besar pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok
Tengah memiliki 2 (dua) fungsi yaitu: (1) Fungsi ekonomi, yaitu sebagai penyedia
bahan baku yang akan mendorong berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi
yang berbasis kayu seperti penggergajian kayu, industri perkayuan dan lain-lain
dan (2) Fungsi ekologis, akan bermanfaat bagi perbaikan kualitas lahan,
memperbaiki tata air, bahkan yang lebih besar hutan rakyat akan menjaga
keseimbangan ekosistem lingkungan.
Salah satu program pemerintah pusat dalam pengembangan hutan rakyat
adalah pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR). Di tingkat Provinsi Nusa Tenggara
Barat dan Kabupaten Lombok Tengah, pengembangan hutan rakyat dilaksanakan
salah satunya melalui Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Permasalahannya
adalah bahwa program tersebut belum didukung dengan ketersediaan data
berbasis riset terutama terkait potensi jenis tanaman produksi serta daya dukung
sumber daya lahan baik dari sisi ketersediaan maupun kesesuaiannya.

3
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terkait potensi
pengembangan jenis tanaman serta potensi sumber daya lahan yang tersedia bagi
pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok Tengah, selain itu perlu
dilakukan analisis potensi ekonomi terkait pengembangan jenis tanaman yang
cocok dikembangkan, serta dibutuhkan perencanaan yang baik yang didukung
oleh data yang memadai agar pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok
dapat berjalan secara optimal, baik dari fungsi ekonomi, sosial maupun ekologi.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa preferensi masyarakat terhadap jenis tanaman yang berpotensi
dikembangkan sebagai hutan rakyat di Kabupaten Lombok Tengah;
2. Belum diketahuinya tingkat kelayakan dari pengusahaan hutan rakyat;
3. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok sampai saat ini belum
didasarkan pada analisis kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan;
4. Perencanaan pengembangan hutan rakyat saat ini masih bersifat sporadis dan
tidak terencana dengan baik, sehingga diperlukan arahan pembangunan yang
bersifat strategis sehingga pengembangan hutan rakyat bisa optimal sesuai
dengan potensi ekonomi dan daya dukung lahan.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, maka
dapat diuraikan beberapa pertanyaan penelitian sebagai dasar dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Apa saja jenis tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
komoditas hutan rakyat di Kabupaten Lombok Tengah?
2. Bagaimana tingkat kelayakan ekonomi dari pengusahaan hutan rakyat?
3. Bagaimana pola sebaran sumber daya lahan secara spasial yang sesuai untuk
jenis tanaman hutan rakyat berdasarkan karakteristik lahan serta bagaimana
ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan hutan rakyat?
4. Bagaimana arahan pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok Tengah?
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan konsep
perencanaan pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun
secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi jenis tanaman hutan rakyat yang berpotensi untuk
dikembangkan berdasarkan preferensi masyarakat;
2. Menganalisis tingkat kelayakan ekonomi pengusahaan hutan rakyat;
3. Memetakan kesesuaian jenis tanaman berdasarkan karakteristik lahan serta
potensi ketersediaan lahan yang sesuai untuk pengembangan hutan rakyat;
4. Menyusun arahan pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Lombok Tengah.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam
pengembangan hutan rakyat;

pengusahaan

4
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam
perencanaan pembangunan hutan rakyat dan kebijakan penatagunaan lahan di
Kabupaten Lombok Tengah.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan tujuan yang mendasari
pelaksanaan penelitian ini, maka secara garis besar kerangka pemikiran penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Daya dukung hutan alam sebagai sumber produksi kayu terus menurun
sementara jumlah penduduk makin bertambah sehingga menyebabkan
meningkatnya kebutuhan bahan baku kayu, akibatnya kelestarian sumber daya
hutan terus mengalami tekanan yang berat. Rusaknya sumber daya hutan
menyebabkan terjadinya berbagai macam bencana alam, seperti banjir, longsor,
kekeringan dan lain-lain. Di sisi lain banyak lahan-lahan yang kritis (tidak
produktif) di luar kawasan hutan yang belum termanfaatkan secara optimal.
Alternatif pembangunan sub-sektor kehutanan di Kabupaten Lombok
Tengah yang yang memiliki prospek yang baik adalah pengembangan hutan
rakyat. Pengembangan hutan rakyat selain untuk mengurangi tekanan terhadap
kawasan hutan alam sekaligus dapat menjadi sumber bahan baku kayu. Upaya
pengembangan hutan rakyat dapat menjadi satu upaya pembangunan dalam
memenuhi kebutuhan sumber kayu dari luar kawasan hutan negara. Konsep
pengembangan hutan rakyat sangat sesuai dikembangkan di Kabupaten Lombok
Tengah karena pada dasarnya masyarakat telah lama mengembangkan hutan
rakyat sebagai alternatif sumber pencaharian.

