ANALISIS PENERAPAN PSAK 23 (REVISI 2016) TENTANG PENGAKUAN PENDAPATAN PADA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS PENERAPAN PSAK 23 (REVISI 2016) TENTANG PENGAKUAN PENDAPATAN PADA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Oleh Aniroh 20133030024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ANALISIS PENERAPAN PSAK 23 (REVISI 2016) TENTANG PENGAKUAN PENDAPATAN PADA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat untuk penyelesaian studi di Program Studi Akuntansi Terapan

Oleh Aniroh 20133030024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Aniroh

Nomor Mahasiswa : 20133030024

Menyatakan bahwa tugas akhir ini dengan judul : “Analisis penerapan PSAK 23 tentang pengakuan pendapatan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.” Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ahli madya di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam tugas akhir ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia bahwa karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, September 2016


(4)

MOTTO “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” “Tidak ada kegagalan selama terus ada usaha”

“Niatkanlah setiap perbuatan karena ALLAH dan ikutilah Rasulullah”

“Setiap dalam diri seseorang pasti memiliki potensi yang harus dikembangkan” “Jadilah diri sendiri, jangan jadi follower tanpa ilmu”


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Ayah dan ibuku yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayangnya mendidik dan membimbingku

Kedua kakakku yang selalu memotivasiku Teman-temanku yang selalu berbagi ilmu


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Batasan Masalah...6

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...7

F. Metode Penelitian...7

BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Pendapatan ...11

B. Pengukuran Pendapatan ...14

C. Pengungkapan Pendapatan ...16

D. Pengakuan Pendapatan ...16

E. Pendapatan PSAK 23 Tentang Pendapatan 1. Definisi Pendapatan Jasa ...25

2. Pengungkapan Pendapatan Jasa ...26

3. Pengakuan Pendapatan Jasa ...26

BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI A. Sejarah Rumah Sakit ...30

B. Visi dan Misi Rumah Sakit ...37

C. Stuktur Organisasi Rumah Sakit ...38


(7)

E. Legalitas Hukum Rumah Sakit ...41

F. Kegiatan Usaha Rumah Sakit ...42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan...46

1. Metode Pengakuan Pendapatan Rawat Inap Rumah Sakit ...46

2. Pencatatan Piutang Tak Tertagih Rawat Inap Rumah Sakit ...50

3. Analisis dan Evaluasi Kriteria dan Pengakuan Pendapatan ...52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...55

B. Saran ...56

DAFTAR PUSTAKA ...57


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin penelitian ... A-58 Lampiran 2 Standar operasional perekapan pendapatan dan piutang ... B-58 Lampiran 3 Standar operasional prosedur piutang pasien ... C-59 Lampiran 4 Daftar pertanyaan wawancara ... D-60 Lampiran 5 Rekapitulasi pendapatan ... E-61 Lampiran 6 Daftar penerima LAZISMU ... F-64 Lampiran 7 Daftar bukti jurnal ... G-65 Lampiran 8 Struktur Organisasi ... H-66


(9)

LEMBAR FENGESAHAN

Analisis Penerapan PSAK23 tentang Pengakuan Pendapatan pada

'

Rumah Sakit PKU Muhammadiyrh Bentul

NIK: 1976 11122012101 83006

ffi

,A

M.Si. AK. CA


(10)

viii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penerapan PSAK 23 tentang pengakuan pendapatan rawat inap serta pencatatan piutangnya. Informasi yang didapat dari penelitian ini sangat penting bagi institusi sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penerapan peningkatan prestasi kerja. Penulis membatasi pembahasan dalam pengakuan pendapatan rawat inap.

Pencatatan pengakuan pendapatan rawat inap dinilai berdasarkan data pasien tahun 2015. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi dan wawancara. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan adalah data kualitatif.

Hasil penelitian tentang pencatatan pengakuan pendapatan terdapat kesalahan yaitu seharusnya piutang yang tidak tertagih dicatat sebagai beban operasional bukan sebagai pendapatan.


(11)

ix ABSTRACT

This study aims to identify the application of IAS 23 on revenue recognition as well as recording receivables hospitalization. Information obtained from this research is very important for the institution as a material consideration to the application of the increase in performance. Authors limit the discussion on revenue recognition hospitalization.

Recording of revenue recognition inpatient assessed on the basis of patient data by 2015. Methods of data collection using observation and interview methods. The analytical method used is descriptive method. The data used are primary data and secondary data. Source data used is qualitative data.

Results of research on the recording of revenue recognition there is an error that is supposed to be doubtful recorded as an operating expense rather than as revenue .


(12)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan utama seseorang untuk melakukan aktivitas. Kesehatan sendiri tidak bisa lepas dari rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu badan pelayanan kesehatan yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Indonesia memiliki banyak rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun non pemerintah yang digunakan untuk menunjang kesehatan masyarakat. Rumah sakit yang memiliki pelayanan serta fasilitas yang baik, maka kebutuhan kesehatan masyarakat akan mudah terpenuhi.

Kebutuhan masyarakat mengenai kesehatan semakin hari semakin meningkat. Oleh karena itu, rumah sakit harus berusaha keras untuk melayani masyarakat agar kesehatan yang diharapkan dapat dirasakan secara maksimal. Pelayanan kesehatan yang maksimal akan menyejahterakan masyarakat. Untuk menjamin pelayanan kesehatan yang terstruktur dengan baik, maka sebuah rumah sakit harus memiliki ilmu penunjang bukan hanya ilmu dalam kedokteran namun juga bagian ilmu lainnya seperti akuntansi.

Rumah sakit harus dikelola secara profesional oleh pemimpin serta tenaga kerja rumah sakit. Ilmu akuntansi akan mempermudah untuk melaksanakan tugas kesehariannya. Peran ilmu akuntansi adalah memberikan informasi terpercaya kepada bagian masing-masing unit yang


(13)

membutuhkan informasi tersebut, baik informasi operasional tingkat bawah maupun informasi mengenai kebijakan-kebijakan dari atasan. Informasi yang dibutuhkan mengenai hal tersebut adalah laporan-laporan dari bagian akuntansi.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah salah satu organisasi pelayanan kesehatan bagi masyarakat Yogyakarta khususnya masyarakat daerah Bantul. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul merupakan organisasi pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang jasa meliputi pemberian pelayanan medis maupun spesialis, konsultasi kesehatan, pelayanan rawat jalan dan rawat inap, membantu penelitian dan pengembangan kesehatan serta pelayanan kesehatan lainnya. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul akan mendapatkan pendapatan dari pelayanan tersebut.

Standar akuntansi yang digunakan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul bukanlah standar akuntansi khusus rumah sakit. Standar akuntansi khusus rumah sakit sampai saat ini belum ada, sehingga Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan standar akuntansi secara umum yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 45 tentang Organisasi Nirlaba.

PSAK No 45 yang menjelaskan tentang laporan keuangan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas sebagai pengganti laporan laba rugi


(14)

serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan.

Karakteristik organisasi nirlaba dalam PSAK ini yaitu organisasi memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengaharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Sebuah rumah sakit dalam praktiknya membutuhkan laba yang digunakan untuk keperluan lainnya seperti membayar pajak. Oleh karena itu, organisasi nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk sehingga sulit dibedakan dengan organisasi bisnis pada umumnya.

Oganisasi nirlaba mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada public, meskipun tidak ada kepemilikan. Akibatnya, pengukuran jumlah, saat, dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran kinerja penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan pemasok dana lainnya. Organisasi seperti ini memiliki karakteristik yang tidak jauh dengan organisasi bisnis umumnya.

PSAK No 45 menyatakan bahwa penghasilan barang dan/atau jasa pada organisasi nirlaba tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut. Meskipun laba tersebut tidak dibagikan kepada pendiri atau pemilik entitas, ini membuktikan bahwa entitas tersebut membutuhkan laba untuk terus menjalankan operasinya.


