Rumah Ikan (Fish Apartment) Sebagai Alternatif Mendukung Pengkayaan Sumberdaya Ikan
RUMAH IKAN (FISH APARTMENT) SEBAGAI ALTERNATIF
MENDUKUNG PENGKAYAAN SUMBERDAYA IKAN
MUHAMMAD WILDY KAMAALI EL-MATIEN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Rumah Ikan (Fish
Apartment) Sebagai Alternatif Mendukung Pengkayaan Sumberdaya Ikan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Muh. Wildy Kamaali El-matien
NIM C451120181
3
RINGKASAN
MUH. WILDY KAMAALI E. Rumah Ikan (Fish Apartment) Sebagai Alternatif
Mendukung Pengkayaan Sumberdaya Ikan. Dibimbing oleh Prof Dr Ir Mulyono
S. Baskoro, M Sc dan Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M Si.
Pemanfaatan sumberdaya ikan yang tidak ramah lingkungan dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan, terutama kerusakan habitat ikan
seperti terumbu karang. Rusaknya terumbu karang dapat mengakibatkan
penurunan sumberdaya ikan, hal tersebut dikarenakan terumbu karang memiliki
fungsi sebagai daerah pemijahan (spawning ground), sebagai areal pengasuhan
serta pertumbuhan (nursery ground), dan mencari makan (feeding ground).
Penurunan sumberdaya ikan dapat dilihat dari menurunnya hasil tangkapan
nelayan, semakin mengecilnya ukuran ikan yang tertangkap, sulit dan jauhnya
mencari daerah penangkapan (fishing ground) dan langkanya beberapa spesies
ikan. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengembalikan sumberdaya ikan di
perairan yang rusak, salah satunya dengan menggunakan fish apartment.
Penelitian fish apartment ini diharapkan mampu memberikan gambaran
tentang perkembangan fish apartment, dan mengetahui dampak langsung terhadap
nelayan terutama di daerah Bangsring, Banyuwangi. Pengumpulan data berupa
pengamatan langsung fish apartment, wawancara dengan nelayan dan
pengumpulan data hasil tangkapan. Metode analisis fish apartment meliputi
komposisi jenis ikan, kelimpahan ikan, indeks keanekaragaman dan indeks
dominansi ikan sebagai indikator keberhasilan fish apartment di perairan
Bangsring. Hasil pengamatan kemudian dianalisis tingkat keberhasilannya dalam
pengembalian sumberdaya ikan di perairan pantai Bangsring, Banyuwangi.
Penanaman fish apartment pada perairan Bangsring, Banyuwangi dapat
memperbaiki kekayaan sumber daya ikan yang hilang, dilihat dari keberhasilan
pertambahan jenis ikan, meningkatnya hasil tangkapan hingga, jarak penangkapan
yang dekat dan efisien dalam waktu penangkapan. Fish apartment dapat
memperbaiki ekosistem perairan yang rusak, khususnya di perairan Bangsring,
Banyuwangi, Jawa Timur.
Penanaman fish apartment pada perairan Bangsring, Banyuwangi dapat
memperbaiki kekayaan sumber daya ikan yang hilang, dilihat dari keberhasilan
pertambahan jenis ikan, meningkatnya hasil tangkapan hingga, jarak penangkapan
yang dekat dan efisien dalam waktu penangkapan. Fish apartment dapat
memperbaiki ekosistem perairan yang rusak, khususnya di perairan Bangsring,
Banyuwangi, Jawa Timur.
Kata kunci: Bangsring Banyuwangi, Fish Apartment, Pengkayaan sumberdaya
ikan.
4
SUMMARY
MUH. WILDY KAMAALI E. Fish Apartment (Rumah Ikan) Alternative to
Supports For Enrichment Fish Resources. Supervised by Prof Dr Ir Mulyono S
Baskoro, M Sc and Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M Si.
The utilization of fish resources which is not environmental friendly can
impact aquatic ecosystems damage, mainly fish habitats damage such as coral
reefs. Damage coral reefs resulted in decreasing in fish resources, it this case the
reefs has a function as a spawning ground, nursery ground, and feeding ground.
The decreasing of fish resources can be seen from the decline of fish catched,
reduction in the size of fish captured, hard and far away from fishing ground and
the scarcity of some species. Many effort can do to return the fish resources on
damage aquatic area, one of effort is fish apartement.
This fish apartment study expected could be describe about fish apartment
development, and to know the direct impact to the fisherman mostly in Bangsring,
Banyuwangi. Data collecting such as direct observation of fish apartment,
interview with the fisherman and collected data of captured fisheries from
government official. Fish apartment method analysis comprise fish species
composition, fishes abundance, diversity index and fish domination index as an
indicator of fish apartment success in Bangsring aquatic. The observation result
inidicated by analyzed the level of success in the fish resources recovery in
Bangsring, Banyuwangi.
Fish apartment placement on Bangsring aquatic could regenerate fish
resources, seen from the success of fish species improvement, increased catch
result up to a near distance of fishing ground and eficiency on fishing time. Fish
apartment could repairing damage aquatic ecosystem, especially in Bangsring,
Banyuwangi, East Java.
Keywords: Bangsring Banyuwangi, Fish Apartment, Sea Ranching.
5
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
6
RUMAH IKAN (FISH APARTMENT) SEBAGAI ALTERNATIF
MENDUKUNG PENGKAYAAN SUMBERDAYA IKAN
MUHAMMAD WILDY KAMAALI EL-MATIEN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2016
7
Penguji Luar Komisi oada Ujian Tesis: Dr Ir Roza Yusfiandayani, M Si
8
9
PRAKATA
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada
waktunya. Karya ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, dengan judul “Rumah Ikan (Fish
Apartment) Sebagai Alternatif Mendukung Pengkayaan Sumberdaya Ikan”.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat terwujud
karena bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu
kepada :
1. Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, M Sc selaku dosen pembimbing utama,
yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam pelaksanaan
penelitian dan penulisan.
2. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M Si. selaku dosen pembimbing pendamping
tesis.
3. Dr Ir Roza Yusfiandayani, M Si selaku dosen penguji tesis.
4. Kedua orang tua Bapak Abdur Rouf dan Ibu Yayah Aisiyah yang tiada
henti memberikan doa dan dukungannya.
5. Kakak Roisatun Nisaa F. dan adik M. Roy’s Birrul yang tidak pernah
henti-hentinya mendukung saya dalam hal apapun serta mendoakan saya
setiap waktu.
6. Raisha Aqeela, terima kasih atas motivasi, doa dan semangat yang begitu
besar sehingga semua yang dikerjakan dapat terselesaikan.
7. Bapak Ikhwan Arif selaku ketua nelayan Bangsring yang telah banyak
membantu dalam pengumpulan data.
8. Kelompok nelayan Sabudera Bakti yang mendukung dan memberikan
respon positif selama pengambulan data.
9. Teman-teman Teknologi Perilanan Laut (TPL), beserta seluruh staf dan
pengajar yang turut membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menjadi
acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Penulis sangat mengharapkan keritik dan saran dari banyak pihak untuk
membangun ilmu pengetahuan guna perbaikan dalam penyempurnaan usulan
penelitian ini. Demikian tugas akhir ini dibuat, semoga dapat menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Agustus 2016
Muhammad Wildy Kamaali E.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pemikiran
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Gambaran Umum Fish Apartment
Sejarah Fish Apartment
Bahan Konstruksi Fish Apartment
3. METODELOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Pengambilan Data
Metode Analisis Data
Analisis Data
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
i
ii
ii
ii
iii
1
1
2
4
4
4
5
6
6
6
7
10
11
12
12
14
16
17
17
19
26
26
26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
27
30
47
ii
DAFTAR TABEL
1 Data perbandingan hasil wawancara di Bangsring, Banyuwangi
17
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kerusakan karang karena penggunaan bahan peledak.
Kerangka pemikiran penelitian
Fish apartment sebagai pengganti terumbu karang
Partisi fish apartment
Sub modul fish apartment
Modul fish apartment
Koloni fish apartment
Group fish apartment
Lokasi penelitian pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur
Stasiun pengamatan fish apartment
Grafik hasil tangkapan tahun 2012-2015
Grafik hasil tangkapan ikan per famili tahun 2012-2015
Jenis ikan hias hasil tangkapan nelayan Bangsring Banyuwangi : (a)
angel fish (Pomacanthidae), (b) betok (Pomacentridae), (c) kepekepe (Chaetodotidae), (d) bunglon (Gobiidae), (e) keling (Labridae),
(f) kerapu (Serranidae), (g) scorpion kembang (Scorpaenidae) dan
(h) clown fish (Pomacentridae).
14 Alat tangkap ikan yang digunakan nelayan Bangsring
3
5
6
8
8
9
9
9
11
12
18
18
22
23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data hasil pengamatan visual dengan hasil komposisi jenis,
keanekaragaman, dan dominansi
2 Data kelimpahan per stasiun pengamatan
3 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2012
4 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2013
5 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2014
6 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2015
7 Jenis-jenis ikan hasil tangkapan perairan Bangsring
8 Fish apartment dan ikan
31
35
36
37
38
39
40
46
iii
DAFTAR ISTILAH
Fish apartment
Rumpon
Overfishing
Spawning ground
Nursery ground
Feeding ground
BBPPI
Polyprophylene
Partisi fish apartment
Sub Modul fish apartment
Modul fish apartment
Koloni fish apartment
Group fish apartment
Famili
: Alat perbaikan lingkungan hasil perkembangan
dari rumpon dasar yang terbuat dari bahan dasar
polyprophylene.
: Alat bantu pengumpul ikan yang menggunakan
berbagai bentuk dan jenis pengikat/atraktor dari
benda padat, berfungsi untuk memikat ikan agar
berkumpul, yang di manfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi
penangkapan ikan. Rumpon biasa dikenal juga
sebagai Fish Agregatting Device (FAD).
: Penangkapan ikan yang berlebihan sehingga
mengganggu keseimbangan ekologi laut.
: Daerah pemijahan bagi organisme air.
: Daerah asuhan bagi organisme yang masih kecil.
: Daerah untuk mencari makan bagi suatu
organisme.
: Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan
Semarang.
: Sebuah bahan polimer termo-plastik/Polimer
Propilene yang digunakan sebagai termoplastik
cetak bahan.
: Bahan utama yang digunakan untuk menyusun
kerangka modul fish apartment.
:Susunan/gabungan dari partisi dan dirangkai
membentuk susunan tingkat 4-5 partisi.
: Kumpulam dari empat sub modul yang dirangkai
dan dilengkapi dengan pemberat dan atraktor.
: Kumpulan modul yang terdiri dari 4-6 modul yang
dirangkai menjadi satu dengan menggunakan tiang
dan tali penuntun.
: Satu kumpulan koloni terdiri dari 50-60 koloni
yang ditempatkan dalam satu areal yang telah di
tentukan.
: dalam klasifikasi ilmiah adalah suatu takson yang
berada antara ordo dan genus, merupakan
taksonomi yang di dalamnya terdiri atas beberapa
genus yang secara filogenetis terpisah dari familia
lainnya.
1
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang
garis pantai lebih dari 81.000 km dengan lebih dari 17.508 pulau. Perairan yang
luas di tutupi dengan terumbu karang melindungi kepulauan Indonesia (Bengen
1999). Perairan di Indonesia memiliki potensi yang relatif besar, pemanfaatan
sumberdaya hayati laut merupakan hal penting sebagai sumber pangan dan
komoditi perdagangan (Bambang 2011). Menurut Walter (1994) estimasi luas
terumbu karang di Indonesia mencapai 51.000 km2. Menurut Dahuri (2000)
Supriharyono (2000) dari luasan karang 51.000 km2 diperkirakan terumbu karang
yang masih sangat baik kondisinya hanya 7%, 33% baik, 45% rusak dan 15%
dalam kondisi kritis. Sebagian besar perairan di Indonesia sudah dalam kondisi
padat tangkap (fully exploited) atau mungkin lebih tangkap (over exploited)
(Bambang 2011).
Menurut Budhiman (2011) pemanfaatan hasil laut untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat Indonesia saat ini sudah menunjukkan fenomena
berlebihnya hasil tangkapan (overfishing) yang berpengaruh pada penurunan stok
gradual. Kondisi penurunan sumberdaya ikan tersebut merupakan dampak dari
interaksi aktivitas penangkapan yang semakin intensif dan menurunnya daya
dukung perairan akibat degradasi habitat penting perikanan, seperti terumbu
karang, mangrove, lamun, dan bentuk dasar perairan sejenis. Terumbu karang
sangat erat hubungannya dengan komunitas ikan karang. Ikan karang merupakan
ikan yang hidup pada daerah terumbu karang sejak juvenil sampai dewasa, ikan
hidup berasosiasi dengan terumbu karang karena tersedianya makanan dan tempat
perlindungan (Choat dan Bellwood 1991).
