Pertumbuhan, Laju Eksploitasi, Dan Pola Rekrutmen Ikan Baronang (Siganus Canaliculatus Park, 1797) Di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.

PERTUMBUHAN, LAJU EKSPLOITASI, DAN POLA REKRUTMEN
IKAN BARONANG (Siganus canaliculatus Park, 1797)
DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

WIWI WIDIYAWATI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan, Laju
Eksploitasi, dan Pola Rekrutmen Ikan Baronang (Siganus canaliculatus Park,
1797) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.


Bogor, September 2015

Wiwi Widiyawati
NIM C24110040

ABSTRAK
WIWI WIDIYAWATI. Pertumbuhan, Laju Eksploitasi, dan Pola Rekrutmen Ikan
Baronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) di Perairan Kepulauan Seribu,
Jakarta. Dibimbing oleh YONVITNER dan RIDWAN AFFANDI.
Ikan baronang merupakan ikan demersal yang menjadi target penangkapan,
sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan stok di perairan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan, tingkat eksploitasi, dan pola rekrutmen
ikan baronang (Siganus canaliculatus) dari hasil tangkapan nelayan di perairan
Kepulauan Seribu. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober sampai Desember
2014 dan April 2015. Analisis data meliputi pertumbuhan, struktur ukuran, faktor
kondisi, mortalitas, laju eksploitasi, dan rekrutmen. Pola pertumbuhan ikan
baronang jantan dan total adalah allometrik positif sedangkan ikan baronang
betina adalah isometrik. Potensi rekrutmen ikan baronang tinggi dan termasuk
ikan yang tumbuh cepat. Laju eksploitasi ikan baronang sudah dalam kondisi

buruk dan telah mencapai tahap pemanfaatan berlebih yaitu sebesar 0,820.
Kondisi kualitas perairan Kepulauan Seribu masih tergolong baik untuk
kehidupan ikan baronang. Pengelolaan diarahkan untuk melindungi stok muda
dengan pembatasan musim penangkapan.
Kata kunci: Ikan baronang, Kepulauan Seribu, laju eksploitasi, pertumbuhan

ABSTRACT
WIWI WIDIYAWATI. The Growth, Exploitation Rate, and Recruitment Pattern
of Rabbit Fish (Siganus canaliculatus Park, 1797) in Waters Off The Seribu
Island, Jakarta. Supervised by YONVITNER and RIDWAN AFFANDI.
Rabbit fish is a demersal fish and it is one of fish target, and that effect to
their stock in waters. The aim of this research is to assess the growth, exploitation
rate, and recruitment pattern of Siganus canaliculatus in the Seribu Island. This
research was conducted from October to December 2014 and April 2015. Data
analysis consist of growth, size structure, condition factor, mortality, exploitation
rate, and recruitment. The result shown that the growth pattern of male and total
rabbit fish is positive allometric while for female rabbit fish is isometric. The
potencial recruitment of rabbit fish showed high and also fast growth. Water
quality in the Seribu Island has classified good condition to life of rabbit fish.
Exploitation rate of rabbit fish shown as bad condition and has achieved

overexploitation is 0,820. Management can be directed to protect juvenile stocks
with the limitation of fishing season.
Keywords: Exploitation rate, growth parameter, rabbit fish, Seribu Island

PERTUMBUHAN, LAJU EKSPLOITASI, DAN POLA REKRUTMEN
IKAN BARONANG (Siganus canaliculatus Park, 1797)
DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