(15)

Pendapatan rumah sakit terdiri dari dua sumber yang terdiri dari:

1. Pendapatan operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan utama rumah sakit yang meliputi:

a. Pendapatan rawat inap b. Pendapatan rawat jalan c. Pendapatan tindakan besar d. Pendapatan tindakan kecil e. Pendapatan visited dan konsul f. Pendapatan ambulan

g. Pendapatan MR h. Laboratorium klinik i. Farmasi rawat jalan j. Farmasi rawat inap k. Gizi

l. USG m. EKG

n. Pendapatan radiologi

o. Pendapatan Loundry dan linen p. Pendapatan paket pasien q. Pendapatan fisioterapi r. Pendapatan bina rohani


(16)

2. Pendapatan non operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar kegiatan utama perusahaan.

Pendapatan adalah salah satu pos yang penting dalam laporan aktivitas. Pendapatan akan menentukan bagaimana kondisi operasional rumah sakit selama satu periode serta menentukan keputusan apa yang akan diambil dari besarnya pendapatan yang diperoleh. Oleh karena itu, rumah sakit membutuhkan kebijakan akuntansi untuk mengakui pendapatan yang sesuai dengan standar akuntansi sehingga menghasilkan penyajian pendapatan yang benar.

PSAK No 45 tidak menjelaskan secara detail bagaimana seharusnya suatu entitas mengakui pendapatan, sehingga kemungkinan suatu entitas tersebut tidak mengakui pendapatan sesuai dengan standar akuntansi yang khusus membahas tentang pengakuan pendapatan yaitu PSAK No 23.

Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah kapan seharusnya rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul mengakui pendapatan serta bagaimana seharusnya rumah sakit melakukan pencatatan atas pendapatan yang tidak terealisasi atas piutang yang berasal dari pasien yang tidak mampu. PSAK yang mengatur tentang pendapatan adalah standar akuntansi khusus pendapatan yaitu PSAK No 23. Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mempelajari dan menganalisis penerapan PSAK 23 pada rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat Tugas Akhir dengan judul “Analisis


(17)

Penerapan PSAK 23 tentang Pengakuan Pendapatan pada Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pengakuan serta pencatatan pendapatan rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul periode 2015 ditinjau dari PSAK No 23 tentang pendapatan.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang ditentukan oleh peneliti adalah data pendapatan jasa rawat inap periode 2015 serta bagaimana penerapan PSAK No 23 terkait pendapatan rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam melakukan penelitian ini, antara lain:

1. Mengetahui bagaimana penerapan metode pengakuan pendapatan pada rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul, khususnya unit rawat inap.

2. Mengetahui kesesuaian antara metode pengakuan pendapatan yang diterapkan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada unit rawat inapnya dengan PSAK No 23.


(18)

3. Mengetahui kendala penerapan PSAK No 23 pada pengakuan pendapatan unit rawat inap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

E. Manfaat Penelitian

Harapan penulis laporan ini dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Bagi penulis untuk mengetahui penerapan metode pengakuan

pendapatan menurut PSAK No 23 sehingga menjadi tambahan wawasan dan pemahaman.

2. Bagi rumah sakit untuk mendapatkan masukan untuk dapat dijadikan pertimbangan dalam penerapan PSAK No 23 tentang pendapatan, sehingga akan dapat disajikan pendapatan yang akurat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

3. Bagi pihak lain diharapkan dapat menambah pengetahuan wawasan dan menjadi sumber referensi.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul merupakan salah satu organisasi milik Muhammadiyah yang beralamat di jalan Jenderal Sudirman No 24 Bantul, Yogyakarta.


(19)

2. Sumber Data

Sumber data penelitian yang digunakan penulis adalah: a. Data primer

Data yang diperoleh melalui observasi langsung terkait dengan data pengakuan pendapatan di bagian akuntansi untuk mendapatkan data-data yang relevan.

b. Data sekunder

Data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen rumah sakit dan literatur yang terkait dengan masalah yang dibahas.

3. Metode Pengumpulan Data

Metodologi pengumpulan data yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah menggunakan jenis data kualitatif dan data kuantitatif, metode yang digunakan untuk memperoleh data yang lengkap dan obyektif adalah sebagai berikut:

a. Metode interview/wawancara

Metode ini adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan kepala bagian keuangan. Wawancara yang penulis lakukan dengan kepala bagian keuangan berhubungan dengan data yang ingin diperoleh. b. Metode observasi

Metode ini adalah metode pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan di tempat survei sehingga diperoleh data yang berhubungan


(20)

dengan masalah yang dibahas agar lebih meyakinkan dan lebih akurat.

c. Penelitian Pustaka

Penelitian sebagai usaha untuk memperoleh keterangan dan data dengan membaca dan mempelajari bahan-bahan teori dari buku-buku literatur, catatan-catatan kuliah serta sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, agar diperoleh suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses pembahasan mengenai masalah-masalah yang diidentifikasi. 4. Alat Analisis yang Digunakan

Penelitian ini membahas tentang pengakuan pendapatan rawat inap serta pencatatan piutang tak tertagih di PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2015, maka untuk memudahkan dalam mencari hasil akhir penelitian serta sebagai sarana mempermudah temuan bagi orang lain, alat analisis yang digunakan adalah pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK No 23 tentang Pendapatan sebagai panduan analisis pengakuan pendapatan.

5. Analisis Data

Analisis data yang penulis lakukan adalah menggunakan metode deskriptif yaitu analisis yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya sesuai dengan fakta-fakta yang penulis peroleh antara lain:


(21)

a. Mengumpulkan SOP pendapatan dan piutang dari awal transaksi sampai menjadi laporan keuangan.

b. Melakukan wawancara untuk mendapatkan penjelasan yang lebih rinci tentang metode pengakuan serta pencatatan piutang tak tertagih.

c. Melakukan analisis data terhadap data SOP pendapatan dan piutang serta hasil dari wawancara kemudian disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 23 tentang Pendapatan.

d. Membandingkan data serta hasil wawancara yang sudah diperoleh dan dianalisis untuk memberikan solusi terkait pengakuan pendapatan rawat inap.

e. Memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan.


(22)

✂ ✂

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendapatan

1. Definisi Pendapatan

Teori akuntansi menyatakan bahwa pendapatan mempresentasikan capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil mempunyai implikasi bahwa pendapatan dihasilkan oleh biaya. Biaya pendapatan dapat tercipta dan bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.

Definisi pendapatan menurut FASB adalah:

Arus masuk atau peningkatan nilai asset entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau prduksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung.

Menurut Paton dan Littleton (1970):

Pendapatan adalah produk perusahaan, yang diukur dari jumlah asset baru yang diterima dari pelanggan, dinyatakan dalam istilah asset pendapatan diawali, diakhiri, oleh arus dana dari pelanggan atau investor dalam penghasilan produk bisnis, komoditas atau pelayanan lainnya.

PSAK 23 menyatakan bahwa pendapatan adalah:

Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama satu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pemilik.

Pendapatan adalah arus kas bruto yang hanya berasal dari aktivitas normal entitas, hasil produk perusahaan serta mengakibatkan kenaikan


(23)

☞ ✌

entitas, di luar itu bukan merupakan suatu pendapatan. PSAK 23 menyebutkan bahwa jumlah yang ditagih dari pihak ketiga atau jumlah yang ditagih oleh principal seperti pajak bukan suatu pendapatan karena tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas.

Unsur-unsur pendapatan dalam PSAK 23 terdiri dari:

1. Penjualan barang 2. Penjualan jasa

3. Penggunaan asset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty dan dividen.

Pendapatan dapat digolongkan dalam beberapa bagian: 1. Pendapatan operasional perusahaan

Pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan tersebut diharapkan akan terus dihasilkan selama kegiatan utama perusahaan tersebut terus berjalan.

2. Pendapatan non operasional perusahaan

Pendapatan yang berasal dari luar luar kegiatan utama perusahaan. 3. Pendapatan luar biasa

Pendapatan yang dihasilkan dari sesuatu yang tidak wajar dan tidak diketahui kapan akan mendapatkan kejadian tersebut. Contohnya adalah hadiah, sumbangan, dan lain-lain.


(24)

✍ ✎

4. Pendapatan dari hasil pajak

Pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan dikurangi beban pajak yang tarifnya ditentukan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah pendapatan perusahaan berasal dari dua sumber yaitu sumber dari kegiatan utama perusahaan dan sumber dari luar kegiatan perusahaan.

Pendapatan dari kegiatan utama perusahaan dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Pendapatan penjualan barang

Pendapatan yang berasal dari barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli perusahaan lalu dijual kembali selama periode tertentu yang nilainya dibebankan kapan pembeli atau pelanggan.

