Induksi pembungaan pada Gloxinia (Siningia speciosa) dengan GA3, Sukrosa, Nitrogen dan Fosfor pada Medium In Vitro

"

INDUKSI PEMBUNGAAN PADA GLOXINIA (Siningia speciosa)
DENGAN GA3,SUKROSA, NITROGEN DAN FOSFOR PADA
MEDIUM IN VITRO

IMELDA JEANETTE LAWALATA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis "Induksi Pembungaan pada Gloxinia

(Siningia speciosa) dengan GA3, Sukrosa, Nitrogen dan Fosfor pada Medium In Vitro"
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguman tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhii tesis ini.

Bogor, Mei 2009

Imelda Jeanette Lawalata
NRP A15106001 1

ABSTRACT
IMELDA JEANETTE LAWALATA. In Vitro Flowering Induction of Gloxinia
(Siningia speciosa) by GA3, Sucrose, Nitrogen and Phosphor. Under direction of
NURHAYATI A. MATTJIK and NI MADE ARMINI WIENDI
In vitro flowering is a method of flower organ induction under controlled and
aseptic condition. This method can be used in all plant including gloxinia. Gloxinia is
an ornamental plant having beautiful leaf, color, form, and size of flower. This
research consisted of three separate experiments by using Factorial Design compiled
in Completely Randomized Block Design. Experiment-I consisted of concentration of
GA3 (4, 6 , 8, 10 mgtl), and sucrose (30, 40, 50 dl). Experiment-I1 consisted of
concentration of nitrogen (lx, 1/5x, 1/10x, 1/20x), and phosphor (lx, 5x). ExperimentI11 consisted of concentration of nitrogen (lx, 1/5x, 1/10x, 1/20x), and phosphor (lx,
5x) at appropriate temperature and photoperiodicity. Results showed that gloxinia has

not produce any flower in at the all experiments after 14, 10 and 8 weeks of treatment,
but its vegetative growth was growing until the end of experiment period. Treatment
of GA3 and interaction of GA3 and sucrose significantly influenced a number of
gloxinia leaves. Also, nitrogen gave a significant effect on a number of leaves.
Nitrogen and phosphor at appropriate temperature aqd photoperiodicity significantly
affected growth rate of buds, a number of buds and leaves.
Keywords :In v i mflowering, gloxinia, GAS sucrose, nitrogen, phosphor

RINGKASAN
IMELDA JEANETTE LAWALATA. Induksi Pembungaan Pada Gloxinia (Siningia
speciosa) Dengan GA3, Sucrose, Nitrogen Dan Fosfor Pads Medium In Vitro.
Dibimbing oleh NURHAYATI A. MATTJIK dan NI MADE ARMINI WIENDI.
Pembungaan secara in viho merupakan suatu metode menginduksi keluarnya
organ dalam kondisi terkendali secara aseptik. Induksi pembungaan secara in vitro
dapat dilakukan pada semua tanaman termasuk tanaman hias gloxinia. Gloxinia
mempakan tanaman hias yang memiliki keindahan pada daun, warna, bentuk dan
ukuran bunganya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa
pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dan sukrosa dalam menginduksi
pembungaan tanaman gloxinia secara in vitro, mempelajari dan menganalisa pengaruh
konsentrasi nitrogen dan fosfor dalam menginduksi pembungaan tanaman gloxinia

secara in vitro dan mempelajari dan menganalisa pengaruh nitrogen dan fosfor pada
suhu dan fotoperiodisitas yang sesuai dalam menginduksi pembungaan tanaman
gloxinia secara in vitro.
Penelitian terdiri dari 3 percobaan terpisah dengan menggunakan rancangan
perlakuan faktorial dua faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok.
Percobaan 1 terdiri dari konsentrasi GA3 (4,6,8, 10 mdl) dan sukrosa (30,40,50 g/l).
Percobaan 2 terdiri dari konsentrasi nitrogen (lx, 1/5x, 1/10x, 1120~)dan fosfor (lx,
5x). Percobaan 3 terdiri dari konsentrasi nitrogen (lx, 1/5x, 1/10x, 1120~)dan fosfor
(lx, 5,) pada suhu dan fotoperiodisitas yang sesuai.
Hasil penelitix menunjukkan bahwa gloxinia tidak menghasilkan bunga pada
semua percobaan tetapi pertumbuhan vegetatifnya tetap berlangsung hingga akhir
peneiitian. Percobaan GA3 serta interaksi antara GA3 dan sukrosa berpengamh secara
nyata terhadap jumlah daun total. Pemberian nitrogen juga berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah daun total. Percobaan nitrogen dan fosfor pada suhu dan
fotoperiodisitas yang sesuai berpengaruh secara nyata dan sangat nyata terhadap
kecepatan turnbuh daun baru, iumlah tunas dan iumlah dam total gloxinia.
Hasil pengamatan menunjukkan bah& pada 6 MST pe&aan GA3 4 mgll
menunjukkan nilai yang lebih besar dari perlakuan lainnya sedangkan perlakuan GA3
10 mgll menunjukkan nilai yang lebih kecil. Pada 10 MST perlakuan GA3 6 mgll
menunjukkan nilai yang lebih besar dari perlakuan lainnya. Pemberian GA3 4 mg/l

sampai dengan 10 mgll dapat meningkatkan jumlah d a m total gloxinia pada 2 MST,
sebaliknya pada 6 MST hingga 14 MST peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan
p e n m a n jumlah daun total. Jurnlah daun total tertinggi hingga 14 MST diperoleh
dari perlakuan GA3 6 mg/l (10.1 helai). Interaksi antara GA3 dan sukrosa berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun total gloxinia pada 6 MST. Perlakuan GA3 4 mgll dengan
sukrosa 50 gll menunjukkan nilai yang lebih besar dari perlakuan lainnya, sedangkan
perlakuan GA3 10 mgll dengan sukrosa 50 g/l menunjukkan nilai yang lebih kecil.

