ANALISIS UNIT COST PEMERIKSAAN USG ABDOMEN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

(1)

ANALISIS UNIT COST PEMERIKSAAN USG ABDOMEN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

(Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Manajemen Rumah Sakit

ADITYA ANDIKA MUCHTAR 20121030042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii TESIS

ANALISIS UNIT COST PEMERIKSAAN USG ABDOMEN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

(Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

Diajukan Oleh:

ADITYA ANDIKA MUCHTAR 20121030042

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I,

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si.,Akt Tanggal ...

Pembimbing II,


(3)

iii TESIS

ANALISIS UNIT COST PEMERIKSAAN USG ABDOMEN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

(Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta)

Diajukan Oleh:

ADITYA ANDIKA MUCHTAR 20121030042

Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Manajemen Rumah Sakit

Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tanggal 14 juni 2016

Yang terdiri dari

Dr. Firman Pribadi, M.Si. Ketua Tim Penguji

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si.,Akt Triyani Marwati, S.E., M.Kes, Akt

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Rumah Sakit Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan oleh pihak manapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

Yogyakarta, 31 Mei 2016 Yang Membuat Pernyataan,

ADITYA ANDIKA MUCHTAR 20121030042


(5)

x USING ACTIVITY BASED COSTING METHOD

(CASE STUDY IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA) Aditya Andika Muchtar, Ietje Nazaruddin, Triyani Marwati Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI

Latar Belakang: Perkembangan teknologi informasi yang cepat ditambah dengan kompetisi global yang semakin ketat menuntut semua jenis perusahaan, termasuk rumah sakit, agar dapat mengelola perusahaannya secara efektif. Penentuan biaya dengan metode tradisional dianggap tidak mampu mengatasi berbagai kesulitan dalam menentukan biaya di rumah sakit. Salah satu metode yang dianggap dapat memberikan informasi biaya dengan lebih akurat adalah metode activity based costing (ABC). Pemeriksaan USG abdomen merupakan salah satu pemeriksaan terbanyak yang dilakukan di poliklinik USG RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2014 sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan analisis biaya satuan pemeriksaan USG abdomen menggunakan metode ABC.

Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Penelitian ini menganalisis unit cost pemeriksaan USG abdomen menggunakan metode ABC di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Hasil dan Pembahasan: Berdasakan hasil perhitungan menggunakan metode ABC didapatkan unit cost pemeriksaan USG Abdomen adalah sebesar Rp 149.879,62. Perhitungan unit cost pemeriksaan USG abdomen menggunakan metode ABC menunjukan hasil yang lebih rendah dibandingan dengan unit cost yang diterapkan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode ABC didapatkan biaya pemeriksaan USG abdomen bernilai lebih rendah dibandingkan real cost yang berlaku RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.


(6)

xi including hospitals, in order to manage the company effectively. Cost determination by traditional methods are considered unable to overcome the difficulties in determining costs in the hospital. One of the methods that are considered to provide more accurate information about the costs is a method of activity based costing (ABC). Ultrasound examination of abdomen is one of the highest examination conducted in ultrasound clinic at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta in 2014 so that researchers feel the need to do a unit cost analysis of ultrasound examination of abdomen using the ABC method.

Methods: The study was descriptive qualitative case study design. This study analyzed the unit cost of abdominal ultrasound examination using the ABC method in RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Results and Discussion: Based on the calculation using the ABC method unit cost of abdominal ultrasound examination is Rp 149,879.62. Calculation of unit cost abdominal ultrasound examination using the ABC method showed lower results compared with the unit cost applied at RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Conclusion: Based on the calculation using the ABC method, unit cost of abdominal ultrasound examination is less than the real cost that used by RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.


(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah (Syahriani, 2004).

Pembiayaan merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Sumber pembiayaan saat ini meliputi pembiayaan yang berasal dari masyarakat termasuk swasta dan pembiayaan kesehatan dari pemerintah. Berbagai penelitian dilaporkan bahwa pembiayaan kesehatan yang berasal dari pemerintah hanyalah 30% sedangkan dari masyarakat sebanyak 70% yang dilakukan secara langsung (direct payment) dari rumah tangga (out of pocket) dan melalui pihak ketiga masih kecil seperti Askes, Askeskin, dan Jamsostek (Syahriani, 2004).

Pada pembiayaan kesehatan saat ini penentuan tarif merupakan hal yang sangat penting. Dimana penentuan tarif pelayanan kesehatan lebih kompleks daripada penentuan tarif komoditi yang lainnya, karena dalam pelayanan kesehatan merupakan perpaduan antara motif sosial dan motif ekonomi (Gani, 1993).


(8)

Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat (Perpres no 12, 2013). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, fasilitas pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu fasilitas pelayan kesehatan tingkat pertama, fasilitas pelayan kesehatan tingkat kedua, dan fasilitas pelayan kesehatan tingkat ketiga.

Rumah sakit dapat digolongkan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua maupun ketiga. Berdasarkan definisi dari World Health Organization (WHO) (2015), rumah sakit merupakan suatu institusi dengan tempat tidur yang memberikan pelayanan kesahatan kepada pasien dalam bentuk observasi, penegakan diagnosis, pemberian terapi, dan rehabilitasi baik jangka pendek maupun panjang.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat ditambah dengan kompetisi global yang semakin ketat menuntut semua jenis perusahaan, termasuk rumah sakit, agar dapat mengelola perusahaannya secara efektif (Popesko & Novak, 2011). Penentuan tarif dengan metode tradisional dianggap tidak mampu mengatasi berbagai kesulitan dalam menentukan tarif di rumah sakit (Chan, 1993). Oleh karena itu, terdapat beberapa alternatif metode analisis biaya yang dapat digunakan oleh rumah sakit untuk menentukan tarif pelayanannya, salah satunya dengan menggunakan metode activity-based costing (ABC).


(9)

Metode ABC menitik beratkan pada aktivitas sebagai dasar penggolongan biaya, dimana aktivitas ini akan mengkonsumsi sumberdaya untuk menhasilkan suatu produk atau pelayanan. Metode ABC membebankan activity cost ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi yang digunakan sehingga memberikan informasi tarif yang lebih akurat (Baker, 1998; Yereli, 2009; Aldogan, Austill, dan Kocakulah, 2014).

Ultrasonography (USG) merupakan salah satu pemeriksaan penunjang medis yang berbentuk pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan organ dalam tubuh manusia, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini menggunakan prinsip pemantulan gelombang ultrasonik untuk mendeteksi organ-organ dalam tubuh. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Pemeriksaan USG biasanya digunakan untuk memeriksa jaringan-jaringan lunak karena memberikan gambaran yang lebih baik dan lebih jelas dibandingankan dengan pemeriksaan yang menggunakan sinar-x seperti rontgen, pemeriksaan USG juga lebih murah dibandingkan dengan pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging).

Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pemeriksaan USG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang medis yang paling banyak dilakukan setelah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi (rontgen). Pemeriksaan USG yang paling sering dilakukan di poliklinik


(10)

khusus untuk USG adalah pemeriksaan USG abdomen (seluruh lapang perut) dibandingan dengan pemeriksaan lainnya pada tahun 2014. Pemeriksaan USG abdomen dilakukan sebanyak 1.038 kali dari keseluruhan 2.461 pemeriksaan USG yang dilakukan di poliklinik USG pada tahun 2014.

Berdasarkan pertimbangan dari data tersebut diatas, peneliti merasa perlu melakukan analisis unit cost menggunakan metode ABC pada pemeriksaan USG abdomen . Metode ABC dipilih karena adanya berbagai keunggulan dan keuntungan yang tidak dimiliki oleh metode analisis biaya yang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Berapakah unit cost USG abdomen yang dihitung dangan menggunakan metode activity-based costing pada RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

2. Apakah ada perbedaan antara unit cost USG abdomen yang dihitung dengan metode activity-based costing dengan unit cost yang ditetapkan saat ini di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian

1. Menghitung semua biaya yang timbul akibat pemeriksaan USG abdomen, baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung.


(11)

2. Mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan biaya pemeriksaan USG abdomen di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek teoretis

Sebagai tambahan bahan literatur tentang perhitungan satuan biaya (unit cost) yang menggunakan metode activity-based costing. 2. Aspek praktis

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan perencanaan dan pengendalian anggaran pada pemeriksaan USG abdomen di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.


(12)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tarif

Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah perusahaan bersedia memberikan jasa kepada pelanggannya (Gani, 1995). Kotler dan Keller (2006) berpendapat bahwa harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan yang paling mudah disesuaikan. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan kepada pasar tentang produk dan mereknya.