WIWI WIDIYAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis skripsi yang berjudul
Pertumbuhan, Laju Eksploitasi, dan Pola Rekrutmen Ikan Baronang (Siganus
canaliculatus Park, 1797) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Penyusunan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1
Allah SWT yang telah memberi nikmat sehat, rezeki, dan segala anugerah
kepada saya dan keluarga.
2
Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis
untuk menempuh pendidikan di Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan.
3
Beasiswa PPA/BBM yang telah memberikan bantuan dana pendidikan

beberapa semester selama perkuliahan.
4
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) untuk penelitian Pengelolaan Budidaya Udang
Vannamei dan Perikanan Baronang Berbasis Masyarakat dalam Rangka
Pengembangan Sea Farming di Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Kontrak
Nomor: 083/SP2H/PL/Dit.Litabmas/II/2015 tanggal 5 Februari 2015 dalam
rangka pelaksanaan kegiatan Penelitian Institusi.
5
Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku pembimbing akademik dan
Komisi Pendidikan Program S1 Departemen MSP yang telah memberi saran
dan pesan selama perkuliahan.
6
Dr Yonvitner, SPi MSi dan Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
7
Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi selaku dosen penguji tamu dan Dr Etty Riani,
MS selaku perwakilan Komisi Pendidikan Departemen MSP atas saran dan

masukan yang sangat berarti.
8
Bapak (Eko Sudiantoro), Ibu (Neneng Rosnani), Adik (Risna Dwi Retno
Handayani, Prasetyo Nugroho dan Lustiana Amanda), Kekasih
(Mochammad Fernando Khomeni), dan seluruh keluarga yang telah
memberikan doa, kasih sayang, semangat serta dukungannya selama ini.
9
Sahabat, Tim Penelitian Ikan Baronang (Bang Miftah, Haqqul, Widiana),
masyarakat Pulau Pramuka, nelayan P. Panggang (Keluarga Bapak Somad)
dan seluruh civitas MSP 48 atas doa, semangat, bantuan dan dukungannya.
10 Seluruh pihak yang bersedia membantu dan memberikan saran dalam
penyelesaian skrispsi ini (Yenny N, Nina N, Gama S, Fida, Fani dan
Hadiana).
Bogor, September 2015
Wiwi Widiyawati

DAFTAR ISI

DAFTAR
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


ix
x
x
x
1
1
1
2
2
2
2
3
4
8
8
16
20
20
20

21
23
25

DAFTAR TABEL
1 Alat dan prosedur pengamatan
2 Parameter fisika kimia perairan sekitar Pulau Pramuka, Semak Daun,
dan Karang Congkaka
3 Perbandingan ukuran panjang Siganus canaliculatus tahun 2005 dan
tahun 2015
4 Penduga parameter pertumbuhan Siganus canaliculatus berdasarkan
metode ELEFAN 1
5 Mortalitas dan laju eksploitasi Siganus canaliculatus
6 Perbandingan nilai parameter fisika kimia perairan
7 Perbandingan pola pertumbuhan Siganus canaliculatus

3
9
11
14

14
16
17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Lokasi penangkapan Siganus canaliculatus di Kepulauan Seribu

Ikan baronang (Siganus canaliculatus)
Lokasi stasiun pengamatan fisika kimia perairan
Grafik sebaran frekuensi panjang Siganus canaliculatus (a) Tahun 2005
(b) Tahun 2015
Grafik hubungan panjang bobot Siganus canaliculatus jantan
Grafik hubungan panjang bobot Siganus canaliculatus betina
Grafik hubungan panjang bobot Siganus canaliculatus total
Grafik faktor kondisi rata-rata Siganus canaliculatus jantan
Grafik faktor kondisi rata-rata Siganus canaliculatus betina
Grafik faktor kondisi rata-rata Siganus canaliculatus total
Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy Siganus canaliculatus
Rekrutmen Siganus canaliculatus (a) Tahun 2005 (b) Tahun 2015
Hasil tangkapan Siganus canaliculatus per bulan (a) Tahun 2005 (b)
Tahun 2015

2
4
10
10
11
12
12
13
13
13
14
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hubungan panjang dan bobot Siganus canaliculatus
2 Pendugaan pertumbuhan dengan metode ELEFAN I .
3 Pendugaan mortalitas dan laju eksploitasi Siganus canaliculatus
menggunakan ELEFAN I.
4 Persentasi nilai rekrutmen Siganus canaliculatus berdasarkan metode
Recruitment Pattern dalam program FISAT II