Jumlah daun total terbanyak hingga 14 MST diperoleh dari perlakuan GA3 8 mgll
dengan sukrosa 50 gll (12.2 helai).
Pemberian nitrogen juga berpengaruh nyata terhadap jumlah daun total
gloxinia pada 7 MST. Penurunan konsentrasi nitrogen hingga 1/20x menyebabkan
jumlah daun total gloxinia juga menurun. Jumlah daun total tertinggi hingga 10 MST
diperoleh dari perlakuan nitrogen l x (1 1.9 helai).
Kecepatan tumbuh daun baru gloxinia menurun seiring dengan rendahnya
konsentrasi nitrogen pada suhu dan fotoperiodisitas yang sesuai. Eksplan yang tercepat
menghasilkan daun baru diperoleh dari perlakuan nitrogen l x (1.5) dan yang terlama
menghasilkan daun baru adalah perlakuan nitrogen 1/5x (2.5). Jumlah tunas gloxinia
menunjukkan nilai yang lebih besar diperoleh dari perlakuan nitrogen l x pada 4 MST
sampai dengan 8 MST. Peningkatan jumlah tunas juga diperoleh dari peningkatan

konsentrasi fosfor pada suhu dan fotoperiodisitas yang sesuai. Jumlah tunas tertinggi
diperoleh dari perlakuan fosfor 5x. Nitrogen pada suhu d m fotoperiodisitas yang
sesuai juga mempengamhi jumlah daun total gloxinia. Pada 2 MST sampai dengan
8 MST pemberian nitrogen l x menunjukkan nilai yang lebih besar dari perlakuan
lainnya. Jumlah daun total tertinggi hingga 8 MST diperoleh dari perlakuan nitrogen
1x (12.8 helai).
Pemberian GA3 dan sukrosa, nitrogen dan fosfor serta nitrogen dan fosfor pada
suhu dan fotoperiodisitas yang sesuai belum dapat menginduksi munculnya bunga
gloxinia hingga 14,lO dan 8 minggu setelah perlakuan. Belum terinduksinya bunga
gloxinia karena pertumbuhan vegetztif masih berlangsung. Selain itu, beberapa faktor
seperti komposisi media, eksplan atau genetik tanaman dan faktor liigkungan turut
mempengamhi sehingga belum terinduksinya pembungaan gloxinia, walaupun
diperlakukan dengan kondisi-kondisi yang mendukung untuk pembungaan.
Rata kunci : Pembungaan secara iri vitro, gloxinia, GA3, sukrosa, nitrogen, fosfor

O Hak Cipta rnilik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

I. Dilarang mengutip sebagian atau selurih karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menvebutkan

strmbernva.
,
a. Pengutipan hanya untuk kepentinganpendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan bitik,
atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumurnkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

.

INDUKSI PEMBUNGAAN PADA GLOXINIA (Siningia speciosa)
DENGAN GA.3, SUKROSA, NITROGEN DAN FOSFOR PADA
MEDIUM IN VITRO

IMELDA JEANETTE LAWALATA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada

Program Studi Agronomi dan HortiMtura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul

: Induksi Pembungaan pada Gloxinia (Siningia speciosa) dengan GA3,
Sukrosa, Nitrogen dan Fosfor pada Medium In Vitro

Nama

:

NRP

:A151060011


Imelda Jeanette Lawalata

Disetujui
Komisi Pembimbing
A

I

-

/
Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi.M.S.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Nuhavati A. Mattiik, M.S
Ketua

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi dan

Hortikultura

Tanggal Ujian : 20 April 2009

Tanggal Lulus :

2 0 MAY 2009

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
anugerahNya sehingga penulisan tesis dengan judul "Induksi Pembungaan pada
Gloxinia (Siningia speciosa) dengan GA3, Sukrosa, Nitrogen dan Fosfor pada Medium
In Viiro " dapat terselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Nurhayati A. Mattjik, M.S

dan Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, M.S selaku Komisi Pembimbing atas segala
kebijaksanaan dan kesabaran dalam pembimbingan, memberikan dorongan, motivasi
dan masukan mulai dari rencana penelitian hingga penulisan tesis ini.
Penyusunan tesis ini talc lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Pattimura yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melanjutkan studi pada Sekolah Pascasajana IPB.

2. Institut Pertanian Bogor khususnya program sekolah pascasarjana dimana
penulis menuntut ilmu dan memberikan dorongan untuk penulis dapat
menyelesaikan studi.

3. Yayasan Satyabhakti Widya, Yayasan Dana Beasiswa Maluku atas b a n w
dana yang sangat membantu penulis dalam proses penelitian.

4. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS selaku Penguji Luar Komisi pada ujian tesis
yang telah memberikan banyak masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

5. Keluarga tercinta, Papa (alm), Mama, Deny, Elmy, Meilo, Ruth dan Vico serta
semua saudara yang setia berdoa dan mendorong penulis selama studi di IPB.

6. Teman-ternan S2 AGH angkatan '06 atas semangat dan kebersamaan yang
terjalin selama ini serta teman-teman seperjuangan (Asep, Neng, Arda, dan
Irwan) yang telah membantu dan mendukung penulis selama penelitian di

Laboratorium Bioteknologi Tanaman IPB

7. Teman-teman dari Ambon (Bu Mon, Bu Nus, Yan, Degen, Max, Edi, Tya,

Oca, Semby, Marko) untuk bantuan, dukungan dan doa selama proses
perkuliahan sampai penulisan tesis ini serta teman-teman penghuni Kost
Penvira No. 12 yang penuh suasana kekeluargaan walaupun berasal dari daerah
yang berbeda namun tetap kompak.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi
pengembangan ilmu dan pengetahuan khususnya di bidang Bioteknologi Tanaman.

Bogor, Mei 2009
Imelda Jeanette Lwalata

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Negeri Rumah Tiga - Ambon pada 21 Januari 1972 dari
ayah Jan Ch Lawalata (alm) dan ibu Charlotte LawalataIAdoe. Penulis merupakan
anak ke-4 dari 5 bersaudara.
Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ambon dan pada tahun yang
sama melanjutkan studi pada Universitas Pattimura Ambon.. Tahun 1998 penulis
menyelesaikam program sarjana pada Progran Studi Agronomi, Fakuitas Pertanian
Universitas Pattimuaca. Tahun 2002, penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan ditempatkan sebagai staf pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas
Pattimura Ambon. Pada tahun 2006 penulis mendapatkan beasiswa BPPS dari
Departemen P e n d i d ' i Tinggi untuk melanjutkan studi pascasarjana di Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan mengambil Program Studi Agronomi.

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................
Latar Belakang
. . ........................................................................................
Tujuan Penelltlan......................................................................................
Hipotesis ..................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
.
. ...................................................................................
Tanaman Gloxlnra ...................................................................................
Induksi Pembungaan S e c m In Vitro ......................................................
Giberelin dan Sukrosa .................................:..........................................
Nitrogen dan Phospor ..............................................................................
. . . .......................................................................
Suhu d m Fotopenod~s~tas
BAHAh! DAN METODE ..............................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................
Bahan dan Alat ........................................................................................
Metode Penelitian ....................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

......................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman

Konsentrasi Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam Media Perlakuan
Induksi Pembungaan Gloxinia (Siningia speciosa) secara In Vitro
pada Percobaan 2 yang Diambil dari Media Murashige dan Skoog
(MS).............................................................................................................

22

Konsentrasi Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam Media Perlakuan
Induksi Pembungaan Gloxinia (Siningia speciosa) secara In Vitro
pada Percobaan 3 yang Diambil dari Media Murashige dan Skoog
(MS) .............................................................................................................