Penetapan tarif di rumah sakit harus selalu berpedoman pada biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan pelayanannya, sebab bila rumah sakit menetapkan tarif dibawah biayanya, maka rumah sakit tersebut akan mengalami kerugian, sehingga kelangsungan hidup rumah sakit tidak akan terjamin (Primadinta, 2009). Penetapan tarif dapat dilakukan dengan menghitung anggaran biaya variabel rata-rata yang ditambah dengan presentase tertentu dan dapat juga dilakukan dengan taksiran biaya penuh yang ditambah dengan nilai perolehan laba yang diinginkan (Sutomo, 2003).

Menurut Azwar (1996), untuk dapat menetapkan tarif pelayanan yang dapat menjamin total pendapatan yang tidak lebih rendah dari total pengeluaran, banyak faktor yang perlu diperhitungkan diantaranya:


(13)

1) Biaya Investasi

Untuk suatu rumah sakit, biaya investasi (Invesment cost) yang terpenting adalah biaya pembangunan gedung, pembelian berbagai peralatan medis, pembelian peralatan non medis serta biaya pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana sehingga dapat disimpulkan bahwa jika biaya investasi cukup besar maka tariff pelayanan yang diterapkan akan cenderung mahal.

2) Biaya Kegiatan Rutin

Untuk sarana kesehatan biaya kegiatan rutin (operational cost) yang dimaksudkan adalah mencakup semua biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan. Ditinjau dari kepentingan pemakai jasa pelayanan maka biaya kegiatan rutin dapat dibedakan atas dua macam:

a) Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan kesehatan (Direct cost)

b) Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan kesehatan (Indirect cost)

3) Biaya Rencana Pengembangan

Biaya rencana pengembangan yang dimaksud adalah mulai dari rencana perluasan bangunan, penambahan peralatan, penambahan jumlah dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan karyawan dan atau rencana penambahan jenis pelayanan.

4) Besarnya Target Keuntungan

Tergantung dari filosofi yang dianut oleh pemilik sarana kesehatan sehingga persentase keuntungan tersebut seyogyanya keuntungan suatu


(14)

sarana kesehatan tidak boleh sama dengan keuntungan berbagai kegiatan usaha lainnya.

Penentuan tarif yang ideal dapat dilakukan dengan analisis penetapan tarif itu sendiri yang bertujuan untuk (Trisnantoro, 2006):

1) Meningkatkan pemulihan biaya rumah sakit (cost recovery rate) rumah sakit. Hal ini terutama terdapat pada rumah sakit pemerintah yang semakin berkurang subsidinya.

2) Peningkatan akses pelayanan.

Salah satu cara meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin adalah dengan menetapkan tarif pelayanan yang rendah. Penetapan tarif dengan cara ini hendaknya diikuti oleh subsidi yang memadai dari pemilik atau pemerintah sehingga mutu pelayanan tetap terjaga.

3) Peningkatan mutu pelayanan.

Di beberapa rumah sakit pemerintah daerah, kebijakan penetapan tarif pada bangsal kelas I bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan peningkatan kepuasan kerja dokter spesialis.

4) Penetapan tarif dengan tujuan lain.

Penetapan tarif yang bertujuan mengurangi pesaing, memaksimalkan pendapatan, meminimalkan penggunaan dan menciptakan corporate image. Penetapan tarif untuk tujuan mengurangi pesaing dilakukan untuk mencegah rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing. Penetapan tarif untuk memaksimalkan keuntungan dapat dilakukan pada pasar yang dikuasai oleh salah satu rumah sakit (monopoli), sehingga pada demand


(15)

yang tinggi, penetapan tarif dapat dilakukan setinggi-tingginya. Penetapan tarif dengan bertujuan menciptakan corporate image adalah penetapan tarif yang ditetapkan dengan tujuan menciptakan citra sebagai rumah sakit golongan masyarakat kelas atas.

Menurut Trisnantoro (2006) proses penetapan tarif di rumah sakit dapat berbeda tergantung misi dan tujuan masing-masing rumah sakit. Pada rumah sakit dengan menggunakan pendekatan perusahaan penetapan tarif dapat dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut:

1) Full cost pricing.

Informasi serta analisis biaya mutlak diperlukan. Berdasarkan unit cost maka asumsinya tidak ada pesaing atau demand sangat tinggi.

2) Contract dan cost plus.

Tarif ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya kontrak dengan perusahaan asuransi atau konsumen yang tergabung dalam suatu organisasi. Tarif kontrak dapat memakasa rumah sakit menyesuaikan tarifnya sesuai kontrak yang ditawarkan asuransi, sehingga untuk dapat bersaing, rumah sakit harus mempertimbangkan masalah efisiensi.

3) Target rate of return pricing.

Penetapan tarif berdasarkan target yang merupakan modifikasi dari metode full cost. Teknik ini berbasis pada unit cost dengan mempertimbangkan faktor demand dan pesaing.

4) Acceptance pricing.


(16)

dianggap sebagai panutan harga, maka rumah sakit lain akan mengikuti pola pentarifan yang digunakan oleh rumah sakit tersebut.

Salah satu strategi penetapan harga (pricing strategy) dengan memberikan potongan harga pada customer. Cara ini merupakan wujud nyata dari strategi pemasaran yang berfungsi untuk menarik minat dan mempertahankan kesetiaan customer (Simaremare, 2002).

2. Biaya

Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan digunakan sebagai pengurang dari penghasilan (Supriyono, 1999). Menurut Masyhudi (2008), pengertian biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu. Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan dapat atau tidaknya biaya tersebut diidentifikasikan terhadap objek biaya. Objek biaya yang dimaksud adalah produk, jasa, fasilitas dan lain-lain.

Pada tentative set of broad accounting principle for business enterprises, biaya dinyatakan sebagai harga penukaran atau pengorbanan yang digunakan untuk memperoleh suatu manfaat (Kartadinata, 2000). Pengorbanan itu bisa berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan. Dalam analisis ekonomi nilai kesempatan untuk memperoleh sesuatu yang hilang karena melakukan suatu kegiatan juga dihitung sebagai biaya yang disebut dengan biaya kesempatan (opportunity cost). Apapun wujud pengorbanan tersebut, dalam perhitungan biaya semuanya harus ditransformasikan kedalam nilai uang (Thabrany, 1999)


(17)

a. Penggolongan biaya

Penggolongan biaya adalah proses pengelompokkan biaya atas keseluruhan elemen-elemen biaya secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih rinci untuk dapat memberikan informasi biaya yang lebih lengkap. Menurut Mulyadi (2007) biaya dapat digolongkan menurut obyek pengeluaran, fungsi pokok dalam perusahaan, hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan jangka waktu manfaatnya.

1) Obyek pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2) Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

a) Biaya produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian,


(18)

baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi, yang merupakan biaya untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi.

b) Biaya pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, bagian contoh (sample), biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, serta gaji karyawan pada bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran.

c) Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, dan biaya fotokopi.


(19)

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

a) Biaya langsung

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b) Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak muda diidentifikasi dengan produk tertentu. Sebagai contoh, gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B, dan C merupakan biaya tidak langsung baik bagi produk A, B, maupun C, karena gaji mandor tersebut terjadi bukan hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut, melainkan karena memproduksi ketiga jenis produk tersebut. Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Biaya tidak


(20)

langsung dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead.

4) Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Menurut Trisnantoro (2006) dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:

a) Biaya tetap (fixed)

Biaya yang bersifat tetap yang tidak dipengaruhi oleh output, walaupun jumlah output produksi berubah-ubah, biaya tidak berubah. Menurut Supriyono (1999), biaya tetap memiliki karakteristik jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkat tertentu. Biaya satuan pada biaya tetap akan berubah berbanding terbalik dengan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan, biaya satuan akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah volume kegiatan, biaya satuan akan semakin tinggi

b) Biaya variabel

Biaya yang berubah sesuai dengan perubahan dari output. Biaya variabel ini memiliki karakteristik jumlah total akan berubah sebanding dengan perubahan volume kegiata, semakin tinggi volume kegiatan, maka akan semakin tinggi pula jumlah total biaya variabelnya. Biaya satuan pada biaya variabel bersifat konstan dan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (Supriyono, 1999).


(21)

c) Biaya semivariabel

Perubahan biaya sesuai dengan variasi volume kegiatan tetapi perubahan dalam biaya operasional ini tidak sebanding dengan perubahan volume. Karakteristik biaya semi variabel yaitu jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, tapi sifat perubahannya tidak sebanding, dengan kata lain, semakin tinggi volume kegiatan akan meningkat pula jumlah total biaya semi variabelnya, dan bila volume kegiatan semakin rendah maka jumlah total biaya semi variabelnya akan semakin rendah, namun perubahannya tidak seimbang. Pada biaya semi variabel, satuan biayanya akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai pada tingkat kegiatan tertentu, semakin tinggi volume kegiatan akan semakin rendah biaya satuannya, dan bila semakin rendah volume kegiatan akan semakin tinggi biaya satuannya (Supriyono, 1999). Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel (Mulyadi, 2007).

5) Jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:

a) Pengeluaran modal (capital expenditures)

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah


(22)

satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. Karena pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah uang yang besar dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tersebut dilakukan, pengorbanan tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan dicatat sebagai kos aktiva. Periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut dibebani sebagian pengeluaran modal tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi, atau biaya deplesi.

b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.

b. Biaya satuan (unit cost)

Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk pelayanan yang diperoleh dengan cara membagi biaya total dengan jumlah


(23)

produk. Untuk menghitung biaya satuan harus ditetapkan terlebih dahulu besaran produk (cakupan pelayanan). Per definisi biaya satuan seringkali disamakan average cost (Mulyadi, 2007).

Perhitungan biaya satuan terdapat dua macam biaya satuan yaitu: a) biaya satuan normatif adalah biaya yang berlaku sesuai peraturan daerah dan b) biaya satuan aktual adalah suatu hasil perhitungan berdasarkan atas pengeluaran nyata untuk menghasilkan produk pada kurun waktu tertentu. Biaya satuan aktual dapat dijadikan dasar dalam penetapan tarif pelayanan kesehatan (Gani et al, 1995)

c. Analisis biaya

Analisis biaya merupakan suatu proses menghitung biaya untuk berbagai jenis pelayanan yang ditawarkan,baik secara total maupun per pelayanan per klien dengan cara menghitung seluruh biaya pada seluruh unit yang ada, dimana biaya yang terdapat pada unit yang tidak menghasilkan produk (pusat biaya) didistribusikan kepada unit-unit yang menghasilkan produk dan menghasilkan pendapatan (Kartadinata, 2000).

Menurut Gani (1999), terdapat beberapa metode untuk menganalisis biaya, yaitu:

1) Simple distribution

Melakukan distribusi biaya yang dikeluarkan pusat biaya penunjang, langsung ke berbagai pusat biaya produksi. Distribusi ini dilakukan satu per satu dari masing-masing pusat biaya penunjang. Kelebihan dari cara ini adalah kesederhanaannya sehingga mudah


(24)

dilakukan. Namun kelemahannya adalah asumsi dukungan fungsional hanya terjadi antara unit penunjang dan unit produksi.

2) Step down

Metode ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan dari metode simple distribution. Kelebihan dari metode ini adalah sudah dilakukannya distribusi dari unit penunjang ke unit penunjang lain, namun distribusi ini masih belum sempurna karena distribusi ini hanya terjadi satu pihak.

3) Double distribution

Pada tahap pertama metode ini, melakukan distribusi biaya yang dikeluarkan di unit penunjang ke unit penunjang lain dan unit produksi. Hasil sebagian unit penunjang sudah di distribusikan ke unit produksi, tapi sebagian masih berada di unit penunjang, yaitu biaya yang diterima dari unit penunjang lain. Biaya yang masih ada di unit penunjang ini dalam tahap selanjutnya di distribusikan ke unit produksi, sehingga tidak ada lagi biaya tersisa di unit penunjang. Metode ini dianggap cukup akurat dan relatif mudah dilaksanakan dan merupakan metode yang terpilh untuk analisis biaya di Puskesmas dan Rumah Sakit di Indonesia. 4) Multiple distribution

Distribusi biaya dilakukan secara lengkap, yaitu antara sesama unit penunjang ke unit produksi dan antara sesama unit produksi.


(25)

5) Activity-based costing

Metode ini merupakan metode terbaik diantara metode analisis biaya yang ada,meskipun pelaksanaannya tidak semudah metode yang lain. Fokus utama metode ini adalah akstivitas. Langkah penyusunan metode ini adalah mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian ke produk.

Metode activity based costing adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap (Garrison, 2006).

6) Real cost

Metode ini sebenarnya mengacu pada konsep ABC dengan berbagai perubahan karena adanya kendala sistem. Oleh karena itu, metode ini menggunakan asumsi yang sedikit mungkin.

Menurut Sihombing (2004) terdapat empat langkah dasar yang harus ditempuh dalam analisis biaya, yaitu:

1) Identifikasi biaya.

Umumnya pusat biaya dapat dikelompokkan menjadi pusat biaya produksi dan pusat biaya penunjang (bagian administrasi, dapur, cuci, dan laundry)

2) Pengumpulan data biaya.

Data biaya dikumpulkan dari semua sumber yang ada, baik dari laporan keuangan maupun perincian biaya di setiap pusat biaya. Data


(26)

biaya diuraikan dalam komponen-komponen biaya. Misalnya biaya personil, pemeliharaan, dan investasi. Keberhasilan pengumpulan data sangat tergantung pada sistem perencanaan dilaksanakn di Laboratorium tersebut.

3) Perhitungan biaya asli.

Perhitungan besarnya biaya asli diperoleh dari setiap unit penunjang dan unit produksi yang diuraikan menurut jenis biaya (investasi dan operasional) dan komponen-komponennya. Komponen biaya investasi di antaranya biaya untuk gedung, alat medis, dan kendaraan. Komponen biaya operasional antara lain biaya untuk gaji, obat, dan bahan habis pakai. Biaya asli setiap unit dihitung untuk semua biaya yang telah digunakan waktu tertentu biasanya selama satu tahun. 4) Pendistribusian biaya.

Biaya asli setiap unit penunjang dipindahkan ke setiap unit produksi yang terkait. Pada dasarnya setiap unit penunjang akan memindahkan biaya aslinya secara berbeda jumlah di unit produksi terkait. Apabila seluruh biaya asli unit penunjang telah dipindahkan ke unit produksi terkait maka tidak ada lagi biaya tersisa di suatu unit penunjang apapun. Dengan demikian, biaya akhir yang ada di setiap akhir unit produksi adalah merupakan biaya asli unit produksi itu sendiri ditambah dengan biaya pindahan dari unit penunjang. Biaya satuan didapatkan dari biaya akhir/total di suatu unit pelayanan tersebut akan


(27)

dibagi dengan jumlah pelayanan yang diberikan selama satu tahun yang sama.

3. Activity based costing system

Activity based costing adalah sebuah sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada dari aktivitas tersebut (Yulianti, 2011). Menurut Mulyadi (2007) pengertian activity based costing adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengeolaan terhadap aktivitas. Sistem ini menggunakan aktivitas sebagai dasar serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat.

Metode ABC menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau kegiatan yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi (Yereli, 2009).

Activity based costing dapat disimpulkan sebagai pendekatan penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas (Yulianti, 2011). Metode ini dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer untuk keputusan stratejik dan keputusan lainnya dengan tujuan untuk menentukan harga pokok produksi dan cost driver yang lebih akurat dan menyediakan informasi tentang kinerja dari aktivitas dan sumberdaya serta dapat


(28)

menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk seperti pelanggan dan saluran distribusi (Setiadi, 2015).

Fokus utama activity based costing adalah aktivitas. Mengidentifikasi biaya aktivitas dan kemudian ke produk merupakan langkah dalam menyusun activity based costing system (Hansen dan Mowen, 2013). Activity based costing mengakui hubungan sebab akibat atau hubungan langsung antara biaya sumber daya, penggerak biaya, aktivitas, dan objek biaya dalammembebankan biaya pada aktivitas dan kemudian pada objek biaya.

a. Metode ABC sebagai pengganti metode tradisional

Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat diacak secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variable. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 1999).

Metode ABC muncul karena sistem pembiayaan dengan metode tradisional yang digunakan tidak dapat mencerminkan besarnya pemakaian biaya produksi dan biaya sumber daya fisik secara tepat. Pendekatan sistem


(29)

Activity Based Costing

Services & products

Activities

Consume Resources Consume activities

Traditional CostingView

Services & products

Consume resource pembiayaan rumah sakit dengan metode tradisional berfokus pada proses pembiayaan selama pemberian layanan, sedangkan pada metode ABC fokus dititikkan pada aktivitas (Yereli, 2009). Akuntansi biaya tradisional berpandangan bahwa jasa atau produk mengkonsumsi sumber daya. Sedangkan Activity Based Costing berpandangan bahwa jasa atau produk mengkonsumsi aktivitas, kemudian aktivitas mengkonsumsi sumber daya (Baker J.J, 1998).

Gambar 2.1 Two Views of Costing: Traditional vs. ABC (Baker J.J, 1998)

b. Kelebihan dan kekurangan activity based costing system

Menurut Mulyadi (2003), Activity Based Costing System menjanjikan berbagai manfaat berikut ini:


(30)

1) Menyediakan informasi yang berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer. 2) Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis

aktivitas (activity based-budget).

3) Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya.

4) Menyediakan secara akurat dan multidimensi cost product dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Selain itu, kelebihan activity based costing system untuk diterapkan di rumah sakit menurut Yereli (2009) adalah sebagai berikut:

1) Biaya dapat dinilai dengan tepat dan akurat karena sumber daya yang digunakan selama produksi dapat diidentifikasi dengan jelas.