2. Pendapatan penjualan jasa

Pendapatan yang berasal dari jasa yang diberikan perusahaan kepada pelanggan.

Pendapatan dari luar kegiatan utama perusahaan melalui penggunaan asset perusahaan oleh pihak lain meliputi:

1. Bunga

Pembebanan untuk penggunaan kas, setara kas, atau jumlah terutang kepada perusahaan.


(25)

✏ ✑

2. Royalty

Pembebanan untuk penggunaan asset jangka panjang perusahaan misalnya, paten, merk dagang, hak cipta dan lainnya.

3. Dividen

Distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.

B. Pengukuran Pendapatan

Pengukuran Pendapatan dalam PSAK No 23:

PSAK No 23 menyatakan bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai asset tersebut.Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber pendapatan meliputi:

1. Pendapatan dari penjualan barang

Pendapatan yang bersumber dari penjualan barang yang produknya berasal dari perusahaan itu sendiri atau barang yang dibeli dari perusahaan lain lalu dijual kembali. Pendapatan ini membutuhkan proses dengan siklus yang panjang. Diawali dengan perencanaan dan penyusunan anggaran menentukan jenis barang yang akan diproduksi


(26)

✒ ✓

atau jenis barang yang akan dijual. Setelah itu membuat rencana proses pembuatannya. Langkah selanjutnya setelah produk itu sudah jadi adalah menentukan cara menjualnya dan cara mempromosikannya. Penjualan bisa dilakukan dengan cara tunai atau cara kredit. Hasil produk yang dijual dapat juga diberi jaminan jika terjadi kerusakan atau kekeliruan dalam mengirim produk. Penjualan kredit juga menyertakan solusi jika ada pelanggan yang terlambat membayar.

2. Pendapatan dari penjualan jasa

Penjualan jasa biasanya berupa pelayanan yang diberikan kepada konsumen sehingga konsumen akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Sumber pendapatan yang diperoleh dari pelayanan ini adalah imbalan dari konsumen atas sarana atau fasilitas dari pelayanan tersebut.

3. Pendapatan dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi lainnya oleh pihak luar perusahaan.

Perusahaan memberikan pelayanan dengan menyewakan aktiva atau jenis sumber ekonomi yang memang jarang digunakan oleh perusahaan atau bahkan tidak digunakan oleh pihak lain yang membutuhkan. Pelayanan ini bisa dimanfaatkan untuk menambah pendapatan perusahaan.

4. Pendapatan dari penggunaan aktiva

Pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan menjual aktiva selain barang dagang yang bukan merupakan pendapatan operasi kegiatan


(27)

✔ ✕

utama perusahaan. Aktiva yang dijual biasanya adalah aktiva yang sudah tidak baru lagi namun masih bisa digunakan sebagai pendukung kegiatan operasi.

C. Pengungkapan Pendapatan

Berdasarkan PSAK No 23 perusahaan harus mengungkapkan:

1. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa.

2. Jumlah setiap kategori signifikan pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari:

a. Penjualan barang b. Penjualan jasa c. Bunga

d. Royalty e. Dividen

3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan. 4. Pendapatan yang ditunda pengakuannya.

D. Pengakuan Pendapatan

Menurut SFAC No. 5 pengakuan pendapatan adalah:

Pencatatan suatu item dalam akun-akun dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian.


(28)

✖ ✗

Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran dan keterandalan. Kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan criteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat diuji kebenarannya. Kedua kriteria tersebut harus terpenuhi untuk mengakui pendapatan.

Menurut Dycman, Dukes dan Davis (1999: 269) untuk perusahaan yang lebih banyak memberikan jasa daripada produk, pengakuan pendapatan mengikuti prosedur yang samadengan untuk transaksi barang berwujud. Empat metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa adalah sebagai berikut:

1. Kinerja khusus

Metode kinerja khusus adalah metode untuk pemberian jasa dengan melakukan aksi tunggal. Misalnya, seorang tukang tambal ban memperoleh pendapatan dari menambal ban pelanggan.

2. Kinerja proporsional

Metode kinerja proporsional adalah pendapatan jasa yang diperoleh lebih dari aksi tunggal dan jika jasa melebihi satu periode akuntansi. Pendapatan dalam metode ini diakui berdasarkan kinerja proporsional setiap tindakan. Metode ini dari akuntansi untuk pendapatan jasa disebut juga metode penyelesaian.


(29)

✘ ✙

3. Kinerja selesai

Metode kinerja selesai adalah mengakui pendapatan yang diperoleh dengan melakukan berbagai tindakan yang tindakan terakhir merupakan hal penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa karena menganggap pendapatan jasa hanya akan diperoleh setelah melakukan transaksi yang terakhir. Metode ini disebut juga metode kontrak selesai. 4. Penagihan

Metode penagihan adalah dimana ada ketidakpastian dalam penagihan piutang atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Berdasarkan metode ini pendapatan diakui saat memperoleh kas.

Berdasarkan Finanacial Accounting Standard Aboard (FASB) ada dua kriteria pengakuan pendapatan:

1. Realizable

Pendapatan dapat dikatakan telah terealisasi bila produk atau jasa terjual atau ditukarkan dengan kas.

2. Earned

Pendapatan yang baru diakui setelah pendapatan tersebut telah terhimpun dimana kegiatan ini menghasilkan pendapatan yang telah berjalan dan secara substansial telah selesai sehingga ada unit yang dapat memanfaatkan pendapatan tersebut.


(30)

✚ ✛

Namun terbentuknya pendapatan tidak harus memenuhi dua kriteria di atas. Kam (1990: 243-252) mengemukakan bahwa pendapatan dapat diakui setelah memenuhi persyaratan berikut:

1. Keterukuran nilai asset 2. Adanya suatu transaksi

3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai

AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:

1. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut selesai dilakukan.

2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional.

3. Kalau terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektibilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas berkumpul.

Berdasarkan PSAK 23 pengakuan pendapatan jasa meliputi:

1. Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harusdiakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.


(31)

✜ ✢

2. Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi dimana pendapatan diakui saat jasa diberikan.

3. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. 4. Bila jasa dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan

selama suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama periode tertentu kecuali jika ada bukti bahwa ada metode lain yang lebih baik yang baik yang mencerminkan tingkat penyelesaian. 5. Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi

dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.

6. Jika hasil suatu transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya yang terjadi yang akan diperoleh kembali, pendapatan tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban.

Pendapatan dihasilkan dari keseluruhan kegiatan dalam perusahaan selama satu periode. Keseluruhan kegiatan dalam perusahaan yang mengakibatkan pendapatan secara keseluruhan dinamakan “earning process”. Kegiatan earning process ini akan mengakibatkan adanya pendapatan/keuntungan dan beban/kerugian. Selisih antara pendapatan/keuntungan dengan beban/kerugian akan menghasilkan laba atau rugi dalam laporan laba rugi perusahaan.

Ada beberapa karakter pendapatan yang di dalam perusahaan membatasi jumlah uang yang masuk sebagai pendapatan operasional


(32)

✣ ✤

perusahaan. Karakter ini berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan, jumlah uang yang dihasilkan, serta proses penandingan antara pendapatan dan beban.

Penjelasan di atas menjelaskan bahwa pengertian earning process adalah proses yang terjadi selama memperoleh pendapatan. Pengakuan pendapatan pada perusahaan lain masih ada yang hanya saat penjualan saja, dimana pada saat perusahaan memberikan barang atau memberikan jasa.

Penentuan pengakuan pendapatan dari hasil penjelasan barang atau penyerahan jasa harus benar-benar teliti. Terjadinya persetujuan penjualan dengan penyerahan barang kadang-kadang kejadiannya waktunya tidak sama. Peristiwa ini akan berpengaruh pada laporan laba rugi dimana bisa saja pendapatan dinilai terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah. Pemisah batas (cut off) pendapatan secara tepat dan konsisten dapat digunakan untuk menghindari kejadian seperti di atas.