23
23
24
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan baronang (Siganus canaliculatus) merupakan ikan demersal yang
hidup berasosiasi dengan lamun dan terumbu karang. Ikan baronang banyak
ditemukan di perairan dangkal, pesisir hingga tubir pantai. Ikan ini tergolong ikan
ekonomis penting, sehingga menjadi target tangkapan utama nelayan di sekitar
Kepulauan Seribu. Selain itu, ikan ini pun sangat potensial untuk dibudidayakan.
Harga jual ikan baronang berkisar antara Rp 35 000, 00 per kg untuk ikan
baronang ukuran kecil dan sekitar Rp 40 000, 00-Rp 50 000, 00 per kg untuk
ukuran sedang hingga besar.
Salah satu daerah penyebaran ikan baronang di Indonesia adalah Kepulauan
Seribu. Kepulauan Seribu merupakan wilayah perairan yang masih memiliki
ekosistem lamun, karang, dan mangrove (Noor 2003). Lokasi utama tangkapan
nelayan adalah sekitar Pulau Pramuka, Semak Daun, Karang Congkak, Karang
Bongkok, dan Karang Beras. Kawasan ini merupakan daerah yang masih
memiliki ekosistem lamun dan kondisi habitat yang cukup baik untuk kehidupan
biota air. Beberapa gugusan pulau di Kepulauan Seribu seperti Pulau Pramuka
dan Semak Daun sering dijadikan tempat wisata (Purnomo et al. 2013).
Banyaknya penduduk dan wisatawan yang datang setiap tahun di Kepulauan
Seribu menyebabkan tingginya konsumsi terhadap ikan. Salah satu ikan yang
banyak diminati disana adalah ikan baronang. Intensitas eksploitasi, kondisi
habitat, dan pertumbuhan ikan mempengaruhi keberadaan stok di perairan.
Eksploitasi yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan kelangkaan stok. Stok
ikan di suatu perairan laut selalu dinamis karena jumlah penangkapan ikan
berubah setiap tahunnya (Susilo 2009). Kecenderungan intensitas penangkapan
ikan yang tinggi dikhawatirkan dapat mengganggu kestabilan dan pertumbuhan
ikan baronang di Kepulauan Seribu.
Pertumbuhan ikan baronang termasuk cepat. Pertumbuhan yang cepat dapat
mengindikasikan bahwa umur ikan pendek dan laju kematiannya cukup tinggi
(Kembaren dan Nurdin 2013). Penelitian mengenai pertumbuhan dan eksploitasi
terhadap ikan baronang di Kepulauan Seribu masih jarang, sehingga perlu
dilakukan beberapa kajian untuk menanggapi hal tersebut agar terdapat
keseimbangan antara eksploitasi dengan ketersediaan stok di alam. Beberapa
aspek biologis yang dikaji dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi untuk pengelolaan stok ikan baronang di wilayah Kepulauan Seribu
untuk waktu mendatang.

Perumusan Masalah
Jumlah penduduk dan wisatawan yang selalu meningkat di beberapa
gugusan pulau di Kepulauan Seribu berdampak terhadap tingginya permintaan
dan konsumsi ikan. Ancaman aktivitas tangkapan yang tinggi terhadap ikan
baronang akan mempengaruhi ketersediaan ikan tersebut di alam. Aktivitas
penangkapan ikan baronang yang dilakukan nelayan seringkali kurang
memperhatikan ukuran ikan yang tepat untuk ditangkap, sehingga banyak

2
dilakukan penangkapan dari ukuran kecil (benih) hingga ukuran dewasa
(konsumsi). Ancaman tersebut dapat diantisipasi melalui pengelolaan yang
rasional terhadap ikan tersebut. Kajian tentang pertumbuhan, laju eksploitasi, dan
pola rekrutmen dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
untuk pengelolaan secara berkelanjutan terhadap ikan baronang.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola pertumbuhan, tingkat
eksploitasi dan pola rekrutmen ikan baronang (Siganus canaliculatus) dari hasil
tangkapan nelayan di perairan Kepulauan Seribu yang berbasis data panjang dan
bobot.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk dijadikan dasar
pertimbangan dalam pengelolaan berkelanjutan terhadap ikan baronang (Siganus
canaliculatus) dan mengoptimalkan pemanfaatannya untuk memenuhi kebutuhan
lokal maupun kawasan sekitar, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
nelayan serta masyarakat sekitar Kepulauan Seribu .