Kelimpahan ikan karang yang tinggi dapat dijadikan salah satu indikator
bahwa kondisi ekosistem terumbu karang yang ada di daerah tersebut baik. Secara
umum daerah yang memiliki penutupan karang hidup yang luas maka
keanekaragaman ikan karang yang ada di daerah tersebut juga tinggi (Muhammad
2009). Kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki, terumbu karang
merupakan ekosistem yang rentan terhadap gangguan dan ancaman (Medrizam et
al. 2004 dalam Muzaki 2007) dan kerentanan terumbu karang semakin meningkat
seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan aktivitas di wilayah pesisir
(Ilyas 2008).
Menurut Connel (1987), diantara komponen biotik ikan merupakan salah
satu organisme akuatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan, terutama
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung. Segala jenis ikan akan bertahan hidup dan berkembang biak dengan
baik dengan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dimana ikan itu hidup.
Pada kondisi perairan yang rusak dan tercemar ikan akan bermigrasi dan mencari
habitat baru. Menurut Anwar et al. (1984), komposisi dan distribusi ikan sangat
dipengaruhi oleh perubahan parameter seperti fisik, kimia, dan biologi.
Penurunan sumberdaya ikan merupakan dampak dari interaksi antara
aktivitas penangkapan yang semakin intensif, adanya alat tangkap yang tidak
ramah lingkungan, pelanggaran jalur penangkapan dan menurunnya daya dukung
2
perairan akibat degradasi habitat penting perikanan (Bambang et al. 2011). Hal ini
ditandai dengan menurunnya hasil tangkapan nelayan, semakin mengecilnya
ukuran ikan yang tertangkap, sulit dan jauhnya mencari daerah penangkapan
(fishing ground) dan langkanya beberapa spesies ikan (Mahyudin 2012). Kualitas
tangkapan yang menurun dapat berupa berkurangnya hasil tangkapan, ukuran ikan
tangkapan semakin mengecil, dan hilangnya beberapa jenis ikan di perairan
tersebut. Penurunan sumberdaya ikan tersebut merupakan dampak dari interaksi
antara aktivitas penangkapan yang semakin intensif dan menurunnya daya dukung
perairan akibat degradasi habitat penting perikanan, seperti terumbu karang,
mangrove, maupun lamun yang memiliki fungsi sejenis (Budhiman et al. 2013).
Secara ekologis, tipologi habitat tersebut sangat penting bagi keberlanjutan
ekosistem perairan, karena memiliki fungsi sebagai daerah pemijahan (spawning
ground), sebagai areal pengasuhan serta pertumbuhan (nursery ground), dan
mencari makan (feeding ground) (Budhiman 2011). Terumbu karang yang telah
rusak memerlukan jangka waktu yang lama dalam pemulhannya. Kerusakan
terumbu karang yang disebabkan oleh badai dan topan memerlukan waktu 25-30
tahun untuk pemulihan (Nyabaken 1988).
Apartemen ikan adalah hal baru, dimana apartemen ikan ini baru di
kenalkan oleh Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) pada tahun
2011 diharapkan dapat membantu pemulihan sumberdaya perairan yang rusak
terutama untuk mengembalikan habitat ikan. Pengembalian habitat ikan ini
diharapkan mampu mengembalikan biota-biota air yang telah hilang dan
memulihkan perairan untuk kesejahtraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya
perikanan secara berkelanjutan dapat dengan cara melakukan pengelolaan atau
pengendalian dalam pemanfaatannya. Menjaga kelangsungan hidup makhluk
perairan sangat diperlukan untuk keseimbangan ekosistem perairan, oleh karena
itu dibutuhkan terobosan baru dalam memperbaiki lingkungan. Kesadaran nelayan
yang rendah menjadikan terlambatnya untuk mengetahui pentingnya ekosistem
perairan. Kerusakan karang yang semakin meningkat memiliki pengaruh terhadap
ekosistem perairan, sehingga rusaknya terumbu karang dapat mempengaruhi ikan
hasil tangkapan terutama pendapatan nelayan.
Perumusan Masalah
Penangkapan ikan hias di perairan pantai Bangsring, Banyuwangi telah
dilakukan sejak 1970. Perkembangan tiap tahun semakin banyak nelayan yang
memanfaatkan daerah perairan pantai untuk menangkap ikan hias di perairan
Bangsring. Persaingan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan semakin tinggi,
sehingga pada tahun 1980 banyak nelayan yang melakukan penangkapan ikan
dengan potas dan bahan peledak. Penangkapan dengan potas oleh nelayan
dikarenakan mudah dan murah dalam menggunakannya, akan tetapi penggunaan
bahan tersebut dapat mengancam ekosistem.
Kerusakan karang di perairang Bangsring, Banyuwangi pun tidak dapat
dihindarkan lagi, hingga pada tahun 1990 pendapatan nelayan semakin berkurang
dan sulit untuk mendapatkan ikan. Sulitnya mendapatkan ikan menjadikan
nelayan melakukan penangkapan mencari daerah penangkapan ikan baru dan
penangkapan ikan dibantu dengan alat kompresor. Penggunaan alat tangkap yang
3
tidak ramah lingkungan dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan,
terutama kerusakan habitat ikan seperti terumbu karang. Terumbu karang yang
rusak mengakibatkan hasil tangkapan berkurang, ikan hasil tangkapan semakin
mengecil, dan hilangnya beberapa jenis ikan di perairan tersebut, khususnya ikan
karang.
Gambar 1 Kerusakan karang karena penggunaan bahan peledak.
Kondisi perairan yang rusak dan tercemar akan membuat ikan berpindah
tempat dan mencari habitat baru. Pertumbuhan ikan yang lambat dan
berpindahnya ikan menjadikan penurunan produksi hasil tangkapan nelayan. Hasil
tangkapan yang menurun dirasakan oleh nelayan dengan semakin sedikit hasil
ikan yang didapatkan dan semakin kecil ukuran ikan hasil tangkapan. Akibatnya
pendapatan nelayan akan berkurang, sedangkan biaya operasional akan semakin
bertambah karena fishing ground semakin jauh dari fishing base. Salah satu faktor
yang mempengaruhi sulitnya habitat ikan kembali adalah rusaknya karang di
perairan. Kerusakan karang menjadikan ikan sulit untuk berkembang biak. Secara
ekologis, tipologi habitat tersebut sangat penting bagi keberlanjutan ekosistem
perairan, karena memiliki fungsi sebagai daerah pemijahan (spawning ground),
sebagai areal pengasuhan serta pertumbuhan (nursery ground), dan mencari
makan (feeding ground) (Budhiman et al. 2013).
Tahun 2008 kelompok nelayan Samudra Bakti Bangsring mencari solusi
pengembalian ekosistem perairan Bangsring. Upaya yang dilakukan nelayan
untuk mengembalikan ekosistem perairan di Bangsring salah satunya penanaman
fish apartment. Tahun 2011 Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan
(BBPPI) Semarang mengenalkan fish apartment, yang kemudian diikuti oleh
penanaman fish apartment yang dilakukan oleh kelompok nelayan Bangsring.
Kerusakan perairan harus dicegah dan diperbaiki agar sumberdaya ikan tidak
habis, salah satunya dengan membuat fish apartment yang diciptakan oleh Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang.
Terciptanya fish apartment ditujukan sebagai pengganti terumbu karang dan
menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan. Apartemen ikan (fish
apartement) adalah suatu solusi pengelolaan sumberdaya perikanan agar tetap
berkelanjutan (sustainable). Menurut Mallawa (2006), pengelolaan sumberdaya
ikan berkelanjutan adalah pengelolaan yang tidak melarang aktifitas penangkapan
ikan yang bersifat komersial. Menurut Bengen (2005), suatu pengolaan dikatakan
berkelanjutan apabila mencapai tiga tujuan pembangunan secara berkelanjutan
4
yaitu secara ekologi, sosial, dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi
mengandung arti bahwa pengelolaan harus mempertahankan integritas ekosistem,
memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya ikan termasuk
keanekaragaman hayati (biodiversity).
Fish apartment pada saat ini sudah dikembangkan di berbagai daerah
Indonesia, akan tetapi masih belum diketahui secara pasti perkembangan fish
apartment akan keberhasilan untuk mengembalikan ekosistem perairan.
Penanaman fish apartment ini salahsatunya pada daerah Bangsring Banyuwangi.
Pemilihan lokasi penelitian Bangsring banyuwangi tersebut dikarenakan adanya
sejarah kerusakan perairan dan berkurangnya hasil tangkapan yang dikarenakan
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Kerusakan perairan tersebut
berdampak pada pendapatan masyarakat nelayan, sehingga dengan memilih lokasi
bangsring sebagai lokasi diharapkan dapat mengetahui dampak penanaman fish
apartment terhadap perairan khususnya pada perairan Bangsring, Banyuwangi.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis efektifitas fish apartment dalam pengkayaan stok.
2. Menganalisis dampak penanaman fish apartment terhadap hasil
tangkapan nelayan.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai analisis fish apartment sebagai alternatif mendukung
pengkayaan sumberdaya ikan diharapkan dapat:
1. Mengetahui pengaruh apartemen ikan (fish apartment) sehingga dapat
digunakan sebagai gambaran untuk perbaikan lingkungan perairan,
2. Memberikan informasi perkembangan habitat ikan di sekitar apartemen
ikan (fish apartment).
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembalian ekosistem
perairan yang rusak.
Ruang Lingkup Penelitian
Fish apartment sebagai alternatif mendukung pengkayaan sumberdaya ikan
menjelaskan keadaan kondisi perairan saat ini, dimana kondisi perairan Indonesia
yang mulai memprihatinkan, dan fish apartment adalah salah satu upaya untuk
pengembalian ekosistem perairan. Kondisi perairan yang memprihatinkan
dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan sumber daya
perairan, hal tersebut menjadikan penggunaan alat dan bahan penangkapan ikan
yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan bahan dan alat tangkap ikan yang tidak
ramah lingkungan mengakibatkan rusaknya terumbu karang yang menjadi habitat
ikan. Rusaknya habitat ikan menjadikan hilangnya habitat ikan untuk mencari
makan, berlindung dan beranak, dengan hilangnya habitat ikan populasi ikan
semakin berkurang. Terciptanya fish apartment diharapkan dapat mengembalikan
5
ekosistem perairan yang rusak dan memulihkan kembali biota air, sehingga
dengan kembalinya ekosistem perairan dapat meningkatkan kualitas perairan yang
dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat ekosistem perairan
keberlanjutan.
Kerangka Pemikiran
Laut adalah salah satu hasil alam yang mampu memenuhi kebutuhan
manusia. Sumberdaya laut dimanfaatkan sebagai sumber perekonomian dan
kebutuhan pangan, akan tetapi pemanfaatan laut yang tidak ramah lingkungan
menjadikan kestabilan sumberdaya laut terganggu. Kerusakan perairan yang sulit
dicegah dalam pemanfaatanya menjadikan pemanfaatan sumberdaya laut
berkurang. Peneneman fish apartment diharapkan mampu nmengembalikan
sumberdaya yang rusak. Penanamana fish apartment merupakan alternatif baru
dalam memperbaiki lingkungan. Penentuan penelitian ini memiliki dasar
pemikirian untuk pengembalian sumberdaya ikan yang hilang. Kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Peluang
Sebagai salah satu sumber
perekonomian dan kebutuhan
pangan.
Kebutuhan pasar akan ikan
terus meningkat.
Pengembangan fish apartment
untuk kelestarian Perairan
Pengamatan visual
daerah kajian
Melakukan kajian
pengembangan fish
apartment
Mengetahui sebaran
ikan dan jenisnya di
fish apartment
Mengkaji pemanfaatan
fish apartment
Tantangan
Kerusakan lingkungan
Isu penangkapan berlebih
Belum ada upaya pengelolaan
perairan ramah lingkungan
Analisis pengembangan fish
apartment di daerah kajian
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Output :
Fish apartment
sebagai pendukung
pengkayaan
sumberdaya ikan
Kembalinya habitat
ikan
Meningkatnya hasil
tangkapan
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Gambaran Umum Fish Apartment
Rumah ikan atau yang biasa disebut dengan fish apartment adalah suatu
bangunan yang tersusun dari benda padat yang ditempatkan di dalam perairan,
yang memiliki fungsi sebagai tempat memijah (spawning ground) bagi ikan-ikan
dewasa dan area perlindungan bagi anakan ikan untuk bertahan hidup dan
berkembang biak (nursery ground) yang bertujuan untuk memulihkan
ketersediaan sumberdaya ikan (Bambang et al. 2011; Budhiman 2011; Budhiman
et al. 2012). Penampakan fish apartment dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Fish apartment sebagai pengganti terumbu karang
Sama dengan halnya terumbu karang buatan fish apartment yang dibangun
antara lain untuk habitat bagi kehidupan biota laut dan perlindungan pantai.
Struktur tersebut dapat dibuat dari berbagai material dan bahan mulai dari ban-ban
kendaraan bekas, batu granit, kayu, bangkai mobil/bus, plastik, beton sampai
fibreglass (Hutomo 1991).
Fish apartment adalah suatu bangunan berongga yang tersusun dari
konstruk partisi plastik, shelter, dan pemberat yang ditempatkan di dasar perairan
berfungsi sebagai tempat berpijah bagi ikan-ikan dewasa (spawning ground) dan
atau areal perlindungan, asuhan dan pembesaran bagi telur, larva serta anak-anak
ikan (nursery ground) yang bertujuan untuk memulih kan ketersediaan (stok)
sumberdaya ikan (Bambang et al 2011).