Gambar 1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran Penelitian

5
Untuk mengembangkan hutan rakyat sebagai pemasok utama bahan baku
kayu serta sebagai upaya pengembangan ekonomi masyarakat, perlu disusun
konsep perencanaan yang baik agar pengembangannya dapat memberikan
manfaat yang optimal. Oleh sebab itu diperlukan identifikasi jenis tanaman hutan
rakyat yang berpotensi dikembangkan, analisis tingkat kelayakan ekonomi usaha
hutan rakyat serta identifikasi sebaran spasial lahan-lahan yang berpotensi sesuai
untuk pengembangan hutan rakyat yang menguntungkan. Selain itu, dalam
pengembangan hutan rakyat dibutuhkan analisis kelembagaan agar arahan
pengembangan hutan rakyat dapat mencapai hasil yang optimal. Secara ringkas
kerangka pemikiran pelaksanaan penelitian terlihat pada Gambar 1.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan Rakyat
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, berdasarkan status kepemilikannya dikenal hutan negara dan hutan
milik. Hutan negara adalah kawasan hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak
dibebani hak milik, sedangkan hutan milik adalah hutan yang tumbuh di atas
tanah yang dibebani hak milik dan lazimnya disebut hutan rakyat. Mardikanto
(1995) mengemukakan bahwa hutan rakyat dapat berbentuk hutan adat (di luar
jawa), hutan rakyat yang dikembangkan melalui proyek-proyek tertentu seperti
Wanagama di Kabupaten Gunung Kidul yang dikembangkan oleh Universitas
Gadjah Mada (UGM) dan Wanasemar di Kabupaten Boyolali yang
dikembangakan Universitas Sebelas Maret (UNS). Bahkan muncul pola
pengembangan hutan rakyat yang dipadukan dengan program transmigrasi yaitu
hutan rakyat transmigrasi (Tinambunan et al. 1995).
Menurut APHI (1995) berdasarkan jenis tanaman dan pola penanamannya,
hutan rakyat dapat digolongkan ke dalam bentuk-bentuk hutan rakyat murni,
hutan rakyat campuran dan hutan rakyat dengan sistem hutan tani atau
tumpangsari. Hutan rakyat murni adalah hutan rakyat yang terdiri dari satu jenis
tanaman pokok yang ditanam dan diusahakan secara homogen atau monokultur.
Hutan rakyat murni lebih mudah dalam pembuatan, pengelolaan dan
pengawasannya, namun dari segi silvikultur bentuk hutan rakyat murni
mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya mudah dan peka terhadap serangan
hama-penyakit dan gangguan alam lainnya. Dari segi ekonomi kurang fleksibel
dan tidak ada diversifikasi komoditas, sehingga ketahanan ekonominya kurang
karena tergantung pada satu komoditas. Hutan rakyat campuran adalah hutan
rakyat yang terdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan yang ditanam secara
campuran. Dari segi sivikultur bentuk hutan ini lebih baik dari hutan rakyat murni.
Hutan rakyat campuran lebih tahan terhadap serangan hama-penyakit dan
gangguan alam lainnya, selain itu dapat mengurangi persaingan penggunaan zat
hara oleh akar maupun penggunaan cahaya matahari. Dari segi ekonomi memiliki
ketahanan dan flexibilitas yang lebih tinggi, karena diversifikasi komoditas secara
horizontal dan resiko yang lebih kecil. Hutan rakyat agroforestry merupakan
hutan rakyat yang mempunyai bentuk usaha kombinasi kehutanan dengan usaha