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di lapang dan laboratorium. Lokasi penelitian dan
daerah penangkapan ikan baronang di sekitar Kepulauan Seribu disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi penangkapan Siganus canaliculatus di Kepulauan Seribu

3
Penelitian di lapang dimulai dengan pengumpulan contoh ikan baronang
dari hasil tangkapan nelayan di beberapa gugusan pulau di perairan Kepulauan
Seribu, diantaranya Pulau Pramuka, P. Semak Daun, P. Karang Congkak, P.
Karang Bongkok, dan P. Karang Beras. Pengambilan data primer dilakukan pada
bulan Oktober hingga Desember 2014 dan April 2015. Analisis contoh ikan
dilakukan di Laboratorium Biologi Makro, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pengumpulan Data
Data ikan baronang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan spear gun, jaring,
dan bubu. Pengambilan ikan contoh meliputi ikan-ikan yang berukuran kecil,
sedang dan besar. Ikan contoh yang diambil berjumlah 30 sampai 50 ekor
tergantung kelimpahan ikan setiap pengambilan contoh. Beberapa contoh ikan
baronang hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Seribu, yakni 3-7 ekor ikan
contoh difoto dengan menggunakan kamera digital serta diukur panjang total dan
bobot basahnya di lokasi penangkapan.
Pengukuran panjang total ikan dimulai dari mulut terdepan hingga ujung
ekor terakhir menggunakan penggaris yang memiliki tingkat ketelitian 0,5 mm.
Penimbangan bobot total tubuh ikan dengan menggunakan timbangan yang
memiliki ketelitian 0,01 gram. Ikan contoh yang belum teramati dikumpulkan
dalam cool box dan diawetkan menggunakan es batu untuk dianalisis di
laboratorium. Alat dan prosedur pengamatan penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan prosedur pengamatan
No

Data

Alat

Satuan

Prosedur pengamatan

1

Dokumentasi

kamera
digital

-

pendokumentasian beberapa ikan
contoh

2

Panjang

penggaris

cm

pengukuran panjang ikan dari
mulut terdepan hingga ujung
ekor terakhir

3

Bobot

gram

Penimbangan bobot tubuh ikan

4

Ikan contoh

timbangan
digital
cool box

-

penyimpanan ikan dalam cool
box yang sudah terisi es batu

Lokasi
analisis
Kepulauan
Seribu
(lapang)
Lapang dan
Laboratorium

Lapang dan
Laboratorium
Laboratorium

Data dari hasil pengukuran tersebut dicatat dalam data sheet untuk
selanjutnya diolah menggunakan Microsoft Excel. Data pendukung lainnya
adalah data panjang ikan baronang pada tahun 2005 dan data kualitas air sekitar
Pulau Pramuka, Semak Daun, dan Karang Congkak tahun 2014.

4
Ikan baronang adalah salah satu jenis ikan laut yang termasuk famili
Siganidae dan dikenal sebagai biota yang dapat berasosiasi dengan lamun
(Gambar 2). Menurut Carpenter dan Niem (2001) taksonomi ikan baronang
diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum
Kelas
Subkelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Nama umum
Nama lokal

: Chordata
: Pisces
: Teleostei
: Perciformes
: Siganidae
: Siganus
: Siganus canaliculatus
: baronang
: kea-kea (Kep. Seribu), biawas (Jawa Tengah), samadar
(Ambon)

Gambar 2 Ikan baronang (Siganus canaliculatus)