Sejarah Fish Apartment
Gagasan fish apartment merupakan pengembangan dari pemasangan
rumpon dasar yang telah berhasil meningkatkan ketersedian stok ikan, hasil
pengamatan menunjukkan bahwa rumpon dasar telah berhasil mengumpulkan
ikan-ikan dasar dan ikan pelagis, bahkan dijumpai juvenil biota laut menempel
pada rumpon dasar tersebut sehingga sangat bermanfaat bagi habitat biota laut.
7
Rumpon dasar dan atau fish apartment, merupakan alat bantu pengumpul ikan
(fish agregatting device) yang terbuat dari ban-ban bekas yang dirangkai
sedemikian rupa dengan bentuk konstruksi tertentu dan dilengkapi rumbai-rumbai
dari bahan pita plastik. Metode ini telah berhasil meningkatkan produksi ikan di
tempat-tempat yang kurang produktif tanpa menggangu kelestarian sumberdaya
(Warman 2013).
Perbedaan rumpon dengan fish apartment yaitu pada proses pengoperasian.
Rumpon merupakan alat bantu pengumpul ikan dalam proses penangkapan ikan
seperti pada alat tangkap bagan untuk menangkap teri, sedangkan fish apartment
adalah suatu alat untuk mendukung wilayah konservasi dalam memperbaiki
lingkungan. Penggunaan fish apartment tidak di iringi oleh alat tangkap, karena
bersifat untuk menjaga kelestarian. Rumpon merupakan salah satu alternatif untuk
menciptakan daerah penangkapan buatan, dengan adanya alat bantu rumpon ini
merubah paradigma nelayan yang semula nelayan melaut untuk mencari ikan kini
berubah nelayan melaut untuk menangkap ikan, mengingat daerah penangkapan
yang ditujunya sudah pasti, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya
operasional (Budhiman 2011).
Menurut Martasuganda (2008) fish apartment tergolong kedalam jenis
rumpon dasar, hal tersebut dikarenakan sifat rumpon dasar yang dapat berfungsi
seperti pengganti terumbu karang. Dilihat dari fungsi dan manfaatnya fish
apartment merupakan pengembangan dari rumpon dasar, sehingga fish apartment
dapat diidentikkan dengan rumpon dasar. Perbedaan fish apartment dengan
rumpon adalah bahan utama yang digunakannya. Fish apartment menggunakan
bahan utama plastik (Bambang et al. 2011). Rumpon atau yang biasa disebut
dengan Fish Aggregation Device (FAD) adalah alat bantu pengumpul ikan yang
menggunakan berbagai bentuk dan jenis pengikat/atraktor dari benda padat,
berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul, yang di manfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan ikan (PERMEN
NOMOR 26/PERMEN-KP/2014).
Perkembangannya fish apartment banyak perubahan dari waktu ke waktu,
baik dari bahan dasar maupun konstruksi. Awal dikenalkan fish apartment hanya
menggunakan keranjang plastik tersusun yang tidak terpakai sebagai perlindungan
ikan-ikan kecil. Keranjang plastik yang mudah rusak selama penggunaan,
penanaman dan perakitan sehingga menjadikan Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang mencari bahan dan kontruksi yang baik
untuk fish apartment, sehingga mudah dalam perakitan dan awet dalam
penggunaanya.
Bahan Konstruksi Fish Apartment
Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan kerangka fish
apartment buatan Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI)
Semarang adalah berbahan plastik jenis Polyprophylene (pp). Pemilihan bahan
plastik karena mudah didapat dan dapat diproduksi dalam jumlah yang sesuai
dikehendaki, relatif aman (tidak beracun), tidak larut dalam air, tahan lama, aman
bagi manusia dan lingkungan (Bambang et al. 2011).
8
Pertimbangan menggunakan bahan plastik merupakan alternatif selain kayu,
bambu, tembikar, semen cor dan ban bekas. Penggunaan bahan ban bekas telah
dilarang penggunaannya oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Departemen Kelautan dan Perikanan, sebab dikhwatirkan akan mencemari
lingkungan. Menurut Bambang et al. (2011) plastik jenis Polyprophylene (pp)
merupakan plastik transparan yang tidak jernih atau berawan, sifatnya lebih kuat
dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah. Memiliki ketahanan baik
terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Plastik paling
baik bila digunakan sebagai pembungkus makanan atau minuman. Selanjutnya
Mujiarto (2005); dalam Bambang et al. (2011) menambahkan bahwa plastik
Polyprohylene memiliki titik leleh yang cukup tinggi (190-2000C) dan titik
kristalisasinya antara (130-135oC) serta ketahanan terhadap bahan kimia sangat
tinggi.
Pemilihan bahan pelastik dalam fish apartment dikarenakan sifat bahan
yang mudah dibentuk, mudah pengiriman, tidak mudah rusak / busuk, dan
perakitan mudah. Menurut Budhiman et al. (2013), dalam pembuatan bentuk dan
konstruksi fish apartment yang terbuat dari plastik terbagi beberapa bagian, antara
lain:
a. Partisi
: Bahan utama yang digunakan untuk menyusun kerangka
modul fish apartment, gambar dapat di lihat pada Gambar 4.
b. Sub Modul : Susunan/gabungan dari partisi dan dirangkai membentuk
susunan tingkat 4 - 5 partisi (Gambar 5).
c. Modul
: Kumpulam dari empat sub modul yang dirangkai dan
dilengkapi dengan pemberat dan atraktor (Gambar 6).
d. Koloni
: Kumpulan modul yang terdiri dari 4 - 6 modul yang dirangkai
menjadi satu dengan menggunakan tiang dan tali penuntun
(Gambar 7).
e. Group
: Satu kumpulan koloni terdiri dari 50 - 60 koloni yang
ditempatkan dalam satu areal yang telah di tentukan (Gambar
8).
Gambar 4 Partisi fish apartment
Gambar 5 Sub modul fish apartment
9
Gambar 6 Modul fish apartment
Gambar 7 Koloni fish apartment
Gambar 8 Group fish apartment
10
3. METODE PENELITIAN
Perairan Bangsring memeiliki perairan yang kurang baik, hal tersebut
dikarenakan kerusan yang dikarenakan pemanfaatan yang tidak ramah
lingkungan. Kerusakan perairan Bangsring menjadikan nelayan sulit dalam
mencari ikan, sehingga nelayan bangsring memerlukan jarak yang jauh dalam
mencari ikan. Pencarian ikan nelayan Bangsring dapat mencapai perairan bali
yang jaraknya lebih dari 3 mil. Jarak yang jauh dalam mencari ikan menjadikan
nelayan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kekuranga tersebut perlu
dilakukan perbaiakan agar nelayan dapat efisien dalam mencari ikan.
Perairan pantai Bangsring dalam pemanfaatannya dikelola oleh kelompok
nelayan Samudra Bakti. Kelompok nelayan Samudra Bakti terbentuk untuk
memperbaiki kondisi perairan Bangsring yang semakin memprihatinkan, dan
memberikan sosialisasi kepada nelayan sekitar untuk peduli dan sadar akan akan
lingkungan. Sosialisasi yang dilakukan oleh kelompok nelayan Samudra Bakti
baik berupa penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, pengembangan
wilayah konservasi untuk memperbaiki kondisi perairan yang rusak dan
meningkatkan kesejahteraan Nelayan Sekitar. Perbaikan lingkungan yang
dilakukan oleh kelompok nelayan Samudra Bakti salah satunya adalah penanaman
fish apartment. Fish apartment dikenalkan oleh BBPPI Semarang untuk
memperbaiki perairan pantai Bangsring dan meningkatkan kesejahtraan
masyarakat sekitar. Pengenalan fish apartment pada kelompok nelayan Samudera
Bakti bermula pada tahun 2011 yang bertujan untuk perbaikan lingkungan.
Penanaman fish apartment untuk pemulihan perairan di daerah Bangsring,
Banyuwangi, dimulai pada tahun 2011 dimana dilakukan penanaman 50 unit yang
terletak tidak jauh dari pantai. Penanaman tersebut dilakukan karena ekosistem
perairan pantai mengalami kerusakan yang parah dan konstruksi perairan yang
layak untuk penanaman fish apartment. Pada tahun 2012 penanaman fish
apartment ditambah 95 unit dan 2013 penanaman 95 unit, total penanaman fish
apartment di daerah Bangsring mencapai 240 unit dengan luas lahan ± 2 hektar.
Penanaman fish apartment di perairan Bangsring memiliki rata-rata kedalaman 10
meter pada saat surut terendah. Jarak antara fish apartment satu dengan yang lain
berfareatif berkisar 5-10 meter, hal tersebut dikarenakan kontruksi dasar perairan
yang tidak rata. Konstruksi perairan yang tidak rata menjadikan kelompok
nelayan Samudera Bakti menanam fish apartment dengan menyesuaikan
konstruksi perairan Bangsring.
Fish apartment di tanam pada wilayah konservasi, dimana pada wilayah
konservasi tidak boleh melakukan aktifitas penangkapan jenis apapun. Pelarangan
penangkapan pada wilayah konservasi tentunya untuk mencegah rusaknya
terumbu karang saat dalam proses pemulihan. Wilayah konservasi dijaga dan
dilindungi oleh kelompok nelayan sekitar khususnya nelayan Samudra Bakti.
Pengawasan, perawatan dan perkembangan fish apartment di perairan Bangsring
menjadi tanggung jawab bersama masyarakat nelayan Bangsring, dan didukung
oleh instansi terkait. Proses perbaikan lingkungan dengan fish apartment di
perairan Bangsring selama pengaplikasiannya di dampingi oleh instansi
pemerintah terkait, seperti BBPPI semarang, Kementrian Kelautan Perikanan dan
POKMASWAS. Pengaplikasian fish apartment pada kondisi lapangan sudah
11
memenuhi syarat dan mendukung dalam pengkayaan stok ikan, akan tetapi
perbaikan lingkungan dengan fish apartment dalam pengaplikasiannya masih
belum banyak diketahui manfaatnya dalam memperbaiki sumberdaya ikan.
Perbaikan lingkungan dengan fish apartment tentu perlu di telaah untuk
mengetahui manfaat, tingkat keberlanjutan dan dampak yang akan di timbulkan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu dengan
menggambarkan sebuah mekanisme sebuah proses atau hubungan antara terumbu
karang yang rusak dengan fish apartment. Proses mekanisme tersebut dapat
diubah menjadi informasi dasar akan hubungan fish apartment dan lingkungan,
kemudian dapat mengklasifikasikan fish apartment apakah memiliki pengaruh
untuk mengembalikan habitat ikan di suatu perairan. Penggunaan metode
deskriptif yaitu dengan cara menggambarkan atau uraian atas suatu keadaan
sejelas mungkin tanpa ada perlakuan tambahan terhadap obyek yang diteliti
(Kountur 2007). Menganalisis antara hubungan fish apartment dan lingkungan
merupakan metode studi kasus yang bertujuan mendapatkan keterangan mengenai
latar belakang, sifat dan karakter yang spesifik dari obyek penelitian (Nazir 2003).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa
Timur. Daerah penelitian berada di pantai timur jawa, tepatnya di selat selat bali
(Gambar 9) baliPenelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April 2015.
Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu melakukan
wawancara langsung dengan para pelaku yang ada di setiap lokasi penangkapan
ikan. Wawancara dilakukan terhadap nelayan penangkap ikan di perairan
Bangsring, Banyuwangi.
Gambar 9 Lokasi Penelitian Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur
12
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan berbagai macam perlengkapan alat yang
digunakan, diantaranya yaitu terdiri dari:
a) Alat scuba diving,
b) Peta lokasi,
c) Papan tulis kedap air (slate),
d) Kamera digital
e) Kamera bawah air,
f) Laptop,
g) Alat hitung,
h) Alat tulis,
i) Buku identifikasi ikan.
Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan selama penelitian yaitu dengan mengamati secara
langsung keberadaan fish apartment dan jenis keanekaragaman ikan di sekitar fish
apartment. Pengamatan fish apartment dilakukan pada 24 titik lokasi berbeda,
pemilihan 24 lokasi berbeda yaitu 10% dari total keseluruhan penanaman fish
apartment yang tertanam. Pemilihan stasiun fish apartment dilakukan secara
random yang dapat mewakili keseluruhan wilayah penanaman fish apartment di
perairan Bangsring. Berikut ini adalah stasiun pengambilan data Gambar 10:
Gambar 10 Stasiun pengamatan fish apartment
13
Pengamatan di lapangan dengan metode Underwater Visual Sensus (UVC)
Cappenberg (2009).
Data yang diperoleh berupa:
a) Pengambilan gambar (foto),
b) Pencatatan jenis dan individu ikan yang berada di dalam dan sekitar fish
apartment,
c) Pengumpulan data hasil tangkapan nelayan dengan wawancara dan atau
kuisioner.
d) Mengetahui perkembangan dan perawatan fish apartment selama
penanaman.