24

Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Konsentrasi GA3 dan Sukrosa
terhadap Pertumbuhan Vegetatif Gloxinia secara In vitro..........................

28

Persentase Kultur Berkalus dan Eksplan Terkontaminasi pada
Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 1..................................................

31

Pengamh GA3 dan Sukrosa terhadap Persentase Tumbuh,
Kecepatan Tumbuh Tunas Baru dan Kecepatan Turnbuh Daun
Baru Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 1.........................................

32

Pengaruh Kombinasi GA3 dan Sukrosa terhadap Persentase
Tumbuh, Kecepatan Tumbuh Tunas Baru dan Kecepatan Tumbuh
Daun Baru Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 1 .............................. 33
Pengaruh GA3dan Sukrosa terhadap Jumlah Tunas Gloxinia secara
In Vitro pada Percobaan 1 .........................................................................

36

Pengaruh Kombinasi GA3 dan Sukrosa terhadap Jumlah Tunas
Gloxinia secara In V i m pada Percobaan 1.................................................

37

Pengaruh GA3 dan Sukrosa terhadap Jumlah Daun Total Gloxinia
secara i n Vitro pada Percobaan 1 ...............................................................

38

Pengamh Kombinasi GA3 dan Sukrosa terhadap Jumlah Daun
Total Gloxinia secara i n Vitro pada Percobaan 1 ........................................

39

11. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Nitrogen dan Fosfor terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Gloxinia secara In Vitro .......................................

12. Persentase Tumbuh, Eksplan Terkontaminasi d m Kultur Berkatus
pada Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 2 ........................................
13. Pengamh Nitrogen dan Fosfor terhadap Kecepatan Tumbuh
Tunas Baru d m Kecepatan Tumbuh Daun Baru Gloxinia secara In
Viho pada Percobaan 2 ..............................................................................
14.

Pengaruh Kombinasi Nitrogen dan Fosfor terhadap Kecepatan
Tumbuh Tunas Baru dan Kecepatan Tumbuh Daun Baru Gloxinia
secara In Vitro pada Percobaan 2 ................................................................

15.

Pengaruh Nitrogen dan Fosfor terhadap Jumlah Tunas Gloxinia
secara In Vitropada Percobaan 2 ...............................................................

16.

Pengaruh Kombinasi Nitrogen dan Fosfor terhadap Jumlah Tunas
Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 2 ................................................

17. Pengaruh Nitrogen dan Fosfor terhadap Jumlah Daun Total
Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 2 ................................................

18. Pengaruh Kombiiasi Nitrogen dan Fosfor terhadap Jumlah Daun
Total Gloxinia secara In Vitropada Percobaan 2 ......................................
19. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Nitrogen dan Fosfor pada Suhu
dan Fotoperiodisitas yang Sesuai terhadap Pertumbuhan Vegetatif
Gloxinia secara In Vitro .............................................................................

20. Persentase Ekspla Terkontaminasi dan Kultur Berkalus pada
Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 3 ...............................................
21. Pengaruh Nitrogen dan Fosfor pada Suhu dan Fotoperiodisitas
yang Sesuai terhadap Persentase Tumbuh, Kecepatan Tumbuh
Tunas Baru dan Kecepatan Tumbuh Daun Baru Gloxinia secara In
Vitro pada Percobaan 3 .............................................................................
22. Pengaruh Kombinasi Nitrogen dan Fosfor pada Suhu dan
Fotoperiodisitas yang Sesuai terhadap Persentase Tumbuh,
Kecepatan Tumbuh Tunas Baru dan Kecepatan Tumbuh Daun
Baru Gloxinia secara In Vitro pada Percobaan 3 ........................................

23. Pengaruh Nitrogen dan Fosfor pada Suhu dan Fotoperiodisitas
yang Sesuai terhadap Jumlah Tunas Gloxinia secara In Vitro pada
Percobaan 3 ................................................................................................

55

24. Pengaruh Kombinasi Nitrogen dan Fosfor pada Suhu dan
Fotoperiodisitas yang Sesuai terhadap Jumlah Tunas Gloxinia
secara In Vitro pada Percobaan 3 .............................................................

56

25. Pengaruh Nitrogen dan Fosfor pada Suhu dan Fotoperiodisitas
yang Sesuai terhadap Jumlah Daun Total Gloxinia secara In Vitro
pad* Percobaan 3 .................................................................................. 57
25. Pengaruh Kombinasi Nitrogen dan Fosfor pada Suhu dan
Fotoperiodisitas yang Sesuai terhadap Jumlah Daun Total Gloxinia
secara In Vitro pada Percobaan 3 .............................................................. 58

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Bagan Alur Penelitian Induksi Pembungaan Gloxinia secara In
vitro ..........................................................................................................

6

Eksplan Berupa Tunas In Vitro yang Digunakan untuk Induksi
Pembungaan pada Percobaan 1............................................................

20

3. Eksplan Bempa Tunas In Vitro yang Digunakan untuk Induksi
Pembungaan pada Percobaan 2 ...........................................................

21

4. Eksplan Bempa Tunas In Vitro yang Digunakan untuk Induksi
Pembungaan pada Percobaan 3 ...............................................................

23

2.

5. Pertumbuhan Planlet Gloxinia 14 MST dengan Perlakuan GA3

............................................................................................

30

6. Kontaminasi pada Kultur Gloxinia.........................................................

31

7. Pertumbuhan Planlet Gloxinia 10 MST dengan Perlakuan
Nitrogen dan Fosfor..................................................................................

41

dan Sukrosa

8. Perubahan Warna pada Daun Gloxinia .................................................. 42
9. Pertumbuhan Planlet Gloxinia 10 MST dengan Perlakuan
Nitrogen dan Fosfor pada Suhu dan Fotoperiodisitas yang
Sesuai ....................................................................................................... 50

..

10. Kalus pada Daun Glox~ma.......................................................................

5I

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Komposisi Media Murashige dan Skoog (1962) ....................................... 78