Ada dua kondisi ketika akan melakukan pencatatan pendapatan dalam proses akuntansi:

1. Proses pendapatannya harus lengkap 2. Harganya telah ditentukan

Dalam teori akuntansi ada dua metode dalam pengakuan pendapatan:

1. Accrual Basis

Dasar pengakuan ini adalah perusahaan mengakui pendapatan saat terjadinya transaksi. Metode ini mengakui pendapatan meskipun belum menerima kas. Pengakuan berdasarkan metode ini adalah:


(33)

✥✥

a. Selama kegiatan produksi

Contohnya dalam hal sewa, bunga dan komisi yang dianggap sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang telah terjadi.

b. Untuk kontrak jangka panjang

Pendapatan diakui berdasarkan kemajuan pekerjaan atau presentase penyelesaian.

c. Pendapatan dari Cost Plus Fixed Free Contract

Kontrak yang telah dibuat berdasarkan fee yang sudah ditambah dengan biaya-biaya tertentu.

d. Perubahan asset

Perubahan asset yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan.

2. Cash Basis

Pencatatan pendapatan saat menerima kas dan mencatat beban ketika kas dibayarkan. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode ini adalah sebagai berikut:

a. Pada saat dilakukan penjualan

Berikut penggunaan pengakuan pendapatan saat dilakukan penjualan:

1) Harga pokok telah diketahui

2) Telah terjadi transaksi pertukaran barang atau jasa

3) Dari segi realisasi, penjualan dianggap kejadian penting bagi perusahaan.


(34)

✦ ✧

b. Pada saat pembayaran diterima

Pendapatan ini diakui saat perusahaan telah menerima kas. Metode ini diterapkan jika tidak ada ketidakpastian piutang dari penjualan barang atau jasa tersebut, sehingga pendapatan diakui sampai pada saat penerimaan kas. Oleh karena itu saat penerimaan kas dianggap kejadian penting bagi perusahaan.

c. Pada saat bagian tahap produksi dilaksanakan

Metode ini disebut juga metode presentase penyelesaian yaitu mengerjakan proyek-proyek yang membutuhkan waktu beberapa periode akuntansi. Cara ini memungkinkan bila beban dalam tahap akhir kemajuan dapat ditaksir secara wajar. Jika taksiran tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka metode kontrak selesai lebih baik untuk digunakan.

d. Pada saat selesainya produksi

Metode ini dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut: 1) Situasi pasar yang stabil

2) Harga komoditi juga stabil, yaitu harga jual produk yang telah ditentukan.

3) Kegiatan produksi dianggap hal penting di perusahaan.

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima agar sebuah laporan keuangan jelas. Ketentuan nilai wajar imbalan dalam PSAK No 23 adalah sebagai berikut:


(35)

★ ✩

Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominaldari kas yang diterima. Suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di bawah pasar sebagai imbalan ari penjualan barang. Bila perjanjian tersebut secara efektif merupakan suatu transaksi financial, nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat tersebut adalah yang paling mudah ditentukan dari:

1. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama. 2. Suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrumen

tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa.

Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan barang atau jasa. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil dari produk yang dijual atau jasa yang diberikan adalah imbalan yang diterima.


(36)

✪ ✫

E. Pendapatan PSAK 23 Tentang Pendapatan Jasa

1. Definisi Pendapatan jasa berdasarkan PSAK No 23

Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu periode atau selama lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa mengenai manajer proyek dan arsitek, tidak dibahas dalam Pernyataan ini. Pendapatan dalam definisi ini adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang dapat ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan.


(37)

✬ ✭

2. Pengungkapan Pendapatan Berdasarkan PSAK No 23

Barang atau jasa yang dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Contoh yang sering terjadi adalah dengan komoditi seperti minyak atau susu dimana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

3. Pengakuan Pendapatan berdasarkan PSAK No 23

Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingakat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.


(38)

✮ ✯

3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.

4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan dalam suatu periode.

Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu jumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang pemulihannya (recovery) tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai suatu beban dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.

Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut:

1. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak tersebut.


(39)

✰ ✱

2. Imbalan yang harus dipertukarkan. 3. Cara dan persyaratan penyelesaian

Biasanya perusahaan perlu mempunyai system anggaran dan pelaporan keuangan intern yang efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila perlu merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan revisi tersebut tidak perlu mengindikasikan bahwa hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal.

Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:

1. Survey pekerjaan yang telah dilaksanakan.

2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai presentase dari total jasa yang harus dilakukan.

3. Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan, atau yang harus dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total biaya transaksi tersebut.

Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering tidak mencerminkan jasa yang dilakukan.


(40)

✲ ✳

Jasa yang dihasilkan oleh sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan selama suatu periode tertentu, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama periode tertentu kecuali jika ada bukti bahwa ada metode lain yang lebih baik yang dapat mencerminkan tingkat penyelesaian. Kegiatan tertentu yang jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang lain, pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan yang signifikan tersebut dilakukan.

Hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.

Selama tahap awal suatu transaksi, seringkali terjadi bahwa hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian, besar kemungkinan terjadi bahwa perusahaan akan memperoleh kembali biaya transaksi yang terjadi. Oleh karena itu, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat diperoleh kembali. Hasil transaksi yang tidak dapat diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui.

Hasil dari suatu transaksi yang tidak dapat diestimasi dengan andal, dan kecil kemungkinan biaya yang terjadi akan diperoleh kembali, pendapatan tidak diakui dan biaya yang terjadi diakui sebagai beban.


(41)

✴ ✵

BAB III

GAMBARAN UMUM INSTANSI

A. Sejarah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul 1. Berdirinya rumah sakit

Berawal dari kerisauan beberapa pimpinan Aisyiyah Bantul seperti Ny. Zahrowi Soejoeti, Ny. Harjo Joyodarmo, setelah mendengar ungkapan Ny. Mathori Al Huda yang harus menjalani persalinan di rumah sakit swasta di Bantul yang secara religius berada di bawah naungan kaum nasrani. Kerisauan ini berlanjut dan sampai pada dr. Hardjo Djojodarmo, seorang dokter spesialis kandungan yang bekerja di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Daerah Bantul hanya memiliki satu rumah sakit pemerintah dan satu rumah sakit swasta yang dikelola umat nasrani, Rumah Sakit Santa Elishabet Ganjuran, rumah sakit yang bergerak dengan dorongan altruisme (mengutamakan kepentingan orang lain dan penyebaran agama Nasrani). Sementara mayoritas penduduk Kabupaten Bantul beragama Islam. Dr. Hardjo Djojodarmo dan beberapa pimpinan Aisyiyah Bantul bermaksud merintis berdirinya Rumah Bersalin yang bernuansa Islam. Keinginan ini kemudian dikonsultasikan dengan Pimpinan Muhammadiyah Cabang Bantul dan beberapa tokoh masyarakat setempat. Pimpinan Muhammadiyah Cabang Bantul waktu itu H. Zahrowi Soejoeti, KRT Kastowodiningrat, HM.Bardan, H.Ismoyo dan H. Dalhar Hamdu, sedangkan tokoh masyarakat H. Mathori Al Huda, M.


(42)

✶ ✷

Irsyad. Akhirnya, mereka bersepakat untuk mendirikan Rumah Bersalin (RB) maka kemudian dibentuklah Badan Pelaksana Klinik dan Rumah Bersalin Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) Muhammadiyah Bantul (Wawancara dengan M. Irsyad, 10/8/2003 di Bantul Karang, pukul 10.15).

Nama badan/lembaga yang disepakati menunjukkan bahwa nama awal PKU Muhammadiyah adalah Klinik dan RB, sedang nama Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) secara resmi tidak pernah dipakai. Masyarakat umum lebih mengenal nama BKIA karena pada perjalanan awalnya meski dalam ijin kepada pemerintah adalah RB tetapi nama BKIA dipakai oleh klinik baik dalam stempel/cap maupun papan nama di depan klinik. Penggunaan nama BKIA pada praktik di lapangan menurut Ny. Hasyimah A Isman, karena memang pada masa pemerintahan Soekarno membuat kebijakan program peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak dalam rangka menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi melalui BKIA. Walaupun demikian, permohonan ijin yang diajukan kepada pemerintah adalah Klinik dan RB PKU Muhammadiyah.

Nama Muhammadiyah atau Aisyiyah dalam pengajuan ijin juga menjadi perdebatan. Beberapa pimpinan Aisyiyah menginginkan menggunakan nama Aisyiyah di belakang Klinik dan RB. Sementara pimpinan Muhammadiyah menginginkan tetap menggunakan nama Muhammadiyah dengan alasan bahwa Aisyiyah merupakan bagian dari Muhammadiyah. Dengan beberapa pertimbangan teknis, disepakati


(43)

✸ ✹

pengajuan ijin pada pemerintah bernama Klinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul.