2) Metode ini membuat perhitungan biaya menjadi lebih sederhana dan jelas.

3) Metode ini membantu manajer dalam membuat keputusan yang tepat karena manajer memiliki data dan informasi yang lengkap sehingga mereka memiliki pengendalian dan tanggung jawab yang lebih baik. 4) Metode ini membantu mengurangi biaya dari aktivitas yang tidak sesuai

dengan produk layanan, ataupun yang hanya memiliki nilai tambah sedikit.

5) Metode ini memberikan gambaran dari seluruh aktivitas yang dilakukan di rumah sakit secara jelas.


(31)

Menurut Yereli (2009) selain memiliki kelebihan, activity based costing system juga memiliki kelemahan seperti:

1) Penerapan metode ini di rumah sakit belum sepenuhnya dipahami karena penerapannya baru dilakukan di beberapa dekade terakhir.

2) Selain memberikan hasil perhitungan yang lebih akurat, metode ini juga memberikan gambaran kinerja manajemen secara jelas. Hal ini membuat beberapa manajer khawatir karena kinerja mereka dapat dinilai dari sini. 3) Waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan semua data yang

diperlukan relatif lebih lama dan membutuhkan biaya yang banyak. Hal ini karena metode ABC membutuhkan data yang lebih banyak ketimbang metode tradisional.

4) Sangatlah sulit bagi pihak rumah sakit untuk dapat mengumpulkan semua data yang dibutuhkan. Meski memang, bagi rumah sakit yang memiliki data yang lengkap dapat menggunakan metode ini dengan lebih mudah. c. Syarat penerapan activity based costing system

Menurut Supriyono (1999), dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan metode ABC mensyaratkan tiga hal:

1) Perusahaan mempunyai tingkat diversifikasi yang tinggi.

Metode ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.


(32)

2) Tingkat persaingan industri yang tinggi

Terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sama atau sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen.

3) Biaya overhead lebih dominan dibandingkan biaya tenaga kerja langsung.

Metode ABC akan kehilangan relevansinya bila biaya tenaga kerja langsung lebih dominan dibandingkan dengan biaya overhead, karena penggunaan akuntansi biaya tradisionalpun akan lebih akurat.

d. Tahapan Untuk Menerapkanactivity based costing system

Menurut Garrison (2006) ada beberapa tahapan dalam menetapkan metode activity based costing, yaitu:

1) Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas pada setiap aktivitas. 2) Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya. 3) Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas.

4) Menghitung tarif aktivitas.

5) Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.


(33)

Menurut Mulyadi (2007) prosedure pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua tahap kegiatan:

1) Tahap pertama.

Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen terdiri dari empat langkah:

a) Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas.

b) Mengklasifikasikan aktifitas biaya ke dalam berbagai aktifitas.

Biaya digolongkan ke dalam aktivitas yang terdiri dari empat kategori yaitu: unit level activity costing, batch related activity costing, product sustaining activity costing, dan facility sustaining activity costing. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: i) Aktivitas berlevel unit (unit level activities).

Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan karena tenaga tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi.


(34)

Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch.

iii) Aktivitas berlevel produk (produk level activities).

Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk.

iv) Aktivitas berlevel fasilitas (fasility level activities).

Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.

c) Mengidentifikasikan cost driver.

Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif atau unit cost driver.


(35)

Biaya per unit cost driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif atau unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: tarif per unit cost driver = jumlah aktivitas dibagi cost driver.

2) Tahap kedua.

Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas masing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb: BOP yang dibebankan = tarif/unit cost driver dikali cost driver yang dipilih.

4. Ultrasonografi (USG)

Ultrasound atau ultrasonik merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suara dengan frekuensi diatas 20.000 Hertz (Hz), diatas batas pendengaran manusia. Ultrasonography (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping (non invasif), relatif murah, pemeriksaannya relatif cepat,dan persiapan pasien serta peralatannya relatif mudah. Frekuensi yang biasa digunakan untuk mendiagnosis secara ultrasound adalah antara 1-30 megahertz (MHz) (WHO, 2011).

Ultrasound pertama kali digunakan sesudah perang dunia I, dalam bentuk radar atau teknik sonar (sound navigation and ranging) oleh Langevin tahun 1918 untuk mengetahui adanya ranjau-ranjau atau adanya kapal selam. Namun seiring berkembangnya zaman dan teknologi, ultrasond sekarang juga digunakan di bidang kesehatan dan disebut ultrasonography (USG). Ultrasound dalam bidang


(36)

kesehatan bertujuan untuk pemeriksaan organ-organ tubuh yg dapat diketahui bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungannya dengan jaringan lain disekitarnya. Ultrasound memiliki beberapa sifat dasar, yaitu:

 Sangat lambat bila melalui media yang bersifat gas, dan sangat cepat bila melalui media padat.

 Semakin padat suatu media maka semakin cepat kecepatan suaranya.  Apabila melalui suatu media maka akan terjadi atenuasi (pelemahan

sinyal).

a. Indikasi pemeriksaan USG abdomen

Menurut Speets et al (2006), indikasi untuk pemeriksaan USG adalah sebagai berikut:

1) Nyeri pada perut, pinggang dan atau punggung.

2) Tanda atau gelaja yang mungkin merujuk pada kelainan di daerah perut atau retroperitoneal, seperti jaundice atau hematuria.

3) Kelainan yang dapat teraba seperti massa di perut atau pembesaran organ.

4) Nilai laboratorium yang tidak normal atau temuan hasil pemeriksaan pencitraan lain yang tidak normal yang merujuk pada kelainan pada organ dalam perut.

5) Follow up dari kelainan pada bagian perut yang telah diketahui atau di curigai sebelumnya.

6) Mencari penyebaran penyakit keganasan atau tumor ganas primer yang tersembunyi.


(37)

8) Trauma pada perut.

9) Evaluasi sebelum dan sesudah transplantasi. 10)Sebagai pemandu prosedur invasif.

11)Evaluasi dari penyakit infeksi saluran kemih.

b. Organ-organ dan kelainan-kelainan yang dapat diperiksa pada

pemeriksaan USG abdomen

Pada pemeriksaan USG abdomen, dapat lihat dan diketahui berbagai organ dan kelainan yang berada pada rongga perut (Hagen-Ansert, 2011), yaitu:

1) Hati (Liver)

2) Kantung empedu dan saluran empedu 3) Pankreas

4) Lien/limpa 5) Usus

6) Cairan peritoneum 7) Dinding abdomen 8) Ginjal

9) Kandung kemih dan struktur yang bedekatan 10)Kelenjar adrenal

11)Aorta abdominalis 12)Vena cava inferior


(38)

B. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca sebelumnya diantaranya:

1. Agus Riono (2009) Penentuan tarif pelayanan radiologi menggunakan metode ABC (activity based costing) studi kasus di Rumah Sakit Bunda Purwokerto. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek yang diteliti. Pada penelitian Agus Rihono objek penelitianya adalah pelayanan radiologi secara keseluruhan, sedangkan pada penelitian ini yang dihitung adalah unit cost dari pemeriksaan USG abdomen saja.

2. Eva Marvia (2011) tentang analisis perhitungan unit cost pelayanan hemodialisa dengan metode activity based costing di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan metode Activity Based Costing yang bertujuan umtuk menentukan unit cost pemeriksaan USG abdomen di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eva menggunakan Activity Based Costing untuk menentukan unit cost pelayanan hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Fitria Puspita Dewi (2013) Analisis Perhitungan Unit Cost Pemeriksaan

Kimia Klinik Dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta). Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan metode Activity Based Costing yang bertujuan umtuk menentukan unit cost pemeriksaan USG


(39)

Titik pusat sistem ABC dan penyebab biaya dapat dikelola

abdomen di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fitria menggunakan Activity Based Costing untuk menentukan unit cost pemeriksaan kimia klinik di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Landasan Teori

Proses pengolahan data dalam ABC system dibagi dalam dua tahap: 1) activity based process costing, pembebanan sumber daya ke aktivitas dan 2) activity based object costing adalah pembebanan activity cost ke cost object. Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Landasan teori Sumber : Mulyadi, 2003; Sumber


(40)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah:

Gambar 2.3. Kerangka konsep Pemeriksaan USG

abdomen

Identifikasi

biaya dan Analisis ABC

Unit cost Unit cost

Rumah sakit


(41)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai unit cost yang berhubungan dengan pemeriksaan USG abdomen di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan metode ABC.

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian adalah Kepala Bagian Keuangan, Kepala Bagian Radiologi, Kepala Unit Rawat Jalan, Cleaning Service, Bagian Pemeliharaan Alat, Petugas Administrasi dan Diklat untuk memperoleh data yang komprehensif di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Objek penelitian ini adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan pemeriksaan USG abdomen RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September hingga Desember 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini adalah unit cost pemeriksaan USG abdomen dan aktivitas di Bagian Admisi, Poliklinik USG, Bagian Keuangan, dan Kasir.