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan potensi tanaman hias yang tinggi karena
keadaan lingkungan yang cocok sebagai lingkungan tumbuhnya, serta kaya akan
sumber daya plasma nutfah. Pemanfaatan tanaman hias di Indonesia ternyata amat
beragam dan makin meluas bahkan cenderung mempengaruhi tatanan kehidupan
masyarakat. Tanaman hias dapat dimanfaatkan sebagai komponen dalam taman di
samping potensial untuk dijadikan komoditas perdagangan antar negara di dunia.
Walaupun demikian, tanaman hias introduksi juga banyak dikembangkan di indonesia.
Gloxinia (Siningia speciosa) merupakan salah satu tanaman hias introduksi
yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini merupakan
tanaman semusim yang tumbuh baik di negara yang memiliki empat musim maupun
di daerah tropis seperti Indonesia. Keindahan tanaman ini terletak pada daun, wama,
bentuk dan ukuran bunganya. Gloxinia populer sebagai tanaman nunah termasuk
bunga pot dan dapat dipakai untuk mengtuasi jendela rumah, taman-taman batu atau
rumah-rumah kaca. Tenampilan g!oxinia akan lebih menarik jika menghasilkan bunga
dengan bentuk, wama dan ukuran yang beragam dan unik (Syafni, 2006).
Pembungaan secara in vitro pada tanaman gloxinia belum pemah diteliti.
Tanaman ini mudah berbunga secara in vivo, namun sulit menghasilkan biji, sehingga
sulit melakukan persilangan di dalam program pemuliaan gloxinia guna meningkatkan
keragaman genetiknya. Perlu ada teknologi altematif untuk mengatasi kendala ini.
Pembungaan in vitro diharapkan dapat membantu mengatasi kendala ini. Selain itu
tanaman gloxinia memerlukan waktu 3-4 bulan untuk menghasilkan bunga. Induksi
pembungaan secara in vitro diharapkan dapat mempercepat pembungaan. Proses
seleksi terhadap tanaman hasil persilangan juga langsung dapat dilakukan secara in
vitro tanpa hams melakukan penanaman di lapangan

Teknologi kultur jaringan merupakan teknik yang digunakan untuk
perbanyakan tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat, terutama

untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan (Gunawan, 1992). Selain itu
teknik ini memiliki kelebihan yaitu tanaman dapat diperbanyak setiap saat tanpa
tergantung musim, daya multiplikasinya tinggi dari bahan tanaman yang kecil,
tanaman yang dihasilkan seragam dan bebas penyakit terutama bakteri dan cendawan
(Wiendi el al, 1992). Menurut Rahmi (2007) teknik in vitro juga mempakan salah satu
altematif untuk memperbanyak bibit dengan kualitas terjamin seperti induknya. Jenis
tanaman yang diperbanyak secara in vitro ini ditujukan temtama untuk mengatasi
masalah seperti daya perkecambahan yang rendah, tanaman-tanaman hibrida yang
tetua jantannya stedi, fanaman langka, pohon-pohon elit atau pohon untuk batang
bawah dan tanaman yang selalu diperbanyak dengan cara vegetatif.
Pembungaan merupakan peristiwa terjadinya pembahan pola pertumbuhan dan
perkembangan dari proses vegetatif menjadi generatif, yang dipengaruhi dan
dikendalikan oleh interaksi genetik dengan lingkungan. Pembentukan bunga diinduksi
oleh senyawa penginduksi pembungasn (suatu pembahan kimia pada jaringan
meristematik) sebagai respons terhadap temperatur dingiri dan hari pendek
(Gardner et al, 1991). Perubahan ini mempengaruhi metabolisme tanaman, seperti
aktivitas respirasi meningkat, asimilasi meningkat d m dengan dernikian kecepatan
pengangkutan air, makanan dan hara ke arah bunga juga me~ngkat.
Pembungaan secara in vitro me~pEkkansuatu metode menginduksi keluarnya
organ dalam kondisi terkendali secara aseptik. Menurut Wang et a1 (2002), ada tiga
alasan utama untuk mempelajari pembungaan secara in vitro yaitu menyediakan suatu
sistem model untuk mempelajari inisiasi bunga dan perkembangannya, melaksanakan
microbreeding yang bermanfaat temtama bagi tanaman yang membutuhkan waktu

yang lama untuk pertumbuhan vegetatifhya, serta sebagai miniatur pembungaan secara
in viho yang berpotensi komersial baik sebagai tanaman hias.

Pada tanaman berbunga, titik kritis proses pembungaan terletak pada tahap
inisiasi bunga yaitu saat terjadi transisi dari fase vegetatif ke fase generatif (Bernier et
al, 1985; Pidkowich et al, 1999). Kendala ini disebabkan terjadinya fase vegetatif
yang cukup panjang sehingga tanaman memerlukan waktu yang lama untuk

menghasilkan bunga. Menurut Bemier et a1 (1985), pengaturan pembungaan mungkin
dilakukan apabila mengacu pada dua teori universal tentang pembungaan yaitu

(1) inisiasi bunga pada tanaman tidak akan terjadi kecuali bila diinduksi, dan (2)
tanaman yang berada pada kondisi yang kurang sesuai untuk pembungaan
menghasilkan satu atau beberapa zat penghambat pembungaan d m inisiasi bunga akan
terjadi bila produksi zat tersebut dicegah.
Induksi pembungaan pada tanaman secara in vitro masih jarang dilakukan dan
hanya terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Menurut Chaari-Rkhis et a1 (2006),
induksi pembungaan bergantung pada beberapa faktor seperti genetik, hormon d m
faktor iklim dimana hasilnya dapat menekan gen-gen pertumbuhan vegetatif dan
mengaktifkan pembungaan. Selain itu, pembungaan secara in viho dapat terjadi
karena adanya perbedaan jenis eksplan, perangsang pertumbuhan, komposisi media
(auksin, sitokinin dan giberelin) dan lingkungan kultur seperti suhu dan
fotoperiodisitas cahaya. Teknik dalam induksi pembungaan secara in viho diawali
dengan penanaman eksplan dari jaringan yang bebas hama dan penyakit serta
membungakan pada media pertumbuhan dalam lingkungan yang aseptik (Hew dan
Yong, 1996).
Modifikasi zat pengatur tumbuh dan komposisi hara pada media kultur dapat
dilakukan untuk menginduksi pembungaan. Menurut Weaver (1972) zat pengatur
tumbuh sangat penting untuk menginduksi pembungaan, karena penggunaannya dapat
mengatur pembungaan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Zat pengatur tumbuh
yang sering digunakan untuk pembungaan antara lain TDZ (thidiazuron), ZT (zeatin),
BA (benzyl adenine) dan giberelin (Hew dan Yong, 1996; Wang et al, 2002; Taylor et

al, 2007; Chaari-Rkhis et al, 2006).
Giberelin merupakan zat pengatur tumbuh endogen, terdapat pada berbagai
organ dan jaringan tumbuhan seperti akar, tunas, mata tunas, daun, bunga, bintil akar,
buah dan jaringan halus (Wahyurini, 2002). Giberelin berperan dalam menginduksi
perturnbuhan tanaman dengan cara merangsang pembesaran sel, dormansi dan