Poliklinik dan Rumah Bersalin membutuhkan waktu 10 tahun untuk mendapatkan ijin tetap penyelenggaraan. Pada tanggal 13 September 1976, berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi DIY Nomor: 14/192/T/RB/76, Poliklinik dan Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Bantul baru mendapat ijin tetap penyelenggaraan. Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul berdiri tahun 1966 dan belum memiliki kepastian hukum, namun pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan tanpa merasa khawatir diklaim sebagai lembaga liar. Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul ingin menunjukkan betapa tingginya semangat amar ma’ruf nahi munkar para pengurus dan pengelola. Mereka memegang teguh konsistensi yang sejak awal selalu dijaga dan dirawat.

Pimpinan Daearah Muhammadiyah Bantul memperhatikan kesungguhan ibu-ibu Aisyiyah dalam mengelola klinik dan RB sejak awal pendirian, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul memandang perlu pembagian tugas dan manajemen yang lebih operasional. Oleh karena itu, Pimpinan Daerah Muhmmadiyah Bantul sebagai pemilik Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul memberikan kepercayaan kepada Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupten Bantul untuk mengurus, mengelola dan mengembangkan Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul. Penyerahan pengelolaan ini tertuang dalam


(44)

✺✺

SK Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul Nomor: A-2/81/PMD/VI/1984 tertanggal 17 Romadhon 1414/ 17 juni 1984. PDA sebagai pengelola berkewajiban menyampaikan laporan secara periodik kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul.

Berdasarkan SK tersebut, PDA mengelola Klinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul secara penuh. PDA melalui SK nomor: 01/A-1/PAD/1984 tertanggal 28 Syawwal 1404 H/27 juli 1984 M merubah nama Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah menjadi Poliklinik dan RB Aisyiyah Bantul dan mengesahkan pengurus baru Poliklinik dan RB Aisyiyah. Perubahan nama ini diikuti perubahan stempel/cap lembaga melalui surat PDA nomor: 71/A-1/1984 tertanggal 23 Agustus 1984, yang ditujukan kepada Ka Kanwil Depkes Propinsi DIY, bahwa mulai 1 September 1984 stempel Klinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul dinyatakan tidak berlaku, diganti Klinik dan RB Aisyiyah Bantul.

2. Masa awal pengembangan menuju rumah sakit

Pada tahun 1993 Klinik dan RB Aisyiah Bantul berupaya untuk mengembangkan Poliklinik dan RB menjadi rumah sakit khusus ibu dan anak. Selain melakukan studi kelayakan dan meningkatkan sarana prasarana guna memenuhi persyaratan menjadi rumah sakit,Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul mengangkat dan menetapkan Dewan Penyantun Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) PKU Muhammadiyah Bantul periode 1993-1995 dan menetapkan Direktur sebagai pelaksana teknis. Baru pada tahun 1995, rumah sakit


(45)

✻ ✼

memperoleh ijin sementara menyelenggarakan RSKIA melalui SK Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DIY nomor: 503/1099/PK/V/95. Ijin ini berlaku untuk jangka waktu 1 tahun sejak tanggal penetapan, 12 Mei 1995. Peresmian menjadi rumah sakit khusus pada tangal 2 Agustus 1995 oleh Sri Sultan HB X, dan pengajian oleh Prof.DR.HM.Amien Rais (Ketua PP Muhammadiyah). Pada tanggal 15 April 1998, RSKIA mendapat ijin tetap berdasar SK Menteri Kesehatan RI nomor: YM.02.04.3.5.5718.

3. Pengembangan menjadi Rumah Sakit Umum (RSU)

RSKIA sebagai sebuah Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat (IPSM) di bawah kepemilikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, RSKIA PKU Muhammadiyah Bantul didalam perkembangannya seiring dengan dinamika pelayanan yang dapat diberikan kepada masyarakat, dirasakan bahwa ternyata kemampuan rumah sakit perlu ditingkatkan statusnya, yaitu dari rumah sakit khusus menjadi rumah sakit umum agar dapat mencukupi pelayanan serta dapat mengikuti perubahan kondisi lingkungan internal secara lebih inovatif.

Rumah sakit menjalin kerjasama dengan konsorsium rumah sakit Islam se Jawa Tengah dan DIY dalam meningkatkan status rumah sakit untuk melakukan studi mengenai kelayakan dan strategi bisnis serta mengkaji kembali kemampuan sarana dan prasarana fisik dalam memenuhi standar rumah sakit umum, sehingga diketahui posisi


(46)

✽ ✾

performansi fisik rumah sakit terhadap standar rumah sakit umum kelas pratama.

Studi kelayakan yang dilakukan oleh Konsorsium memberikan rekomendasi dapat ditingkatkan status RSK menjadi RSU karena telah memenuhi syarat minimal pendirian RSU. Rekomendasi itulah yang membuat PDM Bantul mengajukan permohonan kepada Bupati Bantul untuk dapat mengembangkan RSKIA menjadi RSU. Setelah dilakukan pemeriksaan dinyatakan memenuhi persyaratan menjadi RSU. RSKIA melalui SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Nomor: 445/4318 tertanggal 20 oktober 2001 RSKIA resmi menjadi Rumah Sakit Umum (RSU) PKU Muhammadiyah Bantul.

Pemda Bntul hanya memberikan ijin PKU Muhammadiyah Bantul 2 tahun. Oleh karena itu, untuk dapat memperpanjang ijin pengelolaan berikutnya harus memenuhi standar baku yang ditetapkan.Standar baku sudah dilaksanakan oleh pengelola sejak diperolehnya ijin RSK dengan menerapkan manajemen mutu terpadu untuk setiap bagian/instalasi.

Setelah memperoleh ijin menjadi RSU, tugas pertama pengelola adalah pelembagaan visi dan misi sehingga terjadi perubahan yang lebih baik secara terus menerus (continuous improvement). Perubahan ini kemudian dibarengi dengan penyelenggaraan RSU dengan paradigma sehat dan pelayanan prima. Rumah sakit yang terletak di tengah kota Bantul, mulai tanggal 21 oktober 2002 merubah pintu pelayanan


(47)

✿ ❀

menghadap jalan protokol, jalan Jenderal Sudirman 124 karena mendapatkan tambahan area untuk pelayanan.

Dari ketiga masa pertumbuhan dan perkembangan RSU PKU Muhammadiyah Bantul seperti narasi di atas, menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tingginya semangat untuk beramar ma’ruf nahi munkar (mengajak berbuat baik dan mencegah berbuat buruk) para pengurus dan pengelola Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul. Walaupun pada 10 tahun pertama, Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul belum mendapat pengakuan dari pemerintah, mereka tetap berusaha berbuat yang terbaik bagi umat yang membutuhkan. Konsistensi mereka tidak bergeser karena dilandasi semangat beribadah.

2. Semangat beribadah dalam memberikan pertolongan kepada umat melalui Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah Bantul agaknya mengalami distorsi pada saat pertengahan masa peletakan dasar-dasar pengelolaan amal usaha Muhammadiyah bidang kesehatan. Tarik menarik antara Aisyiyah dengan Muhammadiyah dalam hal kepemilikan dan pengelolaan Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah merupakan salah satu bukti telah terjadi diskomunikasi antara Muhammadiyah sebagai lembaga berbadan hukum yang diberi mandat oleh pemerintah menyelenggarakan amal


(48)

❁ ❂

usaha bidang kesehatan dengan Aisyiyah, organisasi otonom dibawah Muhammadiyah.

3. Penataan organisasi saat awal berdirinya Poliklinik dan RB PKU Muhammadiyah terasa lebih efektif, sehingga saat-saat pertumbuhan dan perkembangan, baik saat menjadi RSKIA maupun RSU masalah-masalah elementer sudah tak muncul lagi. Sinergi antara Muhammadiyah dan Aisyiyah memberikan dukungan percepatan pertumbuhan dan perkembangan RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Selama 19 tahun status RB dan Poliklinik dijalani, kemudian meningkat menjadi RSKIA selama 6 tahun dan tahun 2001 meningkat menjadi RSU.

B. Visi dan Misi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul 1. Visi

Terwujudnya Rumah Sakit Islami yang mempunyai keunggulan kompetitif global, dan menjadi kebanggaan umat.