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Pengamatan populasi dan jenis ikan
Pengamatan populasi ikan dilakukan dengan cara pengamatan
langsung dalam air. Pengamatan dilakukan pada lokasi penanaman
fish apartment dengan luasan pengamatan per modul yang tertanam.
Pengamatan bawah air di catat dan dibantu dengan alat bantu kamera
untuk pengambilan gambar foto dan video. Data yang di peroleh baik
foto dan video digunakan untuk mempermudah dalam perhitungan
dan mengenali jenis ikan yang terdapat pada fish apartment yang
kemudian dikelompokkan berdasarkan famili. Perolehan data akan di
olah untuk mengetahui nilai komposisi jenis, kelimpahan, indeks
keanekaragaman ikan, dan indeks dominansi jenis. Data yang telah di
olah akan menunjukkan keadaan ikan dengan fish apartment. Data
olahan yang diperoleh kemudian di hubungkan dengan hasil
wawancara, dengan demikian dapat mengetahui pengaruh dan dampak
dari penanaman fish apartment pada perairan Bangsring, Banyuwangi.
b) Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik penelitian untuk mengecek
ulang atau pembuktian terhadap informasi, atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi
langsung antara peneliti dan sampel. Wawancara mendalam adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai. Interview adalah usaha
mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview
adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relation ship)
antara pencari informasi (interviewer atau informan hunter) dengan
sumber informasi (interview) (Sutopo 2006: 74).
Penelitian ini menggunakan metode wawancara, dimana hal
tersebut bertujuan untuk mendukung hasil pengamatan. Data
pengamatan langsung akan dihubungkan dengan data hasil
wawancara, kemudian dapat diketahui dan disimpulkan pengaruh fish
apartment terhadap lingkungan dan nelayan. Wawancara ditujukan
pada nelayan yang melakukan penangkapan di daerah Bangsring.
Bahasan wawancara menckup pengaruh antara sebelum dan sesudah
14
adanya fish apartment. Data wawancara yaitu meliputi jumlah hasil
tangkapan nelayan, jarak dan waktu penangkapan, kepedulian nelayan
terhadap fish apartment dan dampak langsung yang dirasakan oleh
nelayan.
Wawancara hasil tangkapan nelayan dibandingkan antara sesudah
dan sebelum penanaman fish apartment. Hasil wawancara tangkapan
nelayan kemudian di perkuat dengan data hasil tangkapan tahunan
untuk mengetahui peningkatan hasil tangkapan setelah dan sebelum
penanaman fish apartment. Perbandingan tersebut untuk membuktikan
efektifitas penanaman fish apartemen. Jika hasil tangkapan semakin
meningkat maka penanaman fish apartment mempengaruhi tangkapan
nelayan, sehingga dapat dikatan pengkayaan sumberdaya ikan dengan
fish apartment dapat mendukung pengkayaan sumberdaya ikan.
Data wawancara jarak penangkapan ikan digolongkan beberapa
penilaian, yaitu jarak dekat 0-1,5 mil; sedang 1,5-3 mil dan jauh >3
mil. Hasil wawancara tersebut untuk membuktikan pengaruh
keberadaan fish apartment. Hasil wawancara jarak penangkapan ikan
adalah salahsatu cara agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan fish
apartment. Jika nelayan semakin dekat atau masih dalam perairan
pantai Bangsring dalam mencari ikan, maka dalam mengembalikan
sumberdaya ikan dengan fish apartment dikatakan berhasil.
Metode Analisis Data
Struktur komunitas ikan karang meliputi komposisi jenis, keanekaragaman
jenis, dominansi jenis, kelimpahan ikan dan produktivitas hasil tangkapan
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
1. Komposisi Jenis (Greenberg 1989):
Keterangan :
KJ = Komposisi jenis
ni = Jumlah individual setiap jenis
N = Jumlah individu seluruh jenis
2. Kelimpahan adalah banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis yang
ditemukan pada luas daerah pengamatan. Kelimpahan ikan karang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Odum 1971):
∑
Keterangan :
X = Kelimpahan ikan
Xi = Jumlah ikan pada lokasi
15
n = Luas transek pengamatan (m2)
3. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mendapatkan gambaran populasi
organisme secara matematis (Odum 1971). Perhitungan ini dapat
mempermudah analisis informasi jumlah individu masing-masing spesies
dalam suatu komunitas ikan karang Keanekaragaman dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
∑
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon Weiner
Pi = Proporsi perbandingan jumlah individu speicies ke-i (ni)
dengan jumlah individu (N)
i = 1, 2, 3, ......., n
S = Jumlah jenis ikan
Kategori penilaian indeks H’ menurut Odum (1971) adalah sebagai
berikut:
a. H’ ≤ 1
= Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan
komunitas rendah;
b. 1 ≤ H’ ≤ 3 = Keanekaragaman sedang, penyebaran sedang, kestabilan
komunitas sedang; dan
c. H’ ≥ 3
= Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabilan
komunitas tinggi.
4. Nilai indeks keseragaman dan keanekaragaman yang kecil menandakan
adanya dominansi yang tinggi suatu spesies terhadap spesies-spesies
lainnya. Rumus indeks dominansi sebagai berikut (Odum 1971):
∑
Keterangan :
C = Indeks dominansi Shannon Weiner
pi = Proporsi jumlah spesies ke-i (n), terhadap jumlah total ikan karang
(N) = n/N
s = Jumlah spesies ikan karang
Nilai indeks berdasarkan antara 0-1dengan kategori sebagai berikut:
a. 0 < C < 0,5
= Dominansi rendah;
b. 0,5 < C ≤ 0,75 = Dominansi sedang;
c. 0,75 < C < 1,0 = Dominansi tinggi.
16
5. Produktivitas hasil tangkapan
Perbandingan hasil tangkapan sebelum dan sesudah adanya rumah ikan.
Peningkatan dan penurunan dinyatakan dalam persen.
Analisis Data
Metode analisis deskriptif merupakan cara perumusan dan menafsirkan data
yang ada, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai fish apartment
dan perkembanganya. Analisis deskriptif mengacu pada transformasi dari datadata mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan.
Pendeskripsian respons atau hasil observasi merupakan ciri khas dari bentuk
pertama analisis. Perhitungan rata-rata, distribusi frekuensi dan distribusi
presentase adalah bentuk yang paling umum dari peringkasan data. Ringkas
keterkaitan antara tipe analisis deskriptif dengan bentuk-bentuk pengukuran data
yang diambil.
17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian didapatkan hasil komposisi
jenis, keanekaragaman, dan dominansi, data terlampir pada Lampiran 1. Ikan yang
memanfaatkan fish apartment tergolong dari berbagai jenis ikan, dan digolongkan
per famili. Mayoritas komposisi jenis ikan yang memanfaatkan fish apartment
adalah ikan Pomacanthidae dengan nilai keragaman 16,8 %, Pomacentridae
15,2 %, Caesionidae 15,9 % dan Labridae 10,1 %. Indeks keanekaragaman (H’)
yang didapat adalah 18,5, dengan dominansi (C) 0,041. Hasil Pengamatan secara
visual juga didapatkan juga data kelimpahan ikan (X) per stasiun. Data dapat
dilihat pada Lampiran 2, dimana didapatkan nilai kelimpahan bervariasi antara
individu dengan luasan lahan.
Data hasil wawancara sebelum dan sesudah tertanamnya fish apartment
(Tabel 1) mengalami perbedaan yang signifikan, baik dari hasil tangkapan ikan
oleh nelayan, jarak tempuh penangkapan ikan, lama waktu pencarian ikan, dan
perubahan alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap yang menggunakan bahan
kimia berangsur-angsur berkurang hingga penggunaan bahan tersebut sudah tidak
digunakan kembali pada tahun 2016. Ikan hasil tangkapan utama nelayan
Bangsring adalah ikan hias yang dimana merupakan ikan karang. Rata-rata hasil
tangkapan ikan setelah penanaman fish apartment juga cenderung meningkat
hingga 110% pertrip saat melakukan penangkapan. Bertambahnya hasil tangkapan
tentu mempengaruhi variasi jenis hasil tangkapan, hal tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 6 dengan jumlah spesies 191 jenis.
Tabel 1 Data perbandingan hasil wawancara di Bangsring, Banyuwangi
Fish
Aparten
Sebelum
Sesudah
Alat tangkap
Jenis (%)
Potas
= 25%
Jaring
= 60%
Lain-lain = 15%
Rata-rata
Hasil Tangkapan
Utama = 30 ekor
Sampingan = 1 kg
Potas = 0%
Jaring = 90%
Lain-lain = 10%
Utama = 63 ekor
Sampingan = 2 kg
Jarak
Rata-rata Waktu
Jauh
= 80%
Sedang = 20%
Dekat = 0%
7 jam
Jauh = 0%
Sedang = 10%
Dekat = 20%
4,5 jam
Penanaman fish apartment juga mempengaruhi jarak tempuh nelayan dalam
mencari ikan. Jarak penangkapan ikan oleh nelayan semakin mendekati daerah
penanaman fish apartmen, hal tersebut membuktikan jarak yang semakin dekat
dalam mencari ikan. Nelayan hanya dapat melakukan penangkapan ikan di luar
wilayah zonasi konservasi fish apartmen. Jarak penangkapan yang semakin dekat
mempengaruhi waktu penangkapan ikan, yang biasanya dalam mencari ikan 7 jam
kini nelayan hanya membutuhkan waktu 4,5 jam dalam mencari ikan.
Berkurangnya jarak tangkap menjadikan nelayan dapat menghemat 2,5 jam dalam
mencari ikan.
18
14
J u m lah ik an
( e k or x 1 000)
12
10
8
6
4
2
0
2012
2013
2014
2015
Tahun
Gambar 11 Hasil tangkapan tahun 2012-2015
Penanaman fish apartment dapat dilihat perkembangannya melalui grafik
hasil tangkapan tahun 2012-2015 pada Gambar 11. Hasil tangkapan ikan hias
pada tahun 2012–2013 mengalami penurunan Hal tersebut dikarenakan ikan hasil
tangkapan ikan pada tahun 2012 tidak seluruhnya dari hasil tangkapan perairan
Bangsring, Banyuwangi. Sedikitnya ikan hasil tangkapan pada daerah Bangsring
menjadikan nelayan mencari lokasi penangkapan ikan lebih jauh. Pencarian ikan
oleh nelayan Bangsring semakin jauh, dimana penangkapan ikan dapat mencapai
pulau Bali. Hasil tangkapan ikan hias di Bangsring, Banyuwangi dari tahun 2013–
2015 mengalami peningkatan. Hasil tangkapan pada tahun 2013-2015 mengalami
peningkatan, dengan nilai 4.130 ekor pada tahun 2013, 8.949 ekor takun 2014,
dan 12.844 ekor pada tahun 2015.
60
P e rsen (% )
50
40
Chaetodontidae
Gobiidae
Labridae
Mullidae
Pomacentridae
30
20
10
2012
2013
2014
2015
Tahun
Gambar 12 Hasil tangkapan ikan per famili tahun 2012-2015
19
Ikan hasil tangkapan nelayan Bangsring memiliki variasi yang beragam
(Lampiran 3,4,5 dan 6). Tahun 2012 di dapatkan jenis ikan 36 famili dengan 164
jenis ikan yang tertangkap, mayoritas hasil tangkapan dari famili Labridae 33,9%,
Pomacentridae 26,59% dan Serranidae 6,02%. Tahun 2013 didapatkan ikan hasil
tangkapan 30 famili dengan 135 jenis ikan yang tertangkap, dengan mayoritas
hasil tangkapan adalah Pomacentridae 50,27%, Labrideae 24,12% dan Gobiidae
4,62%. Tahun 2014 didapatkan ikan hasil tangkapan 32 famili dengan 156 jenis
ikan yang tertangkap, dengan mayoritas hasil tangkapan adalah Pomacentridae
36,67%, Labrideae 29,52% dan Serranidae 7,78%. Tahun 2015 didapatkan ikan
hasil tangkapan 35 famili dengan 191 jenis ikan yang tertangkap, dengan
mayoritas hasil tangkapan adalah Labrideae 32,86%, Pomacentridae 31,57%, dan
Pomacanthidae 7,22%. Mayoritas jenis ikan yang tertangkap pada tahun 20122015 adalah Labrideae, Gobiidae, Mullidae, Pomacentridae dan Chaetodontidae
(Gambar 12).