perkecambahan biji, mendorong terjadinya pembungaan, pembentukan buah
partenokarpi dan mengganti pengaruh suhu dingin pada tanaman (Wattimena, 1988).
Karbohidrat merupakan salah satu unsur yang besperan penting dalam
keberhasilan kultu jaringan suatu tanaman. Gula nerupakan sumber karbohidrat
utama dalarn kultur jaringan. Menurut Taylor et a1 (2007), umurnnya jenis gula yang
digunakan dalam medium in vitro adalah sukrosa. Sukrosa juga merupakan salah satu
produk akhir dari proses fotosintesis yang banyak digunakan tanaman. Secara umum
pembungaan akan berkuang pada konsentrasi gula yang rendah dan pada konsentrasi
gula yang tinggi akan menghalangi pembentukan kuncup bunga (Taylor et al, 2007).
Nitrogen berperan dalam mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman
(Wattimena et al, 1992). Selain itu nitrogen dapat membentuk protein, lemak dan
berbagai persenyawaan organik yang lain (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Protein
banyak terdapat pada sel-sel yang masih hidup yaitu pada bagian yang sedang aktif
tumbuh sehingga nitrogen dapat dipergunakan terutama untuk perhmbuhan vegetatif
tanaman. Nitrogen juga berperan dalam pembentukan klorofil yang berguna di dalam
proses fotosintesis yang nantinya menghasilkan karbohidrat. Fosfor diberikan pada
tanaman terutama untuk pembentukan karbohidrat sehingga unsur P dibutuhkan pada
waktu pembungaan, pembuahan, pemasakan buah dan biji. Pemberian nitrogen yang
rendah dan fosfor yang tinggi diiarapkan dapat mempengaruhi perhmbuhan tanaman
khususnya untuk merangsang pembungaan.
Penelitian tentang induksi pembungaan secara in vitro pemah dilakukan baik
pada tanaman hias maupun tanaman buah. Chaari-Rkhis et a1 (2006) melaporkan
bahwa tanaman zaitun (Olive) varietas Marsaline mampu memberi variasi di dalam
mengubah struktur bunga dan bentuk dengan pemberian GA3 (gibberellic acid)
10 mgll. Wang et a1 (2002) dalam penelitiannya membuktikan bahwa pemberian TDZ
0.5 mgll dengan NAA (a-naphthaleneacetic acid) 0.1 mgll atau ZT 0.5 dan 1 mgll
dengan NAA 0.1 mg/l paling efisien (49.2%, 44.2% dan 37.5%) menginduksi
pembungaan mawar secara in vitro. Pemberian nitrogen rendah (1120~konsentrasi)
dan fosfor tinggi (5x konsentrasi) dapat menginduksi bunga Cymbidium niveo-

marginatum secara in vitro sebanyak 97% setelah 3 buian (Kostenyuk, 1999). Selain

itu, Dewir et a1 (2007) juga melaporkan bahwa pemberian GA310 mg/l dan sukrosa

3 atau 6% dapat menginduksi 83-85% bunga Spathiphyllum.
Faktor

lingkungan juga

dapat

mempengaruhi

keberhasilan

induksi

pembungaan suatu tanaman. Suhu dan fotopriode merupakan faktor lingkungan yang
berperan aktif dalam proses pembungaan. Pengaturan suhu siang dan malam serta
fotoperiode yang tepat sangat membantu tananan untuk menginduksi fase
generatifnya. Menurut Gardner et a1 (1991), suhu dan fotoperiode yang dominan
memegang peranan penting dalam proses pembungaan, pembuahan dan produksi biji
suatu tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk 1) memperoleh informasi tentang pengaruh
konsentrasi zat pengatur tumbuh GA3 dan sukrosa dalam menginduksi pembungaan
tanarnan gloxinia secara in vitro, 2) memperoleh informasi tentang pengaruh
konsentrasi nitrogen dan fosfor dalam menginduksi pembungaan tanaman gloxinia
secara in vitro dan 3) memperoleh informasi tentang pengaruh nitrogen dan fosfor
pada suhu dan fotoperiodisitas yang sesuai dalam menginduksi pembungaan tanaman
gloxinia secara in vitro.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah
1. Terdapat konsentrasi GA3, sukrosa, nitrogen dan fosfor yang optimum dalarn

menginduksi pembungaan gloxinia secara in vifro.
2. Terdapat interaksi antara GA3 dan sukrosa dalam menginduksi percepatan

pembungaan gloxinia secara in vitro.

3. Terdapat interaksi antara nitrogen dan fosfor dalam menginduksi percepatan
pembungaan gloxinia secara in vitro.

4. Terdapat interaksi antara nitrogen dan fosfor pada suhu dan fotoperiodisitas yang

sesuai dalam menginduksi percepatan pembungaan gloxinia secara in viho.
Bagan alur penelitian disajikan pada Gambar 1.

rn
Pcrcobaan I

I

lodt~ksiPcmbuagaa~t
I1 MST

I
Pcrcobaan 2

I'ercobaan 3

Pcognml~Konseotrasi
h'itroge~~
dan Foslbr

P e ~ ~ g a nKo~lsc~itmi
~li
Nirrogcl!
d a ~ Posfor
i
pada Sdlu d a ~ i

I

I

Induksi Pcmbut~gaan
10 MS'I'

Induksi Pembungaa~~
8 MST

Tel.bentuk Bu~lga

Gambar 1 Bagan Alur Penelitian Induksi Pembungaan Gloxinia secara
in viho

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Gloxinia
Gloxinia (Siningia speciosa) merupakan tanaman yang berasal dari Brazil,
termasuk dalam famili Gesneriaceae bersama dengan Saintpaulia ionantha (African
violet). Tanaman Siningia speciosa pertama kali bernama Gloxinia speciosa, yang
diberikan oleh Conrad L~ddigesseorang petani bunga berkebangsaan Inggris, dan
sampai sekarang nama gloxinia lebih dikenal dari nama bofaninya (Syafni, 2006).
Tanaman ini merupakan tanaman herba yang memiliki daun dan bunga yang
indah, helai daunnya lebar, berwama hijau tua dan berbulu. Gloxinia ~empunyaisatu
atau lebih batang daun yang berpasangan clan berbatang pendek dengan beberapa jenis
ada yang mencapai tinggi 30 cm. Daunnya oval, agak persegi, tepi daun bergerigi
dengan tangkai daun pendek. Panjang daun untuk jenis-jenis budidaya mencapai
ukuran 12.5 - 35 cm dengan warna perak atau hijau gelap dan lebar daunnya 7.5 - 15
cm (Larouse, 1995). Untuk jenis-jenis liar panjang daun dapat mencapai 8 inci dan
lebamya 6 inci. Kedua sisi permukaan daun berbulu halus dengan permukaan daun
atas berwarna hijau dan urat dam berwarna agak putih.
Gloxinia ada yang tumbuh tegak dan ada yang mendatar, memiliki umbi
dengan akar muncul disekelilingnya. Bunga gloxinia tumbuh di tengah lingkaran
daun, berbentuk lonceng, berbulu halus dengan diameter 7.5