(42)

D. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk membantu atau sebagai pedoman dalam penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Unit cost adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk pemeriksaan yang dihitung dengan cara membagi total cost dengan jumlah atau total output.

2) Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama pasien melakukan pemeriksaan USG abdomen yang menimbulkan biaya aktivitas.

3) Sumber daya (resources) adalah biaya-biaya sumber daya yang akan dibebankan kepada aktivitas. Sumber daya dalam penelitian ini terbagi menjadi empat kategori, yaitu

a) Labor related, seperti gaji, makan perawat, makan pegawai non medis (supporting).

b) Equipment related, seperti penyusutan alat non medis dan alat-alat medis di ruang yang terkait, pemeliharaan alat-alat, penyusutan alat-alat non medis rumah sakit, serta alat tulis kantor (ATK).

c) Space related, seperti depresiasi bangunan dan perawatan bangunan rumah sakit, air, telepon, listrik, sewa bangunan.

d) Service related, seperti administrasi pusat (gaji direktur, wakil direktur serta staf administrasi pusat), pemasaran, laundry, serta sistem informasi.


(43)

4) Biaya langsung adalah biaya yang dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya atau produk. Contohnya, biaya kertas photo, tinta printer, biaya gaji pegawai radiologi, alat tulis kantor (ATK), penyusutan alat medis dan non medis, biaya ruangan, penggunaan jasa, kebersihan, biaya air, dan biaya listrik.

5) Biaya tidak langsung adalah biaya yang sulit atau tidak dapat dihubungkan dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara akurat ditelusuri ke objek biaya antara laian: biaya tenaga kerja di unit penunjang, biaya peralatan, bangunan, dan pelayanan di unit penunjang yang terkait.

6) Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yaitu pajak bumi dan bangunan.

7) Cost driver adalah cara untuk membebankan biaya pada aktivitas atau produk.

8) Direct tracing adalah cara pembebanan biaya ke aktivitas melalui penelusuran atau identifikasi secara langsung terhadap biaya yang dikonsumsi secara langsung oleh setiap aktivitas dan memproduksi produk atau jasa. Penelusuran yang dilakukan dalam penelitian ini melalui SOP (standar operasional pelayanan) dan observasi. Hasil perhitungan diukur dengan nilai rupiah.

9) Driver tracing adalah cara pembebanan biaya ke aktivitas melalui hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas. Sumber daya dalam penelitian ini adalah biaya alat tulis kantor (ATK),


(44)

bahan habis pakai (BHP), pemeliharaan alat non medis dan gedung, dan depresiasi alat non medis dan gedung. Aktivitas dalam penelitian ini adalah kepegawaian, keperawatan, administrasi, keuangan, mutu, pelayanan medis, pemasaran, dan perlengkapan.

10)ABC system adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktifitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat produk atau jasa sebagai tujuan. 11)Pemeriksaan USG abdomen adalah pemeriksaan penunjang dalam

pemeriksaan kebidanan dan kandungan yang menampilkan hasil USG dengan gambaran tiga dimensi secara real time.

E. Instrumen penelitian

Data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi langsung dari sumbernya dengan cara wawancara langsung dengan responden dan observasi terhadap aktiitas yang dilakukan. Data sekunder dilakukan dengan penelusuran dokumen berupa distribusi biaya operasional rumah sakit dan SOP.

1) Studi dokumen, yaitu untuk memeriksa dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan analisis biaya seperti kontrak pembelian peralatan medis dan non medis, nota pembelian reagenisasi.


(45)

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung atau berkomunikasi langsung dengan responden untuk memperoleh informasi mengenai isu yang diteliti.

a) Responden yang diwawancara terdiri dari Kepala Bagian Keuangan, Dokter Spesialis Radiologi, Perawat, Bagian Administrasi, Kepala Instalasi Radiologi, Kasir, Laundry, Cleaning Service di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

b) Wawancara mendalam dilakukan dalam panduan wawancara yang sudah ditentukan ataupun pertanyaan yang bersifat spontan muncul saat interview berlangsung. Data yang diperoleh berupa gambaran umum mengenai RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sistem yang digunakan oleh rumah sakit dalam menentukan biaya pemeriksaan USG abdomen dan identifikasi aktivitas dalam pemeriksaan USG abdomen.

3) Panduan observasi menggunakan checklist berupa pengamatan secara langsung pada objek penelitian.

4) Stopwatch adalah alat pengukur waktu yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari pasien mendaftar di pendaftaran sampai pasien keluar dari RS.

5) Matrik Expense Activity Dependence (EAD) dan Activity Product Dependence (APD).


(46)

Tahapan penelitian:

1) Menentukan aktivitas-aktivitas untuk menghasilkan produk. Dengan cara wawancara dan observasi langsung yaitu mengamati pasien yang akan melakukan pemeriksaan USG abdomen.

2) Mendapatkan data primer dan data sekunder.

3) Mendapatkan pengelompokkan data keuangan sesuai dengan aktivitas rumah sakit, dengan cara diskusi mendalam dengan pembimbing lapangan.

4) Menghitung unit cost dari objek penelitian masing-masing berdasarkan sistem activity aased costing.

5) Melihat perbedaan antara penghitungan dengan sistem activity based costing dengan tarif yang sudah ada di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

F. Analisis Data

Data dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi langsung dari sumbernya berupa menanyakan langsung ke responden. Data sekunder dilakukan dengan penelusuran dokumen berkaitan dengan penelitian ini serta distribusi biaya operasional rumah sakit. Metode analisis biaya yang digunakan adalah berdasarkan ABC (Activity Based Costing) system. Biaya yang digunakan adalah biaya langsung yaitu biaya yang melekat pada petugas, diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung (direct tracing) dan biaya tidak langsung yaitu


(47)

biaya-biaya yang terdapat pada unit penunjang. Adapun langkah-langkah untuk menghitung biaya berdasarkan Activity Based Costing System (Mulyadi, 2007) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan activity center pada unit terkait, dan cost driver masing- masing kategori biaya.

2) Membebankan biaya langsung yang dikonsumsi pada pemeriksaan USG abdomen.

3) Menentukan besarnya biaya indirect resource overhead dan direct resource overhead pada setiap aktivitas di unit terkait.

a) Menghitung biaya indirect resource overhead. b) Menghitung biaya direct resource overhead.

c) Menghitung biaya overhead tiap aktivitas di masing-masing unit terkait.

d) Membebankan biaya overhead pada setiap activity center. 4) Menjumlahkan biaya langsung dan biaya overhead.

G. Etika Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subyek dan prinsip keadilan. Subyek penelitian dilindungi fisik, mental dan sosialnya. Responden diberikan hak untuk menyatakan persetujuan atau tidak menjadi nara sumber data tanpa paksaan, bujukan, tipuan dan ketidakbebasan. Segala bentuk data yang diperoleh dari subyek penelitian akan dijaga kerahasiaannya (Nursalam, 2006).


(48)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit I Yogyakarta adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta yang merupakan amal usaha Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah. Rumah sakit ini beralamat di Jln. K.H. Ahmad Dahlan No.20 Yogyakarta dengan terakreditasi 12 bidang pelayanan dengan tipe B. Awalnya didirikan berupa klinik dan poliklinik pada tanggal 15 Februari 1923 di Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), seiring dengan berjalannya waktu nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat), (Profil rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta).

Keadaan lokasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta sangat strategis karena terletak di pusat kota. Adapun batas rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebelah utara berbatasan dengan Poltabes Yogyakarta, sebelah timur berbatasan dengan Gedung Agung, sebelah selatan berbatasan dengan Jln. K.H. Ahmad Dahlan dan sebelah barat berbatasan dengan Jln. Bhayangkara.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta memberikan beberapa pelayanan yaitu:


(49)

1) Pelayanan Rawat Jalan: Instalasi Gawat Darurat, Klinik Umum, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Penyakit Jantung, Klinik Penyakit Syaraf, Klinik Penyakit Jiwa, Klinik Penyakit Mata, Klinik Penyakit THT, Klinik Penyakit Gigi dan Mulut, Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin, Klinik Penyakit Paru, Klinik Penyakit Anak, Klinik Rematologi, Klinik Bedah Umum, Klinik Bedah Tulang, Klinik Bedah Syaraf, Klinik Bedah Urologi, Klinik Bedah Plastik, Klinik Bedah Gigi dan Mulut, Klinik Bedah Anak, Klinik Kebidanan dan Kandungan, Klinik Rehabilitasi Medik, Klnik Tumbuh Kembang Anak, Klinik Alergi, Klinik VCT HIV/ AIDS, Pelayanan Medical Check Up, Pelayanan One Day Care, Konsultasi Psikologi, Pelayanan Vaksinasi dan Imunisasi, Pelayanan Konsultasi Gizi, Pelayanan Kamar Bersalin, dan Pelayanan Kamar Operasi. Ruang Isolasi,

2) Pelayanan Rawat Inap: Kelas Perawatan VIP, Kelas Perawatan Kelas I, Kelas Perawatan Kelas II, Kelas Perawatan Kelas III, Ruang Isolasi, Ruang ICU/ICCU (Intensive Care Unit/Intensive Cardiac Care Unit), Ruang IMC (Intermediate Medical Care), dan Ruang Perawatan Bayi.