Pembahasan
Komposisi jenis ikan berdasarkan famili selama pengamatan didapatkan
hasil Pomacanthidae dan Pomacentridae lebih mendominasi. Komposisi
Pomacanthidae 16,8 %, sedangkan komposisi ikan famili Pomacentridae
mendominasi hingga 15,2 %, hal tersebut dikarenakan ikan jenis Pomacanthidae
dan Pomacentridae merupakan salah satu ikan dengan kelimpahan terbanyak dan
merupakan ikan penetap (resident species) yang memiliki tingkah laku teritorial
dan jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan dan tempat berlindungan. Selain
itu, berdasarkan peranannya ikan famili Pomacanthidae dan Pomacentridae
termasuk dalam ikan mayor utama yang j
MENDUKUNG PENGKAYAAN SUMBERDAYA IKAN
MUHAMMAD WILDY KAMAALI EL-MATIEN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Rumah Ikan (Fish
Apartment) Sebagai Alternatif Mendukung Pengkayaan Sumberdaya Ikan adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Muh. Wildy Kamaali El-matien
NIM C451120181
3
RINGKASAN
MUH. WILDY KAMAALI E. Rumah Ikan (Fish Apartment) Sebagai Alternatif
Mendukung Pengkayaan Sumberdaya Ikan. Dibimbing oleh Prof Dr Ir Mulyono
S. Baskoro, M Sc dan Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M Si.
Pemanfaatan sumberdaya ikan yang tidak ramah lingkungan dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan, terutama kerusakan habitat ikan
seperti terumbu karang. Rusaknya terumbu karang dapat mengakibatkan
penurunan sumberdaya ikan, hal tersebut dikarenakan terumbu karang memiliki
fungsi sebagai daerah pemijahan (spawning ground), sebagai areal pengasuhan
serta pertumbuhan (nursery ground), dan mencari makan (feeding ground).
Penurunan sumberdaya ikan dapat dilihat dari menurunnya hasil tangkapan
nelayan, semakin mengecilnya ukuran ikan yang tertangkap, sulit dan jauhnya
mencari daerah penangkapan (fishing ground) dan langkanya beberapa spesies
ikan. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengembalikan sumberdaya ikan di
perairan yang rusak, salah satunya dengan menggunakan fish apartment.
Penelitian fish apartment ini diharapkan mampu memberikan gambaran
tentang perkembangan fish apartment, dan mengetahui dampak langsung terhadap
nelayan terutama di daerah Bangsring, Banyuwangi. Pengumpulan data berupa
pengamatan langsung fish apartment, wawancara dengan nelayan dan
pengumpulan data hasil tangkapan. Metode analisis fish apartment meliputi
komposisi jenis ikan, kelimpahan ikan, indeks keanekaragaman dan indeks
dominansi ikan sebagai indikator keberhasilan fish apartment di perairan
Bangsring. Hasil pengamatan kemudian dianalisis tingkat keberhasilannya dalam
pengembalian sumberdaya ikan di perairan pantai Bangsring, Banyuwangi.
Penanaman fish apartment pada perairan Bangsring, Banyuwangi dapat
memperbaiki kekayaan sumber daya ikan yang hilang, dilihat dari keberhasilan
pertambahan jenis ikan, meningkatnya hasil tangkapan hingga, jarak penangkapan
yang dekat dan efisien dalam waktu penangkapan. Fish apartment dapat
memperbaiki ekosistem perairan yang rusak, khususnya di perairan Bangsring,
Banyuwangi, Jawa Timur.
Penanaman fish apartment pada perairan Bangsring, Banyuwangi dapat
memperbaiki kekayaan sumber daya ikan yang hilang, dilihat dari keberhasilan
pertambahan jenis ikan, meningkatnya hasil tangkapan hingga, jarak penangkapan
yang dekat dan efisien dalam waktu penangkapan. Fish apartment dapat
memperbaiki ekosistem perairan yang rusak, khususnya di perairan Bangsring,
Banyuwangi, Jawa Timur.
Kata kunci: Bangsring Banyuwangi, Fish Apartment, Pengkayaan sumberdaya
ikan.
4
SUMMARY
MUH. WILDY KAMAALI E. Fish Apartment (Rumah Ikan) Alternative to
Supports For Enrichment Fish Resources. Supervised by Prof Dr Ir Mulyono S
Baskoro, M Sc and Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M Si.
The utilization of fish resources which is not environmental friendly can
impact aquatic ecosystems damage, mainly fish habitats damage such as coral
reefs. Damage coral reefs resulted in decreasing in fish resources, it this case the
reefs has a function as a spawning ground, nursery ground, and feeding ground.
The decreasing of fish resources can be seen from the decline of fish catched,
reduction in the size of fish captured, hard and far away from fishing ground and
the scarcity of some species. Many effort can do to return the fish resources on
damage aquatic area, one of effort is fish apartement.
This fish apartment study expected could be describe about fish apartment
development, and to know the direct impact to the fisherman mostly in Bangsring,
Banyuwangi. Data collecting such as direct observation of fish apartment,
interview with the fisherman and collected data of captured fisheries from
government official. Fish apartment method analysis comprise fish species
composition, fishes abundance, diversity index and fish domination index as an
indicator of fish apartment success in Bangsring aquatic. The observation result
inidicated by analyzed the level of success in the fish resources recovery in
Bangsring, Banyuwangi.
Fish apartment placement on Bangsring aquatic could regenerate fish
resources, seen from the success of fish species improvement, increased catch
result up to a near distance of fishing ground and eficiency on fishing time. Fish
apartment could repairing damage aquatic ecosystem, especially in Bangsring,
Banyuwangi, East Java.
Keywords: Bangsring Banyuwangi, Fish Apartment, Sea Ranching.
5
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
6
RUMAH IKAN (FISH APARTMENT) SEBAGAI ALTERNATIF
MENDUKUNG PENGKAYAAN SUMBERDAYA IKAN
MUHAMMAD WILDY KAMAALI EL-MATIEN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2016
7
Penguji Luar Komisi oada Ujian Tesis: Dr Ir Roza Yusfiandayani, M Si
8
9
PRAKATA
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada
waktunya. Karya ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, dengan judul “Rumah Ikan (Fish
Apartment) Sebagai Alternatif Mendukung Pengkayaan Sumberdaya Ikan”.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat terwujud
karena bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu
kepada :
1. Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, M Sc selaku dosen pembimbing utama,
yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam pelaksanaan
penelitian dan penulisan.
2. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, M Si. selaku dosen pembimbing pendamping
tesis.
3. Dr Ir Roza Yusfiandayani, M Si selaku dosen penguji tesis.
4. Kedua orang tua Bapak Abdur Rouf dan Ibu Yayah Aisiyah yang tiada
henti memberikan doa dan dukungannya.
5. Kakak Roisatun Nisaa F. dan adik M. Roy’s Birrul yang tidak pernah
henti-hentinya mendukung saya dalam hal apapun serta mendoakan saya
setiap waktu.
6. Raisha Aqeela, terima kasih atas motivasi, doa dan semangat yang begitu
besar sehingga semua yang dikerjakan dapat terselesaikan.
7. Bapak Ikhwan Arif selaku ketua nelayan Bangsring yang telah banyak
membantu dalam pengumpulan data.
8. Kelompok nelayan Sabudera Bakti yang mendukung dan memberikan
respon positif selama pengambulan data.
9. Teman-teman Teknologi Perilanan Laut (TPL), beserta seluruh staf dan
pengajar yang turut membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menjadi
acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Penulis sangat mengharapkan keritik dan saran dari banyak pihak untuk
membangun ilmu pengetahuan guna perbaikan dalam penyempurnaan usulan
penelitian ini. Demikian tugas akhir ini dibuat, semoga dapat menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Agustus 2016
Muhammad Wildy Kamaali E.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pemikiran
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Gambaran Umum Fish Apartment
Sejarah Fish Apartment
Bahan Konstruksi Fish Apartment
3. METODELOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Pengambilan Data
Metode Analisis Data
Analisis Data
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
i
ii
ii
ii
iii
1
1
2
4
4
4
5
6
6
6
7
10
11
12
12
14
16
17
17
19
26
26
26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
27
30
47
ii
DAFTAR TABEL
1 Data perbandingan hasil wawancara di Bangsring, Banyuwangi
17
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kerusakan karang karena penggunaan bahan peledak.
Kerangka pemikiran penelitian
Fish apartment sebagai pengganti terumbu karang
Partisi fish apartment
Sub modul fish apartment
Modul fish apartment
Koloni fish apartment
Group fish apartment
Lokasi penelitian pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur
Stasiun pengamatan fish apartment
Grafik hasil tangkapan tahun 2012-2015
Grafik hasil tangkapan ikan per famili tahun 2012-2015
Jenis ikan hias hasil tangkapan nelayan Bangsring Banyuwangi : (a)
angel fish (Pomacanthidae), (b) betok (Pomacentridae), (c) kepekepe (Chaetodotidae), (d) bunglon (Gobiidae), (e) keling (Labridae),
(f) kerapu (Serranidae), (g) scorpion kembang (Scorpaenidae) dan
(h) clown fish (Pomacentridae).
14 Alat tangkap ikan yang digunakan nelayan Bangsring
3
5
6
8
8
9
9
9
11
12
18
18
22
23
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data hasil pengamatan visual dengan hasil komposisi jenis,
keanekaragaman, dan dominansi
2 Data kelimpahan per stasiun pengamatan
3 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2012
4 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2013
5 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2014
6 Data jumlah jenis dan kelompok famili hasil tangkapan ikan di
Bangsring tahun 2015
7 Jenis-jenis ikan hasil tangkapan perairan Bangsring
8 Fish apartment dan ikan
31
35
36
37
38
39
40
46
iii
DAFTAR ISTILAH
Fish apartment
Rumpon
Overfishing
Spawning ground
Nursery ground
Feeding ground
BBPPI
Polyprophylene
Partisi fish apartment
Sub Modul fish apartment
Modul fish apartment
Koloni fish apartment
Group fish apartment
Famili
: Alat perbaikan lingkungan hasil perkembangan
dari rumpon dasar yang terbuat dari bahan dasar
polyprophylene.
: Alat bantu pengumpul ikan yang menggunakan
berbagai bentuk dan jenis pengikat/atraktor dari
benda padat, berfungsi untuk memikat ikan agar
berkumpul, yang di manfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi
penangkapan ikan. Rumpon biasa dikenal juga
sebagai Fish Agregatting Device (FAD).
: Penangkapan ikan yang berlebihan sehingga
mengganggu keseimbangan ekologi laut.
: Daerah pemijahan bagi organisme air.
: Daerah asuhan bagi organisme yang masih kecil.
: Daerah untuk mencari makan bagi suatu
organisme.
: Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan
Semarang.
: Sebuah bahan polimer termo-plastik/Polimer
Propilene yang digunakan sebagai termoplastik
cetak bahan.
: Bahan utama yang digunakan untuk menyusun
kerangka modul fish apartment.
:Susunan/gabungan dari partisi dan dirangkai
membentuk susunan tingkat 4-5 partisi.
: Kumpulam dari empat sub modul yang dirangkai
dan dilengkapi dengan pemberat dan atraktor.
: Kumpulan modul yang terdiri dari 4-6 modul yang
dirangkai menjadi satu dengan menggunakan tiang
dan tali penuntun.
: Satu kumpulan koloni terdiri dari 50-60 koloni
yang ditempatkan dalam satu areal yang telah di
tentukan.
: dalam klasifikasi ilmiah adalah suatu takson yang
berada antara ordo dan genus, merupakan
taksonomi yang di dalamnya terdiri atas beberapa
genus yang secara filogenetis terpisah dari familia
lainnya.
1
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang
garis pantai lebih dari 81.000 km dengan lebih dari 17.508 pulau. Perairan yang
luas di tutupi dengan terumbu karang melindungi kepulauan Indonesia (Bengen
1999). Perairan di Indonesia memiliki potensi yang relatif besar, pemanfaatan
sumberdaya hayati laut merupakan hal penting sebagai sumber pangan dan
komoditi perdagangan (Bambang 2011). Menurut Walter (1994) estimasi luas
terumbu karang di Indonesia mencapai 51.000 km2. Menurut Dahuri (2000)
Supriharyono (2000) dari luasan karang 51.000 km2 diperkirakan terumbu karang
yang masih sangat baik kondisinya hanya 7%, 33% baik, 45% rusak dan 15%
dalam kondisi kritis. Sebagian besar perairan di Indonesia sudah dalam kondisi
padat tangkap (fully exploited) atau mungkin lebih tangkap (over exploited)
(Bambang 2011).
Menurut Budhiman (2011) pemanfaatan hasil laut untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat Indonesia saat ini sudah menunjukkan fenomena
berlebihnya hasil tangkapan (overfishing) yang berpengaruh pada penurunan stok
gradual. Kondisi penurunan sumberdaya ikan tersebut merupakan dampak dari
interaksi aktivitas penangkapan yang semakin intensif dan menurunnya daya
dukung perairan akibat degradasi habitat penting perikanan, seperti terumbu
karang, mangrove, lamun, dan bentuk dasar perairan sejenis. Terumbu karang
sangat erat hubungannya dengan komunitas ikan karang. Ikan karang merupakan
ikan yang hidup pada daerah terumbu karang sejak juvenil sampai dewasa, ikan
hidup berasosiasi dengan terumbu karang karena tersedianya makanan dan tempat
perlindungan (Choat dan Bellwood 1991).
Kelimpahan ikan karang yang tinggi dapat dijadikan salah satu indikator
bahwa kondisi ekosistem terumbu karang yang ada di daerah tersebut baik. Secara
umum daerah yang memiliki penutupan karang hidup yang luas maka
keanekaragaman ikan karang yang ada di daerah tersebut juga tinggi (Muhammad
2009). Kekayaan dan keanekaragaman hayati yang dimiliki, terumbu karang
merupakan ekosistem yang rentan terhadap gangguan dan ancaman (Medrizam et
al. 2004 dalam Muzaki 2007) dan kerentanan terumbu karang semakin meningkat
seiring dengan penambahan jumlah penduduk dan aktivitas di wilayah pesisir
(Ilyas 2008).