Analisis Data
Sebaran frekuensi panjang
Sebaran frekuensi panjang dapat ditentukan dengan menggunakan data
panjang total ikan baronang. Analisis sebaran frekuensi panjang dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1 Menentukan jumlah kelas panjang yang dibutuhkan dan wilayah data,
2 Membagi wilayah data dengan banyaknya kelas untuk menduga lebar kelas,
3 Menetukan limit bawah kelas dan kemudian menambahkan lebar kelas pada
limit bawah kelas untuk mendapatkan limit atas kelas,
4 Menentukan titik tengah kelas dan frekuensi bagi masing-masing kelas lalu
memasukkan data panjang masing-masing ikan contoh ke dalam selang kelas
yang ditentukan.
Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas panjang
yang sama akan diplotkan ke dalam sebuah grafik. Sebaran kelas selama
pengambilan contoh dapat dilihat pada grafik. Grafik tersebut menggambarkan
banyaknya ikan yang tertangkap berdasarkan kelas panjang.

5
Hubungan panjang bobot
Model pertumbuhan diasumsikan mengikuti pola hukum kubik dari dua
parameter yang dijadikan analisis yaitu parameter panjang dan bobot. Untuk
mengetahui pola pertumbuhan ikan baronang maka diperlukan analisis hubungan
panjang dan bobot. Rumus persamaan panjang bobot untuk menganalisis
hubungan panjang bobot ikan (Effendie 2002).
W = aLb

(1)

W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), a dan b adalah koefisien
pertumbuhan bobot. Berikut nilai a dan b yang diduga dari bentuk persamaan
linier di atas sebagai berikut.
log W = log a + b log L

(2)

Parameter penduga a dan b diperoleh dengan analisis regresi dengan log W
sebagai y dan log L sebagai x, berikut adalah model rancangan persamaan regresi.
yi = β + β xi + εi

(3)

ŷ i =b0 +b1xi

(4)

Model observasi dan model dugaan ditentukan dengan bentuk persamaan
sebagai berikut.

Konstanta b1 dan b0 diduga dengan.
b1 =
dan

1
n

∑ni=1 xi yi - ∑ni=1 xi ∑ni=1 yi
1
n

2

∑ni=1 x2 i - (∑ni=1 xi )

b0 = y̅- b1 x̅

(5)

(6)

Nilai a dan b diperoleh melalui hubungan b=b1 dan a=10b0. Hubungan
panjang dan bobot dapat dilihat dari nilai konstanta b (sebagai penduga tingkat
kedekatan hubungan kedua parameter) dengan hipotesis.
1. Bila b=3, dikatakan memiliki hubungan isometrik (pola pertumbuhan
bobot sebanding pola pertumbuhan panjang)
2. Bila b≠3, dikatakan memiliki hubungan allometrik (pola pertumbuhan
bobot tidak sebanding pola pertumbuhan panjang)
Pola pertumbuhan allometrik terbagi menjadi dua macam, yaitu allometrik
positif (b>3) yang berarti pertumbuhan bobot lebih cepat dibanding dengan
pertumbuhan panjang dan allometrik negatif (bttabel, maka tolak
hipotesis nol (H0) dengan pola pertumbuhan allometrik dan jika t hitung5
alami
Sumber: KepMenLH No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut

7-8,5

Berdasarkan perbandingan beberapa parameter fisika kimia air terdapat
perubahan dan fluktuasi baik nilai parameter suhu, salinitas, maupun pH. Hal ini
diduga karena adanya variasi titik lokasi dan waktu pengambilan contoh di
lapang. Menurut Sari dan Harlyan (2014), waktu pengukuran erat kaitan dengan
intensitas cahaya dan faktor lain yang mempengaruhi suhu air laut permukaan
adalah kedalaman, musim, lintang, dan tutupan awan.