2. Misi

Berdakwah melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan mengutamakan peningkatan kepuasan pelanggan serta peduli pada kaum dhu'afa.


(49)

❃ ❄

C. Struktur Organisasi dan Pengurus Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul memiliki struktur organisasi yang telah difungsikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang dari bagian masing-masing anggota, diantaranya:

1. Pengurus dan Pengawas Direktur utama

Komite Medis Komite Keperawatan Komite Kes Lain Kepala SPI

Kepala Pengembangan Organisasi dan Mutu Direktur Pelayanan Medis

Direktur Penunjang

Direktur Keuangan dan SIMRS

Direktur Sumber Daya Insani dan Bindatra 2. Pengelola

Manajer Keperawatan Manajer Ralan dan Ranap Manajer Farmasi

Manajer Keuangan dan Akuntansi Manajer Pemasaran, Citra


(50)

❅ ❆

Manajer Logistik dan Yanum Manajer SIMRS

Manajer Humas Legal dan Perkantoran Manajer Gizi

Manajer Lab dan Radiologi Manajer SDI dan Diklat Manajer Sarpras dan Kesling Manajer Binroh

Manajer Rekam Medis dan Penjaminan Tim-Tim Direktur Pelayanan Medis Tim-Tim Direktur Penunjang

Tim-Tim Direktur Keuangan dan SIMRS Tim-Tim Direktur SDI dan Bindatra D. Landasan Dasar

Falsafah: RSU PKU Muhammadiyah Bantul merupakan perwujudan ilmu, iman dan Amal Sholeh.

Motto: Layananku Ibadahku. Tujuan:

1. Menjadi media dakwah Islam melalui pelayanan kesehatan untuk meraih ridho Allah.

2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat termasuk kaum dhua'fa melalui pelayanan kesehatan yang Islami dan berstandar mutu internasional.


(51)

❇ ❈

3. Terwujudnya pelayanan prima yang holistik sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Terwujudnya profesionalisme dan komitmen karyawan melalui upaya pemberdayaan yang berkesinambungan.

5. Meningkatnya pendapatan melalui manajemen yang efektif dan efisien sehingga terwujud kesejahteraan bersama.

6. Menjadikan Rumah Sakit sebagai wahana pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Nilai:

Nilai-nilai dasar yang dianut dan dikembangkan dalam proses pelayanan dan tata organisasi adalah:

1. Ketaatan 2. Kebenaran 3. Amanah 4. Menyampaikan 5. Rendah hati 6. Ketaqwaan 7. Disiplin 8. Tulus Ikhlas 9. Kesabaran 10. Santun

11. Lemah lembut / Ramah tamah 12. Ketenangan


(52)

❉ ❊

13. Profesionalisme 14. Bertanggung jawab 15. Kepedulian

16. Keberkatan 17. Istiqomah 18. Kasih sayang 19. Adil

(Sumber SK PDM No 062/KEP/III.0/B/2006)

E. Legalitas Hukum

Legalitas Hukum yang telah diperoleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah sebagai berikut:

Akte Perusahaan :Menggunakan surat Keterangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Badan Hukum nomor 1-A/8.a/1588/1993 tanggal 15 Desember 1993

NPWP : 01.143.030.3-543.000

Nomor Ijin Penyelenggaraan : 0005/DP/159/VII/2015

Pemilik : Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pendiri :Pimpinan Daerah Muhammadiyah

Kabupaten Bantul

Tanggal Berdiri : 1 Maret 1966M / 09 Dzulqo'dah 1385 H


(53)

❋ ●

Tipe / Kelas Rumah Sakit : C

Akreditasi Kemenkes : Nomor: KARS-SERT /70/XII/2014 tanggal 9 Desember 2014

F. Kegiatan Usaha Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul 1. Jenis Pelayanan

a. Pelayanan 24 jam

1) Instalasi Gawat Darurat 2) Farmasi

3) Laboratorium 4) Radiologi 5) Ambulance b. Rawat Jalan

1) Poliklinik Bedah 2) Bedah Umum 3) Bedah Orthopedi 4) Bedah Anak 5) Bedah Mulut 6) Bedah Urologi 7) Bedah Digesti

8) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan 9) Poliklinik Tumbuh Kembang Anak

10)Poliklinik Penyakit Dalam 11)Poliklinik Kulit dan Kelamin


(54)

❍ ■

12)Poliklinik Syaraf 13)Poliklinik Jiwa 14)Poliklinik Anak 15)Poliklinik THT 16)Poliklinik Gigi 17)Poliklinik Umum 18)Poliklinik Fisioterapi 19)Poliklinik Kosmetik Medik 20)Poliklinik Mata

c. Rawat Inap

1) Bangsal Umum Dewasa (Al Insan, Al A'raf, Al Kautsar) 2) Bangsal Bedah (Al Kahfi)

3) Bangsal Anak (Al Ikhlas)

4) Bangsal Perawatan Bayi ( An Nuur) 5) Bangsal Nifas (An Nisaa)

d. Rawat Khusus

1) Instalasi Gawat Darurat 2) Hemodialisa

3) ICU 4) HDNC 5) NICU

e. Tindakan Khusus 1) Bedah


(55)

❏❏

2) Umum 3) Orthopedi 4) Anak 5) Mulut 6) Urologi

7) Katarak (Pacho & Konvensional) f. Persalinan

1) Spontan 2) Bedah Caesar 2. Pelayanan Masyarakat

a. Home Care

b. Pemeriksaan / Pengobatan Massal c. Khitan Masal

d. Club Lansia e. Club Diabetes f. Club Ibu Hamil g. Club Jantung 3. Pelayanan Penunjang

a. Laboratorium Klinik b. Pemeriksaan Endoscopy c. EKG

d. EEG


(56)

❑ ▲

4. Pelayanan Lain a. Test Bebas Napza b. Senam Hamil

c. Pelayanan Informasi Obat d. Pelayanan Home Care

e. General Medical Check Up (GMC) f. Pelayanan Bimbingan Rohani Islam g. Konsultasi Gizi

h. Pelayanan Rukti Jenazah i. Trauma Center

j. PKU DMC

k. Layanan Kesehatan Keliling


(57)

▼ ◆

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil dan Pembahasan

1. Metode Pengakuan Pendapatan Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul

Metode pengakuan pendapatan dalam teori akuntansi ada dua jenis yaitu metode cash basis dan accrual basis. PSAK No 23 menyatakan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi diakui secara bersamaan. Metode pengakuan pendapatan rawat inap yang digunakan di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah metode accrual basis.

Jenis pendapatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul terdiri dari 3 jenis pendapatan yaitu:

a. Pendapatan jasa (rawat jalan dan rawat inap) yaitu pendapatan yang diperoleh dari jasa yang diberikan kepada pasien dalam bentuk pelayanan. Pendapatan ini disebut imbalan yaitu imbalan yang diperoleh sesuai dengan pengenaan jasa kepada pihak-pihak lain yang menggunakan jasa yang bersangkutan. Pendapatan jasa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul meliputi: pendapatan tindakan besar, pendapatan tindakan kecil, pendapatan visited dan konsul, pendapatan ambulan, pendapatan MR, laboratorium klinik, USG, EKG, pendapatan radiologi, pendapatan loundry dan linen, pendapatan paket pasien,

pendapatan fisioterapi, pendapatan bina rohani, pendapatan homecare


(58)

❖ P

b. Pendapatan Farmasi (dagang) yaitu pendapatan yang diperoleh dari

penjualan obat-obatan yang sesuai dengan harga beli barang tersebut ditambah dengan laba yang diharapkan. Pendapatan farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul meliputi: farmasi rawat jalan dan farmasi rawat inap.

c. Pendapatan gizi (manufaktur) yaitu pendapatan yang diperoleh dari

bahan-bahan yang olah, sehingga makanan dan minuman yang diberikan pihak rumah sakit kepada pasien adalah merupakan pendapatan gizi.

Penelitian ini dilakukan dengan proses analisa terhadap pengakuan pendapatan rawat inap yang dilakukan penulis terhadap data pencatatan pendapatan dari pasien umum, pasien relasi dan pasien BPJS.

Proses analisis tersebut pertama mengambil sampel dari beberapa pencatatan pendapatan dari pasien, baik pasien umum, pasien relasi, maupun pasien BPJS. Proses pengakuan pendapatan dari awal transaksi sampai disajikan ke dalam laporan keuangan pada akhir periode.