- 15 cm dan bermahkota

tunggal (Crockett, 1974). Bunganya berwarna ungu, putih, rose, merah, kekuningan
dengan motif polos atau berbintik (Larouse, 1995). Menurut McHoy (1995) ada
beberapa bunga yang berwarna kontras clan sangat menarik.
Gloxinia dapat tumbuh di berbagai tempat dengan ketinggian 250 - 1500 m di
atas permukaan laut. Air merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
pertumbuhan gloxinia. Ketersediaan air ini sangat membantu kelangsungan
pertumbuhan tanaman gloxinia. Air yang berlebihan menyebabkan akar dan umbi
membusuk dan kemudian mati, sedangkan kurangnya air dapat menyebabkan tanaman
menjadi layu. Gloxinia memerlukan air secukupnya sampai akhir pembungaan dan

perlahan-lahan mengalami pengguguran sampai berhenti. Untuk pertumbuhan
tanaman yang baik dipertukan unsur hara yang seimbang. Pemupukan dapat dilakukan
setiap 2-3 kalilminggu sampai tanaman berbunga (Larouse, 1995). Menurut McHoy
(1995) bahwa ketika pembungaan telah sempuma, pemupukan dapat dihentikan.
Cahaya juga mempakan salah satu faktor iklim yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman. Gloxinia memerlukan cahaya selarna pertumbuhan dan
perkembangmnya. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi ukuran daun tanaman
gloxinia. Dam akan memucat jika cahaya tidak mencukupi (De Vertuil, 1984). Selain
cahaya yang tidak mencukupi, suhu air yang rendah dapat menimbulkan tintik pada
daun dan menghambat pembentukan tunas baru. Gloxinia dapat tumbuh dengan suhu
minimum ~O'Cdan 16' - 3 0 ' ~pada musim kemarau, dan memerlukan kelembaban
tinggi (Bonar, 1992). Wood (1982) melaporkan bahwa kelembaban yang kurang,
terutama pada musim kemarau, dapat menyebabkan kuncup bunga gloxinia dan
african violet tidak membuka dan perlahan-lahan gugur.
Seperti tanaman berumbi lainnya, gloxinia mengalami masa pertumbuhan dan
dormansi. Pertumbuhan dari umbi akan memerlukan satu periode dengan dormansi
penuh. Apabila bunga telah mulai layu satu per satu, akan diikuti dengan matinya
daun sampai hanya tersisa umbi (Crockett, 1974). Masa dormansi berlangsung antara
2-4 bulan.
Perbanyakan gloxinia dapat dilakukan dengan biji, umbi ataupun dam.
Perbanyakan dengan biji memang sulit dilakukan karena gloxinia sulit menghasilkan
biji. Selain itu, biji yang dihasilkan mempunyai kualitas yang menurun dari generasi
ke generasi berikutnya sehingga bibit yang dikembangkan selalu tergantung dari biji
impor yang kualitasnya terjarnin (Rahmi, 2007).
Induksi Pembungaan Secara In Viiro

Kultur jaringan atau teknik in viho adalah budidaya suatu jaringan tanaman
menjadi lebih kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Menumt Gunawan (1992)

Mtur jaringan m e ~ p a k a nsuatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman, seperti

protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam
kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman utuh kembaii.
Pembungaan merupakan peristiwa terjadinya pembahan pola pertumb.uhan dan
perkembangan dari proses vegetatif menjadi generatif, yang dipengaruhi dan
dikendalikan oleh interaksi genetik dengan lingkungan. Proses pembungaan
mengandung sejumlah tahap penting yaitu : (1) induksi bunga, inisiasi bunga, (2)
diferensiasi, (3) pendewasaan bagian-bagian bunga, serta (4) antesis (Lang, 1952).
Pada tahap induksi akan terjadi pembahan respon biokimia pada pelapisan struktur
apeks, yang menjadi sinyal pertama perubahan dari fase vegetatif menjadi generatif
dan dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein,
yang dibutuhkan dalam pembelahan dan diferensiasi sel. Inisiasi bunga merupakan
tahap yang sangat penting pada pembungaan tanaman dimana pada tahap ini terjadi
perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup generatif mulai dapat terdeteksi secara
makroskopis untuk pertama kalinya dan transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup
generatif ini dapat dideteksi dari perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta
proses-proses selanjutnya yang mulai membentuk organ-organ generatif. Perubahan
tunas apikal dan aksilar menjadi tunas bunga merupakan h a i l dari aktivitas hormonal
pada tanaman yang diinduksi oleh kondisi lingkungan tertentu seperti pembahan
panjang hari (lama penyinaran) dan suhu.
Pada tahap diferensiasi, struktur primordia bunga terlihat jelas dan terdiri dari
sepal, petal, stamen, pistil maupun karpelnya. Selama tahap pendewasaan akan terjadi
proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk penyempumaan dan
pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina. Antesis merupakan tahap akhir
ketika terjadi pemekaran bunga. Pada tahap ini, bagian-bagian bunga mencapai ukuran
maksimum dan serbuk sari berkembang sempurna (Ryugo, 1990). Biasanya antesis
terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, walaupun
dalam kenyataannya tidak selalu demikian.

Induksi pernbungaan rnempakan produksi senyawa penginduksi pernbungaan
(suatu pembahan kimia pada ujung pucuk) sebagai respons terhadap temperatur dingin
dan hari pendek (Gardner et al, 1991). Pembahan ini rnempengaruhi kehidupan
tanaman, seperti aktivitas respirasi meningkat, asimilasi meningkat dan dengan
dernikian kecepatan pengangkutan air, makanan dan hara ke arah bunga juga
meningkat. Pengaruh induksi pembungaan tidak terjadi langsung pada satu waktu
tetapi pada selang waktu tertentu, tergantung jenis tanamannya. Pembungaan dapat
terjadi setelah melewati petiode malam kritis yang ditentukan oleh panjang pendeknya
periode gelap.
Ada beberapa pendapat yang mendasari pembungaan pada tanaman bahwa
pembungaan dikontrol oleh keseimbangan karbohidrat dan nitrogen atau nisbah CM.
Jika C/N rasio tinggi maka tanaman dapat menginduksi bunga dan bila CM rasio
rendah tanaman dipacu ke arah perturnbuhan vegetatif. Menurut Ryugo (1990), proses
pembungaan pada tanaman tertentu diatur oleh zat pendorong pembungaan (florigen)
yang diproduksi oleh daun dan ditranslokasikan ke kuncup untuk rnemproduksi organ
generatif. Pada prinsipnya terdapat tiga proses dalam induksi pembungaan, yaitu
adanya produksi hormon pembungaan yang diinduksi oleh kondisi lingkungan,
tersedianya kandungan nutrisi yang cukup untuk rnendukung perubahan dalam apeks
dan perubahan respon biokirnia pada apeks yang memicu dihasilkannya unsur-unsur
tertentu untuk menginduksi pembungaan (Ryugo, 1990).
Pembungaan tanaman dapat dipacu oleh berbagai kondisi, seperti hari panjang,
vemalisasi, hari pendek pada suhu tinggi ataupun pemberian hormon turnbuh.
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, induksi pembungaan dapat
tejadi pada tanarnan seperti Roses sp, Cymbidium niveo-marginatum Mak, Olive dan