3) Unit Penunjang Pelayanan Medis: Farmasi (24 jam), Laboratorium (24 jam), Radiologi (24 jam), Gizi, Fisioterapi, Rekam Listrik Jantung (EKG), Rekam Listrik Otak dan Pemetaan Otak (Brain Mapping), Rekam Suara Ultra (USG), Laparoskopi, CTG, EEG, Treadmill, TUR, Endoskopi, Hemodialisa, CT Scan, Audiometri, Spirometri, Tes


(50)

Narkoba, HIV/AIDS, SARS, Bank Darah, Rehabilitasi Medik, Bronkhoskopi, Pelayanan Perawatan Kulit dan Senam Hamil.

4) Unit Penunjang Umum: Pembinaan Kerohanian Islam, Perpustakaan dan Ruang Pertemuan, Ambulance dan Mobil Jenazah, Kegiatan Kemasyarakatan, Rukti jenazah islami paripurna, Kantin, Home Care, Dana Sehat Muhammadiyah, ASKES/ASKESKIN, JPKM Takaful, Anjungan Tunai Mandiri, Payment point Bukopin dan Mandiri.

5) Program Pendidikan Klinik: Praktik Klinik Kedokteran, Praktik Kerja Farmasi, Praktik Klinik Kebidanan, Praktik Klinik Keperawatan, Praktik Klinik Fisioterapi, Tempat Penelitian Mahasiswa D3, S1, S2, dan Spesialis, Praktik Profesi Perekam Medis, Praktik Profesi Analis, dan Praktik Profesi Gizi.

Motto dan Falsafah.

Motto: “ Cepat, Nyaman, Ringan dan Islami”.

Falsafah: Rumah Sakit PKU Muhammadiyah adalah perwujudan dari amal shalih sebagai sarana ibadah yang dilandasi iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Visi dan Misi.

Visi : “Menjadi rumah sakit Islam yang berdasar pada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, dan sebagai rujukan terpercaya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan kualitas pelayanan kesehatan yang Islami, profesional, cepat, nyaman dan bermutu, setara


(51)

dengan kualitas pelayanan rumah sakit - rumah sakit terkemuka di Indonesia”.

Misi : “Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat melalui pendekatan pemeliharaan, pencegahan, pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan peraturan/ketentuan perundang-undangan. Mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntunan ajaran Islam. Mewujudkan da’wah Islam, amar ma’ruf nahi munkar di bidang kesehatan dengan senantiasa menjaga tali silaturrahim, sebagai bagian dari da’wah Muhammadiyah”.

Tujuan Rumah Sakit.

Pertumbuhan dan perkembangan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang mampu mendukung tersedianya sarana dan jasa pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi bagi kebutuhan semua lapisan masyarakat (Tata Usaha Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta).

2. Alur Kegiatan Pemeriksaan USG Abdomen

Pelayanan pemeriksaan USG abdomen di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta melayani permintaan pemeriksaan yang berasal dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta itu sendiri maupun dari Puskesmas, klinik swasta, dokter praktek pribadi dan juga dari rumah sakit lain. Jumlah pemeriksaan USG di


(52)

poliklinik USG pada tahun 2014 adalah sebannyak 2.461 pemeriksaan, dan untuk pemeriksaan USG abdomen sendiri sebanyak 1.038 pemeriksaan.

Tabel 4.1. Jumlah Pemeriksaan USG di Poliklinik USG Pada Tahun 2014

Jenis pemeriksaan USG Jumlah

Abdomen (seluruh lapang perut) 884

Upper/lower abdomen 1038

Pemeriksaan lain 539

Total 2461

Pasien datang pertama kali ke loket pendaftaran untuk dilakukan pencatatan identitas dan pendaftaran ke poliklinik yang akan dituju, kemudian pasien diperiksa sesuai dengan penyakit pasien di poli terkait. Setelah pasien dpemeriksa dan dinilai membutuhkan pemeriksaan USG, pasien akan mendapatkan surat pengantar pemeriksaan USG sesuai dengan kebutuhannya. Kemudian pasien menuju ke poliklinik USG untuk persiapan lalu dilakukan pemeriksaan USG. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan USG dan pasien telah mendapatkan hasilnya, pasien kembali ke dokter yang memberikan pengantar USG untuk konsultasi hasil pemeriksaan USG. Terakhir pasien menuju loket pembayaran untuk membayar seluruh tagihan.

Pasien yang sudah membawa pengantar pemeriksaan USG dari puskesmas, klinik swasta, dokter praktek pribadi dan juga dari rumah sakit lain dapat langsung menuju ke poliklinik USGuntuk persiapan dan dilakukan pemeriksaan USG setelah mendaftar di loket pendaftaran. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien


(53)

Pasien datang

Loket pendaftaran

Pemeriksaan di poli terkait Pemeriksaan USG di

poliklinik USG

Loket pembayaran

Pengambilan hasil USG di poliklinik USG

Pasien Pulang

menuju ke loket pembayaran untuk mengurus administrasi kemudian kembali ke poliklinik USG untuk mengambil hasil pemeriksaan.

Gambar 4.1. Skema Alur Pemeriksaan USG Abdomen

3. Analisis Unit Cost USG Abdomen Berdasarkan Sistem Activity-Based Costing

Proses penghitungan biaya satuan (unit cost) pemeriksaan USG abdomen di unit rawat jalan (poliklinik) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan dengan menggunakan metode activity based costing dengan langkah-langkah sebagai berikut (Baker, 1998) :


(54)

a. Membebankan biaya langsung yg dikonsumsi pada pemeriksaan USG abdomen.

Biaya langsung (direct cost) suatu pelayanan adalah biaya yang muncul ketika suatu pelayanan dilakukan dan bila tidak aktivitas pelayanan maka biaya tidak dikeluarkan. Pada pelayanan pemeriksaan USG abdomen, biaya langsung yang muncul yaitu, biaya jasa medis dokter spesialis dan bahan habis pakai, seperti gel, USG paper printer, tissu, form hasil USG dan map hasil USG. Analisis konsumsi biaya langsung (direct cost) pemeriksaan USG abdomen di unit rawat jalan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Biaya Langsung (Direct Cost) USG Abdomen Di Unit Rawat Jalan PKU Muhammadiyah Yogyakarta

no jenis biaya jumlah biaya

1 Jasa medis dokter Rp 52.500

2 Gel Rp 303

3 Kertas USG tipe UPC-215 (4 lembar) Rp 30.000

4 Tissu roll Rp 22

5 Form hasil USG Rp 602

6 Map hasil USG Rp 4.800

Total biaya langsung Rp 88.227

b. Menentukan activity center pada pelayanan

Berdasarkan wawancara dan observasi yg telah dilakukan, maka activity center untuk pelayanan pemeriksaan USG abdomen di unit rawat jalan (pada poliklinik USG) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebagai berikut:


(55)

Tabel 4.3. Activity Center Pemeriksaan USG Abdomen Di Unit Rawat Jalan

Activity center Cost driver

Menerima blangko pengantar USG Jumlah kegiatan

Perisapan pasien Jumlah kegiatan

Persiapan alat Jumlah kegiatan

Pemeriksaan USG seluruh lapang perut Jumlah kegiatan Membuat keterangan hasil USG Jumlah kegiatan

Membuat nota tagihan Jumlah kegiatan

Memberikan hasil USG Jumlah kegiatan

c. Menentukan biaya overhead, baik biaya indirect resource maupun direct resource

Biaya overhead merupakan semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Menurut Baker (1998) dalam menghitung biaya overhead dapat dibedakan menjadi 2, yaitu biaya overhead indirect resource dan biaya overhead direct resource. Sementara itu biaya overhead sendiri dapat dikelompokan menjadi 4 kategori, labor-related, equipment related, space related, dan service related.