6
tani lainnya seperti perkebunan, pertanian, peternakan dan lain-lain, secara
terpadu pada satu lokasi.
Hutan rakyat agroforestry berorientasi pada optimalisasi pemanfaatan lahan
secara rasional dan ideal, baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Bentuk hutan
seperti ini memiliki daya tahan yang tinggi terhadap serangan hama-penyakit dan
gangguan alam lainnya. Dalam kehidupan masyarakat pedesaan bentuk hutan ini
dapat berupa pekarangan, talon, kebun campuran dan tegalan. Secara ekonomi
dapat diperoleh keuntungan ganda melalui pemanenan bertahap yang
berkesinambungan. Adanya diversifikasi komoditas secara vertikal dan horizontal
menyebabkan nilai ekonomi yang didapat semakin tinggi dan penyerapan tenaga
kerja yang lebih banyak dan berkelanjutan.
Hutan rakyat juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hutan rakyat
tradisional dan hutan rakyat inpres. Hutan rakyat tradisional adalah hutan rakyat
yang dibangun/ditanam di atas tanah milik dan atas inisiatif pemiliknya sendiri
tanpa adanya subsidi atau bantuan dari pemerintah. Hutan rakyat inpres adalah
hutan rakyat yang dibangun melalui kegiatan atau program bantuan penghijuan.
Menurut Departemen Kehutanan (1995) pengusahaan hutan rakyat memiliki
beberapa ciri sebagai berikut:
1. Usaha hutan rakyat dilakukan oleh petani, tengkulak dan industri dimana
petani masih memiliki posisi tawar yang lebih rendah;
2. Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prinsip usaha dan
prinsip kelestarian yang baik;
3. Bentuk hutan rakyat sebagian besar berupa budi daya campuran, yang
diusahakan dengan cara-cara sederhana;
4. Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai
pendapatan sampingan dan bersifat insidental dengan kisaran tidak lebih dari
10% dari pendapatan total.
Peranan Hutan Rakyat
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Kanada,
Finlandia dan negara-negara lainnya hutan rakyat sudah sejak lama dikembangkan,
yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku bubur kertas dan kertas dalam negeri dan kayu bakar.
Lembaga Penelitian IPB (1986) dalam Dirgantara (2008) mengemukakan bahwa
hutan rakyat mempunyai peranan yang penting, diantaranya adalah:
1. Meningkatkan pendapatan masyarakat;
2. Memanfaatkan secara maksimal dan lestari lahan-lahan yang tidak produktif;
3. Menghasilkan kayu bakar;
4. Menghasilkan kayu bahan bangunan dan bahan industry;
5. Mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis;
6. Menghasilkan buah-buahan, umbi-umbian, bahan obat-obatan, pakan ternak
dan sayuran;
7. Membantu resapan air di tempat-tempat recharge area.
Menurut Simon (1995) keberhasilan pembangunan hutan rakyat akan
memberikan sumbangan yang positif terhadap pembangunan nasional dalam
bentuk:
1. Meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan ikutan;