Menurut Connel (1987), diantara komponen biotik ikan merupakan salah
satu organisme akuatik yang rentan terhadap perubahan lingkungan, terutama
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung. Segala jenis ikan akan bertahan hidup dan berkembang biak dengan
baik dengan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dimana ikan itu hidup.
Pada kondisi perairan yang rusak dan tercemar ikan akan bermigrasi dan mencari
habitat baru. Menurut Anwar et al. (1984), komposisi dan distribusi ikan sangat
dipengaruhi oleh perubahan parameter seperti fisik, kimia, dan biologi.
Penurunan sumberdaya ikan merupakan dampak dari interaksi antara
aktivitas penangkapan yang semakin intensif, adanya alat tangkap yang tidak
ramah lingkungan, pelanggaran jalur penangkapan dan menurunnya daya dukung
2
perairan akibat degradasi habitat penting perikanan (Bambang et al. 2011). Hal ini
ditandai dengan menurunnya hasil tangkapan nelayan, semakin mengecilnya
ukuran ikan yang tertangkap, sulit dan jauhnya mencari daerah penangkapan
(fishing ground) dan langkanya beberapa spesies ikan (Mahyudin 2012). Kualitas
tangkapan yang menurun dapat berupa berkurangnya hasil tangkapan, ukuran ikan
tangkapan semakin mengecil, dan hilangnya beberapa jenis ikan di perairan
tersebut. Penurunan sumberdaya ikan tersebut merupakan dampak dari interaksi
antara aktivitas penangkapan yang semakin intensif dan menurunnya daya dukung
perairan akibat degradasi habitat penting perikanan, seperti terumbu karang,
mangrove, maupun lamun yang memiliki fungsi sejenis (Budhiman et al. 2013).
Secara ekologis, tipologi habitat tersebut sangat penting bagi keberlanjutan
ekosistem perairan, karena memiliki fungsi sebagai daerah pemijahan (spawning
ground), sebagai areal pengasuhan serta pertumbuhan (nursery ground), dan
mencari makan (feeding ground) (Budhiman 2011). Terumbu karang yang telah
rusak memerlukan jangka waktu yang lama dalam pemulhannya. Kerusakan
terumbu karang yang disebabkan oleh badai dan topan memerlukan waktu 25-30
tahun untuk pemulihan (Nyabaken 1988).
Apartemen ikan adalah hal baru, dimana apartemen ikan ini baru di
kenalkan oleh Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) pada tahun
2011 diharapkan dapat membantu pemulihan sumberdaya perairan yang rusak
terutama untuk mengembalikan habitat ikan. Pengembalian habitat ikan ini
diharapkan mampu mengembalikan biota-biota air yang telah hilang dan
memulihkan perairan untuk kesejahtraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya
perikanan secara berkelanjutan dapat dengan cara melakukan pengelolaan atau
pengendalian dalam pemanfaatannya. Menjaga kelangsungan hidup makhluk
perairan sangat diperlukan untuk keseimbangan ekosistem perairan, oleh karena
itu dibutuhkan terobosan baru dalam memperbaiki lingkungan. Kesadaran nelayan
yang rendah menjadikan terlambatnya untuk mengetahui pentingnya ekosistem
perairan. Kerusakan karang yang semakin meningkat memiliki pengaruh terhadap
ekosistem perairan, sehingga rusaknya terumbu karang dapat mempengaruhi ikan
hasil tangkapan terutama pendapatan nelayan.
Perumusan Masalah
Penangkapan ikan hias di perairan pantai Bangsring, Banyuwangi telah
dilakukan sejak 1970. Perkembangan tiap tahun semakin banyak nelayan yang
memanfaatkan daerah perairan pantai untuk menangkap ikan hias di perairan
Bangsring. Persaingan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan semakin tinggi,
sehingga pada tahun 1980 banyak nelayan yang melakukan penangkapan ikan
dengan potas dan bahan peledak. Penangkapan dengan potas oleh nelayan
dikarenakan mudah dan murah dalam menggunakannya, akan tetapi penggunaan
bahan tersebut dapat mengancam ekosistem.
Kerusakan karang di perairang Bangsring, Banyuwangi pun tidak dapat
dihindarkan lagi, hingga pada tahun 1990 pendapatan nelayan semakin berkurang
dan sulit untuk mendapatkan ikan. Sulitnya mendapatkan ikan menjadikan
nelayan melakukan penangkapan mencari daerah penangkapan ikan baru dan
penangkapan ikan dibantu dengan alat kompresor. Penggunaan alat tangkap yang
3
tidak ramah lingkungan dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan,
terutama kerusakan habitat ikan seperti terumbu karang. Terumbu karang yang
rusak mengakibatkan hasil tangkapan berkurang, ikan hasil tangkapan semakin
mengecil, dan hilangnya beberapa jenis ikan di perairan tersebut, khususnya ikan
karang.
Gambar 1 Kerusakan karang karena penggunaan bahan peledak.
Kondisi perairan yang rusak dan tercemar akan membuat ikan berpindah
tempat dan mencari habitat baru. Pertumbuhan ikan yang lambat dan
berpindahnya ikan menjadikan penurunan produksi hasil tangkapan nelayan. Hasil
tangkapan yang menurun dirasakan oleh nelayan dengan semakin sedikit hasil
ikan yang didapatkan dan semakin kecil ukuran ikan hasil tangkapan. Akibatnya
pendapatan nelayan akan berkurang, sedangkan biaya operasional akan semakin
bertambah karena fishing ground semakin jauh dari fishing base. Salah satu faktor
yang mempengaruhi sulitnya habitat ikan kembali adalah rusaknya karang di
perairan. Kerusakan karang menjadikan ikan sulit untuk berkembang biak. Secara
ekologis, tipologi habitat tersebut sangat penting bagi keberlanjutan ekosistem
perairan, karena memiliki fungsi sebagai daerah pemijahan (spawning ground),
sebagai areal pengasuhan serta pertumbuhan (nursery ground), dan mencari
makan (feeding ground) (Budhiman et al. 2013).
Tahun 2008 kelompok nelayan Samudra Bakti Bangsring mencari solusi
pengembalian ekosistem perairan Bangsring. Upaya yang dilakukan nelayan
untuk mengembalikan ekosistem perairan di Bangsring salah satunya penanaman
fish apartment. Tahun 2011 Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan
(BBPPI) Semarang mengenalkan fish apartment, yang kemudian diikuti oleh
penanaman fish apartment yang dilakukan oleh kelompok nelayan Bangsring.
Kerusakan perairan harus dicegah dan diperbaiki agar sumberdaya ikan tidak
habis, salah satunya dengan membuat fish apartment yang diciptakan oleh Balai
Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang.
Terciptanya fish apartment ditujukan sebagai pengganti terumbu karang dan
menjaga keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan. Apartemen ikan (fish
apartement) adalah suatu solusi pengelolaan sumberdaya perikanan agar tetap
berkelanjutan (sustainable). Menurut Mallawa (2006), pengelolaan sumberdaya
ikan berkelanjutan adalah pengelolaan yang tidak melarang aktifitas penangkapan
ikan yang bersifat komersial. Menurut Bengen (2005), suatu pengolaan dikatakan
berkelanjutan apabila mencapai tiga tujuan pembangunan secara berkelanjutan
4
yaitu secara ekologi, sosial, dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi
mengandung arti bahwa pengelolaan harus mempertahankan integritas ekosistem,
memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya ikan termasuk
keanekaragaman hayati (biodiversity).
Fish apartment pada saat ini sudah dikembangkan di berbagai daerah
Indonesia, akan tetapi masih belum diketahui secara pasti perkembangan fish
apartment akan keberhasilan untuk mengembalikan ekosistem perairan.
Penanaman fish apartment ini salahsatunya pada daerah Bangsring Banyuwangi.
Pemilihan lokasi penelitian Bangsring banyuwangi tersebut dikarenakan adanya
sejarah kerusakan perairan dan berkurangnya hasil tangkapan yang dikarenakan
alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Kerusakan perairan tersebut
berdampak pada pendapatan masyarakat nelayan, sehingga dengan memilih lokasi
bangsring sebagai lokasi diharapkan dapat mengetahui dampak penanaman fish
apartment terhadap perairan khususnya pada perairan Bangsring, Banyuwangi.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis efektifitas fish apartment dalam pengkayaan stok.
2. Menganalisis dampak penanaman fish apartment terhadap hasil
tangkapan nelayan.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai analisis fish apartment sebagai alternatif mendukung
pengkayaan sumberdaya ikan diharapkan dapat:
1. Mengetahui pengaruh apartemen ikan (fish apartment) sehingga dapat
digunakan sebagai gambaran untuk perbaikan lingkungan perairan,
2. Memberikan informasi perkembangan habitat ikan di sekitar apartemen
ikan (fish apartment).
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembalian ekosistem
perairan yang rusak.
Ruang Lingkup Penelitian
Fish apartment sebagai alternatif mendukung pengkayaan sumberdaya ikan
menjelaskan keadaan kondisi perairan saat ini, dimana kondisi perairan Indonesia
yang mulai memprihatinkan, dan fish apartment adalah salah satu upaya untuk
pengembalian ekosistem perairan. Kondisi perairan yang memprihatinkan
dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat akan pemanfaatan sumber daya
perairan, hal tersebut menjadikan penggunaan alat dan bahan penangkapan ikan
yang tidak ramah lingkungan. Penggunaan bahan dan alat tangkap ikan yang tidak
ramah lingkungan mengakibatkan rusaknya terumbu karang yang menjadi habitat
ikan. Rusaknya habitat ikan menjadikan hilangnya habitat ikan untuk mencari
makan, berlindung dan beranak, dengan hilangnya habitat ikan populasi ikan
semakin berkurang. Terciptanya fish apartment diharapkan dapat mengembalikan
5
ekosistem perairan yang rusak dan memulihkan kembali biota air, sehingga
dengan kembalinya ekosistem perairan dapat meningkatkan kualitas perairan yang
dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat ekosistem perairan
keberlanjutan.
Kerangka Pemikiran
Laut adalah salah satu hasil alam yang mampu memenuhi kebutuhan
manusia. Sumberdaya laut dimanfaatkan sebagai sumber perekonomian dan
kebutuhan pangan, akan tetapi pemanfaatan laut yang tidak ramah lingkungan
menjadikan kestabilan sumberdaya laut terganggu. Kerusakan perairan yang sulit
dicegah dalam pemanfaatanya menjadikan pemanfaatan sumberdaya laut
berkurang. Peneneman fish apartment diharapkan mampu nmengembalikan
sumberdaya yang rusak. Penanamana fish apartment merupakan alternatif baru
dalam memperbaiki lingkungan. Penentuan penelitian ini memiliki dasar
pemikirian untuk pengembalian sumberdaya ikan yang hilang. Kerangka
pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.
Peluang
Sebagai salah satu sumber
perekonomian dan kebutuhan
pangan.
Kebutuhan pasar akan ikan
terus meningkat.
Pengembangan fish apartment
untuk kelestarian Perairan
Pengamatan visual
daerah kajian
Melakukan kajian
pengembangan fish
apartment
Mengetahui sebaran
ikan dan jenisnya di
fish apartment
Mengkaji pemanfaatan
fish apartment
Tantangan
Kerusakan lingkungan
Isu penangkapan berlebih
Belum ada upaya pengelolaan
perairan ramah lingkungan
Analisis pengembangan fish
apartment di daerah kajian
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Output :
Fish apartment
sebagai pendukung
pengkayaan
sumberdaya ikan
Kembalinya habitat
ikan
Meningkatnya hasil
tangkapan
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Gambaran Umum Fish Apartment
Rumah ikan atau yang biasa disebut dengan fish apartment adalah suatu
bangunan yang tersusun dari benda padat yang ditempatkan di dalam perairan,
yang memiliki fungsi sebagai tempat memijah (spawning ground) bagi ikan-ikan
dewasa dan area perlindungan bagi anakan ikan untuk bertahan hidup dan
berkembang biak (nursery ground) yang bertujuan untuk memulihkan
ketersediaan sumberdaya ikan (Bambang et al. 2011; Budhiman 2011; Budhiman
et al. 2012). Penampakan fish apartment dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Fish apartment sebagai pengganti terumbu karang
Sama dengan halnya terumbu karang buatan fish apartment yang dibangun
antara lain untuk habitat bagi kehidupan biota laut dan perlindungan pantai.
Struktur tersebut dapat dibuat dari berbagai material dan bahan mulai dari ban-ban
kendaraan bekas, batu granit, kayu, bangkai mobil/bus, plastik, beton sampai
fibreglass (Hutomo 1991).
Fish apartment adalah suatu bangunan berongga yang tersusun dari
konstruk partisi plastik, shelter, dan pemberat yang ditempatkan di dasar perairan
berfungsi sebagai tempat berpijah bagi ikan-ikan dewasa (spawning ground) dan
atau areal perlindungan, asuhan dan pembesaran bagi telur, larva serta anak-anak
ikan (nursery ground) yang bertujuan untuk memulih kan ketersediaan (stok)
sumberdaya ikan (Bambang et al 2011).