Petunia sp.
Pembungaan secara in vitro merupakan suatu metode rnenginduksi keluarnya
organ dalam kondisi terkendali secara aseptik. Tujuan pembungaan secara in vitro
adalah untuk menginduksi bunga diluar musim, memproduksi benih yang bebas
patogen terutama virus, menginduksi bunga pada tanaman yang sulit berbunga baik

karena genetik atau lingkungan yang kurang mendukung, melakukan in vitro fertilisasi
yang sulit dilakukan secara in viiro dan mencegah aborsi buah, mempersingkat waktu
dalam proses pemuliaan, melakukan pelestarian plasma nutfah dan untuk tujuan
estetika sebagai tanaman hias dalam botol. Menurut Wang er a1 (2002) bahwa ada tiga
alasan utama untuk mempelajari pembungaan secara in vitro yaitu menyediakan suatu
sistem model untuk mempelajari inisiasi bunga dan pengembangannya; melaksanakan
microbrecding yang bermanfaat terutaina bagi tanaman yang membutuhkan waktu

yang lama un:uk pertumbuhan vegetatifnya serta sebagai miniatur pembungaan secara
in vitro yang berpotensi komersial baik sebagai tanaman hias.

Keberhasilan pembungaan secara in vitro bergantung pada beberapa faktor
dan salah satunya adalah eksplan (Taylor et al, 2007). Eksplan m e ~ p a k a npotongan
jaringan atau organ yang diisolasi dari tanaman untuk inisiasi suatu kultur. Untuk
menentukan eksplan yang tepat maka perlu memperhatikan pemilihan bagian tanaman
sebagai sumber eksplan, umur eksplan clan perlakuan eksplan sebelum diilturkan
(Gunawan, 1992).
Komposisi media yang digunakan terdiri dari nutrisi, karbohidrat, zat pengatur
tumbuh dan pH (Taylor et al, 2007). Komposisi media di dalam induksi pembungaan
secara in vitro berbeda untuk setiap tanaman. Perbedaan tersebut terletak pada
konsentrasi bahan-bahan kimia penyusunnya. Media yang sering digunakan untuk
banyak jenis tanaman adalah media Murashige dan Skoog 1962 yang komposisi
medianya mengandung unsur hara esensial yang lengkap dibandingkan komposisi
media lainnya.
Zat pengatur tumbuh dan hara mempakan unsur-unsur dalam komposisi media
tanam yang mempengmhi induksi pembungaan suatu tanaman. Zat pengatur tumbuh
merupakan senyawa organik bukan nutrisi tanaman, aktif dalam konsentrasi rendah
yang merangsang, menghambat atau merubah pertumbuhan serta perkembangan
tanaman secara kuantitatif maupun kualitatif (Wattimena, 1988). Penggunaan jenis
dan konsentrasi zat pengatur tumbuh tertentu dapat mengatur arah pertumbuhan suatu
tanaman Warney, 1982). Menurut Weaver (1972) zat pengatur tumbuh sangat penting

untuk menginduksi pembungaan, karena penggunaannya dapat mengatur pembungaan
sesuai dengan waktu yang diinginkan. Zat pengatur tumbuh ini tidak bekerja sendiri
dalam mempengamhi setiap proses pembungaan. Pembungaan dapat dihasilkan dari
interaksi zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, auksin, giberelin, etilen, a s m absisat
atau zat-zat lain Wew dan Yong, 1996).
Giberelin dan Sukrosa

Giberelin merupakan zat pengatur tumbuh endogen, terdapat pada berbagai
organ dan jaringan tumbuhan seperti akar, tunas, mata tunas, daun, bunga, bintil akar,
buah dan jaringan halus (Wahyurini, 2002). Giberelin berperan dalam menginduksi
pertumbuhan tanaman dengan cara merangsang pembesaran sel, dormansi dan
perkecambahan biji, mendorong terjadinya pembungaan, pembentukan buah
partenokarpi dan mengganti pengaruh suhu dingin pada tanaman (Wattimena, 1988).
Giberelin dapat memacu pertumbuhan dan pembesaran sel karena hormon ini
meningkatkan hidrolisis pati, fruktan dan fruktosa menjadi glukosa dan fruktosa
(Davies, 1995). Pembesaran sel yang disebabkan oleh GA3 (gibberellic acid) dapat
mencapai 15 kali lebih tinggi dari sel yang tidak diberi GA3. Giberelin dapat
menggantikan kondisi lingkw~ganyang spesifik guna mengendaliian pembentukan
bunga. Induksi pembungaan yang disebabkan oleh GA merupakan pengganti peran
hari panjang dan menginduksi pembungaan pada tanaman hari pendek.
Chaari-Rkhis et a1 (2006) melaporkan bahwa giberelin merupakan fitohormon
yang terlibat di dalam proses fisiologi termasuk induksi pembungaan dan
pertumbuhan tunas. Menurut Brooking dan Cohen (2002); Zhang dan Leung (2002)
bahwa giberelin mempunyai peran di dalam proses pembungaan. Menurut ChaariRkhis et al. (2006) pemberian GA 10 mgll dapat menginduksi pembungaan tanaman

zaitun (Olive). Ben-Nissan ef a1 (2004) membuktikan bahwa ekspresi GIPl (suatu
protein yang dipengaruhi oleh GA3) dapat merangsang pembungaan Petunia hybryda
bersamaan dengan pemanjangan sel. Pertumbuhan dan pembungaan Philodendron
dapat meningkat dengan pemberian konsentrasi GA3 dari 125 mgll hingga 1.000 mgll