7
2. Memperluas aksesibilitas dan kesempatan kerja di pedesaan;
3. Memperbaiki sistem tata air dan meningkatkan perlindungan permukaan tanah
dari bahaya erosi;
4. Meningkatkan proses penguraian karbondioksida (CO2) dan polutan lain di
udara karena adanya peningkatan proses fotosintesis di permukaan bumi;
5. Proses fotosintesis juga agar kadar oksigen di udara tetap pada tingkat yang
menguntungkan bagi mahluk hidup;
6. Dapat menyediakan habitat yang dapat menjaga keragaman hasil flora fauna.
Pengembangan hutan rakyat sejalan dengan berbagai kebijakan baik di pusat
maupun daerah. Untuk tingkat nasional pengembangan hutan rakyat merupakan
kegiatan pokok dalam program Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang digulirkan sejak
tahun 2010, dengan target seluas 3 juta hektar yang akan dilaksanakan dalam
waktu 5 tahun.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas terlihat adanya satu kesamaan yang
paling mendasar tentang peranan hutan rakyat yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, baik melalui peningkatan pendapatan (ekonomi) maupun peningkatan
kualitas lingkungan hidup (Dirgantara 2008).
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu teknologi informasi
yang berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data bereferensi spasial dan
berkoordinat geografis (Barus dan Wiradisastra 2000).
Menurut Aronoff (1993) SIG adalah sebagai suatu sistem berdasarkan
komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi
geografis yang cukup (1) Pemasukan (input/encoding), (2) Managemen data
(penyimpanan data dan pemanggilan lagi), (3) Manipulasi dan analisis serta (4)
Pengembangan produk dan pencetakan (output).
Menurut Prahasta (2002), SIG adalah satu kesatuan formal yang terdiri dari
sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di
permukaan bumi, dengan kata lain SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanipulasi, menampilkan
dan menghasilkan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
Pemanfaatan SIG dalam evaluasi dan penyusunan peta kesesuaian lahan
(land suitability ) sudah sangat luas dan untuk berbagai bidang, antara lain untuk
evaluasi kesesuaian lahan pertanian (Liu dan Deng 2001; Kalogiroua 2002; Liu et
al. 2006), kesesuaian habitat flora dan fauna, perencanaan bentang alam dan
perencanaan wilayah.
Jaya (2002) menyebutkan pada bidang kehutanan, SIG sangat diperlukan
guna mendukung pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah keruangan
(spasial) mulai dari tahap perencanaan, pengelolaan sampai dengan pengawasan.
SIG sangat membantu memecahkan permasalahan yang menyangkut luasan
(polygon), batas (line atau Arc) dan lokasi (point). Data spasial (peta) yang umum
digunakan di bidang kehutanan antara lain adalah:
‐ Peta Rencana Tata Ruang;
‐ Peta Tata Guna Hutan;
‐ Peta Rupa Bumi (kontur);
‐ Peta Jaringan Jalan;

8










Peta Jaringan Sungai;
Peta Tata Batas;
Peta Batas Unit Pengelolaan Hutan;
Peta Batas Administrasi Kehutanan;
Peta Tanah;
Peta Iklim;
Peta Geologi;
Peta Vegetasi (turunan dari foto udara atau citra satelit);
Peta Potensi Sumber Daya Hutan (volume kayu, jenis, kelas umur dan
seterusnya).
Penggunan SIG dalam evaluasi kesesuaian lahan, proses integrasi basis data
yang kompleks dapat dilakukan dengan efektif baik dari segi prosedur kerja
(proses input, pengolahan dan analisa data, sampai pada visualisasi), luarannya,
maupun skala dan aplikasi pemanfaatannya, kemudian SIG dapat menyajikan
output dengan format yang mudah dimengerti, dan mudah dimutakhirkan
bilamana dikemudian hari terdapat perubahan atau penambahan informasi yang
berhubungan evaluasi lahan dan perencanaan penggunaan lahan di wilayah
penelitian.
Pemanfaatan SIG menjanjikan pengelolaan sumber daya dan pembuatan
model terutama model kuantitatif menjadi lebih mudah dan sederhana. SIG
merupakan suatu cara yang efisien dan efektif untuk mengetahui karakteristik
lahan suatu wilayah dan potensi pengembangannya, salah satu kemampuan
penting dari SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis dan pemodelan
spasial untuk menghasilkan informasi baru.
Sistem Informasi Geografis merupakan sistem pengelolaan informasi yang
juga menyediakan fasilitas analisis data. Sistem ini sangat bermanfaat dalam
perencanaan dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), antara lain untuk
aplikasi inventarisasi dan monitoring hutan, kebakaran hutan, perencanaan
penebangan hutan, rehabilitasi hutan, Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
dan konservasi keragaman hayati. SIG bisa dipakai secara efektif untuk membantu
perencanaan dan pengelolaan SDA diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan keterampilan yang memadai (Jaya 2002).
Analisis Kesesuaian lahan
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) klasifikasi kesesuaian lahan
adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuiannya untuk tujuan tertentu. Inti
evaluasi kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh
tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan
yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan.
Dalam metode FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi
empat kategori yaitu:
1. Ordo, menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu;
2. Kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan;
3. Sub-kelas, menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus
dijalankan dalam masing-masing kelas;