17
Nilai DO di perairan sekitar Pulau Pramuka masih berada dalam selang
kisaran baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51
Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut. Menurut Lam (1974),
Siganus canaliculatus sangat sensitif terhadap kandungan oksigen terlarut ttab, yaitu (5,44>1,98) (Lampiran 1) yang berarti tolak
hipotesis nol (H0), sehingga dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhan ikan
baronang total bersifat allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot tubuh lebih
cepat dibanding pertumbuhan panjang. Hal ini sesuai dengan penelitian Pertiwi
(2013) yang menyatakan bahwa pola pertumbuhan ikan baronang adalah
allometrik positif setelah dilakukan uji t menunjukkan nilai thit>ttab, yaitu
(81,89>1,67).
Nilai koefisien b ikan baronang pada penelitian ini sebesar 3,3065 (total),
3,2198 (jantan), dan 3,0236 (betina) (Lampiran 1) yang berbeda dengan nilai b
pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Pertiwi (2013), yaitu sebesar 3,570
(Tabel 7).
Tabel 7 Perbandingan pola pertumbuhan Siganus canaliculatus
Parameter pertumbuhan
Peneliti

Lokasi

Pertiwi (2013)
Penelitian ini
(2015)

Pola
pertumbuhan

L∞ (mm)

K (tahun-1)

t0
(tahun)

Nilai b

Kepulauan
Seribu

-

-

-

3,570

Allometrik
positif

Kepulauan
Seribu

358,050

0,860

-0,094

3,307

Allometrik
positif

18
Perbedaan nilai koefisien b diduga karena ketersediaan makanan, perbedaan
lokasi dan kondisi kualitas perairan pada saat pengambilan contoh. Hal ini
didukung oleh pernyataan Bilecenoglu dan Kaya (2002), bahwa rendahnya nilai b
mengindikasikan tidak adanya kecocokan makanan yang tersedia untuk ikan
baronang di suatu area tertentu.
Menurut Bagenal (1978) in Harmiyati (2009), perbedaan nilai b karena
perbedaan spesies, perbedaan jumlah dan variasi ukuran ikan yang diamati,
berbedanya stok ikan dalam spesies yang sama, tahap perkembangan ikan, jenis
kelamin, tingkat kematangan gonad, bahkan perbedaan waktu dalam hari karena
perbedaan isi perut.
Faktor kondisi ikan baronang cenderung berfluktuasi setiap bulannya. Nilai
faktor kondisi rata-rata ikan baronang total menunjukkan >1 terlihat pada bulan
November dan Desember. Berbeda halnya dengan nilai faktor kondisi ikan
baronang jantan, bahwa hanya bulan Desember yang menunjukkan nilai kondisi
>1. Menurut Febrianti et al. (2013), adanya fluktuasi nilai faktor kondisi karena
dipengaruhi oleh aktivitas pemijahan dan umur ikan yang berbeda.
Nilai faktor kondisi baronang betina setiap bulannya menunjukkan >1. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa contoh ikan pada bulan–bulan tersebut dalam
kondisi baik dan gemuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) in
Febrianti et al. (2013), harga faktor kondisi yang berkisar antara 1–3 mempunyai
bentuk badan kurang pipih atau gemuk. Perbedaan nilai faktor kondisi ikan
baronang ini diduga karena perbedaan jenis kelamin, variasi ukuran panjang bobot,
tingkat kematangan gonad, dan ketersediaan makanan di alam.
Menurut Effendi (2002) in Febrianti et al. (2013), variasi nilai faktor kondisi
tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Suwarni
(2009) menyatakan bahwa, variasi kisaran panjang dan bobot ikan dapat
menyebabkan perbedaan nilai faktor kondisi. Perbedaan nilai faktor kondisi
merupakan indikasi dari berbagai sifat-sifat biologi ikan seperti kegemukan,
kesesuaian dengan lingkungan atau perkembangan gonadnya.
Hasil pendugaan parameter pertumbuhan berdasarkan persamaan Von
Bertalanffy (Gambar 11) menunjukkan bahwa semakin besar nilai koefisien
pertumbuhan (K) maka akan semakin cepat ikan mencapai nilai panjang asimtotik
(L∞). Nilai panjang asimtotik ikan baronang telah mengalami penurunan 10 tahun
terakhir. Hal ini diduga karena meningkatnya laju eksploitasi terhadap ikan
baronang.
Hasil analisis terhadap data tahun 2015 menunjukkan bahwa intensitas
penangkapan cenderung tinggi dan ukuran ikan yang tertangkap semakin kecil.
Hal ini terlihat dari nilai L∞ yang semakin kecil. Kondisi demikian dapat
mengindikasikan bahwa ikan yang berukuran kecil banyak tertangkap atau
perairan tersebut telah menjadi habitat ikan–ikan muda.
Menurut Wujdi (2011), semakin pendeknya nilai L∞ menunjukkan telah
terjadi tekanan dan eksploitasi yang besar terhadap ikan, sehingga ukuran populasi
ikan yang tertangkap semakin kecil dari tahun ke tahun. Nilai koefisien
pertumbuhan pada tahun 2015 lebih cepat mencapai panjang asimtotik karena
nilai K tahun 2015 lebih besar dibanding dengan nilai K tahun 2005. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan baronang semakin cepat karena laju
eksploitasi terhadap ikan baronang semakin tinggi, sehingga ukuran ikan semakin
kecil yang tertangkap.