Sejarah Fish Apartment
Gagasan fish apartment merupakan pengembangan dari pemasangan
rumpon dasar yang telah berhasil meningkatkan ketersedian stok ikan, hasil
pengamatan menunjukkan bahwa rumpon dasar telah berhasil mengumpulkan
ikan-ikan dasar dan ikan pelagis, bahkan dijumpai juvenil biota laut menempel
pada rumpon dasar tersebut sehingga sangat bermanfaat bagi habitat biota laut.
7
Rumpon dasar dan atau fish apartment, merupakan alat bantu pengumpul ikan
(fish agregatting device) yang terbuat dari ban-ban bekas yang dirangkai
sedemikian rupa dengan bentuk konstruksi tertentu dan dilengkapi rumbai-rumbai
dari bahan pita plastik. Metode ini telah berhasil meningkatkan produksi ikan di
tempat-tempat yang kurang produktif tanpa menggangu kelestarian sumberdaya
(Warman 2013).
Perbedaan rumpon dengan fish apartment yaitu pada proses pengoperasian.
Rumpon merupakan alat bantu pengumpul ikan dalam proses penangkapan ikan
seperti pada alat tangkap bagan untuk menangkap teri, sedangkan fish apartment
adalah suatu alat untuk mendukung wilayah konservasi dalam memperbaiki
lingkungan. Penggunaan fish apartment tidak di iringi oleh alat tangkap, karena
bersifat untuk menjaga kelestarian. Rumpon merupakan salah satu alternatif untuk
menciptakan daerah penangkapan buatan, dengan adanya alat bantu rumpon ini
merubah paradigma nelayan yang semula nelayan melaut untuk mencari ikan kini
berubah nelayan melaut untuk menangkap ikan, mengingat daerah penangkapan
yang ditujunya sudah pasti, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya
operasional (Budhiman 2011).
Menurut Martasuganda (2008) fish apartment tergolong kedalam jenis
rumpon dasar, hal tersebut dikarenakan sifat rumpon dasar yang dapat berfungsi
seperti pengganti terumbu karang. Dilihat dari fungsi dan manfaatnya fish
apartment merupakan pengembangan dari rumpon dasar, sehingga fish apartment
dapat diidentikkan dengan rumpon dasar. Perbedaan fish apartment dengan
rumpon adalah bahan utama yang digunakannya. Fish apartment menggunakan
bahan utama plastik (Bambang et al. 2011). Rumpon atau yang biasa disebut
dengan Fish Aggregation Device (FAD) adalah alat bantu pengumpul ikan yang
menggunakan berbagai bentuk dan jenis pengikat/atraktor dari benda padat,
berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul, yang di manfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan ikan (PERMEN
NOMOR 26/PERMEN-KP/2014).
Perkembangannya fish apartment banyak perubahan dari waktu ke waktu,
baik dari bahan dasar maupun konstruksi. Awal dikenalkan fish apartment hanya
menggunakan keranjang plastik tersusun yang tidak terpakai sebagai perlindungan
ikan-ikan kecil. Keranjang plastik yang mudah rusak selama penggunaan,
penanaman dan perakitan sehingga menjadikan Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang mencari bahan dan kontruksi yang baik
untuk fish apartment, sehingga mudah dalam perakitan dan awet dalam
penggunaanya.
Bahan Konstruksi Fish Apartment
Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan kerangka fish
apartment buatan Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI)
Semarang adalah berbahan plastik jenis Polyprophylene (pp). Pemilihan bahan
plastik karena mudah didapat dan dapat diproduksi dalam jumlah yang sesuai
dikehendaki, relatif aman (tidak beracun), tidak larut dalam air, tahan lama, aman
bagi manusia dan lingkungan (Bambang et al. 2011).
8
Pertimbangan menggunakan bahan plastik merupakan alternatif selain kayu,
bambu, tembikar, semen cor dan ban bekas. Penggunaan bahan ban bekas telah
dilarang penggunaannya oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Departemen Kelautan dan Perikanan, sebab dikhwatirkan akan mencemari
lingkungan. Menurut Bambang et al. (2011) plastik jenis Polyprophylene (pp)
merupakan plastik transparan yang tidak jernih atau berawan, sifatnya lebih kuat
dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah. Memiliki ketahanan baik
terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Plastik paling
baik bila digunakan sebagai pembungkus makanan atau minuman. Selanjutnya
Mujiarto (2005); dalam Bambang et al. (2011) menambahkan bahwa plastik
Polyprohylene memiliki titik leleh yang cukup tinggi (190-2000C) dan titik
kristalisasinya antara (130-135oC) serta ketahanan terhadap bahan kimia sangat
tinggi.
Pemilihan bahan pelastik dalam fish apartment dikarenakan sifat bahan
yang mudah dibentuk, mudah pengiriman, tidak mudah rusak / busuk, dan
perakitan mudah. Menurut Budhiman et al. (2013), dalam pembuatan bentuk dan
konstruksi fish apartment yang terbuat dari plastik terbagi beberapa bagian, antara
lain:
a. Partisi
: Bahan utama yang digunakan untuk menyusun kerangka
modul fish apartment, gambar dapat di lihat pada Gambar 4.
b. Sub Modul : Susunan/gabungan dari partisi dan dirangkai membentuk
susunan tingkat 4 - 5 partisi (Gambar 5).
c. Modul
: Kumpulam dari empat sub modul yang dirangkai dan
dilengkapi dengan pemberat dan atraktor (Gambar 6).
d. Koloni
: Kumpulan modul yang terdiri dari 4 - 6 modul yang dirangkai
menjadi satu dengan menggunakan tiang dan tali penuntun
(Gambar 7).
e. Group
: Satu kumpulan koloni terdiri dari 50 - 60 koloni yang
ditempatkan dalam satu areal yang telah di tentukan (Gambar
8).
Gambar 4 Partisi fish apartment
Gambar 5 Sub modul fish apartment
9
Gambar 6 Modul fish apartment
Gambar 7 Koloni fish apartment
Gambar 8 Group fish apartment
10
3. METODE PENELITIAN
Perairan Bangsring memeiliki perairan yang kurang baik, hal tersebut
dikarenakan kerusan yang dikarenakan pemanfaatan yang tidak ramah
lingkungan. Kerusakan perairan Bangsring menjadikan nelayan sulit dalam
mencari ikan, sehingga nelayan bangsring memerlukan jarak yang jauh dalam
mencari ikan. Pencarian ikan nelayan Bangsring dapat mencapai perairan bali
yang jaraknya lebih dari 3 mil. Jarak yang jauh dalam mencari ikan menjadikan
nelayan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kekuranga tersebut perlu
dilakukan perbaiakan agar nelayan dapat efisien dalam mencari ikan.
Perairan pantai Bangsring dalam pemanfaatannya dikelola oleh kelompok
nelayan Samudra Bakti. Kelompok nelayan Samudra Bakti terbentuk untuk
memperbaiki kondisi perairan Bangsring yang semakin memprihatinkan, dan
memberikan sosialisasi kepada nelayan sekitar untuk peduli dan sadar akan akan
lingkungan. Sosialisasi yang dilakukan oleh kelompok nelayan Samudra Bakti
baik berupa penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, pengembangan
wilayah konservasi untuk memperbaiki kondisi perairan yang rusak dan
meningkatkan kesejahteraan Nelayan Sekitar. Perbaikan lingkungan yang
dilakukan oleh kelompok nelayan Samudra Bakti salah satunya adalah penanaman
fish apartment. Fish apartment dikenalkan oleh BBPPI Semarang untuk
memperbaiki perairan pantai Bangsring dan meningkatkan kesejahtraan
masyarakat sekitar. Pengenalan fish apartment pada kelompok nelayan Samudera
Bakti bermula pada tahun 2011 yang bertujan untuk perbaikan lingkungan.
Penanaman fish apartment untuk pemulihan perairan di daerah Bangsring,
Banyuwangi, dimulai pada tahun 2011 dimana dilakukan penanaman 50 unit yang
terletak tidak jauh dari pantai. Penanaman tersebut dilakukan karena ekosistem
perairan pantai mengalami kerusakan yang parah dan konstruksi perairan yang
layak untuk penanaman fish apartment. Pada tahun 2012 penanaman fish
apartment ditambah 95 unit dan 2013 penanaman 95 unit, total penanaman fish
apartment di daerah Bangsring mencapai 240 unit dengan luas lahan ± 2 hektar.
Penanaman fish apartment di perairan Bangsring memiliki rata-rata kedalaman 10
meter pada saat surut terendah. Jarak antara fish apartment satu dengan yang lain
berfareatif berkisar 5-10 meter, hal tersebut dikarenakan kontruksi dasar perairan
yang tidak rata. Konstruksi perairan yang tidak rata menjadikan kelompok
nelayan Samudera Bakti menanam fish apartment dengan menyesuaikan
konstruksi perairan Bangsring.
Fish apartment di tanam pada wilayah konservasi, dimana pada wilayah
konservasi tidak boleh melakukan aktifitas penangkapan jenis apapun. Pelarangan
penangkapan pada wilayah konservasi tentunya untuk mencegah rusaknya
terumbu karang saat dalam proses pemulihan. Wilayah konservasi dijaga dan
dilindungi oleh kelompok nelayan sekitar khususnya nelayan Samudra Bakti.
Pengawasan, perawatan dan perkembangan fish apartment di perairan Bangsring
menjadi tanggung jawab bersama masyarakat nelayan Bangsring, dan didukung
oleh instansi terkait. Proses perbaikan lingkungan dengan fish apartment di
perairan Bangsring selama pengaplikasiannya di dampingi oleh instansi
pemerintah terkait, seperti BBPPI semarang, Kementrian Kelautan Perikanan dan
POKMASWAS. Pengaplikasian fish apartment pada kondisi lapangan sudah
11
memenuhi syarat dan mendukung dalam pengkayaan stok ikan, akan tetapi
perbaikan lingkungan dengan fish apartment dalam pengaplikasiannya masih
belum banyak diketahui manfaatnya dalam memperbaiki sumberdaya ikan.
Perbaikan lingkungan dengan fish apartment tentu perlu di telaah untuk
mengetahui manfaat, tingkat keberlanjutan dan dampak yang akan di timbulkan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu dengan
menggambarkan sebuah mekanisme sebuah proses atau hubungan antara terumbu
karang yang rusak dengan fish apartment. Proses mekanisme tersebut dapat
diubah menjadi informasi dasar akan hubungan fish apartment dan lingkungan,
kemudian dapat mengklasifikasikan fish apartment apakah memiliki pengaruh
untuk mengembalikan habitat ikan di suatu perairan. Penggunaan metode
deskriptif yaitu dengan cara menggambarkan atau uraian atas suatu keadaan
sejelas mungkin tanpa ada perlakuan tambahan terhadap obyek yang diteliti
(Kountur 2007). Menganalisis antara hubungan fish apartment dan lingkungan
merupakan metode studi kasus yang bertujuan mendapatkan keterangan mengenai
latar belakang, sifat dan karakter yang spesifik dari obyek penelitian (Nazir 2003).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa
Timur. Daerah penelitian berada di pantai timur jawa, tepatnya di selat selat bali
(Gambar 9) baliPenelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April 2015.
Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu melakukan
wawancara langsung dengan para pelaku yang ada di setiap lokasi penangkapan
ikan. Wawancara dilakukan terhadap nelayan penangkap ikan di perairan
Bangsring, Banyuwangi.
Gambar 9 Lokasi Penelitian Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur
12
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan berbagai macam perlengkapan alat yang
digunakan, diantaranya yaitu terdiri dari:
a) Alat scuba diving,
b) Peta lokasi,
c) Papan tulis kedap air (slate),
d) Kamera digital
e) Kamera bawah air,
f) Laptop,
g) Alat hitung,
h) Alat tulis,
i) Buku identifikasi ikan.
Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan selama penelitian yaitu dengan mengamati secara
langsung keberadaan fish apartment dan jenis keanekaragaman ikan di sekitar fish
apartment. Pengamatan fish apartment dilakukan pada 24 titik lokasi berbeda,
pemilihan 24 lokasi berbeda yaitu 10% dari total keseluruhan penanaman fish
apartment yang tertanam. Pemilihan stasiun fish apartment dilakukan secara
random yang dapat mewakili keseluruhan wilayah penanaman fish apartment di
perairan Bangsring. Berikut ini adalah stasiun pengambilan data Gambar 10:
Gambar 10 Stasiun pengamatan fish apartment
13
Pengamatan di lapangan dengan metode Underwater Visual Sensus (UVC)
Cappenberg (2009).
Data yang diperoleh berupa:
a) Pengambilan gambar (foto),
b) Pencatatan jenis dan individu ikan yang berada di dalam dan sekitar fish
apartment,
c) Pengumpulan data hasil tangkapan nelayan dengan wawancara dan atau
kuisioner.
d) Mengetahui perkembangan dan perawatan fish apartment selama
penanaman.
