5 sayatan direkat dengan entelan di atas gelas objek. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop projeksi. Prerapat maserasi dibuat dengan cara memanaskan potongan kayu sebesar korek
api dalam tabung reaksi yang berisi larutan hidrogen peroksida dan asam asetat glasial dengan perbandingan 1:1. Serat yang sudah terpisah dicuci dengan air sampai bersih lalu
diberi warna dengan safranin. Serat lalu diamati dan diukur dimensinya dengan menggunakan mikroskop.
Ciri anatomi yang diamati meliputi dimensi pori, dimensi jari-jari, dimensi serat, jumlah pori dan jumlah jari-jari, jumlah parenkim dan serabut.
Ciri makroskopis diamati dengan cara membuat potongan batang secara radial, longitudinal dan transversal, selanjutnya dilakukan pengamatan secara seksama pada tiap
bagian pohon meliputi : warna, tekstur, arah serat, kesan raba dan kilap.
D. Analisa Data
Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 ulangan. Tiap jenis dianalisis pengaruhnya terhadap posisi dalam batang pangkal -
tengah - ujung. Data ditabulasi dan dianalisa secara statistik dengan bantuan minitab.
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data sekunder berupa jenis kayu, tinggi pohon, tinggi bebas cabang, diameter dan tebal kulit pohon ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik pohon sebagai bahan penelitian
Table 1. Tree characteristics as research materials
No Jenis Species
Tinggi total Height, m
Tinggi bebas cabang
Stem height of
branches,m Diameter
Diameter, cm
Tebal kulit
Bark
thickness,cm
1 Salagundi Rhoudolia
teysmanii Hook.f. 13
9 36-45
0.6-0.8 2
Raru Cotylelobium melanoxylon Pierre
25 15
30-50 0.6-1.0
3 Mobe Arthocarpus
dadah Miq. 40-60
20 150-300
0.9-1.3 4
Medang landit Persea rimosa
45 10
37-45 0.6-1.0
Hasil pengamatan sifat anatomis secara makroskopis dan hasil pengukuran secara mikroskopis secara berturut-turut dari masing-masing jenis kayu yang dilakukan
ditunjukkan pada Tabel 1 – Gambar 1, Tabel 2 – Gambar 2, Tabel 3 – Gambar 3 dan Tabel 4 – Gambar 4.
A. Salagundi Roudholia teysmanii Hook. f.
Secara makroskopis warna kayu salagundi adalah cokelat kemerahan. Memiliki tekstur yang halus, arah serat lurus, kesan raba agak licin dan kilap agak mengkilap.
Lingkaran tumbuhnya memiliki batas yang tegas.
7
a. Kayu wood
b. Penampang transversal
Transversal surface
c. Penampang tangensial d. Penampang radial
Tangential surface Radial surface
Gambar Figure 1. Salagundi skalascale : 250
μ
Tabel 2. Perbedaan karakter mikroskopis salagundi pada tingkat ketinggian dalam batang
Table 2. Differences of microscopic characteristics of salagundi at different hight level
No. Parameter yang diamati
Parameter observed Nilai rata-rata pada tingkat ketinggian dalam
batang Mean values at different hight level
Pangkal Bottom Tengah Central
Ujung Top
1 Diameter pembuluh
Vessel diameter, μ
53.98 a 61.45 a
56.43 a 2
Panjang pembuluh Vessel length,
μ 1223.5 a
1262.10 a 1078.90 a
3 Jumlah pembuluh
Sum of vessel 43.50 a
43.25 a 46.75 a
4 Tinggi jari-jari
Ray height, μ
414.50 a 575.36 b
536.00 b 5
Lebar jari-jari Ray width,
μ 19.63 a
17.23 a 17.17 a
6 Jumlah jari-jari
8.0 a 7.50 a
7.75 a
8 Sum of ray
7 Persentase pembuluh
Percentage of vessel, 39.59 a
60.34 b 57.56 ab
8 Persentase jari-jari
Percentage of ray, 53.16 a
54.71 a 53.40 a
9 Persentase parenkim
Percentage of parenchyma,
10.09 a 12.86 a
11.50 a
10 Panjang serat
Fiber length, μ
1543.90 a 1765.50 a
1552.00 a 11
Diameter serat Fiber diameter,
μ 26.55 a
29.10 a 28.66 a
12 Diameter lumen serat
Fiber lumen width, μ
12.35 a 16.69 a
15.20 a 13
Tebal dinding serat cell wall thickness,
μ 7.11 a
6.21 a 4.90 a
Keterangan Remarks : Nilai rata-rata pada baris yang sama diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5. Mean in row followed by a common letter are
not significantly different at 5 level
Nilai rata-rata sifat anatomi kayu salagundi berdasarkan tingkat ketinggian dalam batang dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa faktor letak dalam
batang mempengaruhi sifat anatomi kayu yang terbentuk terutama terhadap tinggi jari- jari, sedangkan terhadap karakter lain pengaruhnya tidak nyata. Pengaruh faktor letak
dalam batang arah vertikal terhadap sifat anatomi disebabkan selalu adanya pertumbuhan panjang dari sel pemula baik pada pertumbuhan primer maupun pertumbuhan sekunder.
Pembuluh pori-pori kayu salagundi termasuk tata baur, sebagian besar soliter dan sebagian berganda diagonal yang terdiri dari dua pori. Klasifikasi pembuluh :
diameter termasuk kategori kecil, panjang termasuk kategori sangat panjang, jumlah termasuk sangat banyak. Klasifikasi jari-jari : tinggi termasuk luar biasa tinggi, lebar
termasuk sempit dan jumlah bagian pangkal termasuk agak banyak dengan bagian tengah dan ujung termasuk agak jarang. Klasifikasi serat : panjang termasuk sedang, diameter
termasuk besar, lumen termasuk sedang dan tebal dinding bagian pangkal dan tengah
9 termasuk sedang dengan bagian ujung termasuk tipis. Bidang perforasinya termasuk
tangga. Persentase sel kayu berbeda hanya pada pembuluh antara setiap bagian dengan
persentase tertinggi pada bagian tengah 60,34, sedangkan untuk persentase jari-jari dan parenkim tidak berbeda nyata. Parenkim bertipe paratrakea jarang dimana hanya
sedikit terdapat mengelilingi pori-pori. Variasi terhadap persentase pembuluh disamping batang pohon disebabkan berbagai faktor, diantaranya adalah faktor diameter, jumlah dan
susunan pori atau sebaran pori.
B. Raru Cotylelobium melanoxylon Pierre.