19
Menurut Sparre dan Venema (1999) semakin tinggi koefisien pertumbuhan
maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan spesies untuk mencapai panjang
asimtotik dan semakin kecil koefisien pertumbuhan maka akan semakin lama
waktu yang dibutuhkan spesies untuk mencapai panjang asimtotik.
Hasil analisis mortalitas dan laju eksploitasi ikan baronang (Tabel 6)
menunjukkan bahwa nilai mortalitas penangkapan ikan baronang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai mortalitas alaminya. Hal tersebut dapat diduga bahwa
ikan baronang di Kepulauan Seribu banyak mengalami kematian akibat aktivitas
penangkapan.
Laju mortalitas total ikan baronang cenderung meningkat pada tahun 2015.
Laju eksploitasi ikan baronang tahun 2015 mencapai 0,820 yang menunjukkan
bahwa nilai tersebut telah melebihi laju eksploitasi optimum (E=0,5). Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi ikan baronang pada tahun 2015
lebih besar dibanding tahun 2005. Setiap tahunnya terjadi laju eksploitasi sebesar
0,004.
Berdasarkan hasil tersebut maka besarnya nilai laju eksploitasi ini
menunjukkan bahwa ikan baronang telah mengalami pemanfaatan berlebih
(overexploitation). Hal ini diduga karena banyaknya eksploitasi terhadap ikan
baronang sehingga hasil tangkapan ikan tersebut semakin menurun setiap
tahunnya. Menurut Jones (1984) in Aswar (2011), apabila nilai E lebih besar dari
0,5 dapat dikategorikan lebih tangkap.
Tingginya permintaan terhadap ikan ini menyebabkan banyaknya aktivitas
penangkapan sehingga apabila aktivitas penangkapan ini terus dilakukan akan
mengakibatkan terganggunya ketersediaan ikan baronang di alam khususnya di
wilayah perairan Kepulauan Seribu. Penangkapan yang dilakukan nelayan
Kepulauan Seribu masih cukup tradisional dan ramah lingkungan. Nelayan hanya
menggunakan bubu dan alat panah (spear gun) untuk menangkap ikan sehingga
jumlah tangkapan ikan tidak sebanyak tangkapan nelayan yang menggunakan alat
tangkap jaring.
Beberapa nelayan disana menggunakan jaring untuk menangkap baronang.
Malam hari umumnya digunakan nelayan jaring sebagai waktu yang tepat untuk
menangkap ikan baronang. Hasil tangkapan nelayan jaring malam selalu lebih
banyak dibanding nelayan spear gun dan bubu karena saat malam hari ikan
baronang mengarah ke daratan yang hanya berada pada kedalaman setengah meter.
Hal ini dimanfaatkan nelayan jaring malam untuk menangkap ikan baronang
sebanyak–banyaknya. Selain itu, nelayan jaring malam tidak memperhatikan
musim penangkapan ikan yang tepat untuk menangkap ikan. Kondisi seperti ini
dapat berdampak negatif bagi ketersediaan sumber daya ikan baronang di alam.
Grafik pola rekrutmen (Gambar 12) menunjukkan bahwa pada tahun 2005
puncak rekrutmen ikan baronang terjadi pada bulan Juli, sedangkan tahun 2015
terjadi pada bulan September. Perbedaan persen puncak rekrutmen tahun 2005
dan 2015 diduga karena titik lokasi pengambilan contoh yang berbeda, kondisi
cuaca maupun iklim yang berbeda dan pada bulan-bulan tersebut terjadi
perubahan kondisi lingkungan perairan seperti suhu, salinitas, ruang, ketersediaan
makanan, aktivitas penangkapan, maupun karena faktor biologis dari ikan
baronang tersebut seperti banyaknya ikan yang memijah dan telur yang dipijahkan
setiap kali memijah.