Labor related meliputi biaya pegawai. Biaya pegawai sudah termasuk gaji, lembur, transport kedinasan, gizi, seragam, dan dana kesehatan. Equipment related meliputi penyusutan alat-alat medis maupun alat-alat non medis, serta pemeliharaan dan perbaikan alat. Space related meliputi


(56)

penyusutan bangunan, pemeliharaan dan perbaikan gedung. Penyusutan bangunan selama dua puluh tahun. Service related meliputi gaji pegawai non fungsional, pengadaan alat medis maupun non medis, laundry, biaya listrik, biaya telepon, biaya air, dan biaya kebersihan. Pembebanan biaya overhead ke aktivitas melalui direct resources dan indirect resources. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi biaya overhead adalah sebagai berikut:

1) Menentukan indirect resource overhead

Biaya indirect resources overhead merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung ke aktivitas dengan basis yang bersifat sembarang atau proporsi. Untuk awal perhitungan biaya indirect resource overhead dapat dilakukan dengan mengetahui biaya indirect resource overhead rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang menjadi beban dari rumah sakit. Untuk jumlah biaya indirect resource overhead yang menjadi beban rumah sakit RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(57)

Tabel 4.4. Biaya Indirect Resource Overhead RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2014.

Biaya Indirect Resource Overhead RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 Biaya Labour-related

Biaya pegawai Rp 12.077.399.881,00

Equipment-related

Biaya alat dan mesin Rp 1.034.078.473,00

Biaya depresiasi mesin dan instalasi Rp 61.954.057,12 Biaya depresiasi perabotan kantor Rp 156.416.473,29 Spaced-related

Biaya pemeliharaan dan perbaikan gedung Rp 250.655.230,00 Biaya depresiasi gedung nonfungsional Rp 38.602.973,50 Service-related

Biaya pemakaian barang pengadaan Rp 1.846.833.242,00 Biaya kantor dan langganan Rp 1.132.655.461,00

Biaya listrik Rp 357.250.686,00

Biaya telepon Rp 37.384.676,00

Biaya air Rp 1.671.220,50

Biaya kebersihan Rp 151.676.541,50

Total Rp 17.146.578.914,91

Biaya indirect resource overhead RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebesar Rp 17.146.578.914,91 yang akan dibebankan kepada unit fungsional RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan dasar pendapatan di masing-masing unit. Proporsi pendapatan dan pembagian pembebanan biaya indirect resource overhead di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebagai berikut :


(58)

Tabel 4.5. Pembebanan Biaya Indirect Resource Overhead Berdasarkan Proporsi Jumlah Pendapatan

Unit Fungsional Pendapatan (Rp) Proporsi Biaya Indirect(Rp) Rawat Inap 12.949.890.399(a) 12%(c) 2.057.150.622,45(d) Rawat Jalan 9.555.061.131(a) 8,85%(c) 1.517.866.124,55(d) Unit Penunjang 68.393.921.695(a) 63,36%(c) 10.864.694.159,71(d) Unit Gawat Darurat 2.437.973.616(a) 2,26%(c) 387.283.504,89(d) Kamar Bersalin 511.937.730(a) 0,47%(c) 81.323.701,40(d) Instalasi Bedah Sentral 14.089.990.180(a) 13,05%(c) 2.238.260.801,91(d) Total 107.938.774.751b) 100%(c) 17.146.578.914,91(e) Keterangan: (c=a:bx100%), (d=cxe), a=jumlah pendapatan, b=jumlah total pendapatan, c=proporsi (persen), d=biaya masing-masing instalasi, e=total biaya

Tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa proporsi biaya indirect resources overhead pada unit penunjang sebesar Rp 10.864.694.159,71. Unit penunjang ini meliputi farmasi, radiologi, laboratorium, fisioterapi, gizi, EKG, EEG, USG dan lain-lain. Proporsi untuk masing-masing unit penunjang dapat diliat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Proporsi Biaya Indirect Resource Overhead Unit Penunjang Unit Penunjang Pendapatan (Rp) Proporsi Biaya Indirect(Rp) Farmasi dan pengadaan 61.069.822.871 89,29% 9.701.226.825,97

Radiologi 706.117.104 1,03% 112.170.002,62

Laboratorium 2.580.020.899 3,77% 409.848.379,78 Fisioterapi 765.875.516 1,12% 121.662.905,70

Gizi 2.052.751.388 3,00% 326.089.153,30

EKG 32.612.500 0,05% 5.180.648,07

EEG 27.611.700 0,04% 4.386.247,61

USG 185.562.222 0,27% 29.477.426,35

ECHO 45.937.500 0,07% 7.297.386,60

Penunjang lain 927.609.995 1,36% 147.355.183,70


(59)

Proporsi biaya overhead di unit penunjang RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebesar Rp 10.864.694.159,71. Sementara untuk pemeriksaan USG sendiri, proporsi biaya overheadnya adalah sebesar Rp 29.477.426,35. Proporsi biaya overhead tersebut akan dibebankan pada jumlah semua pemeriksaan USG selama tahun 2014 yaitu sebanyak 2.461 pemeriksaan. Biaya overhead untuk setiap pemeriksaan USG sebesar Rp 11.977,82. Biaya overhead ini akan dibebankan kepada setiap aktivitas pemeriksaan USG dengan mendasarkan pada proporsi waktu setiap aktivitas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Pembebanan Biaya Indirect Resources Overhead ke Aktivitas

Activity Center Waktu

(menit)

Total pembebanan biaya overhead Menerima blanko pengantar USG 2 Rp 598,89

Persiapan pasien 2 Rp 598,89

Persiapan alat 3 Rp 898,34

Pemeriksaan USG seluruh lapang perut

20 Rp 5.988,91

Membuat keterangan hasil USG 10 Rp 2.994,46

Membuat nota tagihan 2 Rp 598,89

Memberikan hasil USG 1 Rp 299,45


(60)

2) Menentukan Biaya Direct Resources Overhead.

Direct resources merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung ke aktivitas melalui hubungan sebab akibat antara sumber daya yang dikonsumsi dengan aktivitas yang ditimbulkan. Perhitungan biaya direct resource overhead dibagi menjadi 4 kategori, yaitu labor-related, equipment-related, space-related dan service-related.

a) Labor-related

Labor-related meliputi biaya gaji pegawai unit poliklinik rawat jalan. Biaya ini besifat tetap dan dibayarkan setiap bulan. Unit poliklinik rawat jalan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2014 mengeluarkan biaya pegawai sebesar Rp1.578.957.475,00. Pegawai di unit poliklinik rawat jalan sejumlah 21 orang dan untuk poliklinik USG sendiri sejumlah 1 orang, sehingga untuk biaya pegawai pada poliklinik USG selama satu tahun sebesar Rp75.188.451,19. Gaji pegawai poliklinik USG dibebankan pada setiap pemeriksaan USG. Pada tahun 2014 terdapat 2.461 pemeriksaan USG, sehingga setiap satu pemeriksaan dibebankan biaya gaji pegawai sebesar Rp30.551,99.

b) Equipment-related

Pada rumah sakit PKU Muhammadiyah sendiri dalam hal biaya untuk biaya peralatan mempunyai beberapa ketentuan yaitu peralatan yang tidak termasuk dalam pengadaan jika peralatan tersebut tidak habis dalam 1 tahun dan jika peralatan tersebut


(61)

merupakan alat medis maka harga alat medis tersebut harus diatas Rp 5.000.000,00 atau jikaperalatan tersebut adalah peralatan non medis maka harga peralatan harus diatas Rp 2.500.000,00. Untuk nilai ekonomis sendri mempunyai tiga kategori, yaitu untuk peralatan yang termasuk alat mempunyai nilai ekonomis 4 tahun, untuk mesin mempunyai nilai ekonomis 10 tahun dan untuk gedung mempunyai nilai ekonomis 20 tahun. Biaya pada equipment related yang dikeluarkan di poliklinik USG terbagi menjadi biaya alat dan mesin, serta biaya depresiasi. Biaya depresiasi sendiri terbagi menjadi depresiasi alat medis, depresiasi mesin dan instalasi, dan depresiasi perabotan kantor. Biaya peralatan di poliklinik USG pada tahun 2014 adalah sebesar Rp40.933.969,23 yang kemudian dibagi sejumlah pemeriksaan USG pada tahun 2014 sebanyak 2.461 pemeriksaan, sehingga pembebanan yang diberikan kepada setiap pasien adalah Rp16.633,06.

Tabel 4.8. Biaya equipment-related Pada Poliklinik USG

Kategori biaya Biaya

Biaya alat dan mesin Rp32.194.800,00 Depresiasi alat medis Rp6.795.557,75 Depresiasi mesin dan instalasi Rp551.423,38 Depresiasi perabotan kantor Rp1.392.188,10

Total Rp40.933.969,23


(1)

sebesar Rp49.673,80 atau sebesar 80,57% dari total biaya overhead.

Biayaoverhead pada poliklinik USG paling besar adalah biaya direct resources overhead yang merupakan pembebanan biaya tidak langsung antara sumber daya yang dikonsumsi dengan aktivitas yang ditimbulkan. Banyaknya biaya yang dikonsumsi diakibatkan oleh tingginya biaya pegawai di poliklinik USG (labour-related) serta biaya depresiasi dan pemeliharaan mesin dan alat di poliklinik USG (equipment-related), dimana persentasi kedua biaya tersebut sebesar 61,51% dan 33,48% dari total biaya direct resource overhead.