9
4. Unit, menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang
berpengaruh dalam masing-masing suatu sub-kelas.
Ada tiga jenis tanah utama tipikal lahan kering yaitu Podsolik, Latosol dan
Alluvial. Tanah Podsolik pada umumnya mempunyai tingkat produktifitas sangat
rendah. Tanah ini juga mempunyai sifat fisik kimia seperti pH rendah (masam),
miskin unsur hara dan peka terhadap erosi, oleh karena itu sebaiknya tidak
dijadikan areal pertanian melainkan tetap dibiarkan sebagai hutan (Sitorus 1989).
Mulyani dan Suharjo (1994), mengemukakan bahwa tanah podsolik pada
umumnya mempunyai tingkat kesuburan dan produktifitas rendah. hal ini
disebabkan oleh karena sifat fisik dan kimia dari tanah tersebut.
Semua jenis komoditas pertanian yang berbasisi lahan untuk dapat tumbuh
atau hidup dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan tersebut terutama terdiri dari temperatur, kelembaban, oksigen, hara,
drainase, tekstur dan konsistensi tanah serta kedalaman efektif. Persyaratan
tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing
komoditas mempunyai batas kisaran minimum, optimum dan maksimum untuk
masing-masing komoditas pertanian (Djaenudin et al. 2003).
Persyaratan tumbuh merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan jenis yang sesuai untuk dikembangkan di suatu
wilayah. Persyaratan tumbuh berisi informasi tentang faktor tumbuh dan syaratsyarat yang diperlukan oleh tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik.
Persyaratan tumbuh ini meliputi antara lain sifat-sifat karaktreristik tanah dan
iklim yang diperlukan dalam menunjang pertumbuhan tanaman, sementara
kesesuaian lahan adalah produk matching antara persyaratan tumbuh dan kualitas
lahan yang tersedia (Rachman et al. 2007).
Data iklim, tanah dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu
diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Hasil
survei ini merupakan dasar bagi evaluasi lahan. Evaluasi lahan merupakan suatu
pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya lahan. Hasil evaluasi
lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan yang
diperlukan dan akhirnya nilai harapan produksi yang kemungkinan akan diperoleh.
Memprediksi kesesuaian lahan untuk suatu tujuan tertentu dapat dilakukan
dengan memanfaatkan SIG. Kemampuan SIG dalam memprediksi ketersediaan
lahan tidak lepas dari nilai lebih sistem ini dalam menjalankan fungsi-fungsi
analisis spasial. Nilai lebihnya juga dalam analisis spasial dapat dilihat dari lima
fungsi utamanya, yaitu fungsi pengukuran dan klasifikasi, fungsi overlay, fungsi
neighbaourhood, fungsi network dan fungsi tiga dimensi (Aronoff 1993).
Komoditas Unggulan Daerah
Dalam menghadapi era perdagangan bebas langkah awal yang perlu
dilakukan dalam menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep
efisinsi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif adalah penetepan
komoditas unggulan nasional dan daerah. Komoditas unggulan adalah komoditas
andalan yang memiliki posisi strategis, baik berdasarkan pertimbangan teknis
(kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan
teknologi, kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial

10
budaya setempat) untuk dikembangkan di suatu wilayah (Badan Litbang
Pertanaian 2003 dalam Dirgantara 2008).
Menurut Syafaat dan Supena (2000) dalam Hendayana (2003) langkah
menuju efisiensi pembangunan pertanian dapat ditempuh dengan mengembangkan
komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi
penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan
dicirikan oleh superioritas dalam petumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi
dan sosial ekonomi (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia,
adat istiadat dan infrastruktur) petani di suatu wilayah, sedangkan dari sisi
permintaan komoditas unggulan dicirikan dari kuatnya permintaan di pasar baik
pasar domestik maupun internasional.
Pada lingkup kabupaten/kota, komoditas unggulan kabupaten diharapkan
memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Mengacu kriteria komoditas unggulan
nasional, (2) Memiliki nilai ekonomi yang tinggi di kabupaten, (3) Mencukupi
kebutuhan sendiri dan mampu mensuplai daerah lain/ekspor, (4) Memiliki pasar
yang prospektif dan merupakan komoditas yang berdaya saing tinggi, (5)
Memiliki potensi untuk ditingkatkan nilai tambahnya dalam agroindustri dan (6)
Dapat dibudidayakan secara meluas di wilayah kabupaten.
Setiap daerah memiliki karakteristik wilayah, penduduk dan sumber daya
yang berbeda-beda, hal ini membuat potensi masing-masing daerah akan menjadi
berbeda pula dan akan mempengaruhi arah kebijakan pengembangan kegiatan
ekonomi di wilayah tersebut. Penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah
menjadi suatu keharusan dengan pertimbangan bahwa komoditas-komoditas yang
mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama yang
dihasilkan oleh wilayah lain adalah komoditas yang secara efisien diusahakan dari
sisi teknologi dan sosial ekonomi serta memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif.
Pewilayahan Komoditas Unggulan Pertanian
Menurut Djaenudin et al. (2002) pewilayahan komoditas pertanian sesuai
dengan daya dukung lahan dimaksudkan agar produktivitas lahan yang
diusahakan mencapai tingkat optimal. Dalam mendukung kegiatan agribisnis,
pengertian produktivitas lahan ditujukan untuk suatu tipe penggunaan lahan (land
utilization types) baik secara campuran (multiple land utilization types) maupun
individual (compound utilization types) mampu berproduksi optimal.
Dari aspek ekonomi komoditas yang dihasilkan harus mempunyai peluang
pasar baik sebagai komoditas domestik maupun ekspor. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka komoditas harus dikembangkan pada lahan yang paling sesuai
sehingga akan mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif.
Umumnya setiap tanaman dan/atau kelompok tanaman mempunyai
persyaratan tumbuh yang spesifik untuk dapat berproduksi secara optimal, hal ini
menunjukkan bahwa suatu wilayah kemungkinan hanya memiliki kesesuian untuk
komoditas tertentu tetapi tidak untuk yang lain, apabila persyaratan tumbuhnya
dari segi lahan tidak terpenuhi, maka tidak selalu setiap jenis komoditas dapat
diusahakan disetiap wilayah.
Sebagai dasar pertimbangan untuk seleksi awal dalam menyusun zonasi
pengembangan komoditas pertanian dapat menggunakan perbedaan karakteristik

11
lahan yang mencakup iklim terutama suhu udara dan curah hujan, tanah (sifat fisik,
morfologi, kimia tanah), topografi (elevasi, lereng) dan sifat fisik lingkungan
lainnya. Penyusunan tata ruang pertanian melalui pendekatan pewilayahan
komoditas dengan mempertimbangkan daya dukung lahan akan dapat menjamin
produktivitas lahan yang berkelanjutan tanpa merusak lingkungan.
Komoditas Unggulan Hutan Rakyat
Komoditas potensial untuk pengembangan hutan rakyat di Lombok Tengah
didasarkan atas kesesuaian lahan serta agroklimatnya untuk budi daya tanaman
tahunan serta berdasarkan rumusan kriteria komoditas unggulan kehutanan
adalah (1) Merupakan sumber pendapatan masyarakat, (2) Volume produksi
kontinyu, (3) Sesuai dengan potensi dan kondisi daerah dan (4) Memiliki nilai
tambah relatif tinggi (Dirgantara 2008).
Dalam memilih jenis untuk hutan rakyat harus dipenuhi beberapa hal agar
jenis yang diusahakan dan dikembangkan dapat menghasilkan secara optimal
yaitu:
1. Aspek lingkungan, yaitu jenis yaang dipilih harus sesuai dengan iklim, jenis
tanah dan kesuburan serta keadaan fisik wilayah;
2. Aspek sosial, yaitu jenis yang dipilih harus jenis yang cepat menghasilkan
setiap saat, dikenal dan disukai masyarakat serta mudah dibudidayakan;
3. Aspek ekonomi, yaitu dapat memberikan penghasilan dan mudah dipasarkan
serta memenuhi standar bahan baku industri.
Berdasarkan hasil penelitian Sukadaryati (2006), potensi hutan rakyat terdiri
dari populasi 7 jenis tanaman yang dikembangkan di hutan rakyat dan tersebar di
pulau jawa dan di luar pulau jawa adalah jati, sengon, mahoni, bambu, akasia,
pinus dan sonokling.
Analisis Multikriteria Spasial
Analisis Multikriteria/Multi-Criteria Evaluation (MCE) secara umum
didefinisikan sebagai sebuah cara pengambilan keputusan dan sebuah alat
matematis yang memungkinkan perbandingan dari berbagai alternatif atau
skenario berdasarkan banyak kriteria, seringkali konflik, dengan tujuan memberi
petunjuk pada pengambi