Berikut contoh pencatatan pasien umum menggunakan metode accrual

basis:

1) Bapak Musidi sebagai pasien umum rawat inap masuk tanggal 7

Oktober 2015. Biaya selama perawatan senilai Rp. 2.100.000. Berikut pencatatan jurnalnya:

Nama Akun Debet Kredit

Piutang pasien umum Rp. 2.100.000


(59)

◗ ❘

Biaya perawatan pasien selama di rumah sakit senilai Rp.2.100.000. Bapak Musidi pulang tanggal 11 Oktober 2015. Bapak Musidi melakukan pembayaran biaya perawatan senilai Rp. 1.500.000, sisa piutang senilai Rp. 600.000. Berikut pencatatan jurnalnya:

Nama Akun Debet Kredit

Kas/bank(BMI) Rp. 1.500.000

Piutang Pasien Rp. 1.500.000

Pembayaran piutang senilai Rp. 1500.000, sisa piutang senilai Rp. 600.000.

2) Ibu Saginem sebagai pasien BPJS rawat inap masuk tanggal 21 Oktober

2015. Biaya perawatan senilai Rp. 1.000.000. Berikut pencatatan jurnalnya:

Nama Akun Debet Kredit

Piutang pasien BPJS Rp. 1.000.000

Pendapatan Rp. 1.000.000

Biaya perawatan ibu Saginem di rumah sakit senilai Rp. 1.000.000. Ibu Saginem pulang tanggal 23 Oktober 2015 tidak terjadi pembayaran karena ditanggung BPJS. BPJS menanggung biaya ibu Saginem senilai Rp.500.000. Saat BPJS melakukan pembayaran. Berikut pencatatan jurnalnya:


(60)

❙ ❚

Nama Akun Debet Kredit

Bank Rp. 500.000

Piutang BPJS Rp. 500.000

Biaya perawatan yang dibayar BPJS senilai Rp. 500.000, sisa piutang senilai Rp. 500.000 ditanggung oleh ibu Saginem.

Terjadi selisih pembayaran antara biaya rumah sakit dengan BPJS senilai Rp. 500.000. Berikut pencatatan jurnalnya:

Nama Akun Debet Kredit

Selisih Klaim Rp. 500.000

Piutang Rp. 500.000

Selisih biaya rumah sakit dengan BPJS senilai Rp. 500.000 yang harus ditanggung oleh ibu Saginem.

Ibu Saginem mendapat bantuan dari LAZISMU sebesar 20%. Berikut pencatatan jurnalnya:

Nama Akun Debet Kredit

Kas Rp. 100.000

Piutang pasien BPJS Rp. 100.000

Bantuan dari LAZISMU senilai Rp. 100.000 (20%*Rp. 500.000), sisa piutang senilai Rp. 400.000 ditanggung oleh ibu Saginem.


(61)

❯ ❱

3) Bapak Zaidi BP sebagai pasien relasi asuransi jasa raharja masuk

tanggal 9 Oktober 2015. Biaya selama perawatan senilai Rp. 300.000. Berikut pencatatan jurnalnya:

Nama Akun Debet Kredit

Piutang pasien relasi Rp. 300.000

Pendapatan Rp. 300.000

Jumlah biaya perawatan di rumah sakit senilai Rp. 300.000.

Bapak Zaidi BP pulang tanggal 11 Oktober 2015. Jasa raharja yang menanggung biaya bapak Zaidi membayar biaya perawatan senilai Rp. 300.000. Berikut pencatatan jurnalnya:

Nama Akun Debet Kredit

Bank Rp. 300.000

Piutang pasien relasi Rp. 300.000

Jasa raharja membayar biaya perawatan bapak Zaidi BP senilai Rp. 300.000 melalui bank)

Berdasarkan pencatatan data di atas Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Bantul telah menggunakan metode accrual secara tepat.

2. Pencatatan Piutang Tak Tertagih Rawat Inap di PKU Muhammadiyah Bantul

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima. Imbalan tersebut dapat berbentuk kas atau setara kas yang


(62)

❲ ❳

diterima. Rumah sakit menerima imbalan yang diterima disesuaikan dengan sejumlah jasa atau pengorbanan yang telah diberikan. Kadang-kadang imbalan tersebut tidak diterima sesuai dengan yang diharapkan oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Pasien yang melakukan pengobatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tidak semuanya mampu melunasi seluruh biaya pengobatan di rumah sakit. Biaya yang belum dilunasi oleh pasien masih dalam bentuk piutang. Rumah sakit berharap pada saat tanggal neraca piutang yang berasal dari transaksi periode tertentu dapat direalisasikan sebagai pendapatan. Piutang yang seharusnya terealisasi sebagai pendapatan pada saat akhir periode atau pada saat akan dimasukkan dalam laporan keuangan tidak selamanya dapat terealisasi.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul dalam pencatatan piutang setiap periode berikutnya sampai tahun seterusnya akan terus diakumulasi. Pasien yang tidak mampu membayar sampai batas waktu yang ditentukan pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tidak mengubah catatan piutang menjadi cadangan piutang tak tertagih atau penghapusan piutang. Piutang tersebut akan diserahkan ke LAZISMU agar piutang tersebut dilunasi. LAZISMU hanya memberikan 20% kepada pasien yang menurut LAZISMU wajib mendapatkan bantuan dengan memberikan beberapa syarat kepada pasien agar pasien mendapatkan bantuan dari LAZISMU.


(63)

❨ ❩

3. Analisis dan Evaluasi Kriteria dan Pengakuan Pendapatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

PSAK No 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diterima. Namun, bila tidak ada kepastian dari jumlah pendapatan tidak dapat tertagih akan diakui sebagai beban. Pasien yang tidak ada keinginan tidak membayar pengobatannya tanpa sepengetahuan pihak rumah sakit, maka pelayanan jasa yang telah diberikan rumah sakit kepada pasien harus diakui sebagai beban operaional. Namun pihak rumah sakit tetap mengakui piutang yang tak tertagih sebagai pendapatan. Pihak rumah sakit akan menyerahkan piutang yang tak tertagih ke LAZISMU sebesar 20%.

Hal ini akan berpengaruh terhadap penyajian laporan laba rugi. Jumlah yang seharusnya dicatat dalam beban akan dicatat dalam pendapatan karena jumlah tak tertagih tersebut dilunasi oleh pihak LAZISMU meskipun tidak secara keseluruhan. Hal ini mungkin bagi rumah sakit tidak mempengaruhi kewajaran dari nilai pendapatan, tetapi perlakuan ini tidak sesuai dengan PSAK No 23 Tentang Pendapatan.

Perlakuan seperti di atas akan mempengaruhi penyajian laporan laba rugi antara lain:

a. Perkiraan dari LAZISMU

Jumlah pemberian yang diberikan LAZISMU akan lebih besar dari jumlah sebenarnya, karena seharusnya telah ada ketetapan jumlah yang


(64)

❬ ❭

diberikan kepada pasien yang tidak mampu bayar. Dan biasanya pelayanan dari LAZISMU hanya diberikan kepada karyawan atau keluarga karyawan yang ada dalam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul serta pasien yang tidak mampu membayar.

b. Perkiraan Pendapatan

Nilai pendapatan bersih akan lebih kecil dari nilai pendapatan sebenarnya karena pemberian dari LAZISMU terlalu besar. Hal ini akan mengakibatkan jumlah pendapatan bersih sedikit. Padahal jumlah yang ada di penyajian laporan pendapatan bukanlah jumlah pendapatan yang telah terealisasi sebenarnya oleh rumah sakit.

c. Perkiraan beban

Jumlah beban yang ada di penyajian laba rugi juga akan berbeda dari sebenarnya, karena beban yang seharusnya dicatat sebagai beban dicatat sebagai pendapatan, karena telah dibayar 20% oleh pihak LAZISMU dan piutang yang belum tertagih dianggap sebagi pendapatan. Jumlah beban yang ada dalam laporan laba rugi seharusnya lebih besar. Beban yang tidak dicatat oleh pihak rumah sakit adalah beban yang tidak dapat tertagih dari pasien. Jumlah tagihan ini seharusnya dicatat rumah sakit dalam beban operasional sebagai beban piutang tak tertagih.