(Chen et al, 2003). Yursak (2003) dalam penelitiannya menyatakan ha1 yang sama
bahwa pemberian GA3 selain meningkatkan pertumbuhan tinggi dan jumlah ruas
batang juga merangsang pembungaan tanaman lily. Selain itu, Wuryaningsih dan
Sutater (1993) melaporkan bahwa pemberian tiga kali 23 mgll GA3 pada tanaman
krisan meningkatkan tinggi tanaman sampai dengan minggu ke-12 dan produksi bunga
dengan panjang tangkai lebih 60 cm serta kesegaran bunga 5 hari.
Dalam menginduksi pembungaan suatu tanaman pemberian giberelin dapat
dilakukan bersamaan dengan unsur lain. Karbohidrat merupakan salah satu unsur yang
berperan penting dalam keberhasilan kultur jaringan suatu tanaman. Karbohidrat
dibutuhkan dalam sel hidup sebagai sumber energi dan kerangka karbon untuk proses
biosintesis. Dalam kultur jaringan tanaman, penyediaan karbohidrat dari media sangat
diperlukan karena aktivitas fotosintesis dalam jaringan in viiro berlangsung sangat
rendah akibat rendahnya intensitas cahaya, pertukaran gas terbatas dan kelembaban
relatif rendah. Guia merupakan sumber karbohidrat utama dalam kultur jaringan.
Menurut Gunawan (1992), gula putih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan Mtur. Keberadaan gula
berfungsi sebagai sumber energi pengganti karbon yang biasa didapat tanaman dari
atmosfer melalui fotosintesis (George dan Shenington, 1984). Beberapa penelitian
tentang induksi pembungaan secara in viiro pada tanaman-tanaman seperti Kalanchoe

blossfeldiana pickens dan Van Staden, 1988), Lolizm temulentum (McDaniel et al,
1991), Pisum sativum (Franklin et al, 2000) dan Torenia fournieri (Tanimoto dan
Harada, 1981) melaporkan bahwa karbohidrat sangat esensial dan respon dosis
tergantung gula. Secara umum pembungaan akan berkurang pada konsentrasi gula
yang rendah dan pada konsentrasi gula yang tinggi akan menghalangi pembentukan
kuncup bunga (Taylor et al, 2007). Pada studi fisiologi Sinapsis alba menunjukkan
bahwa konsentrasi gula pada apeks meningkat dengan cepat dan nyata selama induksi
pembungaan, bahkan setelah induksi pembungaan konsentrasi gula tetap meningkat
(Bernier et al, 1993). Hal ini membuktikan bahwa secara genetik pembungaan
dikontrol oleh gula (Levy dan Dean, 1998).

Jenis gula yang ditambahkan pada medium juga berpengamh pada
pembungaan suatu tanaman. Umumnya jenis gula yang digunakan dalam medium in

vitro adalah sukrosa (Taylor et al, 2007). Gamborg dan Shyluk (1981) juga
menyatakan bahwa sumber karbon standar adalah sukrosa atau glukosa. Sukrosa juga
merupakan salah satu produk akhir dari proses fotosintesis dan mempakan bentuk
utama dari gula yang ditranslokasikan pada kebanyakan tanaman. Konsentrasi sukrosa
yang diberikan pada tanaman sangat dipengaruhi oleh tipe dan umur eksplan.
Konsentrasi sukrosa yang sering digunakan berkisar antara 1-5 % (Pierik, 1987).
Tanimoto d m Harada (1981) melaporkan bahwa sukrosa dan glukosa mempengaruhi
bunga di dalam induksi pembungaan Torenia fournieri sedangkan fruktosa dapat
mencegah pembungaan pada konsentrasi-konsentrasi rendah dan hanya sedikit bunga
yang terbentuk. Respon pembungaan akan meningkat dengan meningkatkannya
konsentmi-konsentrasi sukrosa dan glukosa sampai dengan 50 g/l. Menurut Tiburcio

et al (1988) bahwa sukrosa lebih baik dari pada glukosa di dalam m e m p e n g d
pembungaan Nicotiana tabacum kultur-kultur TCL. Franklin et a1 (2000) melaporkan
bahwa frekuensi dan efisiensi pembungaan secara in viiro pada tanaman Pisum

sativum lebih tinggi dengan penambahan sukrosa 30 g/l pada media dibandingkan
dengan sukrosa 15 g/l dan 50 g/l.
Sukrosa dapat digunakan bersamaan dengan giberelin dalam menginduksi
bunga. Pada Arabidopsis, GA dapat memacu pembungaan. Menurut Levy dan Dean
(1998), perlakuan GA saja tidak memberikan pengaruh, perlakuan sukrosa saja
menghasilkan s e d i t peningkatan, sedangkan jika keduanya diberikan secara
bersamaan dapat memberikan p e n g d yang sinergis. Meilan (1997) juga melaporkan
bahwa karbohidrat endogen berperan dalam mengontrol induksi pembungaan pada
pohon buah-buahan. Dewir et a1 (2007) melaporkan bahwa GA3 10 mg/l dan sukrosa

3 atau 6% dapat menginduksi 83-85% bunga Spathiphyllurn.

Nitrogen dan Fosfor
Nitrogen merupakan unsur penting yang sangat berperan dalam mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan suatu tanaman (Wattimena et al, 1992). Nitrogen juga dapat
membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik yang lain
(Hendaryono dan Wijayani, 1994). Protein banyak terdapat pada sel-sel yang masih
hidup yaitu pada bagian yang sedang aktif tumbuh sehingga nitrogen dapat
dipergunakan terutama untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Selain itu, nitrogen juga
berperan dalam pembentukan Morofil yang berguna di dalam proses fotosintesis dan
menghasilkan karbohidrat. Secara in vitro nitragen diberikan dalam bentuk N&N03

dan KNO3 (Wattimena et al, 1992). Dickens dan Staden (1988) melaporkan bahwa
nitrogen yang terdapat didalam N&N03 dan KN03 dapat merangsang pembungaan
secara in vibo pada Kalachoe. NH4N03 berperan positif dalam mempengaruhi
pembungaan secara in vitro pada konsentrasi rendah dan menghalangi pembungaan
pada konsentrasi yang lebih tinggi (Franklin et al, 2000). Menurut Ignacimuthu et a1
(1997) bahwa pengurangan sebagian NH4N03 dari medium MS dapat menimbulkan
jumlah bunga yang maksimum seperti pada tanaman Vigna mungo.
Fosfor diberikan pada suatu tanaman terutama untuk pembentukan asam
amino. Selain itu, fosfor dibutuhkan bagian organ aktif tanaman seperti akar c!an buah
(Adam dan Early, 2004). Fosfor juga berperan dalam pembentukan gula atau
karbohidrat di dalam tanaman yang sangat dibutuhkan untuk proses pembungaan.
Pemberian fosfor pada media biasanya bekerjasama dengan ion kalium dan diduga
juga dengan sukrosa dan ion femun. Fosfor yang diberikan pada media biasanya
dalam bentuk

(Wattimena et al, 1992).

Selain giberelin dan sukrosa, nitrogen dan fosfor sebagai hara dalam media in
vitro dapat digunakan untuk merangsang pembungaan. Pemberian nitrogen yang
rendah clan fosfor yang tinggi diharapkan &pat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
khususnya untuk merangsang pembungaan. Penggunaan medium dengan nitrogen
rendah saja tidak mampu untuk menginduksi bunga. Menurut Kostenyuk (1999)
penggunaan nitrogen yang rendah (1120 konsentrasi nitrogen dari komposisi MS) dan

fosfor yang tinggi (5x konsentrasi fosfor dari komposisi MS) dapat menginduksi
pembungaan Cymbidium niveo-marginatum Mak sebanyak 97% setelah 3 bulan.
Suhu dan Fotoperiodisitas