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Pengamatan populasi dan jenis ikan
Pengamatan populasi ikan dilakukan dengan cara pengamatan
langsung dalam air. Pengamatan dilakukan pada lokasi penanaman
fish apartment dengan luasan pengamatan per modul yang tertanam.
Pengamatan bawah air di catat dan dibantu dengan alat bantu kamera
untuk pengambilan gambar foto dan video. Data yang di peroleh baik
foto dan video digunakan untuk mempermudah dalam perhitungan
dan mengenali jenis ikan yang terdapat pada fish apartment yang
kemudian dikelompokkan berdasarkan famili. Perolehan data akan di
olah untuk mengetahui nilai komposisi jenis, kelimpahan, indeks
keanekaragaman ikan, dan indeks dominansi jenis. Data yang telah di
olah akan menunjukkan keadaan ikan dengan fish apartment. Data
olahan yang diperoleh kemudian di hubungkan dengan hasil
wawancara, dengan demikian dapat mengetahui pengaruh dan dampak
dari penanaman fish apartment pada perairan Bangsring, Banyuwangi.
b) Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik penelitian untuk mengecek
ulang atau pembuktian terhadap informasi, atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi
langsung antara peneliti dan sampel. Wawancara mendalam adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai. Interview adalah usaha
mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari interview
adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relation ship)
antara pencari informasi (interviewer atau informan hunter) dengan
sumber informasi (interview) (Sutopo 2006: 74).
Penelitian ini menggunakan metode wawancara, dimana hal
tersebut bertujuan untuk mendukung hasil pengamatan. Data
pengamatan langsung akan dihubungkan dengan data hasil
wawancara, kemudian dapat diketahui dan disimpulkan pengaruh fish
apartment terhadap lingkungan dan nelayan. Wawancara ditujukan
pada nelayan yang melakukan penangkapan di daerah Bangsring.
Bahasan wawancara menckup pengaruh antara sebelum dan sesudah
14
adanya fish apartment. Data wawancara yaitu meliputi jumlah hasil
tangkapan nelayan, jarak dan waktu penangkapan, kepedulian nelayan
terhadap fish apartment dan dampak langsung yang dirasakan oleh
nelayan.
Wawancara hasil tangkapan nelayan dibandingkan antara sesudah
dan sebelum penanaman fish apartment. Hasil wawancara tangkapan
nelayan kemudian di perkuat dengan data hasil tangkapan tahunan
untuk mengetahui peningkatan hasil tangkapan setelah dan sebelum
penanaman fish apartment. Perbandingan tersebut untuk membuktikan
efektifitas penanaman fish apartemen. Jika hasil tangkapan semakin
meningkat maka penanaman fish apartment mempengaruhi tangkapan
nelayan, sehingga dapat dikatan pengkayaan sumberdaya ikan dengan
fish apartment dapat mendukung pengkayaan sumberdaya ikan.
Data wawancara jarak penangkapan ikan digolongkan beberapa
penilaian, yaitu jarak dekat 0-1,5 mil; sedang 1,5-3 mil dan jauh >3
mil. Hasil wawancara tersebut untuk membuktikan pengaruh
keberadaan fish apartment. Hasil wawancara jarak penangkapan ikan
adalah salahsatu cara agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan fish
apartment. Jika nelayan semakin dekat atau masih dalam perairan
pantai Bangsring dalam mencari ikan, maka dalam mengembalikan
sumberdaya ikan dengan fish apartment dikatakan berhasil.
Metode Analisis Data
Struktur komunitas ikan karang meliputi komposisi jenis, keanekaragaman
jenis, dominansi jenis, kelimpahan ikan dan produktivitas hasil tangkapan
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
1. Komposisi Jenis (Greenberg 1989):
Keterangan :
KJ = Komposisi jenis
ni = Jumlah individual setiap jenis
N = Jumlah individu seluruh jenis
2. Kelimpahan adalah banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis yang
ditemukan pada luas daerah pengamatan. Kelimpahan ikan karang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Odum 1971):
∑
Keterangan :
X = Kelimpahan ikan
Xi = Jumlah ikan pada lokasi
15
n = Luas transek pengamatan (m2)
3. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mendapatkan gambaran populasi
organisme secara matematis (Odum 1971). Perhitungan ini dapat
mempermudah analisis informasi jumlah individu masing-masing spesies
dalam suatu komunitas ikan karang Keanekaragaman dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
∑
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon Weiner
Pi = Proporsi perbandingan jumlah individu speicies ke-i (ni)
dengan jumlah individu (N)
i = 1, 2, 3, ......., n
S = Jumlah jenis ikan
Kategori penilaian indeks H’ menurut Odum (1971) adalah sebagai
berikut:
a. H’ ≤ 1
= Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan
komunitas rendah;
b. 1 ≤ H’ ≤ 3 = Keanekaragaman sedang, penyebaran sedang, kestabilan
komunitas sedang; dan
c. H’ ≥ 3
= Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabilan
komunitas tinggi.
4. Nilai indeks keseragaman dan keanekaragaman yang kecil menandakan
adanya dominansi yang tinggi suatu spesies terhadap spesies-spesies
lainnya. Rumus indeks dominansi sebagai berikut (Odum 1971):
∑
Keterangan :
C = Indeks dominansi Shannon Weiner
pi = Proporsi jumlah spesies ke-i (n), terhadap jumlah total ikan karang
(N) = n/N
s = Jumlah spesies ikan karang
Nilai indeks berdasarkan antara 0-1dengan kategori sebagai berikut:
a. 0 < C < 0,5
= Dominansi rendah;
b. 0,5 < C ≤ 0,75 = Dominansi sedang;
c. 0,75 < C < 1,0 = Dominansi tinggi.
16
5. Produktivitas hasil tangkapan
Perbandingan hasil tangkapan sebelum dan sesudah adanya rumah ikan.
Peningkatan dan penurunan dinyatakan dalam persen.
Analisis Data
Metode analisis deskriptif merupakan cara perumusan dan menafsirkan data
yang ada, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai fish apartment
dan perkembanganya. Analisis deskriptif mengacu pada transformasi dari datadata mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan.
Pendeskripsian respons atau hasil observasi merupakan ciri khas dari bentuk
pertama analisis. Perhitungan rata-rata, distribusi frekuensi dan distribusi
presentase adalah bentuk yang paling umum dari peringkasan data. Ringkas
keterkaitan antara tipe analisis deskriptif dengan bentuk-bentuk pengukuran data
yang diambil.
17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian didapatkan hasil komposisi
jenis, keanekaragaman, dan dominansi, data terlampir pada Lampiran 1. Ikan yang
memanfaatkan fish apartment tergolong dari berbagai jenis ikan, dan digolongkan
per famili. Mayoritas komposisi jenis ikan yang memanfaatkan fish apartment
adalah ikan Pomacanthidae dengan nilai keragaman 16,8 %, Pomacentridae
15,2 %, Caesionidae 15,9 % dan Labridae 10,1 %. Indeks keanekaragaman (H’)
yang didapat adalah 18,5, dengan dominansi (C) 0,041. Hasil Pengamatan secara
visual juga didapatkan juga data kelimpahan ikan (X) per stasiun. Data dapat
dilihat pada Lampiran 2, dimana didapatkan nilai kelimpahan bervariasi antara
individu dengan luasan lahan.
Data hasil wawancara sebelum dan sesudah tertanamnya fish apartment
(Tabel 1) mengalami perbedaan yang signifikan, baik dari hasil tangkapan ikan
oleh nelayan, jarak tempuh penangkapan ikan, lama waktu pencarian ikan, dan
perubahan alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap yang menggunakan bahan
kimia berangsur-angsur berkurang hingga penggunaan bahan tersebut sudah tidak
digunakan kembali pada tahun 2016. Ikan hasil tangkapan utama nelayan
Bangsring adalah ikan hias yang dimana merupakan ikan karang. Rata-rata hasil
tangkapan ikan setelah penanaman fish apartment juga cenderung meningkat
hingga 110% pertrip saat melakukan penangkapan. Bertambahnya hasil tangkapan
tentu mempengaruhi variasi jenis hasil tangkapan, hal tersebut dapat dilihat pada
Lampiran 6 dengan jumlah spesies 191 jenis.
Tabel 1 Data perbandingan hasil wawancara di Bangsring, Banyuwangi
Fish
Aparten
Sebelum
Sesudah
Alat tangkap
Jenis (%)
Potas
= 25%
Jaring
= 60%
Lain-lain = 15%
Rata-rata
Hasil Tangkapan
Utama = 30 ekor
Sampingan = 1 kg
Potas = 0%
Jaring = 90%
Lain-lain = 10%
Utama = 63 ekor
Sampingan = 2 kg
Jarak
Rata-rata Waktu
Jauh
= 80%
Sedang = 20%
Dekat = 0%
7 jam
Jauh = 0%
Sedang = 10%
Dekat = 20%
4,5 jam
Penanaman fish apartment juga mempengaruhi jarak tempuh nelayan dalam
mencari ikan. Jarak penangkapan ikan oleh nelayan semakin mendekati daerah
penanaman fish apartmen, hal tersebut membuktikan jarak yang semakin dekat
dalam mencari ikan. Nelayan hanya dapat melakukan penangkapan ikan di luar
wilayah zonasi konservasi fish apartmen. Jarak penangkapan yang semakin dekat
mempengaruhi waktu penangkapan ikan, yang biasanya dalam mencari ikan 7 jam
kini nelayan hanya membutuhkan waktu 4,5 jam dalam mencari ikan.
Berkurangnya jarak tangkap menjadikan nelayan dapat menghemat 2,5 jam dalam
mencari ikan.
18
14
J u m lah ik an
( e k or x 1 000)
12
10
8
6
4
2
0
2012
2013
2014
2015
Tahun
Gambar 11 Hasil tangkapan tahun 2012-2015
Penanaman fish apartment dapat dilihat perkembangannya melalui grafik
hasil tangkapan tahun 2012-2015 pada Gambar 11. Hasil tangkapan ikan hias
pada tahun 2012–2013 mengalami penurunan Hal tersebut dikarenakan ikan hasil
tangkapan ikan pada tahun 2012 tidak seluruhnya dari hasil tangkapan perairan
Bangsring, Banyuwangi. Sedikitnya ikan hasil tangkapan pada daerah Bangsring
menjadikan nelayan mencari lokasi penangkapan ikan lebih jauh. Pencarian ikan
oleh nelayan Bangsring semakin jauh, dimana penangkapan ikan dapat mencapai
pulau Bali. Hasil tangkapan ikan hias di Bangsring, Banyuwangi dari tahun 2013–
2015 mengalami peningkatan. Hasil tangkapan pada tahun 2013-2015 mengalami
peningkatan, dengan nilai 4.130 ekor pada tahun 2013, 8.949 ekor takun 2014,
dan 12.844 ekor pada tahun 2015.
60
P e rsen (% )
50
40
Chaetodontidae
Gobiidae
Labridae
Mullidae
Pomacentridae
30
20
10
2012
2013
2014
2015
Tahun
Gambar 12 Hasil tangkapan ikan per famili tahun 2012-2015
19
Ikan hasil tangkapan nelayan Bangsring memiliki variasi yang beragam
(Lampiran 3,4,5 dan 6). Tahun 2012 di dapatkan jenis ikan 36 famili dengan 164
jenis ikan yang tertangkap, mayoritas hasil tangkapan dari famili Labridae 33,9%,
Pomacentridae 26,59% dan Serranidae 6,02%. Tahun 2013 didapatkan ikan hasil
tangkapan 30 famili dengan 135 jenis ikan yang tertangkap, dengan mayoritas
hasil tangkapan adalah Pomacentridae 50,27%, Labrideae 24,12% dan Gobiidae
4,62%. Tahun 2014 didapatkan ikan hasil tangkapan 32 famili dengan 156 jenis
ikan yang tertangkap, dengan mayoritas hasil tangkapan adalah Pomacentridae
36,67%, Labrideae 29,52% dan Serranidae 7,78%. Tahun 2015 didapatkan ikan
hasil tangkapan 35 famili dengan 191 jenis ikan yang tertangkap, dengan
mayoritas hasil tangkapan adalah Labrideae 32,86%, Pomacentridae 31,57%, dan
Pomacanthidae 7,22%. Mayoritas jenis ikan yang tertangkap pada tahun 20122015 adalah Labrideae, Gobiidae, Mullidae, Pomacentridae dan Chaetodontidae
(Gambar 12).
Pembahasan
Komposisi jenis ikan berdasarkan famili selama pengamatan didapatkan
hasil Pomacanthidae dan Pomacentridae lebih mendominasi. Komposisi
Pomacanthidae 16,8 %, sedangkan komposisi ikan famili Pomacentridae
mendominasi hingga 15,2 %, hal tersebut dikarenakan ikan jenis Pomacanthidae
dan Pomacentridae merupakan salah satu ikan dengan kelimpahan terbanyak dan
merupakan ikan penetap (resident species) yang memiliki tingkah laku teritorial
dan jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan dan tempat berlindungan. Selain
itu, berdasarkan peranannya ikan famili Pomacanthidae dan Pomacentridae
termasuk dalam ikan mayor utama yang j