Hasil perhitungan unit cost dengan metode ABC dibandingkan dengan unit cost yang berlaku di PKU Muhammadiyah Yogyakarta (tarif dikurangi margin 10%) untuk pemeriksaan USG abdomen di unit rawat jalan memiliki selisih yang tidak terlalu besar. Perbedaan ini

disebabkan karena perbedaan metode perhitungan. Metode yang digunakan dalam perhitungan unit cost di PKU Muhammadiyah Yogyakarta masih menggunakan metode akuntansi tradisional. Metode perhitungan unit cost di PKU Muhammadiyah Yogyakarta belum berdasarkan dengan aktivitas tetapi masih berdasarkan perkiraan/asumsi.

Perhitungan unit cost peme-riksaan USG abdomen dengan metode ABC yaitu sebesar Rp 149.879,62 dengan biaya langsung sebesar Rp88.227 dan biaya overhead sebesar Rp61.651,62. Sedangkan unit cost yang ditetapkan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebesar Rp 186.000, sehingga didapatkan selisih biaya Rp36.121,38. Hal ini menunjukan unit cost yang ditetapkan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah dapat tertutupi dangan penetapan unit cost pemeriksaan yang diberlakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Perbedaan ini hendaknya menjadi pertimbangan pihak manajemen untuk mengkaji ulang tentang penetapan harga pokok pemeriksaan


(2)

USG abdomen sehinggadidapatkan harga pokok yang lebih efektif dan efisien.

Penetapan tarif rumah sakit ini sangat penting diperhatikan. Bagi rumah sakit swasta, pola penetapan tarif akan berpengaruh terhadap pendapatan yang kemudian berdampak pada laba, serta kelangsungan hidup rumah sakit tersebut dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif.12

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa analisis biaya dengan menggunakan metode ABC menghasilkan perhitungan yang lebih terinci. Pada penelitian lain sejenis yang mengambil sampel pada biaya di rumah sakit juga ditemukan hal yang sama. Perhitungan dengan metode ABC lebih terperinci dan akurat, sebagaimana dikemukakan oleh pendapat para ahli yang menyatakan informasi biaya produk menggunakan ABC lebih akurat dan informatif yang membantu manager untuk mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan. Penentuan biaya yang akurat akan menurunkan kemungkinan penentuan harga jual

yang terlalu tinggi (overpricing) ataupun harga jual yang terlalu rendah (underpricing).

Analisis biaya satuan berdasarkan sistem Activity Based Costing belum lazim digunakan dalam bidang kesehatan namun sistem ini dinilai oleh para pakar ekonomi merupakan sistem yang efektif dan efisien dalam manajemen keuangan modern. Pada sitem ini hendaknya Sumber Daya Manusia sudah dipersiapkan, karena semua aktivitas harus cost effective, tidak ada waktu/tenaga yang terbuang sehingga kedisiplinan karyawan harus terjaga dengan baik. Contoh yang sangat sederhana misalnya lupa/ketidak disiplinan mematikan lampu, air, dan hal kecil lainnya yang oleh petugas dianggap ringan ternyata merupakan suatu pemborosan yang akan ditanggung oleh pihak manajemen disaat pembayaran, karena sistem ini benar-benar hanya menggunakan biaya yang merupakan aktivitas dasar, oleh sebab itu perhitungan dengan sistem ini harus melalui activity based management yang benar.13


(3)

Secara teori metode ABC sangatlah baik namun pada penerapannya banyak sekali ditemukan hambatan dan kegagalan terutama pada perusahaan berskala besar. Ditambah lagi dengan sulitnya melakukan pembaharuan data apabila terdapatperubahan pada pelayanan atau komponen yang mendukung pelayanan tersebut.14 Selain itu, penerapan metode ABC pada perusahaan masih banyak terdapat keterbatasan, seperti keinginan untuk menerapkan metode ini masih sering bertemu dengan keengganan pada level top-management; sering terjadi permasalahan dalam menginden-tifikasi cost pools yang terkait dan aktivitas cost drivers yang sesuai; serta implementasi ABC yang mahal dan memakan waktu lebih banyak.15,16

Penggunaan metode ABC di rumah sakit seringkali terkendala oleh sulitnya menyediakan data yang diperlukan dalam penentuan biaya. Kebanyakan sistem informasi rumah sakit tidak dirancang untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam suatu analisis biaya. Hal ini

membuat rumah sakit perlu

melakukan perbaikan dan

penyesuaian sistem informasi rumah sakit apabila hendak menerapkan metode ABC dalam penentuan tarif.

Kelebihan sistem tradisional yang diterapkan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah mudah untuk dilaksanakan, tidak memerlukan waktu yang lama, dan membutuhkan biaya yang relatif murah.Sistem tradisional juga mempunyai kelemahan bagi rumah sakit yaitu informasi tentang biaya tidak akurat karena hanya berfokus pada biaya produksinya saja, dan tidak dapat digunakan untuk merencanakan dan mengimplemen-tasikan program pengurangan biaya.

Metode ABC dapat

membantu untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu secara lebih efektif dan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan biaya dari aktivitas yang tidak perlu dilakukan.17

KESIMPULAN

Biaya satuan (unit cost)pemeriksaan USG abdomen di


(4)

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan metode activity based costing adalah Rp 149.879,62.

Unit cost pemeriksaan USG abdomen RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang dihitung dengan menggunakan metode activity based costing lebih kecil dibandingkan dengan unit cost yang diterapkan di

RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, adapun selisih yang didapat sebesar Rp 36.121,38 (19,42%).

Adapan saran bagi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat penelitian studi kasus ini dilakukan adalah perlu dilakukannya telusur biaya oleh pihak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan mempertimbangkan metode activity based costing sebagai alternatif perhitungan tarif sehingga diharapkan dapat mencapai efisiensi biaya dan tarif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syahriani 2004, Analisis Biaya Pemeriksaan Kimia Klinik Balai Laboratorium Kesehatan Semarang tahun 2003, Tesis,

Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

2. Gani, A 1993, Analisis Kebijakan Tarif dalam Pelayanan Kesehatan. Seminar Optimalisasi Investasi Perorangan dan Kelompok di Bidang Kesehatan, Jakarta

3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013, Jaminan Kesehatan,23 Januari 2013, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29, Jakarta.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Kesehatan, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5063, Jakarta.

5. World Health Organization, Hospitals, Diakses tanggal 9

September 2015, dari

http://www.who.int/topics/hospit als/en/

6. Popesko B & Novak P, 2011, ‘Application of ABC method in hospital management,’


(5)

Economics and Management Transformation, hh. 73-78.

7. Chan YCL, 1993, ‘Improving hospital cost accounting with activity-based costing,’ Health Care Management Review, Winter, hh. 71-78.

8. Baker, J.J, 1998, Activity Based Costing and Activity Based Management for Health Care. Gaithesburg, MD : Aspen Publisher, Inc.

9. Yereli AN, 2009, Activity-based costing and its application in a Turkish University Hospital, AORN Journal, vol.3, no.89, hh. 573-591

10. Aldogan M, Austill D, Kocakulah MC, 2014, ‘The excellence of activity-based costing in cost calculation: case study of a private hospital in Turkey,’ Journal of Health Care Finance, June, hh 1-27.

11. Mulyadi, 2007, Edisi 6, Activity Based Costing-Sistem Informasi Biaya untuk Pemberdayaan Karyawan, pengurangan Biaya, dan Penentuan Secara Akurat Cost Produk dan Jasa, Yogyakarta: UPP STIM YKPN

12. Trisnantoro 2006, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

13. Eryani, L., 2013, Analisa Biaya Satuan Pelayanan (Unit Cost) Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Sebagai Pembanding Jasa Sarana Tarif Pelayanan Endoskopi Studi Pada RSUD Kota Yogyakarta, Tesis, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

14. Kaplan RS & Anderson SR, 2004, ‘Time-driven activity-based costing,’ Working Paper, Harvard Business School, Boston.

15. Clarke, P., dan Mullins, T. (2001). Activity based costing in the non-manufacturing sector in Ireland: A preliminary investigation. Irish Journal of Management, 22(2), 1-18.

16. Chea, Ashford C, 2011, Activity-Based Costing System in the Service Sector: A Strategic Approach for Enhancing Managerial Decision Making


(6)

and Competitiveness. International Journal of Business and Management, Vol. 6, No. 11; November 2011.

17. Yulianti. 2011. Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Pendapatan

Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSUD H.A.Sulthan Daeng Radja Bulukumba). Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Program Studi Akuntansi Universitas Hasanuddin.