20
Menurut Wujdi (2011), tingginya rekrutmen dipengaruhi oleh proses
terjadinya upwelling. Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa pola rekrutmen
yang terjadi pada tahun 2005 lebih menyebar dibanding tahun 2015 yang hanya
terjadi sesaat. Menurut Ongkers (2006) in Kembaren (2013), pola rekrutmen
memiliki keterkaitan dengan waktu pemijahan.
Hasil tangkapan perbulan (Gambar 13), menunjukkan bahwa pada tahun
2015 kelimpahan atau jumlah stok ikan baronang relatif stabil dan hasil tangkapan
sedikit. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pada tahun 2015 pola rekrutmen
mengikuti pola kelimpahan. Berdasarkan hasil tangkapan tahun 2005 kelimpahan
ikan baronang cenderung banyak dan berfluktuasi, namun pola rekrutmen tidak
mengikuti pola kelimpahan.
Perbedaan hasil tangkapan per bulan yang diperoleh dengan pola rekrutmen
diduga karena sebagian ikan melakukan pemijahan, adanya larva yang masuk dari
luar, dan pengaruh kualitas habitat seperti kondisi perairan. Hal ini didukung oleh
pernyataan Larkum et al. (2006), bahwa perilaku larva dapat mempengaruhi pola
rekrutmen bahkan gelombang laut dapat mempengaruhi pasca rekrutmen. Pasang
surut mempengaruhi transportasi dan rekrutmen larva ikan (Subiyanto et al. 2009).
Menurut Kembaren et al. (2012), indikator kemampuan suatu populasi untuk tetap
bertahan adalah rekrutmen.
Upaya pengelolaan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian ini,
yaitu dengan pengurangan intensitas tangkap untuk mengurangi ikan muda yang
tertangkap, sehingga ikan baronang dapat tumbuh menjadi lebih besar. Jika
dilihat berdasarkan pola rekrutmen yang dikaji dalam penelitian ini, puncak
rekrutmen terjadi pada bulan yang banyak turun hujan, maka dengan demikian
perlu adanya pembatasan musim penangkapan saat musim hujan maupun awal
musim penghujan karena tingginya rekrutmen ikan dipengaruhi oleh
pemijahannya dan musim pemijahan ikan baronang umumnya terjadi pada awal
musim penghujan, sehingga rekrutmen ikan baronang di waktu mendatang
diharapkan dapat meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pola pertumbuhan ikan baronang jantan adalah allometrik positif dan pola
pertumbuhan ikan baronang betina adalah isometrik. Laju eksploitasi ikan
baronang di perairan Kepulauan Seribu telah melebihi batas eksploitasi optimum
sebesar 0,820. Rekrutmen ikan baronang terjadi sepanjang tahun dengan
puncaknya pada bulan September.

Saran
Informasi mengenai pertumbuhan, tingkat eksploitasi, dan rekrutmen perlu
dikaji lebih lanjut dengan memperhatikan titik pengambilan contoh dan bulan
penangkapan yang mewakili semua musim agar dapat mengetahui pola

21
pertumbuhan, laju eksploitasi dan pola rekrutmen dari berbagai jenis maupun
struktur populasi S. canaliculatus.

DAFTAR PUSTAKA
Aswar. 2011. Struktur populasi dan tekanan eksploita