Pengklasifikasian perkiraan pencatatan yang tepat, akan memudahkan untuk melihat nilai sesungguhnya dari penyajian laporan


(65)

❪ ❫

laba rugi. Pengklasifikasian ini memang tidak mempengaruhi nilai kewajaran penyajian laporan laba rugi tetapi akan menunjukkan gambaran sebenarnya mengenai keberhasilan rumah sakit mengenai pendapatan rawat inap sehingga keputusan yang akan diambil juga tepat.


(66)

❴❴

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian yang penulis lakukan serta penelitian yang penulis peroleh dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, maka pada bagian tulisan ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari uraian di bab sebelumnya serta saran yang bisa penulis berikan kepada pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul:

1. Pengakuan pendapatan rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan metode accrual basis yaitu pendapatan diakui pada

saat terjadi transaksi meskipun pihak rumah sakit belum menerima pembayaran dalam bentuk uang atau kas. Metode ini telah sesuai dengan PSAK No 23 tentang pendapatan.

2. Pencatatan piutang tak tertagih Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tetap mencatat sebagai pendapatan. Namun, bagi pasien yang tidak membayar atau tidak mampu membayar akan dibayar oleh pihak LAZISMU meskipun tidak secara keseluruhan. Pihak rumah sakit juga akan terus menagih piutang dari pasien. Sebagai contoh piutang tahun 2007 sampai saat ini belum terlunasi dan masih diupayakan untuk tetap ditagih, karena dari pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tidak memiliki kebijakan pengahapusan piutang.


(67)

❵ ❛

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka sebagai penutup Tugas Akhir ini, saran yang bisa penulis berikan adalah sebagai berikut:

1. Pengakuan pendapatan rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul sebaiknya tetap menggunakan metode accrual basis secara

keseluruhan dan konsisten agar lebih akurat serta sesuai dengan PSAK No 23 tentang pendapatan.

2. Untuk pasien yang tidak mampu membayar dan kemungkinan kecil untuk bisa tertagih seharusnya pihak rumah sakit mencatat dalam piutang tak tertagih yang termasuk dalam beban operasional, bukan dicatat sebagai pendapatan rumah sakit yang pelunasannya sebagian berasal dari pihak LAZISMU.


(68)

57

DAFTAR PUSTAKA

Borisman, Ronald. 2005. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pada Rumah Sakit Umum Mongonsidi Program Akuntansi USU

Indonesia, I. A. 2016. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kieso, D. E., et al. 2007. Akuntansi Intermediate jilid dua edisi keduabelas. (E. Salim, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Widhyanti, Febby. 2014. Akuntansi Pengakuan Pendapatan pada PT PLN (PERSERO) wilayah Sumatera Utara area Medan. Program Diploma Akuntansi Politeknik Negeri Medan : Tugas Akhir tidak diterbitkan


(1)

❨ ❩

3. Analisis dan Evaluasi Kriteria dan Pengakuan Pendapatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.

PSAK No 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diterima. Namun, bila tidak ada kepastian dari jumlah pendapatan tidak dapat tertagih akan diakui sebagai beban. Pasien yang tidak ada keinginan tidak membayar pengobatannya tanpa sepengetahuan pihak rumah sakit, maka pelayanan jasa yang telah diberikan rumah sakit kepada pasien harus diakui sebagai beban operaional. Namun pihak rumah sakit tetap mengakui piutang yang tak tertagih sebagai pendapatan. Pihak rumah sakit akan menyerahkan piutang yang tak tertagih ke LAZISMU sebesar 20%.

Hal ini akan berpengaruh terhadap penyajian laporan laba rugi. Jumlah yang seharusnya dicatat dalam beban akan dicatat dalam pendapatan karena jumlah tak tertagih tersebut dilunasi oleh pihak LAZISMU meskipun tidak secara keseluruhan. Hal ini mungkin bagi rumah sakit tidak mempengaruhi kewajaran dari nilai pendapatan, tetapi perlakuan ini tidak sesuai dengan PSAK No 23 Tentang Pendapatan.

Perlakuan seperti di atas akan mempengaruhi penyajian laporan laba rugi antara lain:

a. Perkiraan dari LAZISMU

Jumlah pemberian yang diberikan LAZISMU akan lebih besar dari jumlah sebenarnya, karena seharusnya telah ada ketetapan jumlah yang


(2)

❬ ❭

diberikan kepada pasien yang tidak mampu bayar. Dan biasanya pelayanan dari LAZISMU hanya diberikan kepada karyawan atau keluarga karyawan yang ada dalam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul serta pasien yang tidak mampu membayar.

b. Perkiraan Pendapatan

Nilai pendapatan bersih akan lebih kecil dari nilai pendapatan sebenarnya karena pemberian dari LAZISMU terlalu besar. Hal ini akan mengakibatkan jumlah pendapatan bersih sedikit. Padahal jumlah yang ada di penyajian laporan pendapatan bukanlah jumlah pendapatan yang telah terealisasi sebenarnya oleh rumah sakit.

c. Perkiraan beban

Jumlah beban yang ada di penyajian laba rugi juga akan berbeda dari sebenarnya, karena beban yang seharusnya dicatat sebagai beban dicatat sebagai pendapatan, karena telah dibayar 20% oleh pihak LAZISMU dan piutang yang belum tertagih dianggap sebagi pendapatan. Jumlah beban yang ada dalam laporan laba rugi seharusnya lebih besar. Beban yang tidak dicatat oleh pihak rumah sakit adalah beban yang tidak dapat tertagih dari pasien. Jumlah tagihan ini seharusnya dicatat rumah sakit dalam beban operasional sebagai beban piutang tak tertagih.

Pengklasifikasian perkiraan pencatatan yang tepat, akan memudahkan untuk melihat nilai sesungguhnya dari penyajian laporan


(3)

❪ ❫

laba rugi. Pengklasifikasian ini memang tidak mempengaruhi nilai kewajaran penyajian laporan laba rugi tetapi akan menunjukkan gambaran sebenarnya mengenai keberhasilan rumah sakit mengenai pendapatan rawat inap sehingga keputusan yang akan diambil juga tepat.


(4)

❴❴ BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian yang penulis lakukan serta penelitian yang penulis peroleh dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, maka pada bagian tulisan ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari uraian di bab sebelumnya serta saran yang bisa penulis berikan kepada pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul:

1. Pengakuan pendapatan rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan metode accrual basis yaitu pendapatan diakui pada

saat terjadi transaksi meskipun pihak rumah sakit belum menerima pembayaran dalam bentuk uang atau kas. Metode ini telah sesuai dengan PSAK No 23 tentang pendapatan.

2. Pencatatan piutang tak tertagih Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tetap mencatat sebagai pendapatan. Namun, bagi pasien yang tidak membayar atau tidak mampu membayar akan dibayar oleh pihak LAZISMU meskipun tidak secara keseluruhan. Pihak rumah sakit juga akan terus menagih piutang dari pasien. Sebagai contoh piutang tahun 2007 sampai saat ini belum terlunasi dan masih diupayakan untuk tetap ditagih, karena dari pihak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul tidak memiliki kebijakan pengahapusan piutang.


(5)

❵ ❛

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka sebagai penutup Tugas Akhir ini, saran yang bisa penulis berikan adalah sebagai berikut:

1. Pengakuan pendapatan rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul sebaiknya tetap menggunakan metode accrual basis secara

keseluruhan dan konsisten agar lebih akurat serta sesuai dengan PSAK No 23 tentang pendapatan.

2. Untuk pasien yang tidak mampu membayar dan kemungkinan kecil untuk bisa tertagih seharusnya pihak rumah sakit mencatat dalam piutang tak tertagih yang termasuk dalam beban operasional, bukan dicatat sebagai pendapatan rumah sakit yang pelunasannya sebagian berasal dari pihak LAZISMU.


(6)

57

DAFTAR PUSTAKA

Borisman, Ronald. 2005. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 pada Rumah Sakit Umum Mongonsidi Program Akuntansi USU

Indonesia, I. A. 2016. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kieso, D. E., et al. 2007. Akuntansi Intermediate jilid dua edisi keduabelas. (E. Salim, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Widhyanti, Febby. 2014. Akuntansi Pengakuan Pendapatan pada PT PLN (PERSERO) wilayah Sumatera Utara area Medan. Program Diploma Akuntansi Politeknik Negeri Medan : Tugas Akhir tidak diterbitkan